PENGARUH KREDIT PERBANKAN DAN KURS TERHADAP VOLUME EKSPOR INDONESIA TAHUN 1986-2008 SKRIPSI OLEH : TITIK ETIKA 106084002767 Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Titik Etika NIM : 106084002767 Jurusan : Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH KREDIT PERBANKAN DAN KURS TERHADAP VOLUME EKSPOR INDONESIA TAHUN 1986-2008” adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisisi saya sendiri serta bukan merupakan replika maupun sandaran dari hasil karya atau penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replika maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melaksanakan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya yang dibatalkan. Demikian pernyataan ini dbuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, 12 November 2010 Titik Etika DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. DATA PRIBADI Nama : Titik Etika NIM : 106084002767 Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal, Lahir : Bogor. 08 Mei 1988 Agama : Islam Alamat Lengkap : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 no.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok No. Telepon : 085717289073 E-mail : [email protected] II. PENDIDIKAN FORMAL Tahun 1994-2000 : Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur’an Tahun 2000-2003 : Madrasah Tsanawiyah Alkarimiyah Tahun 2003-2006 : Madrasah Aliyah Alkarimiyah Tahun 2006-2010 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : H. Lily Mualih, S.Pd 2. Tempat, Tanggal, Lahir : Bogor, 17 Juni 1962 3. Alamat : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 n0.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok 4. Ibu : Nurlaela 5. Tempat, Tanggal, Lahir : Bogor, 05 April 1965 6. Alamat : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 n0.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok 7. Anak : Dari Lima (5) Bersaudara IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Bendahara presidium sementara BEMJ IESP periode 2006-2007. 2. Ketua BEMJ IESP periode 2007-2008. 3. Bendahara umum BEM FEB periode 2008-2009. 5. Divisi gender PMII Cabang Ciputat periode 2007-2008. 6. Divisi gender PMII KOMFEB periode 2008-2009. ABSTRACT The objective of this research is to analyze the effect of some independent variables : banking credit, exchange rate, as well as dummy (the economic crisis of 1998) to dependent variable, that is the fluctuation of Indonesian export. The method of analysis is applied ordinary leas square, during the periode of 19862008. Data processing is using eviews 5. The result of analysis is that there is significant influence of independent variables of banking credit, exchange rate, and dummy variable (the economic crisis of 1998) to dependent variable, the fluctuation of Indonesian export in the periode 1986-2008. Keywords : Fluctuation of Exports, Bank Credit, Exchange Rate. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen yakni kredit perbankan, kurs serta variabel dummy (krisis ekonomi tahun 1998) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah ordinary leas square (OLS), analisis ini dalam kurun waktu 1986-2008 dan alat pengolahan data dengan eviews 5. Hasil penelitian ini yakni terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen kredit perbankan, kurs, serta variabel dummy (krisis ekonomi tahun 1998) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia tahun 1986-2008. Kunci : Volume Ekspor, Kredit Perbankan, Kurs. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs Terhadap Volume Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan dukungan moril kepada penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Lukman, MSi selaku Ketua Jusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 5. Staf Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Terkhusus untuk ibu dian bagian keuangan FEB yang selalu memberi semangat buat saya, “Makasih ibu..”. 6. Teristimewa kepada orang tua tercinta ayahanda Lili Mualih, Spd dan ibunda Nurlaila, yang telah membesarkan, mengasuh, memberi pendidikan yang terbaik, yang selalu memberikan nasihat-nasihat serta motivasi dan semangat dalam berbagai hal baik moril maupun materil. “Terima kasih banyak pah mah… moga kedepannya tika menjadi orang yang sukses yang bisa membahagiakan keluarga.. amien..”. Terima kasih juga kepada saudara-saudara ku tersayang, abang yang selalu membuat saya selalu termotivasi untuk sukses, buat adik-adikku agung, rizki, dan mita . 7. Kepada teman-teman ku tercinta IESP angkatan 2006, Terkhusus buat sahabat-sahabat ku tersayang yang selalu memberi semangat, teruntuk mba’ vera, oya, ifad, rahma, qtink, sapi, yunita, was, yanti, upi, iwan, ikel, awank, randi, jack, anda, babeh, bakar, oom. Good luck yach.. 8. Buat sahabat-sahabati PMII KOMFEB UIN Jakarta, dan para rekan serta simpatisan Partai Persatuan Mahasiswa, yang selalu membimbing saya dalam berorganisasi, yang selalu memberi motivasi saya ketika menjadi Ketua Bem Jurusan IESP periode 2007-2008, menjadi bendahara Bem Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2008-2009. Teruntuk mantan ketua umum PMII cabang ciputat abang sultan, mantan ketua-ketua umum PMII KOMFEB abang alwi, ka bongkeng, bang ropik, badri. Buat mantan presiden BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2007-2008 sdr. Nurul sobah, periode 2008-2009 sdr. Abraham firdaus ghofur. Buat danang, ipul, H. muis, ayu, ita, bang onta, dan sahabat-sahabati semuanya serta adikadik jurusan IESP semoga kalian tetap semangat dalam menjalani masa perkuliahan. 9. Buat levi Ahyar dan Ahmad Fauzie yang juga selalu memberi support dalam penyelesaian skripsi ini, Dan buat temen-temen OZ FM KemangJakarta, buat ponggawa-ponggawa tercinta ka’nggok, oomleeo, itto, raben dan ozzers khususnya legalers “thanks yach dukungannya..”. Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna mencapai tulisan ini pada masa mendatang. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan ridho dan karunianya kepada kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca. Jakarta, 12 November 2010 Penulis Titik Etika DAFTAR ISI ABSTRAK.…………………………………………....................................... i ABSTRACT...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii DAFTAR TABEL………………………………………………………….... ix DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... x DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………………………………………………...... 1 B. Perumusan Masalah………………………………………………….….….. 11 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian…………………………………………...... 11 1. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 11 2. Manfaat Penelitian………………………………………………...... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori............................................................................................... 13 1. Ekspor........................................................................................................ 13 a. Pengertian Ekspor............................................................................... 13 b. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor..................................................... 13 c. Prosedur Ekspor.................................................................................. 14 d. Strategi Pemasaran Ekspor................................................................. 15 e. Pengelompokkan Barang Ekspor........................................................ 18 2. Kredit......................................................................................................... 19 a. Pengertian Kredit................................................................................ 19 b. Fungsi dan Manfaat Kredit................................................................. 20 c. Jenis Kredit……………………………………………...………..... 20 d. Pertimbangan Penyaluran Dana......................................................... 21 e. Hubungan Kredit Dengan Ekspor....................................................... 24 3. Kurs...............................................................…………………………... 25 a. Pengertian Kurs.................……………………………..………...... 25 b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs..........………...…………. 25 c. Kurs Nominal Dan Kurs Riil……………………………………...... 28 B. Penelitian Terdahulu………………………………………………………. 28 C. Teori Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs, dan Krisis Ekonomi Terhadap Volume Ekspor............................................................................................. 31 D. Kerangka Berpikir……………………………………………………….... 37 E. Hipotesis………………………………………………………………….... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..……... 40 B. Metode Pengumpulan Data……………………………………………….. 40 C. Metode Analisis……………………………………………………………. 40 1. Uji Stasioneritas…………………………………………….............. 41 2. Uji Asumsi Klasik………………………………………………....... 42 3. Uji Statistik (Signifikansi)………………………………………….. 45 D. Definisi Operasional Variabel…………………………………………….... 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008..................................... 48 B. Perkembangan Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008.. 51 C. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat…………… 53 D. Hasil dan Pembahasan……………………………………………………... 56 1. Hasil Uji Stasioneritas……………………………………………..... 57 2. Hasil Uji Asumsi Klasik……………………………………...……… 59 3. Hasil Regresi Berganda….................................................................... 63 4. Hasil Uji Statistik (Signifikansi)…………………….……………….. 64 5. Interpretasi Hasil Regresi…………………………………………...... 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 71 B. Saran……………………………………………………………………….... 72 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 74 DAFTAR TABEL No Keterangan Hal Tabel 1.1 Data Ekspor Indonesia Tahun 2005-2008 3 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Minyak Bumi dan 4 Gas Alam Tahun 2006-2008 (Juta Kg, Juta Dollar AS) Tabel 1.3 Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Hasil 5 Komoditas Tahun 2006 Tabel 4.1 Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008 48 Tabel 4.2 Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) 51 Tahun 1986-2008 Tabel 4.3 Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, 54 Tahun 1986-2008 Tabel 4.4 Uji Stasioneritas Output Unit Root Test 57 Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level Tabel 4.5 Uji Stasioneritas Output Unit Root Test 58 Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat First Difference Tabel 4.6 Uji Stasioneritas Output Unit Root Test 59 Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Second Difference Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas dengan Deteksi Klien 60 Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) 60 Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Cross Term) 61 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas (Jarque-Bera) 62 Tabel 4.11 Hasil Uji Linieritas (Uji Ramsey RESET Test) 63 Tabel 4.12 Hasil Regresi Linier Berganda Utama 64 DAFTAR GAMBAR No Keterangan Hal Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir 37 Gambar 4.1 Perkembangan Ekspor Indonesia 49 Tahun 1986-2008 Gambar 4.2 Perkembangan Kredit Perbankan- 52 (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008 Gambar 4.3 Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008 54 DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Hal Lampiran 1 Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008 77 Lampiran 2 Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) 78 Tahun 1986-2008 Lampiran 3 Data Krus Rupiah Terhadap Dollar Amerika 79 Tahun 1986-2008 Lampiran 4 Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) 80 Pada Tingkat Level Lampiran 5 Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) 81 Pada Tingkat Level Lampiran 6 Uji Stasioneritas Kurs (EXC) 82 Pada Tingkat Level Lampiran 7 Uji Stasioneritas Krisis Ekonomi (DM) 83 Pada Tingkat Level Lampiran 8 Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) 84 Pada Tingkat First Difference Lampiran 9 Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) 85 Pada Tingkat First Difference Lampiran 10 Uji Stasioneritas Kurs (DM) 86 Pada Tingkat First Difference Lampiran 11 Uji Stasioneritas Krisis Ekonomi (DM) 87 Pada Tingkat First Difference Lampiran 12 Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) 88 Pada tingkat Second difference Lampiran 13 Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) 89 Pada tingkat Second difference Lampiran 14 Uji Stasioneritas Kurs (EXC) 90 Pada tingkat Second difference Lampiran 15 Uji Stasioneritas Krisis (DM) Pada tingkat Second difference 91 DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Hal Lampiran 16 Uji Multikolinieritas 92 (Regresi Auxiliary Variabel Independen KRDT) Lampiran 17 Uji Multikolinieritas 93 (Regresi Auxiliary Variabel Independen EXC) Lampiran 18 Uji Multikolinieritas 94 (Regresi Auxiliary Variabel Independen DM) Lampiran 19 Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) 95 Lampiran 20 Uji Heteroskedastisitas (Cross Term) 96 Lampiran 21 Uji Normalitas (Jarque-Bera) 97 Lampiran 22 Uji Linieritas (Ramsey RESET Test) 98 Lampiran 23 Hasil Regresi Linier Berganda Utama 99 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan beragam jumlahnya tidak dapat dipenuhi seluruh jenisnya oleh produksi yang dihasilkan didalam negeri semata, sementara itu kenaikan kapasitas produksi dari berbagai komoditi membutuhkan pasar yang lebih luas tidak hanya dalam negeri. Keadaan tersebut mendorong terjadinya kegiatan perdagangan luar negeri baik barang maupun jasa yang terus menerus meningkat nilainya. Globalisasi ekonomi telah menciptakan hubungan yang saling ketergantungan antar negara-negara. Keadaan seperti itu memicu semua negara dibelahan dunia termasuk Indonesia untuk melakukan perdagangan luar negeri yang kita kenal dengan ekspor dan impor. Ekspor merupakan sistem perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri (Mankiw, 2006:128). Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa negara. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai penghasil devisa, tentu saja dengan tetap memperhatikan keanggotaan Indonesia di WTO (World Trade Organisation), terbentuknya pasar bebas di ASEAN dan perhatian terhadap blok-blok perdagangan lainnya. Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri menjadi sangat penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan ekspor. Tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Selain itu, kebijakan ekspor Indonesia perlu lebih menekankan pada pembukaan akses pasar yang memang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh produsen eksportir Indonesia. Promosi ekspor Indonesia perlu didorong keberlanjutan dan sinerginya dengan mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri, serta peningkatan daya saing menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Karenanya perlu diprogramkan upaya-upaya peningkatannya dalam rangka pengembangan ekspor Indonesia. Bukan lagi suatu rahasia umum bahwa era perdagangan bebas adalah era persaingan. Oleh sebab itu indonesia harus berupaya meningkatkan efisiensi, produktivitas, kapasitas produksi dan inovasi guna bertujuan untuk peningkatan daya saing produk-produk Indonesia dipasar dunia. Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan ekspor Indonesia yakni dengan diplomasi perdagangan luar negeri, dimana perdagangan luar negeri merupakan bagian dari diplomasi ekonomi. Dengan semakin kuatnya persaingan yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan luar negeri, diplomasi perdagangan luar negeri harus menjadi ujung tombak sekaligus prioritas utama politik luar negeri Indonesia. Secara sederhana, diplomasi perdagangan luar negeri merujuk pada upaya-upaya diplomasi untuk mendapatkan pasar yang lebih luas bagi ekspor Indonesia serta dalam upaya pembentukan dan penguatan kerjasama ekonomi. Tabel 1.1 Data Ekspor Indonesia Tahun 2005-2008 Tahun Volume Ekspor (Juta USD) 2005 85.660 2006 100.799 2007 114.101 2008 137.020 Sumber : Bada Pusat Statistik Indonesia. Berdasarkan data ekspor Indonesia diatas, pada tahun 2006 ekspor Indonesia mengalami kenaikan, kenaikan tersebut terutama karena ditopang oleh ekspor non migas. Ekspor non migas tumbuh tinggi dengan peningkatan volume ekspor terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber daya alam. Pada tahun 2008, ekspor masih tetap mengalami kenaikan, kenaikan ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas. Yakni untuk non migas sebesar 17,3 persen dari 92.012,3 juta dollar AS pada tahun 2007 menjadi 107.894,2 juta dollar AS. Sementara pada sektor migas terjadi peningkatan sebesar 31,86 persen. Volume minyak mentah tahun 2008 naik sebesar 0,33 persen, dan nilainya mengalami kenaikan sebesar 34,61 persen. Perkembangan migas ini sangat dipengaruhi oleh permintaan volume ekspor minyak mentah dan harga dan harga minyak mentah dipasaran dunia. Dalam kurun waktu 2007 dan 2008, harga ratarata minyak mentah mengalami kenaikan dari 72,3 dollar AS per barrel pada tahun 2007, menjadi 97,0 dollar AS per barrel tahun 2008 atau naik sebesar 24,7 dollar AS per barrel. Peranan ekspor minyak mentah sampai akhir desember 2008 mencapai 9,06 persen terhadap total ekspor atau 0,97 persen diatas peranan tahun 2007. Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Minyak Bumi dan Gas Alam Tahun 2006-2008 (Juta Kg, Juta Dollar AS) Minyak Bumi dan Gas Alam Tahun Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Alam Total Berat Bersih (Juta Kg) 2006 18.127,9 7.046,9 23.116,7 48.291,5 2007 18.175,3 6.264,8 21,270,8 45.710,9 2008 18,235,0 5.724,0 20.841,9 44.800,9 Nilai FOB (Juta US $) 2006 8.168,8 2.854,0 10.197,1 21.219,9 2007 9.226,0 2.878,8 9.983,8 22.088,6 2008 12.418,7 3.547,0 13.160,5 29.126,3 Penerimaan devisa dari gas alam tahun 2008 tercatat 13.160,5 juta dollar AS dengan kenaikan sebesar 31,82 persen atau senilai 3.176,7 juta dollar AS dari tahun sebelumnya. Hal ini tidak sejalan dengan menurunnya volume ekspor gas alam pada tahun 2008 dibanding tahun 2007 sebesar 2,02 persen. Dengan demikian peranan gas alam pada tahun 2008 adalah 45,18 persen dari total ekspor migas. Dua lokasi penyumbang terbesar adalah LNG Arun (Aceh), dan LNG Bontang (Kalimantan Timur). Berdasarkan negara tujuan ekspor, konsentrasi negara tujuan ekspor Indonesia kepada lima negara masih belum berubah. Lima negara tujuan ekspor dengan pangsa terbesar adalah Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Cina, Serta Malaysia. Belum berubahnya konsentrasi ekspor ke negara-negara tujuan utama tersebut perlu memperoleh perhatian lebih lanjut dengan terus mengoptimalkan peluang pasar di negara-negara lainnya. Dengan penyebaran negara tujuan ekspor yang lebih meluas diharapkan dapat meningkatkan fleksibelitas kemampuan ekspor Indonesia dalam mengantisipasi berubahnya siklus perekonomian diberbagai negara mitra dagang. Tabel 1.3 Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Hasil Komoditas Tahun 2006 __________________________________________________________________ Jepang Komodity Share Amerika Komodity Share Uni Eropa Komodity Share Singapura Komodity Share Cina Komodity Share __________________________________________________________________ Biji Logam &Sisa Logam 4.22 Pakaian 3.84 Minyak 1.57 Sayur dan Lemak Batu Bara 1.43 Karet Mentah 1.29 Pakaian 0.81 Alas Kaki 1.35 Logam 1.23 Tidak Mengandun Besi Ikan dan Udang 0.74 Mesin Listrik 0.93 Dan Peralatan Barang-barang 0.62 Furniture 0.65 Manufaktur Mesin Listrik 1.35 Minyak 1.33 & Peralatan Sayur &Lemak Biji Mesin Kantor & 1.05 Logam Pengolah Data & Sisa Logam 0.8 Logam tidak 0.98 Karet Mengandung Besi Mentah Alat Telekomunikas 0.64 Kimia 0.59 Organik Sumber : Bank Indonesia Jenis barang yang diekspor ke negara tujuan utama tersebut cukup bervariasi antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Komoditas ekspor ke pasar Jepang yang dominan adalah biji logam, dan batu bara dengan pangsa ekspor masing-masing sebesar 4,2 persen dan 1,43 persen dari total ekspor non migas. Untuk pasar Amerika Serikat, ekspor lebih banyak berupa komoditas pakaian dankaret mentah dengan pangsa masing-masing sebesar 3,84 persen dan 1,29 persen. Ke pasar Singapura, mesin dan produk logam merupakan komoditas ekspor yang dominan dengan pangsa 1,35 persen dan 0,98 persen. Sementara itu, komoditas ekspor andalan indonesia ke Cina adalah minyak sayur danlema biji dengan pangsa 1,33 persen, sedangkan ke Uni Eropa banyak berupa produk minyak sayur dan lemak dengan pangsa 1,57 persen dari total ekspor non migas. Penelitian ini, bertujuan untuk melihat pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi volume ekspor Indonesia, faktor-faktor tersebut adalah kredit perbankan, kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (Dummy Variable). Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Putu Krisna Adwitya Sanjaya (2007) ia meneliti tentang analisis beberapa faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 19902006, hasil penelitiannya menunjukkan bahwasanya terdapat pengaruh variabel independen harga rata-rata ekspor kopi, kurs rupiah terhadap dollar Amerika, serta kebijakan ekspor kopi terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 19902006. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Rindra Hanjaswara. Ia meneliti tentang analisis pengaruh suku bunga kredit, kurs dollar Amerika dan inflasi terhadap volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali Periode 19922005, hasil penelitiannya menunjukkan bahwasanya suku bunga kredit tidak berpengaruh terhadap volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali periode 1992-2005, sedangkan kurs dollar Amerika serta infalsi berpengaruh terhadap volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali periode 1992-2005. Ika Rahutami dan Sri Yani Kusumastuti (2007) mereka meneliti tentang dampak volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan Indonesia (Pendekatan ARDL-ECM). Penelitiannya bertujuan untuk melihat dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan Indonesia yang meliputi ekspor dan impor periode 1975-2005. Hasil penelitiannya yakni dalam jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan, dan dalam jangka panjang dampak volatilitas nilai tukar terhadap impor yakni berdampak positif yang signifikan. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada variabel dependen volume ekspor secara nasional, dan variabel independen kredit perbankan, kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable). Dimana kredit merupakan media perbankan yang akan berpengaruh terhadap perkembangan aktifitas perekonomian, dari sisi produksi perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan akan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil dari berbagai sektor ekonomi (Luh Gede Meydianawathi, 2007:140). Makin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka meningkatkan usaha. Bagi pemerintah sendiri kredit merupakan keuntungan jika kredit yang disalurkan untuk keperluan ekspor, karena dengan itu para eksportir dapat berproduksi secara maksimal sehingga volume ekspor meningkat yang pada akhirnya bertambah pula cadangan devisa negara. Kurs merupakan faktor yang digunakan dalam penelitian ini, dimana kurs adalah nilai mata uang antar negara. Secara teoritis, perubahan kurs suatu negara memiliki beberapa konsekuensi ekonomi. Ketika suatu negara mengalami depresiasi kurs, maka hal ini berdampak positif bagi volume ekspor di negara tersebut, dimana harga barang-barang ekspor menjadi lebih murah di pasar global sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan kurs. Sadono Sukirno (2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat. Dalam penelitian ini, kurs yang digunakan adalah kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Dengan berpatokan kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat ini karena dollar Amerika Serikat merupakan mata uang internasional yang disepakati negara-negara di dunia. Berawal dari kesepakatan pada konferensi Bretton Woods pada bulan Juli 1944, Pemilihan dollar Amerika Serikat merupakan pertengahan antara sistem nilai tukar mengambang yang penuh ketidakpastian dan menghambat perdagangan internasional dengan standar emas yang terlalu restriktif. Disisi lain, Amerika Serikat menjamin konvertibilitas dollar terhadap emas yang pada waktu itu pada level 35 dollar Amerika Serikat per ons emas. 12 10 8 6 4 2 2008 2006 2004 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 0 Gambar 1.1 Perkembangan Kurs Indonesia Perkembangan kurs Indonesia, semenjak diberlakukannya sistem kurs mengambang yang dimulai sejak agustus 1997, posisi kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya USD ditentukan oleh mekanisme pasar. Fenomena terbaru yang berhubungan dengan kurs yaitu dengan terjadinya fluktuasi kurs yang tajam di Indonesia selama periode krisis ekonomi dan moneter mulai pertengahan tahun 1997, dimana nilai kurs meningkat dan berfluktuasi secara tajam. Gejolak nilai kurs ini tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel non ekonomi, selama periode krisis ekonomi kita dapat kita dapat menyaksikan bahwa nilai kurs ini sangat mempengaruhi perekonomian domestik. Terpuruknya mata uang domestik (Rupiah) terhadap mata uang asing yang menjadi awal krisis ekonomi, pada dasarnya dari permintaan akan uang luar negeri yang begitu tinggi, sedangkan penawarannya terbatas. Hal inilah yang menjadikan nilai valuta asing seperti dollar Amerika Seriat dan Yen Jepang membubung tinggi. Selain itu nilai kurs juga tidak terlepas dari variabel-variabel lain seperti tingkat suku bunga dalam dan luar negeri, jumlah uang beredar, dan tingkat harga yang di indikasikan dengan tingkat inflasi, serta variabel-variabel ekonomi dan non ekonomi lainnya. Melemahnya kurs inilah yang membuat sektor riil kolaps, serta beban utang luar negeri yang merupakan sebagian dana untuk pembangunan menjadi semakin besar. Pada tahun 1999 kurs rupiah menguat ke level 7000an, hal ini disebabkan oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi nilai tukar, antara lain : penanda tanganan hutang luar negeri terhadap IMF, kebijakan uang ketat, serta pembekuan beberapa bank. Kondisi tersebut juga didukung oleh perubahan kepemimpinan politik kepada Presiden Habibie, yang membawa harapan bagi para pelaku pasar. Kondisi tersebut bertahan dengan fluktuasi yang relatif tipis sampai pada era presiden Abdurrahman Wahid. Namun selama tahun 2000, posisi kurs mengalami pelemahan ke level 9.595. puncaknya pada tahun 2001 kurs pada melemah secara tajam ke level 10.400, hal ini terjadi Karena pemerintah sedang mencari formulasi yang tepat untuk mengatasi berbagai tuntutan recovery perekonomian. Selain itu kondisi politik juga kembali bergejolak dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Abdurrahman Wahid kepada Presiden Megawati Sukarno Putri. Dari uraian diatas, maka penulis sangat tertarik untuk memilih judul skripsi “ PENGARUH KREDIT PERBANKAN DAN KURS TERHADAP VOLUME EKSPOR INDONESIA TAHUN 1986-2008”. B. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008? 