nandha rizki awalia analisis faktor-faktor yang

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA
TUJUAN EKSPOR
NANDHA RIZKI AWALIA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari penulis lain telah dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Nandha Rizki Awalia
NIM H14090034
ii
ABSTRAK
NANDHA RIZKI AWALIA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh SRI
MULATSIH.
Perhiasan merupakan salah satu produk potensial ekspor Indonesia. Secara
umum, ekspor perhiasan ke negara tujuan menunjukkan kecenderungan
berfluktuasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai seberapa besar
pengaruh faktor luar seperti GDP per kapita negara tujuan, harga ekspor perhiasan
Indonesia, harga ekspor perhiasan negara pesaing, populasi negara tujuan, dan
nilai tukar riil rupiah terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Penelitian
ini menggunakan data panel, yang merupakan gabungan data time series rentang
waktu 2000-2011 dan data cross section yaitu tujuh negara tujuan ekspor utama.
Data dianalisis menggunakan model Fixed Effect. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) nilai ekspor perhiasan Indonesia menunjukkan tren yang positif, namun
volume ekspor perhiasan Indonesia menunjukkan adanya fluktuasi; (2) faktorfaktor yang memengaruhi permintaan ekspor perhiasan Indonesia yaitu GDP per
kapita negara tujuan, harga ekspor perhiasan Indonesia, populasi negara tujuan,
dan nilai tukar riil rupiah.
Kata kunci: perdagangan internasional, permintaan ekspor, perhiasan, data panel
ABSTRACT
NANDHA RIZKI AWALIA. Analysis of The Factors Affecting Demand of
Indonesian Jewelry in Export Target Countries. Supervised by SRI MULATSIH.
Jewelry represents one of Indonesia’s potential commodity exports. In
general, export of jewelry shows the tendency of fluctuation. Therefore, it requires
to be done by a research about how external factors influence export demand,
such as gross of domestic product, export price, real exchange rate, export price
of competitor country, and population of importing countries. This research uses
panel data, representing pooled of data of time series span the time 2000-2011
and data of cross section which are seven target states of export. Data analyzed to
use the model of Fixed Effect. The results shows that (1) export value of
Indonesian jewelry indicates a positive trend but the export quantity indicates a
fluctuation; (2) factors affecting the export demand of Indonesian jewelry are:
export price of jewelry, population of the importing country, GDP of the
importing country, and real exchange rate of IDR.
Keywords: international trade, export demand, jewelry, panel data
iii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA
TUJUAN EKSPOR
NANDHA RIZKI AWALIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iv
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan
Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Nama
NIM
: Nandha Rizki Awalia
: H14090034
Disetujui oleh
Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara
Tujuan Ekspor. Penulis memilih topik ini mengingat permintaan ekspor komoditi
yang dianalisis belum maksimal. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, Msc.Agr
selaku pembimbing dan Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt serta Ibu Widyastutik, S.E,
M.Si yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2013
Nandha Rizki Awalia
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
5
Teori Perdagangan Internasional
5
Teori Permintaan Ekspor
6
Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Pemikiran
9
Hipotesis Penelitian
11
METODE PENELITIAN
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Analisis Data
12
Pemilihan Model
13
Perumusan Model
14
Uji Kesesuaian Model
15
Konsep Elastisitas
17
Definisi Operasional Variabel
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Perkembangan Permintaan Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan
Ekspor Utama
18
Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama
20
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di
Negara Tujuan Ekspor
22
KESIMPULAN DAN SARAN
25
Kesimpulan
25
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
26
vii
LAMPIRAN
29
RIWAYAT HIDUP
34
viii
DAFTAR TABEL
1 Nilai dan Volume Ekspor (US$) Perhiasan Indonesia ke Dunia Tahun
2007-2011
2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian
3 Kerangka Identifikasi Autokorelasi
4 Volume Ekspor Perhiasan Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun
2006-2011 dalam Kg
5 Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia
dengan Data Panel Model Efek Tetap (Fixed Effect)
6 Pengujian Ekonometrika (Weighted Statistics)
7 Pengujian Ekonometrika (Unweighted Statistics)
1
11
16
19
21
21
21
DAFTAR GAMBAR
1 Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2011
2 Negara Produsen Utama Perhiasan di Asia Tahun 2011
3 Volume dan Nilai Ekspor Total Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama
Perhiasan Indonesia Tahun 2006-2011l
4 Kurva Perdagangan Internasional
5 Pengaruh Kenaikan Harga Ekspor terhadap Permintaan Ekspor
6 Kerangka Pemikiran Operasional
7 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel
8 Populasi Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun
2000-2011 (Jiwa)
9 GDP Per Kapita Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia
Tahun 2000-2011 (US$)
2
3
4
6
7
10
13
23
24
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS,
2
3
4
5
6
7
8
Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan
model Pooled Least Square (PLS)
Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS,
Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan
model efek tetap (Fixed Effect)
Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS,
Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan
model Random Effect
Hasil Uji Chow
Hasil Uji Hausman
Cross Section Effect
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Homoskedastisitas
29
30
31
32
32
32
33
33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Oleh karena
itu, sebagian besar ekspor Indonesia berasal dari sumber daya alam yang
dikelompokkan menjadi migas dan non-migas. Menurut Kementerian
Perdagangan (2013), perlu dilakukan pengembangan 10 produk utama 1 dan 10
produk potensial 2 sebagai upaya dalam meningkatkan ekspor non-migas.
Salah satu produk potensial tersebut adalah perhiasan.
Perhiasan merupakan salah satu produk dari industri kreatif (fashion).
Menurut Kementerian Perindustrian (2013), perhiasan termasuk kebutuhan
tersier bagi kebanyakan orang karena merupakan barang mewah, namun tetap
memiliki nilai lindung dalam hal depresiasi dan inflasi sehingga
menjadikannya sebagai barang yang dicari. Asosiasi Pengusaha Emas dan
Perhiasan Indonesia Industri perhiasan Indonesia termasuk dalam bagian
kerajinan dan kreativitas karena desainnya yang unik dan khas sehingga
banyak disukai oleh masyarakat luar negeri. Hal ini menjadikan perhiasan
Indonesia memiliki peluang yang besar untuk ekspor sehingga sudah
sepantasnya perhiasan Indonesia menjadi salah satu produk yang diprioritaskan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, ekspor perhiasan
Indonesia ke pasar dunia terus mengalami peningkatan meskipun volumenya
masih berfluktuasi.
Tabel 1 Nilai dan Volume Ekspor (US$) Perhiasan Indonesia ke Dunia Tahun
2007-2011
Nilai Ekspor
Tren
Volume Ekspor
Tren
Tahun
(US$)
(%)
(Kg)
(%)
2007
119,466,788
77.04
287,790
-16.91
2008
156,231,227
30.77
303,688
5.52
2009
184,096,017
17.84
995,503
227.80
2010
220,047,394
19.53
296,131
-70.25
2011
267,388,772
21.51
263,750
-10.93
Sumber: BPS (2013), diolah Kementerian Perdagangan
Pada tahun 2011, ekspor produk perhiasan Indonesia (HS 7113) ke
seluruh dunia bernilai US$ 267.4 juta yang meningkat sebesar 21.51 persen
dari tahun sebelumnya. Walaupun nilai ekspor perhiasan Indonesia ke dunia
tahun 2011 hanya mencapai 1 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia yang
bernilai US$ 203.5 miliar, namun ekspor perhiasan Indonesia sangat
1
10 produk utama yaitu TPT, elektronik, karet dan produk karet, sawit, produk hasil hutan,
alas kaki, otomotif, udang, kakao, serta kopi.
2
10 produk potensial yaitu kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan
olahan, minyak atsiri, ikan dan produk perikanan, kerajinan, perhiasan, rempah-rempah, serta
peralatan kantor.
2
berpeluang untuk ditingkatkan mengingat produk perhiasan termasuk salah
satu produk potensial ekspor Indonesia. Perhiasan merupakan salah satu
produk fesyen yang banyak diminati oleh masyarakat sehingga
perkembangannya cepat dan tergolong labor intensive (job creation). Jika
terjadi peningkatan ekspor perhiasan, sudah tentu akan membuka lapangan
kerja baru, baik di bidang perancangan desain, pengerjaan, maupun industri
fesyen yang berhubungan langsung dengan industri perhiasan.
