Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) BAB 6 Tanggapan Frekuensi Rangkaian Orde Pertama Sebagaimana kita ketahui, kondisi operasi normal rangkaian pada umumnya adalah kondisi mantap dan dalam operasi tersebut banyak digunakan sinyal sinus baik pada pemrosesan energi maupun pemrosesan sinyal listrik. Dalam teknik energi listrik, tenaga listrik dibangkitkan, ditransmisikan, serta dimanfaatkan dalam bentuk sinyal sinus dengan frekuensi yang dijaga konstan yaitu 50 atau 60 Hz. Dalam teknik telekomunikasi, sinyal sinus dimanfaatkan dalam selang frekuensi yang lebih lebar, mulai dari beberapa Hz sampai jutaan Hz. Untuk hal yang kedua ini, walaupun rangkaian beroperasi pada keadaan mantap, tetapi frekuensi sinyal yang diproses dapat bervariasi ataupun mengandung banyak frekuensi (gelombang komposit), misalnya suara manusia ataupun suara musik. Karena impedansi satu macam rangkaian mempunyai nilai yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda, maka timbullah persoalan bagaimanakah tanggapan rangkaian terhadap perubahan nilai frekuensi atau bagaimanakah tanggapan rangkaian terhadap sinyal yang tersusun dari banyak frekuensi. Dalam bab inilah persoalan tersebut akan kita bahas. 6.1. Tanggapan Rangkaian Terhadap Sinyal Sinus Keadaan Mantap Pernyataan di kawasan s dari sinyal masukan berbentuk sinus x(t) = Acos(ωt+θ) adalah (lihat tabel Transformasi Laplace) : X (s) = A s cos θ − ω sin θ s 2 + ω2 Jika T(s) adalah fungsi alih, maka tanggapan rangkaian adalah (6.1) 1 Y ( s ) = T ( s ) X( s ) = A s cos θ − ω sin θ T (s) s 2 + ω2 s cos θ − ω sin θ =A T (s) ( s − jω)( s + jω) (6.2) Sebagaimana telah kita bahas di bab sebelumnya, T(s) akan memberikan pole-pole alami sedangkan X(s) akan memberikan pole paksa dan pernyataan (6.2) dapat kita uraikan menjadi berbentuk Y (s) = kn k k2 k k* + + 1 + + ⋅⋅⋅ + s − jω s + jω s − p1 s − p 2 s − pn (6.3) yang transformasi baliknya akan berbentuk y (t ) = ke jωt + k *e − jωt + K1e p1t + k 2e p2t + ⋅ ⋅ ⋅ + k ne p n t (6.4) Di kawasan t, pole-pole alami akan memberikan komponen transien yang biasanya berlangsung hanya beberapa detik (dalam kebanyakan rangkaian praktis) dan tidak termanfaatkan dalam operasi normal. Komponen mantaplah yang kita manfaatkan untuk berbagai keperluan dan komponen ini kita sebut tanggapan mantap yang dapat kita peroleh dengan menghilangkan komponen transien dari (6.4), yaitu : ytm (t ) = ke jωt + k *e − jωt (6.5) Nilai k dapat kita cari dari (6.2) yaitu k = ( s − jω)Y ( s) s = jω = A s cos θ − ω sin θ T (s) ( s + jω) s = jω (6.6) cos θ + j sin θ =A T ( jω) 2 Faktor T(jω) dalam (6.6) adalah suatu pernyataan kompleks yang dapat kita tuliskan dalam bentuk polar sebagai |T(jω)|ejϕ dimana |T(jω)| adalah nilai mutlaknya dan ϕ adalah sudutnya. Sementara itu menurut Euler (cosθ + jsinθ) = ejθ. Dengan demikian (6.6) dapat kita tuliskan k=A e jθ T ( jω) e jϕ 2 2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) (6.7) Dengan (6.7) ini maka tanggapan mantap (6.5) menjadi e jθ e − jθ T ( jω) e jϕe jωt + A T ( jω) e − jϕe − jωt 2 2 e j (ωt + θ + ϕ) + e − j (ωt + θ + ϕ) (6.8) = A T ( jω) 2 ytm (t ) = A = A T ( jω) cos(ωt + θ + ϕ) Persamaan (6.8) ini menunjukkan bahwa tanggapan keadaan mantap dari suatu rangkaian yang mempunyai fungsi alih T(s) dengan masukan sinyal sinus, akan : • berbentuk sinus juga, tanpa perubahan frekuensi • amplitudo berubah dengan faktor |T(jω)| • sudut fasa berubah sebesar sudut dari T(jω), yaitu ϕ. Jadi, walaupun frekuensi sinyal keluaran sama dengan frekuensi sinyal masukan tetapi amplitudo maupun sudut fasanya berubah dan perubahan ini tergantung dari frekuensi. Kita akan melihat kejadian ini dengan suatu contoh. CO%TOH-6.1 : Carilah sinyal keluaran keadaan mantap dari rangkaian di samping ini jika masukannya adalah vs = 10√2cos(50t + 60o) V. + − vs + − Vs 2H 100Ω + vo − 2s + Vo − Penyelesaian : Transformasi rangkaian ke kawasan s memberikan rangkaian impedansi seperti di samping ini. 100 Fungsi alih rangkaian ini adalah TV ( s) = 100 50 = . 2s + 100 s + 50 Karena frekuensi sinyal ω = 50 , maka TV ( j 50) = 50 50 1 − j 45o = = e −1 50 + j 50 2 502 + 502 e j tan (50 / 50) Keluaran keadaan mantap adalah : 3 vo (t ) = 10 2 2 cos(50t + 60o − 45o ) = 10 cos(50t + 15o ) Pemahaman : Frekuensi sinyal keluaran sama dengan sinyal masukan, yaitu ω = 50 rad/sec. Amplitudo sinyal masukan vmaks = 10 2 V , sedangkan TV ( jω) = TV ( j 50) = 1 . 2 Amplitudo sinyal keluaran vomaks = vsmaks T ( jω) = 10 2 × 1 2 = 10 V Sudut fasa sinyal masukan θ = 60o, sedang sudut |T(jω)| = −45o. Sudut fasa sinyal keluaran : θ + ϕ = 60o − 45o = 15o. 6.2. Pernyataan Tanggapan Frekuensi 6.2.1. Fungsi Gain dan Fungsi Fasa Faktor pengubah amplitudo, yaitu |T(jω)| yang merupakan fungsi frekuensi, disebut fungsi gain yang akan menentukan bagaimana gain (perubahan amplitudo sinyal) bervariasi terhadap perubahan frekuensi. Pengubah fasa ϕ yang juga merupakan fungsi frekuensi disebut fungsi fasa dan kita tuliskan sebagai ϕ(ω); ia menunjukkan bagaimana sudut fasa sinyal berubah dengan berubahnya frekuensi. Jadi kedua fungsi tersebut dapat menunjukkan bagaimana amplitudo dan sudut fasa sinyal sinus berubah terhadap perubahan frekuensi atau dengan singkat disebut sebagai tanggapan frekuensi dari rangkaian. Pernyataan tanggapan ini bisa dalam bentuk formulasi matematis ataupun dalam bentuk grafik. 4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) CO%TOH-6.2: Selidikilah perubahan gain dan sudut fasa terhadap perubahan frekuensi dari rangkaian orde pertama di bawah ini. + − 1 H 500Ω vs 500Ω + vo − Penyelesaian : Setelah di transformasikan ke kawasan s, diperoleh 500 fungsi alih rangkaian : TV ( s) = s + 1000 500 ⇒ TV ( jω) = jω + 1000 500 ⇒ fungsi gain : TV ( jω) = 1000 2 + ω 2 ω ⇒ fungsi fasa : ϕ(ω) = − tan −1 1000 Untuk melihat dengan lebih jelas bagaimana gain dan fasa berubah terhadap frekuensi, fungsi gain dan fungsi fasa di plot terhadap ω. Absis ω dibuat dalam skala logaritmik karena rentang nilai ω sangat besar. Hasilnya terlihat seperti gambar di bawah ini. passband Gain stopband 0.5 0.5/√2 ωC ω 0 1 10 100 1000 10000 1E+05 1 10 100 1000 10000 1E+05 0 -45 ϕ [o] -90 5 Pemahaman: Kurva gain menunjukkan bahwa pada frekuensi rendah terdapat gain tinggi yang relatif konstan, sedangkan pada frekuensi tinggi gain menurun dengan cepat. Kurva fungsi fasa menujukkan bahwa pada frekuensi rendah sudut fasa tidak terlalu berubah tetapi kemudian cepat menurun mulai suatu frekuensi tertentu. Gain tinggi di daerah frekuensi rendah pada contoh di atas menunjukkan bahwa sinyal yang berfrekuensi rendah mengalami perubahan amplitudo dengan