ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari penulis lain telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2013 Nandha Rizki Awalia NIM H14090034 ii ABSTRAK NANDHA RIZKI AWALIA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH. Perhiasan merupakan salah satu produk potensial ekspor Indonesia. Secara umum, ekspor perhiasan ke negara tujuan menunjukkan kecenderungan berfluktuasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh faktor luar seperti GDP per kapita negara tujuan, harga ekspor perhiasan Indonesia, harga ekspor perhiasan negara pesaing, populasi negara tujuan, dan nilai tukar riil rupiah terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel, yang merupakan gabungan data time series rentang waktu 2000-2011 dan data cross section yaitu tujuh negara tujuan ekspor utama. Data dianalisis menggunakan model Fixed Effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai ekspor perhiasan Indonesia menunjukkan tren yang positif, namun volume ekspor perhiasan Indonesia menunjukkan adanya fluktuasi; (2) faktorfaktor yang memengaruhi permintaan ekspor perhiasan Indonesia yaitu GDP per kapita negara tujuan, harga ekspor perhiasan Indonesia, populasi negara tujuan, dan nilai tukar riil rupiah. Kata kunci: perdagangan internasional, permintaan ekspor, perhiasan, data panel ABSTRACT NANDHA RIZKI AWALIA. Analysis of The Factors Affecting Demand of Indonesian Jewelry in Export Target Countries. Supervised by SRI MULATSIH. Jewelry represents one of Indonesia’s potential commodity exports. In general, export of jewelry shows the tendency of fluctuation. Therefore, it requires to be done by a research about how external factors influence export demand, such as gross of domestic product, export price, real exchange rate, export price of competitor country, and population of importing countries. This research uses panel data, representing pooled of data of time series span the time 2000-2011 and data of cross section which are seven target states of export. Data analyzed to use the model of Fixed Effect. The results shows that (1) export value of Indonesian jewelry indicates a positive trend but the export quantity indicates a fluctuation; (2) factors affecting the export demand of Indonesian jewelry are: export price of jewelry, population of the importing country, GDP of the importing country, and real exchange rate of IDR. Keywords: international trade, export demand, jewelry, panel data iii ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iv Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Nama NIM : Nandha Rizki Awalia : H14090034 Disetujui oleh Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Departemen Tanggal Lulus: v PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Penulis memilih topik ini mengingat permintaan ekspor komoditi yang dianalisis belum maksimal. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, Msc.Agr selaku pembimbing dan Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt serta Ibu Widyastutik, S.E, M.Si yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2013 Nandha Rizki Awalia vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 5 Teori Perdagangan Internasional 5 Teori Permintaan Ekspor 6 Penelitian Terdahulu 8 Kerangka Pemikiran 9 Hipotesis Penelitian 11 METODE PENELITIAN 11 Jenis dan Sumber Data 11 Metode Analisis Data 12 Pemilihan Model 13 Perumusan Model 14 Uji Kesesuaian Model 15 Konsep Elastisitas 17 Definisi Operasional Variabel 17 HASIL DAN PEMBAHASAN 18 Perkembangan Permintaan Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama 18 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama 20 Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor 22 KESIMPULAN DAN SARAN 25 Kesimpulan 25 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 vii LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 34 viii DAFTAR TABEL 1 Nilai dan Volume Ekspor (US$) Perhiasan Indonesia ke Dunia Tahun 2007-2011 2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian 3 Kerangka Identifikasi Autokorelasi 4 Volume Ekspor Perhiasan Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2006-2011 dalam Kg 5 Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia dengan Data Panel Model Efek Tetap (Fixed Effect) 6 Pengujian Ekonometrika (Weighted Statistics) 7 Pengujian Ekonometrika (Unweighted Statistics) 1 11 16 19 21 21 21 DAFTAR GAMBAR 1 Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2011 2 Negara Produsen Utama Perhiasan di Asia Tahun 2011 3 Volume dan Nilai Ekspor Total Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2006-2011l 4 Kurva Perdagangan Internasional 5 Pengaruh Kenaikan Harga Ekspor terhadap Permintaan Ekspor 6 Kerangka Pemikiran Operasional 7 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel 8 Populasi Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2000-2011 (Jiwa) 9 GDP Per Kapita Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2000-2011 (US$) 2 3 4 6 7 10 13 23 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS, 2 3 4 5 6 7 8 Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan model Pooled Least Square (PLS) Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan model efek tetap (Fixed Effect) Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan model Random Effect Hasil Uji Chow Hasil Uji Hausman Cross Section Effect Hasil Uji Normalitas Hasil Uji Homoskedastisitas 29 30 31 32 32 32 33 33 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor Indonesia berasal dari sumber daya alam yang dikelompokkan menjadi migas dan non-migas. Menurut Kementerian Perdagangan (2013), perlu dilakukan pengembangan 10 produk utama 1 dan 10 produk potensial 2 sebagai upaya dalam meningkatkan ekspor non-migas. Salah satu produk potensial tersebut adalah perhiasan. Perhiasan merupakan salah satu produk dari industri kreatif (fashion). Menurut Kementerian Perindustrian (2013), perhiasan termasuk kebutuhan tersier bagi kebanyakan orang karena merupakan barang mewah, namun tetap memiliki nilai lindung dalam hal depresiasi dan inflasi sehingga menjadikannya sebagai barang yang dicari. Asosiasi Pengusaha Emas dan Perhiasan Indonesia Industri perhiasan Indonesia termasuk dalam bagian kerajinan dan kreativitas karena desainnya yang unik dan khas sehingga banyak disukai oleh masyarakat luar negeri. Hal ini menjadikan perhiasan Indonesia memiliki peluang yang besar untuk ekspor sehingga sudah sepantasnya perhiasan Indonesia menjadi salah satu produk yang diprioritaskan. Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, ekspor perhiasan Indonesia ke pasar dunia terus mengalami peningkatan meskipun volumenya masih berfluktuasi. Tabel 1 Nilai dan Volume Ekspor (US$) Perhiasan Indonesia ke Dunia Tahun 2007-2011 Nilai Ekspor Tren Volume Ekspor Tren Tahun (US$) (%) (Kg) (%) 2007 119,466,788 77.04 287,790 -16.91 2008 156,231,227 30.77 303,688 5.52 2009 184,096,017 17.84 995,503 227.80 2010 220,047,394 19.53 296,131 -70.25 2011 267,388,772 21.51 263,750 -10.93 Sumber: BPS (2013), diolah Kementerian Perdagangan Pada tahun 2011, ekspor produk perhiasan Indonesia (HS 7113) ke seluruh dunia bernilai US$ 267.4 juta yang meningkat sebesar 21.51 persen dari tahun sebelumnya. Walaupun nilai ekspor perhiasan Indonesia ke dunia tahun 2011 hanya mencapai 1 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia yang bernilai US$ 203.5 miliar, namun ekspor perhiasan Indonesia sangat 1 10 produk utama yaitu TPT, elektronik, karet dan produk karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, serta kopi. 2 10 produk potensial yaitu kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan dan produk perikanan, kerajinan, perhiasan, rempah-rempah, serta peralatan kantor. 