Adapun yang termasuk ke dalam negara tujuan ekspor utama perhiasan
Indonesia secara berurutan yaitu Singapura dengan permintaan ekspor sebesar
56 persen, Amerika Serikat sebesar 17 persen, Italia dan Jepang sebesar 3
persen, Perancis dan Jerman sebesar 2 persen, serta Australia sebesar 1 persen.
Negara-negara tersebut mewakili hampir 90 persen dari total permintaan
ekspor perhiasan Indonesia di dunia. Negara tujuan ekspor utama perhiasan
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
1%
2% 3%
16%
Singapura
AS
2%
3%
Italia
56%
17%
Jerman
Perancis
Jepang
Australia
Lainnya
Sumber: UN Comtrade (2013)
Gambar 1 Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2011
Menurut Asosiasi Pengusaha Emas dan Perhiasan Indonesia (APEPI)
(2013), saat ini Indonesia termasuk dalam lima besar produsen perhiasan di
Asia, keempat negara lainnya yaitu Thailand, India, Malaysia, dan Cina.
Namun, nilai ekspor perhiasan Indonesia masih kecil dibandingkan dengan
Thailand yang mengekspor hingga US$ 3.7 miliar pada tahun 2011.
Gambar 2 menunjukkan total ekspor perhiasan ke dunia dari negara
produsen utama di Asia. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa total ekspor
perhiasan terbesar dari Asia ke dunia berasal dari Thailand dengan persentase
yang hampir mencapai 50 persen. Cina dan India menempati posisi kedua dan
ketiga sebagai produsen perhiasan dari Asia dengan persentase masing-masing
sebesar 18 persen dan 14 persen. Kemudian, Indonesia berada di urutan
keempat dengan persentase sebesar 13 persen yang berbeda tipis dengan India
dan posisi kelima diduduki oleh Malaysia dengan persentase sebesar 8 persen.
3
8%
13%
47%
Thailand
Cina
14%
India
Indonesia
18%
Malaysia
Sumber: UN Comtrade (2013)
Gambar 2 Negara Produsen Utama Perhiasan di Asia Tahun 2011
Melihat potensi produk perhiasan Indonesia yang banyak disukai oleh
masyarakat luar negeri, maka sudah selayaknya apabila Indonesia terus
meningkatkan ekspor perhiasannya agar dapat menjadi produsen utama
perhiasan di Asia. Akan tetapi, permintaan ekspor dari ketujuh negara tujuan
utama tersebut masih mengalami fluktuasi dan belum maksimal. Oleh karena
itu, perlu dilakukan analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan ekspor.
Perumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang, produk perhiasan
Indonesia banyak disukai oleh masyarakat luar negeri sehingga Indonesia
memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi produsen perhiasan utama
di pasar luar negeri. Namun, terjadi fluktuasi dalam nilai dan volume
permintaan ekspor perhiasan di tujuh negara tujuan ekspor utama perhiasan
Indonesia (Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan
Australia) selama enam tahun terakhir yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Adapun yang menjadi permasalahan adalah jumlah permintaan
perhiasan dari ketujuh negara tersebut dari tahun ke tahun tidak stabil karena
volume dan nilainya yang berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal
mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang besar untuk menjadi
produsen utama. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di negara
tujuan ekspor. Ada beberapa hal yang akan dianalisis terkait masalah tersebut,
yaitu:
1. Bagaimana perkembangan permintaan perhiasan Indonesia di tujuh negara
tujuan ekspor utama?
4
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia
di tujuh negara tujuan ekspor utama?
300,000
250,000
200,000
Volume (kg)
150,000
Nilai (ribu US$)
100,000
50,000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: UN Comtrade (2013)
Gambar 3 Volume dan Nilai Ekspor Total Tujuh Negara Tujuan Ekspor
Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2006-2011
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis perkembangan permintaan perhiasan Indonesia di tujuh
negara tujuan ekspor utama.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan
Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor utama.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan untuk meningkatkan kegiatan
ekspor perhiasan Indonesia dan dapat memberikan gambaran mengenai
faktor-faktor yang dapat meningkatkan permintaan ekspor perhiasan
Indonesia.
2. Bagi para pelaku usaha yang berkaitan dengan industri perhiasan, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk
meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
3. Bagi masyarakat akademik, hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur
untuk penelitian lebih lanjut mengenai industri perhiasan di Indonesia.
5
4. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan
dalam menganalisis permasalahan dan mengaplikasikan teori yang telah
diberikan selama masa perkuliahan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan ekspor. Periode
waktu (time series) yang dianalisis dalam penelitian ini dari tahun 2000 sampai
dengan 2011, sedangkan data cross section yang digunakan adalah tujuh
negara yaitu negara Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis,
Jepang, dan Australia. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan
negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia. HS (Harmonized System)
yang digunakan adalah HS sampai level 4 digit yaitu HS 7113 dengan komoditi
jewellery, yaitu aneka perhiasan yang terbuat dari batu-batuan dan logam
seperti emas, berlian, perak, serta mutiara. Bentuk perhiasannya beraneka
ragam mulai dari cincin, gelang, kalung, anting, dan sebagainya.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang
timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Menurut Lindert
dan Kindleberger (1995), perdagangan internasional terjadi karena adanya
interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Suatu negara akan
mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih murah dan mengimpor komoditas
yang dihasilkan lebih mahal dalam penggunaan sumber daya. Perdagangan
Internasional dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara
lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara, dan antara pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain.
Berdasarkan teori perdagangan internasional, motivasi utama
melakukan perdagangan adalah memperoleh keuntungan yang timbul dengan
adanya perdagangan internasional (Salvatore 1997). Perdagangan internasional
akan menimbulkan banyak manfaat antara lain: memperoleh barang yang tidak
dapat diproduksi di negara sendiri, memperoleh manfaat dengan adanya
spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, serta
memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Proses terjadinya perdagangan
internasional dapat dijelaskan oleh Gambar 4.
Gambar 4 menjelaskan mengenai proses terjadinya perdagangan
internasional. Sebelum terjadinya perdagangan internasional, keseimbangan di
negara A terjadi pada titik Ea dengan jumlah produksi sebesar Qa1 dan harga
yang terjadi adalah P1. Di negara B keseimbangan terjadi pada titik Eb dengan
6
jumlah produksi sebesar Qb1 dan harga yang terjadi adalah sebesar P3. Harga di
negara A (P1) lebih rendah daripada harga di negara B (P3). Produsen di negara
A akan memproduksi lebih banyak untuk harga di atas P1.
Sumber: Salvatore (1997)
Gambar 4 Kurva Perdagangan Internasional
Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess supply di negara A.
Sementara untuk harga di bawah P3, konsumen di negara B akan meminta lebih
banyak daripada yang dihasilkan oleh produsen di negara B. Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya excess demand di negara B. Kemudian terjadi
perdagangan antara negara A dan negara B. Penawaran ekspor pada pasar
internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari
negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan
excess demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik
Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P2, dimana negara A mengekspor
sebesar (Qa2 -Qa3 ) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (Qb2 -Qb3 )
jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan
sebesar Qw pada pasar dunia.
Teori Permintaan Ekspor
Permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang
menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama
periode tertentu pada suatu tingkat harga (Lipsey et al 1995). Semakin tinggi
tingkat harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan
komoditi suatu barang akan semakin menurun. Definisi dari permintaan sendiri
mengacu kepada kebutuhan masyarakat atau individu yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain,
pendapatan konsumen, tingkat selera, jumlah penduduk, dan peramalan yang
akan datang.
Menurut Salvatore (1997), teori permintaan ekspor bertujuan untuk
menentukan faktor yang memengaruhi permintaan ekspor. Sebagai sebuah
7
permintaan, ekspor suatu negara akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berasal dari negara tujuan ekspor antara lain harga ekspor, GDP per kapita,
nilai tukar riil, dan populasi.