faktor tinggi, sedangkan gain rendah di frekuensi tinggi menunjukkan bahwa sinyal yang berfrekuensi tinggi mengalami perubahan amplitudo dengan faktor rendah. Daerah frekuensi dimana terjadi gain tinggi disebut passband sedangkan daerah frekuensi dimana terjadi gain rendah disebut stopband. Nilai frekuensi yang menjadi batas antara passband dan stopband disebut frekuensi cutoff , ωC . Nilai frekuensi cutoff biasanya diambil nilai frekuensi dimana gain menurun dengan faktor 1/√2 dari gain maksimum pada passband. Dalam contoh-6.2 di atas, rangkaian mempunyai satu passband yang terentang dari frekuensi ω = 0 (tegangan searah) sampai frekuensi cuttoff ωC , dan satu stopband mulai dari frekuensi cutoff ke atas. Dengan kata lain rangkaian ini mempunyai passband di daerah frekuensi rendah saja sehingga disebut low-pass gain. Inilah tanggapan frekuensi rangkaian pada contoh-6.2. Kebalikan dari low-pass gain adalah high-pass gain, yaitu jika passband berada hanya di daerah frekuensi tinggi saja seperti pada contoh 6.3. berikut ini. CO%TOH-6.3: Selidikilah tanggapan frekuensi rangkaian di bawah ini. vs + − 105/s 500 500 + vo − Penyelesaian : Fungsi alih rangkaian adalah 6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) TV ( s) = 500 0,5s = 5 → TV ( jω) = 2 0,5 × jω 10 / s + 1000 s + 10 jω + 10 2 0,5ω ω ; ⇒ ϕ(ω) = 90 o − tan −1 ⇒ TV ( jω) = 10 2 ω 2 + 10 4 Kurva gain dan fasa terlihat seperti pada gambar di bawah ini. Stopband ada di daerah frekuensi rendah sedangkan passband ada di daerah frekuensi tinggi. Inilah karakteristik high-pass gain stopband Gain passband 0.5 0.5/√2 ωC ω 0 90 1 10 100 1 10 100 1000 10000 1E+05 1000 10000 100000 45 ϕ [o] 0 6.2.2. Decibel Dalam meninjau tanggapan frekuensi, gain biasanya dinyatakan dalam decibel (disingkat dB) yang didefinisikan sebagai Gain dalam dB = 20 log T ( jω) (6.9) Gain dalam dB dapat bernilai nol, positif atau negatif. Gain dalam dB akan nol jika |T(jω)| bernilai satu, yang berarti sinyal tidak diperkuat ataupun diperlemah; jadi gain 0 dB berarti amplitudo sinyal keluaran sama dengan sinyal masukan. Gain dalam dB akan positif jika |T(jω)| >1, yang berarti sinyal diperkuat, dan akan bernilai negatif jika |T(jω)| < 1, yang berarti sinyal diperlemah. 7 Frekuensi cutoff adalah frekuensi dimana gain telah turun 1/√2 = 0.707 kali nilai gain maksimum dalam passband. Jadi pada frekuensi cutoff, nilai gain adalah 1 20 log T ( jω) maks = 20 log T ( jω) maks − log 2 (6.10) 2 = T ( jω) maks dB − 3 dB Dengan demikian dapat kita katakan bahwa frekuensi cutoff adalah frekuensi di mana gain telah turun sebanyak 3 dB. Untuk memberikan gambaran lebih jelas, mengenai satuan decibel tersebut, berikut ini contoh numerik gain dalam dB yang sebaiknya kita ingat. CO%TOH-6.4: Berapa dB-kah nilai gain sinyal yang diperkuat K kali , jika K = 1; √2 ; 2 ; 10; 30; 100; 1000 ? Penyelesaian : Untuk sinyal yang diperkuat K kali, gain = 20 log(K T ( jω) ) = 20 log( T ( jω) ) + 20 log(K ) Jadi pertambahan gain sebesar 20log(K) berarti penguatan sinyal K kali. K =1 ⇒ gain : 20 log1 K= 2 ⇒ gain : 20 log 2 ≈ 3 dB K K K K K =2 = 10 = 30 = 100 = 1000 ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ = 0 dB gain : 20 log 2 ≈ 6 dB gain : 20 log10 = 20 dB gain : 20 log 30 ≈ 30 dB gain : 20 log100 = 40 dB gain : 20 log1000 = 60 dB Jika faktor K tersebut di atas bukan penguatan akan tetapi perlemahan sinyal maka gain menjadi negatif. 