BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk yang cepat menjadi permasalahan penting bagi manusia dalam pemenuhan kebutuhan untuk pemukiman. Jumlah tanah yang semakin terbatas tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Hal ini menyebabkan beberapa penduduk melakukan pembangunan di daerah berlereng dan bertebing. Daerah berlereng dan bertebing ini sangat rawan terhadap bencana seperti gerakan massa tanah. Adanya pengaruh gravitasi suatu massa tanah ataupun batuan yang terletak pada kedudukan miring cenderung membuat tanah bergerak ke bawah mengikuti arah kemiringan lereng. Lereng merupakan suatu kondisi permukaan tanah dimana terdapat perbedaan elevasi antara satu daerah dengan daerah yang lain dan membentuk kemiringan tertentu. Berdasarkan asal pembentukannya, lereng terbagi menjadi 2 macam, yaitu lereng yang terbentuk oleh alam seperti bukit dan sungai dan lereng yang terbentuk akibat ulah manusia seperti galian atau timbunan yang digunakan untuk jalan raya, bendungan, tanggul, dan lainnya. Tanah yang tidak datar seperti lereng menghasilkan komponen gravitasi dan berat yang cenderung menggerakkan massa tanah dari elevasi tinggi ke rendah. Gaya penggerak ini dapat pula disebabkan oleh air dan gempa. Gaya – gaya tersebut akan menghasilkan tegangan pada seluruh massa tanah. Apabila tegangan lebih kecil daripada gaya penggerak yang terjadi maka dapat terjadi kelongsoran. Gerakan massa adalah proses berpindahnya tanah atau batuan yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Gerakan massa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekompakan tanah atau batuan, vegetasi, kemiringan lereng, berat massa tanah atau batuan serta massa benda diatasnya, kandungan air, adanya bidang gelincir, getaran oleh gempa bumi maupun oleh sebab lainnya seperti lewatnya kendaraan berat. Longsoran terjadi apabila adanya gaya gravitasi, gaya yang diakibatkan oleh tekanan air, ataupun adanya pembebanan pada permukaan lereng yang menyebabkan material pada lereng untuk bergerak kearah bawah. Gerakan massa 1 yang sering terjadi dapat memberikan dampak negatif dan sangat merugikan bagi masyarakat luas. Hancurnya bangunan tempat tinggal, konstruksi jalan, area penghasilan pencaharian penduduk sekitar, maupun mengakibatkan hilangnya nyawa manusia akibat terjadinya gerakan massa tersebut. Jika dilihat dari peta daerah penelitian, daerah ini memiliki kontur yang sangat rapat. Hal ini mengidentifikasi bahwa daerah tersebut rentan terhadap longsor. Mengingat besarnya dampak dari bencana gerakan massa ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Mulai dari mengetahui faktor – faktor pengontrol dan faktor pemicu, mekanisme terjadinya gerakan massa, serta saran – saran terhadap upaya penanggulangannya, sehingga dapat mengurangi resiko gerakan massa tersebut. Berdasarkan alasan-alasan di atas maka dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul “Zonasi Kerentanan Gerakan Massa Tanah Kecamatan Bener dan sekitarnya, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah” I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui zona kerentanan gerakan tanah, dan mencegah terjadinya resiko bencana gerakan tanah di daerah sekitar penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi geologi pada daerah penelitian 2. Mengetahui jenis longsor di daerah penelitian 3. Membuat peta zonasi kerentanan daerah penelitian I.3. Manfaat Penelitian Adanya pemukiman dan tata guna lahan yang salah pada daerah yang berlereng terjal secara tidak langsung akan semakin membuat tingkat kerentanan pada daerah penelitian semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dibuat peta kerentanan gerakan tanah. Pembuatan peta kerentanan gerakan tanah akan sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pembuatan tata guna lahan serta pengembangannya, sehingga dapat mengurangi resiko gerakan tanah yang ada di daerah tersebut. 2 I.4. Lokasi Penelitian Daerah penelitian berada di Kecamatan Bener dan sekitarnya, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi daerah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. Daerah ini terletak pada Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408231 Purworejo dan Peta Geologi Regional Lembar Yogyakarta (Raharjo, 1995). Berada pada titik koordinat 9160000-400000, 9160000-404000, 9155000404000 dan 9155000-400000 dengan luas daerah penelitian kurang lebih 30 km2. Daerah penelitian dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 dengan jarak tempuh sekitar 50 km atau sekitar 1 jam dari Kota Yogyakarta. Gambar 1.1 Peta Lokasi Daerah Penelitian 3 I.5. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah membuat peta zonasi kerentanan gerakan tanah serta memberikan penanganan alternatif bencana gerakan tanah dan batuan di daerah sekitar penelitian. Pembuatan peta zonasi kerentanan gerakan tanah dan batuan dilakukan berdasarkan peta parameter yaitu peta geologi, peta geomorfologi, dan peta tata guna lahan. I.6. Peneliti Terdahulu Pemetaan maupun penelitian mengenai gerakan massa tanah dan batuan di daerah Kabupaten Purworejo telah banyak dilakukan. Beberapa peneliti yang pernah melakukan penelitian adalah : 1. Wartono Rahardjo dan Sutikno Bronto, 1979, Geologi daerah Borobudur dan sekitarnya, Kabupaten Magelang, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Teknik Geologi UGM. Buku ini berisi laporan pemetaan geologi daerah Borobudur dan sekitarnya, yang termasuk didalamnya kondisi geomorfologi, struktur geologi, stratigrafi dan sejarah geologi daerah. 2. Retno Anjarwati, 2004, Thesis S2, Teknik Geologi FT UGM mengenai pencermatan daerah berpotensi gerakan tanah di Kecamatan Borobudur dan sekitarnya, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini berisi kondisi daerah yang berpotensi gerakan tanah dan faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah tersebut 3. Andaru Cahyo Guntoro, 2009, Tugas Akhir, Teknik Geologi FT UGM mengenai daerah kerentana gerakan massa tanah dan batuan di daerah Giripurno, Giritengah dan sekitarya, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini berisi kondisi daerah yang berpotensi terjadinya gerakan tanah dan batuan serta faktor – faktor pengontrol terjadinya. 4 4