1. Harga Ekspor
Lipsey et al (1995) mengemukakan bahwa harga berhubungan negatif
dengan permintaan (cateris paribus), semakin tinggi tingkat harga yang
terjadi maka jumlah permintaan suatu komoditi akan semakin berkurang.
Sebaliknya, harga berhubungan positif dengan penawaran, semakin tinggi
tingkat harga yang ditawarkan akan mendorong produsen meningkatkan
skala produksinya sehingga tingkat penawaran pun akan meningkat.
Sumber: Lipsey et al (1995)
Gambar 5 Pengaruh Kenaikan Harga Ekspor terhadap Permintaan Ekspor
Gambar 5 menjelaskan hubungan yang terjadi antara perubahan harga
terhadap tingkat permintaan suatu barang. Saat harga ekspor sebesar P0 ,
permintaan ekspor sebesar S0 – D0 dan saat harganya naik menjadi P1, maka
jumlah permintaan berkurang menjadi S1 – D1 .
2. GDP Per Kapita
GDP per kapita adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah
populasi. GDP per kapita dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk
melakukan pembelian barang dan jasa. Jika GDP per kapita suatu negara
cukup tinggi, maka masyarakat di negara tersebut memiliki kemampuan
tinggi untuk melakukan pembelian sehingga merupakan pasar yang
potensial bagi pemasaran suatu komoditi (Mankiw 2000).
GDP dalam perekonomian terbagi menjadi dua bagian, yaitu GDP
nominal dan GDP riil. GDP nominal digunakan untuk mengukur nilai
barang dan jasa pada suatu tingkat harga yang berlaku, sedangkan GDP riil
digunakan untuk mengukur nilai barang dan jasa berdasarkan dengan harga
konstan. Selain itu, GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap
pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tetap. Karena
dipertahankan konstan, GDP riil bervariasi dari tahun ke n tahun hanya jika
jumlah produksinya berbeda. GDP riil memberikan ukuran kemakmuran
ekonomi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan GDP nominal karena
kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sangat
bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi.
8
3. Nilai Tukar
Nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa disebut dengan kurs adalah
harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau dapat juga
didefinisikan sebagai nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang
lainnya (Salvatore 1997). Para ekonom membagi nilai tukar menjadi dua,
yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan
harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan
harga relatif dari barang-barang antara dua negara (Mankiw 2000). Nilai
tukar riil sering disebut juga sebagai terms of trade. Nilai tukar riil dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
πœ€ = e x (P/P*)
dimana:
πœ€ = nilai tukar riil
e = nilai tukar nominal
P = tingkat harga domestik
P* = tingkat harga luar negeri
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut dengan apresiasi
atas mata uang asing, sedangkan penurunan nilai tukar uang dalam negeri
disebut dengan depresiasi atas mata uang asing. Apabila terjadi depresiasi
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, maka barang-barang Indonesia
akan dinilai relatif lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia akan
meningkat dan permintaan pun akan meningkat.
4. Populasi
Populasi dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yakni sisi
penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi
dapat diartikan sebagai penambahan tenaga kerja untuk memproduksi
komoditi ekspor, sedangkan penambahan populasi pada sisi permintaan
akan meningkatkan jumlah permintaan domestik akan suatu komoditi
(Salvatore 1997).
Penelitian Terdahulu
a. Penelitian Mengenai Industri Kreatif
Soliha (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Industri
Ritel di Indonesia’ menggunakan lima faktor utama untuk menganalisis
industri yang terdiri atas bargaining power of buyers, bargaining power of
suppliers, threat of new entrants, threat of new substitute products, dan
rivalry among firms. Kelima faktor tersebut dimaksudkan untuk menilai
intensitas persaingan, potensi laba atau profitabilitas industri, dan untuk
menilai menarik atau tidaknya suatu industri (degree of attractiveness).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek bisnis ritel berdasarkan
analisis industri dapat dikatakan “cukup menarik” untuk dapat dimasuki
oleh calon pendatang baru dan juga oleh para pemain yang ada pada saat ini.
Pasar yang ada cukup potensial seiring dengan membaiknya perekonomian
Indonesia dan peningkatan jumlah penduduk Indonesia.
Lemanso (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktorfaktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Perhiasan
9
Berlian di Surabaya (Studi Kasus: Toko Perhiasan Kencana Murni)’
menggunakan tiga variabel yaitu kelas sosial, gaya hidup, dan persepsi.
Jenis data yang digunakan adalah data primer melalui kuisioner dan
wawancara dari 150 responden. Metode yang digunakan yaitu analisis
deskriptif dan analisis ketergantungan (chi-square). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelas sosial dan gaya hidup berpengaruh terhadap
pembelian perhiasan berlian, sedangkan persepsi tidak berpengaruh.
b. Penelitian Mengenai Permintaan Ekspor
Khairunnisa (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat’ menggunakan lima variabel
yaitu GDP riil, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota, dan dummy krisis
global. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa time
series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember
tahun 2008. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan
persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least
Square). Hasil estimasi menunjukkan bahwa dari lima variabel yang
digunakan, terdapat satu variabel yang tidak signifikan terhadap permintaan
ekspor TPT Indonesia di AS yaitu dummy krisis global.
Widianingsih (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia
di Malaysia, Singapura, dan Cina’ menggunakan empat variabel, yaitu harga
ekspor biji kakao Indonesia, populasi penduduk Malaysia, Singapura dan
Cina, nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap US$, dan
pendapatan per kapita Malaysia, Singapura dan Cina. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder berbentuk pooled (panel) dari tahun 1992
hingga 2007. Dari hasil estimasi dengan menggunakan panel data melaui
pendekatan fixed effect, diketahui bahwa dari empat variabel yang
digunakan, terdapat satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap
permintaan ekspor biji kakao Indonesia yaitu variabel harga ekspor. Hal ini
dikarenakan harga ekspor biji kakao Indonesia di pasar internasional lebih
rendah dibanding harga pesaing sehingga peningkatan harga ekspor biji
kakao di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor
biji kakao Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang digunakan yaitu
nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor, GDP per kapita
negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor, harga ekspor negara
pesaing (Thailand), dan harga ekspor perhiasan di negara tujuan. Selain itu,
diperlukan juga analisis mengenai seberapa besar pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Dengan begitu,
pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepat. Kerangka
pemikiran operasional dijelaskan pada Gambar 6.
10
Perhiasan sebagai salah satu produk
industri kreatif (fesyen) yang
potensial untuk diekspor
Peluang Indonesia sebagai salah satu
eksportir utama perhiasan di pasar
luar negeri karena desain yang unik
Singapura, Amerika Serikat,
Italia, Jerman, Perancis,
Jepang, dan Australia sebagai
negara tujuan ekspor utama
perhiasan Indonesia
Volume dan
nilai ekspor
berfluktuasi
Faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan ekspor perhiasan
Indonesia di Singapura, Amerika
Serikat, Italia, Jerman, Perancis,
Jepang, dan Australia
Populasi
Negara
Tujuan
GDP Per
Kapita Negara
Tujuan
Harga
Ekspor ke
Negara
Tujuan
Harga Ekspor
Negara
Pesaing
Analisis Panel dengan
Model Fixed Effect
Rekomendasi Kebijakan
Gambar 6 Kerangka Pemikiran Operasional
Nilai Tukar Riil
Rupiah terhadap
Mata Uang
Negara Tujuan
11
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor
berpengaruh negatif. Artinya, apabila nilai tukar riil rupiah terdepresiasi,
maka volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia akan meningkat.
2. Harga ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan berpengaruh negatif.
Artinya, jika harga perhiasan di negara tujuan meningkat, maka jumlah
permintaan ekspor perhiasan Indonesia akan menurun.
3. Harga ekspor perhiasan negara pesaing berpengaruh positif. Artinya,
apabila harga ekspor negara pesaing semakin mahal, maka negara tujuan
ekspor akan beralih ke negara eksportir yang lebih murah sehingga
permintaan ekspor perhiasan Indonesia akan meningkat.
