16 REPUBLIKA Sabtu, 10 Desember 2011 FOTO-FOTO: ADITYA PRADANA PUTRA/REPUBLIKA DOWNMALL Licin... Tapi Seru lukan teknik khusus untuk dapat menguasainya. Di JDC, anggota kerap saling berbagai ilmu tentang trik mengatasi medan berat. “Kalau sedang sesi diskusi, saya ambil ilmu sebanyak-banyaknya dari senior agar bisa juara di enam seri kompetisi downhill setiap tahun,” kata Cendana. Cedera intermezo ● Kelengkapan keselamatan yang harus dipakai ketika mengikuti kegiatan downhill ataupun downmall adalah helm full face, pelindung siku dan lutut, serta sarung tangan full finger. ● Untuk kelas master A-B-C, perbe- daan yang menentukan adalah dari umur. Untuk master A, usia yang masuk kategori ini adalah 30 sampai 35 tahun. Master B ber usia antara 35 sampai 39 tahun. Sedangkan master C, pesertanya berusia 40 tahun ke atas. ● Di kompetisi downmall yang perta- ma ini, peserta yang paling tua berumur 40 tahun di kategori Master C dan peserta termuda 12 tahun di kategori woman open. ● Kategori woman open dapat di- ikuti oleh peserta perempuan di semua rentang usia. Sedangkan untuk kategori hardtail, sepeda yang digunakan tidak memiliki suspense belakang. Sepeda yang digunakan pun lebih keras karena memang difokuskan untuk kegiatan melompat. ● Meskipun downmall baru pertama kali diadakan di Indonesia, di luar negeri seperti Australia atau Kanada, olahraga ini sudah memiliki cukup banyak penggemar. Sejak 2009 lalu, salah satu atlet downmall di Selandia baru bahkan sudah mengunggah video kegiatannya loncat satu lantai di salah satu mal di sana. Loncat satu lantai di cabang downmall terbilang cukup ekstrem dan memerlukan keahlian khusus. ● Sebex MTB Park di kawasan Gunung Pancar, Sentul, Bogor, menjadi lokasi yang paling sering digunakan komunitas downhill untuk lomba atau berlatih. Selain itu, kawasan perkemahan Cikole, Lembang, juga menjadi tempat beberapa anggota downhill belajar dasar-dasar menguasai medan lembah. ■ Oleh Setyanavidita Livikacansera Latihan konsentrasi dengan bersepeda ajrut-ajrutan. B erusaha mencari keseimbangan hidup, Adi Yudistira sempat rajin berangkat ke kantor naik sepeda. Tetapi, baru tiga bulan menekuni hobinya, karyawan bank ini mengalami gangguan tenggorokan akut. Dokter menganjurkannya untuk tidak lagi bersepeda di tengah parahnya polusi Ibu Kota. Adi mencari alternatif lain untuk tetap dapat melakukan hobinya bersepeda. Ia kemudian menemukan Jakarta Downhillers Community (JDC). Komunitas ini kerap melakukan olahraga downhill di kawasan Sentul, Bogor. Sekali mencoba, Adi merasakan adrenalinnya menggelegak saat menuruni medan lembah yang berat. “Saya jadi ketagihan,” kata Adi yang mulai terpikat downhill sejak tiga tahun lalu. Bersepeda ajrut-ajrutan membangkitkan semangat dan mood bekerja Adi sehari-hari. Sebelum kenal downhill, ia kerap mengeluh gampang capai. “Selain itu, karena tidak punya kegiatan seru yang bisa dilakukan, perasaan saya datar saja menyambut akhir pekan,” ujar Adi. Sejak bergabung dengan JDC, bukan hanya fokus bekerja dan kebugaran tubuh yang Adi rasakan. Kesempatan lari ke alam terbuka juga membuatnya bersemangat melewati akhir pekan. Istri, sejumlah saudara sepupu, dan bahkan sang mertua pun ikut ketularan menggandrungi hobi bersepeda, meski tidak sampai ikut berkompetisi downhill. Setelah terbiasa bersepeda di medan yang tidak rata, Adi mencoba ikut bermain di dalam pertokoan dalam cabang olahraga downmall. Inilah varian baru dari downhill yang ingin diperkenalkan lebih jauh oleh JDC ke masyarakat. Di Indonesia belum pernah ada yang melakukan kegiatan bersepeda di dalam mal. Sedangkan di luar negeri, extreme sports tersebut sudah jamak digelar. “Oleh karena itu, kami ingin