PENGARUH KREDIT PERBANKAN DAN KURS

advertisement
PENGARUH KREDIT PERBANKAN DAN KURS TERHADAP VOLUME
EKSPOR INDONESIA TAHUN 1986-2008
SKRIPSI
OLEH :
TITIK ETIKA
106084002767
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Titik Etika
NIM : 106084002767
Jurusan : Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH
KREDIT PERBANKAN DAN KURS TERHADAP VOLUME EKSPOR
INDONESIA TAHUN 1986-2008” adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisisi saya sendiri serta bukan
merupakan replika maupun sandaran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replika maka skripsi ini dianggap
gugur dan harus melaksanakan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
kelulusan serta gelarnya yang dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dbuat dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 12 November 2010
Titik Etika
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Titik Etika
NIM : 106084002767
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal, Lahir : Bogor. 08 Mei 1988
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 no.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota
Depok
No. Telepon : 085717289073
E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1994-2000 : Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur’an
Tahun 2000-2003 : Madrasah Tsanawiyah Alkarimiyah
Tahun 2003-2006 : Madrasah Aliyah Alkarimiyah
Tahun 2006-2010 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Lily Mualih, S.Pd
2. Tempat, Tanggal, Lahir : Bogor, 17 Juni 1962
3. Alamat : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 n0.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok
4. Ibu : Nurlaela
5. Tempat, Tanggal, Lahir : Bogor, 05 April 1965
6. Alamat : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 n0.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok
7. Anak : Dari Lima (5) Bersaudara
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara presidium sementara BEMJ IESP periode 2006-2007.
2. Ketua BEMJ IESP periode 2007-2008.
3. Bendahara umum BEM FEB periode 2008-2009.
5. Divisi gender PMII Cabang Ciputat periode 2007-2008.
6. Divisi gender PMII KOMFEB periode 2008-2009.
ABSTRACT
The objective of this research is to analyze the effect of some independent
variables : banking credit, exchange rate, as well as dummy (the economic crisis
of 1998) to dependent variable, that is the fluctuation of Indonesian export. The
method of analysis is applied ordinary leas square, during the periode of 19862008. Data processing is using eviews 5.
The result of analysis is that there is significant influence of independent
variables of banking credit, exchange rate, and dummy variable (the economic
crisis of 1998) to dependent variable, the fluctuation of Indonesian export in the
periode 1986-2008.
Keywords : Fluctuation of Exports, Bank Credit, Exchange Rate.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel
independen yakni kredit perbankan, kurs serta variabel dummy (krisis ekonomi
tahun 1998) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia. Metode
analisis yang digunakan adalah ordinary leas square (OLS), analisis ini dalam
kurun waktu 1986-2008 dan alat pengolahan data dengan eviews 5.
Hasil penelitian ini yakni terdapat pengaruh yang signifikan variabel
independen kredit perbankan, kurs, serta variabel dummy (krisis ekonomi tahun
1998) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia tahun 1986-2008.
Kunci : Volume Ekspor, Kredit Perbankan, Kurs.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs Terhadap Volume Ekspor
Indonesia Tahun 1986-2008”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu,
memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan dukungan moril kepada penulis baik
selama masa perkuliahan maupun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Lukman, MSi selaku Ketua Jusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan
saran
dan
masukan
bagi
penulis
dalam
rangka
penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini.
5. Staf Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan dan
bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Terkhusus untuk
ibu dian bagian keuangan FEB yang selalu memberi semangat buat saya,
“Makasih ibu..”.
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta ayahanda Lili Mualih, Spd dan
ibunda Nurlaila, yang telah membesarkan, mengasuh, memberi pendidikan
yang terbaik, yang selalu memberikan nasihat-nasihat serta motivasi dan
semangat dalam berbagai hal baik moril maupun materil. “Terima kasih
banyak pah mah… moga kedepannya tika menjadi orang yang sukses yang
bisa membahagiakan keluarga.. amien..”. Terima kasih juga kepada
saudara-saudara ku tersayang, abang yang selalu membuat saya selalu
termotivasi untuk sukses, buat adik-adikku agung, rizki, dan mita .
7. Kepada teman-teman ku tercinta IESP angkatan 2006, Terkhusus buat
sahabat-sahabat ku tersayang yang selalu memberi semangat, teruntuk
mba’ vera, oya, ifad, rahma, qtink, sapi, yunita, was, yanti, upi, iwan, ikel,
awank, randi, jack, anda, babeh, bakar, oom. Good luck yach..
8. Buat sahabat-sahabati PMII KOMFEB UIN Jakarta, dan para rekan serta
simpatisan Partai Persatuan Mahasiswa, yang selalu membimbing saya
dalam berorganisasi, yang selalu memberi motivasi saya ketika menjadi
Ketua Bem Jurusan IESP periode 2007-2008, menjadi bendahara Bem
Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2008-2009. Teruntuk mantan ketua
umum PMII cabang ciputat abang sultan, mantan ketua-ketua umum PMII
KOMFEB abang alwi, ka bongkeng, bang ropik, badri. Buat mantan
presiden BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2007-2008 sdr. Nurul
sobah, periode 2008-2009 sdr. Abraham firdaus ghofur. Buat danang, ipul,
H. muis, ayu, ita, bang onta, dan sahabat-sahabati semuanya serta adikadik jurusan IESP semoga kalian tetap semangat dalam menjalani masa
perkuliahan.
9. Buat levi Ahyar dan Ahmad Fauzie yang juga selalu memberi support
dalam penyelesaian skripsi ini, Dan buat temen-temen OZ FM KemangJakarta, buat ponggawa-ponggawa tercinta ka’nggok, oomleeo, itto, raben
dan ozzers khususnya legalers “thanks yach dukungannya..”.
Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya
ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna mencapai tulisan ini
pada masa mendatang. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan ridho
dan karunianya kepada kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Jakarta, 12 November
2010
Penulis
Titik Etika
DAFTAR ISI
ABSTRAK.………………………………………….......................................
i
ABSTRACT......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….
iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………....
ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...
x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian………………………………………………......
1
B. Perumusan Masalah………………………………………………….….…..
11
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian…………………………………………......
11
1. Tujuan Penelitian………………………………………………….....
11
2. Manfaat Penelitian………………………………………………......
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...............................................................................................
13
1. Ekspor........................................................................................................
13
a. Pengertian Ekspor...............................................................................
13
b. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor.....................................................
13
c. Prosedur Ekspor..................................................................................
14
d. Strategi Pemasaran Ekspor.................................................................
15
e. Pengelompokkan Barang Ekspor........................................................
18
2. Kredit.........................................................................................................
19
a. Pengertian Kredit................................................................................
19
b. Fungsi dan Manfaat Kredit.................................................................
20
c. Jenis Kredit……………………………………………...……….....
20
d. Pertimbangan Penyaluran Dana.........................................................
21
e. Hubungan Kredit Dengan Ekspor.......................................................
24
3. Kurs...............................................................…………………………...
25
a. Pengertian Kurs.................……………………………..………......
25
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs..........………...………….
25
c. Kurs Nominal Dan Kurs Riil……………………………………......
28
B. Penelitian Terdahulu……………………………………………………….
28
C. Teori Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs, dan Krisis Ekonomi Terhadap
Volume Ekspor.............................................................................................
31
D. Kerangka Berpikir………………………………………………………....
37
E. Hipotesis…………………………………………………………………....
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..……...
40
B. Metode Pengumpulan Data………………………………………………..
40
C. Metode Analisis…………………………………………………………….
40
1. Uji Stasioneritas……………………………………………..............
41
2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………….......
42
3. Uji Statistik (Signifikansi)…………………………………………..
45
D. Definisi Operasional Variabel……………………………………………....
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008.....................................
48
B. Perkembangan Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008..
51
C. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat……………
53
D. Hasil dan Pembahasan……………………………………………………...
56
1. Hasil Uji Stasioneritas…………………………………………….....
57
2. Hasil Uji Asumsi Klasik……………………………………...………
59
3. Hasil Regresi Berganda…....................................................................
63
4. Hasil Uji Statistik (Signifikansi)…………………….………………..
64
5. Interpretasi Hasil Regresi…………………………………………......
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
71
B. Saran………………………………………………………………………....
72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
74
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Hal
Tabel 1.1
Data Ekspor Indonesia Tahun 2005-2008
3
Tabel 1.2
Perkembangan Ekspor Minyak Bumi dan
4
Gas Alam Tahun 2006-2008
(Juta Kg, Juta Dollar AS)
Tabel 1.3
Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Hasil
5
Komoditas Tahun 2006
Tabel 4.1
Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
48
Tabel 4.2
Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan)
51
Tahun 1986-2008
Tabel 4.3
Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika,
54
Tahun 1986-2008
Tabel 4.4
Uji Stasioneritas Output Unit Root Test
57
Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level
Tabel 4.5
Uji Stasioneritas Output Unit Root Test
58
Augmented Dickey-Fuller Pada
Tingkat First Difference
Tabel 4.6
Uji Stasioneritas Output Unit Root Test
59
Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat
Second Difference
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas dengan Deteksi Klien
60
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey)
60
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Cross Term)
61
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas (Jarque-Bera)
62
Tabel 4.11
Hasil Uji Linieritas (Uji Ramsey RESET Test)
63
Tabel 4.12
Hasil Regresi Linier Berganda Utama
64
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Hal
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
37
Gambar 4.1
Perkembangan Ekspor Indonesia
49
Tahun 1986-2008
Gambar 4.2
Perkembangan Kredit Perbankan-
52
(Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008
Gambar 4.3
Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap
Dollar Amerika Tahun 1986-2008
54
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Hal
Lampiran 1
Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
77
Lampiran 2
Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan)
78
Tahun 1986-2008
Lampiran 3
Data Krus Rupiah Terhadap Dollar Amerika
79
Tahun 1986-2008
Lampiran 4
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN)
80
Pada Tingkat Level
Lampiran 5
Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT)
81
Pada Tingkat Level
Lampiran 6
Uji Stasioneritas Kurs (EXC)
82
Pada Tingkat Level
Lampiran 7
Uji Stasioneritas Krisis Ekonomi (DM)
83
Pada Tingkat Level
Lampiran 8
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN)
84
Pada Tingkat First Difference
Lampiran 9
Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT)
85
Pada Tingkat First Difference
Lampiran 10
Uji Stasioneritas Kurs (DM)
86
Pada Tingkat First Difference
Lampiran 11
Uji Stasioneritas Krisis Ekonomi (DM)
87
Pada Tingkat First Difference
Lampiran 12
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN)
88
Pada tingkat Second difference
Lampiran 13
Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT)
89
Pada tingkat Second difference
Lampiran 14
Uji Stasioneritas Kurs (EXC)
90
Pada tingkat Second difference
Lampiran 15
Uji Stasioneritas Krisis (DM)
Pada tingkat Second difference
91
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Hal
Lampiran 16
Uji Multikolinieritas
92
(Regresi Auxiliary Variabel
Independen KRDT)
Lampiran 17
Uji Multikolinieritas
93
(Regresi Auxiliary Variabel
Independen EXC)
Lampiran 18
Uji Multikolinieritas
94
(Regresi Auxiliary Variabel
Independen DM)
Lampiran 19
Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey)
95
Lampiran 20
Uji Heteroskedastisitas (Cross Term)
96
Lampiran 21
Uji Normalitas (Jarque-Bera)
97
Lampiran 22
Uji Linieritas (Ramsey RESET Test)
98
Lampiran 23
Hasil Regresi Linier Berganda Utama
99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan beragam jumlahnya
tidak dapat dipenuhi seluruh jenisnya oleh produksi yang dihasilkan didalam
negeri semata, sementara itu kenaikan kapasitas produksi dari berbagai komoditi
membutuhkan pasar yang lebih luas tidak hanya dalam negeri. Keadaan tersebut
mendorong terjadinya kegiatan perdagangan luar negeri baik barang maupun jasa
yang terus menerus meningkat nilainya. Globalisasi ekonomi telah menciptakan
hubungan yang saling ketergantungan antar negara-negara. Keadaan seperti itu
memicu semua negara dibelahan dunia termasuk Indonesia untuk melakukan
perdagangan luar negeri yang kita kenal dengan ekspor dan impor.