8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) K K K K K K = 1/ 2 = 1/ 2 = 1 / 10 = 1 / 30 = 1 / 100 = 1 / 1000 ⇒ gain : − 3 dB ⇒ gain : − 6 dB ⇒ gain : − 20 dB ⇒ gain : − 30 dB ⇒ gain : − 40 dB ⇒ gain : − 60 dB 6.2.3. Kurva Gain Dalam Decibel Kurva gain dibuat dengan absis (frekuensi) dalam skala logaritmik (karena rentang frekuensi yang sangat lebar); jika gain dinyatakan dalam dB yang juga merupakan bilangan logaritmik sebagaimana didefinisikan pada (6.9), maka kurva gain akan berbentuk garis-garis lurus. Low-pass gain. Dengan menggunakan satuan dB, kurva low-pass gain pada contoh-6.2 adalah seperti terlihat pada ganbar di bawah ini. Gain hampir konstan −6 dB di daerah frekuensi rendah, sedangkan di daerah frekuensi tinggi gain menurun dengan kemiringan yang hampir konstan pula. Gain 0 [dB] −6 −9 -20 ωC ω -40 1 10 100 1000 10000 1E+05 High-pass gain. Dalam skala dB, high-pass gain pada contoh-6.3 adalah seperti terlihat pada ganbar di bawah ini. Gain hampir konstan −6 dB di daerah frekuensi tinggi sedangkan di daerah frekuensi rendah gain meningkat dengan kemiringan yang hampir konstan pula 9 0 Gain −6 [dB] −9 -20 ωC ω -40 1 10 100 1000 10000 1E+05 Band-pass gain. Apabila gain meningkat di daerah frekuensi rendah dengan kemiringan yang hampir konstan, dan menurun di daerah frekuensi tinggi dengan kemiringan yang hampir konstan pula, sedangkan gain tinggi berada di antara dua frekuensi cutoff kita memiliki karakteristik band-pass gain. 0 Gain −3 [dB] -20 ωC ω -40 1 10 100 1000 10000 1E+05 Band-pass gain kita peroleh pada rangkaian orde kedua yang akan kita pelajari lebih lanjut di bab selanjutnya. Walaupun demikian kita akan melihat rangkaian orde kedua tersebut sebagai contoh di bawah ini. CO%TOH-6.5: Selidikilah perubahan gain dari rangkaian orde kedua di samping ini. Gain belum dinyatakan dalam dB. + − 105/s Vin(s) s 1100 + Vo(s) − Penyelesaian : Fungsi alih rangkaian ini adalah 10 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) TV ( s ) = 1100 5 1100 + s + 10 / s = 1100s 2 5 = 1100s ( s + 100)(s + 1000) s + 1100s + 10 j1100ω TV ( jω) = ( jω + 100)( jω + 1000) 1000ω ⇒ TV ( jω) = 2 ω + 1002 × ω2 + 10002 Kurva gain terlihat seperti gambar di bawah ini. Di sini terdapat satu passband , yaitu pada ω antara 100 ÷ 1000 dan dua stopband di daerah frekuensi rendah dan tinggi. 1.4 Gain stopband passband stopband 1 0.7 1/√2 ω 0 1 10 100 1000 10000 Apabila kurva gain dibuat dalam dB, kurva yang akan diperoleh adalah seperti diperlihatkan di atas. CO%TOH-6.6: Selidikilah perubahan gain dari rangkaian orde kedua di samping ini. Gain belum dinyatakan dalam dB. Vin(s) + − 0,1s 105/s 10 + Vo(s) − Penyelesaian : Fungsi alih rangkaian ini adalah 11 10 TV ( s) = 10 + TV ( jω) = 0,1s × 105 / s = s 2 + 106 s 2 + 104 s + 106 0,1s + 105 / s − ω2 + 106 − ω2 + j104 ω + 106 ⇒ TV ( jω) = − ω2 + 106 (106 − ω2 ) 2 + 108 ω2 Kurva gain adalah seperti gambar di bawah ini. 1.4 passband stopband passband Gain 1 0.7 1/√2 ω 0 1 100 10000 1000000 Kurva ini menunjukkan bahwa ada satu stopband pada ω antara 100 ÷ 10000 dan dua passband masing-masing di daerah frekuensi rendah dan tinggi. Karakteristik gain seperti pada contoh-6.5. disebut band-pass gain sedangkan pada contoh-6.6 disebut band-stop gain. Frekuensi cutoff pada band-pass gain ada dua; selang antara kedua frekuensi cutoff disebut bandwidth (lebar pita). 