2 berpeluang untuk ditingkatkan mengingat produk perhiasan termasuk salah satu produk potensial ekspor Indonesia. Perhiasan merupakan salah satu produk fesyen yang banyak diminati oleh masyarakat sehingga perkembangannya cepat dan tergolong labor intensive (job creation). Jika terjadi peningkatan ekspor perhiasan, sudah tentu akan membuka lapangan kerja baru, baik di bidang perancangan desain, pengerjaan, maupun industri fesyen yang berhubungan langsung dengan industri perhiasan. Adapun yang termasuk ke dalam negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia secara berurutan yaitu Singapura dengan permintaan ekspor sebesar 56 persen, Amerika Serikat sebesar 17 persen, Italia dan Jepang sebesar 3 persen, Perancis dan Jerman sebesar 2 persen, serta Australia sebesar 1 persen. Negara-negara tersebut mewakili hampir 90 persen dari total permintaan ekspor perhiasan Indonesia di dunia. Negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. 1% 2% 3% 16% Singapura AS 2% 3% Italia 56% 17% Jerman Perancis Jepang Australia Lainnya Sumber: UN Comtrade (2013) Gambar 1 Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2011 Menurut Asosiasi Pengusaha Emas dan Perhiasan Indonesia (APEPI) (2013), saat ini Indonesia termasuk dalam lima besar produsen perhiasan di Asia, keempat negara lainnya yaitu Thailand, India, Malaysia, dan Cina. Namun, nilai ekspor perhiasan Indonesia masih kecil dibandingkan dengan Thailand yang mengekspor hingga US$ 3.7 miliar pada tahun 2011. Gambar 2 menunjukkan total ekspor perhiasan ke dunia dari negara produsen utama di Asia. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa total ekspor perhiasan terbesar dari Asia ke dunia berasal dari Thailand dengan persentase yang hampir mencapai 50 persen. Cina dan India menempati posisi kedua dan ketiga sebagai produsen perhiasan dari Asia dengan persentase masing-masing sebesar 18 persen dan 14 persen. Kemudian, Indonesia berada di urutan keempat dengan persentase sebesar 13 persen yang berbeda tipis dengan India dan posisi kelima diduduki oleh Malaysia dengan persentase sebesar 8 persen. 3 8% 13% 47% Thailand Cina 14% India Indonesia 18% Malaysia Sumber: UN Comtrade (2013) Gambar 2 Negara Produsen Utama Perhiasan di Asia Tahun 2011 Melihat potensi produk perhiasan Indonesia yang banyak disukai oleh masyarakat luar negeri, maka sudah selayaknya apabila Indonesia terus meningkatkan ekspor perhiasannya agar dapat menjadi produsen utama perhiasan di Asia. Akan tetapi, permintaan ekspor dari ketujuh negara tujuan utama tersebut masih mengalami fluktuasi dan belum maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan ekspor. Perumusan Masalah Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang, produk perhiasan Indonesia banyak disukai oleh masyarakat luar negeri sehingga Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi produsen perhiasan utama di pasar luar negeri. Namun, terjadi fluktuasi dalam nilai dan volume permintaan ekspor perhiasan di tujuh negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia (Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia) selama enam tahun terakhir yang ditunjukkan pada Gambar 3. Adapun yang menjadi permasalahan adalah jumlah permintaan perhiasan dari ketujuh negara tersebut dari tahun ke tahun tidak stabil karena volume dan nilainya yang berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang besar untuk menjadi produsen utama. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan ekspor. Ada beberapa hal yang akan dianalisis terkait masalah tersebut, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan permintaan perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor utama? 4 2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor utama? 300,000 250,000 200,000 Volume (kg) 150,000 Nilai (ribu US$) 100,000 50,000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: UN Comtrade (2013) Gambar 3 Volume dan Nilai Ekspor Total Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2006-2011 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis perkembangan permintaan perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor utama. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor utama. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan untuk meningkatkan kegiatan ekspor perhiasan Indonesia dan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan permintaan ekspor perhiasan Indonesia. 2. Bagi para pelaku usaha yang berkaitan dengan industri perhiasan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. 3. Bagi masyarakat akademik, hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur untuk penelitian lebih lanjut mengenai industri perhiasan di Indonesia. 5 4. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dalam menganalisis permasalahan dan mengaplikasikan teori yang telah diberikan selama masa perkuliahan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan ekspor. Periode waktu (time series) yang dianalisis dalam penelitian ini dari tahun 2000 sampai dengan 2011, sedangkan data cross section yang digunakan adalah tujuh negara yaitu negara Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia. HS (Harmonized System) yang digunakan adalah HS sampai level 4 digit yaitu HS 7113 dengan komoditi jewellery, yaitu aneka perhiasan yang terbuat dari batu-batuan dan logam seperti emas, berlian, perak, serta mutiara. Bentuk perhiasannya beraneka ragam mulai dari cincin, gelang, kalung, anting, dan sebagainya. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Teori Perdagangan Internasional Perdagangan dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Menurut Lindert dan Kindleberger (1995), perdagangan internasional terjadi karena adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Suatu negara akan mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih murah dan mengimpor komoditas yang dihasilkan lebih mahal dalam penggunaan sumber daya. Perdagangan Internasional dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara, dan antara pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Berdasarkan teori perdagangan internasional, motivasi utama melakukan perdagangan adalah memperoleh keuntungan yang timbul dengan adanya perdagangan internasional (Salvatore 1997). Perdagangan internasional akan menimbulkan banyak manfaat antara lain: memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negara sendiri, memperoleh manfaat dengan adanya spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, serta memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Proses terjadinya perdagangan internasional dapat dijelaskan oleh Gambar 4. Gambar 4 menjelaskan mengenai proses terjadinya perdagangan internasional. Sebelum terjadinya perdagangan internasional, keseimbangan di negara A terjadi pada titik Ea dengan jumlah produksi sebesar Qa1 dan harga yang terjadi adalah P1. Di negara B keseimbangan terjadi pada titik Eb dengan 6 jumlah produksi sebesar Qb1 dan harga yang terjadi adalah sebesar P3. Harga di negara A (P1) lebih rendah daripada harga di negara B (P3). Produsen di negara A akan memproduksi lebih banyak untuk harga di atas P1. Sumber: Salvatore (1997) Gambar 4 Kurva Perdagangan Internasional Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess supply di negara A. Sementara untuk harga di bawah P3, konsumen di negara B akan meminta lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh produsen di negara B. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess demand di negara B. Kemudian terjadi perdagangan antara negara A dan negara B. Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P2, dimana negara A mengekspor sebesar (Qa2 -Qa3 ) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (Qb2 -Qb3 ) jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Qw pada pasar dunia. Teori Permintaan Ekspor Permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat harga (Lipsey et al 1995). Semakin tinggi tingkat harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu barang akan semakin menurun. Definisi dari permintaan sendiri mengacu kepada kebutuhan masyarakat atau individu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, tingkat selera, jumlah penduduk, dan peramalan yang akan datang. Menurut Salvatore (1997), teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor yang memengaruhi permintaan ekspor. Sebagai sebuah 7 permintaan, ekspor suatu negara akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari negara tujuan ekspor antara lain harga ekspor, GDP per kapita, nilai tukar riil, dan populasi. 