Ekspor merupakan sistem perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri
ke luar negeri (Mankiw, 2006:128). Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan
ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa
negara. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai
penghasil devisa, tentu saja dengan tetap memperhatikan keanggotaan Indonesia
di WTO (World Trade Organisation), terbentuknya pasar bebas di ASEAN dan
perhatian terhadap blok-blok perdagangan lainnya.
Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri menjadi
sangat penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan
ekspor. Tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan
prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Selain itu, kebijakan
ekspor Indonesia perlu lebih menekankan pada pembukaan akses pasar yang
memang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh produsen eksportir Indonesia.
Promosi ekspor Indonesia perlu didorong keberlanjutan dan sinerginya dengan
mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri, serta peningkatan daya saing
menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Karenanya perlu
diprogramkan upaya-upaya peningkatannya dalam rangka pengembangan ekspor
Indonesia.
Bukan lagi suatu rahasia umum bahwa era perdagangan bebas adalah era
persaingan. Oleh sebab itu indonesia harus berupaya meningkatkan efisiensi,
produktivitas, kapasitas produksi dan inovasi guna bertujuan untuk peningkatan
daya saing produk-produk Indonesia dipasar dunia.
Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan pemerintah dalam upaya untuk
meningkatkan ekspor Indonesia yakni dengan diplomasi perdagangan luar negeri,
dimana perdagangan luar negeri merupakan bagian dari diplomasi ekonomi.
Dengan semakin kuatnya persaingan yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan
luar negeri, diplomasi perdagangan luar negeri harus menjadi ujung tombak
sekaligus prioritas utama politik luar negeri Indonesia. Secara sederhana,
diplomasi perdagangan luar negeri merujuk pada upaya-upaya diplomasi untuk
mendapatkan pasar yang lebih luas bagi ekspor Indonesia serta dalam upaya
pembentukan dan penguatan kerjasama ekonomi.
Tabel 1.1
Data Ekspor Indonesia Tahun 2005-2008
Tahun
Volume Ekspor
(Juta USD)
2005
85.660
2006
100.799
2007
114.101
2008
137.020
Sumber : Bada Pusat Statistik Indonesia.
Berdasarkan data ekspor Indonesia diatas, pada tahun 2006 ekspor
Indonesia mengalami kenaikan, kenaikan tersebut terutama karena ditopang oleh
ekspor non migas. Ekspor non migas tumbuh tinggi dengan peningkatan volume
ekspor terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber daya alam. Pada tahun
2008, ekspor masih tetap mengalami kenaikan, kenaikan ini disebabkan oleh
adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas. Yakni untuk non migas
sebesar 17,3 persen dari 92.012,3 juta dollar AS pada tahun 2007 menjadi
107.894,2 juta dollar AS. Sementara pada sektor migas terjadi peningkatan
sebesar 31,86 persen.
Volume minyak mentah tahun 2008 naik sebesar 0,33 persen, dan nilainya
mengalami kenaikan sebesar 34,61 persen. Perkembangan migas ini sangat
dipengaruhi oleh permintaan volume ekspor minyak mentah dan harga dan harga
minyak mentah dipasaran dunia. Dalam kurun waktu 2007 dan 2008, harga ratarata minyak mentah mengalami kenaikan dari 72,3 dollar AS per barrel pada
tahun 2007, menjadi 97,0 dollar AS per barrel tahun 2008 atau naik sebesar 24,7
dollar AS per barrel. Peranan ekspor minyak mentah sampai akhir desember 2008
mencapai 9,06 persen terhadap total ekspor atau 0,97 persen diatas peranan tahun
2007.
Tabel 1.2
Perkembangan Ekspor Minyak Bumi dan Gas Alam Tahun 2006-2008
(Juta Kg, Juta Dollar AS)
Minyak Bumi dan Gas Alam
Tahun
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas Alam
Total
Berat Bersih (Juta Kg)
2006
18.127,9
7.046,9
23.116,7
48.291,5
2007
18.175,3
6.264,8
21,270,8
45.710,9
2008
18,235,0
5.724,0
20.841,9
44.800,9
Nilai FOB (Juta US $)
2006
8.168,8
2.854,0
10.197,1
21.219,9
2007
9.226,0
2.878,8
9.983,8
22.088,6
2008
12.418,7
3.547,0
13.160,5
29.126,3
Penerimaan devisa dari gas alam tahun 2008 tercatat 13.160,5 juta dollar
AS dengan kenaikan sebesar 31,82 persen atau senilai 3.176,7 juta dollar AS dari
tahun sebelumnya. Hal ini tidak sejalan dengan menurunnya volume ekspor gas
alam pada tahun 2008 dibanding tahun 2007 sebesar 2,02 persen. Dengan
demikian peranan gas alam pada tahun 2008 adalah 45,18 persen dari total ekspor
migas. Dua lokasi penyumbang terbesar adalah LNG Arun (Aceh), dan LNG
Bontang (Kalimantan Timur).
Berdasarkan negara tujuan ekspor, konsentrasi negara tujuan ekspor
Indonesia kepada lima negara masih belum berubah. Lima negara tujuan ekspor
dengan pangsa terbesar adalah Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Cina, Serta
Malaysia. Belum berubahnya konsentrasi ekspor ke negara-negara tujuan utama
tersebut perlu memperoleh perhatian lebih lanjut dengan terus mengoptimalkan
peluang pasar di negara-negara lainnya. Dengan penyebaran negara tujuan ekspor
yang lebih meluas diharapkan dapat meningkatkan fleksibelitas kemampuan
ekspor Indonesia dalam mengantisipasi berubahnya siklus perekonomian
diberbagai negara mitra dagang.
Tabel 1.3
Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Hasil Komoditas Tahun 2006
__________________________________________________________________
Jepang
Komodity Share
Amerika
Komodity Share
Uni Eropa
Komodity Share
Singapura
Komodity Share
Cina
Komodity Share
__________________________________________________________________
Biji Logam
&Sisa
Logam
4.22
Pakaian
3.84
Minyak
1.57
Sayur dan
Lemak
Batu Bara
1.43
Karet Mentah 1.29 Pakaian
0.81 Alas Kaki
1.35
Logam
1.23
Tidak
Mengandun
Besi
Ikan dan
Udang
0.74
Mesin Listrik 0.93
Dan Peralatan
Barang-barang 0.62 Furniture 0.65
Manufaktur
Mesin Listrik 1.35 Minyak 1.33
& Peralatan
Sayur
&Lemak
Biji
Mesin Kantor & 1.05 Logam
Pengolah Data
& Sisa
Logam
0.8
Logam tidak
0.98 Karet
Mengandung Besi
Mentah
Alat
Telekomunikas
0.64 Kimia 0.59
Organik
Sumber : Bank Indonesia
Jenis barang yang diekspor ke negara tujuan utama tersebut cukup
bervariasi antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Komoditas ekspor
ke pasar Jepang yang dominan adalah biji logam, dan batu bara dengan pangsa
ekspor masing-masing sebesar 4,2 persen dan 1,43 persen dari total ekspor non
migas. Untuk pasar Amerika Serikat, ekspor lebih banyak berupa komoditas
pakaian dankaret mentah dengan pangsa masing-masing sebesar 3,84 persen dan
1,29 persen. Ke pasar Singapura, mesin dan produk logam merupakan komoditas
ekspor yang dominan dengan pangsa 1,35 persen dan 0,98 persen. Sementara itu,
komoditas ekspor andalan indonesia ke Cina adalah minyak sayur danlema biji
dengan pangsa 1,33 persen, sedangkan ke Uni Eropa banyak berupa produk
minyak sayur dan lemak dengan pangsa 1,57 persen dari total ekspor non migas.
Penelitian ini, bertujuan untuk melihat pengaruh beberapa faktor yang
mempengaruhi volume ekspor Indonesia, faktor-faktor tersebut adalah kredit
perbankan, kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (Dummy Variable). Penelitian ini
mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan
oleh Putu Krisna Adwitya Sanjaya (2007) ia meneliti tentang analisis beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 19902006, hasil penelitiannya menunjukkan bahwasanya terdapat pengaruh variabel
independen harga rata-rata ekspor kopi, kurs rupiah terhadap dollar Amerika, serta
kebijakan ekspor kopi terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 19902006.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Rindra Hanjaswara.
Ia meneliti tentang analisis pengaruh suku bunga kredit, kurs dollar Amerika dan
inflasi terhadap volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali Periode 19922005, hasil penelitiannya menunjukkan bahwasanya suku bunga kredit tidak
berpengaruh terhadap volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali periode
1992-2005, sedangkan kurs dollar Amerika serta infalsi berpengaruh terhadap
volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali periode 1992-2005.
Ika Rahutami dan Sri Yani Kusumastuti (2007) mereka meneliti tentang
dampak volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan Indonesia (Pendekatan
ARDL-ECM). Penelitiannya bertujuan untuk melihat dampak dari volatilitas nilai
tukar terhadap arus perdagangan Indonesia yang meliputi ekspor dan impor
periode 1975-2005. Hasil penelitiannya yakni dalam jangka pendek dampak
volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan,
dan dalam jangka panjang dampak volatilitas nilai tukar terhadap impor yakni
berdampak positif yang signifikan.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada variabel dependen
volume ekspor secara nasional, dan variabel independen kredit perbankan, kurs
serta krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable). Dimana kredit merupakan
media perbankan yang akan berpengaruh terhadap perkembangan aktifitas
perekonomian, dari sisi produksi perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit
perbankan akan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga
akan menentukan output riil dari berbagai sektor ekonomi (Luh Gede
Meydianawathi, 2007:140). Makin banyak kredit berarti adanya kucuran dana
dalam rangka meningkatkan usaha. Bagi pemerintah sendiri kredit merupakan
keuntungan jika kredit yang disalurkan untuk keperluan ekspor, karena dengan itu
para eksportir dapat berproduksi secara maksimal sehingga volume ekspor
meningkat yang pada akhirnya bertambah pula cadangan devisa negara.
