pengaruh mekanisme corporate governance

advertisement
PENGARUH MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PERINGKAT
OBLIGASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Pefindo
dan BEI Periode 1 Januari 2010 - 31 Mei 2014)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun Oleh :
GYNA LEA JELITA
NIM. 12030110120057
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
i
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: Gyna Lea Jelita
Nomor Induk Mahasiswa
: 12030110120057
Fakultas/Jurusan
: Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi
: PENGARUH MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PERINGKAT
OBLIGASI (Studi Empiris Pada Perusahaan
Non Keuangan yang Terdaftar di Pefindo dan
BEI Periode 1 Januari 2010 - 31 Mei 2014)
Dosen Pembimbing
: Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt.
Semarang, 10 Juli 2014
Dosen Pembimbing,
(Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt.)
NIP. 19670814 1999802 2001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun
: Gyna Lea Jelita
Nomor Induk Mahasiswa
: 12030110120057
Fakultas / Jurusan
: Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi
Judul Skripsi
: PENGARUH MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PERINGKAT
OBLIGASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Non
Keuangan yang terdaftar di Pefindo dan BEI
Periode 1 Januari 2010 - 31 Mei 2014)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 7 Agustus 2014
Tim Penguji :
1.
Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt.
(........................................)
2.
Dr. Dwi Ratmono, S.E., M.Si., Akt.
(.........................................)
3.
Wahyu Meiranto, S.E., M.Si., Akt.
(.........................................)
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Gyna Lea Jelita, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan
yang terdaftar di Pefindo dan BEI Periode 1 Januari 2010 - 31 Mei 2014), adalah
hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang
lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari
penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau
tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya
ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis lainnya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan
oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 10 Juli 2014
Yang membuat pernyataan,
Gyna Lea Jelita
NIM : 12030110120057
iv
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of corporate governance on
bond rating. Variables examined in this research consisted of corporate
governance which measured by board of commissioners size, audit committees
size, managerial ownership, and institutional ownership.
Bond ratings are
measured by the ratings from Pefindo.
The sample which is used in this research was non-financial companies
which had bond ratings from Pefindo and listed on the Indonesian Stock
Exchange during the period 1 Januari 2010- 31 May 2014. Based on purposive
sampling method, sample amount of 52 companies. The analysis technique in this
study uses an ordinal logistic regression analysis which used SPPS program
version 20.
The results showed that corporate governance mechanisms which
measured by audit committees size has significant effect on bond ratings.
Meanwhile, board of commissioner size, managerial ownership and institutional
ownership have not significant effect on bond ratings.
Keyword
:
corporate
governance
v
mechanism,
bond
ratings
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh mekanisme Corporate
Governance terhadap peringkat obligasi. Variabel yang diuji dalam penelitian ini
terdiri dari Corporate Governance yang diukur dengan ukuran dewan komisaris,
ukuran komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Peringkat obligasi dinilai dengan peringkat yang dikeluarkan oleh Pefindo.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang mendapat
peringkat obligasi dari Pefindo dan terdaftar di BEI selama periode 1 Januari 2010
- 31 Mei 2014. Berdasarkan metode purposive sampling, diperoleh sampel sebesar
52 perusahaan. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
logistik ordinal dengan program SPSS versi 20.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa corporate governance
yang diproksikan dengan ukuran komite audit berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Sementara itu, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Kata kunci : mekanisme corporate governance, peringkat obligasi
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu.”
(Mazmur 56:4)
“Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan
ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.”
(Yesaya 52:13)
“And when the rain blows, as shadows grow close, don’t be afraid.
There’s nothing you can’t face.”
-Through the Rain, Mariah Carey-
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Papa dan Mama terkasih
Kakak, Adik tersayang
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PERINGKAT OBLIGASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan
yang Terdaftar di PEFINDO dan BEI Periode 1 Januari 2010 - 31 Mei
2014)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Strata 1 (S1) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini terdapat kendala, akan
tetapi berkat bantuan dari dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat, hikmat dan penyertaanNya yang
tidak pernah berhenti di sepanjang perkuliahan sampai pada detik akhir
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Drs. H. Muhammad Nasir, M.Si., Akt., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
3. Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
4. Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen pembimbing yang
memberikan arahan dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Dr. Haryanto, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen wali yang telah memberikan
arahan, motivasi dan kemudahan dalam setiap urusan perkuliahan.
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen FEB Undip atas ilmu pengetahuan serta didikan
moral yang telah diajarkan selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Staf Akademik, Tata Usaha, dan Perpustakaan yang membantu
setiap urusan perkuliahan dan penyusunan skripsi.
8. Keluargaku terkasih, Muso Adhiwardoyo (papa), Sukatri (mama), Cheney
Christ Sabatini, Trisha Dayanara, dan sanak saudara lain. Terimakasih
untuk setiap doa, puasa, dan dukungan yang tidak berhenti mengalir.
9. Keluarga besar PMK FEB Undip, Teater Obkial, dan Refomedia; Mas
Mike, kak Vera, kak Maria Meilinda, kak Winda, kak Yeyen, Lise, Fajar,
Ina, Eliana, Debby, Samuel, Paguh, Evans, Randy, Andrian, Bramasido,
Mariati, Mindo, Astuti dan anggota PMK’ers lainnya. Terkhusus PMK
2010, Yosevine, Adiel, Rexy, Olin, Esy, Milka, Ari, Yosua, Briliant,
Getha, Marcel, Lena, Kristin, Elma untuk perhatian, doa dan persekutuan
bersama kalian. Till we meet and have a quality time again, someday.
10. Teater OBKIAL 2012-2013, Bang Renhard Gultom, Krisnauli Pakpahan,
Ondy Yanuarli, Claudia Sitanggang, Enny Simanjuntak, Maria Carolin,
Tri Puji, Robby Keliat, Yonatan Pasaribu, Prawira Putri, Rexy Dimara,
Rado Purba, Melvin Silalahi, Yosua Martin, Abram Andalen, Putri Sinaga.
Terimakasih untuk kebersamaan dalam pelayanan teater yang memberikan
begitu banyak pelajaran, berkat, dan kekeluargaan yang berarti.
11. Teman-teman Akuntansi Reguler 1 2010 untuk masa perkuliahan yang
indah. Terkhusus Devi Indriyani, Wahyu Setyawati Utami, Norma, Candri
atas waktu, canda, dan semua kebaikan kalian.
ix
12. KOMCIL RAINBOW (Kak Wiwik, Gusrida, Esynasali), dan Adik-adik
KOMCIL (Melsyi, Janette, Mutiara dan Oktiana). Bersyukur memiliki
tempat untuk bertumbuh dan berbagi cerita, serta mengenal pribadi kalian.
13. Keluarga Mahasiswa Advent Semarang (KMAS), Phanie Kristian, Susma,
Franz, Putri, Yesaya, Freddy, Ronggur, Meita, Michael H, Alvhan, Arvin,
Chris, Sabath, Adel, Jessica, Widya, Eveline, Yudhistira, Edo, Kak Joice,
Kak Stenny, Kak Dion, Bang Samuel. The finest years I ever knew, were
all the years I had with you. Thankyou for all the memories we’ve made.
14. Keluarga Pdt. Yusak, Pdt. Annio, Pdt. Andri, Asrama 478, dan seluruh
anggota jemaat GMAHK Mataram Semarang. Terimakasih untuk segala
bentuk perhatian, pelayanan, KPD, serta potluck di setiap Sabat.
15. Para wanita Kavling 2 Nirwanasari Cluster atas semua sukacitanya.
16. Rekan KKN Tim I Tahun 2014 Desa Salam, Kecamatan Salam, Magelang.
17. Anggota UKM Taekwondo Undip atas pelajaran dan kebersamaannya.
18. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bentuk
dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu adanya kritik dan saran dari semua pihak dapat membantu
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang, 10 Juli 2014
Penulis
Gyna Lea Jelita
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ....................................
iii
PERNYATAAN ORISINAL SKRIPSI ...........................................................
iv
ABSTRACT.......................................................................................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL..................................................................................... ....... xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................
7
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
9
2.1 Landasan Teori ...............................................................................
9
xi
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)..........................................
9
2.1.2 Teori Agensi (Agency Theory) .............................................
10
2.1.3 Obligasi ................................................................................
13
2.1.3.1 Pengertian Obligasi..................................................
13
2.1.3.2 Jenis-jenis Obligasi ..................................................
16
2.1.3.3 Risiko Obligasi ........................................................
19
2.1.4 Peringkat Obligasi ................................................................
20
2.1.4.1 Pengertian Peringkat Obligasi .................................
20
2.1.4.2 Manfaat Peringkat Obligasi ....................................
21
2.1.4.3 Lembaga Pemeringkat Obligasi ...............................
23
2.1.4.4 Rating Requirements ................................................
26
2.1.4.5 Proses Pemeringkatan Obligasi ...............................
28
2.1.5 Good Corporate Governance .............................................
31
2.1.5.1 Pengertian Good Corporate Governance ...............
31
2.1.5.2 Prinsip Good Corporate Governance .....................
32
2.1.5.3 Mekanisme Good Corporate Governance ..............
34
2.1.5.4 Ukuran Dewan Komisaris .......................................
35
2.1.5.5 Ukuran Komite Audit ..............................................
37
2.1.5.6 Kepemilikan Manajerial...........................................
38
2.1.5.7 Kepemilikan Institusional ........................................
39
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................
40
2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................
45
xii
2.4 Perumusan Hipotesis ......................................................................
46
2.4.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap peringkat
Obligasi................................................................................
46
2.4.2 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Peringkat
Obligasi................................................................................
47
2.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Peringkat
Obligasi................................................................................
48
2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Peringkat Obligasi ...............................................................
49
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
51
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...............................
51
3.1.1 Variabel Dependen...............................................................
51
3.1.2 Variabel Independen ............................................................
53
3.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris........................................
53
3.1.2.2 Ukuran Komite Audit ..............................................
53
3.1.2.3 Kepemilikan Manajerial...........................................
54
3.1.2.4 Kepemilikan Institusional ........................................
54
3.1.3 Variabel Kontrol...................................................................
54
3.1.3.1 Likuiditas..................................................................
55
3.1.3.2 Size ...........................................................................
55
3.1.3.3 Return on Assets ........................................................
55
3.1.3.4 Return on Equity........................................................
56
3.1.3.5 Debt to Equity Ratio ..................................................
56
3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................
57
xiii
3.2.1 Populasi .................................................................................
57
3.2.2 Sampel...................................................................................
57
3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................
58
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................
58
3.3 Metode Analisis Data .....................................................................
58
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif .........................................................