2. Apa pengaruh krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 terhadap volume ekspor Indonesia? C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis apa pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008. b. Untuk menganalisis apa pengaruh krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 terhadap volume ekspor Indonesia. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan peneliti dan dapat mengaplikasikan secara nyata teori yang diperoleh selama menempuh studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan syarat kelulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. b. Bagi Almamater Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan masukan bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. c. Bagi Segenap Pembaca Sebagai bacaan yang diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi bahan pertimbangan atau menjadi sumber ide untuk pengembangan keilmuan pembaca khususnya, dan pengembangan khasanah ilmu pengetahuan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekspor a. Pengertian Ekspor Pengertian ekspor menurut Hamdani (2007:12) adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Menurut Priadi (2000:43) Ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Menurut Mankiw (2006:128) ekspor adalah penjualan berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri ke luar negeri. b. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor Berdasarkan keputusan mentri perindustrian dan perdagangan nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 desember 1998 tentang ketentuan umum dibidang ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan menteri perdagangan nomor 07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 april 2005, ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memiliki : 1. Tanda daftar usaha perdagangan (TDUP) / surat ijin usaha perdagangan (SIUP), atau 2. Izin usaha dari departement teknis / lembaga pemerintah non department berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Tanda daftar perusahaan (TDP). c. Prosedur Ekspor Prosedur ekspor menurut Hamdani (2007:38) adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan secara beurutan mulai dari langkah awal hingga langkah terakhir dalam rangka penyelesaian proses suatu pekerjaan. Dalam melakukan kegiatan ekspor dikenal juga istilah prosedur ekspor. Prosedur ekspor adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor. Adapun langkah paling utama yang dilakukan eksportir ketika mengekspor yakni dengan adanya pengadaan barang-barang ekspor itu sendiri, serta dengan melihat pembeli atau permintaan barang-barang ekspor disetiap negara tujuan. Selanjutnya menurut Hamdani (2007:38) prosedur ekspor terdiri dari : 1. Korespondensi 2. Pembuat kontrak dagang 3. Penerbitan Letter of Credit (L/C) 4. Mempersiapkan barang ekspor 5. Mendaftarkan pemberitahuan ekspor barang (PEB) 6. Pemesanan ruang kapal 7. Pengiriman barang ke pelabuhan 8. Pemeriksaan bea cukai 9. Pemuatan barang ke kapal 10. Surat keterangan asal 11. Pencairan Letter of Credit L/C 12. Pengiriman barang ke importir. d. Strategi Pemasaran ekspor Menurut hamdani (2007:163) strategi pemasaran ekspor yakni : 1. Memilih dan Menentukan Pasaran Langkah pertama yang harus ditempuh oleh calon eksportir adalah menjajaki berbagai pasaran yang mungkin bisa dimasukinya. Tugas ini dilaksanakan tanpa harus keluar negeri, dan cukup hanya membaca laporan atau data statistik dan mendengarkan keterangan-keterangan dari orang-orang yang mengetahui ekspor. Menurut Hamdani (2007:163), langkah-langkah yang harus dilakukan : a. Meneliti angka statistik ekspor Indonesia, guna mendapatkan data apakah barang atau produk yang serupa telah di ekspor dan kemana. b. Meneliti angka statistik impor dari negara yang diinginkan. c. Mengadakan wawancara dengan tokoh asosiasi komodity dimana barang atau produk yang hendak di ekspor tergolong. d. Mendatangi bagian perdagangan internasional dari bank-bank devisa untuk memperoleh keterangan tentang impor negara yang dimaksud. e. Menghubungi perusahaan pelayaran atau penerbangan untuk mengetahui perkiraan biaya tansport ke negara tujuan. f. Melihat buku niaga (Trade Directory) untuk mendapatkan daftar nama dan alamat asosiasi importir atau distributor atau perdagangan besar dalam bidang produk yang bersangkutan. Dari penjelasan tersebut diatas, maka dapat diperoleh jawaban dalam ekspor suatu negara tertentu sehingga seorang pimpinan perusahaan dapat menentukan sikap apakah ekspor akan diteruskan atau dihentikan. Apabila ekspor akan dilanjutkan maka eksportir harus mengetahui beberapa faktor yakni mengenai : a. Potensi pembelian atau daya serap dari pasaran yang bersangkutan b. Cara memasuki pasaran negara yang dimaksud c. Persyaratan mutu yang berlaku d. Sistem pembayaran e. Promosi 2. Memilih dan Menentukan Perwakilan di Luar Negeri Dalam pemasaran ekspor haruslah ditentukan apakah akan ditangani secara langsung atau tidak langsung. Apabila akan ditangani secara langsung perusahaan harus mempunyai bagian ekspor yang akan menangani tugas pemasaran diluar negeri. Apabila tidak langsung perusahaan akan melalui berbagai jenis perantara yang memberikan jasa-jasanya. Ada dua jenis perwakilan yakni bentuk agen atau distributor diluar negeri. Yang dimaksud dengan agen adalah orang atau perusahaan yang mencari order untuk perusahaan yang diageninya atas dasar komisi. Seorang agen tidak melibatkan diri dalam pelaksanaan hubungan dagang antara pembeli dan penjual, dia hanya membantu terlaksananya hubungan tersebut untuk kepentingan penjual.peranan agen amat penting bagi para eksportir baik untuk mengenal pasaran maupun untuk tatap bertahan, hal ini dikarenan agen akan terus memberikan informasi tentang pasaran dan mencegah eksportir terdesak dari pasaran. Kelemahannya memang agen akan mengurangi laba yang seharusnya diperoleh oleh eksportir tapi untuk jangka panjang agen sangat menguntungkan. Sedangkan yang dimaksud dengan distributor adalah orang atau perusahaan yang langsung membeli barang dari dari eksportir dengan dasar discount yang disetujui bersama dan menyimpan persediaan barang untuk menjualnya kembali melalui saluran pemasaran yang dikuasainya dengan penjualan yang ditetapkannya sendiri. Serta biaya promosi, pemasara, penyimpanan dan kerugian yang sekiranya timbul kelak menjadi tanggungannya. 3. Adaptasi Produk, Perhitungan Biaya dan Penentuan Harga Hal-hal yang sering mempengaruhi gagalnya pelaksanaan ekspor adalah : a. Produk kurang sesuai dengan selera dan kebutuhan para konsumen atau pembeli yang ditargetkan sehingga promosi dan pemasaran menjadi lebih berat. b. Mutu produk tidak standar sehingga masih diperlukan lagi pengawasan mutu yang menelan biaya, waktu, dan tenaga. c. Volume produksi kurang dari yang ditargetkan, sehingga ada order yang tidak dapat dipenuhi. d. Penentuan harga jual kurang realistis sehingga menyulitkan promosi dan pemasaran. Untuk mengatasi masalah diatas langkah-langkah yang diambil adalah : 1. Bidang biaya dan produksi eksportir harus mempunyai pengetahuan tentang : a. biaya produksi biaya-biaya penjualan (selling cost) b. Situasi dan kondisi pasaran yang ditargetkan c. Tingkat keuntungan bagi pengusaha. Setelah komposisi dan besarnya biaya diketahui maka untuk menetapkan harga jual diperlukan : a. Analisa tentang pasaran b. Perkiraan tentang posisi dan reaksi dari saingan-saingan c. Sikap dan kebijaksanaan pimpinan perusahaan, yaitu : harga seoptimal mungkin untuk mengeruk keuntungan atau harga rendah untuk mendapatkan tempat berpijak, harga rendah denga mutu yang rendah, laba yang kecil dengan pengembalian yang cepat. Dalam perundingan mengenai harga, hal-hal tersebut akan termasuk dalam biaya perunit atau volume atau dalam laba yang diperkirakan, sedangkan biaya penjualan diperhitungkan berdasarkan data dari berbagai sumber-sumber yang kompeten dan berpengalaman. e. Pengelompokkan Barang Ekspor Didalam keputusan mentri perdagangan No. 07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 april 2005, barang-barang ekspor digolongkan kedalam empat kelompok, yakni : 1. Barang-barang yang diatur tata niaga ekspornya. Seperti : produk perkebunan (kopi), produk kehutanan (produk industri kehutanan, rotan), produk pertambangan (intan kasar, timah batangan), produk industri (prekursor). 2. Barang yang diawasi ekspornya. Seperti : produk peternakan (sapi dan kerbau, kulit buaya, binatang liar dan tumbuhan alam), produk perikanan (anak ikan napoleon, ikan napoleon, benih ikan bandeng), produk perkebunan (inti kelapa sawit), produk pertambangan (minyak dan gas bumi, emas murni atau perak), produk industri (pupuk urea, skrap besi atau baja khusus yang berasal dari wilayah pulau batam, skrap dari stainless, tembaga, kuningan dan alumunium) 3. Barang yang dilarang ekspornya. Seperti : produk perikanan (anak ikan dan ikan arowana, benih ikan sidat, ikan hias jenis botia, udang galah dan udang penaedae), produk kehutanan (kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian), produk kelautan (pasir laut), produk pertambangan (bijih timah dan konsentratnya, batu mulia, pasir), produk perkebunan (karet bongkah, bahan remailing dan rumah asap), produk peternakan (kulit mentah, pickled dan wet blue dari binatang melata atau reptil, binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi), produk industri (skrap besi atau baja kecuali yang berasal dari pulau batam), barang budaya (barang kuno yang bernilai kebudayaan). 4. Barang yang bebas ekspornya. Seperti : tekstil dan produk tekstil (TPT). 2. Kredit a. Pengertian Kredit Menurut UUD no.7 tahun 1992 tentang perbankan adalah: “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan “. Pengertian kredit menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:113) adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman non tunai (non-cash loan). b. Fungsi dan Manfaat Kredit 1. Bagi dunia usaha atau debitur a. Sebagai sumber pemodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya . b. Pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat diperoleh dari keuntungan usahanya. c. Memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan berkembangnya usaha. 2. Bagi lembaga keuangan atau kreditur a. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro). Dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. b. Memberi keuntungan dari selisih bunga pemberian kredit atau jasa-jasa lainnya. c. Jenis Kredit Berdasarkan jangka waktu dan penggunaanya menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:117) kredit dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Kredit investasi Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada nasabah/calon debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, moderenisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang pelunasanya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang di biayai. 2. modal kerja (KMK) Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang. 3. Kredit konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan konsumsi bukan barang modal dalam kegiatan usaha. Penggunaan kredit ini misalnya untuk pembelian mobil, rumah dan barang-barang konsumsi yang lain. d. Pertimbangan Penyaluran Dana Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:114) dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisisyang mendalam atas i’tikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan perjanjian. Mengingat hal tersebut diatas dan adanya prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank serta adanya risiko yang selalu melekat dalam penyaluran dana, maka sebelum kredit atau pembiayaan disalurkan bank ingin selalu mengetahui segala sesuatu tentang kemampuan dan kemauan nasabah debitornya untuk mengembalikan dana yang telah diberikan oleh bank. Hal-hal yang selalu ingin diketahui oleh bank sebelum menyalurkan dananya dalam bentuk kredit maupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah : 1. Perizinan dan Legalitas Bank tidak ingin menanggung risiko yang besar apabila setelah dana digunakan oleh nasabah debitor, lalu dikemudian hari sebelum nasabah mampu memenuhi kewajibannya kepada bank, kegiatan atau usaha nasabah tidak dapat dilanjutkan karena tidak sah secara yuridis. Terhentinya kegiatan usaha nasabah akan menyebabkan hilang atau berkurangnya kemampuan nasabah untuk mengembalikan dana yang telah diterima dari bank, sehingga kredit atau pembiayaan tersebut menjadi kredit atau pembiayaan bermasalah. Bentuk-bentuk perizinan dan aspek legalitas yang harus dipenuhi debitor sangat bervariasi tergantung pada bidang kegiatan atau usaha nasabah. Perizinan dan aspek legalitas tersebut antara lain : izin mendirikan bangunan, angka pengenal eksportir terbatas, surat izin tempat usaha, surat izin usaha jasa kontruksi, sertifikat tanah dan tanda daftar perusahaan. 2. Karakter Untuk menilai karakter suatu nasabah dan meramalkan perilakunya dimasa yang akan datang, bank hanya dapat menggunakan beberapa indikator. Yakni profesi, penampilan, lingkungan sosial, pengalaman, dan tindakan atau perilaku dimasa lalu. 3. Pengalaman dan Manajemen Pengalaman dan manajemen nasabah sangat mempengaruhi kemampuan nasabah untuk mengelola kegiatannya sehingga dapat menghasilkan dana untuk membayar kewajibannya kepada bank. Pengalaman yang tidak sesuai dengan bidang kegiatan yang akan dijalankan akan mengurangi kinerja usaha nasabah. 4. kemampuan Teknis Kemampuan teknis nasabah menyangkut faktor yang dapat mendukung kelancaran kegiatan usaha nasabah secara teknis. Tersedianya bahan baku, adanya tenaga ahli, ketersediaan mesin dan peralatan, tempat usaha yang memenuhi syarat, ketersediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, dan penguasaan teknologi merupakan contoh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan teknis nasabah dalam menjalankan kegiatan usahanya. 