4. GDP per kapita negara tujuan ekspor berpengaruh positif. Artinya, apabila
GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat, maka daya beli
masyarakat akan meningkat dan tingkat konsumsi perhiasan pun akan
meningkat sehingga permintaan ekspor perhiasan akan naik.
5. Populasi negara tujuan ekspor berpengaruh positif. Artinya, semakin besar
jumlah populasi negara tujuan ekspor, maka semakin besar pula volume
permintaan ekspor perhiasan Indonesia.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa data deret waktu (time series) dan antar individu (cross section).
Data time series meliputi data tahunan (2000-2011), sedangkan data cross
section meliputi tujuh negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu Singapura,
Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia. Tabel 2
menunjukkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian
No
Variabel
Satuan
Simbol
1 Volume ekspor perhiasan
(kg)
VEX
Indonesia ke negara tujuan
2 Harga
ekspor
perhiasan
(US$)
PX
Indonesia
3 Populasi penduduk negara
(jiwa)
POP
tujuan
(national
4 Nilai tukar
ER
5
6
GDP per kapita negara tujuan
Harga
ekspor
perhiasan
negara pesaing
currency/Rp)
(US$/jiwa)
(US$)
GDP
PXN
Sumber
UN Comtrade
UN Comtrade
World Bank
IMF
World Bank
UN Comtrade
12
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan
metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
tentang perkembangan permintaan akan perhiasan Indonesia di tujuh negara
tujuan ekspor utama, sedangkan metode kuantitatif untuk menjelaskan
hubungan variabel-variabel yang memengaruhi volume permintaan ekspor
perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor. Data kuantitatif diolah
menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6, sedangkan data
kualitatif berbentuk narasi.
Karena mengkombinasikan data cross section dan time series, maka
panel data memiliki beberapa keunggulan antara lain (Gujarati 2004):
1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni.
2. Mampu mengontrol heterogenitas individu.
3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah
serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.
4. Data panel lebih baik digunakan untuk study dynamics of adjustment karena
terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.
5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks.
Terdapat tiga macam pendekatan dalam panel data yaitu:
1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam
pengolahan data panel yang didapatkan dengan cara mengkombinasikan
semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan
menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) seperti persamaan
berikut:
Yit = α + βπ‘₯it + eit
dimana:
Yit = variabel endogen
π‘₯it = variabel eksogen
α = intercept
β = slope
i = individu ke-i
t = periode waktu ke-t
e = error / simpangan
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Asumsi intercept dan slope dari persamaan regresi yang dianggap
konstan baik antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan
tujuan penggunaan data panel merupakan masalah terbesar yang dihadapi
dalam pendekatan model kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal ini dapat
digunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect). Model fixed effect
adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa
peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam
intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan
perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke
dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS yaitu:
Yit = ∑ αi Di + βπ‘₯it + eit
13
dimana:
Yit = variabel endogen
π‘₯it = variabel eksogen
α = intercept
β = slope
D = variabel dummy
i = individu ke-i
t = periode waktu ke-t
e = error / simpangan
3. Model Efek Acak (Random Effect)
Memasukkan variabel dummy ke dalam model akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan
mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model random effect.
Model random effect disebut juga sebagai error component model karena
dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar
waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umumnya yaitu:
Yit = α + π‘₯ j it βj + εit
εit = ui + vt + wit
dimana:
ui ~ N(0,𝛿𝑒 2 )
= komponen cross section error
2
vt ~ N(0,𝛿𝑒 )
= komponen time series error
2
= komponen error kombinasi
wit ~ N(0,𝛿𝑒 )
Pemilihan Model
Agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara
berbagai pilihan model maka kita perlu menganalis dugaan model yang kita
gunakan berdasarkan pertimbangan statistik. Terdapat tiga pengujian statistik
yang digunakan dalam data panel untuk menentukan model mana yang paling
baik (Gujarati 2004). Ketiga model tersebut ditunjukkan pada Gambar 7.
LM TEST
Sumber: Gujarati (2004)
Gambar 7 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel
14
1. Chow Test
Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan
pengujian statistik yang bertujuan memilih model fixed effect atau pooled
least square. Hipotesis dari uji ini yaitu:
H0 : Model pooled least square
H1 : Model fixed effect
Chow test dapat dilakukan dengan bahasa pemograman E-views sebagai
berikut: Jika hasil dari Chow Test signifikan (probability dari Chow < α)
maka H0 ditolak, artinya Fixed Effect digunakan.
2. Hausman Test
Hausman test merupakan uji untuk menentukan apakah akan digunakan
model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari uji ini yaitu:
H0 : Model random effect
H1 : Model fixed effects
Nilai statistik hausman akan dibandingkan dengan nilai Chi square sebagai
dasar dalam menolak H0 . Jika nilai statistik hasil pengujian lebih besar dari
Chi square tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap
H0 sehingga pendekatan yang digunakan adalah fixed effect model dan
sebaliknya.
3. LM Test
LM test (The Breusch – Pagan LM Test) digunakan sebagai dasar
pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect dan Pooled
Least Square. Hipotesis dari uji ini yaitu:
H0 : Model Pooled effect
H1 : Model Random effects
Dasar penolakan H0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik
LM dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar
dari Chi-square tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan
terhadap H0 sehingga model yang akan digunakan adalah random effect dan
sebaliknya.
Perumusan Model
Berdasarkan pada kerangka pemikiran operasional, analisis yang
digunakan adalah regresi data panel dengan model logaritma natural.
Transformasi dalam bentuk ln dapat mengurangi masalah heteroskedastisitas
karena memapatkan skala untuk pengukuran variabel mengurangi perbedaan
nilai dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat (Gujarati 2004). Dugaan
persamaan permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia,
Perancis, Jerman, Jepang, dan Australia dapat dirumuskan sebagai berikut:
lnVEXjt = β0 + β1 lnPOPjt +𝛽2lnPXjt + 𝛽3 lnER jt + 𝛽4 lnGDPjt + 𝛽5lnPXNt + ej
dimana:
VEXjt = Volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia di negara j tahun ke-t
(Kg)
15
POPjt = Jumlah populasi penduduk di negara tujuan tahun ke-t (juta)
PXjt = Harga ekspor perhiasan di negara tujuan tahun ke-t (US$/kg)
ER jt = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan tahun ke-t
(national currency/Rp)
GDPjt = Pendapatan per kapita negara tujuan tahun ke-t (US$)
PXNt = Harga perhiasan negara pesaing (Thailand) tahun ke-t (US$/kg)
ej
= Random error
= konstanta (intercept)
β0
βn
= parameter yang diduga (n= 1,2,…,5)
Uji Kesesuaian Model
1. Kriteria Statistik
Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian
model regresi yang didapat secara statistik yaitu uji-F, uji t, dan uji R2
(Gujarati 2004).
a. Uji–F
Uji-F adalah statistik uji yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh peubah eksogen terhadap speubah endogen secara keseluruhan.
H0 : β1 = β2 =... = βt = 0
H1 : minimal ada satu βt ≠ 0
1. Prob. F-stasistic < α, maka tolak H0 . Kesimpulannya, minimal ada satu
variabel eksogen yang memengaruhi variabel endogennya.
2. Prob. F-stasistic > α, maka terima H0 . Kesimpulannya, tidak ada
variabel eksogen yang memengaruhi variabel endogennya.
b. Uji t
Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel eksogen terhadap permintaan ekspor perhiasan
Indonesia. Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t.
H0 : βt = 0 dengan t = 1,2,3,….,n
H1 : βt ≠ 0
Jika t statistik > t tabel, maka tolak H0 . Kesimpulannya, koefisien
dugaan β ≠ 0 yang artinya variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap
variabel endogen. Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin
banyak variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap variabel
endogennya.
c. Uji R2
Uji ini dilakukan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang
dapat dijelaskan oleh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai R2
berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu maka semakin
baik.