59
3.5.2 Uji Multikolonieritas ............................................................
59
3.5.3 Analisis Logistik Ordinal .....................................................
59
3.5.3.1 Menilai Model Fit ....................................................
59
3.5.3.2 Koefisien Determinasi (Pseudo R Square) ..............
60
3.5.3.3 Estimasi Parameter dan Interpretasi ........................
60
3.5.3.4 Uji Parallel Lines .....................................................
61
3.5.3.5 Model Regresi..........................................................
62
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................
62
4.1 Deskripsi Objek Penelitian.............................................................
62
4.2 Hasil Analisis Data.........................................................................
63
4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................
63
4.2.2 Hasil Uji Multikolonieritas...................................................
66
4.2.3 Hasil Analisis Logistik Ordinal ...........................................
67
4.2.3.1 Menilai Model Fit ....................................................
67
4.2.3.2 Koefisien Determinasi (Pseudo R Square) ..............
69
4.2.3.3 Estimasi Parameter dan Interpretasi ........................
70
xiv
4.2.3.4 Uji Parallel Lines .....................................................
72
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ..............................................................
73
4.4 Interpretasi Hasil ............................................................................
75
4.4.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Peringkat
Obligasi ................................................................................
75
4.4.2 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Peringkat
Obligasi ................................................................................
76
4.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Peringkat
Obligasi ................................................................................
77
4.4.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Peringkat
Obligasi ................................................................................
78
BAB V PENUTUP...........................................................................................
80
5.1 Kesimpulan.....................................................................................
80
5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................
81
5.3 Saran .............................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
83
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Peringkat Obligasi.......................................................
24
Tabel 2.2 Definisi Peringkat Obligasi PT. Pefindo .......................................
25
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu .....................................................................
40
Tabel 3.1 Konversi Peringkat Obligasi .........................................................
52
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian..................................................
62
Tabel 4.2 Deskriptif Variabel Penelitian.......................................................
63
Tabel 4.3 Koefisien Korelasi Variabel ..........................................................
66
Tabel 4.4 Persentase Peringkat dan Jumlah Perusahaan ...............................
67
Tabel 4.5 Penilaian Model Fit .......................................................................
69
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi (Pseudo R Square)....................................
70
Tabel 4.7 Interpretasi Nilai Estimasi Parameter............................................
71
Tabel 4.8 Hasil Uji Parallel Lines .................................................................
73
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Penelitian............................................................
75
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Proses Pemeringkatan PT. Pefindo...........................................
28
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran .................................................................
45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A
: Daftar Perusahaan Sampel......................................................
88
Lampiran B
: Data Corporate Governance Tahun 2009-2013.....................
89
Lampiran C
: Hasil Output SPSS..................................................................
96
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar obligasi (bond market) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
positif di tengah pengetatan stimulus moneter (tappering off) yang dilakukan oleh
Bank Sentral Amerika. Isu tapering yang diberitakan pada Mei 2013 menyatakan
bahwa tingkat bunga dan hasil obligasi AS meningkat sehingga menyebabkan
aliran modal di pasar keuangan Asia mengalir ke AS. Menurut Data Asian Bond
Monitor, obligasi dengan denominasi mata uang lokal, cukup stabil pada kuartal
IV-2013 di negara kawasan Asia Timur, yaitu RRC, Hongkong, Indonesia, Korea
Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Indonesia tercatat
sebagai negara dengan pertumbuhan pasar obligasi kedua setelah Vietnam sebesar
6,8 % pada kuartal IV 2013 di kawasan Asia Timur (sumber: www.jurnas.com).
Bukti mengenai pertumbuhan pasar obligasi yang positif di kuartal IV2013 didukung oleh data pencatatan obligasi Bursa Efek Indonesia selama bulan
Oktober-Desember 2013. Perusahaan yang menerbitkan obligasi yaitu Jasa
Marga, Duta Anggada Realty, Adira Finance, PT Arita Prima Indonesia Tbk.,
Bank CIMB Niaga, Astra Sedaya Finance, Tower Bersama Infrastruktur, PT
Logindro Samudramakmur, Bank Permata, dan Mitra Adiperkasa. Sedangkan
pada awal tahun 2014, penerbitan surat berharga yaitu obligasi tercatat empat
1
2
perusahaan besar seperti Verena Multi Finance, Federal International Finance,
Mitra Adi Perkasa, dan Toyota Astra Financial Service.
Tingginya tingkat investasi melalui obligasi didorong oleh hasil imbalan
tinggi setelah penerbitan obligasi. Dana hasil penerbitan obligasi digunakan untuk
menambah modal kerja, seperti yang dilakukan PT Verena Multi Finance Tbk,
yang menerbitkan surat utang bernilai Rp. 135 milyar pada Kamis, 20 Maret
2014. PT. Verena Multi Finance Tbk. akan menggunakan seluruh dana hasil
penerbitan obligasi untuk menambah modal kerja dan pembayaran aktivitas
perusahaan. Seperti yang dilakukan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) pada
Juli 2013 menerbitkan obligasi sebesar Rp. 1.000.000.000.0000. Dana hasil
obligasi sebesar 60 % digunakan untuk modal kerja ke UMKM melalui unit
layanan modal mikro, sedangkan sisanya, sebesar 40 % digunakan untuk
pelunasan sebagian utang di Perbankan.
Dalam berinvestasi, seorang investor pasti mengharapkan keuntungan,
namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan investasi menguntungkan, dan
terdapat risiko. Investor obligasi harus berjaga-jaga terhadap risiko perusahaan
yaitu default risk atau risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar yaitu risiko
perusahaan karena tidak mampu memenuhi janji yang telah ditetapkan, yaitu tidak
mampu membayar kupon, atau mengembalikan pokok obligasi. Kasus gagal bayar
obligasi terjadi pada beberapa perusahaan besar di Indonesia. PT Smartfren
Telecom Tbk. (FREN) mengalami dua kali gagal bayar obligasi pada tahun 2008
dan 2010. Sedangkan di tahun 2013, PT. Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) gagal
3
membayar kupon bunga obligasi bertajuk guaranteed senior notes yang
diterbitkan oleh anak usahanya.
Sebelum diperjualbelikan di pasar modal, obligasi harus melalui proses
pemberian peringkat (rating) dan dilakukan oleh suatu lembaga yaitu agen
pemeringkat obligasi (Rating Agency). Agen pemeringkat adalah suatu lembaga
independen yang menerbitkan peringkat serta memberikan informasi mengenai
risiko kredit untuk berbagai surat hutang (bond rating atau peringkat obligasi)
maupun peringkat untuk perusahaan itu sendiri (general bond rating). Dalam
Lampiran Surat Bank Indonesia Nomor 7/8/DPNP/2005 terdapat empat lembaga
pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia, antara lain Standard and Poor’s
Ratings, Moody’s Indonesia, Fitch Ratings, Kasnic Credit Rating Indonesia, dan
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Salah satu agen pemeringkat utama yang
dipercaya perusahaan untuk menilai obligasinya adalah PT. Pefindo. PT Pefindo
merupakan salah satu badan perseroan terbatas swasta yang didirikan atas inisiatif
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) dan Bank Indonesia serta merupakan
suatu lembaga penunjang Pasar Modal Indonesia yang bekerja secara objektif dan
independen.
Pefindo menilai faktor-faktor yang menentukan tingginya peringkat
obligasi adalah kondisi keuangan perusahaan dan risiko profil bisnis. Akan tetapi
menurut Bradley dkk. (2007), praktek GCG juga dapat menjelaskan perbedaan
peringkat obligasi perusahaan yang tidak tertangkap dari kondisi keuangan
perusahaan. Mekanisme GCG juga dapat mengurangi risiko gagal bayar dengan
cara mengurangi biaya agensi yaitu dengan memonitor kinerja manajemen dan
4
mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan kreditur. Implementasi
dalam penerapan Good Corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan dapat
memberi keyakinan dalam pengembalian return atas investasi, khususnya bagi
investor dan kreditor.
Penelitian mengenai pengaruh corporate governance dengan peringkat
obligasi telah banyak dilakukan, akan tetapi memberikan hasil yang tidak
konsisten. Setyaningrum (2005) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan dan
mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan block holder,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit, komite audit,
dan struktur dewan komisaris terhadap seluruh perusahaan yang tercatat di BEJ
dan BES serta masih beredar per 31 Desember 2002-31 Desember 2004.
Penelitian ini menggunakan analisis ordered logit dan diperoleh hasil yaitu block
holder, kepemilikan institusional, kualitas audit dan komite audit berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi, sedangkan variabel lainnya tidak
signifikan. Prasetiyo (2010) meneliti pengaruh profitabilitas dan mekanisme
corporate governance terhadap peringkat obligasi perusahaan non keuangan di
BEI periode 2005-2009 dengan menggunakan analisis regresi logistik ordinal.
Hasil penelitian menyatakan bahwa dewan komisaris, komite audit, kualitas audit
dan profitabilitas signifikan memprediksi peringkat obligasi.
Namun, penelitian Utami (2012), Sunarjanto dan Tulasi (2010) dalam
penelitiannya
menemukan
hasil
yang
tidak
sejalan
dengan
penelitian
Setyaningrum (2005) dan Prasetiyo (2010). Dari penelitian tersebut memberi
pernyataan bahwa tidak terdapat pengaruh corporate governance terhadap
5
peringkat obligasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dengan
menggunakan analisis regresi logistik. Penelitian yang dilakukan Sunarjanto dan
Tulasi (2010). Penelitian ini juga memberikan hasil yang sama, bahwa corporate
governance tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi dengan sampel
perusahaan consumer goods periode 2007-2009 dengan analisis multiple logistic
regression.
Dari
ketidakkonsistenan
hasil
penelitian
tersebut,
maka
tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali faktor yang berpengaruh
terhadap peringkat obligasi pada variabel mekanisme corporate governance.
Penelitian penulis mereplikasi penelitian yang dilakukan Utami (2012). Perbedaan
dengan penelitian penulis adalah objek penelitian, penambahan variabel ukuran
ukuran dewan direksi, peniadaan variabel komisaris independen serta penggunaan
variabel control, alat uji yang berbeda dengan analisis regresi logistik ordinal
dengan delapan kategori. Objek penelitian ini adalah seluruh perusahan non
keuangan yang mendapatkan peringkat obligasi periode 1 Januari 2010-31 Mei
2014 dari PT Pefindo dan terdaftar di BEI. Pada penelitian Utami (2012),
menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di
BEI dan Pefindo tahun 2008-2010. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi konseptual bagi pengembangan literatur peringkat obligasi.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam berinvestasi khususnya investasi surat hutang (obligasi), investor
harus berhati-hati terhadap risiko gagal bayar obligasi. Untuk menghindari hal
tersebut, investor terlebih dahulu menilai kelayakan obligasi tersebut melalui
6
peringkat obligasi. Dasar penilaian pemberian peringkat obligasi yang dilakukan
adalah rasio keuangan dan risiko profil bisnis. Akan tetapi menurut Bradley dkk.