6.3. Bode Plot Bode plots adalah grafik gain dalam dB ( |T(jω|dB ) serta fasa (ϕ(ω) ) sebagai fungsi dari frekuensi dalam skala logaritmik. Kurva-kurva ini berbentuk garis-garis lengkung. Walaupun demikian kurva ini mendekati nilai-nilai tertentu secara asimtotis, yang memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan dengan garis lurus dengan patahan di titik-titik belok. Melalui pendekatan ini, penggambaran akan lebih mudah dilakukan. Bila kita ingin mendapatkan nilai yang lebih tepat, terutama di sekitar titik belok, kita dapat melakukan koreksi-koreksi pada kurva pendekatan ini. 12 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) Manfaat Bode plots dapat kita lihat misalnya dalam proses perancangan rangkaian; kurva-kurva pendekatan garis lurus tersebut merupakan cara sederhana tetapi jelas untuk menyatakan karakteristik rangkaian yang diinginkan. Dari sini kita dapat menetapkan maupun mengembangkan persyaratan-persyaratan perancangan. Selain dari pada itu, tanggapan frekuensi dari berbagai piranti, perangkat maupun sistem, sering dinyatakan dengan menggunakan Bode plots. Pole dan zero dari fungsi alih peralatanperalatan tersebut dapat kita perkirakan dari bentuk Bode plots yang diberikan. Berikut ini kita akan mempelajari tahap demi tahap penggambaran Bode plots dengan pendekatan garis lurus. Kita akan mulai dari rangkaian orde pertama disusul dengan rangkaian orde kedua. 6.3.1. Low-Pass Gain Bentuk fungsi alih rangkaian orde pertama dengan karakteristik lowpass gain adalah TV ( s ) = K s+α (6.11) K dapat bernilai riil positif ataupun negatif. Jika K positif berarti K mempunyai sudut θK = 0o dan jika negatif mempunyai sudut θK = ±180o. Pole fungsi alih ini haruslah riil negatif karena hanya pole negatif (di sebelah kiri sumbu imajiner dalam bidang s) yang dapat membuat rangkaian stabil; komponen transiennya menuju nol untuk t →∞. Hanya rangkaian yang stabil sajalah yang kita tinjau dalam analisis mengenai tanggapan frekuensi. Dari (6.11) kita dapatkan : T ( jω) = K K = jω + α α(1 + jω / α ) (6.12) Fungsi gain dan fungsi fasa dapat kita tuliskan TV ( jω) = K /α 1 + (ω / α ) 2 dan ϕ(ω) = θ K − tan −1 (ω / α) (6.13) Fungsi gain dalam satuan dB, menjadi 13 TV ( jω) dB = 20 log( K / α ) − 20 log 1 + (ω / α) 2 (6.14) Fungsi gain ini terdiri dari dua komponen, yang ditunjukkan oleh suku pertama dan suku kedua ruas kanan (6.14). Komponen pertama bernilai konstan untuk seluruh frekuensi. Komponen kedua tergantung dari frekuensi dan komponen inilah yang menyebabkan gain berkurang dengan naiknya frekuensi. Komponen ini pula yang menentukan frekuensi cutoff, yaitu saat (ω/α) =1 dimana komponen ini mencapai nilai −20log√2 ≈ −3 dB. Jadi dapat kita katakan bahwa frekuensi cutofff ditentukan oleh komponen yang berasal dari pole fungsi alih, yaitu ωC = α (6.15) Gb.6.1. memperlihatkan perubahan nilai komponen kedua tersebut sebagai fungsi frekuensi, yang dibuat dengan α = 1000. Dengan pola perubahan komponen kedua seperti ini maka gain total akan tinggi di daerah frekuensi rendah dan menurun di daerah frekuensi tinggi, yang menunjukkan karakteristik low-pass gain. Kurva ini mendekati nilai tertentu secara asimtotis yang memungkinkan dilakukannya pendekatan garis lurus sebagai berikut. 