Kurs merupakan faktor yang digunakan dalam penelitian ini, dimana kurs
adalah nilai mata uang antar negara. Secara teoritis, perubahan kurs suatu negara
memiliki beberapa konsekuensi ekonomi. Ketika suatu negara mengalami
depresiasi kurs, maka hal ini berdampak positif bagi volume ekspor di negara
tersebut, dimana harga barang-barang ekspor menjadi lebih murah di pasar global
sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan kurs. Sadono Sukirno (2000:32)
Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan
mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor maupun impor. Jika kurs dollar
Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah
dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan menyebabkan ekspor
meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai
hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar Amerika
Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat.
Dalam penelitian ini, kurs yang digunakan adalah kurs rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat. Dengan berpatokan kurs rupiah terhadap kurs dollar
Amerika Serikat ini
karena dollar Amerika Serikat merupakan mata uang
internasional yang disepakati negara-negara di dunia. Berawal dari kesepakatan
pada konferensi Bretton Woods pada bulan Juli 1944, Pemilihan dollar Amerika
Serikat merupakan pertengahan antara sistem nilai tukar mengambang yang penuh
ketidakpastian dan menghambat perdagangan internasional dengan standar emas
yang terlalu restriktif. Disisi lain, Amerika Serikat menjamin konvertibilitas dollar
terhadap emas yang pada waktu itu pada level 35 dollar Amerika Serikat per ons
emas.
12
10
8
6
4
2
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
0
Gambar 1.1
Perkembangan Kurs Indonesia
Perkembangan kurs Indonesia, semenjak diberlakukannya sistem kurs
mengambang yang dimulai sejak agustus 1997, posisi kurs rupiah terhadap mata
uang asing khususnya USD ditentukan oleh mekanisme pasar. Fenomena terbaru
yang berhubungan dengan kurs yaitu dengan terjadinya fluktuasi kurs yang tajam
di Indonesia selama periode krisis ekonomi dan moneter mulai pertengahan tahun
1997, dimana nilai kurs meningkat dan berfluktuasi secara tajam. Gejolak nilai
kurs ini tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel non ekonomi, selama
periode krisis ekonomi kita dapat kita dapat menyaksikan bahwa nilai kurs ini
sangat mempengaruhi perekonomian domestik. Terpuruknya mata uang domestik
(Rupiah) terhadap mata uang asing yang menjadi awal krisis ekonomi, pada
dasarnya dari permintaan akan uang luar negeri yang begitu tinggi, sedangkan
penawarannya terbatas. Hal inilah yang menjadikan nilai valuta asing seperti
dollar Amerika Seriat dan Yen Jepang membubung tinggi. Selain itu nilai kurs
juga tidak terlepas dari variabel-variabel lain seperti tingkat suku bunga dalam dan
luar negeri, jumlah uang beredar, dan tingkat harga yang di indikasikan dengan
tingkat inflasi, serta variabel-variabel ekonomi dan non ekonomi lainnya.
Melemahnya kurs inilah yang membuat sektor riil kolaps, serta beban utang luar
negeri yang merupakan sebagian dana untuk pembangunan menjadi semakin
besar.
Pada tahun 1999 kurs rupiah menguat ke level 7000an, hal ini disebabkan
oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi nilai tukar,
antara lain : penanda tanganan hutang luar negeri terhadap IMF, kebijakan uang
ketat, serta pembekuan beberapa bank. Kondisi tersebut juga didukung oleh
perubahan kepemimpinan politik kepada Presiden Habibie, yang membawa
harapan bagi para pelaku pasar. Kondisi tersebut bertahan dengan fluktuasi yang
relatif tipis sampai pada era presiden Abdurrahman Wahid. Namun selama tahun
2000, posisi kurs mengalami pelemahan ke level 9.595. puncaknya pada tahun
2001 kurs pada melemah secara tajam ke level 10.400, hal ini terjadi Karena
pemerintah sedang mencari formulasi yang tepat untuk mengatasi berbagai
tuntutan recovery perekonomian. Selain itu kondisi politik juga kembali
bergejolak dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden
Abdurrahman Wahid kepada Presiden Megawati Sukarno Putri.
Dari uraian diatas, maka penulis sangat tertarik untuk memilih judul
skripsi “ PENGARUH KREDIT PERBANKAN DAN KURS TERHADAP
VOLUME EKSPOR INDONESIA TAHUN 1986-2008”.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Apa pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap volume ekspor
Indonesia tahun 1986-2008?
2.
Apa pengaruh krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 terhadap volume
ekspor Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis apa pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap
volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008.
b. Untuk menganalisis apa pengaruh krisis ekonomi Indonesia tahun 1998
terhadap volume ekspor Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan peneliti dan dapat mengaplikasikan secara
nyata teori yang diperoleh selama menempuh studi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga sebagai bahan
penulisan skripsi yang merupakan syarat kelulusan dari Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi.
b. Bagi Almamater
Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan
masukan bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan.
c. Bagi Segenap Pembaca
Sebagai bacaan yang diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi
bahan pertimbangan atau menjadi sumber ide untuk pengembangan
keilmuan pembaca khususnya, dan pengembangan khasanah ilmu
pengetahuan secara umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekspor
a. Pengertian Ekspor
Pengertian
ekspor
menurut
Hamdani
(2007:12)
adalah
kegiatan
mengeluarkan barang dari daerah pabean.
Menurut Priadi (2000:43) Ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri untuk memenuhi
ketentuan yang berlaku.
Menurut Mankiw (2006:128) ekspor adalah penjualan berbagai macam
barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri ke luar negeri.
b. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor
Berdasarkan keputusan mentri perindustrian dan perdagangan nomor
558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 desember 1998 tentang ketentuan umum
dibidang ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
peraturan menteri perdagangan nomor 07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 april
2005, ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah
memiliki :
1.
Tanda daftar usaha perdagangan (TDUP) / surat ijin usaha perdagangan
(SIUP), atau
2.
Izin usaha dari departement teknis / lembaga pemerintah non department
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.
Tanda daftar perusahaan (TDP).
c. Prosedur Ekspor
Prosedur ekspor menurut Hamdani (2007:38) adalah langkah-langkah
kegiatan yang dilakukan secara beurutan mulai dari langkah awal hingga langkah
terakhir dalam rangka penyelesaian proses suatu pekerjaan. Dalam melakukan
kegiatan ekspor dikenal juga istilah prosedur ekspor. Prosedur ekspor adalah
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor.
Adapun langkah paling utama yang dilakukan eksportir ketika mengekspor
yakni dengan adanya pengadaan barang-barang ekspor itu sendiri, serta dengan
melihat pembeli atau permintaan barang-barang ekspor disetiap negara tujuan.
Selanjutnya menurut Hamdani (2007:38) prosedur ekspor terdiri dari :
1.
Korespondensi
2.
Pembuat kontrak dagang
3.
Penerbitan Letter of Credit (L/C)
4.
Mempersiapkan barang ekspor
5.
Mendaftarkan pemberitahuan ekspor barang (PEB)
6.
Pemesanan ruang kapal
7.
Pengiriman barang ke pelabuhan
8.
Pemeriksaan bea cukai
9.
Pemuatan barang ke kapal
10.
Surat keterangan asal
11.
Pencairan Letter of Credit L/C
12.
Pengiriman barang ke importir.
d. Strategi Pemasaran ekspor
Menurut hamdani (2007:163) strategi pemasaran ekspor yakni :
1. Memilih dan Menentukan Pasaran
Langkah pertama yang harus ditempuh oleh calon eksportir adalah
menjajaki berbagai pasaran yang mungkin bisa dimasukinya. Tugas ini
dilaksanakan tanpa harus keluar negeri, dan cukup hanya membaca laporan atau
data statistik dan mendengarkan keterangan-keterangan dari orang-orang yang
mengetahui ekspor.
Menurut Hamdani (2007:163), langkah-langkah yang harus dilakukan :
a. Meneliti angka statistik ekspor Indonesia, guna mendapatkan data apakah
barang atau produk yang serupa telah di ekspor dan kemana.
b. Meneliti angka statistik impor dari negara yang diinginkan.
c. Mengadakan wawancara dengan tokoh asosiasi komodity dimana barang
atau produk yang hendak di ekspor tergolong.
d. Mendatangi bagian perdagangan internasional dari bank-bank devisa untuk
memperoleh keterangan tentang impor negara yang dimaksud.
e. Menghubungi perusahaan pelayaran atau penerbangan untuk mengetahui
perkiraan biaya tansport ke negara tujuan.
f. Melihat buku niaga (Trade Directory) untuk mendapatkan daftar nama dan
alamat asosiasi importir atau distributor atau perdagangan besar dalam
bidang produk yang bersangkutan.
Dari penjelasan tersebut diatas, maka dapat diperoleh jawaban dalam
ekspor suatu negara tertentu sehingga seorang pimpinan perusahaan dapat
menentukan sikap apakah ekspor akan diteruskan atau dihentikan.
Apabila ekspor akan dilanjutkan maka eksportir harus mengetahui
beberapa faktor yakni mengenai :
a. Potensi pembelian atau daya serap dari pasaran yang bersangkutan
b. Cara memasuki pasaran negara yang dimaksud
c. Persyaratan mutu yang berlaku
d. Sistem pembayaran
e. Promosi
2. Memilih dan Menentukan Perwakilan di Luar Negeri
Dalam pemasaran ekspor haruslah ditentukan apakah akan ditangani
secara langsung atau tidak langsung. Apabila akan ditangani secara langsung
perusahaan harus mempunyai bagian ekspor yang akan menangani tugas
pemasaran diluar negeri. Apabila tidak langsung perusahaan akan melalui
berbagai jenis perantara yang memberikan jasa-jasanya.
Ada dua jenis perwakilan yakni bentuk agen atau distributor diluar negeri.
Yang dimaksud dengan agen adalah orang atau perusahaan yang mencari order
untuk perusahaan yang diageninya atas dasar komisi. Seorang agen tidak
melibatkan diri dalam pelaksanaan hubungan dagang antara pembeli dan penjual,
dia hanya membantu terlaksananya hubungan tersebut untuk kepentingan
penjual.peranan agen amat penting bagi para eksportir baik untuk mengenal
pasaran maupun untuk tatap bertahan, hal ini dikarenan agen akan terus
memberikan informasi tentang pasaran dan mencegah eksportir terdesak dari
pasaran. Kelemahannya memang agen akan mengurangi laba yang seharusnya
diperoleh oleh eksportir tapi untuk jangka panjang agen sangat menguntungkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan distributor adalah orang atau
perusahaan yang langsung membeli barang dari dari eksportir dengan dasar
discount yang disetujui bersama dan menyimpan persediaan barang untuk
menjualnya kembali melalui saluran pemasaran yang dikuasainya dengan
penjualan
yang ditetapkannya sendiri.
Serta biaya promosi,
pemasara,
penyimpanan dan kerugian yang sekiranya timbul kelak menjadi tanggungannya.
3. Adaptasi Produk, Perhitungan Biaya dan Penentuan Harga
Hal-hal yang sering mempengaruhi gagalnya pelaksanaan ekspor adalah :
a. Produk kurang sesuai dengan selera dan kebutuhan para konsumen atau
pembeli yang ditargetkan sehingga promosi dan pemasaran menjadi lebih
berat.
b. Mutu produk tidak standar sehingga masih diperlukan lagi pengawasan
mutu yang menelan biaya, waktu, dan tenaga.
c. Volume produksi kurang dari yang ditargetkan, sehingga ada order yang
tidak dapat dipenuhi.
d. Penentuan harga jual kurang realistis sehingga menyulitkan promosi dan
pemasaran.