(2007), praktek GCG juga dapat menjelaskan perbedaan peringkat obligasi
perusahaan yang tidak tertangkap dari kondisi keuangan perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap peringkat
obligasi telah dilakukan dan memberikan hasil yang tidak konsisten, yaitu
penelitian Setyaningrum (2005) dan Prasetiyo (2010) menyatakan mekanisme
corporate governance signifikan terhadap peringkat obligasi. Pada penelitian
Setyaningrum (2005) memberikan hasil block holder, kepemilikan institusional,
kualitas audit dan komite audit signifikan terhadap peringkat obligasi, sedangkan
pada penelitian Prasetiyo (2010), variabel yang signifikan terhadap peringkat
obligasi yaitu dewan komisaris, komite audit, dan kualitas audit. Hasil kedua
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Utami (2012) dan
Sunarjanto dan Tulasi (2010). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak
ada variabel mekanisme corporate governance terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini bermaksud untuk menguji
mekanisme corporate governance dalam memprediksi peringkat obligasi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap peringkat
obligasi?
2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap peringkat obligasi?
7
3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap peringkat
obligasi?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap peringkat
obligasi?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme
corporate governance yang diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, ukuran
komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap
perusahaan non keuangan yang menerima peringkat obligasi dari PT. Pefindo dan
terdaftar di BEI periode 1 Januari 2010-31 Mei 2014.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis untuk
mengembangkan konsep good corporate governance yang dapat menambah
pengetahuan mengenai pentingnya mekanisme corporate governance dalam
menentukan peringkat obligasi. Selain itu, manfaat penelitian ini bagi investor
adalah sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi di pasar modal
khususnya investasi obligasi.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab. Bab I
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka berisi
8
landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian berisi definisi operasional variabel penelitian, populasi
dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode
analisis. Bab IV Hasil dan Analisis Data berisi deskripsi objek penelitian, analisis
data dan interpretasi hasil. Bab V Penutup berisi kesimpulan, keterbatasan, dan
saran dari hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan hubungan
manajemen dan pihak penerima informasi. Teori sinyal didasarkan pada asimetri
informasi, yaitu ketidakseimbangan perolehan informasi. Informasi yang diterima
tidak sama oleh karena satu pihak memiliki informasi yang lebih baik dibanding
dengan pihak lain. Oleh sebab itu, pihak manajemen perlu memberikan informasi
yang diperlukan pihak-pihak penerima informasi baik di dalam maupun di luar
perusahaan. Informasi sangat berguna dalam memberikan catatan mengenai apa
yang telah dilakukan perusahaan di masa lalu dan gambaran keadaan perusahaan
di masa depan dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Informasi yang dipublikasi sebagai suatu pengumuman dalam bentuk apa
pun akan menjadi signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Informasi yang diumumkan harus tersusun secara lengkap, relevan, akurat dan
diumumkan tepat waktu karena berkaitan dengan tindakan investor di pasar
modal. Investor menerjemahkan informasi sebagai sinyal yang baik (good news)
atau sinyal yang buruk (bad news). Apabila pengumuman berisi hal positif, maka
dikategorikan sebagai sinyal baik dan perusahaan dalam kondisi baik. Sinyal
positif
memberikan
dampak
bagi
9
pasar
untuk
bereaksi
positif.
10
Sebaliknya, jika informasi berisi hal negatif, maka dikategorikan sebagai sinyal
buruk yang akan memberikan dampak negatif dari reaksi pasar bagi perusahaan.
Salah satu jenis informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan khususnya
di pasar modal adalah peringkat obligasi. Peringkat obligasi dapat menjadi sinyal
bagi pihak di luar perusahaan yaitu investor oleh karena mencerminkan keamanan
dan risiko yang dimilki oleh surat berharga tersebut. Informasi yang terkandung
dalam peringkat obligasi berupa informasi mengenai kinerja industri, kinerja
keuangan dan kinerja non keuangan perusahaan. Peringkat obligasi yang
dipublikasikan hendaknya relevan dengan kondisi perusahaan sehingga membuat
investor merasa aman dan meningkatkan tingkat kepercayaan investor terhadap
perusahaan dan surat berharga yang dikeluarkan.
Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan
informasi perusahaan. Asimetri informasi yang timbul saat manajer mengetahui
informasi mengenai prospek perusahaan di masa depan daripada pihak eksternal
perusahaan dapat dikurangi dengan kualitas informasi. Kualitas informasi dari
peringkat obligasi diharapkan menjadi sinyal yang menyatakan kondisi keuangan
dan sinyal mengenai kinerja manajemen perusahaan terkait oleh karena manajer
turut memberikan informasi yang berkualitas dalam peringkat obligasi sehingga
dapat mengurangi asimetri informasi.
2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori yang mendasari hubungan kontrak antara pemilik modal (principal)
dengan agen (agent) adalah teori keagenan (agency theory). Pemilik modal atau
11
investor mendelegasikan wewenang (agensi) kepada manajer untuk melakukan
pekerjaan atas nama pemilik seperti pengelolaan perusahaan dan pengambilan
keputusan, dan kontrak tersebut dinamakan agency relationship. Pendelegasi
wewenang yaitu investor berkehendak supaya manajer dapat mengoptimalkan
peran dan sumber daya di dalam perusahaan secara maksimal serta bertindak
sesuai dengan kehendak pemilik. Hubungan antara pemilik modal dan manajer
sulit tercipta oleh karena perbedaan kepentingan yang disebut dengan conflict of
interest yang kemudian akan menyebabkan munculnya agency cost atau biaya
keagenan. Dengan adanya konflik kepentingan dapat menimbulkan permasalahan
yaitu asimetri informasi.
Asimetri informasi juga dapat menimbulkan permasalahan, yang menurut
Jensen dan Meckling (1976) permasalahan tersebut adalah:
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agent tidak
melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil agen didasarkan pada
informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai kelalaian dalam
tugas.
Tindakan yang dilakukan agen yang tidak sesuai dengan kepentingannya
dapat diminimalkan dengan cara (Jensen dan Meckling, 1976):
12
1. Mengawasi perilaku agent dengan mengadopsi fungsi audit dan
mekanisme
corporate
governance
lain
yang
dapat
meluruskan
kepentingan agent dan kepentingan principal.
2. Menyediakan insentif kepegawaian yang menarik kepada agent dan
mengadakan struktur reward yang dapat membujuk para agent untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik principal.
Asimetri juga dapat disebabkan oleh karena satu pihak memiliki informasi
yang banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Dalam hal ini, agen yang
mengerti lebih banyak tentang kondisi perusahaan dan melaksanakan perjanjian
kontrak dituntut untuk memberi informasi secara lengkap kepada prinsipal.
Namun pada kenyataannya, agen tidak memberikan informasi sesuai dengan fakta
oleh karena imbalan yang diterima harus sama besarnya dengan tanggung jawab
yang diberikan.
Eisenhardt (1989) mengatakan teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat
manusia, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi tersebut, manajemen diasumsikan tidak memberikan
informasi yang lengkap sesuai tanggung jawabnya oleh karena mengutamakan
kepentingannya sendiri dan tidak menjalankan dengan penuh perjanjian
kontraknya.
13
Dalam hubungan antara principal dan agent berkaitan dengan penerapan
Good Corporate Governance atau yang dikenal dengan tata kelola perusahaan.
Dengan diberlakukannya tata kelola perusahaan akan memberikan keyakinan serta
jaminan bagi principal atas tindakan agent supaya tidak menyalahgunakan
wewenang yang diberikan dan berhati-hati dalam berinvestasi pada suatu proyek.
Tata kelola perusahaan juga dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan kedua
belah pihak serta menurunkan biaya keagenan dengan cara memonitor kegiatan
nmanajemen. Selain itu, tata kelola perusahaan juga merupakan indikator
penilaian kinerja perusahaan bagi para investor yang akan melakukan investasi
obligasi.
2.1.3 Obligasi
2.1.3.1 Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan Surat Berharga dengan Pendapatan Tetap (fixedincome securities) yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada pembeli
obligasi (bondholder) dan diperjualbelikan di dalam Pasar Modal. Obligasi
merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan
yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa
bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli obligasi (Bursa Efek Indonesia).
Obligasi menawarkan aliran pendapatan kas yang tetap dan kupon yang
dibayar secara reguler yang telah ditetapkan sebelumnya kepada para investor.
Hal ini disebabkan pendapatan yang diterima oleh pemilik obligasi (pokok dan
14
bunga) tidak terpengaruh oleh perubahan harga sekuritas utang yang bersangkutan
(Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006).
Penerbitan obligasi memberikan manfaat bagi penerbit maupun pembeli
obligasi. Salah satu tujuan penerbitan obligasi diterbitkan adalah untuk alternatif
pendanaan jangka panjang oleh karena tingkat bunga obligasi relatif lebih rendah
daripada tingkat bunga pinjaman bank sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran relatif lebih kecil. Oleh karena tingkat bunga obligasi yang lebih
rendah dari tingkat bunga pinjaman bank, maka terdapat selisih yang dapat
digunakan sebagai pendanaan kegiatan operasional perusahaan.
Obligasi menawarkan keuntungan bagi pembeli obligasi, yaitu keuntungan
dari pembayaran kupon yang relatif lebih besar dari dari tingkat suku bunga
deposito. Bunga menjadi menarik bagi investor jika bunga yang dibayarkan lebih
tinggi daripada tingkat bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank (Bursa Efek
Indonesia). Selain itu, pembeli obligasi dapat memperoleh keuntungan lain yaitu
capital gain. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari penjualan
kembali obligasi tersebut jauh lebih tinggi dari harga belinya. Jika suatu saaat
nilai obligasi meningkat, maka pembeli obligasi dapat menjual kembali
obligasinya melalui pialang obligasi atau dealer di pasar sekunder tanpa
menunggu obligasi jatuh tempo.
15
Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi memiliki beberapa karakteristik
yaitu:
1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang
akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh
tempo.
2. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah
setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual
persentase.
3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari
sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam
waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki
resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki
periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang
jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya.
4. Penerbit/Emiten (Issuer) mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi
Ritel. Mengukur resiko/kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat
melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu
(disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang
16
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic
Indonesia.
2.1.3.2 Jenis-jenis Obligasi
Berdasarkan jenis penerbitnya, obligasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Obligasi Pemerintah (Government Bonds) merupakan surat utang yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh negara. Di Indonesia, .salah satu jenis obligasi pemerintah
yang aktif diperdagangkan adalah Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
2. Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bonds) yaitu obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk pendanaan
proyek pembangunan daerah setempat.