5. Pemasaran Kegiatan usaha nasabah memerlukan pemasaran produk dengan didukung perencanaan pemasaran yang matang dan wajar. Hal ini dapat membantu kelancaran nasabah dalam keberhasilan menjual produknya. 6. Sosial Keberadaan kegistsn yang dibiayai bank bisa sesuatu yang disukai atau tidak disukai masyarakat. Maka dari itu pihak bank harus ekstra hati-hati apabila dampak yang ditimbulkan adalah ketidaksukaan masyarakat, terutama apabila ketidaksukaan tersebut akan menyebabkan terganggunya usaha nasabah dimasa yang akan datang. 7. Keuangan Sehat dan tidak sehatnya usaha nasabah dapat dilihat salah satunya adalah melalui keadaan keuangannya adan keadaan keuangan nasabah dapat dilihat dari laporan keuangannya. e. Hubungan Kredit dengan Ekspor Menurut Kasmir (2002:105-106), tujuan dan fungsi kredit adalah membantu nasabah, dan pemerintah. Membantu nasabah disini yakni membantu nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi dan modal kerja. Dengan dana tersebut maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Sedangkan membantu pemerintah yakni membantu pemerintah di berbagai bidang, bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka akan semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama di sektor riil. Dari penjelasan mengenai fungsi dan tujuan kredit diatas, secara garis besar keuntungan bagi pemerintah salah satunya adalah meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor (Kasmir,2002:106). Kasmir (2002:110) juga menjelaskan jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit salah satunya adalah kredit perdagangan. Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar seperti ekspor dan impor. Maka dari itu, hubungan kredit dengan volume ekspor itu sendiri yakni, semakin tinggi pemberian kredit maka akan semakin tinggi pula volume ekspor. Hal ini tercermin dari kemampuan produksi, dan penentuan tingkat output riil. Luh Gede Meydianawathi (2007:140) interaksi antara perbankan dengan para pelaku ekonomi secara langsung melalui penyaluran kredit perbankan akan berpengaruh terhadap perkembangan aktifitas perekonomian. Dari sisi produksi perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan akan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil dari berbagai sektor ekonomi. 3. Kurs a. Pengertian Kurs Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997: 9). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Ada beberapa faktor utama yang memepengaruhi tinggi rendahnya kurs mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Laju Inflasi Relatif Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang amerika juga menjadi lebih tinggi. Sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan. 2. Tingkat Pendapatan Relatif Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia. 3. Suku Bunga Relatif Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga didalam dan diluar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, didalam atau diluar negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri. 4. Kontrol Pemerintah Menurut Madura (2003:114), bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan kurs dalam berbagai hal termasuk : a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar yaitu valuta asing. b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri. c. Melakukan intervensi dipasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang. d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi , tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan. 5. Ekspektasi Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai tukar dimasa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak kedepan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di Amerika Serikat mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual dollar, karena memperkirakan nilai dollar akan menurun dimasa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar dollar dalam pasar. Kemudian menurut Madura (2003:111123), untuk menentukan perubahan nilai tukar antara mata uang suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan yaitu selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan GDP, intervensi pemerintah dipasar valuta asing dan expectations (perkiraan pasar atas nilai mata uang yang akan datang). c. Kurs Nominal dan Kurs Riil Peran ekonom membedakan kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif mata uang dua Negara. Sedangkan kurs riil adalah harga barang relatif barang-barang di kedua Negara, atau kadang kala disebut term of trade. Hubungan antara kedua kurs ini dirumuskan sebagai berikut (Mankiw, 2002:125). Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga Dengan demikian semakin tinggi kurs riil, berarti harga barang-barang luar negeri relatif lebih murah dibandingkan harga-harga barang domestik. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya transaksi impor di Negara tersebut, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor bersih (NX). B. Penelitian Terdahulu 1. Putu Krisna Adwitya Sanjaya (2007) Penelitian ini berjudul “Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Propinsi Bali Periode 1990-2006”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume ekspor kopi propinsi bali periode 1990-2006, dan variabel independennya adalah harga rata-rata ekspor kopi, kurs dollar Amerika Serikat dan kebijakan Ekspor kopi (dummy Variabel). Dan menggunakan metode analisis regresi linier serta menggunakan eviews 3 untuk pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga rata-rata ekspor kopi, kurs dollar Amerika Serikat dan kebijakan ekspor kopi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 19902006. 2. Unggul Heriqbaldi (2006) Penelitian ini berjudul “Dampak Perubahan Nilai Tukar Pada Neraca Perdagangan : kasus Indonesia dengan dua mitra dagang terbesar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara neraca perdagangan dengan nilai tukar pada kasus perdagangan bilateral Indonesia-Jepang dan Indonesia-Amerika Serikat dengan menggunakan pendekatan kointegrasi EngleGranger dan Error Correection model (ECM). Hasil analisis menunjukan bahwa pada kedua kasus perdagangan bilateral, dalam jangka pendek secara umum dampak perubahan nilai tukar pada neraca perdagangan tidak begitu jelas, dalam kasus Indonesia-Jepang berhubungan negatif sedangkan dalam kasus IndonesiaAmerika Serikat berhubungan positif dan negatif pada aspek teori kurva J, tidak terdapat bukti kuat pada dua kasus perdagangan bahwa teori ini terjadi. Pada perspektif jangka panjang juga ditemukan bahwa depresiasi rupiah terhadap yen dan dollar tidak memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Salah satu argument mendasar tidak membaiknya neraca adalah rendahnya elastisitas permintaan impor Indonesia, sehingga perubahan harga impor tidak secara signifikan mempengaruhi kuantitas impor Indonesia. 3. Ratih Nuralitha Pratika (2007) Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Pada Ekspor Komodity Unggulan Pertanian (Karet dan Kopi) di Indonesia” penelitian ini menggunakan data time series data kuantitatif bulanan periode 2000-2005. metode yang digunakan yakni Vector Auto Regression (VAR) dan Vektor Error Correction Model (VECM) dengan menggunakan eviews 4.1. Hasil dalam penelitian ini yakni fluktuasi nilai tukar tidak berpengaruh terhadap ekspor karet dan kopi. 4. I Nyoman Rindra Hanjaswara Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Kurs dollar Amerika dan Inflasi Terhadap Volume Ekspor Kerajinan Anyaman Propinsi Bali Periode 1992-2005” pengolahan data menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini yakni suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kerajinan anyaman propinsi bali periode 1992-2005, kurs dollar Amerika berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kerajinan anyaman propinsi bali periode 1992-2005”. 5. Ferda Halicioglu (2008) Ia melakukan studi dengan melihat J-curve untuk kasus Turki dengan 13 mitra dagangnya. Dengan menggunakan data secara kuartalan dari tahun Q11985Q42005 bahwa penelitian mengenai J-curve dengan kasus Turki dengan 13 mitra dagangnya yang memakai data secara aggregate dan menghasilkan hasil yang tidak dapat meyakinkan. Menggunakan data aggregate dapat menyembunyikan pergerakan dari nilai tukar. Studi ini untuk mentest keberadaan fenomena J-curve pada kasus turki dan 13 mitra dagangnya. Efek jangka pendek dan jangka panjang dari depresiasi mata uang lira pada neraca perdagangannya diperkirakan dengan pendekatan kointegrasi, dengan pandangan untuk menentukan efek J-curve. Secara empiris hasil yang disarankan bahwa tidak terjadi J-curve terhadap neraca perdagangan bilateral Turki. Namun dapat dikatakan bahwa depresiasi riil pada nilai mata uang lira Turki telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap neraca perdagangan dengan UKA dan USA pada jangka panjang, yang mana telah terjadi dan mendukung untuk kondisi Marshal-Lerner (ML). 6. Wilson dan Tat (2001) Mereka menganalisis hubungan antara neraca perdagangan riil dan nilai tukar riil dalam kasus hubungan perdagangan antara Singapura dan Amerika Serikat. Penelitian tersebut menggunakan data time series dari tahun 1970-1996 dengan basis kuartalan. Model yang digunakan oleh kedua peneliti ini adalah model yang dikembangkan oleh Rose dan Yellen (1989). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar (kurs) riil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap neraca perdagangan riil dalam kasus perdagangan antara Singapura dan Amerika Serikat. 7. Ika Rahutami dan Sri Yani Kusumastuti (2007) Penelitian ini berjudul “Dampak Volatilitas Nilai Tukar Terhadap Arus Perdagangan Indonesia (Pendekatan ARDL-ECM)”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan Indonesia yang meliputi ekspor dan impor periode 1975-2005. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan ARDL-ECM. Hasil penelitian ini yakni, dalam jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan, dan dalam jangka panjang dampak volatilitas nilai tukar terhadap impor yakni berdampak positif yang signifikan. C. Teori Pengaruh kredit, kurs dan Krisis terhadap volume ekspor Levine (1998:596-613) Pemberian kredit perbankan sangat berperan dalam penentuan tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Levine (1997:688-726) Hubungan antara pengembangan sistem perbankan dengan tingkat investasi dan pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk pembiayaan eksternal bisnis. Suseno dan Piter. A (2003:6) Pihak-pihak yang kelebihan dana baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya. Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Jayaratne dan Strahan (1996:639-670) Efektifitas dan efisiensi kredit perbankan merupakan ukuran tingkat investasi dan pertumbuhan nilai tambah sektor riil, konsentrasi kredit perbankan pada skala usaha dan sektor ekonomi tertentu akan mempengaruhi tingkat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kasmir (2002:106) Keuntungan kredit bagi pemerintah salah satunya adalah meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor. Luh Gede Meydianawathi (2007:140) Interaksi antara perbankan dengan para pelaku ekonomi secara langsung melalui penyaluran kredit perbankan akan berpengaruh terhadap perkembangan aktifitas perekonomian. Dari sisi produksi perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan akan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil dari berbagai sektor ekonomi. Anwar Nasution (1996:16) Kurs riil yang meningkat mencerminkan bahwa tingkat harga dipasar luar negeri lebih tinggi dari tingkat harga dipasar domestik. dan mengindikasikan bahwa daya saing perekonomian domestik meningkat dipasar global. Sebaliknya nilai riil yang menurun mencerminkan daya saing perekonomian domestik menurun dipasar internasional sehingga tingkat harga dipasar domestik lebih tinggi dari tingkat harga dipasar global. Boediono (1981:53) apabila mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi terhadap mata uang asing (over valued exchange rate) maka macam barang yang di ekspor menyempit. Devaluasi bisa memperluas macam barang yang bisa di ekspor, disamping bisa meningkatkan volume barang-barang ekspor yang ada. Sadono Sukirno (2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi, atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat. Salvator (1997:10) Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik dan stabil. Siregar, Reza dan Ramkishen S. Rajan (2002:123) Bukannya meningkatkan pertumbuhan ekspor, depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika pada tahun 1997-1998 telah menyebabkan melemahnya ekspor. Dengan fakta rupiah dalam pengertian nominal turun rata-rata 0,8 persen perhari terhadap dollar Amerika antara Juli 1997 dan Januari 1998, sedangkan total ekspor perdagangan Indonesia dalam dollar Amerika menurun sebesar 8,6 persen pada akhir tahun 1998 dibanding dengan tahun 1997. Ika. A Rahutami dan Sriyani. K (2007:1) Dalam jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan. Hau (2002) integrasi perdagangan dan volatilitas nilai tukar riil secara struktural berkait dan memiliki korelasi negatif. I Nyoman R.H, (2005:6) krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1998 menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, sehingga berdampak pada biaya produksi barang ekspor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan eksportir tidak mampu berproduksi maksimal sehingga menyebabkan ekspor menjadi turun, karena untuk memproduksi barang ekspor diperlukan biaya yang tinggi. Synthesis of Traditional and Modern Monetery Views. Menurut teori ini dinamika yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan dipasar barang komoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi dipasar barang. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) – Adam Smith. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap produksi dan ekspor beberapa jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau impor suatu beberapa jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolute atas negara lain yang memproduksi beberapa jenis barang yang sama, atau suatu negara akan mengekspor atau mengimpor barang X jika negara itu dapat atau tidak dapat memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, didalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tulus Tambunan : 2004:47). Teori Keunggulan Komparatif – John S. Mill dan David Ricardo. Persoalan dari teori adam smith adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi jika negara-negara yang terlibat saling memperoleh manfaatnya, dan menurut adam smith hal ini hanya dapat terjadi jika masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Implikasinya, jika Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas Amerika Serikat untuk A dan B, yang berarti Indonesia mengekspor kedua jenis barang tersebut ke Amerika Serikat, maka perdagangan antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi karena hanya Indonesia yang akan mendapat manfaatnya. Hal ini tidak dipikirkan oleh adam smith, dan ini merupakan kelemahan utama dari teorinya. Maka muncullah pemikiran dari John S. Miill dan David Ricardo, yang disebut dengan teori keunggulan komparatif. Dasar pemikiran terori Ricardo maupun Miil mengenai terjadinya perdagangan antar negara pada prinsipnya tidak berbeda dengan teori Adam Smith. Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. J.S Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada mengekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang tertentu bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan komparatif terendah. Sedangkan dasar pemikiran david Ricardo adalah bahwa perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil (atau produktifitas biaya TK yang terbesar) untuk jenis barang yang berbeda jadi penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktifitas relatif antar negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional (Tulus Tambunan : 2004:16). Teori Purchasing Power Parity. Teori ini merupakan teori tertua dan teori terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin de Azpilcueta Navarro. Teori ini menyatakan bahwa harga barang disuatu Negara harus sama dengan harga barang serupa di Negara lain sesuai dengan nilai tukar yang berlaku antar kedua Negara tersebut. Teori ini disebut “the low of one price”. Teori Elastisitas. Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium.dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil, akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar. D. Kerangka Berpikir Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs Terhadap Volume Ekspor Indonesia tahun 1986-2008 Variabel Independen : Kredit Perbankan (KRDT) Variabel Dependen : ï‚· Volume Ekspor Indonesia (PDGN) ï‚· ï‚· Kurs (EXC) ï‚· Krisis Ekonomi Tahun 1998 /Dummy Variable (DM) Metode Analisis : Model Regresi Berganda Alat Pengolahan Data : Eviews 5 Hasil dan Pembahasan Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir Dari bagan kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan bahwa perubahan dari volume ekspor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni dengan akses kredit perbankan (khususunya sektor perdagangan/KRDT), dengan posisi kurs (rupiah terhadap dollar Amerika/EXC) serta krisis Indonesia tahun 1998 /Dummy Variable (DM). E. Hipotesis Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka penulis mengajukan hipotesa untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dan hasil hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah : 1. H1 : Terdapat pengaruh variabel independen kredit perbankan/KRDT (X1) terhadap variabel dependen volume ekspor Indonesia/PDGN (Y). H0 : Tidak terdapat pengaruh variabel independen kredit perbankan/KRDT (X1) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y). 2. H1 : Terdapat pengaruh variabel independen kurs/EXC (X2) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y). H0 : Tidak terdapat pengaruh variabel independen kurs/EXC (X2) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y). 3. H1 : Terdapat pengaruh variabel independen krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable)/DM (X3) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y). H0 : Tidak terdapat pengaruh variabel independen dummy crisis/DM (X3) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y). Asumsi : a. Semakin meningkat kredit perbankan maka semakin meningkat volume ekspor. b. Semakin meningkat kurs rupiah terhadap dollar AS maka semakin meningkat volume ekspor. c. Krisis ekonomi berdampak negatif terhadap volume ekspor. Ketika krisis ekonomi terjadi di indonesia tahun 1998 maka terjadi penurunan volume ekspor. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan studi literatur tentang pengaruh kredit perbankan, kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable) terhadap volume ekspor Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi time series dari tahun 1986-2008. Serta pengolahan data dengan metode OLS (Ordinary least square) dan alat pengolahan data menggunakan eviews 5. B. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data-data statistik yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). C. Metode Analisis Metode analisis dalam penelitian ini yakni menggunakan metode OLS atau pangkat kuadrat terkecil, dengan model regresi berganda (Multiple Regression) sebagai berikut : Y = a0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e PDGN = a 0 + β1 KRDT + β2 EXC + β3 DM + e Dimana : P DGN = volume ekspor a0 = intercept B1, B2, B3 = Slope yang berhubungsn dengan variabel KRDT, EXC, DM KRDT = kredit perbankan EXC = kurs Rp/ $ US DM = dummy varabel (krisis ekonomi tahun 1998) e = error term 1. Uji Stasioneritas Data tahunan (time series) menyimpan banyak berbagai permasalahan salah satunya adalah masalah autokorelasi. Autokorelasi merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, jika data dapat distasioneritaskan maka autokorelasi dapat diatasi. Merupakan hal yang sangat penting dalam analisis tahunan (time series). Dalam analisis time series masalah stasioneritas merupakan masalah yang sangat penting. Untuk mengetahui data stasioner atau tidak dapat dilihat dari nilai rata-rata varian dari data time series tidak mengalami perubahan yang sistematis (Nachrowi, 2006:340). Tujuan uji stasioner adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai prediksi yang tidak spurious (regresi semu). Apabila data yang diperoleh belum stasioner pada tingkat level, maka diperlukan langkah untuk membuat data menjadi stasioner melalui proses differensi data. Dalam uji akar unit tingkat level bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integras. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan setiap variabel dengan membuat selisih nilai suatu variabel terhadap nilai variabel tersebut beberapa periode sebelumnya (difference), maka variabel ini dapat disebut sebagai yang berintegrasi pada derajat satu, demikian seterusnya (Insukindro, 2003: 261). Deteksi penelitian ini akan dilakukan pengujian stasioner dengan menggunakan uji Akar Unit metode Augment Dickey Fuller (ADF) test. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Winarno, 2006:10.6) : Pada output Eviews adalah sebagai berikut: a. Jika nilai ADF test statistic < critical value pada 5% = data tidak stasioner (terima H0, tolak H1) b. Jika nilai ADF test statistic > critical value pada 5% = Data stasioner (tolak H0, terima H1) 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas lainnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (Gujarati, 2007:67). Pendektesian multikolinieritas dengan uji klien. Cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan metode Deteksi Klien yaitu dengan membandingkan R2 hasil regresi Auxiliary (regresi antar variabel independen) dengan R2 regresi aslinya. Dengan rumus sebagai berikut: (Widarjono, 2007:115-117). ..................................(1) Dimana n = jumlah observasi, k = variabel independen, dan adalah koefisien determinasi setiap variabel independen dengan variabel independen yang lain sedangkan nilai kritis dari distribusi F didasarkan dari derajat kebabasan k-2 dan n-k+1. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut: 1. Jika koefisien R2 regresi auxiliary ≤ R2 regresi asli maka tidak terjadi multikolinearitas (terima H0, tolak H1) 2. Jika koefisien R2 regresi auxiliary ≥ R2 regresi asli maka terjadi multikolinearitas (tolak H0, terima H1) b. Uji Heteroskedstisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2007:82). Pendektesian uji heteroskedastisitas yakni dengan menggunakan uji white heteroskedastisity. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari output eviews yakni : 1. Probabilitas Chi-Square > a 5% = tidak ada heteroskedastisitas (terima Ho, tolak H1). 2. Probabilitas Chi-Square < a 5% = ada heteroskedastisitas (tolak Ho, terima H1) c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Gujarati, 2007: 112). Deteksi adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Langrange Multiplier (LM Test). Pada output eviews adalah sebagai berikut : 1. Probabilitas Chi-Square > a 5% = tidak ada autokorelasi (terima Ho, tolak H1). 2. Probabilitas Chi-Square < a 5% = ada autokorelasi (tolak Ho, terima H1) d. Uji Normalitas Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007 : 164). Deteksi normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera test yang merupakan asimtosis (sampel besar dan didasarkan atas residual OLS). Pada output eviews dilihat dengan : 1. Jika probability JBtest > a 5% = data berdistribusi normal (tolak Ho, terima H1). 2. Jika probability JBtest < a 5% = data tidak berdistribusi normal (terima Ho, tolak H1). e. Uji Linieritas Uji ini didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Atau untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier (Insukindro : 2003:65). Deteksi uji linieritas ini dengan menggunakan uji Ramsey RESET Test. Dilihat dari hasil output eviews adalah sebagai berikut : 1. Probabilitas Chi-Square > a 5% = fungsi tidak linier (terima Ho, tolak H1). 2. Probabilitas Chi-Square < a 5% = fungsi linier (tolak Ho, terima H1) 3. Uji Statistik (Signifikansi) Ketepatan fungsi OLS dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai statistik-t dan statistik-f. a. Uji Statistik t (t-test) Penentuan uji statistik t hitung dengan rumus : 1. Penentuan taraf nyata dan signifikan (a = 0,05) 2. Penentuan nilai kritis atau t-tabel dapat dilihat dari table distribusi t untuk (degree of freedom) df = n-k-1 (Santoso, 2003 : 157). Dimana : df = Taraf signifikan k = Numerator (jumlah variabel bebas) n = Jumlah data sampel uji statistik t hitung 3. Aturan Pengambilan Keputusan a. Jika nilai t hitung < t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X1) terhadap variable terikat Y. b. Jika nilai t hitung > t tabel, artinya ada pengaruh variable bebas (X1) terhadap variabel terikat Y. Nilai koefisien determinasi pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan program statistik komputer Eviews 5 dimana untuk regresi dengan satu variabel dipergunakan koefisien korelasi parsial (r2) dan untuk untuk regresi lebih dari dua variabel bebas digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi (yang telah disesuaikan). b. Uji Statistik F (F-test) Penentuan uji statistik F hitung (F-ratio) dengan rumus : F hitung : SSR/k SSE/ [n-(k+1)] Dimana : SSR = Sum of square regression SSE = Sun of square error k = Numerator (jumlah variabel bebas) n = Jumlah data sampel uji statistik t hitung a. Penentuan taraf nyata dan signifikan (a = 0,05) b. Aturan pengambilan keputusan 1. Jika nilai F hitung < F tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3,….Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y. 2. Jika nilai F hitung > F tabel, artinya ada pengaruh variable bebas (X1, X2, X3,….Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y. D. Definisi Operasional Variabel Variabel independen : 1. KRDT (X1) adalah kredit perbankan, yakni meliputi kredit dalam rupiah dan valuta asing menurut kelompok bank dan sektor ekonomi yang dalam hal ini adalah sektor perdagangan dalam milyar rupiah. Kredit perbankan ini mencerminkan kemampuan sistem keuangan di Indonesia menyalurkan kredit. 2. EXC (X2) adalah kurs yang meliputi kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. 3. DM (X3) adalah krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable), yakni ingin dilihat ada atau tidaknya pengaruh krisis ekonomi 1998 terhadap volume ekspor Indonesia. Variabel Dependen : 1. PDGN (Y) adalah volume ekspor Indonesia. Yakni mencerminkan perdagangan barang-barang produksi dari dalam negeri ke luar negeri. BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008. Ekspor merupakan sistem perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri (Mankiw, 2006:128). Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa negara. Ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang memiliki tanda daftar usaha perdagangan, izin usaha dari departement teknis, dan tanda daftar perusahaan. Bukan lagi suatu rahasia umum bahwa era perdagangan bebas adalah era persaingan. Oleh sebab itu indonesia harus berupaya meningkatkan efisiensi, produktivitas, kapasitas produksi dan inovasi guna bertujuan untuk peningkatan daya saing produk-produk Indonesia dipasar dunia. Berikut adalah data perkembangan ekspor indonesia tahun 1986-2008. Tabel 4.1 Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008 Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 Volume Ekspor Indonesia (juta dollar AS) 14396 17206 19218 22159 25801 29142 33967 36823 40053 45418 49815 53444 48847 1999 48665 2000 62124 2001 56321 2002 57159 2003 61058 2004 71585 2005 85660 2006 100799 2007 114101 2008 137020 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) 2008 2006 2004 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Gambar 4.1 Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008 Perkembangan ekspor Indonesia tahun 1986 sampai tahun 1997 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 14.396 juta dollar AS tahun 1986 naik menjadi 53.444 juta dollar AS pada tahun 1997. Sayangnya pada tahun 1998 ekspor indonesia mengalami penurunan menjadi 48.848 juta dollar AS. Penurunan ekspor tahun 1998 ini disebabkan adanya penurunan yang tajam pada sektor migas yakni sebesar 32,3% dari 11.662,6 juta dollar AS pada tahun 1997 menjadi 7.872,1 juta dollar AS pada tahun 1998. Sementara untuk non migas juga terjadi penurunan sebesar 2,0 %. Penurunan volume ekspor tahun 1998 lebih disebabkan karena terdepresiasinya kurs rupiah diiringi dengan tingkat volatilitas yang tinggi serta diiringi dengan tingkat inflasi yang tinggi yang menyebabkan ekspor kurang kompetitif dan pada akhirnya ekspor menurun. Pada tahun 1999 volume ekspor Indonesia masih mengalami penurunan sebesar 0,4%. Kemudian ditahun 2000 nilai ekspor mengalami kenaikan yang sangat tajam hingga mencapai 62.124 juta dollar AS. Ditahun 2001 kembali menurun hingga menjadi 56.321 juta dollar AS. Sedangkan ditahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058 juta dollar AS dibanding tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2004 ekspor Indonesia kembali mengalami kenaikan yang signifikan menjadi 71.585 juta dollar AS. Peningkatan ekspor tahun 2004 ini disebabkan adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas. pada tahun 2006 ekspor Indonesia mengalami kenaikan, kenaikan tersebut terutama karena ditopang oleh ekspor non migas. Ekspor non migas tumbuh tinggi dengan peningkatan volume ekspor terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber daya alam. Dan peningkatan ekspor terjadi pada tahun-tahun berikutnya, hingga tahun 2008 jumlah ekspor mencapai 137.020 juta dollar AS, peningkatan ekspor tahun 2008 ini disebabkan adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas sebesar 17,3 persen, dari 92.012,3 juta dollar AS pada tahun 2007 menjadi 107.894,2 juta dollar AS. Sementara pada sektor migas terjadi peningkatan sebesar 31,86 persen. B. Perkembangan Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 19862008. Ditengah berkembangnya berbagai produk perbankan, penyaluran dana dalam bentuk kredit masih tetap memiliki peranan terbesar dalam penanaman dana perbankan. Dalam kaitan ini, bank Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap rencana pemberian kredit bank, mengingat pengaruh kegiatan pemberian kredit sangat besar terhadap kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan aspek lain yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu kebijakan dibidang pengkreditan senantiasa diselaraskan dengan kebijakan moneter yang secara bersama-sama diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Berikut adalah data perkembangan kredit perbankan sektor perdagangan tahun 1986-2008. Tabel 4.2 Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008 Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Posisi Kredit Sektor Perdagangan (Milyar Rupiah) 8399 10247 13888 20109 29737 33049 32944 37271 44372 54224 70586 85122 96364 43288 44099 48450 2002 65978 2003 84257 2004 111035 2005 134108 2006 162396 2007 215670 2008 217540 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) 250 200 150 100 50 2008 2006 2004 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 0 Gambar 4.2 Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Perdagangan Tahun 1986-2008 Perkembangan kredit perdagangan pada tahun 1988 sampai tahun 1998 terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan pemberian kredit perdagangan pada tahun 1998 berada pada Rp. 96.364 milyar, hal ini mengedintifikasikan bahwa fungsi kredit perbankan sebagai lembaga intermediasi kepada pihak-pihak maupun lembaga-lembaga ekonomi telah menjadi media sumber dana untuk membantu jalan dan kelangsungan usaha. Penurunan kredit terjadi pada tahun 1999, dengan posisi kredit pada Rp. 43.288 milyar. Penurunan kredit ini terjadi tidak hanya pada sektor perdagangan saja, tetapi pada semua sektor ekonomi mapun kelompok bank. Hal ini terjadi karna belum pulihnya perekonomian Indonesia pasca krisis dibanding dengan negara-negara Asia lainnya (Harmanta dan Ekanada 2005:52). Dan penurunan kredit ini sebagai akibat dari diberlakukannya pembekuan kegiatan usaha beberapa bank (maret-april 1999) dan adanya pengalihan kredit bermasalah ke badan penyehatan perbankan nasional (BPPN). Sejak tahun 2002 dan tahun-tahun berikutnya posisi kredit mengalami peningkatan hal ini ditengarai sudah membaiknya keadaan perekonomian Indonesia serta membaiknya perbankan nasional sehingga media kredit perbankan kembali stabil. C. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008 Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997: 9). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing. Sadono Sukirno (2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi, atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat. Tabel 4.3 Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008 Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : Bank Indonesia (BI) Nilai Tukar Rupiah/$ US (Ribu Rupiah) 1641 1650 1731 1797 1901 1992 2062 2110 2200 2308 2383 4650 8025 7085 9595 10400 8940 8465 9290 9830 9020 9419 9531 12 10 8 6 4 2 2008 2006 2004 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 0 Gambar 4.3 Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008 Melihat data yang dikeluarkan Bank Indonesia diatas, posisi kurs pada tahun 1986 sampai dengan tahun 1996 masih berada dibawah 2500. setelah ditetapkannya sistem nilai tukar mengambang kurs rupiah terhadap dollar Amerika telah mengalami tekanan yang cukup tinggi dari level Rp. 2.383 pada tahun 1996 menjadi Rp 4.650 pada tahun 1997. pada tahun 1998 kurs rupiah mengalami penurunan atau melemah tajam ke level Rp. 8.025 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi makro indonesia yang belum berangsur pulih. Dari data kurs pada tahun 1999 dapat disimpulkan bahwa terjadi apresiasi rupiah ke level 7.085 hal ini tentunya menengarai mulai membaiknya perekonomian nasional, aroma perpolitikan nasional yang kental cukup berpengaruh terhadap fluktuasi kurs 1999. Hal ini nampak pada pertengahan pertengahan juli pasca pemilu yang diwarnai dengan terapresiasinya kurs rupiah. hal ini disebabkan pula oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi nilai tukar, antara lain : penanda tanganan hutang luar negeri terhadap IMF, kebijakan uang ketat, serta pembekuan beberapa bank. Kondisi tersebut juga didukung oleh perubahan kepemimpinan politik kepada Presiden Habibie, yang membawa harapan bagi para pelaku pasar. Kondisi tersebut bertahan dengan fluktuasi yang relatif tipis sampai pada era presiden Abdurrahman Wahid. Namun selama tahun 2000, posisi kurs mengalami pelemahan ke level 9.595. puncaknya pada tahun 2001 kurs pada melemah secara tajam ke level 10.400, hal ini terjadi karena pemerintah sedang mencari formulasi yang tepat untuk mengatasi berbagai tuntutan recovery perekonomian. Selain itu kondisi politik juga kembali bergejolak dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Abdurrahman Wahid kepada Presiden Megawati Sukarno Putri. Keadaan kurs rupiah terhadap dollar pada tahun 2002 mengalami kondisi yang membaik ke Rp 8.940. Menguatnya keadaan rupiah selama tahun 2002 secara umum berkaitan dengan membaiknya faktor-faktor pendukung yang mengangkat keadaan rupiah. Beberapa peristiwa yang mendorong beberapa penguatan kurs rupiah antara lain adanya sentimen positif pasar, membaiknya stabilitas politik, apresiasi mata uang Negara-negara Asia terhadap USD, tersedianya pasokan valas yang cukup serta keberhasilan reschedulng utang luar negeri pemerintah dalam forum paris club III. Keadaan kurs yang membaik ini berlanjut hingga tahun 2003 yakni Rp 8.465. kurs rupiah pada tahun 2004 kembali melemah ke Rp. 9.290, keadaan ini terutama disebabkan oleh faktor eksternal tekanan terhadap rupiah, dipicu oleh perubahan sentimen akibat adanya analisis mengenai prospek perekonomian dunia yang menandai adanya kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Pelemahan kurs rupiah ini masih terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah Rp. 9.830, dan sempat menguat pada tahun 2006 ke Rp. 9.020, akan tetapi pada tahun 2007 dan 2008 kurs rupiah kembali melemah seiring dengan terjadinya krisis global. D. Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini dibahas mengenai analisis ekonomi dan analisis statistik dari hasil regresi persamaan pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap volume ekspor indonesia tahun 1986-2008 dengan pendekatan model regresi berganda (multiple regression) metode OLS (Ordinary Least Square) serta pengolahan data dengan menggunakan software E-views 5. 1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas data dengan menggunakan uji akar unit (unit root test) dilakukan untuk menentukan stasioneritas atau tidaknya suatu data time series. Pengujian stasioneritas dilakukan terhadap seluruh variabel, model yang digunakan oleh peneliti didasarkan pada Augmented Dickey Fuller Test, untuk perhitungannya digunakan komputer dengan menggunakan software Eviews 5.0. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Output Unit Root Test Augmented Dickey-Fuller pada tingkat Level No. 1 Variabel PDGN 2 KRDT Level Critical Value ADF-test 5% 3.693693 -3.004861 1.180993 -3.004861 3 EXC -0.652687 4 DM -1.414214 Sumber: Data diolah -3.004861 -3.004861 Kesimpulan Data Stasioner Data Tidak Stasioner Data Tidak Stasioner Data tidak Stasioner Berdasarkan tabel hasil uji akar unit diatas menunjukan bahwa besarnya tingkat level pada PDGN sudah stasioner tetapi variabel KRDT, EXC, dan DM adalah memiliki nilai ADFtest masih lebih kecil dari nilai probability tidak signifikan 5% test critical value dan 5% = data tidak stasioner. Informasi diatas menunjukan bahwa ada tiga variable (KRDT, EXC, dan DM) adalah tidak stasioner, sehingga perlu dilakukan proses difference pada orde pertama (1 st – difference). Hasil dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Output Unit Root Test Augmented Dickey-Fuller pada tingkat first difference No. Variabel 1 2 3 PDGN KRDT EXC Level Critical Value 5% ADF-test -1.713279 -3.350717 -4.313522 -3.012363 -3.012363 -3.012363 4 DM -3.007926 Sumber: Data diolah -3.012363 Kesimpulan Data Tidak Stasioner Data Stasioner Data Stasioner Data Tidak Stasioner Setelah dilakukan proses tingkat defferensi tingkat pertama (1 st – difference) pada KRDT dan EXC menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih besar dari 5% test critical value dan nilai probability signifikan pada 5% yang berarti variabel tersebut stasioner pada order pertama atau 1 st – difference = data stasioner. Akan tetapi pada variabel PDGN dan DM menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih kecil dari signifikan pada 5% test critical value dan nilai probability tidak 5% yang berarti variabel tersebut tidak stasioner. Informasi diatas menunjukan bahwa ada dua variable (PDGN dan DM) adalah tidak stasioner, sehingga perlu dilakukan proses difference pada orde kedua (2 st – difference). Hasil dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Output Unit Root Test Augmented Dickey-Fuller pada tingkat Second difference No. Variabel ADF-test 1 PDGN -6.328576 2 KRDT -6.227101 3 EXC -6.309320 4 DM -5.749889 Sumber: Data diolah Level Critical Value 5% -3.020686 -3.020686 -3.020686 -3.020686 Kesimpulan Data Stasioner Data Stasioner Data Stasioner Data Stasioner Setelah dilakukan proses tingkat defferensi tingkat kedua (2 st – difference) pada PDGN, KRDT, EXC, dan DM menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih besar dari 5% test critical value dan nilai probability signifikan pada 5% yang berarti seluruh variabel indeks stasioner pada order kedua atau 2st – difference = data stasioner. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Multikolinier menunjukkan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara variabel penjelas dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelas adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara niali t-stat, F-stat dan ttabel dan F-tabel. Hasil uji multikolinieritas dengan deteksi klien adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas dengan Deteksi Klien R2 Hasil Regresi Berganda utama 0.967299 R2 regresi auxiliary KRDT R2 regresi auxiliary EXC R2 regresi auxiliary DM Sumber: Data diolah 0.547578 0.846262 0.765534 Dari hasil uji multikolinieritas deteksi klien diatas, nilai R2 regresi auxiliary variabel independen KRDT, EXC dan DM lebih kecil dari nilai R2 hasil regresi utama. Maka dapat dikatakan tidak ada masalah multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem Autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Gujarati, 2007 : 112). 