1. Harga Ekspor Lipsey et al (1995) mengemukakan bahwa harga berhubungan negatif dengan permintaan (cateris paribus), semakin tinggi tingkat harga yang terjadi maka jumlah permintaan suatu komoditi akan semakin berkurang. Sebaliknya, harga berhubungan positif dengan penawaran, semakin tinggi tingkat harga yang ditawarkan akan mendorong produsen meningkatkan skala produksinya sehingga tingkat penawaran pun akan meningkat. Sumber: Lipsey et al (1995) Gambar 5 Pengaruh Kenaikan Harga Ekspor terhadap Permintaan Ekspor Gambar 5 menjelaskan hubungan yang terjadi antara perubahan harga terhadap tingkat permintaan suatu barang. Saat harga ekspor sebesar P0 , permintaan ekspor sebesar S0 – D0 dan saat harganya naik menjadi P1, maka jumlah permintaan berkurang menjadi S1 – D1 . 2. GDP Per Kapita GDP per kapita adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi. GDP per kapita dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Jika GDP per kapita suatu negara cukup tinggi, maka masyarakat di negara tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan pembelian sehingga merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran suatu komoditi (Mankiw 2000). GDP dalam perekonomian terbagi menjadi dua bagian, yaitu GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal digunakan untuk mengukur nilai barang dan jasa pada suatu tingkat harga yang berlaku, sedangkan GDP riil digunakan untuk mengukur nilai barang dan jasa berdasarkan dengan harga konstan. Selain itu, GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tetap. Karena dipertahankan konstan, GDP riil bervariasi dari tahun ke n tahun hanya jika jumlah produksinya berbeda. GDP riil memberikan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan GDP nominal karena kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sangat bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi. 8 3. Nilai Tukar Nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa disebut dengan kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau dapat juga didefinisikan sebagai nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997). Para ekonom membagi nilai tukar menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang antara dua negara (Mankiw 2000). Nilai tukar riil sering disebut juga sebagai terms of trade. Nilai tukar riil dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: π = e x (P/P*) dimana: π = nilai tukar riil e = nilai tukar nominal P = tingkat harga domestik P* = tingkat harga luar negeri Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut dengan apresiasi atas mata uang asing, sedangkan penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut dengan depresiasi atas mata uang asing. Apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, maka barang-barang Indonesia akan dinilai relatif lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia akan meningkat dan permintaan pun akan meningkat. 4. Populasi Populasi dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yakni sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat diartikan sebagai penambahan tenaga kerja untuk memproduksi komoditi ekspor, sedangkan penambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan jumlah permintaan domestik akan suatu komoditi (Salvatore 1997). Penelitian Terdahulu a. Penelitian Mengenai Industri Kreatif Soliha (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Industri Ritel di Indonesia’ menggunakan lima faktor utama untuk menganalisis industri yang terdiri atas bargaining power of buyers, bargaining power of suppliers, threat of new entrants, threat of new substitute products, dan rivalry among firms. Kelima faktor tersebut dimaksudkan untuk menilai intensitas persaingan, potensi laba atau profitabilitas industri, dan untuk menilai menarik atau tidaknya suatu industri (degree of attractiveness). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek bisnis ritel berdasarkan analisis industri dapat dikatakan “cukup menarik” untuk dapat dimasuki oleh calon pendatang baru dan juga oleh para pemain yang ada pada saat ini. Pasar yang ada cukup potensial seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia dan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Lemanso (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktorfaktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Perhiasan 9 Berlian di Surabaya (Studi Kasus: Toko Perhiasan Kencana Murni)’ menggunakan tiga variabel yaitu kelas sosial, gaya hidup, dan persepsi. Jenis data yang digunakan adalah data primer melalui kuisioner dan wawancara dari 150 responden. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis ketergantungan (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial dan gaya hidup berpengaruh terhadap pembelian perhiasan berlian, sedangkan persepsi tidak berpengaruh. b. Penelitian Mengenai Permintaan Ekspor Khairunnisa (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat’ menggunakan lima variabel yaitu GDP riil, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota, dan dummy krisis global. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun 2008. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil estimasi menunjukkan bahwa dari lima variabel yang digunakan, terdapat satu variabel yang tidak signifikan terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS yaitu dummy krisis global. Widianingsih (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Cina’ menggunakan empat variabel, yaitu harga ekspor biji kakao Indonesia, populasi penduduk Malaysia, Singapura dan Cina, nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap US$, dan pendapatan per kapita Malaysia, Singapura dan Cina. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berbentuk pooled (panel) dari tahun 1992 hingga 2007. Dari hasil estimasi dengan menggunakan panel data melaui pendekatan fixed effect, diketahui bahwa dari empat variabel yang digunakan, terdapat satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia yaitu variabel harga ekspor. Hal ini dikarenakan harga ekspor biji kakao Indonesia di pasar internasional lebih rendah dibanding harga pesaing sehingga peningkatan harga ekspor biji kakao di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang digunakan yaitu nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor, harga ekspor negara pesaing (Thailand), dan harga ekspor perhiasan di negara tujuan. Selain itu, diperlukan juga analisis mengenai seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Dengan begitu, pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepat. Kerangka pemikiran operasional dijelaskan pada Gambar 6. 10 Perhiasan sebagai salah satu produk industri kreatif (fesyen) yang potensial untuk diekspor Peluang Indonesia sebagai salah satu eksportir utama perhiasan di pasar luar negeri karena desain yang unik Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia sebagai negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia Volume dan nilai ekspor berfluktuasi Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia Populasi Negara Tujuan GDP Per Kapita Negara Tujuan Harga Ekspor ke Negara Tujuan Harga Ekspor Negara Pesaing Analisis Panel dengan Model Fixed Effect Rekomendasi Kebijakan Gambar 6 Kerangka Pemikiran Operasional Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Mata Uang Negara Tujuan 11 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor berpengaruh negatif. Artinya, apabila nilai tukar riil rupiah terdepresiasi, maka volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia akan meningkat. 