3. Obligasi Korporasi (Corporate Bonds) yaitu obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan, baik perusahaan publik dan non publik, yang digunakan untuk
aktivitas perusahaan.
Berdasarkan sistem pembayaran bunga, obligasi dibedakan menjadi:
1. Obligasi suku bunga tetap (Fixed Rate / Straight Bonds), yaitu obligasi
yang memberikan kupon dengan persentase yang tetap dari awal
diterbitkan hingga jatuh tempo.
2. Obligasi Floating (Floating Rate Notes), yaitu obligasi dengan besar
kupon yang tidak tetap, tetapi berdasarkan ukuran tertentu, seperti tingkat
bunga obligasi yang berlaku di pasar.
17
3. Obligasi kombinasi bunga tetap mengambang (Combination Rate Bond),
yaitu obligasi yang memiliki kupon berdasarkan kombinasi antara bunga
tetap dan bunga mengambang.
4. Kupon nol (Zero Coupon Bonds), yaitu obligasi yang tidak melakukan
pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokoknya dibayar
pada saat jatuh tempo.
Berdasarkan hak penukaran/opsi, obligasi dibagi menjadi empat jenis:
1. Convertible Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke sejumlah saham
milik penerbitnya.
2. Exchangeable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar obligasi menjadi saham biasa
perusahaan afiliasi atau perusahaan lain.
3. Callable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada para penerbit
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur
obligasi tersebut.
4. Putable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor untuk
mengharuskan penerbit membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.
18
Berdasarkan jaminan atau kolateralnya, obligasi dibagi menjadi dua jenis:
1. Obligasi yang dijamin (Secured Bonds) merupakan obligasi yang dijamin
kekayaan tetentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak
ketiga. Jenis obligasi yang termasuk dalam secured bonds:
a. Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan penangguhan dari pihak ketiga.
b. Mortgage Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atas property atau aset tetap.
c. Collateral Trust Bonds: Obligasi yang dijamin dengan efek yang
dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak
perusahaan yang dimiliki.
2. Obligasi yang tidak dijamin (Unsecured Bonds), yaitu obligasi yang tidak
dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan
yang dimiliki penerbitnya.
Berdasarkan nilai nominalnya, obligasi dapat dibedakan menjadi:
1. Convensional Bonds: Obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu
nominal, Rp. 1 miliar per lot.
2. Retail Bonds: Obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal
yang kecil, baik obligasi pemerintah maupun obligasi swasta.
Berdasarkan segi perhitungan imbal hasil, obligasi dibedakan menjadi:
1. Convensional Bonds: Obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan
sistem kupon bunga.
19
2. Syariah
Bonds:
Obligasi
yang perhitungan
imbal
hasil
dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Obligasi syariah terdiri atas:
a. Obligasi Syariah Mudharabah: obligasi yang menggunakan akad bagi
hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor obligasi
diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
b. Obligasi Syariah Ijarah: obligasi syariah yang menggunakan akad sewa
sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
2.1.3.3 Risiko Obligasi
Berinvestasi dengan obligasi selain memberikan keuntungan bagi para
investor, juga berpotensi menimbulkan risiko. Menurut Harsono (2010), risiko
yang timbul diantaranya:
• Credit Risk (Default Risk)
Credit risk adalah risiko bahwa emiten tidak dapat membayar bunga
maupun pokok hutang. Alat ukur risiko ini yang lazim digunakan adalah peringkat
dari emiten obligasi. Secara umum peringkat didefinisikan sebagai suatu pendapat
tentang
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
finansialnya dengan memperhitungkan faktor-faktor risiko yang relevan.
• Market Risk
Risiko volatilitas harga instrumen dan risiko reinvestasi dari kupon yang
diterima akibat pergerakan tingkat suku bunga. Alat ukur yang umumnya
20
digunakan untuk melihat sensitivitas harga terhadap pergerakan suku bunga
adalah duration dan convexity.
• Liquidity Risk
Liquidity risk adalah risiko bahwa pemegang instrumen menemui kesulitan
dalam menjual obligasi di harga wajar ketika terpaksa harus menjualnya.
• Foreign Exchange Risk
Forex risk ini merupakan risiko yang timbul karena pergerakan kurs mata
uang apabila berinvestasi pada suatu obligasi yang memiliki mata uang yang
berbeda.
• Political (Country) Risk
Risiko politik dapat timbul akibat adanya tindakan pemerintah, seperti
perubahan peraturan, penjadwalan, dan restrukturisasi hutang.
2.1.4 Peringkat Obligasi
2.1.4.1 Pengertian Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan opini tentang kelayakan kredit dari penerbit
obligasi berdasarkan fakta-fakta risiko yang relevan dan berfokus pada kapasitas
dan kemauan penebit obligasi dalam memenuhi kewajibannya secara tepat waktu
(Harsono, 2010). Peringkat obligasi penting untuk diperhatikan investor karena
menunjukkan skala risiko gagal bayar, yaitu peluang kemungkinan emiten tidak
mampu membayar kewajiban keuangan keuangannya tepat waktu sesuai
kesepakatan dengan investor. Pada saat ini, peringkat obligasi tidak hanya
mengukur risiko keuangan, tetapi juga risiko politik, struktur dan kebijakan
ekonomi perusahaan tersebut (Rahmi, 2007).
21
Peringkat obligasi memberikan gambaran tentang kredibilitas (credit
worthiness) suatu obligasi dan mempengaruhi nilai jual obligasi di pasar modal.
Semakin tinggi peringkat obligasi, maka semakin tinggi kredibilitas obligasi.
Investor pada umumnya tertarik dengan obligasi dengan peringkat yang tinggi
oleh karena rendahnya probabilitas risiko gagal bayar obligasi. Jika peringkat
obligasi rendah, maka investor tidak melirik obligasi tersebut dan cenderung
mencari obligasi lain dengan peringkat yang tinggi yang pembayarannya lebih
menjanjikan.
2.1.4.2 Manfaat Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi yang diterbitkan memiliki beberapa manfaat bagi
penerbit maupun bagi investor. Manfaat peringkat obligasi bagi emiten yaitu
(Rahardjo, 2004):
a. Informasi posisi bisnis
Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya
dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
b. Menentukan struktur obligasi
Perusahaan dapat menentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang
meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo,
jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya.
22
c. Mendukung kinerja
Apabila emiten mendapatkan peringkat yang cukup bagus maka kewajiban
menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan
alternatif.
d. Alat pemasaran
Peringkat obligasi yang baik terlihat lebih menarik sehingga dapat
membantu pemasaran obligasi tersebut.
e. Menjaga kepercayaan investor
Peringkat obligasi yang independen akan membuat investor merasa lebih
aman sehingga kepercayaan bisa lebih terjaga.
Adapun manfaat yang diterima oleh investor adalah:
1. Informasi risiko investasi
Dengan adanya peringkat obligasi maka infomasi risiko dapat diketahui
lebih jelas.
2. Rekomendasi Investasi
Dengan melihat hasil pemeringkatan obligasi maka investor dapat
melakukan strategi investasi apakah investor tersebut akan membeli atau
menjual obligasi tersebut.
3. Perbandingan
Hasil
pemeringkatan
bisa
dijadikan
sebagai
membandingkan obligasi yang satu dan lainnya.
patokan
dalam
23
2.1.4.3 Lembaga Pemeringkat Obligasi
Dalam mengurangi risiko atas investasi obligasi, diperlukan pihak ketiga
untuk memberikan informasi mengenai kinerja keuangan, bisnis dan kondisi
penerbit obligasi. Pihak atau institusi yang bertugas mengevaluasi kinerja
perusahaan dan menganalisa kemungkinan macetnya pembayaran surat utang
adalah lembaga pemeringkat (rating agency). Lembaga pemeringkat yang
mengeluarkan peringkat obligasi (bond rating) merupakan lembaga yang bekerja
secara independen, obyektif dan dapat dipercaya oleh karena informasi tersebut
menyatakan kredibilitas atas sebuah obligasi. Lembaga pemeringkat yang terbesar
dan dipercaya oleh perusahaan dunia adalah Moody’s dan Standard & Poor’s.
Di Indonesia, lembaga pemeringkat efek, baik saham maupun obligasi
yang aktif dan dipercaya peringkatnya oleh perusahaan maupun investor adalah
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pefindo merupakan perusahaan
pemeringkat pertama di Indonesia dalam bentuk perseroan terbatas yang didirikan
atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia. Berdasarkan lisensi BAPEPAM
No.39/PM-PI/1994 yang dikeluarkan pada tanggal 13 Agustus 1994, PT.
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) resmi didirikan. Sampai dengan Desember
2013, saham Pefindo telah dimiliki oleh 86 perusahaan Indonesia.
Selain Pefindo, perusahaan lain yang resmi tercatat sebagai lembaga
pemeringkat efek domestik adalah PT. ICRA Indonesia dan PT. Fitch Ratings
Indonesia. Penilaian obligasi yang dikeluarkan oleh tiap-tiap perusahaan memiliki
klasifikasi yang berbeda sesuai dengan aturan masing-masing perusahaan. Berikut
24
ini adalah tampilan klasifikasi obligasi yang dikeluarkan oleh Moody’s, Standard
& Poor’s, Fitch Ratings dan PT. ICRA Indonesia.