1. Uji Breusch-Godfrey Uji breusch-godfrey atau uji L-M adalah pengganda langrange. Hasil uji Breusch-Godfrey yakni : Tabel 4. 8 Uji Breusch-Godfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared Sumber: Data diolah 0.173822 0.460916 Probability Probability 0.841922 0.794170 Dari hasil uji Breusch-Godfrey diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi, karena nilai probability Obs-*R-squared 0.794170 nilainya lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Dan nilai Obs*R-squared-nya adalah 0.460916 lebih kecil dari nilai X2 tabel (5,9915). c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas (Gujarati, 2007 : 82). Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas (Cross Term) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.959148 8.142932 Probability Probability 0.502868 0.419634 Sumber: Data diolah Dari hasil uji white cross term diatas, nilai probability untuk Obs*Rsquared nilainya adalah 0.419634 nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan heteroskedastisitas. d. Uji Normalitas Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007 : 164). Dari hasil olah data maka hasil uji normalitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Uji Normalitas (Jarque-Bera) 7 Series: Residuals Sample 1986 2008 Observations 23 6 5 4 3 2 1 0 -15 -10 -5 0 5 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -5.44e-15 -1.089127 9.884954 -16.60009 5.683051 -0.718784 4.363123 Jarque-Bera Probability 3.761177 0.152500 10 Sumber: Data diolah Dari uji normalitas diatas, nilai probability-nya adalah 0.152500 ternyata lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan normalitas. e. Uji Linieritas Uji linieritas ini didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Atau untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier (Insukindro : 2003:65). Deteksi uji linieritas ini dengan menggunakan uji Ramsey RESET Test. Dari hasil olah data maka hasil uji linieritas (Ramsey RESET Test) adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Uji Ramsey RESET Test : Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio 0.098923 0.126056 Probability Probability 0.756742 0.722557 Sumber: Data diolah Dari uji linieritas diatas, nilai probability-nya adalah 0.722557 ternyata lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan linieritas. 2. Hasil Regresi Berganda Rumus yang digunakan dalam model penelitian regresi berganda ini, adalah sebagai berikut : Y = a0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e PDGN = a 0 + β1 KRDT + β2 EXC + β3 DM + e Hasil estimasi variabel-variabel yang mempengaruhi volume ekspor melalui pendekatan regresi berganda dan metode OLS hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil Regresi Linier Berganda Utama Dependent Variable: PDGN Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:21 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C KRDT EXC DM 9.610904 0.383439 4.351224 -16.03115 2.523495 0.032239 0.923670 5.271733 3.808569 11.89353 4.710801 -3.040965 0.0012 0.0000 0.0002 0.0067 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.967299 0.962136 6.115276 710.5355 -72.08662 2.133934 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 53.51226 31.42688 6.616228 6.813705 187.3409 0.000000 Sumber: Data diolah Dan hasil estimasi dan model dari persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut : Estimation Command: ===================== LS PDGN C KRDT EXC DM Estimation Equation: ===================== PDGN = C(1) + C(2)*KRDT + C(3)*EXC + C(4)*DM Substituted Coefficients: ===================== PDGN = 9.610904481 + 0.3834394641*KRDT + 4.351224491*EXC - 16.03115416*DM 3. Hasil Uji Statistik (Signifikansi) a. Uji Signifikansi t-Statistik Uji t-Stasistik adalah uji untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan data, dilihat dari nilai probability-nya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas kredit perbankan dan kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (variabel dummy) terhadap variabel terikat yakni volume ekspor indonesia. b. Uji Signifikansi F-Statistik Uji F statistik adalah untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi yaitu pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan variabel tidak bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah. Dilihat dari nilai probabilitasnya persamaan volume ekspor mempunyai nilai probability F-statistik 0,000000; menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas kredit perbankan, kurs, krisis ekonomi tahun 1998 (variabel dummy) dalam pengamatan ini secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel terikat volume ekspor indonesia . 4. Interpretasi Hasil Regresi Estimation Command: ===================== LS PDGN C KRDT EXC DM Estimation Equation: ===================== PDGN = C(1) + C(2)*KRDT + C(3)*EXC + C(4)*DM Substituted Coefficients: ===================== PDGN = 9.610904481 + 0.3834394641*KRDT + 4.351224491*EXC - 16.03115416*DM a. Interpretasi koefisien variabel kredit perdagangan (KRDT) = 0.383439 Interpretasi : Jika nilai kredit perbankan (sektor perdagangan) naik sebesar satu satuan secara rata-rata maka volume ekspor akan naik sebesar 0.383439 persen. b. Interpretasi koefisien variabel kurs rupiah terhadap dolar amerika (EXC) = 4.351224 Interpretasi : Jika kurs rupiah terhadap dollar amerika naik sebesar satu satuan secara rata-rata maka volume ekspor akan naik sebesar 4.351224 persen. c. Interpretasi koefisien variabel dummy crisis (DM) = -16.03115 Interpretasi : bahwasanya krisis ekonomi 1998 berpengaruh secara negatif terhadap volume ekspor. Dan volume ekspor menurun sebesar -16.03115 persen. d. Interpretasi R-squared = 0.967299 Interpretasi : 96,7% permasalahan yang ada bisa dijelaskan oleh variabel yang ada didalam model, selebihnya 3,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. a. Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Perolehan hasil estimasi kredit perbankan dapat dilihat bahwa koefisiennya bernilai 0.383439 dan bertanda positif. Artinya perbankan sebagai lembaga intermediasi sangat mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian. Dalam hal pemberian kredit khususnya ekspor telah menunjukkan bahwa kredit perdagangan ini menjadi salah satu sumber pemodalan untuk menjaga kelangsungan usaha, perkembangan usaha serta keuntungan dalam kegiatan perekonomian. Maka volume ekspor indonesia akan naik juga sebesar 0.383439 persen. Oleh Suseno dan Piter A. (2003:6) dikatakan bahwa pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya, Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Dan Levine (1998:596-613) Menjelaskan bahwa pemberian kredit perbankan sangat berperan dalam penentuan tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Ketika perusahaan, atau masyarakat meminjam dana di pasar uang (perbankan) untuk mendorong proses kegiatan ekonomi, maka perusahaan tersebut akan mempertinggi tingkat investasinya (dalam hal ini tingkat suku bungapun berperan). Tercermin dari peningkatan produksi yang lebih banyak, peluang besar bagi para pekerja agar terus dipekerjakan, dapat mengatasi pengangguran dan penciptaan lapangan kerja baru, serta pendapatan perkapita yang meningkat. Dan keadaan ini merupakan cerminan pendorong laju pertumbuhan ekonomi. b. Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Perolehan hasil estimasi kurs dapat dilihat bahwa koefisiennya bernilai 4.351224 dan bertanda positif. Artinya setiap kurs dollar mengalami apresiasi (menguat) dan kurs rupiah mengalami depresiasi (melemah), hal ini akan menyebabkan volume ekspor meningkat sebesar 4.351224 persen. Jika mata uang dalam negeri melemah terhadap dollar Amerika, maka harga jual akan menjadi lebih murah diluar negeri, sehingga lebih banyak lagi konsumen diluar negeri mampu berbelanja produk Indonesia. Hal ini akan mendorong semangat dari para eksportir untuk lebih giat memasarkan produk-produknya. Sadono Sukirno (2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan menyebabkan perubahan keatas ekspor maupun impor. Jika kurs dollar Amerika serikat mengalami apresiasi maka nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila kurs dollar Amerika meningkat maka volume ekspor juga akan meningkat. Anwar Nasution (1996:16) kurs riil yang meningkat mencerminkan bahwa tingkat harga di pasar luar negri lebih tinggi dari tingkat harga di pasar domestik. Ia mengindikasikan bahwa daya saing perekonomian domestik meningkat di pasar global. Sebaliknya kurs riil yang menurun mencerminkan daya saing perekonomian domestik menurun di pasar internasional sehingga tingkat harga di pasar domestik lebih tinggi dari tingkat harga di pasar global. Selanjutnya Boediono (1981:53) apabila mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi terhadap mata uang asing (over valued exchange rate) maka macam barang yang di ekspor menyempit. Devaluasi bisa memperluas macam barang yang bisa di ekspor, disamping bisa meningkatkan volume barang-barang ekspor yang ada. c. Krisis Ekonomi Tahun 1998 Hasil estimasi dummy crisis koefisiennya bernilai -16.03115, bahwa krisis ekonomi yang terjadi di indonesia pada tahun 1998 mempunyai pengaruh negatif terhadap volume ekspor. Maka volume ekspor Indonesia turun sebesar -16.03115 persen. Hal ini disebabkan oleh terdepresiasinya kurs rupiah di iringi dengan volatilitas kurs yang tinggi serta tingkat inflasi yang tinggi. Pada saat krisis posisi kurs memang mengalami depresiasi, tetapi depresiasi rupiah tidak menaikan ekspor malah menurunkan ekspor. Keadaan ini terjadi karena ekspor kurang kompetitif sehingga nilainya cenderung kecil (Ika. A Rahutami, 2008:58). Selanjutnya, Siregar, Reza dan Ramkishen S. Rajan (2002:123) Bukannya meningkatkan pertumbuhan ekspor, depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika pada tahun 1997-1998 telah menyebabkan melemahnya ekspor. Dengan fakta rupiah dalam pengertian nominal turun rata-rata 0,8 persen perhari terhadap dollar Amerika antara Juli 1997 dan Januari 1998, sedangkan total ekspor perdagangan Indonesia dalam dollar Amerika menurun sebesar 8,6 persen pada akhir tahun 1998 dibanding dengan tahun 1997. Tidak hanya terdepresiasi saja, kurs rupiah terhadap dollar AS pada saat krisis mengalami volatilitas yang tinggi dan sangat rentan, yang menyebabkan keadaan perdagangan menjadi tidak stabil dan beresiko sehingga akan menghambat intervensi ke luar negeri, eksportir sulit menetapkan harga produkproduk, menghitung dan menentukan biaya produksi, serta ketikpastian ini mendorong pelaku usaha untuk menutup resiko dengan memasang harga tinggi sehingga berimplikasi pada daya saing bisnis yang relatif rendah. Ika. A Rahutami dan Sriyani. K (2007:1) Dalam jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan. Selanjutnya, Hau (2002) integrasi perdagangan dan volatilitas nilai tukar riil secara struktural berkait dan memiliki korelasi negatif. Selanjutnya, krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1998 menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, sehingga berdampak pada biaya produksi barang ekspor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan eksportir tidak mampu berproduksi maksimal sehingga menyebabkan ekspor menjadi turun, karena untuk memproduksi barang ekspor diperlukan biaya yang tinggi (I Nyoman R.H, 2005:6). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh kredit perbankan, kurs terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008, serta pengaruh variabel dummy crisis tahun 1998 terhadap volume ekspor Indonesia. Hasil yang diperoleh dari hasil estimasi adalah : 1. Terdapat pengaruh positif kredit perbankan (sektor perdagangan) terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008. Semakin meningkat kredit perbankan maka semakin meningkat pula volume ekspor, artinya perbankan sebagai lembaga intermediasi sangat mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian. Dalam hal pemberian kredit khususnya ekspor telah menunjukkan bahwa kredit perdagangan ini menjadi salah satu sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan usaha. 2. Terdapat pengaruh positif kurs rupiah perdollar AS terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008. Artinya semakin tinggi kurs dollar dibanding kurs rupiah maka semakin meningkat volume ekspor. Dengan kata lain, setiap kurs dollar mengalami apresiassi (menguat) dan kurs rupiah mengalami depresiasi (melemah), hal ini akan menyebabkan volume ekspor meningkat. Jika mata uang dalam negeri melemah terhadap dollar AS, maka harga jual akan menjadi lebih murah diluar negeri, sehingga lebih banyak lagi konsumen diluar negeri mampu berbelanja produk Indonesia. Hal ini akan mendorong semangat dari para eksportir untuk lebih giat memasarkan produk-produknya. 3. Terdapat pengaruh negatif krisis ekonomi tahun 1998 terhadap volume ekspor Indonesia. Hal ini disebabkan oleh terdepresiasinya kurs rupiah diiringi dengan tingkat volatilitas kurs rupiah yang sangan rentan, serta tingkat inflasi yang tinggi. Sehingga, krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia menyebabkan penurunan ekspor. B. Saran 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit perbankan berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008. Dapat disarankan kepada otoritas perbankan khususnya bank-bank umum di Indonesia untuk lebih mempermudah akses pemberian kredit kepada para eksportir sehingga dapat mendorong kegiatan usaha dan kegiatan perekonomian dibidang ekspor yang produktif yang berujung pada pertumbuhan ekonomi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krus rupiah terhadap dollar AS berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor Tahun 19862008. Dapat disarankan kepada pemerintah dan otoritas moneter agar tetap melakukan intervensi terhadap dollar Amerika sehingga nilai kurs rupiah stetap pada posisi yang stabil. 