0 pendekatan garis lurus dB -20 −log√((ω/α)2+1) -40 ωC 1E+06 1E+05 10000 1000 100 10 1 -60 ω [rad/s] Gb.6.1. Pola perubahan−log√((ω/α)2+1); α=1000 ; dan pendekatan garis lurusnya. Untuk frekuensi rendah, (ω/α) << 1 atau ω << α , komponen kedua dapat didekati dengan ( ) − 20 log 1 + (ω / α) 2 ≈ −20 log 1 = 0 14 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) (6.17) yang akan memberikan kurva garis lurus horisontal di 0 dB. Untuk frekuensi tinggi, (ω/α)>>1 atau ω>>α, komponen kedua tersebut didekati dengan − 20 log 1 + (ω / α) 2 ≈ −20 log(ω / α ) (6.18) sehingga kurvanya berupa garis lurus menurun terhadap log(ω). Untuk setiap kenaikan frekuensi 10 kali, yang kita sebut satu dekade, penurunan itu adalah − 20 log(10ω / α ) − 20 log(ω / α ) = −20 log 10 = −20 dB Jadi pendekatan garis lurus untuk komponen kedua ini adalah garis nol untuk 1<ω<α dan garis lurus −20 dB per dekade untuk ω>α. Titik belok terletak pada perpotongan kedua garis ini, yaitu pada (ω/α) =1, yang berarti terletak di frekuensi cutoff, seperti terlihat pada Gb.6.1. Tanggapan fasa kita peroleh dari fungsi fasa (6.13) yaitu ϕ(ω) = θ K − tan −1 (ω / α) (6.16) Komponen pertama fungsi ini bernilai konstan. Komponen kedua memberi pengurangan fasa yang juga menjadi penentu pola perubahan tanggapan fasa. Lengkung komponen kedua ini terlihat pada Gb.6.2. 0 pendekatan garis lurus ϕ [o] −tan−1(ω/α) -45 ωC 1E+06 1E+05 10000 1000 100 10 1 -90 ω [rad/s] Gb.6.2. Pola perubahan−tan−1(ω/α); α=1000 ; dan pendekatan garis lurusnya. 15 Seperti halnya kurva pada Gb.6.1. kurva inipun mendekati nilainilai tertentu secara asimtotik yang juga memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan garis lurus. Pendekatan garis lurus untuk komponen kedua fungsi fasa ini kita lakukan dengan memperhatikan bahwa pada (ω/α)=1, yaitu pada frekuensi cutoff, nilai −tan−1(ω/α) adalah −45o. Pada ω=0.1ωC , nilai −tan−1(ω/α) kecil dan dianggap 0o ; pada ω=10ωC , nilai −tan−1(ω/α) mendekati −90o dan dianggap −90o; untuk ω>10ωC , nilai −tan−1(ω/α) adalah −90o . Jadi untuk daerah frekuensi 0.1ωC < ω < 10ωC perubahan fasa dapat dianggap linier −45o per dekade, seperti terlihat pada Gb.6.2. Dengan pendekatan garis lurus seperti di atas, baik untuk fungsi gain maupun untuk fungsi fasa, maka tanggapan gain dan tanggapan fasa dapat digambarkan dengan nilai seperti tercantum dalam dua tabel di bawah ini. Perhatikanlah bahwa nilai komponen pertama konstan untuk seluruh frekuensi sedangkan komponen kedua mempunyai nilai hanya pada selang frekuensi tertentu. Gain Frekuensi ωC = α ω=1 1<ω<α ω>α Komponen 1 20log(|K|/α) 20log(|K|/α) 20log(|K|/α) Komponen 2 0 0 −20dB/dek 20log(|K|/α) 20log(|K|/α) −20dB/dek Total ϕ Frekuensi ωC = α ω=1 0,1α<ω<10α ω>10α θK θK θK Komponen 2 0 −45 /dek 0 Total θK θK −45 /dek θK Komponen 1 o o 16 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) Kurva pendekatan garis lurus tanggapan gain dan tanggapan fasa ini, dengan mengambil α = 1000, diperlihatkan pada Gb.6.3.a. dan Gb.6.3.b. ϕ [o] Gain [dB] 20 45 θK 20log(|K|/α) 0 0 −45o/dek -45 −20dB/dek -20 -90 b). 1 E+06 1 E+05 1 00 00 10 00 10ωC 1 00 10 1 1 E+06 1 E+05 1 00 00 ω [rad/s] a). 