Tabel 2.1
Klasifikasi Peringkat Obligasi
Moody’s
Standard &
Fitch Ratings
Poor’s
PT. ICRA
Indonesia
Aaa, Aa1, Aa2,
AAA, AA+, AA,
AAA, AA+, AA,
AAA, AA+,
Aa3, A1, A2, A3,
AA-, A+, A, A-,
AA-, A+, A, A-,
AA, AA-, A+,
Baa1, Baa2, Baa3,
BBB+, BBB, BBB-
BBB+, BBB,
A-, BBB+,
Ba1, Ba2, Ba3, B1,
, BB+, BB, BB-,
BBB-, BB+, BB,
BBB, BBB-,
B2, B3, Caa1,
B+, B, B-, CCC+,
BB-, B+, B, B-,
BB+, BB, BB-,
Caa2, Caa3, Ca, C
CCC, CCC-, CC,
CCC, CC, C, RD,
B+, B, B-, C+,
C, D
D
C, C-, D
Sumber: www.bi.go.id
Penelitian ini berfokus pada peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh
lembaga pemeringkat yaitu Pefindo yang telah melakukan proses rating per 31
Mei 2014. Karateristik khusus dari peringkat obligasi Pefindo yaitu pemberian
simbol
id
yang menandakan bahwa peringkat obligasi ditampilkan dalam konteks
Indonesia. Klasifikasi serta interpretasi mengenai peringkat obligasi yang
diterbitkan oleh Pefindo akan ditampilkan pada tabel 2.2
25
Tabel 2.2
Definisi Peringkat Obligasi PT. Pefindo
Peringkat
Obligasi
Definisi
idAAA
Obligasi id AAA merupakan obligasi dengan peringkat paling
tinggi. Obligor memiliki kapasitas yang superior, yaitu dalam
kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjangnya jika
dibandingkan obligor Indonesia lainnya.
idAA
Obligasi dengan peringkat idAA hanya memiliki sedikit
perbedaan dengan obligasi idAAA. Dalam pemenuhan
kewajiban keuangan jangka panjang, obligor memiliki
kapasitas sangat kuat (very strong).
idA
Obligasi idA mengindikasikan bahwa obligornya memiliki
kapasitas yang kuat (strong) dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka panjang dan mudah terkena dampak
perubahan ekonomi.
idBBB
Obligor yang memiliki peringkat idBBB memiliki kapasitas
yang cukup memadai (adequate) dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka panjang, tetapi lebih mudah terpengaruh oleh
perubahan kondisi perekonomian.
idBB
Obligasi dengan peringkat idBB memiliki kapasitas yang relatif
agak lemah (somewhat weak) dalam pemenuhan kewajiban
keuangan jangka panjang. Obligor sangat rentan terpengaruh
kondisi ekonomi yang tidak menentu dan dapat memperlemah
kapasitas pemenuhan kewajiban keuangan.
idB
Obligasi idB memiliki kapasitas yang lemah (weak), akan tetapi
masih dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka
panjangnya. Kapasitas obligor idB dapat diperlemah oleh
perubahan kondisi bisnis dan perekonomian.
idCCC
Obligasi dengan peringkat idCCC sangat rentan (vulnerable)
untuk tidak melakukan pembayaran kewajiban keuangan
jangka panjang, dan mudah terpengaruh kepada kondisi bisnis
dan perekonomian.
idD
Obligasi diberikan peringkat idD apabila telah terjadi gagal
bayar (default) dan otomatis diberikan pada saat obligor
pertama kali gagal bayar kewajiban finansial jangka
panjangnya.
26
Sumber: www.pefindo.com
Catatan: Peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi dengan menambahkan
plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif obligasi.
Jasa pemeringkatan yang ditampilkan PT. Pefindo diberikan kepada
penerbit, penjamin, perantara, rekan bisnis, dan investor pada pasar keuangan
dengan peringkat spesifikasi obligasi (Debt Specific Ratings) sehingga invesor
dapat memilah instrumen obligasi yang layak untuk dibeli dengan masing-masing
kapasitas pemenuhan pembayaran kewajiban finansial jangka panjang. Selain itu
Pefindo juga menerbitkan peringkat perusahaan (Company Ratings) yang dapat
menjadi bahan pertimbangan investasi karena merupakan penilaian kelayakan
kredit perusahaan dalam memenuhi keseluruhan kewajiban finansialnya. Akan
tetapi, company ratings tidak berlaku untuk surat utang teertentu oleh karena tidak
memperhitungkan sifat dan ketentuan keamanan utang.
2.1.4.4 Rating Requirements
Proses pemberian rating yang dilakukan Pefindo memerlukan persyaratan
yang harus dipenuhi, atau disebut rating requirements. Persyaratan yang
dimaksud antara lain:
1. General Requirements
Perusahaan memiliki kewajiban yang terbatas dan telah beroperasi
selama lebih dari lima tahun, meskipun Pefindo juga memberikan
peringkat terhadap perusahaan yang beroperasi kurang dari lima tahun.
27
Laporan keuangan perusahaan diaudit oleh Akuntan Publik yang
tercatat di BAPEPAM (Indonesia’s Securities and Commission) dan
mendapatkan opini yang wajar tanpa pengecualian dalam dua tahun
terakhir. Laporan keuangan yang terakhir diterbitkan tidak melebihi 180
hari dari penutupan laporan keuangan. Jika laporan keuangan perusahaan
tersebut melebihi batas waktu, maka harus disahkan dan ditandatangani
direktur dan komisaris untuk menyatakan bahwa laporan keuangan
internal tersebut benar-benar merefleksikan kondisi keuangan perusahaan
saat ini.
Untuk melengkapi persyaratan pemberian peringkat, Pefindo juga
mensyaratkan informasi yang mendasar atau basic information dan
informasi pendukung lainnya. Perusahaan juga dikenakan biaya atas
pemberian peringkat.
2. Basic Information
Informasi dasar yang dibutuhkan Pefindo mencakup laporan
keuangan perusahaan selama lima tahun atau setidaknya dua tahun laporan
keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik yang telah terdaftar di
BAPEPAM.
Selain itu, proyeksi keuangan selama masa waktu instrumen
hutang tersebut akan di nilai peringkatnya. Untuk industri tertentu
dibutuhkan minimal lima tahun proyeksi keuangan. Prospektus terbaru
perusahaan atau catatan pendek atas informasi yang telah dikeluarkan dan
laporan tahunan selama tiga tahun juga dibutuhkan.
28
Uraian singkat mengenai aktivitas bisnis perusahaan serta
informasi penting lainnya seperti pemegang saham perusahaan, anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi atau grup perusahaan secara
keseluruhan.
2.1.4.5 Proses Pemeringkatan Obligasi
Sejak Juli 1996 sampai dengan saat ini, Pefindo bekerja sama dengan
Standard and Poor’s (S&P). S&P mengadakan pelatihan dan lokakarya bagi para
analis dan direksi Pefindo, selain itu melakukan kunjungan singkat secara berkala
dan
konsultasi
mengenai
perkembangan
pemeringkatan
efek.
Pefindo
mengadaptasi metode pemeringkatan dari S&P. Proses pemeringkatan Efek oleh
Pefindo ditampilkan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Proses Pemeringkatan PT. Pefindo
Sumber: www.pefindo.com
29
Tahapan proses pemeringkatan Pefindo adalah sebagai berikut :
a. Rating Request
Berisi permohonan resmi dari perusahaan yang meminta penilaian
peringkat efek/surat utang dari Pefindo.
b. Administration Fulfillment
Setelah menerima permintaan peringkat, Pefindo merespon dengan
mengirimkan draft surat kontrak berisi persyaratan mengenai hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi . Persyaratan yang diminta oleh Pefindo
secara umum terdiri dari laporan keuangan 3-5 tahun terakhir yang telah
diaudit, pertanyaan rinci dan data operasional dalam berbentuk kuesioner
standar yang disesuaikan dengan sektor perusahaan, serta dokumen lain
seperti prospektus, info memo.
c. Analytical Team Assignment
Apabila perjanjian kontrak dan seluruh persyaratan dokumen telah
terpenuhi, maka Pefindo akan menetapkan tim analis yang terdiri dari dua
analis yang memiliki keahlian sesuai dengan sektor perusahaan yang
terlibat.
d. Analytical Process
Tim analis yang telah ditunjuk oleh Pefindo akan melakukan proses
analitis seperti kunjungan ke lokasi untuk melihat fasilitas operasional
utama perusahaan, agar mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai
bisnis operasional perusahaan. Pencarian data dan sumber terpercaya
lainnya dilakukan selama proses analitis agar mendukung hasil analitisnya.
30
Selain itu, tim analis menyusun pertemuan dengan pihak manajemen
perusahaan yang akan diikuti juga oleh dewan direksi Pefindo. Dengan
adanya pertemuan tersebut dapat membantu tim analis memberikan
penilaian kualitatif kepada tingkat pengelolaan manajemen yang
berpengaruh terhadap peringkat.
e. Rating Comittee Meeting
Setelah melakukan proses analitis, tim analis melaksanakan tugas yaitu
mengadakan Rapat Komite Penilaian yang diikiti oleh Dewan Direksi
Pefindo dan sebagian besar analis. Rapat tersebut bertujuan untuk
menyajikan hasil analisis dan usulan peringkat kepada perusahaan yang
telah dianalisis. Sebelum tim analis memberikan suara pada rating yang
diusulkan, komite memiliki hak untuk bertanya mengenai hasil analisis.
Kemudian akan dilakukan pemungutan suara dan suara rating terbanyak
dari anggota komite penilaian merupakan hasil rating akhir.
f. Notification to Issuer
Perusahaan terkait akan menerima hasil pemeringkatan akhir dari rapat
komite penilaian dari tim analis yang pada umumnya akan ditampilkan
dalam Rating Rationale dan berisi laporan mengenai kejadian keuangan
(financial highlights) dan uraian faktor pendukung (supporting) serta
mitigasi dari hasil pemeringkatan.
g. Appeal
Dari hasil pemeringkatan akhir yang diterima perusahaan terkait apabila
tidak ada kesesuaian dengan pihak perusahaan, maka perusahaan dapat
31
mengajukan banding hanya untuk satu kali kesempatan dan membawa
informasi atau data pendukung banding. Tim analis akan mengusulkan
perubahan peringkat yang baru kepada komite penilaian. Namun, tidak ada
jaminan bahwa peringkat sebelumnya akan diubah berdasarkan informasi
tambahan.
h. Rating Release or Not Publish
Keputusan hasil peringkat akhir untuk diterbitkan atau pun tidak
diterbitkan
adalah
berdasarkan
persetujuan
perusahaan.
Apabila
perusahaan setuju untuk mempublikasikan peringkat, maka Pefindo akan
mengeluarkan siaran pers (press release) kepada media dan anggota milis
Pefindo. Press Release berbentuk laporan singkat yang merupakan laporan
singkat yang berisi ringkasan dari rating rationale. Sementara itu, seluruh
laporan rating rationale akan ditampilkan dalam website Pefindo serta
bentuk publikasi lainnya seperti Credit Insight, Rating Highlight, dan
sebagainya. Apabila perusahaan memilih untuk tidak dipublikasikan, maka
Pefindo akan menjaga kerahasiaan peringkat.
2.1.5 Good Corporate Governance
2.1.5.1 Pengertian Good Corporate Governance
Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik
memiliki beberapa definisi. Menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) (2001), Good corporate governance adalah seperangkat aturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola saham, kreditor,
32
pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka untuk mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) mengartikan
good corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan
oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Good corporate governance
dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa
mereka akan menerima return atas dana yang diinvestasikan (Darmawati, 2005).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa good corporate governance
merupakan suatu prosedur yang dibuat oleh perusahaan yang memberikan
kewanangan kepada direksi untuk memberitahukan tentang fakta-fakta material
keadaan investor dan stakeholder lain sehingga menghasikan keefektivan dan
keakuratan dalam pengambilan keputusan. Corporate governance menjadi suatu
cara bagi manajemen untuk bertindak yang terbaik demi kepentingan
stakeholders.