2. Kriteria Ekonometrika
Terdapat empat asumsi dalam analisis regresi yang harus dipenuhi oleh
suatu model yaitu heteroskedastisitas, multikolinieritas, autokorelasi,
normalitas.
16
a. Autokorelasi
Autokorelasi mencerminkan adanya hubungan yang terjadi antara error
masa lalu dengan error saat ini yang dapat menyebabkan parameter
menjadi bias sehingga pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Untuk
mendeteksi autokorelasi, dibandingkan nilai Durbin Watson (DW)
statistiknya dengan nilai dari tabel DW yang dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kerangka Identifikasi Autokorelasi
Nilai DW
Hasil
4-dl<DW<4
Tolak H0 , autokorelasi negatif
4-du<DW<4-dl
Hasil tidak dapat ditentukan
2<DW<4-du
Terima H0 , tidak ada autokorelasi
du<DW<2
Terima H0 , tidak ada autokorelasi
dl<DW<du
Hasil tidak dapat ditentukan
0<DW<dl
Autokorelasi positif
Sumber : Gujarati (2004)
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan linier antar variabel
eksogen. Indikasi terjadinya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil t
dan F statistik hasil regresi. Apabila koefisien parameter dari t statistik
banyak yang tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan, maka patut
diduga terjadi masalah multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi
dengan cara menghilangkan variabel yang tidak signifikan,
mentransformasi data, dan menambah variabel (Gujarati 2004).
c. Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu asumsi dimana error term
terdistribusi normal dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Apabila nilai
probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata (α), maka persamaan
tersebut tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi
normal (Winarno 2007).
d. Heteroskedastisititas
Heteroskedastisitas yaitu semua residual atau error mempunyai varian
yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada umumnya heteroskedastisitas
terjadi pada data cross section. Jika pada model terjadi masalah
heteroskedastisitas maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias
dan konsisten. Dan jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh
menjadi “misleading” (Gujarati, 2004).
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam data
panel digunakan metode General Least Square (Cross Section Weights). Jika
sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square resid
unweighted statistics dapat dikatakan bahwa dalam model panel tersebut terjadi
masalah heteroskedastisitas. Cara yang dilakukan untuk menghilangkan
masalah heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white
heteroskedasticity.
17
Konsep Elastisitas
Nilai elastisitas digunakan untuk melihat derajat kepekaan variabel
eksogen pada suatu persamaan terhadap perubahan variabel endogen
(Koutsoyiannis 1977). Jika dinyatakan ke dalam sebuah persamaan matematis,
nilai elastisitas dapatdirumuskan sebagai berikut:
dimana:
Y
X
= rata-rata nilai peubah Y
= rata-rata nilai peubah X
1.
2.
3.
4.
5.
Adapun kriteria uji elastisitas adalah sebagai berikut:
Nilai elastisitas antara nol dan satu (0 < E < 1) dikatakan inelastis.
Nilai elastisitas lebih besar dari satu (E > 1) dikatakan elastis.
Nilai elastisitas sama dengan satu (E = 1) dikatakan unitary elastis.
Nilai elastisitas sama dengan nol (E = 0) dikatakan inelastis sempurna.
Nilai elastisitas tak terhingga (E = ~) dikatakan elastis sempurna.
Definisi Operasional Variabel
1. Volume permintaan ekspor (Kg) adalah volume ekspor perhiasan Indonesia
ke Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan
Australia pada periode ke-t. Volume ekspor menjadi variabel endogen
dalam model penelitian ini.
2. Harga ekspor perhiasan (US$/Kg) adalah harga yang diperoleh dari hasil
pembagian antara nilai ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan
(Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan
Australia) secara keseluruhan pada periode ke-t dengan volume ekspor
perhiasan Indonesia ke negara tujuan pada periode yang sama.
3. Harga ekspor perhiasan Thailand sebagai harga negara pesaing yang
diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor perhiasan Thailand ke
pasar dunia pada periode ke-t dengan volume ekspor perhiasan Thailand
pada periode ke-t juga dinyatakan dalam US$/Kg.
18
4. Populasi adalah total jumlah penduduk di negara tujuan ekspor (Singapura,
Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia) yang
dinyatakan dalam jiwa.
5. Nilai tukar riil dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Mankiw
2000):
πœ€ = e x (P/P*)
dimana:
πœ€ = nilai tukar riil
e = nilai tukar nominal
P = tingkat harga domestik
P* = tingkat harga luar negeri
6. GDP per kapita (US$) adalah GDP per kapita berdasarkan harga konstan
negara tujuan ekspor perhiasan (Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman,
Perancis, Jepang, dan Australia).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Permintaan Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara
Tujuan Ekspor Utama
Meningkatnya permintaan akan perhiasan dunia mendorong Indonesia
untuk memenuhi pasokan kebutuhan perhiasan dunia. Namun, terjadi fluktuasi
pada volume ekspor perhiasan Indonesia ke tujuh negara tujuan ekspor utama.
Produk perhiasan Indonesia diekspor ke berbagai negara, antara lain Singapura,
AS, kawasan Eropa (Italia, Jerman, Perancis), Jepang, dan Australia.
Tabel 4 menunjukkan bahwa volume ekspor perhiasan Indonesia
didominasi oleh negara tujuan Singapura dengan volume ekspor tertinggi pada
tahun 2007 yaitu sebesar 185,594 kg. Walaupun jumlah penduduknya sedikit,
namun GDP per kapita masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan dengan
negara tujuan ekspor perhiasan lainnya sehingga berpeluang untuk menjadi
negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia. Singapura juga merupakan
tempat transit utama para wisatawan sehingga Singapura memanfaatkan hal
tersebut untuk memasarkan kembali produk yang sudah diimpor dengan harga
yang lebih tinggi.
Setelah Singapura, Amerika Serikat kemudian mendominasi sebagai
negara tujuan ekspor utama dengan volume ekspor tertinggi sebesar 58,057 kg
pada tahun 2010. Lain halnya dengan Singapura yang berpenduduk sedikit,
kesempatan untuk menambah dan memperluas pangsa ekspor perhiasan di
Amerika Serikat sangat terbuka karena jumlah penduduknya yang besar. Di
samping itu, pasar produk AS merupakan pasar global, dimana sekitar 90%
kebutuhan domestik AS dipenuhi oleh barang impor.
Volume ekspor perhiasan Indonesia ke Jepang mengalami peningkatan
yang sangat signifikan dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 13,360 kg. Para
pengusaha perhiasan perlu melihat pasar ke Jepang yang merupakan salah satu
pusat konsumsi perhiasan dunia dengan tren yang meningkat sebesar 65.18
19
persen. KBRI Tokyo sedang berusaha memfasilitasi para pengrajin perhiasan
tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di seluruh daerah yang memiliki potensi di
bidang perhiasan seperti Bali, Yogyakarta, dan Jawa Timur 3.
Walaupun belum mendominasi sebagai negara tujuan ekspor perhiasan
Indonesia, negara Australia yang terletak di selatan Bali ini juga dapat
dijadikan negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia. Australia
merupakan negara tujuan ekspor utama perhiasan dari Bali. Berbagai jenis
perhiasan ukiran dari Bali banyak dipesan oleh masyarakat Australia setiap
bulannya. Di samping itu, peluang yang dapat diambil oleh Indonesia di negara
Australia dalam meningkatkan ekspor perhiasannya yaitu GDP per kapitanya
yang terus meningkat. Sementara itu, Australia belum mendominasi sebagai
negara tujuan ekspor dengan tren yang menurun sebesar 10.54 persen dimana
permintaan tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 4,697 kg.
Selain Singapura, AS, Jepang, dan Australia, Indonesia juga mengekspor
perhiasan ke kawasan Eropa yaitu Italia, Jerman, dan Perancis. Pada tahun
2008, desain perhiasan Indonesia menjadi juara 1 dan 2 di Italia yang berarti
desain Indonesia tidak kalah dengan desain perhiasan dari negara lain.