2. Harga ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan berpengaruh negatif. Artinya, jika harga perhiasan di negara tujuan meningkat, maka jumlah permintaan ekspor perhiasan Indonesia akan menurun. 3. Harga ekspor perhiasan negara pesaing berpengaruh positif. Artinya, apabila harga ekspor negara pesaing semakin mahal, maka negara tujuan ekspor akan beralih ke negara eksportir yang lebih murah sehingga permintaan ekspor perhiasan Indonesia akan meningkat. 4. GDP per kapita negara tujuan ekspor berpengaruh positif. Artinya, apabila GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat, maka daya beli masyarakat akan meningkat dan tingkat konsumsi perhiasan pun akan meningkat sehingga permintaan ekspor perhiasan akan naik. 5. Populasi negara tujuan ekspor berpengaruh positif. Artinya, semakin besar jumlah populasi negara tujuan ekspor, maka semakin besar pula volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data deret waktu (time series) dan antar individu (cross section). Data time series meliputi data tahunan (2000-2011), sedangkan data cross section meliputi tujuh negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia. Tabel 2 menunjukkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 2 Jenis, Simbol, dan Sumber Data Penelitian No Variabel Satuan Simbol 1 Volume ekspor perhiasan (kg) VEX Indonesia ke negara tujuan 2 Harga ekspor perhiasan (US$) PX Indonesia 3 Populasi penduduk negara (jiwa) POP tujuan (national 4 Nilai tukar ER 5 6 GDP per kapita negara tujuan Harga ekspor perhiasan negara pesaing currency/Rp) (US$/jiwa) (US$) GDP PXN Sumber UN Comtrade UN Comtrade World Bank IMF World Bank UN Comtrade 12 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan permintaan akan perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor utama, sedangkan metode kuantitatif untuk menjelaskan hubungan variabel-variabel yang memengaruhi volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor. Data kuantitatif diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6, sedangkan data kualitatif berbentuk narasi. Karena mengkombinasikan data cross section dan time series, maka panel data memiliki beberapa keunggulan antara lain (Gujarati 2004): 1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni. 2. Mampu mengontrol heterogenitas individu. 3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien. 4. Data panel lebih baik digunakan untuk study dynamics of adjustment karena terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang. 5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks. Terdapat tiga macam pendekatan dalam panel data yaitu: 1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square) Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel yang didapatkan dengan cara mengkombinasikan semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) seperti persamaan berikut: Yit = α + βπ₯it + eit dimana: Yit = variabel endogen π₯it = variabel eksogen α = intercept β = slope i = individu ke-i t = periode waktu ke-t e = error / simpangan 2. Model Efek Tetap (Fixed Effect) Asumsi intercept dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel merupakan masalah terbesar yang dihadapi dalam pendekatan model kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect). Model fixed effect adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS yaitu: Yit = ∑ αi Di + βπ₯it + eit 13 dimana: Yit = variabel endogen π₯it = variabel eksogen α = intercept β = slope D = variabel dummy i = individu ke-i t = periode waktu ke-t e = error / simpangan 3. Model Efek Acak (Random Effect) Memasukkan variabel dummy ke dalam model akan mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umumnya yaitu: Yit = α + π₯ j it βj + εit εit = ui + vt + wit dimana: ui ~ N(0,πΏπ’ 2 ) = komponen cross section error 2 vt ~ N(0,πΏπ’ ) = komponen time series error 2 = komponen error kombinasi wit ~ N(0,πΏπ’ ) Pemilihan Model Agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara berbagai pilihan model maka kita perlu menganalis dugaan model yang kita gunakan berdasarkan pertimbangan statistik. Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan dalam data panel untuk menentukan model mana yang paling baik (Gujarati 2004). Ketiga model tersebut ditunjukkan pada Gambar 7. LM TEST Sumber: Gujarati (2004) Gambar 7 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel 14 1. Chow Test Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian statistik yang bertujuan memilih model fixed effect atau pooled least square. Hipotesis dari uji ini yaitu: H0 : Model pooled least square H1 : Model fixed effect Chow test dapat dilakukan dengan bahasa pemograman E-views sebagai berikut: Jika hasil dari Chow Test signifikan (probability dari Chow < α) maka H0 ditolak, artinya Fixed Effect digunakan. 2. Hausman Test Hausman test merupakan uji untuk menentukan apakah akan digunakan model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari uji ini yaitu: H0 : Model random effect H1 : Model fixed effects Nilai statistik hausman akan dibandingkan dengan nilai Chi square sebagai dasar dalam menolak H0 . Jika nilai statistik hasil pengujian lebih besar dari Chi square tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga pendekatan yang digunakan adalah fixed effect model dan sebaliknya. 3. LM Test LM test (The Breusch – Pagan LM Test) digunakan sebagai dasar pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect dan Pooled Least Square. Hipotesis dari uji ini yaitu: H0 : Model Pooled effect H1 : Model Random effects Dasar penolakan H0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik LM dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari Chi-square tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang akan digunakan adalah random effect dan sebaliknya. Perumusan Model Berdasarkan pada kerangka pemikiran operasional, analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan model logaritma natural. Transformasi dalam bentuk ln dapat mengurangi masalah heteroskedastisitas karena memapatkan skala untuk pengukuran variabel mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat (Gujarati 2004). Dugaan persamaan permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia, Perancis, Jerman, Jepang, dan Australia dapat dirumuskan sebagai berikut: lnVEXjt = β0 + β1 lnPOPjt +π½2lnPXjt + π½3 lnER jt + π½4 lnGDPjt + π½5lnPXNt + ej dimana: VEXjt = Volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia di negara j tahun ke-t (Kg) 15 POPjt = Jumlah populasi penduduk di negara tujuan tahun ke-t (juta) PXjt = Harga ekspor perhiasan di negara tujuan tahun ke-t (US$/kg) ER jt = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan tahun ke-t (national currency/Rp) GDPjt = Pendapatan per kapita negara tujuan tahun ke-t (US$) PXNt = Harga perhiasan negara pesaing (Thailand) tahun ke-t (US$/kg) ej = Random error = konstanta (intercept) β0 βn = parameter yang diduga (n= 1,2,…,5) Uji Kesesuaian Model 1. Kriteria Statistik Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian model regresi yang didapat secara statistik yaitu uji-F, uji t, dan uji R2 (Gujarati 2004). a. Uji–F Uji-F adalah statistik uji yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah eksogen terhadap speubah endogen secara keseluruhan. H0 : β1 = β2 =... = βt = 0 H1 : minimal ada satu βt ≠ 0 1. Prob. F-stasistic < α, maka tolak H0 . Kesimpulannya, minimal ada satu variabel eksogen yang memengaruhi variabel endogennya. 