2.1.5.2 Prinsip Good Corporate Governance
Dalam implementasi penerapan tata kelola perusahaan yang baik, maka
perusahaan perlu menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance agar
perusahaan mampu berjalan secara berkelanjutan serta bermanfaat untuk para
33
stakeholders. Indikator prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut
Komite Nasional Kebijakan Goverance (KNKG, 2006) sebagai berikut:
1. Transparansi (Transparancy)
Dalam menjaga objektivitas pelaksanaan bisnisnya, perusahaan harus
mengungkapkan informasi yang material dan relevan dengan kemudahan
pengaksesan dan pemahaman oleh para stakeholders. Transparansi
mengacu kepada upaya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat
terhadap kinerja perusahaan kepemilikan, serta kepentingan pihak lain.
2. Kewajaran (Fairness)
Dalam prinsip ini, dituntut adanya perlakuan yang wajar terhadap para
pemegang saham serta jaminan perlindungan hak pemegang saham,
terutama pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
3. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggungjawaban elemen perusahaan. Perusahaan harus dikelola secara
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan
kepentingan
lain
kepentingan
oleh
pemegang
karena
hasil
saham
dan
kinerja
pemangku
perusahaan
dipertanggungjawabkan secara transparan dan wajar.
4. Responsibilitas (Responsibility)
Responsibiltas yaitu adanya tanggung jawab terhadap manajemen dan
pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan
34
pemegang saham. Perusahaan pada dasarnya memiliki tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan serta harus menaati peraturran
perundangan yang berlaku agar tercipta kesinambungan usaha dalam
jangka panjang.
5. Independensi (Independency)
Perusahaan harus dikelola secara independen untuk menghindari adanya
konflik kepentingan yang mungkin timbul antara pemegang saham
mayoritas. Independensi juga dilakukan sehingga setiap organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak adanya intervensi dari pihak lain.
2.1.5.3 Mekanisme Good Corporate Governance
Mekanisme good corporate governance merupakan suatu prosedur
pengawasan kepada pihak pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan
perusahaan. Menurut Wals dan Steward (1990) dalam Arifin (2005), mekanisme
good corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi
berjalannya sistem governance dalam suatu organisasi. Mekanisme good
corporate governance mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan
operasional perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998), mekanisme good corporate
governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Mekanisme internal (internal mechanism), seperti struktur dewan direksi,
kepemilikan manajerial dan kompensasi eksklusif.
35
2. Mekanisme eksternal (external mechanism), seperti pasar untuk kontrol
perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan
hutang.
Siswantaya (2007) menyatakan bahwa sasaran utama good corporate
governance yaitu:
1. Secara internal, adanya sistem dan struktur yang menjamin berjalannya
fungsi dari organ-organ perusahaan (RUPS, Komisaris dan Direksi) secara
seimbang. Hal ini terkait dengan pemenuhan hak-hak pemegang saham
secara adil, pengendalian yang efektif oleh dewan komisaris, serta
pengelolaan yang transparan dan bertanggung jawab oleh direksi.
2. Secara
eksternal, menyangkut
pada pemenuhan tanggung jawab
perusahaan kepada pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana perusahaan mengakomodasi kepentingan
pihak tersebut termasuk pemenuhan kewajiban perusahaan untuk taat
kepada peraturan yang ada.
2.1.5.4 Ukuran Dewan Komisaris
Menurut KNKG (2006), Dewan Komisaris merupakan mekanisme
pengendalian internal tertinggi yang bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dewan Komisaris adalah inti dari
corporate governance yaitu dalam menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
36
mengawasi
manajemen
dalam
mengelola
perusahaan
serta
mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas.
Salah satu indikator keefektivan struktur dewan perusahaan adalah jumlah
atau ukuran dewan komisaris. Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40
tahun 2007 pasal 108 ayat (5) mengatur anggota dewan komisaris perusahaan
terbuka termasuk diantaranya bank-bank yang telah listing di BEI:
“Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau mengelola dana
masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat, atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan
jumlah anggota dewan komisaris yang lebih besar karena menyangkut
kepentingan masyarakat.
Sementara itu, bagi perusahaan perbankan, menurut peraturan Bank
Indonesia
Nomor
8/4/PBI/2006
tentang
Pelaksanaan
Good
Corporate
Governance, memiliki jumlah anggota dewan komisaris paling sedikit 3 (tiga)
orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi. Jumlah anggota
dewan komisaris disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas pengambilan keputusan. Semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive
Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.
Dewan komisaris terbagi menjadi dua kategori, yaitu dewan komisaris
independen dan dewan komisaris non independen (KNKG, 2006). Dewan
komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak
terafiliasi dengan pihak perusahaan, sedangkan komisaris non-independen
merupakan komisaris yang memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan.
37
Kategori terafiliasi disini adalah pihak yang memiliki hubungan bisnis dan
hubungan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi,
dewan komisaris lain dan dengan perusahaan itu sendiri. Selain itu, mantan
anggota direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan
dalam jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.
2.1.5.5 Ukuran Komite Audit
Komite audit merupakan pihak yang berperan penting dalam corporate
governance. Menurut Supriyono (1988) dalam Hardiningsih (2010), komite audit
adalah suatu badan yang dibentuk di dalam perusahaan klien yang bertugas
memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. Selain itu,
komite audit memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyiapkan audit,
melakukan ratifikasi terhadap sistem pengendalian internal, dan memecahkan
perselisihan dalam peraturan akuntansi (George, 2003).
Susiana dan Herawaty (2007) menguraikan tentang tujuan pembentukan
komite audit antara lain:
1) Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan
sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum.
2) Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai.
3) Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material di
bidang keuangan dan implikasi hukumnya.
4) Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
38
Ukuran komite audit merupakan jumlah komite audit yang berada di suatu
perusahaan. Dalam pedoman pembentukan komite audit yang efektif (KNKG,
2006) dijelaskan bahwa komite audit yang dimiliki perusahaan paling sedikit
beranggotakan tiga orang, yang diketuai oleh komisaris independen perusahaan
dengan anggota lainnya merupakan orang eksternal yang independen terhadap
perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang keuangan dan akuntansi.
Komite audit harus terdiri dari individu yang mandiri dan tidak terkait tugas
manajemen lainnya sehingga dapat bekerja secara independen dan memberi
pandangan yang obyektif dalam laporan keuangan dengan keahlian keuangan
yang dimiliki.
Sesuai dengan fungsinya, dengan adanya komite audit maka laporan
keuangan yang diterbitkan perusahaan memiliki integritas dan kualitas yang
tinggi. Laporan keuangan merupakan unsur utama dalam proses penilaian
peringkat dan hendaknya penyusunannya diawasi secara ketat sehingga dapat
disajikan secara tepat waktu dan material.
2.1.5.6 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan suatu kondisi yang menggambarkan
adanya kepemilikan saham perusahaan dan opsi oleh manajer dan direksi
perusahaan (Wahidahwati, 2002). Yang termasuk dalam kepemilikan manajerial
adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang ikut dalam pengambilan
keputusan secara aktif, yaitu direksi, komisaris dan manajer.
39
Kepemilikan
manajerial
terhadap
perusahaan
dipandang
dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar
dengan manajemen sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang
apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik (Shleifer
dan Vishny, 1997). Manajer diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik serta
mengutamakan kepentingan pemegang saham setelah memiliki porsi saham
tertentu di dalam perusahaan karena resiko keuangannya sama dengan
stakeholder.
2.1.5.7 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan persentase besarnya saham yang
dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan
asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Pozen (1994)
menyatakan investor institusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investor aktif
dan investor pasif. Investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan
manajerial, sedangkan investor pasif tidak. Keberadaan investor aktif dalam suatu
perusahaan menjadi alat monitoring yang efektif bagi manajemen.
Dengan adanya pengawasan oleh investor institusi, maka kinerja
manajemen di suatu perusahaan menjadi lebih efesien dan efektif sehingga output
perusahaan akan baik. Hal ini membuat penilaian surat utang yang diterbitkan
perusahaan akan baik karena perusahaan dapat membayar obligasi
40
2.2
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara good corporate
governance terhadap peringkat obligasi yang menjadi acuan dalam penelitian ini.
Penelitian tersebut terrangkum dalam tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Variabel
Data
Alat Statisik
Hasil
Sanjeev
Dependen:
Bhojraj dan
Bond Rating
Partha
Sengupta
Independen:
(2003)
Institusional
Ownership,
Board
of
Directors
Sampel
Ordered
penelitian
Probit
yaitu
1.005 Regression
obligasi dari
Perusahaan
Industri tahun
1991-1996
Variabel
Institusional
Ownership
dan Board of
Directors
signifikan
dalam
memprediksi
Bond Rating
Dyah
Setyaningrum
(2005)
Perusahaan
yang terdaftar
di BEJ dan
BES dengan
obligasi yang
masih beredar
per
31
Desember
2002-31
Desember
2004
dan
mendapat
peringkat dari
Pefindo dan
Kasnic.
Sampel
penelitian
berjumlah 190
perusahaan.
Variabel block
holders,
ukuran
perusahaan
dan leverage
berpengaruh
negatif
signifikan,
kepemilikan
institusional,
ukuran KAP,
komite audit,
ROA, capital
intensity, jenis
industri,
signifikan
terhadap
peringkat
obligasi.
Dependen:
Peringkat
Surat Utang
Perusahaan
Independen:
Corporate
Governance:
Block holders,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
ukuran KAP,
komite audit,
ukuran dewan
komisaris,
persentase
komisaris
Ordered
dependent
variable
model
41
independen;
Karakteristik
perusahaan:
Variabel
kepemilikan
manajerial,
ukuran dewan
komisaris,
persentase
komisaris
independen,
interest
coverage
tidak
signifikan.
Leverage,
ROA, Interest
Coverage,
Ukuran
Perusahaan,
Capital
Intensity, jenis
industri
Yudi Santara
Setyapurnama
dan
A.M.
Vianey
Norpratiwi
(2006)
72
obigasi
dari
26
Peringkat
perusahaan
Obligasi dan
yang terdaftar
Yield Obligasi
dalam
Independen: peringkat
obligasi
Kepemilikan
PEFINDO
Institusi,
dan di Bursa
Komisaris
Efek Surabaya
Independen,
periode 2001Komite Audit, 2003
tidak
Kepemilikan
termasuk
Manajerial,
industri
Kualitas Audit perbankan,
keuangan dan
asuransi.