Masyarakat Eropa umumnya mau membeli produk dengan harga tinggi selama
produk tersebut berkualitas tinggi dan unik. Namun, volume ekspor perhiasan
Indonesia ke Italia, Jerman, dan Perancis juga masih berfluktuasi dari tahun ke
tahun, namun tren nya menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 15.85
persen, 9.26 persen, dan 48.72 persen. Permintaan ekspor perhiasan Indonesia
di Italia tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 8,731 kg. Sama halnya dengan
Italia, Jerman juga memiliki permintaan tertinggi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 11,427 kg. Lain halnya dengan Italia dan Jerman, permintaan ekspor di
Perancis pada tahun 2008 justru menurun karena terjadi peningkatan drastis
pada harga ekspor perhiasan Indonesia di Perancis pada tahun tersebut.
Tabel 4 Volume Ekspor Perhiasan Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun
2006 - 2011 dalam Kg
Tahun
Negara
Tren (%)
2007
2008
2009
2010
2011
Singapura
185,594 173,030 175,427 168,119 146,939
-0.82
AS
30,706
39,242
36,623 58,057
45,937
-2.42
Italia
5,207
8,731
5,890
6,129
8,612
15.85
Jerman
5,826
11,427
9,313
6,073
5,377
9.26
Perancis
3,935
888
779
1,567
3,597
48.72
Jepang
4,057
17,417
5,148
4,035
7,919
65.18
Australia
4,612
3,896
4,697
3,450
2,982
-10.54
Total
239,937 254,631 237,877 247,430 221,363
-4.55
Sumber: UN Comtrade (2013)
Untuk mempromosikan produk perhiasan Indonesia dan mendorong
industri perhiasan Indonesia agar mampu bersaing di pasar internasional,
3
http://kbritokyo.jp/besarnya-potensi-perhiasan-indonesia-dalam-pasar-jepang/ [4 Februari
2013] Jakarta: diakses pada tanggal 21 Maret 2013
20
APEPI menyelenggarakan expo ‘Jakarta International Jewellery Fair 2012
(JIJF)’. Acara tersebut merupakan pameran perhiasan internasional terbesar di
Indonesia. JIJF 2012 melibatkan beberapa negara tetangga, yakni Malaysia,
Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Hongkong
sehingga total peserta pameran tersebut mencapai 200 peserta. Sejalan dengan
program Tahun Indonesia Kreatif 2009, Departemen Perdagangan akan
mengintensifkan promosi dan perluasan pasar perhiasan dengan mengadakan
pameran produk perhiasan minimal 2 kali dalam setahun. Di samping itu, saat
ini pemerintah juga sedang menggarap sertifikasi untuk perhiasan Indonesia
agar nantinya menjadi produk dengan standar mutu yang baik.
Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama
1. Pemilihan Model
a. Uji Chow
Hasil dari Chow Test signifikan karena probability dari Chow sebesar
0.0000 kurang dari taraf nyata 10 persen, maka H0 ditolak. Artinya, Fixed
Effect digunakan.
b. Uji Hausman
Hasil dari Hausman Test signifikan karena probability dari Hausman
sebesar 0.0005 kurang dari taraf nyata 10 persen, maka H0 ditolak. Artinya,
Fixed Effect digunakan.
2. Uji Kriteria Statistik
a. Uji F
Uji-F statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
eksogennya secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap
variabel endogennya pada tingkat kepercayaan 90 persen atau pada taraf
nyata (α) 10 persen. Nilai probabilitas F statistik harus lebih kecil dari taraf
nyatanya sehingga dapat diindikasikan bahwa setidaknya ada satu variabel
eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen. Berdasarkan
Tabel 5, nilai probabilitas F statistik pada persamaan regresi untuk variabel
eksogen permintaan ekspor perhiasan Indonesia memiliki nilai 0.000 yang
lebih kecil dari taraf nyatanya (10 persen) sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada setidaknya satu variabel eksogen yang berpengaruh signifikan
terhadap volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia.
b. Uji-t
Uji-t statistik digunakan untuk mengetahui apakah koefisien masingmasing variabel eksogen secara individu memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap variabel endogennya. Dari hasil estimasi pada Tabel 5,
ditunjukkan bahwa variabel eksogen yakni nilai tukar riil rupiah, populasi
negara tujuan ekspor, harga ekspor ke negara tujuan, dan GDP per kapita
negara tujuan ekspor memiliki nilai probabilitas lebih kecil daripada taraf
nyata 10 persen. Hal ini berarti bahwa variabel eksogen tersebut secara
individu berpengaruh signifikan terhadap permintaan perhiasan Indonesia.
21
c.
Uji π‘ΉπŸ
Pada hasil estimasi pada Tabel 5, didapatkan nilai R-squared sebesar
88.55 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa 88.55 persen perubahan
variabel endogen (volume permintaan perhiasan Indonesia) dapat
dijelaskan oleh variabel eksogen (populasi negara tujuan ekspor, harga
perhiasan di negara tujuan, GDP per kapita negara tujuan ekspor, nilai
tukar riil rupiah, dan populasi negara tujuan ekspor), sedangkan sisanya
yaitu 11.45 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Ekspor Perhiasan
Indonesia dengan Data Panel Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Variabel
Koefisien
t-statistik
Probabilitas
Konstanta
-44.51669
-2.754541
0.0074
LNPOP
2.488068
2.734656
0.0079*
LNPXN
0.030285
0.950273
0.3452
LNPX
-0.335192
-4.164898
0.0001*
LNGDP
1.179583
3.277818
0.0016*
LNER
-2.260060
-1.948847
0.0552*
R-squared
0.885590
F-statistic
50.66496
Adjusted R-squared
0.868110
Prob(F-statistic)
0.000000
Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10 persen
3. Pengujian Kriteria Ekonometrika
Sebuah model, selain dikatakan baik berdasarkan kriteria statistik juga
harus bisa memenuhi kebaikan uji secara ekonometrika yakni terbebas dari
masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas.
Hasil dari pengujian secara ekonometrika terlihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6 Hasil Pengujian Ekonometrika (Weighted Statistics)
R-squared 0.885590
Sum square resid 38.63367
Weighted Statistics
prob Jarque-Bera 0.347113
Durbin-Watson stat 1.762508
Tabel 7 Hasil Pengujian Ekonometrika (Unweighted Statistics)
R-squared 0.829011
Sum square resid 43.16817
Unweighted Statistics
prob Jarque-Bera 0.347113
Durbin-Watson stat 1.782910
a. Heteroskedastisitas
Tabel 6 menunjukkan bahwa Sum Square Residual Weighted Statistics
(38.63) lebih kecil dibandingkan dengan Sum Square Residual Unweighted
(43.17) pada Tabel 7. Dengan demikian, model persamaan permintaan
ekspor perhiasan ini terindikasi masalah heteroskedastisitas. Maka,
dilakukan estimasi GLS dengan white heteroskedasticy.
22
b. Autokorelasi
Tabel 7 menunjukkan statistik DW pada model persamaan sebesar 1.78
pada unweighted statistic. Kedua nilai tersebut terletak diantara du dan 4du yaitu pada daerah tidak ada autokorelasi sehingga persamaan regresi
dikatakan tidak mengandung masalah autokorelasi negatif ataupun positif.
c. Multikolineritas
Untuk menguji adanya gejala multikolinearitas, berdasarkan model
yang diestimasi pada Tabel 5, terlihat bahwa nilai dari Prob (F-statistik)
sebesar 0.0000 signifikan pada taraf nyata 10 persen. Sehingga dapat
disimpulkan pada model yang digunakan tidak terjadi masalah
multikolinearitas.
d. Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mendeteksi apakah error term
mendekati distribusi normal atau tidak yang dilihat dari nilai probabilitas
Jarque Bera yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Dari hasil estimasi
diketahui nilai probabilitas Jarque Bera sebesar 0.34 sehingga dapat
disimpulkan bahwa error telah terdistribusi secara normal dalam model.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia
di Negara Tujuan Ekspor
Berdasarkan uji pemilihan model, didapatkan model terbaik yaitu fixed
effect. Setelah dilakukan regresi panel data dengan model fixed effect, maka
diperoleh hasil estimasi persamaan sebagai berikut:
LNVEX = -44.51669 + 2.488068LNPOP + 0.030285LNPXN - 0.335192LNPX
+ 1.179583LNGDP - 2.260060ER
di mana :
VEX = Volume ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan tahun ke- t (kg)
PX = Harga ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (US$/kg)
POP = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke- t (jiwa)
GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke t (US$)
PXN = Harga ekspor perhiasan negara pesaing (Thailand) (US$/kg)
a. Populasi Negara Tujuan Ekspor
Variabel populasi negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan dan
positif terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia pada taraf nyata
sepuluh persen. Hasil uji tersebut sesuai dengan hipotesis. Dari hasil
estimasi model diketahui bahwa variabel populasi negara tujuan ekspor
bersifat elastis karena koefisiennya sebesar 2.49. Artinya, peningkatan
populasi negara tujuan ekspor sebesar 1 persen akan meningkatkan
permintaan ekspor perhiasan Indonesia sebesar 2.49 persen, ceteris paribus.