Untuk mengatasi masalah diatas langkah-langkah yang diambil adalah :
1. Bidang biaya dan produksi
eksportir harus mempunyai pengetahuan tentang :
a. biaya produksi biaya-biaya penjualan (selling cost)
b. Situasi dan kondisi pasaran yang ditargetkan
c. Tingkat keuntungan bagi pengusaha.
Setelah komposisi dan besarnya biaya diketahui maka untuk menetapkan
harga jual diperlukan :
a. Analisa tentang pasaran
b. Perkiraan tentang posisi dan reaksi dari saingan-saingan
c. Sikap dan kebijaksanaan pimpinan perusahaan, yaitu : harga seoptimal
mungkin untuk mengeruk keuntungan atau harga rendah untuk
mendapatkan tempat berpijak, harga rendah denga mutu yang rendah, laba
yang kecil dengan pengembalian yang cepat.
Dalam perundingan mengenai harga, hal-hal tersebut akan termasuk dalam
biaya perunit atau volume atau dalam laba yang diperkirakan, sedangkan biaya
penjualan diperhitungkan berdasarkan data dari berbagai sumber-sumber yang
kompeten dan berpengalaman.
e. Pengelompokkan Barang Ekspor
Didalam keputusan mentri perdagangan
No. 07/M-DAG/PER/4/2005
tanggal 19 april 2005, barang-barang ekspor digolongkan kedalam empat
kelompok, yakni :
1.
Barang-barang yang diatur tata niaga ekspornya. Seperti : produk
perkebunan (kopi), produk kehutanan (produk industri kehutanan, rotan),
produk pertambangan (intan kasar, timah batangan), produk industri
(prekursor).
2.
Barang yang diawasi ekspornya. Seperti : produk peternakan (sapi dan
kerbau, kulit buaya, binatang liar dan tumbuhan alam), produk perikanan
(anak ikan napoleon, ikan napoleon, benih ikan bandeng), produk
perkebunan (inti kelapa sawit), produk pertambangan (minyak dan gas
bumi, emas murni atau perak), produk industri (pupuk urea, skrap besi
atau baja khusus yang berasal dari wilayah pulau batam, skrap dari
stainless, tembaga, kuningan dan alumunium)
3.
Barang yang dilarang ekspornya. Seperti : produk perikanan (anak ikan
dan ikan arowana, benih ikan sidat, ikan hias jenis botia, udang galah dan
udang penaedae), produk kehutanan (kayu bulat, bahan baku serpih,
bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian), produk
kelautan (pasir laut), produk pertambangan (bijih timah dan konsentratnya,
batu mulia, pasir), produk perkebunan (karet bongkah, bahan remailing
dan rumah asap), produk peternakan (kulit mentah, pickled dan wet blue
dari binatang melata atau reptil, binatang liar dan tumbuhan alam yang
dilindungi), produk industri (skrap besi atau baja kecuali yang berasal dari
pulau batam), barang budaya (barang kuno yang bernilai kebudayaan).
4.
Barang yang bebas ekspornya. Seperti : tekstil dan produk tekstil (TPT).
2. Kredit
a. Pengertian Kredit
Menurut UUD no.7 tahun 1992 tentang perbankan adalah: “Penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan “.
Pengertian kredit menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso
(2006:113) adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip
syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun
pinjaman non tunai (non-cash loan).
b. Fungsi dan Manfaat Kredit
1. Bagi dunia usaha atau debitur
a. Sebagai sumber pemodalan untuk menjaga kelangsungan atau
meningkatkan usahanya .
b. Pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat
diperoleh dari keuntungan usahanya.
c. Memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan
berkembangnya usaha.
2. Bagi lembaga keuangan atau kreditur
a. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro). Dalam
bentuk kredit kepada dunia usaha.
b. Memberi keuntungan dari selisih bunga pemberian kredit atau jasa-jasa
lainnya.
c. Jenis Kredit
Berdasarkan jangka waktu dan penggunaanya menurut Sigit Triandaru dan
Totok Budisantoso (2006:117) kredit dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kredit investasi
Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang
diberikan kepada nasabah/calon debitur untuk membiayai barang-barang modal
dalam rangka rehabilitasi, moderenisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru,
misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang
pelunasanya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang di biayai.
2. modal kerja (KMK)
Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan baik dalam rupiah
maupun valuta asing untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam
satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang.
3. Kredit konsumsi
Kredit konsumsi adalah kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan
kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan konsumsi
bukan barang modal dalam kegiatan usaha. Penggunaan kredit ini misalnya untuk
pembelian mobil, rumah dan barang-barang konsumsi yang lain.
d. Pertimbangan Penyaluran Dana
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:114) dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum
wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisisyang mendalam atas i’tikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi hutangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan perjanjian. Mengingat hal
tersebut diatas dan adanya prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank serta
adanya risiko yang selalu melekat dalam penyaluran dana, maka sebelum kredit
atau pembiayaan disalurkan bank ingin selalu mengetahui segala sesuatu tentang
kemampuan dan kemauan nasabah debitornya untuk mengembalikan dana yang
telah diberikan oleh bank. Hal-hal yang selalu ingin diketahui oleh bank sebelum
menyalurkan dananya dalam bentuk kredit maupun pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah :
1. Perizinan dan Legalitas
Bank tidak ingin menanggung risiko yang besar apabila setelah dana
digunakan oleh nasabah debitor, lalu dikemudian hari sebelum nasabah mampu
memenuhi kewajibannya kepada bank, kegiatan atau usaha nasabah tidak dapat
dilanjutkan karena tidak sah secara yuridis. Terhentinya kegiatan usaha nasabah
akan menyebabkan hilang atau berkurangnya kemampuan nasabah untuk
mengembalikan dana yang telah diterima dari bank, sehingga kredit atau
pembiayaan tersebut menjadi kredit atau pembiayaan bermasalah. Bentuk-bentuk
perizinan dan aspek legalitas yang harus dipenuhi debitor sangat bervariasi
tergantung pada bidang kegiatan atau usaha nasabah. Perizinan dan aspek legalitas
tersebut antara lain : izin mendirikan bangunan, angka pengenal eksportir terbatas,
surat izin tempat usaha, surat izin usaha jasa kontruksi, sertifikat tanah dan tanda
daftar perusahaan.
2. Karakter
Untuk menilai karakter suatu nasabah dan meramalkan perilakunya dimasa
yang akan datang, bank hanya dapat menggunakan beberapa indikator. Yakni
profesi, penampilan, lingkungan sosial, pengalaman, dan tindakan atau perilaku
dimasa lalu.
3. Pengalaman dan Manajemen
Pengalaman dan manajemen nasabah sangat mempengaruhi kemampuan
nasabah untuk mengelola kegiatannya sehingga dapat menghasilkan dana untuk
membayar kewajibannya kepada bank. Pengalaman yang tidak sesuai dengan
bidang kegiatan yang akan dijalankan akan mengurangi kinerja usaha nasabah.
4. kemampuan Teknis
Kemampuan teknis nasabah menyangkut faktor yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan usaha nasabah secara teknis. Tersedianya bahan baku, adanya
tenaga ahli, ketersediaan mesin dan peralatan, tempat usaha yang memenuhi
syarat, ketersediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, dan penguasaan teknologi
merupakan contoh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan teknis nasabah
dalam menjalankan kegiatan usahanya.
5. Pemasaran
Kegiatan usaha nasabah memerlukan pemasaran produk dengan didukung
perencanaan pemasaran yang matang dan wajar. Hal ini dapat membantu
kelancaran nasabah dalam keberhasilan menjual produknya.
6. Sosial
Keberadaan kegistsn yang dibiayai bank bisa sesuatu yang disukai atau
tidak disukai masyarakat. Maka dari itu pihak bank harus ekstra hati-hati apabila
dampak yang ditimbulkan adalah ketidaksukaan masyarakat, terutama apabila
ketidaksukaan tersebut akan menyebabkan terganggunya usaha nasabah dimasa
yang akan datang.
7. Keuangan
Sehat dan tidak sehatnya usaha nasabah dapat dilihat salah satunya adalah
melalui keadaan keuangannya adan keadaan keuangan nasabah dapat dilihat dari
laporan keuangannya.
e. Hubungan Kredit dengan Ekspor
Menurut Kasmir (2002:105-106), tujuan dan fungsi kredit adalah
membantu nasabah, dan pemerintah. Membantu nasabah disini yakni membantu
nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi dan modal kerja.
Dengan dana tersebut maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan
memperluas usahanya. Sedangkan membantu pemerintah yakni membantu
pemerintah di berbagai bidang, bagi pemerintah semakin banyak kredit yang
disalurkan oleh pihak perbankan maka akan semakin baik, mengingat semakin
banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan
pembangunan diberbagai sektor, terutama di sektor riil.
Dari penjelasan mengenai fungsi dan tujuan kredit diatas, secara garis
besar keuntungan bagi pemerintah salah satunya adalah meningkatkan devisa
Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor
(Kasmir,2002:106).
Kasmir (2002:110) juga menjelaskan jenis kredit dilihat dari segi tujuan
kredit salah satunya adalah kredit perdagangan. Kredit perdagangan merupakan
kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas
perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah besar seperti ekspor dan impor.
Maka dari itu, hubungan kredit dengan volume ekspor itu sendiri yakni,
semakin tinggi pemberian kredit maka akan semakin tinggi pula volume ekspor.
Hal ini tercermin dari kemampuan produksi, dan penentuan tingkat output riil.
Luh Gede Meydianawathi (2007:140) interaksi antara perbankan dengan para
pelaku ekonomi secara langsung melalui penyaluran kredit perbankan akan
berpengaruh terhadap perkembangan aktifitas perekonomian. Dari sisi produksi
perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan akan berpengaruh
terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil
dari berbagai sektor ekonomi.
3. Kurs
a. Pengertian Kurs
Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai
dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997: 9).
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang
asing. Penurunan nilai mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang
asing.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs
Ada beberapa faktor utama yang memepengaruhi tinggi rendahnya kurs
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Laju Inflasi Relatif
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk
barang atau jasa menjadi dasar utama dalam pasar valuta asing, sehingga
perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang
sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika
Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup
tinggi maka harga barang amerika juga menjadi lebih tinggi. Sehingga otomatis
permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.
2. Tingkat Pendapatan Relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar
mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri.
Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata
uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan
permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.
3. Suku Bunga Relatif
Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih
menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya
penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang
semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga didalam dan
diluar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, didalam atau diluar
negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya
kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.
4. Kontrol Pemerintah
Menurut
Madura
(2003:114),
bahwa
kebijakan
pemerintah
bisa
mempengaruhi keseimbangan kurs dalam berbagai hal termasuk :
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar yaitu valuta asing.
b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
c. Melakukan intervensi dipasar uang yaitu dengan menjual dan membeli
mata uang.
d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi , tingkat suku bunga
dan tingkat pendapatan.
5. Ekspektasi
Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah
ekspektasi atau nilai tukar dimasa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain,
pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak kedepan.
Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di Amerika
Serikat mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual dollar, karena
memperkirakan nilai dollar akan menurun dimasa depan. Reaksi langsung akan
menekan nilai tukar dollar dalam pasar. Kemudian menurut Madura (2003:111123), untuk menentukan perubahan nilai tukar antara mata uang suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan yaitu
selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan
GDP, intervensi pemerintah dipasar valuta asing dan expectations (perkiraan pasar
atas nilai mata uang yang akan datang).
c. Kurs Nominal dan Kurs Riil
Peran ekonom membedakan kurs mata uang domestik terhadap mata uang
asing menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga
relatif mata uang dua Negara. Sedangkan kurs riil adalah harga barang relatif
barang-barang di kedua Negara, atau kadang kala disebut term of trade. Hubungan
antara kedua kurs ini dirumuskan sebagai berikut (Mankiw, 2002:125).
Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga
Dengan demikian semakin tinggi kurs riil, berarti harga barang-barang luar
negeri relatif lebih murah dibandingkan harga-harga barang domestik. Hal ini
akan mengakibatkan meningkatnya transaksi impor di Negara tersebut, sehingga
berpengaruh terhadap nilai ekspor bersih (NX).
B. Penelitian Terdahulu
1. Putu Krisna Adwitya Sanjaya (2007)
Penelitian ini berjudul “Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Volume Ekspor Kopi Propinsi Bali Periode 1990-2006”. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah volume ekspor kopi propinsi bali periode
1990-2006, dan variabel independennya adalah harga rata-rata ekspor kopi, kurs
dollar Amerika Serikat dan kebijakan Ekspor kopi (dummy Variabel). Dan
menggunakan metode analisis regresi linier serta menggunakan eviews 3 untuk
pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga rata-rata ekspor
kopi, kurs dollar Amerika Serikat dan kebijakan ekspor kopi secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 19902006.
2. Unggul Heriqbaldi (2006)
Penelitian ini berjudul “Dampak Perubahan Nilai Tukar Pada Neraca
Perdagangan : kasus Indonesia dengan dua mitra dagang terbesar”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara neraca perdagangan
dengan nilai tukar pada kasus perdagangan bilateral Indonesia-Jepang dan
Indonesia-Amerika Serikat dengan menggunakan pendekatan kointegrasi EngleGranger dan Error Correection model (ECM). Hasil analisis menunjukan bahwa
pada kedua kasus perdagangan bilateral, dalam jangka pendek secara umum
dampak perubahan nilai tukar pada neraca perdagangan tidak begitu jelas, dalam
kasus Indonesia-Jepang berhubungan negatif sedangkan dalam kasus IndonesiaAmerika Serikat berhubungan positif dan negatif pada aspek teori kurva J, tidak
terdapat bukti kuat pada dua kasus perdagangan bahwa teori ini terjadi. Pada
perspektif jangka panjang juga ditemukan bahwa depresiasi rupiah terhadap yen
dan dollar tidak memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Salah satu argument
mendasar tidak membaiknya neraca adalah rendahnya elastisitas permintaan
impor Indonesia, sehingga perubahan harga impor tidak secara signifikan
mempengaruhi kuantitas impor Indonesia.
3. Ratih Nuralitha Pratika (2007)
Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Pada
Ekspor Komodity Unggulan Pertanian (Karet dan Kopi) di Indonesia” penelitian
ini menggunakan data time series data kuantitatif bulanan periode 2000-2005.
metode yang digunakan yakni Vector Auto Regression (VAR) dan Vektor Error
Correction Model (VECM) dengan menggunakan eviews 4.1. Hasil dalam
penelitian ini yakni fluktuasi nilai tukar tidak berpengaruh terhadap ekspor karet
dan kopi.
4. I Nyoman Rindra Hanjaswara
Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Kurs
dollar Amerika dan Inflasi Terhadap Volume Ekspor Kerajinan Anyaman
Propinsi Bali Periode 1992-2005” pengolahan data menggunakan SPSS. Hasil
penelitian ini yakni suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor
kerajinan anyaman propinsi bali periode 1992-2005, kurs dollar Amerika
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kerajinan anyaman propinsi
bali periode 1992-2005”.
5. Ferda Halicioglu (2008)
Ia melakukan studi dengan melihat J-curve untuk kasus Turki dengan 13
mitra dagangnya. Dengan menggunakan data secara kuartalan dari tahun Q11985Q42005 bahwa penelitian mengenai J-curve dengan kasus Turki dengan 13 mitra
dagangnya yang memakai data secara aggregate dan menghasilkan hasil yang
tidak dapat meyakinkan. Menggunakan data aggregate dapat menyembunyikan
pergerakan dari nilai tukar. Studi ini untuk mentest keberadaan fenomena J-curve
pada kasus turki dan 13 mitra dagangnya. Efek jangka pendek dan jangka panjang
dari depresiasi mata uang lira pada neraca perdagangannya diperkirakan dengan
pendekatan kointegrasi, dengan pandangan untuk menentukan
efek J-curve.
Secara empiris hasil yang disarankan bahwa tidak terjadi J-curve terhadap neraca
perdagangan bilateral Turki. Namun dapat dikatakan bahwa depresiasi riil pada
nilai mata uang lira Turki telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap neraca
perdagangan dengan UKA dan USA pada jangka panjang, yang mana telah terjadi
dan mendukung untuk kondisi Marshal-Lerner (ML).
6. Wilson dan Tat (2001)
Mereka menganalisis hubungan antara neraca perdagangan riil dan nilai
tukar riil dalam kasus hubungan perdagangan antara Singapura dan Amerika
Serikat. Penelitian tersebut menggunakan data time series dari tahun 1970-1996
dengan basis kuartalan. Model yang digunakan oleh kedua peneliti ini adalah
model yang dikembangkan oleh Rose dan Yellen (1989). Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai tukar (kurs) riil tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap neraca perdagangan riil dalam kasus perdagangan antara Singapura dan
Amerika Serikat.
7. Ika Rahutami dan Sri Yani Kusumastuti (2007)
Penelitian ini berjudul “Dampak Volatilitas Nilai Tukar Terhadap Arus
Perdagangan Indonesia (Pendekatan ARDL-ECM)”. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan
Indonesia yang meliputi ekspor dan impor periode 1975-2005. Metode analisis
dalam penelitian ini menggunakan ARDL-ECM. Hasil penelitian ini yakni, dalam
jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak
negatif yang signifikan, dan dalam jangka panjang dampak volatilitas nilai tukar
terhadap impor yakni berdampak positif yang signifikan.
C. Teori Pengaruh kredit, kurs dan Krisis terhadap volume ekspor
Levine (1998:596-613) Pemberian kredit perbankan sangat berperan dalam
penentuan tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Levine (1997:688-726) Hubungan antara pengembangan sistem perbankan
dengan tingkat investasi dan pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk pembiayaan
eksternal bisnis.
Suseno dan Piter. A (2003:6) Pihak-pihak yang kelebihan dana baik
perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat
menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan,
ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya.
Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan
mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit
investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi.
Jayaratne dan Strahan (1996:639-670) Efektifitas dan efisiensi kredit
perbankan merupakan ukuran tingkat investasi dan pertumbuhan nilai tambah
sektor riil, konsentrasi kredit perbankan pada skala usaha dan sektor ekonomi
tertentu akan mempengaruhi tingkat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Kasmir (2002:106) Keuntungan kredit bagi pemerintah salah satunya
adalah meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor.
Luh Gede Meydianawathi (2007:140) Interaksi antara perbankan dengan
para pelaku ekonomi secara langsung melalui penyaluran kredit perbankan akan
berpengaruh terhadap perkembangan aktifitas perekonomian. Dari sisi produksi
perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan akan berpengaruh
terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil
dari berbagai sektor ekonomi.
Anwar Nasution (1996:16) Kurs riil yang meningkat mencerminkan
bahwa tingkat harga dipasar luar negeri lebih tinggi dari tingkat harga dipasar
domestik. dan mengindikasikan bahwa daya saing perekonomian domestik
meningkat dipasar global. Sebaliknya nilai riil yang menurun mencerminkan daya
saing perekonomian domestik menurun dipasar internasional sehingga tingkat
harga dipasar domestik lebih tinggi dari tingkat harga dipasar global.
Boediono (1981:53) apabila mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi
terhadap mata uang asing (over valued exchange rate) maka macam barang yang
di ekspor menyempit. Devaluasi bisa memperluas macam barang yang bisa di
ekspor, disamping bisa meningkatkan volume barang-barang ekspor yang ada.
Sadono Sukirno (2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi,
atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor
maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata
uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya,
dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi
kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor.
Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga
akan meningkat.
Salvator (1997:10) Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil
menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik
dan stabil.
Siregar,
Reza
dan
Ramkishen
S.
Rajan
(2002:123)
Bukannya
meningkatkan pertumbuhan ekspor, depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika
pada tahun 1997-1998 telah menyebabkan melemahnya ekspor. Dengan fakta
rupiah dalam pengertian nominal turun rata-rata 0,8 persen perhari terhadap dollar
Amerika antara Juli 1997 dan Januari 1998, sedangkan total ekspor perdagangan
Indonesia dalam dollar Amerika menurun sebesar 8,6 persen pada akhir tahun
1998 dibanding dengan tahun 1997.
Ika. A Rahutami dan Sriyani. K (2007:1) Dalam jangka pendek dampak
volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan.
Hau (2002) integrasi perdagangan dan volatilitas nilai tukar riil secara
struktural berkait dan memiliki korelasi negatif.
I Nyoman R.H, (2005:6) krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1998
menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, sehingga berdampak pada biaya
produksi barang ekspor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan
eksportir tidak mampu berproduksi maksimal sehingga menyebabkan ekspor
menjadi turun, karena untuk memproduksi barang ekspor diperlukan biaya yang
tinggi.
Synthesis of Traditional and Modern Monetery Views. Menurut teori ini
dinamika yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat
jika dibandingkan dengan perubahan dipasar barang komoditi. Oleh karena itu,
dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam
pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh
perubahan yang terjadi dipasar barang.
Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) – Adam Smith. Dasar
pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi
terhadap produksi dan ekspor beberapa jenis barang tertentu, dimana negara
tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau impor suatu
beberapa jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai
keunggulan absolute atas negara lain yang memproduksi beberapa jenis barang
yang sama, atau suatu negara akan mengekspor atau mengimpor barang X jika
negara itu dapat atau tidak dapat memproduksinya lebih efisien atau murah
dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam
penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, didalam proses produksi
sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara bersangkutan.
Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen
(Tulus Tambunan : 2004:47).
Teori Keunggulan Komparatif – John S. Mill dan David Ricardo.
Persoalan dari teori adam smith adalah bahwa perdagangan internasional akan
terjadi jika negara-negara yang terlibat saling memperoleh manfaatnya, dan
menurut adam smith hal ini hanya dapat terjadi jika masing-masing negara
memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Implikasinya, jika Indonesia memiliki
keunggulan mutlak atas Amerika Serikat untuk A dan B, yang berarti Indonesia
mengekspor kedua jenis barang tersebut ke Amerika Serikat, maka perdagangan
antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi karena hanya Indonesia yang akan
mendapat manfaatnya. Hal ini tidak dipikirkan oleh adam smith, dan ini
merupakan kelemahan utama dari teorinya. Maka muncullah pemikiran dari John
S. Miill dan David Ricardo, yang disebut dengan teori keunggulan komparatif.
Dasar pemikiran terori Ricardo maupun Miil mengenai terjadinya perdagangan
antar negara pada prinsipnya tidak berbeda dengan teori Adam Smith.
Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat
komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. J.S Mill beranggapan bahwa
suatu negara akan mengkhususkan diri pada mengekspor barang tertentu bila
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang
tertentu bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan
komparatif terendah. Sedangkan dasar pemikiran david Ricardo adalah bahwa
perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki
biaya relatif yang terkecil (atau produktifitas biaya TK yang terbesar) untuk jenis
barang yang berbeda jadi penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau
produktifitas relatif antar negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang
yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional (Tulus Tambunan :
2004:16).
Teori Purchasing Power Parity. Teori ini merupakan teori tertua dan teori
terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin de
Azpilcueta Navarro. Teori ini menyatakan bahwa harga barang disuatu Negara
harus sama dengan harga barang serupa di Negara lain sesuai dengan nilai tukar
yang berlaku antar kedua Negara tersebut. Teori ini disebut “the low of one
price”.
Teori Elastisitas. Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah
harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional
suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium.dengan kata lain, respons
nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh
elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika elastisitas permintaan
bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca
pembayaran internasional akan sangat kecil, akibatnya, nilai tukar harus
melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca
pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh
penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi
keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit
penyesuaian dalam nilai tukar.
D. Kerangka Berpikir
Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs Terhadap Volume
Ekspor Indonesia tahun 1986-2008
Variabel Independen :
Kredit Perbankan
(KRDT)
Variabel Dependen :
ï‚·
Volume Ekspor
Indonesia (PDGN)
ï‚·
ï‚·
Kurs (EXC)
ï‚·
Krisis Ekonomi
Tahun 1998
/Dummy
Variable (DM)
Metode Analisis :
Model Regresi Berganda
Alat Pengolahan Data :
Eviews 5
Hasil dan Pembahasan
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
Dari bagan kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan bahwa perubahan
dari volume ekspor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni dengan akses
kredit perbankan (khususunya sektor perdagangan/KRDT), dengan posisi kurs
(rupiah terhadap dollar Amerika/EXC) serta krisis Indonesia tahun 1998 /Dummy
Variable (DM).
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka
penulis mengajukan hipotesa untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Dan hasil hipotesis sementara
dalam penelitian ini adalah :
1.
H1 : Terdapat pengaruh variabel independen kredit perbankan/KRDT
(X1) terhadap variabel dependen volume ekspor Indonesia/PDGN
(Y).
H0
: Tidak terdapat pengaruh variabel independen kredit
perbankan/KRDT (X1) terhadap variabel dependen volume ekspor
indonesia/PDGN (Y).
2.
H1 : Terdapat pengaruh variabel independen kurs/EXC (X2) terhadap
variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh variabel independen kurs/EXC (X2)
terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN (Y).
3.
H1 : Terdapat pengaruh variabel independen krisis ekonomi tahun
1998 (dummy variable)/DM (X3) terhadap variabel dependen volume
ekspor indonesia/PDGN (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh variabel independen dummy crisis/DM
(X3) terhadap variabel dependen volume ekspor indonesia/PDGN
(Y).
Asumsi :
a. Semakin meningkat kredit perbankan maka semakin meningkat
volume ekspor.
b. Semakin meningkat kurs rupiah terhadap dollar AS maka semakin
meningkat volume ekspor.
c. Krisis ekonomi berdampak negatif terhadap volume ekspor. Ketika
krisis ekonomi terjadi di indonesia tahun 1998 maka terjadi
penurunan volume ekspor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan studi literatur tentang pengaruh kredit perbankan,
kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable) terhadap volume ekspor
Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi time series dari tahun 1986-2008.
Serta pengolahan data dengan metode OLS (Ordinary least square) dan alat
pengolahan data menggunakan eviews 5.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
bersumber dari data-data statistik yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Bank Indonesia (BI).
C. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini yakni menggunakan metode OLS atau
pangkat kuadrat terkecil, dengan model regresi berganda (Multiple Regression)
sebagai berikut :
Y = a0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
PDGN = a 0 + β1 KRDT + β2 EXC + β3 DM + e
Dimana :
P DGN = volume ekspor
a0 = intercept
B1, B2, B3 = Slope yang berhubungsn dengan variabel KRDT, EXC, DM
KRDT = kredit perbankan
EXC = kurs Rp/ $ US
DM = dummy varabel (krisis ekonomi tahun 1998)
e = error term
1. Uji Stasioneritas
Data tahunan (time series) menyimpan banyak berbagai permasalahan
salah satunya adalah masalah autokorelasi. Autokorelasi merupakan penyebab
yang
mengakibatkan
data
menjadi
tidak
stasioner,
jika
data
dapat
distasioneritaskan maka autokorelasi dapat diatasi. Merupakan hal yang sangat
penting dalam analisis tahunan (time series). Dalam analisis time series masalah
stasioneritas merupakan masalah yang sangat penting. Untuk mengetahui data
stasioner atau tidak dapat dilihat dari nilai rata-rata varian dari data time series
tidak mengalami perubahan yang sistematis (Nachrowi, 2006:340).
Tujuan uji stasioner adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0,
sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai prediksi yang tidak spurious
(regresi semu). Apabila data yang diperoleh belum stasioner pada tingkat level,
maka diperlukan langkah untuk membuat data menjadi stasioner melalui proses
differensi data. Dalam uji akar unit tingkat level bila menghasilkan kesimpulan
bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner
data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integras. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan setiap variabel dengan membuat selisih nilai suatu variabel
terhadap nilai variabel tersebut beberapa periode sebelumnya (difference), maka
variabel ini dapat disebut sebagai yang berintegrasi pada derajat satu, demikian
seterusnya (Insukindro, 2003: 261).
Deteksi penelitian ini akan dilakukan pengujian stasioner dengan
menggunakan uji Akar Unit metode Augment Dickey Fuller (ADF) test. Adapun
langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Winarno, 2006:10.6) :
Pada output Eviews adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai ADF test statistic < critical value pada
5% = data tidak
stasioner (terima H0, tolak H1)
b. Jika nilai ADF test statistic > critical value pada
5% = Data stasioner
(tolak H0, terima H1)
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji
ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan
variabel bebas lainnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinieritas (Gujarati, 2007:67). Pendektesian multikolinieritas dengan uji
klien.
Cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan metode Deteksi Klien
yaitu dengan membandingkan R2 hasil regresi Auxiliary (regresi antar variabel
independen) dengan R2 regresi aslinya. Dengan rumus sebagai berikut:
(Widarjono, 2007:115-117).
..................................(1)
Dimana n = jumlah observasi, k = variabel independen, dan
adalah koefisien determinasi setiap variabel independen dengan
variabel independen yang lain sedangkan nilai kritis dari distribusi F didasarkan
dari derajat kebabasan k-2 dan n-k+1.
Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berikut:
1. Jika koefisien R2 regresi auxiliary ≤ R2 regresi asli maka tidak terjadi
multikolinearitas (terima H0, tolak H1)
2. Jika koefisien R2 regresi auxiliary ≥ R2 regresi asli maka terjadi
multikolinearitas (tolak H0, terima H1)
b. Uji Heteroskedstisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut
heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
heteroskedastisitas (Gujarati, 2007:82).
Pendektesian uji heteroskedastisitas yakni dengan menggunakan uji white
heteroskedastisity. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari
output eviews yakni :
1.
Probabilitas Chi-Square > a 5% = tidak ada heteroskedastisitas (terima Ho,
tolak H1).
2.
Probabilitas Chi-Square < a 5% = ada heteroskedastisitas (tolak Ho, terima
H1)
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Gujarati, 2007: 112). Deteksi adanya autokorelasi dengan
menggunakan uji Langrange Multiplier (LM Test). Pada output eviews adalah
sebagai berikut :
1.
Probabilitas Chi-Square > a 5% = tidak ada autokorelasi (terima Ho, tolak
H1).
2.
Probabilitas Chi-Square < a 5% = ada autokorelasi (tolak Ho, terima H1)
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007 : 164). Deteksi normalitas dengan
menggunakan Jarque-Bera test yang merupakan asimtosis (sampel besar dan
didasarkan atas residual OLS). Pada output eviews dilihat dengan :
1.
Jika probability JBtest > a 5% = data berdistribusi normal (tolak Ho, terima
H1).
2.
Jika probability JBtest < a 5% = data tidak berdistribusi normal (terima Ho,
tolak H1).
e. Uji Linieritas
Uji ini didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau
tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Atau untuk menguji apakah bentuk
fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier (Insukindro : 2003:65). Deteksi
uji linieritas ini dengan menggunakan uji Ramsey RESET Test. Dilihat dari hasil
output eviews adalah sebagai berikut :
1.
Probabilitas Chi-Square > a 5% = fungsi tidak linier (terima Ho, tolak H1).
2.
Probabilitas Chi-Square < a 5% = fungsi linier (tolak Ho, terima H1)
3. Uji Statistik (Signifikansi)
Ketepatan fungsi OLS dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai
statistik-t dan statistik-f.
a. Uji Statistik t (t-test)
Penentuan uji statistik t hitung dengan rumus :
1. Penentuan taraf nyata dan signifikan (a = 0,05)
2. Penentuan nilai kritis atau t-tabel dapat dilihat dari table distribusi t untuk
(degree of freedom) df = n-k-1 (Santoso, 2003 : 157).
Dimana :
df = Taraf signifikan
k = Numerator (jumlah variabel bebas)
n = Jumlah data sampel uji statistik t hitung
3. Aturan Pengambilan Keputusan
a. Jika nilai t hitung < t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X1)
terhadap variable terikat Y.
b. Jika nilai t hitung > t tabel, artinya ada pengaruh variable bebas (X1)
terhadap variabel terikat Y.
Nilai koefisien determinasi pada penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan program statistik komputer Eviews 5 dimana untuk regresi dengan
satu variabel dipergunakan koefisien korelasi parsial (r2) dan untuk untuk regresi
lebih dari dua variabel bebas digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi
(yang telah disesuaikan).
b. Uji Statistik F (F-test)
Penentuan uji statistik F hitung (F-ratio) dengan rumus :
F hitung : SSR/k
SSE/ [n-(k+1)]
Dimana :
SSR = Sum of square regression
SSE = Sun of square error
k = Numerator (jumlah variabel bebas)
n = Jumlah data sampel uji statistik t hitung
a. Penentuan taraf nyata dan signifikan (a = 0,05)
b. Aturan pengambilan keputusan
1.
Jika nilai F hitung < F tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X1,
X2, X3,….Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y.
2.
Jika nilai F hitung > F tabel, artinya ada pengaruh variable bebas (X1, X2,
X3,….Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel independen :
1.
KRDT (X1) adalah kredit perbankan, yakni meliputi kredit dalam rupiah
dan valuta asing menurut kelompok bank dan sektor ekonomi yang dalam
hal ini adalah sektor perdagangan dalam milyar rupiah. Kredit perbankan
ini mencerminkan kemampuan sistem keuangan di Indonesia menyalurkan
kredit.