Dependen:
Analisis
logistic
regression
(logit)
dan
multivariate
regression
Yield
Obligasi:
Variabel
Komisaris
Independen
dan Komite
Audit
berpengaruh
negatif
signifikan,
sedangkan
variabel
Kepemilikan
Institusi,
Kepemilikan
Manajerial
dan Kualitas
Audit
tidak
signifikan.
Peringkat
Obligasi:
Komisaris
Independen
positif
signifikan,
42
sedangkan
variabel
Kepemilikan
Institusi,
Kepemilikan
Manajerial,
Komite Audit
dan Kualitas
Audit
tidak
signifikan.
Grace
Putri Dependen:
Sejati (2010)
Peringkat
Obligasi
Independen:
Reputasi
Auditor,
Current Ratio,
Growth, ROA,
dan Size
Adhi
Prasetiyo
(2010)
Dependen:
Peringkat
Obligasi
Independen:
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Ukuran
Dewan
Komisaris,
Proporsi
Sampel
Regresi
Logistik
penelitian
yaitu obligasi
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI tahun
2003-2008.
Variabel
growth
signifikan
terhadap
peringkat
obligasi.
Variabel
Reputasi
Auditor,
Current Ratio,
ROA,
Size
tidak
signifikan
memprediksi
peringkat
obligasi.
Perusahaan
Regresi
yang terdaftar Logistik
di BEI dan PT Ordinal
Pefindo
periode 20052008.
Variabel
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif
signifikan.
Ukuran dewan
komisaris,
komite audit,
kualitas audit,
ROA
berpengaruh
signifikan
43
Dewan
Komisaris
Independen,
Jumlah
Komite Audit,
Kualitas Audit
terhadap
peringkat
obligasi.
Variabel
Kepemilikan
Institusional,
proporsi
komisaris
independen,
tidak
signifikan
terhadap
peringkat
obligasi.
N.
Agus Dependen:
Sunarjanto
Peringkat
dan
Daniel
Obligasi
Tulasi (2010)
Independen:
24 Perusahaan Multiple
Consumer
logisic
Goods yang regression
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia
CR, LTDR, Periode 2007TAT, ROA, 2009
Komisaris
Independen,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kualitas Audit
Eka Wahyu Dependen:
Damayanti
Peringkat
dan Fitriyah
Obligasi
(2012)
Independen:
Sampel
penelitian
yaitu
42
perusahaan
yang terdaftar
di BEI dan
ROA, DER, dirating
CR,
NPM, Pefindo tahun
ROE, SALES 2010-2011
Regresi
Logistik
Analisis
Regresi
Variabel TAT
dan
ROA
signifikan
terhadap
peringkat
Obligasi,
sedangkan
variabel CR,
LTDR,
Komisaris
Independen,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional
dan Kualitas
Audit
tidak
signifikan.
Variabel
dan ukuran dewan
komisaris,
komite audit,
ROA, DER,
CR,
ROE
berpengaruh
signifikan
dalam
44
to
CA, dengan
Kepemilikan
rangking
AAA - B
Manajerial,
Kepemilikan
Institusi,
Komite Audit,
Dewan
Komisaris dan
Jumlah
Komisaris
Independen
Ayu Gandar Dependen:
Utami (2012)
Peringkat
Obligasi
Independen:
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Ukuran
Dewan
Komisaris,
Komisaris
Independen
dan Komite
Audit
33 perusahaan Regresi
non keuangan Logistik
yang terdaftar
di BEI dan
Pefindo serta
menerbitkan
obligasi tahun
2008-2010
mempredikisi
peringkat
obligasi,
sedangkan
variabel NPM
dan Sales to
Capital Asset,
Kepemilikan
Institusi,
Kepemilikan
Manajerial
dan
jumah
Komisaris
tidak
signifikan.
Variabel
Kepemilikan
Insitusi,
Kepemilikan
Manajerial,
Ukuran
Dewan
Komisaris,
Komisaris
Independen,
Komisaris
Independen
dan Komite
Audit
tidak
signifikan.
45
2.3
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran memberikan gambaran mengenai permasalahan yang
akan diteliti serta hubungan logis variabel-variabel penelitian. Kerangka
pemikiran ini disusun berdasarkan landasaran teori dan hipotesis penelitian yang
ditampilkan dalam Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Ukuran Dewan
Komisaris
Ukuran Komite
Audit
Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan
Institusional
Variabel Kontrol
Current Ratio
SIZE
ROA
ROE
DER
H1 +
H2 +
H3 +
H4 +
Variabel Dependen
Peringkat Obligasi
46
2.4
Perumusan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Peringkat Obligasi
Konflik kepentingan dan asimetri informasi yang timbul dalam teori
keagenan dapat dikurangi dengan mekanisme good corporate governance untuk
menyelaraskan kepentingan berbagai pihak. Dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang dapat menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi tindakan manajemen serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.
Dengan besarnya jumlah dewan komisaris di suatu perusahaan, pengawasan akan
jauh lebih baik karena dewan komisaris dapat memberi masukan atau opsi kepada
direksi (Bukhori dan Raharja, 2012) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang
dimiliki untuk pertimbangan pengambilan keputusan operasional (Dalton et al.,
1999), dan Coles et al., 2008). Perusahaan dengan jumlah dewan komisaris yang
besar memungkinkan direksi untuk mengelola perusahaan dengan baik dan juga
dalam pengelolaan pembiayaan surat hutang perusahaan.
Penelitian Damayanti dan Fitriyah (2012) mengenai pengaruh mekanisme
GCG terhadap peringkat obligasi pada perusahaan yang terdaftar di Pefindo tahun
2010-2011 memberikan hasil penelitian yang menyatakan bahwa dewan komisaris
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi. Prasetiyo (2010)
juga menyatakan dalam penelitian mengenai mekanisme corporate governance
yang diwakili oleh kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, komisaris independen, komite audit, kualitas audit, dan rasio keuangan
yaitu profitabilitas, bahwa dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan
47
terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap peringkat
obligasi
2.4.2 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Peringkat Obligasi
IKAI (2013) menyatakan tugas pokok komite audit adalah membantu
dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan.
dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap
perusahaan akan lebih baik sehingga, konflik keagenan yang terjadi akibat
keinginan
manajemen
meningkatkan
kesejahteraannya
sendiri
dapat
diminimalisasi (Rahmawati dan Triatmoko, 2007). Dengan keberadaan komite
audit, perusahaan memiliki jaminan kualitas, integritas, transparansi, dan fungsi
kualitas audit.
Dalam proses monitoring, perusahaan mempertimbangkan keefektivan
kinerja komite audit dalam menjamin integritas pelaporan keuangan. Selain itu
proses monitoring yang jalankan secara efektif dan membantu tim analis dari agen
pemeringkat (PEFINDO) untuk menilai kinerja perusahaan saat proses analisis.
Setyaningrum (2005) meneliti pengaruh praktek GCG yaitu kepemilikan institusi,
kualitas audit, komite audit dan komisaris independen terhadap peringkat surat
utang. Hasilnya menyatakan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi. Penelitian Damayanti dan Fitriyah (2012) menganalisis
pengaruh rasio keuangan dan GCG yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan
48
institusi, komite audit, dewan komisaris, komisaris independen terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H2: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap peringkat
obligasi
2.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Peringkat Obligasi
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Kepemilikan saham
manajerial dapat dikaitkan dengan teori agensi. Menurut teori agensi, konflik
keagenan muncul oleh karena perbedaan kepentingan antara principal dan agent.
Perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham mengakibatkan
manajemen berperilaku curang dan tidak etis sehingga merugikan pemegang
saham (Haruman, 2008).
Menurut penelitian Jensen (1993), kepemilikan saham manajerial dapat
membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer,
semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik
kinerja
perusahaan.
Manajer
akan
berusaha
sebaik
mungkin
dalam
memaksimalkan kinerja perusahaan oleh karena mereka juga memiliki saham di
perusahaan dan memiliki risiko keuangan yang sama dengan pemegang saham
lainnya. Dengan maksimalnya kinerja perusahaan, maka perusahaan akan mampu
49
melunasi kewajiban perusahaan, termasuk obligasi, sehingga obligasi dapat
dilunasi tepat waktu dan terhindar dari risiko gagal bayar obligasi. Berdasarkan
uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap peringkat
obligasi.
2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Peringkat Obligasi
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain. Besarnya
proporsi kepemilikan institusi dapat mengurangi masalah keagenan. Rahmayani
(2009) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi konflik agensi adalah dengan mengaktifkan monitoring melalui
investor-investor institusional. Investor institusional mampu memberikan derajat
monitoring yang lebih tinggi terhadap perilaku manajerial dibandingkan investor
perorangan.
Investor institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi masalah
keagenan karena mereka memegang sebagian besar saham dalam sebuah
perusahaan serta mereka memiliki keahlian dan pengalaman dalam menjelajah
berbagai perusahaan (Abraham dan Cox, 2007). Investasi saham yang cukup besar
dalam pasar modal menekan pihak institusi untuk melakukan pengawasan yang
optimal serta menghalangi perilaku opportunistic manajer. Dengan adanya
kepemilikan institusional maka tata kelola perusahaan yang baik dapat
50
dilaksanakan, sehingga dapat mencegah hazard dari manajemen atau segera
melakukan tindakan perbaikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dan peringkat surat hutangnya tinggi (Rinaningsih, 2008).
Hasil penelitian Bhoraj dan Sengupta (2003) meneliti pengaruh penerapan
pada peringkat dan yield obligasi menemukan bahwa penerapan GCG yang
diproksi atas kepemilikan institusi dan komisaris independen berhubungan positif
dengan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan
atau dipengaruhi oleh variabel independen (Sekaran, 2006). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi. Peringkat obligasi merupakan
indikator kelayakan obligasi yang diterbitkan perusahaan dan sebagai jaminan
mengenai ketepatwaktuan pembayaran kupon obligasi. Semakin tinggi peringkat
obligasi, semakin tinggi jaminan pembayaran kupon obligasi kepada investor.
Penelitian ini menggunakan peringkat yang dikeluarkan oleh Pefindo oleh karena
Pefindo merupakan agen pemeringkat surat hutang yang terbesar dan dipercaya
oleh perusahaan besar di Indonesia.
Peringkat obligasi yang dikeluarkan Pefindo terbagi menjadi dua kategori,
yaitu investment grade dan speculative grade. Investment grade merupakan
obligasi yang layak untuk diperdagangkan oleh karena risiko gagal bayar yang
relatif kecil, sebaliknya speculative grade memiliki risiko gagal bayar yang cukup
besar dan dihindari oleh investor. Obligasi yang termasuk dalam investment grade
yaitu obligasi dengan simbol idAAA sampai idBBB-, sedangkan speculative grade
dimulai dari simbol idBB+ sampai idD/idSD.