0.1ωC -135 10 00 10 1 -40 1 00 ωC = α ω [rad/s] Gb.6.3. Pendekatan garis lurus tanggapan gain dan tanggapan fasa − lowpass gain. ωC = α = 1000 rad/s. Karena kurva garis lurus adalah kurva pendekatan, maka untuk mengetahui gain sebenarnya, diperlukan koreksi-koreksi. Sebagai contoh, pada Gb.6.3.a. gain pada frekuensi cutoff sama dengan gain maksimum dalam pass-band; seharusnya gain pada frekuensi cutoff adalah gain maksimum dalam pass-band dikurangi 3 dB. 6.3.2. High-Pass Gain Fungsi alih rangkaian orde pertama dengan karakteristik high-pass gain ini berbentuk T (s ) = Ks s+α sehingga T ( jω) = Ks Ks = jω + α α(1 + jω / α ) (6.19) Berbeda dengan fungsi alih low-pass gain, fungsi alih ini mempunyai zero pada s = 0. Fungsi gain dan fungsi fasa-nya adalah T ( jω) = ( K / α)ω 1 + (ω / α ) 2 dan ϕ(ω) = θ K + 90o − tan −1(ω / α) (6.20) ⇒ T ( jω) dB = 20 log( K / α ) + 20 log ω − 20 log 1 + (ω / α) 2 (6.21) 17 Dengan hanya menggunakan pendekatan garis lurus, nilai fungsi gain dan fungsi fasa adalah seperti dalam tabel berikut. Gain Frekuensi ωC = α ω=1 1<ω<α Komponen 1 20log(|K|/α) 20log(|K|/α) Komponen 2 0 Komponen 3 0 Total ω>α 20log(|K|/α) +20dB/dek 20log(α/1)+20dB/dek −20dB/dek 0 20log(|K|/α) 20log(|K|/α) 20log(|K|/α) +20dB/dek +20log(α/1) ϕ(ω) Frekuensi ωC = α ω=1 0,1α<ω<10α ω>10α Komponen 1 θK θK θK Komponen 2 90o 90o 90o Komponen 3 0o −45o/dek −90o θK +90o −45o/dek θK Total θK +90o Pendekatan garis lurus dari tanggapan gain dan tanggapan fasa dengan α=100, diperlihatkan pada Gb.6.4.a.dan Gb.6.4.b. 18 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) 40 θK+90o 90 Gain [dB] ϕ [o] 20 0 θK 1E+06 1E+05 100 1 b). 1000 -45 1E+06 1E+05 10000 1000 100 10 1 10ωC ω [rad/s] 0.1ωC ω [rad/s] -40 a). 0 10 ωC = α 10000 20log(|K|/α) -20 −45o/dek 45 +20dB/dek Gb.6.4. Pendekatan garis lurus tanggapan gain dan tanggapan fasa – highpass gain. ωC = α = 100 rad/s. CO%TOH-6.7: Gambarkan pendekatan garis lurus tanggapan gain dari dua rangkaian yang masing-masing mempunyai fungsi alih T1 ( s) = 20 s + 100 dan T2(s) = 20s s + 100 Penyelesaian: Fungsi gain rangkaian pertama adalah T1 ( jω) = 20 0.2 0.2 = ⇒ T1 ( jω) = jω + 100 1 + jω / 100 1 + (ω / 100) 2 ⇒ T1 ( jω) dB = 20 log( T1 ( jω) ) = 20 log(0.2) − 20 log 1 + (ω / 100) 2 Frekuensi dan nilai tanggapan gain rangkaian pertama terlihat pada tabel berikut ini. Gain Frekuensi ωC = 100 rad/s ω=1 Komponen 1 −14 dB Komponen 2 Total 1<ω<100 ω>100 −14 dB −14 dB 0 0 −20dB/dek −14 dB −14 dB −14 dB −20dB/dek 19 Fungsi gain rangkaian kedua adalah: T2 ( jω) = j 20ω j 0,2ω 0.2ω = ⇒ T2 ( jω) = jω + 100 1 + jω / 100 1 + (ω / 100) 2 ⇒ T2 ( jω) dB = 20 log(0.2) + 20 log(ω) − 20 log 1 + (ω / 100) 2 Frekuensi dan nilai tanggapan gain rangkaian kedua terlihat pada tabel berikut ini. Gain Frekuensi ωC = 100 rad/s ω=1 Komponen 1 −14 dB 1<ω<100 ω>100 −14 dB −14 dB Komponen 2 0 20 dB/dek 40+20 dB/dek Komponen 3 0 0 −20 dB/dek −14 dB −14 dB +20 dB/dek Total 26 dB Gambar tanggapan gain ke-dua rangkaian adalah sebagai berikut. Gain [dB] Gain [dB] 40 40 Komp-1 Komp-2 20 0 -20 Gain 0 -20 Gain ωC -40 Komp-2 20 Komp-1 Komp-3 -40 -60 ω [rad/s] 2) (Rangkaian 20 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) 10000 100 10 1 1000 ω [rad/s] 1) (Rangkaian 10000 1000 100 10 1 -60 6.3.3. Band-Pass Gain Rangkaian dengan karakteristik band-pass gain dapat diperoleh dengan menghubungkan secara