2. Prob. F-stasistic > α, maka terima H0 . Kesimpulannya, tidak ada variabel eksogen yang memengaruhi variabel endogennya. b. Uji t Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t. H0 : βt = 0 dengan t = 1,2,3,….,n H1 : βt ≠ 0 Jika t statistik > t tabel, maka tolak H0 . Kesimpulannya, koefisien dugaan β ≠ 0 yang artinya variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin banyak variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya. c. Uji R2 Uji ini dilakukan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu maka semakin baik. 2. Kriteria Ekonometrika Terdapat empat asumsi dalam analisis regresi yang harus dipenuhi oleh suatu model yaitu heteroskedastisitas, multikolinieritas, autokorelasi, normalitas. 16 a. Autokorelasi Autokorelasi mencerminkan adanya hubungan yang terjadi antara error masa lalu dengan error saat ini yang dapat menyebabkan parameter menjadi bias sehingga pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi autokorelasi, dibandingkan nilai Durbin Watson (DW) statistiknya dengan nilai dari tabel DW yang dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3 Kerangka Identifikasi Autokorelasi Nilai DW Hasil 4-dl<DW<4 Tolak H0 , autokorelasi negatif 4-du<DW<4-dl Hasil tidak dapat ditentukan 2<DW<4-du Terima H0 , tidak ada autokorelasi du<DW<2 Terima H0 , tidak ada autokorelasi dl<DW<du Hasil tidak dapat ditentukan 0<DW<dl Autokorelasi positif Sumber : Gujarati (2004) b. Multikolinearitas Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan linier antar variabel eksogen. Indikasi terjadinya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Apabila koefisien parameter dari t statistik banyak yang tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan, maka patut diduga terjadi masalah multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan cara menghilangkan variabel yang tidak signifikan, mentransformasi data, dan menambah variabel (Gujarati 2004). c. Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu asumsi dimana error term terdistribusi normal dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Apabila nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata (α), maka persamaan tersebut tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi normal (Winarno 2007). d. Heteroskedastisititas Heteroskedastisitas yaitu semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi pada data cross section. Jika pada model terjadi masalah heteroskedastisitas maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dan jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh menjadi “misleading” (Gujarati, 2004). Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam data panel digunakan metode General Least Square (Cross Section Weights). Jika sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square resid unweighted statistics dapat dikatakan bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas. Cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white heteroskedasticity. 17 Konsep Elastisitas Nilai elastisitas digunakan untuk melihat derajat kepekaan variabel eksogen pada suatu persamaan terhadap perubahan variabel endogen (Koutsoyiannis 1977). Jika dinyatakan ke dalam sebuah persamaan matematis, nilai elastisitas dapatdirumuskan sebagai berikut: dimana: Y X = rata-rata nilai peubah Y = rata-rata nilai peubah X 1. 2. 3. 4. 5. Adapun kriteria uji elastisitas adalah sebagai berikut: Nilai elastisitas antara nol dan satu (0 < E < 1) dikatakan inelastis. Nilai elastisitas lebih besar dari satu (E > 1) dikatakan elastis. Nilai elastisitas sama dengan satu (E = 1) dikatakan unitary elastis. Nilai elastisitas sama dengan nol (E = 0) dikatakan inelastis sempurna. Nilai elastisitas tak terhingga (E = ~) dikatakan elastis sempurna. Definisi Operasional Variabel 1. Volume permintaan ekspor (Kg) adalah volume ekspor perhiasan Indonesia ke Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia pada periode ke-t. Volume ekspor menjadi variabel endogen dalam model penelitian ini. 2. Harga ekspor perhiasan (US$/Kg) adalah harga yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan (Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia) secara keseluruhan pada periode ke-t dengan volume ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan pada periode yang sama. 3. Harga ekspor perhiasan Thailand sebagai harga negara pesaing yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor perhiasan Thailand ke pasar dunia pada periode ke-t dengan volume ekspor perhiasan Thailand pada periode ke-t juga dinyatakan dalam US$/Kg. 18 4. Populasi adalah total jumlah penduduk di negara tujuan ekspor (Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia) yang dinyatakan dalam jiwa. 5. Nilai tukar riil dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Mankiw 2000): π = e x (P/P*) dimana: π = nilai tukar riil e = nilai tukar nominal P = tingkat harga domestik P* = tingkat harga luar negeri 6. GDP per kapita (US$) adalah GDP per kapita berdasarkan harga konstan negara tujuan ekspor perhiasan (Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia). HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Permintaan Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama Meningkatnya permintaan akan perhiasan dunia mendorong Indonesia untuk memenuhi pasokan kebutuhan perhiasan dunia. Namun, terjadi fluktuasi pada volume ekspor perhiasan Indonesia ke tujuh negara tujuan ekspor utama. Produk perhiasan Indonesia diekspor ke berbagai negara, antara lain Singapura, AS, kawasan Eropa (Italia, Jerman, Perancis), Jepang, dan Australia. Tabel 4 menunjukkan bahwa volume ekspor perhiasan Indonesia didominasi oleh negara tujuan Singapura dengan volume ekspor tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar 185,594 kg. Walaupun jumlah penduduknya sedikit, namun GDP per kapita masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan dengan negara tujuan ekspor perhiasan lainnya sehingga berpeluang untuk menjadi negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia. Singapura juga merupakan tempat transit utama para wisatawan sehingga Singapura memanfaatkan hal tersebut untuk memasarkan kembali produk yang sudah diimpor dengan harga yang lebih tinggi. Setelah Singapura, Amerika Serikat kemudian mendominasi sebagai negara tujuan ekspor utama dengan volume ekspor tertinggi sebesar 58,057 kg pada tahun 2010. Lain halnya dengan Singapura yang berpenduduk sedikit, kesempatan untuk menambah dan memperluas pangsa ekspor perhiasan di Amerika Serikat sangat terbuka karena jumlah penduduknya yang besar. Di samping itu, pasar produk AS merupakan pasar global, dimana sekitar 90% kebutuhan domestik AS dipenuhi oleh barang impor. Volume ekspor perhiasan Indonesia ke Jepang mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 13,360 kg. Para pengusaha perhiasan perlu melihat pasar ke Jepang yang merupakan salah satu pusat konsumsi perhiasan dunia dengan tren yang meningkat sebesar 65.18 19 persen. KBRI Tokyo sedang berusaha memfasilitasi para pengrajin perhiasan tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di seluruh daerah yang memiliki potensi di bidang perhiasan seperti Bali, Yogyakarta, dan Jawa Timur 3. Walaupun belum mendominasi sebagai negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia, negara Australia yang terletak di selatan Bali ini juga dapat dijadikan negara tujuan ekspor utama perhiasan Indonesia. Australia merupakan negara tujuan ekspor utama perhiasan dari Bali. Berbagai jenis perhiasan ukiran dari Bali banyak dipesan oleh masyarakat Australia setiap bulannya. Di samping itu, peluang yang dapat diambil oleh Indonesia di negara Australia dalam meningkatkan ekspor perhiasannya yaitu GDP per kapitanya yang terus meningkat. Sementara itu, Australia belum mendominasi sebagai negara tujuan ekspor dengan tren yang menurun sebesar 10.54 persen dimana permintaan tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 4,697 kg. Selain Singapura, AS, Jepang, dan Australia, Indonesia juga mengekspor perhiasan ke kawasan Eropa yaitu Italia, Jerman, dan Perancis. Pada tahun 2008, desain perhiasan Indonesia menjadi juara 1 dan 2 di Italia yang berarti desain Indonesia tidak kalah dengan desain perhiasan dari negara lain. Masyarakat