lebih memperkenalkan olahraga baru ini kepada downhillers dan sekaligus pada pengunjung mal,” ujarnya. Downmall menuntut konsentrasi yang berbeda dibanding downhill. Medannya menyediakan tantangan yang cukup membuat ngeri kebanyakan orang. Downhillers harus menuruni eskalator dan bersepeda di lantai yang licin serta cukup banyak barang dagangan dan manekin yang tersebar di pinggir lintasan. “Melewati eskalator, kalau kita injak tepinya yang tajam, bisa pecah ban,” tutur Adi. Bagaimana persiapan downhillers menjajal downmall? Cendana Kamarullah bersiap dengan latihan mengganti ban selip dan mengencangkan angin ban. “Ban sepeda saya harus mendarat di bagian tengah eskalator supaya tidak pecah ban,” kata peserta berusia 17 tahun ini. Meski baru pertama mencoba, Cendana ternyata cukup mahir ngegowes di mal. Dia UJI NYALI DI MAL ompetisi urban downmall pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia pada akhir November lalu di Poin Square, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Dibagi dalam tiga kategori, master A-B-C, woman open, dan hard tail open, kegiatan ini diikuti oleh sekitar 89 peserta untuk ketiga kategori. Selama lomba, perserta melewati lintasan balap sepanjang lebih kurang 400 meter yang dilengkapi beberapa rintangan, seperti eskalator dan gap jump. Di luar rintangan yang sengaja disiapkan, peserta juga masih harus berhadapan dengan rintangan lain, yaitu licinnya lantai di dalam mal, kerumunan orang berbelanja, dan pertokoan yang berada di setiap sudut mal. Demi menjaga keselamatan para peserta yang ikut, panitia telah melengkapi pelbagai peralatan lomba, seperti karung pasir, petugas marshall, dan jaring pengaman. “Setiap peserta yang ikut dalam kegiatan ini juga telah di-cover asuransi untuk menjamin keamanan peserta dalam berlomba,” ujar event manager Urban Downmall 2011, Wes Firmansyah. ■ K berhasil merampungkan tantangan dalam waktu satu menit 17 detik. Dia mampu menjaga keseimbangan di medan lantai yang licin, terutama di tikungan setelah turun eskalator. “Bahayanya downmall yang utama adalah lantai licin, tapi tetap saja seru,” komentarnya. Sekali mengikuti kompetisi downmall, Cendana jadi ingin terus mengasah kemampuannya mengatasi medan pertokoan. Kedua orang tua Cendana yang sama-sama hobi sepeda pun mendukung kegiatan olahraga ekstrem yang selama ini diikutinya. “Tapi sebetulnya, soal energi yang dikeluarkan, downhill lebih menguras tenaga ketimbang downmall.” Medan downhill yang keras, landai, dan berbatu memer- Downhill memikat Alia Siti Anisah sejak dua tahun lalu. Ia mengenalnya dari tayangan kegiatan downhill di TV. Dia kemudian mendatangi lokasi latihan komunitas downhill di Gunung Pancar, Bogor, Jawa Barat. Alia yang masih duduk di bangku SMA bertekad untuk belajar lebih jauh tentang olahraga downhill. Teman sekolahnya menganggap ini hobi yang tak lazim. Tetapi, itu tidak menyurutkan semangat Alia untuk terus ber-downhill ria. Alia merasa olahraga downhill memberi banyak sekali keuntungan pada kehidupannya sehari-hari. Ia terlatih untuk fokus menguasai medan yang landai dan penuh rintangan. “Nah, di sekolah, saya pun jadi terbiasa juga untuk tak mudah buyar fokus ketika belajar,” ujar remaja berusia 17 tahun ini. Olahraga ini pernah membuat Alia patah tulang selangkangan. Tepatnya pada April lalu. Namun, setelah lima bulan masa pemulihan, Alia merasa yakin dapat menaklukkan medan pertokoan yang berkarakter jauh berbeda dibanding lembah. Dia pun ikut serta dalam kompetisi downmall pada akhir November lalu. Setelah melakukan satu putaran di kompetisi downmall, ia berkesimpulan tantangan terberat adalah menjaga keseimbangan di tengah licinnya medan. ■ ed: reiny dwinanda