2.
EXC (X2) adalah kurs yang meliputi kurs rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat.
3.
DM (X3) adalah krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable), yakni ingin
dilihat ada atau tidaknya pengaruh krisis ekonomi 1998 terhadap volume
ekspor Indonesia.
Variabel Dependen :
1.
PDGN (Y) adalah volume ekspor Indonesia. Yakni mencerminkan
perdagangan barang-barang produksi dari dalam negeri ke luar negeri.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008.
Ekspor merupakan sistem perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri
ke luar negeri (Mankiw, 2006:128). Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan
ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa
negara. Ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang
memiliki tanda daftar usaha perdagangan, izin usaha dari departement teknis, dan
tanda daftar perusahaan.
Bukan lagi suatu rahasia umum bahwa era perdagangan bebas adalah era
persaingan. Oleh sebab itu indonesia harus berupaya meningkatkan efisiensi,
produktivitas, kapasitas produksi dan inovasi guna bertujuan untuk peningkatan
daya saing produk-produk Indonesia dipasar dunia.
Berikut adalah data perkembangan ekspor indonesia tahun 1986-2008.
Tabel 4.1
Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Volume Ekspor Indonesia
(juta dollar AS)
14396
17206
19218
22159
25801
29142
33967
36823
40053
45418
49815
53444
48847
1999
48665
2000
62124
2001
56321
2002
57159
2003
61058
2004
71585
2005
85660
2006
100799
2007
114101
2008
137020
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Gambar 4.1
Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
Perkembangan ekspor Indonesia tahun 1986 sampai tahun 1997 selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 14.396 juta dollar AS tahun 1986
naik menjadi 53.444 juta dollar AS pada tahun 1997. Sayangnya pada tahun 1998
ekspor indonesia mengalami penurunan menjadi 48.848 juta dollar AS. Penurunan
ekspor tahun 1998 ini disebabkan adanya penurunan yang tajam pada sektor
migas yakni sebesar 32,3% dari 11.662,6 juta dollar AS pada tahun 1997 menjadi
7.872,1 juta dollar AS pada tahun 1998. Sementara untuk non migas juga terjadi
penurunan sebesar 2,0 %. Penurunan volume ekspor tahun 1998 lebih disebabkan
karena terdepresiasinya kurs rupiah diiringi dengan tingkat volatilitas yang tinggi
serta diiringi dengan tingkat inflasi yang tinggi yang menyebabkan ekspor kurang
kompetitif dan pada akhirnya ekspor menurun.
Pada tahun 1999 volume ekspor Indonesia masih mengalami penurunan
sebesar 0,4%. Kemudian ditahun 2000 nilai ekspor mengalami kenaikan yang
sangat tajam hingga mencapai 62.124 juta dollar AS. Ditahun 2001 kembali
menurun hingga menjadi 56.321 juta dollar AS. Sedangkan ditahun 2003 ekspor
mengalami peningkatan menjadi 61.058 juta dollar AS dibanding tahun
sebelumnya. Dan pada tahun 2004 ekspor Indonesia kembali mengalami kenaikan
yang signifikan menjadi 71.585 juta dollar AS. Peningkatan ekspor tahun 2004 ini
disebabkan adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas. pada tahun
2006 ekspor Indonesia mengalami kenaikan, kenaikan tersebut terutama karena
ditopang oleh ekspor non migas. Ekspor non migas tumbuh tinggi dengan
peningkatan volume ekspor terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber
daya alam.
Dan peningkatan ekspor terjadi pada tahun-tahun berikutnya, hingga tahun
2008 jumlah ekspor mencapai 137.020 juta dollar AS, peningkatan ekspor tahun
2008 ini disebabkan adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas sebesar
17,3 persen, dari 92.012,3 juta dollar AS pada tahun 2007 menjadi 107.894,2 juta
dollar AS. Sementara pada sektor migas terjadi peningkatan sebesar 31,86 persen.
B. Perkembangan Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 19862008.
Ditengah berkembangnya berbagai produk perbankan, penyaluran dana
dalam bentuk kredit masih tetap memiliki peranan terbesar dalam penanaman
dana perbankan. Dalam kaitan ini, bank Indonesia memberikan perhatian khusus
terhadap rencana pemberian kredit bank, mengingat pengaruh kegiatan pemberian
kredit sangat besar terhadap kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan aspek lain
yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu kebijakan dibidang
pengkreditan senantiasa diselaraskan dengan kebijakan moneter yang secara
bersama-sama diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan
nasional. Berikut adalah data perkembangan kredit perbankan sektor perdagangan
tahun 1986-2008.
Tabel 4.2
Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Posisi Kredit Sektor Perdagangan
(Milyar Rupiah)
8399
10247
13888
20109
29737
33049
32944
37271
44372
54224
70586
85122
96364
43288
44099
48450
2002
65978
2003
84257
2004
111035
2005
134108
2006
162396
2007
215670
2008
217540
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
250
200
150
100
50
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
0
Gambar 4.2
Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Perdagangan Tahun 1986-2008
Perkembangan kredit perdagangan pada tahun 1988 sampai tahun 1998
terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan pemberian kredit perdagangan pada
tahun 1998 berada pada Rp. 96.364 milyar, hal ini mengedintifikasikan bahwa
fungsi kredit perbankan sebagai lembaga intermediasi kepada pihak-pihak
maupun lembaga-lembaga ekonomi telah menjadi media sumber dana untuk
membantu jalan dan kelangsungan usaha.
Penurunan kredit terjadi pada tahun 1999, dengan posisi kredit pada Rp.
43.288 milyar. Penurunan kredit ini terjadi tidak hanya pada sektor perdagangan
saja, tetapi pada semua sektor ekonomi mapun kelompok bank. Hal ini terjadi
karna belum pulihnya perekonomian Indonesia pasca krisis dibanding dengan
negara-negara Asia lainnya (Harmanta dan Ekanada 2005:52). Dan penurunan
kredit ini sebagai akibat dari diberlakukannya pembekuan kegiatan usaha
beberapa bank (maret-april 1999) dan adanya pengalihan kredit bermasalah ke
badan penyehatan perbankan nasional (BPPN). Sejak tahun 2002 dan tahun-tahun
berikutnya posisi kredit mengalami peningkatan hal ini ditengarai sudah
membaiknya keadaan perekonomian Indonesia serta membaiknya perbankan
nasional sehingga media kredit perbankan kembali stabil.
C. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai
dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997: 9).
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang
asing. Penurunan nilai mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang
asing.
Sadono Sukirno (2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi,
atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor
maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata
uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya,
dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi
kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor.
Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga
akan meningkat.
Tabel 4.3
Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia (BI)
Nilai Tukar Rupiah/$ US
(Ribu Rupiah)
1641
1650
1731
1797
1901
1992
2062
2110
2200
2308
2383
4650
8025
7085
9595
10400
8940
8465
9290
9830
9020
9419
9531
12
10
8
6
4
2
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
0
Gambar 4.3
Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Melihat data yang dikeluarkan Bank Indonesia diatas, posisi kurs pada
tahun 1986 sampai dengan tahun 1996 masih berada dibawah 2500. setelah
ditetapkannya sistem nilai tukar mengambang kurs rupiah terhadap dollar
Amerika telah mengalami tekanan yang cukup tinggi dari level Rp. 2.383 pada
tahun 1996 menjadi Rp 4.650 pada tahun 1997. pada tahun 1998 kurs rupiah
mengalami penurunan atau melemah tajam ke level Rp. 8.025 jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi makro
indonesia yang belum berangsur pulih.
Dari data kurs pada tahun 1999 dapat disimpulkan bahwa terjadi apresiasi
rupiah ke level 7.085 hal ini tentunya menengarai mulai membaiknya
perekonomian nasional, aroma perpolitikan nasional yang kental cukup
berpengaruh terhadap fluktuasi kurs 1999. Hal ini nampak pada pertengahan
pertengahan juli pasca pemilu yang diwarnai dengan terapresiasinya kurs rupiah.
hal ini disebabkan pula oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi nilai tukar, antara lain : penanda tanganan hutang luar negeri terhadap
IMF, kebijakan uang ketat, serta pembekuan beberapa bank. Kondisi tersebut juga
didukung oleh perubahan kepemimpinan politik kepada Presiden Habibie, yang
membawa harapan bagi para pelaku pasar. Kondisi tersebut bertahan dengan
fluktuasi yang relatif tipis sampai pada era presiden Abdurrahman Wahid. Namun
selama tahun 2000, posisi kurs mengalami pelemahan ke level 9.595. puncaknya
pada tahun 2001 kurs pada melemah secara tajam ke level 10.400, hal ini terjadi
karena pemerintah sedang mencari formulasi yang tepat untuk mengatasi berbagai
tuntutan recovery perekonomian. Selain itu kondisi politik juga kembali
bergejolak dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden
Abdurrahman Wahid kepada Presiden Megawati Sukarno Putri.
Keadaan kurs rupiah terhadap dollar pada tahun 2002 mengalami kondisi
yang membaik ke Rp 8.940. Menguatnya keadaan rupiah selama tahun 2002
secara umum berkaitan dengan membaiknya faktor-faktor pendukung yang
mengangkat keadaan rupiah. Beberapa peristiwa yang mendorong beberapa
penguatan kurs rupiah antara lain adanya sentimen positif pasar, membaiknya
stabilitas politik, apresiasi mata uang Negara-negara
Asia terhadap USD,
tersedianya pasokan valas yang cukup serta keberhasilan reschedulng utang luar
negeri pemerintah dalam forum paris club III. Keadaan kurs yang membaik ini
berlanjut hingga tahun 2003 yakni Rp 8.465. kurs rupiah pada tahun 2004 kembali
melemah ke Rp. 9.290, keadaan ini terutama disebabkan oleh faktor eksternal
tekanan terhadap rupiah, dipicu oleh perubahan sentimen akibat adanya analisis
mengenai prospek perekonomian dunia yang menandai adanya kemungkinan
kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Pelemahan kurs rupiah ini masih terjadi
pada tahun 2005 dengan jumlah Rp. 9.830, dan sempat menguat pada tahun 2006
ke Rp. 9.020, akan tetapi pada tahun 2007 dan 2008 kurs rupiah kembali melemah
seiring dengan terjadinya krisis global.
D. Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini dibahas mengenai analisis ekonomi dan analisis statistik
dari hasil regresi persamaan pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap
volume ekspor indonesia tahun 1986-2008 dengan pendekatan model regresi
berganda (multiple regression) metode OLS (Ordinary Least Square) serta
pengolahan data dengan menggunakan software E-views 5.
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas data dengan menggunakan uji akar unit (unit root test)
dilakukan untuk menentukan stasioneritas atau tidaknya suatu data time series.
Pengujian stasioneritas dilakukan terhadap seluruh variabel, model yang
digunakan oleh peneliti didasarkan pada Augmented Dickey Fuller Test, untuk
perhitungannya digunakan komputer dengan menggunakan software Eviews 5.0.
Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Output Unit Root Test
Augmented Dickey-Fuller pada tingkat Level
No.