3. Dalam penelitian ini hanya terdapat tiga variabel independen, selain kredit perbankan dan kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 penulis mengharapkan untuk para peneliti selanjutnya agar menambah lebih banyak variabel-variabel independen agar pembahasan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi volume ekspor dapat di estimasi lebih luas lagi. DAFTAR PUSTAKA A. Hartadi. Sarwpnp, dan Wirjoyo, perry. 1998. “Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel : suatu pemikiran untuk meneraokannya di inonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli. A. ika. Rahutami. Dan Yani, Sri. Kusumastuti.2006. “Dampak Volatilitas Nilai Tukar Terhadap Arus Perdagangan Indonesia (Pendekatan ARDL-ECM)”, Jurnal Ekonomi Indonesia. No2. Desember. Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia “Nilai Tukar Valuta Asing di Indonesia 1999”. Bank Indonesia. 2008. “Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia”. Boediono, 1981 “Ekonomi Internasional”edisi 1. BPFE, Yogyakarta. Departement Perdagangan dan Perindustrian ; 2005. Gede, Luh. Meydianawati.2007 “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)”, Buletin Studi Ekonomi. Vol.12 No 2 Jakarta. Gujarati, Damodar N. “Dasar-Dasar Ekonometrika” edisi ketiga. Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Gujarati, Damodar. Basic Econometrics, 4 tahun edition (Singapore : Mcgrawhill,2003) hal 18-20. Hamdani, 2007. “Seluk Beluk Perdagangan Ekspor-Impor” BUSHINDO, Jakarta. Heriqbaldi, Unggul.2006. “Dampak Perubahan Nilai Tukar Pada Neraca Perdagangan : Kasus Indonesia Dengan Dua Mitra Dagang Terbesar”, Majalah Ekonomi, Tahun XVI. No 2, Agustus. Ikhsan dan Tuwoi 1997. “Efektifitas Nilai Tukar Nominal Sebagai Instrumen Ontuk Mendukung Ekspor Non Migas”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan (EKI), Volume XIV No 2, LPEM-UI, Jakarta. Jayaratne, j. and P. Strahan. (1996). “ The Finance Growth Nexus, Evidence From Bank Branch Deregulation.” Quartely Journal of Economics III, 639-670. Kasmir, SE., MM. “Dasar-dasar Perbankan” Edisi 1. Cetak 2. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Krisna, Putu. S. Adwitya. 2007. “Analisis Beberapa factor yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Propinsi Bali Periode 1990-2006”. Jurnal Ekonomi dan Sosial. Levine, Rose. 1997, “Financial Development and Economic Growth : Views and Agenda.” Journal of Economic Literature, 35 (2), pp. 688-726. Levine, Rose. 1998 “The Legal Environment, Bank, and Long-run Economic Growth.” Journal of Money and Credit and Banking 30,596-613. Mankiw, Greogory. N. 2006. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. Nasution, Anwar (1996) ; Cara Pandang Teori Ekonomi Mengenai Tingkat Suku Bunga. Makalah , 4 Desember, Jakarta. Nopeline, Nancy. 2009 “Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia (Marshall-Lerner Condition dan Fenomena J-Curve”. Tesis Gelar Magister Sains. Nuralitha, Ratih. Pratika “Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar pada Ekspor Komodity Unggulan Pertanian (Karet dan Kopi) di Indonesia.” Skripsi Gelar Sarjana Ekonomi. Pinem, R. Juniartha. 2009. “Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. Priadi. 2000. “Perdagangan Internasional”, BUSHINDO, Jakarta. Peraturan dan Petunjuk Ekspor Indonesia, Badan Pengembangan Ekspor Nasional-Depaaartement Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta 2005. S. Miranda, Goeltom. “Perubahan Sektor Keuangan di Indonesia”. Buku Pemikiran dan Masalah Ekonomi di Indonesia Data Setengah Abad Terakhir (Jakarta : ISEI Kanisius, 1999) hal 319. Sabirin, Syahril. “Pemberdayaan Perbankan Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi di Indonesia” (Jakarta : Pidato Dies Natalies Universitas YARSI, 24 April 1999). Santoso, Wimboh. December 2002. “Indonesia’s Financial and Corporate Sector Reform” Banking Research and Regulation Directorate, Bank Indonesia. Salvatore, D., 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Ekspor 2004” Jilid 1. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Ekspor 2008” Jilid 1. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Ekspor 1998” Jilid 1. Sukirno, Sadono. 2000. Makro Eonomi Modern. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa. Susan, Flora. Nongsina dan M, Pos. Hutabarat. 2007 “Pengaruh Kebijakan Loberalisasi Perdagangan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekspor-Impor Indonesia”, Parallel Session IB : Trade I (Policy). Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok 2006 “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Edisi 2. salemba Empat, Jakarta. Undang-undang Dasar Republik Indonesia, No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Wilson, P. 2001. “Exchange Rate and The Trade Balance For Dynamic Asian Economics Does The J-Curve Exist for Singapore, Malaysia and Korea”, Open Economies Review, 12, 389-413. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008 Tahun Volume Ekspor Indonesia (juta dollar AS) 1986 14396 1987 17206 1988 19218 1989 22159 1990 25801 1991 29142 1992 33967 1993 36823 1994 40053 1995 45418 1996 49815 1997 53444 1998 48848 1999 48665 2000 62124 2001 56321 2002 57159 2003 61058 2004 71585 2005 85660 2006 100799 2007 114101 2008 137020 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) Lampiran 2 Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008 Posisi Kredit Sektor Perdagangan (Milyar Rupiah) 1986 8399 1987 10247 1988 13888 1989 20109 1990 29737 1991 33049 1992 32944 1993 37271 1994 44372 1995 54224 1996 70586 1997 85122 1998 96364 1999 43288 2000 44099 2001 48450 2002 65978 2003 84257 2004 111035 2005 134108 2006 162396 2007 215670 2008 217540 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) Tahun Lampiran 3 Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008 Nilai Tukar Rupiah/$ US (Rupiah) 1986 1641 1987 1650 1988 1731 1989 1797 1990 1901 1991 1992 1992 2062 1993 2110 1994 2200 1995 2308 1996 2383 1997 4650 1998 8025 1999 7085 2000 9595 2001 10400 2002 8940 2003 8465 2004 9290 2005 9830 2006 9020 2007 9419 2008 9531 Sumber : Bank Indonesia (BI) Tahun Lampiran 4 Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) Pada Tingkat Level Null Hypothesis: PDGN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* 3.693693 -3.769597 -3.004861 -2.642242 1.0000 Lampiran 5 Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) Pada Tingkat Level Null Hypothesis: KRDT has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* 1.180993 -3.769597 -3.004861 -2.642242 0.9969 Lampiran 6 Uji Stasioner Kurs (EXC) Pada Tingkat Level Null Hypothesis: EXC has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -0.652687 -3.769597 -3.004861 -2.642242 0.8389 Lampiran 7 Uji Stasioner Krisis Ekonomi (DM) Pada Tingkat Level Null Hypothesis: DM has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -1.414214 -3.769597 -3.004861 -2.642242 0.5566 Lampiran 8 Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) Pada Tingkat First Difference Null Hypothesis: D(PDGN) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -1.713279 -3.788030 -3.012363 -2.646119 0.4105 Lampiran 9 Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) Pada Tingkat First Difference Null Hypothesis: D(KRDT) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -3.350717 -3.788030 -3.012363 -2.646119 0.0253 Lampiran 10 Uji Stasioneritas Kurs (EXC) Pada Tingkat First Difference Null Hypothesis: D(EXC) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -4.313522 -3.788030 -3.012363 -2.646119 0.0032 Lampiran 11 Uji Stasioneritas Krisis Ekonomi (DM) Pada Tingkat First Difference Null Hypothesis: D(DM) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -3.007926 -3.788030 -3.012363 -2.646119 0.0504 Lampiran 12 Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) Pada tingkat Second difference Null Hypothesis: D(PDGN,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -6.328576 -3.808546 -3.020686 -2.650413 0.0000 Lampiran 13 Uji Stasioneritas kredit Perbankan (KRDT) Pada tingkat Second difference Null Hypothesis: D(KRDT,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -6.227101 -3.808546 -3.020686 -2.650413 0.0001 Lampiran 14 Uji Stasioneritas kurs (EXC) Pada tingkat Second difference Null Hypothesis: D(EXC,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -6.309320 -3.831511 -3.029970 -2.655194 0.0001 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19 Lampiran 15 Uji Stasioneritas krisis Ekonomi (DM) Pada tingkat Second difference Null Hypothesis: D(DM,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. t-Statistic Prob.* -5.749889 -3.808546 -3.020686 -2.650413 0.0002 Lampiran 16 Uji Multikolinieritas (Regresi Auxiliary Variabel Independen KRDT) Dependent Variable: KRDT Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:49 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C EXC DM -1.920471 19.01909 -62.68882 17.49728 4.791238 33.77015 -0.109758 3.969556 -1.856338 0.9137 0.0008 0.0782 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.547578 0.502336 42.41456 35979.90 -117.2206 0.527820 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 72.31013 60.12387 10.45397 10.60208 12.10328 0.000359 Lampiran 17 Uji Multikolinieritas (Regresi Auxiliary Variabel Independen EXC) Dependent Variable: EXC Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:52 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable C KRDT DM R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 1.503684 0.023170 4.809569 0.510046 0.005837 0.687103 2.948135 3.969556 6.999780 0.0080 0.0008 0.0000 0.846262 0.830888 1.480418 43.83275 -40.05179 1.275150 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 5.479348 3.599953 3.743634 3.891742 55.04557 0.000000 Lampiran 18 Uji Multikolinieritas (Regresi Auxiliary Variabel Independen DM) Dependent Variable: DM Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:54 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C KRDT EXC -0.161231 -0.002345 0.147650 0.100783 0.001263 0.021093 -1.599784 -1.856338 6.999780 0.1253 0.0782 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.765534 0.742088 0.259387 1.345629 0.008687 1.491506 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.478261 0.510754 0.260114 0.408222 32.65016 0.000001 Lampiran 19 Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.173822 0.460916 Probability Probability 0.841922 0.794170 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:36 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C KRDT EXC DM RESID(-1) RESID(-2) -0.237527 0.001277 0.023120 0.020368 -0.106895 -0.107779 2.673251 0.033847 0.968548 5.518711 0.244976 0.246035 -0.088853 0.037731 0.023871 0.003691 -0.436350 -0.438062 0.9302 0.9703 0.9812 0.9971 0.6681 0.6669 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.020040 -0.268184 6.399892 696.2965 -71.85382 1.932510 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -5.44E-15 5.683051 6.769898 7.066113 0.069529 0.996028 Lampiran 20 Uji Heteroskedastisitas (Cross Term) White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.959148 8.142932 Probability Probability 0.502868 0.419634 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:32 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C KRDT KRDT^2 KRDT*EXC KRDT*DM EXC EXC^2 EXC*DM DM -552.5882 -2.717140 0.001121 -0.665436 8.431675 377.2336 -12.33656 -151.2888 -401.9383 326.3635 2.000455 0.006898 0.572983 6.109487 214.5853 6.757120 121.0672 303.8672 -1.693168 -1.358261 0.162568 -1.161355 1.380095 1.757965 -1.825712 -1.249626 -1.322743 0.1125 0.1959 0.8732 0.2649 0.1892 0.1006 0.0893 0.2319 0.2071 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.354041 -0.015079 58.36223 47686.09 -120.4599 1.844357 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 30.89285 57.92711 11.25739 11.70171 0.959148 0.502868 Lampiran 21 Uji Normalitas (Jarque-Bera) 7 Series: Residuals Sample 1986 2008 Observations 23 6 5 4 3 2 1 0 -15 -10 -5 0 5 10 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -5.44e-15 -1.089127 9.884954 -16.60009 5.683051 -0.718784 4.363123 Jarque-Bera Probability 3.761177 0.152500 Lampiran 22 Uji Linieritas (Ramsey RESET Test) Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio 0.098923 0.126056 Probability Probability 0.756742 0.722557 Test Equation: Dependent Variable: PDGN Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:39 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C KRDT EXC DM FITTED^2 8.174926 0.422289 4.789681 -18.84164 -0.000644 5.246889 0.127859 1.684935 10.44140 0.002047 1.558052 3.302759 2.842650 -1.804513 -0.314521 0.1366 0.0040 0.0108 0.0879 0.7567 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.967478 0.960251 6.265656 706.6519 -72.02359 2.241701 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 53.51226 31.42688 6.697704 6.944550 133.8669 0.000000 Lampiran 23 Hasil Regresi Linier Berganda Utama Dependent Variable: PDGN Method: Least Squares Date: 11/26/10 Time: 10:21 Sample: 1986 2008 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C KRDT EXC DM 9.610904 0.383439 4.351224 -16.03115 2.523495 0.032239 0.923670 5.271733 3.808569 11.89353 4.710801 -3.040965 0.0012 0.0000 0.0002 0.0067 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.967299 0.962136 6.115276 710.5355 -72.08662 2.133934 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 53.51226 31.42688 6.616228 6.813705 187.3409 0.000000