bertingkat dua rangkaian orde pertama dengan menjaga agar rangkaian yang di belakang (rangkaian kedua) tidak membebani rangkaian di depannya (rangkaian pertama). Rangkaian pertama mempunyai karakteristik high-pass gain sedangkan rangkaian kedua mempunyai karakteristik low-pass gain. Hubungan kaskade demikian ini akan mempunyai fungsi alih sesuai kaidah rantai dan akan berbentuk T = T1 × T2 = T ( jω) = K1s K × 2 s+α s+β (6.22) K 1 ( jω) K2 K 1 ( jω) K2 × = × jω + α jω + β α(1 + jω / α ) β(1 + jω / β) ⇒ T ( jω) = {K 1 K 2 / αβ}ω 1 + (ω / α )2 × 1 + (ω / β)2 ⇒ T ( jω) dB = 20 log( K 1 K 2 / αβ) + 20 log ω − 20 log 1 + (ω / α) 2 − 20 log 1 + (ω / β) 2 Dengan membuat β >> α maka akan diperoleh karakteristik bandpass gain dengan frekuensi cutoff ωC1 = α dan ωC2 = β. Sesungguhnya fungsi alih (6.22) berbentuk fungsi alih rangkaian orde kedua. Kita akan melihat karakteristik band-pass gain rangkaian orde ke-dua dalam bab berikut. 21 Daftar Pustaka 1. Sudaryatno Sudirham, “Analisis Rangkaian Listrik”, Penerbit ITB 2002, ISBN 979-9299-54-3. 2. Sudaryatno Sudirham, “Pengembangan Metoda Unit Output Untuk Perhitungan Susut Energi Pada Penyulang Tegangan Menengah”, Monograf, 2005, limited publication. 3. Sudaryatno Sudirham, “Pengantar Rangkaian Listrik”, Catatan Kuliah El 1001, Penerbit ITB, 2007. 4. Sudaryatno Sudirham, “Analisis Harmonisa Dalam Permasalahan Kualitas Daya”, Catatan Kuliah El 6004, 2008. 5. P. C. Sen, “Power Electronics” McGraw-Hill, 3rd Reprint, 1990, ISBN 0-07-451899-2. 6. Ralph J. Smith & Richard C. Dorf : “Circuits, Devices and Systems” ; John Wiley & Son Inc, 5th ed, 1992. 7. David E. Johnson, Johnny R. Johnson, John L. Hilburn : “Electric Circuit Analysis” ; Prentice-Hall Inc, 2nd ed, 1992. 8. Vincent Del Toro : “Electric Power Systems”, Prentice-Hall International, Inc., 1992. 9. Roland E. Thomas, Albert J. Rosa : “The Analysis And Design of Linier Circuits”, . Prentice-Hall Inc, 1994. 10. Douglas K Lindner : “Introduction to Signals and Systems”, McGraw-Hill, 1999. 22 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2) Daftar %otasi v atau v(t) : tegangan sebagai fungsi waktu. V : tegangan dengan nilai tertentu, tegangan searah. : tegangan, nilai rata-rata. Vrr : tegangan, nilai efektif. Vrms : tegangan, nilai maksimum, nilai puncak. Vmaks V : fasor tegangan dalam analisis di kawasan fasor. V : nilai mutlak fasor tegangan. V(s) : tegangan fungsi s dalam analisis di kawasan s. i atau i(t) : arus sebagai fungsi waktu. I : arus dengan nilai tertentu, arus searah. : arus, nilai rata-rata. Irr : arus, nilai efektif. Irms Imaks : arus, nilai maksimum, nilai puncak. I : fasor arus dalam analisis di kawasan fasor. I : nilai mutlak fasor arus. I(s) p atau p(t) prr S |S| P Q q atau q(t) w R L C Z Y TV (s) TI (s) TY (s) TZ (s) µ β r g : arus fungsi s dalam analisis di kawasan s. : daya sebagai fungsi waktu. : daya, nilai rata-rata. : daya kompleks. : daya kompleks, nilai mutlak. : daya nyata. : daya reaktif. : muatan, fungsi waktu. : energi. : resistor; resistansi. : induktor; induktansi. : kapasitor; kapasitansi. : impedansi. : admitansi. : fungsi alih tegangan. : fungsi alih arus. : admitansi alih. : impedansi alih. : gain tegangan. : gain arus. : resistansi alih, transresistance. : konduktansi; konduktansi alih, transconductance. 23