51
52
Peringkat obligasi terlebih dahulu dikonversikan ke dalam angka yang berkisar
antara 1 sampai dengan 8. Semakin tinggi peringkat, maka semakin tinggi nilai
konversi. Peringkat tertinggi dengan simbol
idAAA
diberi nilai 8, sedangkan
peringkat terendah diberi nilai 1.
Tabel 3.1 Konversi Peringkat Obligasi
Peringkat Obligasi
Kategori
Nilai
idAAA
Investment Grade
8
idAA+
Investment Grade
7
idAA
Investment Grade
7
idAA-
Investment Grade
7
idA+
Investment Grade
6
idA
Investment Grade
6
idA-
Investment Grade
6
idBBB+
Investment Grade
5
idBBB
Investment Grade
5
idBBB-
Investment Grade
5
idBB+
Speculative Grade
4
idBB
Speculative Grade
4
idBB-
Speculative Grade
4
idB+
Speculative Grade
3
idB
Speculative Grade
3
idB-
Speculative Grade
3
idCCC+
Speculative Grade
2
idCCC-
Speculative Grade
2
idD/SD
Speculative Grade
1
Sumber: www.pefindo.com
53
3.1.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat (Sekaran, 2006). Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah good corporate
governance. Good corporate governance diproksikan dengan ukuran dewan
komisaris, ukuran komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
institusional.
3.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
dalam suatu perusahaan, yaitu komisaris utama, komisaris dan komisaris
independen. Variabel ukuran dewan komisaris dihitung dari jumlah nominal
anggota dewan komisaris yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan.
Variabel ukuran dewan komisaris dilambangkan dengan DKOM.
3.1.2.2 Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit merupakan jumlah anggota komite audit di suatu
perusahaan yang bekerja secara independen dan membantu melaksanakan tugas
dan fungsi dewan komisaris. Berdasarkan Surat Edaran BAPEPAM No. SE03/PM/2000 menyatakan bahwa komite audit pada perusahaan publik Indonesia
terdiri dari sedikitnya tiga orang anggota dan diketuai oleh komisaris Independen
perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen. Pada penelitian ini,
ukuran komite audit diukur dengan jumlah nominal anggota komite audit dan
diberi simbol AUDC.
54
3.1.2.3 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah modal saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen, termasuk manajer, direktur dan dewan komisaris.
Kepemilikan manajerial dihitung dengan besarnya proporsi saham yang dimiliki
oleh manajerial yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. Variabel
kepemilikan manajerial diberi simbol MANJ.
3.1.2.4 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan besarnya modal saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi. Semakin besarnya kepemilikan saham oleh institusi
menunjukkan pengelolaan perusahaan yang lebih teratur oleh karena tanggung
jawab yang dimiliki semakin besar. Pada penelitian ini, kepemilikan institusional
diukur dengan persentase kepemilikan saham institusi dari total saham beredar.
Kepemilikan institusional dinyatakan dengan simbol INST.
3.1.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dimasukkan ke dalam
penelitian untuk mengendalikan atau menghilangkan pengaruh tertentu pada
model penelitian serta diduga ikut berpengaruh terhadap variabel dependen.
Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah likuiditas (CR), Size,
ROA, ROE dan DER.
55
3.1.3.1 Likuiditas
Likuiditas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendek. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih mencerminkan
tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio lancar (current liability).
Current Liability dilambangkan dengan CR dan dirumuskan sebagai berikut:
CR
=
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
3.1.3.2 Size
Size atau ukuran perusahaan merupakan tingkat ukuran besar kecilnya
suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan diukur dengan dari total aktiva yang
dimiliki perusahaan selama tahun berjalan. Untuk menghitung ukuran perusahaan,
digunakan logaritma natural dari total aktiva. Penghitungan ini bertujuan untuk
mengurangi fluktuasi data tanpa mengubah proporsi nilai asal total aktiva oleh
karena nilai total aktiva relatif lebih besar jika dibandingkan dengan variabel
lainnya. Variabel ini dilambangkan dengan SIZE dan dirumuskan sebagai berikut:
SIZE = Ln Total Aktiva
3.1.3.3 Return On Asset (ROA)
Return on Asset atau tingkat pengembalian atas total aktiva merupakan
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Anggitasari,
2012). Semakin baik nilai ROA, maka investor menilai kinerja perusahaan
56
semakin baik dan meningkatkan peringkat
obligasi.
Return on Asset
dilambangkan dengan ROA dan dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
3.1.3.4 Return On Equity (ROE)
Return on Equity atau tingkat pengembalian atas ekuitas merupakan salah
satu rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi pemegang saham atas modal yang mereka investasikan
dalam perusahaan (Tandelilin, 2001: 240). Semakin tinggi ROE perusahaan maka
investor menilai kinerja perusahaan akan semakin baik dan dapat meningkatkan
peringkat obligasi. Return on Equity pada penelitian ini dilambangkan dengan
ROE dan dirumuskan sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Ekuitas
3.1.3.5 Debt Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio atau DER merupakan salah satu rasio keuangan yang
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi utang dengan modal
yang dimiliki (Husnan, 2006: 70). Semakin tinggi nilai DER maka semakin tinggi
kebergantungan perusahaan terhadap pihak luar untuk membayar utangnya. Debt
to Equity Ratio pada penelitian ini dilambangkan dengan DER dan dirumuskan
sebagai berikut:
DER = Total Kewajiban
Total Ekuitas
57
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang mendapatkan peringkat obligasi periode 1 Januari 2010-31 Mei 2014 dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta tercatat dalam peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh Pefindo. Dikarenakan banyaknya anggota pupulasi, maka
peneliti menggunakan teknik sampling untuk mempermudah penelitian.
3.2.2 Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive
sampling yang menggunakan kriteria tertentu dalam pemilihan sampel. Kriteria
tersebut adalah:
1. Perusahaan yang mendapat peringkat obligasi dari Pefindo dalam kurun
waktu 1 Januari 2010 - 31 Mei 2014 oleh karena pada periode ini obligasi
belum jatuh tempo dan pada Mei 2014 Pefindo mengeluarkan peringkat
obligasi terbaru.
2. Obligasi yang diterbitkan oleh seluruh perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia oleh karena regulasi yang berbeda antara
industri keuangan dan non keuangan.
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia
dalam kurun waktu pengamatan.
58
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada dan tidak perlu dicari sendiri oleh
peneliti (Sekaran, 2003). Data sekunder yang dimaksud meliputi laporan
keuangan publikasi perusahaan periode 2009-2013 yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia, dan peringkat obligasi dari Pefindo. Sedangkan, sumber data
berasal dari www.idx.co.id dan www.pefindo.com.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian yaitu metode dokumentasi. Tahapan
metode dokumentasi yaitu pengumpulan, pencatatan dan penghitungan data yang
berhubungan dengan penelitian. Data yang berkaitan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan perusahaan tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 yang diperoleh
dari Indonesian Stock Exchange (IDX) dan peringkat obligasi Pefindo. Laporan
keuangan perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan pada periode satu
tahun sebelum peringkat obligasi dikeluarkan.
3.5
Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, hipotesis akan diuji dengan ordinal logistic regression
atau regresi logistik ordinal. Regresi logistik ordinal digunakan dalam penelitian
ini oleh karena kategori variabel dependen berupa ordinal (peringkat) dan regresi
ini sering disebut dengan PLUM. Regresi logistik ordinal tidak memerlukan uji
asumsi klasik, akan tetapi pada penelitian ini menggunakan uji multikolnieritas
untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen. Tahapan
59
analisis data pada penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji multikolonieritas,
menilai model fit, koefisien determinasi, estimasi parameter dan interpretasinya,
dan uji parallel lines.
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan deskripsi mengenai nilai rata-rata
(mean), nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi dari tiap variabel
penelitian, yaitu variabel ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional.
3.5.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011). Uji
multikoliniearitas dapat menyebabkan variabel independen menjelaskan varians
yang sama dalam pengestimasian variabel dependen.
3.5.3 Analisis Logistik Ordinal
3.5.3.1 Menilai Model Fit
Langkah awal dalam analisis regresi logistik ordinal yaitu menilai apakah
model regresi fit dengan data. Untuk menilai model fit, dirumuskan hipotesis:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Hipotesis ini diuji dengan menilai nilai Log Likelihood (-2LogL) yang
merupakan probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data
60
input. Pada uji model fit terdapat dua nilai Log Likelihood yang apabila terjadi
penurunan pada nilai Log Likelihood maka hipotesis nol tidak dapat ditolak atau
model fit dengan data dan disimpulkan bahwa model regresi semakin baik.
3.5.3.2 Koefisien Determinasi (Pseudo R Square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Pada
umumnya, analisis regresi linear dan berganda menggunakan nilai Adjusted R
Square untuk menilai persentase pengaruh antara variabel independen terhadap
terhadap dependen, sedangkan pada regresi logistik ordinal menggunakan
McFadden. Rentang nilai McFadden berkisar antara nol sampai satu. Semakin
mendekati angka satu, maka variabilitas variabel dependen semakin baik
dijelaskan oleh variabel independen (Ghozali, 2011).
3.5.3.3 Estimasi Parameter dan Interpretasi
Estimasi parameter menilai hubungan tiap variabel yang akan diuji dengan
menggunakan koefisien regresi. Tingkat signifikansi (probabilitas) antar variabel
akan dibandingkan untuk memberikan hasil pengujian model regresi logistik. Jika
tingkat signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka koefisien regresi
variabel adalah signifikan, dan menyatakan bahwa variabel independen tersebut
signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen.
61
3.5.3.4 Uji Parallel Lines
Uji parallel lines menilai apakah seluruh kategori memiliki parameter yang
sama atau tidak. Apabila nilai signifikansi dalam uji parallel lines menunjukkan
nilai p<0,000, maka dapat dikatakan model tidak cocok yang disebabkan karena
salah memilih link function atau kesalahan membuat peringkat kategori (Ghozali,
2011).
3.5.3.5 Model Regresi
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik
ordinal (logistic ordinal regression) dengan pertimbangan bahwa alat uji ini dapat
digunakan sebagai model prediksi terhadap variabel dependen dengan variabel
bebas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel dan SPSS 20.
Model regresi penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Logit RATING(1-8) = α1 + β1DKOM + β2AUDC + β3MANJ + β4INST + ε
Keterangan:
Logit RATING(1-8)
= Variabel peringkat obligasi dengan delapan kategori
α
= Konstanta
β
= Koefisien Variabel
DKOM
= Ukuran Dewan Komisaris
AUDC
= Ukuran Komite Audit
MANJ
= Kepemilikan Manajerial
INST
= Kepemilikan Institusional
ε
= Standard Error
Download