Meningkatnya populasi negara tujuan ekspor menyebabkan permintaan
domestik bertambah dan jika negara tersebut tidak mampu memenuhi
seluruh permintaan domestiknya, maka negara tersebut harus mengimpor
dari negara lain.
23
350,000,000
300,000,000
250,000,000
200,000,000
Australia
italia
jepang
150,000,000
as
singapura
100,000,000
50,000,000
jerman
perancis
0
Sumber: World Bank (2013)
Gambar 8 Populasi Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia
Tahun 2000-2011 (Jiwa)
Dari Gambar 8 terlihat bahwa negara AS memiliki jumlah penduduk
paling besar dibandingkan dengan negara tujuan ekpor lainnya, sehingga AS
merupakan pasar yang sangat potensial untuk ekspor perhiasan Indonesia.
Setelah AS, Jepang juga memiliki populasi yang cukup tinggi sehingga
potensial untuk dijadikan negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia.
b. Harga Ekspor Perhiasan Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
Teori permintaan ekspor menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan
komoditi suatu barang akan semakin menurun. Dari hasil estimasi diketahui
bahwa variabel harga ekspor perhiasan Indonesia berpengaruh secara
signifikan dan negatif terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia
pada taraf nyata sepuluh persen. Hasil uji tersebut sesuai dengan hipotesis.
Variabel harga ekspor bersifat ineslatis karena koefisien variabelnya
bernilai negatif sebesar 0.34. Artinya, jika harga ekspor perhiasan ke
negara tujuan meningkat sebesar satu persen akan menurunkan volume
permintaan ekspor perhiasan sebesar 0.34 persen, ceteris paribus.
Salah satu yang mempengaruhi harga ekspor di Indonesia adalah masih
tingginya pungutan pajak produk perhiasan sebagai barang mewah.
PPnBM saat ini mencapai 75%. Pungutan pemerintah tersebut dinilai
terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan marjin yang diterima pelaku usaha
sangat kecil karena harga produk perhiasan tidak bisa tinggi agar dapat
bersaing di pasar ekspor 4.
4
http://www.pajak2000.com/news_print.php?id=2769 [22 Januari 2013] Jakarta: diakses pada
tanggal 21 Maret 2013
24
c. Harga Ekspor Perhiasan Negara Pesaing
Berdasarkan hasil analisis regresi data panel permintaan ekspor
perhiasan Indonesia diperoleh nilai koefisiennya sebesar 0.03. Hal ini
sesuai dengan hipotesis penelitian namun variabel harga ekspor perhiasan
negara pesaing (Thailand) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
ekspor perhiasan Indonesia. Nilai P value sebesar 0.34 berarti tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia pada
taraf nyata sepuluh persen. Dari hasil regresi tersebut maka harga ekspor
perhiasan negara pesaing bukan faktor penentu yang memengaruhi besar
kecilnya permintaan ekspor perhiasan Indonesia.
Hal ini disebabkan karena karakteristik produk perhiasan Thailand
dengan perhiasan Indonesia berbeda. Jadi, masyarakat yang menyukai
perhiasan Indonesia yang unik akan tetap membelinya walaupun harga
perhiasan Thailand lebih murah, dan sebaliknya.
d. GDP Per kapita Negara Tujuan Ekspor
GDP per kapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat
terhadap barang dan jasa suatu negara. Dari hasil estimasi diketahui bahwa
elastisitas GDP per kapita negara tujuan ekspor sebesar 1.18 menunjukkan
bahwa jika GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat sebesar satu
persen akan meningkatkan volume permintaan ekspor perhiasan sebesar
1.18 persen, ceteris paribus.Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah
dikemukakan bahwa GDP per kapita berpengaruh positif terhadap
permintaan ekspor. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel GDP per
kapita memiliki pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi permintaan
ekspor perhiasan Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan
masyarakat maka semakin banyak masyarakat yang membeli perhiasan.
70000
60000
50000
Australia
italia
40000
30000
20000
jepang
as
singapura
jerman
10000
perancis
0
Sumber: World Bank (2013)
Gambar 9 GDP Per Kapita Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia
Tahun 2000-2011 (US$)
25
Dari Gambar 9 terlihat bahwa GDP ketujuh negara tujuan ekspor
perhiasan Indonesia memiliki tren yang meningkat. Sejak tahun 2000,
Singapura dan AS memiliki GDP yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara tujuan ekspor lainnya sehingga menjadi pasar yang potensial untuk
ekspor perhiasan Indonesia. Di samping itu, dapat dilihat juga bahwa GDP
Australia kenaikan yang tajam dalam 2 tahun terakhir. Hal ini terkait dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi Australia yang semakin baik.
e. Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor
Dalam hipotesis, telah dikemukakan bahwa nilai tukar riil rupiah
terhadap mata uang negara tujuan ekspor memiliki hubungan negatif,
artinya jika nilai tukar riil rupiah tinggi akan menyebabkan volume
permintaan ekspor perhiasan Indonesia menurun. Hasil estimasi
menunjukkan probabilitas dari variabel nilai ekspor berpengaruh signifikan
pada taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan
dalam menentukan tingkat permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan
ekspor.
Berdasarkan hasil analisis regresi data panel permintaan ekspor
perhiasan Indonesia diperoleh nilai elastisitas sebesar 2.26 yang artinya bila
terjadi kenaikan pada nilai tukar riil rupiah sebesar satu persen akan
mengakibatkan penurunan permintaan ekspor perhiasan Indonesia di negara
tujuan sebesar 2.26 persen, ceteris paribus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis faktorfaktor yang memengaruhi permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura,
Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan
periode analisis dari tahun 2000 hingga 2011 diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Melihat peluang yang besar bagi produk perhiasan sebagai komoditi
ekspor, maka permintaan ekspor perhiasan Indonesia perlu ditingkatkan.
Volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura, Amerika
Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dari tahun ke tahun
masih berfluktuasi. Singapura menjadi negara tujuan ekspor perhiasan
Indonesia karena daya beli masyarakatnya tinggi yang digambarkan dalam
GDP. AS sebagai negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia yang kedua
dilihat dari peluang bahwa populasi negara AS sangat tinggi. Eropa dan
Jepang dapat dilihat sebagai negara sasaran ekspor perhiasan karena selera
masyarakatnya yang menyukai perhiasan Indonesia yang unik, sedangkan
Australia karena letaknya dekat Bali yang merupakan salah satu produsen
utama perhiasan Indonesia dan melihat peluang bahwa pertumbuhan
26
ekonomi Australia semakin baik yang digambarkan melalui GDP yang
meningkat tajam dalam 2 tahun terakhir.