Eropa umumnya mau membeli produk dengan harga tinggi selama produk tersebut berkualitas tinggi dan unik. Namun, volume ekspor perhiasan Indonesia ke Italia, Jerman, dan Perancis juga masih berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun tren nya menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 15.85 persen, 9.26 persen, dan 48.72 persen. Permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Italia tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 8,731 kg. Sama halnya dengan Italia, Jerman juga memiliki permintaan tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 11,427 kg. Lain halnya dengan Italia dan Jerman, permintaan ekspor di Perancis pada tahun 2008 justru menurun karena terjadi peningkatan drastis pada harga ekspor perhiasan Indonesia di Perancis pada tahun tersebut. Tabel 4 Volume Ekspor Perhiasan Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 - 2011 dalam Kg Tahun Negara Tren (%) 2007 2008 2009 2010 2011 Singapura 185,594 173,030 175,427 168,119 146,939 -0.82 AS 30,706 39,242 36,623 58,057 45,937 -2.42 Italia 5,207 8,731 5,890 6,129 8,612 15.85 Jerman 5,826 11,427 9,313 6,073 5,377 9.26 Perancis 3,935 888 779 1,567 3,597 48.72 Jepang 4,057 17,417 5,148 4,035 7,919 65.18 Australia 4,612 3,896 4,697 3,450 2,982 -10.54 Total 239,937 254,631 237,877 247,430 221,363 -4.55 Sumber: UN Comtrade (2013) Untuk mempromosikan produk perhiasan Indonesia dan mendorong industri perhiasan Indonesia agar mampu bersaing di pasar internasional, 3 http://kbritokyo.jp/besarnya-potensi-perhiasan-indonesia-dalam-pasar-jepang/ [4 Februari 2013] Jakarta: diakses pada tanggal 21 Maret 2013 20 APEPI menyelenggarakan expo ‘Jakarta International Jewellery Fair 2012 (JIJF)’. Acara tersebut merupakan pameran perhiasan internasional terbesar di Indonesia. JIJF 2012 melibatkan beberapa negara tetangga, yakni Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Hongkong sehingga total peserta pameran tersebut mencapai 200 peserta. Sejalan dengan program Tahun Indonesia Kreatif 2009, Departemen Perdagangan akan mengintensifkan promosi dan perluasan pasar perhiasan dengan mengadakan pameran produk perhiasan minimal 2 kali dalam setahun. Di samping itu, saat ini pemerintah juga sedang menggarap sertifikasi untuk perhiasan Indonesia agar nantinya menjadi produk dengan standar mutu yang baik. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Tujuh Negara Tujuan Ekspor Utama 1. Pemilihan Model a. Uji Chow Hasil dari Chow Test signifikan karena probability dari Chow sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 10 persen, maka H0 ditolak. Artinya, Fixed Effect digunakan. b. Uji Hausman Hasil dari Hausman Test signifikan karena probability dari Hausman sebesar 0.0005 kurang dari taraf nyata 10 persen, maka H0 ditolak. Artinya, Fixed Effect digunakan. 2. Uji Kriteria Statistik a. Uji F Uji-F statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel eksogennya secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel endogennya pada tingkat kepercayaan 90 persen atau pada taraf nyata (α) 10 persen. Nilai probabilitas F statistik harus lebih kecil dari taraf nyatanya sehingga dapat diindikasikan bahwa setidaknya ada satu variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen. Berdasarkan Tabel 5, nilai probabilitas F statistik pada persamaan regresi untuk variabel eksogen permintaan ekspor perhiasan Indonesia memiliki nilai 0.000 yang lebih kecil dari taraf nyatanya (10 persen) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada setidaknya satu variabel eksogen yang berpengaruh signifikan terhadap volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia. b. Uji-t Uji-t statistik digunakan untuk mengetahui apakah koefisien masingmasing variabel eksogen secara individu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel endogennya. Dari hasil estimasi pada Tabel 5, ditunjukkan bahwa variabel eksogen yakni nilai tukar riil rupiah, populasi negara tujuan ekspor, harga ekspor ke negara tujuan, dan GDP per kapita negara tujuan ekspor memiliki nilai probabilitas lebih kecil daripada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti bahwa variabel eksogen tersebut secara individu berpengaruh signifikan terhadap permintaan perhiasan Indonesia. 21 c. Uji πΉπ Pada hasil estimasi pada Tabel 5, didapatkan nilai R-squared sebesar 88.55 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa 88.55 persen perubahan variabel endogen (volume permintaan perhiasan Indonesia) dapat dijelaskan oleh variabel eksogen (populasi negara tujuan ekspor, harga perhiasan di negara tujuan, GDP per kapita negara tujuan ekspor, nilai tukar riil rupiah, dan populasi negara tujuan ekspor), sedangkan sisanya yaitu 11.45 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia dengan Data Panel Model Efek Tetap (Fixed Effect) Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas Konstanta -44.51669 -2.754541 0.0074 LNPOP 2.488068 2.734656 0.0079* LNPXN 0.030285 0.950273 0.3452 LNPX -0.335192 -4.164898 0.0001* LNGDP 1.179583 3.277818 0.0016* LNER -2.260060 -1.948847 0.0552* R-squared 0.885590 F-statistic 50.66496 Adjusted R-squared 0.868110 Prob(F-statistic) 0.000000 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 10 persen 3. Pengujian Kriteria Ekonometrika Sebuah model, selain dikatakan baik berdasarkan kriteria statistik juga harus bisa memenuhi kebaikan uji secara ekonometrika yakni terbebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas. Hasil dari pengujian secara ekonometrika terlihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6 Hasil Pengujian Ekonometrika (Weighted Statistics) R-squared 0.885590 Sum square resid 38.63367 Weighted Statistics prob Jarque-Bera 0.347113 Durbin-Watson stat 1.762508 Tabel 7 Hasil Pengujian Ekonometrika (Unweighted Statistics) R-squared 0.829011 Sum square resid 43.16817 Unweighted Statistics prob Jarque-Bera 0.347113 Durbin-Watson stat 1.782910 a. Heteroskedastisitas Tabel 6 menunjukkan bahwa Sum Square Residual Weighted Statistics (38.63) lebih kecil dibandingkan dengan Sum Square Residual Unweighted (43.17) pada Tabel 7. Dengan demikian, model persamaan permintaan ekspor perhiasan ini terindikasi masalah heteroskedastisitas. Maka, dilakukan estimasi GLS dengan white heteroskedasticy. 22 b. Autokorelasi Tabel 7 menunjukkan statistik DW pada model persamaan sebesar 1.78 pada unweighted statistic. Kedua nilai tersebut terletak diantara du dan 4du yaitu pada daerah tidak ada autokorelasi sehingga persamaan regresi dikatakan tidak mengandung masalah autokorelasi negatif ataupun positif. c. Multikolineritas Untuk menguji adanya gejala multikolinearitas, berdasarkan model yang diestimasi pada Tabel 5, terlihat bahwa nilai dari Prob (F-statistik) sebesar 0.0000 signifikan pada taraf nyata 10 persen. Sehingga dapat disimpulkan pada model yang digunakan tidak terjadi masalah multikolinearitas. d. Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mendeteksi apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak yang dilihat dari nilai probabilitas Jarque Bera yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Dari hasil estimasi diketahui nilai probabilitas Jarque Bera sebesar 0.34 sehingga dapat disimpulkan bahwa error telah terdistribusi secara normal dalam model. Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan uji pemilihan model, didapatkan model terbaik yaitu fixed effect. Setelah dilakukan regresi panel data dengan model fixed effect, maka diperoleh hasil estimasi persamaan sebagai berikut: LNVEX = -44.51669 + 2.488068LNPOP + 0.030285LNPXN - 0.335192LNPX + 1.179583LNGDP - 2.260060ER di mana : VEX = Volume ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan tahun ke- t (kg) PX = Harga ekspor perhiasan Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (US$/kg) POP = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke- t (jiwa) GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke t (US$) PXN = Harga ekspor perhiasan negara pesaing (Thailand) (US$/kg) a. Populasi Negara Tujuan Ekspor Variabel populasi negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Hasil uji tersebut sesuai dengan hipotesis. Dari hasil estimasi model diketahui bahwa variabel populasi negara tujuan ekspor bersifat elastis karena koefisiennya sebesar 2.49. Artinya, peningkatan populasi negara tujuan ekspor sebesar 1 persen akan meningkatkan permintaan ekspor perhiasan Indonesia sebesar 2.49 persen, ceteris paribus. Meningkatnya populasi negara tujuan ekspor menyebabkan permintaan domestik bertambah dan jika negara tersebut tidak mampu memenuhi seluruh permintaan domestiknya, maka negara tersebut harus mengimpor dari negara lain. 23 350,000,000 300,000,000 250,000,000 200,000,000 Australia italia jepang 150,000,000 as singapura 100,000,000 50,000,000 jerman perancis 0 Sumber: World Bank (2013) Gambar 8 Populasi Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2000-2011 (Jiwa) Dari Gambar 8 terlihat bahwa negara AS memiliki jumlah penduduk paling besar dibandingkan dengan negara tujuan ekpor lainnya, sehingga AS merupakan pasar yang sangat potensial untuk ekspor perhiasan Indonesia. Setelah AS, Jepang juga memiliki populasi yang cukup tinggi sehingga potensial untuk dijadikan negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia. b. Harga Ekspor Perhiasan Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Teori permintaan ekspor menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu barang akan semakin menurun. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel harga ekspor perhiasan Indonesia berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Hasil uji tersebut sesuai dengan hipotesis. Variabel harga ekspor bersifat ineslatis karena koefisien variabelnya bernilai negatif sebesar 0.34. Artinya, jika harga ekspor perhiasan ke negara tujuan meningkat sebesar satu persen akan menurunkan volume permintaan ekspor perhiasan sebesar 0.34 persen, ceteris paribus. Salah satu yang mempengaruhi harga ekspor di Indonesia adalah masih tingginya pungutan pajak produk perhiasan sebagai barang mewah. PPnBM saat ini mencapai 75%. Pungutan pemerintah tersebut dinilai terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan marjin yang diterima pelaku usaha sangat kecil karena harga produk perhiasan tidak bisa tinggi agar dapat bersaing di pasar ekspor 4. 4 http://www.pajak2000.com/news_print.php?id=2769 [22 Januari 2013] Jakarta: diakses pada tanggal 21 Maret 2013 24 c. Harga Ekspor Perhiasan Negara Pesaing Berdasarkan hasil analisis regresi data panel permintaan ekspor perhiasan Indonesia diperoleh nilai koefisiennya sebesar 0.03. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian namun variabel harga ekspor perhiasan negara pesaing (Thailand) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Nilai P value sebesar 0.34 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Dari hasil regresi tersebut maka harga ekspor perhiasan negara pesaing bukan faktor penentu yang memengaruhi besar kecilnya permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Hal ini disebabkan karena karakteristik produk perhiasan Thailand dengan perhiasan Indonesia berbeda. Jadi, masyarakat yang menyukai perhiasan Indonesia yang unik akan tetap membelinya walaupun harga perhiasan Thailand lebih murah, dan sebaliknya. d. GDP Per kapita Negara Tujuan Ekspor GDP per kapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa suatu negara. Dari hasil estimasi diketahui bahwa elastisitas GDP per kapita negara tujuan ekspor sebesar 1.18 menunjukkan bahwa jika GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat sebesar satu persen akan meningkatkan volume permintaan ekspor perhiasan sebesar 1.18 persen, ceteris paribus.Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan bahwa GDP per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel GDP per kapita memiliki pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan masyarakat maka semakin banyak masyarakat yang membeli perhiasan. 70000 60000 50000 Australia italia 40000 30000 20000 jepang as singapura jerman 10000 perancis 0 Sumber: World Bank (2013) Gambar 9 GDP Per Kapita Negara Tujuan Ekspor Utama Perhiasan Indonesia Tahun 2000-2011 (US$) 25 Dari Gambar 9 terlihat bahwa GDP ketujuh negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia memiliki tren yang meningkat. Sejak tahun 2000, Singapura dan AS memiliki GDP yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara tujuan ekspor lainnya sehingga menjadi pasar yang potensial untuk ekspor perhiasan Indonesia. Di samping itu, dapat dilihat juga bahwa GDP Australia kenaikan yang tajam dalam 2 tahun terakhir. Hal ini terkait dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Australia yang semakin baik. e. Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor Dalam hipotesis, telah dikemukakan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor memiliki hubungan negatif, artinya jika nilai tukar riil rupiah tinggi akan menyebabkan volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia menurun. Hasil estimasi menunjukkan probabilitas dari variabel nilai ekspor berpengaruh signifikan pada taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan tingkat permintaan perhiasan Indonesia di negara tujuan ekspor. Berdasarkan hasil analisis regresi data panel permintaan ekspor perhiasan Indonesia diperoleh nilai elastisitas sebesar 2.26 yang artinya bila terjadi kenaikan pada nilai tukar riil rupiah sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan permintaan ekspor perhiasan Indonesia di negara tujuan sebesar 2.26 persen, ceteris paribus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis faktorfaktor yang memengaruhi permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan periode analisis dari tahun 2000 hingga 2011 diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Melihat peluang yang besar bagi produk perhiasan sebagai komoditi ekspor, maka permintaan ekspor perhiasan Indonesia perlu ditingkatkan. Volume permintaan ekspor perhiasan Indonesia di Singapura, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dari tahun ke tahun masih berfluktuasi. Singapura menjadi negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia karena daya beli masyarakatnya tinggi yang digambarkan dalam GDP. AS sebagai negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia yang kedua dilihat dari peluang bahwa populasi negara AS sangat tinggi. Eropa dan Jepang dapat dilihat sebagai negara sasaran ekspor perhiasan karena selera masyarakatnya yang menyukai perhiasan Indonesia yang unik, sedangkan Australia karena letaknya dekat Bali yang merupakan salah satu produsen utama perhiasan Indonesia dan melihat peluang bahwa pertumbuhan 26 ekonomi Australia semakin baik yang digambarkan melalui GDP yang meningkat tajam dalam 2 tahun terakhir. 2. Hasil analisis model permintaan ekspor perhiasan Indonesia menunjukkan bahwa nilai tukar riil rupiah, GDP per kapita negara tujuan ekspor, harga ekspor perhiasan Indonesia, dan populasi berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia, sedangkan harga ekspor perhiasan negara pesaing tidak berpengaruh nyata. GDP per kapita negara tujuan ekspor dan populasi berhubungan positif dengan permintaan ekspor perhiasan Indonesia, sedangkan harga ekspor perhiasan Indonesia dan nilai tukar riil rupiah berhubungan negatif terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Jika dilihat dari elastisitasnya, variabel nilai tukar riil rupiah, GDP per kapita negara tujuan ekspor, dan populasi bersifat elastis terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia, sedangkan variabel harga ekspor perhiasan Indonesia dan harga ekspor negara pesaing bersifat inelastis terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan kebijakan sebagai berikut: 1. Variabel harga ekspor di negara tujuan berpengaruh nyata terhadap permintaan perhiasan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya melakukan pembebasan pajak ekspor perhiasan agar harga jual perhiasan lebih kompetitif dan memiliki daya saing di pasar dunia. 