2. Hasil analisis model permintaan ekspor perhiasan Indonesia menunjukkan
bahwa nilai tukar riil rupiah, GDP per kapita negara tujuan ekspor, harga
ekspor perhiasan Indonesia, dan populasi berpengaruh nyata terhadap
permintaan ekspor perhiasan Indonesia, sedangkan harga ekspor perhiasan
negara pesaing tidak berpengaruh nyata. GDP per kapita negara tujuan
ekspor dan populasi berhubungan positif dengan permintaan ekspor
perhiasan Indonesia, sedangkan harga ekspor perhiasan Indonesia dan nilai
tukar riil rupiah berhubungan negatif terhadap permintaan ekspor perhiasan
Indonesia. Jika dilihat dari elastisitasnya, variabel nilai tukar riil rupiah,
GDP per kapita negara tujuan ekspor, dan populasi bersifat elastis terhadap
permintaan ekspor perhiasan Indonesia, sedangkan variabel harga ekspor
perhiasan Indonesia dan harga ekspor negara pesaing bersifat inelastis
terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan
kebijakan sebagai berikut:
1. Variabel harga ekspor di negara tujuan berpengaruh nyata terhadap
permintaan perhiasan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya
melakukan pembebasan pajak ekspor perhiasan agar harga jual perhiasan
lebih kompetitif dan memiliki daya saing di pasar dunia.
2. Variabel nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan
berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Oleh
karena itu, pemerintah sebaiknya melakukan upaya stabilisasi nilai tukar,
salah satu caranya yaitu dengan mengontrol supply dan demand uang
sehingga tingkat inflasi dapat terkendali.
3. Dalam penelitian ini, belum dilakukan analisis mengenai daya saing produk
perhiasan Indonesia. Pada penelitian selanjutnya, agar dilakukan analisis
mengenai daya saing produk perhiasan Indonesia sehingga dapat
dirumuskan kebijakan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Pengusaha Emas dan Perhiasan Indonesia (APEPI). 2010. Produsen
Perhiasan
Gencar
Bidik
Pasar
Ekspor. http:// www.apepi.co.id/category/berita/ [10 Februari 2013]
Badan
Pusat
Statistik.
2013.
Tabel
Ekspor
Menurut
Komoditi. http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2 [11 Februari
2013]
27
Kementerian
Perdagangan.
2013.
10
Produk
Utama
dan
Potensial. http://www.kemendag.go.id/en/economic-profile/10-mainand-potential-commodities [10 Februari 2013]
Kementerian Perindustrian. 2010. Industri Perhiasan Indonesia Punya Potensi
Lebih Maju. http://kemenperin.go.id/berita-industri [10 Februari 2013]
Gujarati, D. 2004. Basic Econometrics, Fourth Edition. The McGraw-Hill
Companies.
International Monetary Fund. 2013. World Economic Outlook Database 2013.
[IMF Online]. http://www.imf.org [6 Februari 2013]
Khairunnisa, S. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat.
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics : An Introdutory Exposition
of Econometrics, 2nd Edition. New York: Harper and Row Publishers
Inc.
Lemanso, I. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Konsumen dalam Pembelian Perhiasan Berlian di Surabaya (Studi
Kasus: Toko Perhiasan Kencana Murni) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Petra.
Lindert, P. H dan C. P. Kinderleberger. 1995. Ekonomi Internasional. Jakarta:
Erlangga.
Lipsey, R. G., P. N. Courant, dan C. T. S. 1995. Pengantar Makroekonomi
Edisi Kesepuluh Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.
Mankiw, N.G. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Penerjemah: Imam
Nurmawan. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics.
Nachrowi, D. 2006. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Penerjemah: Haris
Munandar. Jakarta: Erlangga.
Soliha, E. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia [Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), September 2008, Hal. 128 - 142 Vol. 15, No.2].
United Nation Commodity Trade Statistics. 2013. UNCOMTRADE Database.
[UNCOMTRADE Online]. http://comtrade.un.org [6 Februari 2013].
28
Widianingsih, Y. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan
Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malasyia, Singapura, dan Cina.
[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Winarno, W. W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Jakarta : UPPSTIM YKPN.
World Bank. 2013. Worldbank Database. http://data.worldbank.org [11
Februari 2013]
29
Lampiran 1
Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di
Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia
dengan menggunakan model Pooled Least Square (PLS)
Dependent Variable: LNVOLUME
Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 03/18/13 Time: 14:06
Sample: 2000 2011
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable
LNPOPULASI
LNHARGAPESAING
LNHARGA
LNGDP
NT
C
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-0.270915
-0.194676
0.031328
3.478304
-1.019711
-20.89017
0.053183
0.054101
0.044199
0.204572
0.420533
2.035787
-5.093994
-3.598348
0.708808
17.00285
-2.424806
-10.26147
0.0000
0.0006
0.4806
0.0000
0.0176
0.0000
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.748729
0.732622
1.023419
46.48444
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
13.42427
11.62879
81.69622
1.687274
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.327265
169.8397
Mean dependent var 9.122015
Durbin-Watson stat 0.709665
30
Lampiran 2
Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di
Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia
dengan menggunakan model Fixed Effect
Dependent Variable: LNVOLUME
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 03/18/13 Time: 14:13
Sample: 2000 2011
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable
LNPOPULASI
LNHARGAPESAING
LNHARGA
LNGDP
NT
C
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
2.488068
0.030285
-0.335192
1.179583
-2.260060
-44.51669
2.734656
0.950273
-4.164898
3.277818
-1.948847
-2.754541
0.0079
0.3452
0.0001
0.0016
0.0552
0.0074
0.909828
0.031870
0.080480
0.359868
1.159691
16.16120
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.885590
0.868110
0.732515
50.66496
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
10.43253
3.804614
38.63367
1.762508
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.829011
43.16817
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
9.122015
1.782910
31
Lampiran 3
Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di
Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia
dengan menggunakan model Random Effect
Dependent Variable: LNVOLUME
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/18/13 Time: 14:07
Sample: 2000 2011
Periods included: 12
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 84
Swamy and Arora estimator of component variances
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPOPULASI
LNHARGAPESAING
LNHARGA
LNGDP
NT
C
-0.421322
0.108920
-0.378015
1.381711
-1.424560
4.334054
0.249907
0.056551
0.106798
0.662347
1.439061
8.557367
-1.685915
1.926046
-3.539533
2.086083
-0.989924
0.506470
0.0958
0.0577
0.0007
0.0402
0.3253
0.6140
Effects Specification
Cross-section random
Idiosyncratic random
S.D.
Rho
0.794997
0.756182
0.5250
0.4750
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.278714
0.232478
0.839650
6.028046
0.000091
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
2.415335
0.958414
54.99099
1.377638
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.131388
219.2911
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
9.122015
0.345466
32
Lampiran 4 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
57.215617
(6,72)
0.0000
Lampiran 5 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
Cross-section random
22.169752
5
0.0005
Lampiran 6 Cross Section Effect
1
2
3
4
5
6
7
CROSSID
1
2
3
4
5
6
7
Effect
1.395578
-0.71099
-2.35791
-0.09881
-4.14489
-2.73044
8.647462
33
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas
14
Series: Standardized Residuals
Sample 2000 2011
Observations 84
12
10
8
6
4
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
3.77e-16
-0.125329
2.218402
-2.150368
0.992346
0.157200
2.281914
Jarque-Bera
Probability
2.150732
0.341173
0
1
0
-1
-2
2
Lampiran 8 Hasil Uji Homoskedatisitas
3
2
1
0
-1
-2
-3
10
20
30
40
50
60
Standardized Residuals
70
80
34
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nandha Rizki Awalia dilahirkan pada tanggal 21 Juli
1991 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan Bambang Deliyanto dan Melly Prabawati. Pendidikan dasar penulis
ditempuh di SD LPI At-Taufiq, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya
ke SMP Negeri 216 Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama,
penulis diterima di SMA Negeri 68 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun kedua di IPB,
penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam organisasi dan berbagai
kegiatan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain
Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ‘Agriaswara’ IPB (2010-sekarang) dan
Community of Art, Sport, and Culture (COAST) FEM IPB tahun 2010-2011
dalam divisi tari. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti adalah HIPOTEX-R
(2010), Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi (2011), Konser Tahunan
AgriaSwara: Harmony in Cacophony (2011), Olimpiade Mahasiswa IPB
(OMI) (2011), Seminar Politik Ceria (2011), dan Bogor Art Festival (2012).
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, penulis
menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi
Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia.
Download