2. Variabel nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya melakukan upaya stabilisasi nilai tukar, salah satu caranya yaitu dengan mengontrol supply dan demand uang sehingga tingkat inflasi dapat terkendali. 3. Dalam penelitian ini, belum dilakukan analisis mengenai daya saing produk perhiasan Indonesia. Pada penelitian selanjutnya, agar dilakukan analisis mengenai daya saing produk perhiasan Indonesia sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Pengusaha Emas dan Perhiasan Indonesia (APEPI). 2010. Produsen Perhiasan Gencar Bidik Pasar Ekspor. http:// www.apepi.co.id/category/berita/ [10 Februari 2013] Badan Pusat Statistik. 2013. Tabel Ekspor Menurut Komoditi. http://www.bps.go.id/exim-frame.php?kat=2 [11 Februari 2013] 27 Kementerian Perdagangan. 2013. 10 Produk Utama dan Potensial. http://www.kemendag.go.id/en/economic-profile/10-mainand-potential-commodities [10 Februari 2013] Kementerian Perindustrian. 2010. Industri Perhiasan Indonesia Punya Potensi Lebih Maju. http://kemenperin.go.id/berita-industri [10 Februari 2013] Gujarati, D. 2004. Basic Econometrics, Fourth Edition. The McGraw-Hill Companies. International Monetary Fund. 2013. World Economic Outlook Database 2013. [IMF Online]. http://www.imf.org [6 Februari 2013] Khairunnisa, S. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics : An Introdutory Exposition of Econometrics, 2nd Edition. New York: Harper and Row Publishers Inc. Lemanso, I. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Perhiasan Berlian di Surabaya (Studi Kasus: Toko Perhiasan Kencana Murni) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Lindert, P. H dan C. P. Kinderleberger. 1995. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga. Lipsey, R. G., P. N. Courant, dan C. T. S. 1995. Pengantar Makroekonomi Edisi Kesepuluh Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara. Mankiw, N.G. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Penerjemah: Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics. Nachrowi, D. 2006. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Penerjemah: Haris Munandar. Jakarta: Erlangga. Soliha, E. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia [Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2008, Hal. 128 - 142 Vol. 15, No.2]. United Nation Commodity Trade Statistics. 2013. UNCOMTRADE Database. [UNCOMTRADE Online]. http://comtrade.un.org [6 Februari 2013]. 28 Widianingsih, Y. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malasyia, Singapura, dan Cina. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Winarno, W. W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Jakarta : UPPSTIM YKPN. World Bank. 2013. Worldbank Database. http://data.worldbank.org [11 Februari 2013] 29 Lampiran 1 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan model Pooled Least Square (PLS) Dependent Variable: LNVOLUME Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 03/18/13 Time: 14:06 Sample: 2000 2011 Periods included: 12 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 84 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LNPOPULASI LNHARGAPESAING LNHARGA LNGDP NT C Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. -0.270915 -0.194676 0.031328 3.478304 -1.019711 -20.89017 0.053183 0.054101 0.044199 0.204572 0.420533 2.035787 -5.093994 -3.598348 0.708808 17.00285 -2.424806 -10.26147 0.0000 0.0006 0.4806 0.0000 0.0176 0.0000 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.748729 0.732622 1.023419 46.48444 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 13.42427 11.62879 81.69622 1.687274 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.327265 169.8397 Mean dependent var 9.122015 Durbin-Watson stat 0.709665 30 Lampiran 2 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan model Fixed Effect Dependent Variable: LNVOLUME Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 03/18/13 Time: 14:13 Sample: 2000 2011 Periods included: 12 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 84 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable LNPOPULASI LNHARGAPESAING LNHARGA LNGDP NT C Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 2.488068 0.030285 -0.335192 1.179583 -2.260060 -44.51669 2.734656 0.950273 -4.164898 3.277818 -1.948847 -2.754541 0.0079 0.3452 0.0001 0.0016 0.0552 0.0074 0.909828 0.031870 0.080480 0.359868 1.159691 16.16120 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.885590 0.868110 0.732515 50.66496 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 10.43253 3.804614 38.63367 1.762508 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.829011 43.16817 Mean dependent var Durbin-Watson stat 9.122015 1.782910 31 Lampiran 3 Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia di Singapura, AS, Italia, Jerman, Perancis, Jepang, dan Australia dengan menggunakan model Random Effect Dependent Variable: LNVOLUME Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/18/13 Time: 14:07 Sample: 2000 2011 Periods included: 12 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 84 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNPOPULASI LNHARGAPESAING LNHARGA LNGDP NT C -0.421322 0.108920 -0.378015 1.381711 -1.424560 4.334054 0.249907 0.056551 0.106798 0.662347 1.439061 8.557367 -1.685915 1.926046 -3.539533 2.086083 -0.989924 0.506470 0.0958 0.0577 0.0007 0.0402 0.3253 0.6140 Effects Specification Cross-section random Idiosyncratic random S.D. Rho 0.794997 0.756182 0.5250 0.4750 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.278714 0.232478 0.839650 6.028046 0.000091 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 2.415335 0.958414 54.99099 1.377638 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.131388 219.2911 Mean dependent var Durbin-Watson stat 9.122015 0.345466 32 Lampiran 4 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 57.215617 (6,72) 0.0000 Lampiran 5 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 22.169752 5 0.0005 Lampiran 6 Cross Section Effect 1 2 3 4 5 6 7 CROSSID 1 2 3 4 5 6 7 Effect 1.395578 -0.71099 -2.35791 -0.09881 -4.14489 -2.73044 8.647462 33 Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas 14 Series: Standardized Residuals Sample 2000 2011 Observations 84 12 10 8 6 4 2 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 3.77e-16 -0.125329 2.218402 -2.150368 0.992346 0.157200 2.281914 Jarque-Bera Probability 2.150732 0.341173 0 1 0 -1 -2 2 Lampiran 8 Hasil Uji Homoskedatisitas 3 2 1 0 -1 -2 -3 10 20 30 40 50 60 Standardized Residuals 70 80 34 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nandha Rizki Awalia dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1991 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bambang Deliyanto dan Melly Prabawati. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SD LPI At-Taufiq, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 216 Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMA Negeri 68 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun kedua di IPB, penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam organisasi dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ‘Agriaswara’ IPB (2010-sekarang) dan Community of Art, Sport, and Culture (COAST) FEM IPB tahun 2010-2011 dalam divisi tari. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti adalah HIPOTEX-R (2010), Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi (2011), Konser Tahunan AgriaSwara: Harmony in Cacophony (2011), Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) (2011), Seminar Politik Ceria (2011), dan Bogor Art Festival (2012). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Perhiasan Indonesia.