1
Variabel
PDGN
2
KRDT
Level
Critical Value
ADF-test
5%
3.693693
-3.004861
1.180993
-3.004861
3
EXC
-0.652687
4
DM
-1.414214
Sumber: Data diolah
-3.004861
-3.004861
Kesimpulan
Data Stasioner
Data Tidak
Stasioner
Data Tidak
Stasioner
Data tidak Stasioner
Berdasarkan tabel hasil uji akar unit diatas menunjukan bahwa besarnya
tingkat level pada PDGN sudah stasioner tetapi variabel KRDT, EXC, dan DM
adalah memiliki nilai ADFtest masih lebih kecil dari
nilai probability tidak signifikan
5% test critical value dan
5% = data tidak stasioner. Informasi diatas
menunjukan bahwa ada tiga variable (KRDT, EXC, dan DM) adalah tidak
stasioner, sehingga perlu dilakukan proses difference pada orde pertama (1 st –
difference). Hasil dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Output Unit Root Test
Augmented Dickey-Fuller pada tingkat first difference
No.
Variabel
1
2
3
PDGN
KRDT
EXC
Level
Critical Value
5%
ADF-test
-1.713279
-3.350717
-4.313522
-3.012363
-3.012363
-3.012363
4
DM
-3.007926
Sumber: Data diolah
-3.012363
Kesimpulan
Data Tidak
Stasioner
Data Stasioner
Data Stasioner
Data Tidak
Stasioner
Setelah dilakukan proses tingkat defferensi tingkat pertama (1 st –
difference) pada KRDT dan EXC menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih besar
dari
5% test critical value dan nilai probability signifikan pada
5% yang
berarti variabel tersebut stasioner pada order pertama atau 1 st – difference = data
stasioner. Akan tetapi pada variabel PDGN dan DM menunjukkan nilai ADFtest
sudah lebih kecil dari
signifikan pada
5% test critical value dan nilai probability tidak
5% yang berarti variabel tersebut tidak stasioner. Informasi
diatas menunjukan bahwa ada dua variable (PDGN dan DM) adalah tidak
stasioner, sehingga perlu dilakukan proses difference pada orde kedua (2 st –
difference). Hasil dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Output Unit Root Test
Augmented Dickey-Fuller pada tingkat Second difference
No. Variabel ADF-test
1
PDGN
-6.328576
2
KRDT
-6.227101
3
EXC
-6.309320
4
DM
-5.749889
Sumber: Data diolah
Level
Critical Value 5%
-3.020686
-3.020686
-3.020686
-3.020686
Kesimpulan
Data Stasioner
Data Stasioner
Data Stasioner
Data Stasioner
Setelah dilakukan proses tingkat defferensi tingkat kedua (2 st – difference)
pada PDGN, KRDT, EXC, dan DM menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih besar
dari
5% test critical value dan nilai probability signifikan pada
5% yang
berarti seluruh variabel indeks stasioner pada order kedua atau 2st – difference =
data stasioner.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinier menunjukkan gejala adanya hubungan linier atau hubungan
yang pasti diantara variabel penjelas dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh
beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelas adanya multikolinier
dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian
besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap
variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara niali t-stat, F-stat dan ttabel dan F-tabel.
Hasil uji multikolinieritas dengan deteksi klien adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas dengan Deteksi Klien
R2 Hasil Regresi Berganda utama
0.967299
R2 regresi auxiliary KRDT
R2 regresi auxiliary EXC
R2 regresi auxiliary DM
Sumber: Data diolah
0.547578
0.846262
0.765534
Dari hasil uji multikolinieritas deteksi klien diatas, nilai R2 regresi
auxiliary variabel independen KRDT, EXC dan DM lebih kecil dari nilai R2 hasil
regresi utama. Maka dapat dikatakan tidak ada masalah multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem Autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Gujarati, 2007 : 112).
1. Uji Breusch-Godfrey
Uji breusch-godfrey atau uji L-M adalah pengganda langrange. Hasil uji
Breusch-Godfrey yakni :
Tabel 4. 8
Uji Breusch-Godfrey
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
Sumber: Data diolah
0.173822
0.460916
Probability
Probability
0.841922
0.794170
Dari hasil uji Breusch-Godfrey diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat
masalah autokorelasi, karena nilai probability Obs-*R-squared 0.794170 nilainya
lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Dan nilai Obs*R-squared-nya adalah
0.460916 lebih kecil dari nilai X2 tabel (5,9915).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda,
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Gujarati, 2007 : 82).
Tabel 4.9
Uji Heteroskedastisitas (Cross Term)
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.959148
8.142932
Probability
Probability
0.502868
0.419634
Sumber: Data diolah
Dari hasil uji white cross term diatas, nilai probability untuk Obs*Rsquared nilainya adalah 0.419634 nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan 5%
(0,05). Artinya tidak ada permasalahan heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007 : 164).
Dari hasil olah data maka hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Uji Normalitas (Jarque-Bera)
7
Series: Residuals
Sample 1986 2008
Observations 23
6
5
4
3
2
1
0
-15
-10
-5
0
5
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-5.44e-15
-1.089127
9.884954
-16.60009
5.683051
-0.718784
4.363123
Jarque-Bera
Probability
3.761177
0.152500
10
Sumber: Data diolah
Dari uji normalitas diatas, nilai probability-nya adalah 0.152500 ternyata
lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan
normalitas.
e. Uji Linieritas
Uji linieritas ini didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas
cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Atau untuk menguji
apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier (Insukindro :
2003:65). Deteksi uji linieritas ini dengan menggunakan uji Ramsey RESET Test.
Dari hasil olah data maka hasil uji linieritas (Ramsey RESET Test) adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.11
Uji Ramsey RESET Test :
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.098923
0.126056
Probability
Probability
0.756742
0.722557
Sumber: Data diolah
Dari uji linieritas diatas, nilai probability-nya adalah 0.722557 ternyata
lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan
linieritas.
2. Hasil Regresi Berganda
Rumus yang digunakan dalam model penelitian regresi berganda ini,
adalah sebagai berikut :
Y = a0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
PDGN = a 0 + β1 KRDT + β2 EXC + β3 DM + e
Hasil estimasi variabel-variabel yang mempengaruhi volume ekspor melalui
pendekatan regresi berganda dan metode OLS hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Regresi Linier Berganda Utama
Dependent Variable: PDGN
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:21
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KRDT
EXC
DM
9.610904
0.383439
4.351224
-16.03115
2.523495
0.032239
0.923670
5.271733
3.808569
11.89353
4.710801
-3.040965
0.0012
0.0000
0.0002
0.0067
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.967299
0.962136
6.115276
710.5355
-72.08662
2.133934
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
53.51226
31.42688
6.616228
6.813705
187.3409
0.000000
Sumber: Data diolah
Dan hasil estimasi dan model dari persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut :
Estimation Command:
=====================
LS PDGN C KRDT EXC DM
Estimation Equation:
=====================
PDGN = C(1) + C(2)*KRDT + C(3)*EXC + C(4)*DM
Substituted Coefficients:
=====================
PDGN = 9.610904481 + 0.3834394641*KRDT + 4.351224491*EXC - 16.03115416*DM
3. Hasil Uji Statistik (Signifikansi)
a. Uji Signifikansi t-Statistik
Uji t-Stasistik adalah uji untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan data, dilihat dari
nilai probability-nya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas kredit perbankan dan kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (variabel
dummy) terhadap variabel terikat yakni volume ekspor indonesia.
b. Uji Signifikansi F-Statistik
Uji F statistik adalah untuk mengukur goodness of fit dari persamaan
regresi yaitu pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan
variabel tidak bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah. Dilihat
dari nilai probabilitasnya persamaan volume ekspor mempunyai nilai probability
F-statistik 0,000000; menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas kredit
perbankan, kurs, krisis ekonomi tahun 1998 (variabel dummy) dalam pengamatan
ini secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel terikat volume ekspor
indonesia .
4. Interpretasi Hasil Regresi
Estimation Command:
=====================
LS PDGN C KRDT EXC DM
Estimation Equation:
=====================
PDGN = C(1) + C(2)*KRDT + C(3)*EXC + C(4)*DM
Substituted Coefficients:
=====================
PDGN = 9.610904481 + 0.3834394641*KRDT + 4.351224491*EXC - 16.03115416*DM
a. Interpretasi koefisien variabel kredit perdagangan (KRDT) = 0.383439
Interpretasi : Jika nilai kredit perbankan (sektor perdagangan) naik sebesar
satu satuan secara rata-rata maka volume ekspor akan naik sebesar
0.383439 persen.
b. Interpretasi koefisien variabel kurs rupiah terhadap dolar amerika (EXC) =
4.351224
Interpretasi : Jika kurs rupiah terhadap dollar amerika naik sebesar satu
satuan secara rata-rata maka volume ekspor akan naik sebesar 4.351224
persen.
c. Interpretasi koefisien variabel dummy crisis (DM) = -16.03115
Interpretasi : bahwasanya krisis ekonomi 1998 berpengaruh secara negatif
terhadap volume ekspor. Dan volume ekspor menurun sebesar -16.03115
persen.
d. Interpretasi R-squared = 0.967299
Interpretasi : 96,7% permasalahan yang ada bisa dijelaskan oleh variabel
yang ada didalam model, selebihnya 3,3% dijelaskan oleh variabel lain
diluar model.
a. Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan)
Perolehan
hasil estimasi
kredit
perbankan
dapat dilihat
bahwa
koefisiennya bernilai 0.383439 dan bertanda positif. Artinya perbankan sebagai
lembaga intermediasi sangat mempunyai peranan penting dalam kegiatan
perekonomian. Dalam hal pemberian kredit khususnya ekspor telah menunjukkan
bahwa kredit perdagangan ini menjadi salah satu sumber pemodalan untuk
menjaga kelangsungan usaha, perkembangan usaha serta keuntungan
dalam
kegiatan perekonomian. Maka volume ekspor indonesia akan naik juga sebesar
0.383439 persen. Oleh Suseno dan Piter A. (2003:6) dikatakan bahwa pihak-pihak
yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga
pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening
giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan
preferensinya, Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan
dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat
berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Dan Levine
(1998:596-613) Menjelaskan bahwa pemberian kredit perbankan sangat berperan
dalam penentuan tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Ketika
perusahaan, atau masyarakat meminjam dana di pasar uang (perbankan) untuk
mendorong proses
kegiatan
ekonomi,
maka
perusahaan
tersebut
akan
mempertinggi tingkat investasinya (dalam hal ini tingkat suku bungapun
berperan). Tercermin dari peningkatan produksi yang lebih banyak, peluang besar
bagi para pekerja agar terus dipekerjakan, dapat mengatasi pengangguran dan
penciptaan lapangan kerja baru, serta pendapatan perkapita yang meningkat. Dan
keadaan ini merupakan cerminan pendorong laju pertumbuhan ekonomi.
b. Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika
Perolehan hasil estimasi kurs dapat dilihat bahwa koefisiennya bernilai
4.351224 dan bertanda positif. Artinya setiap kurs dollar mengalami apresiasi
(menguat) dan kurs rupiah mengalami depresiasi (melemah), hal ini akan
menyebabkan volume ekspor meningkat sebesar 4.351224 persen. Jika mata uang
dalam negeri melemah terhadap dollar Amerika, maka harga jual akan menjadi
lebih murah diluar negeri, sehingga lebih banyak lagi konsumen diluar negeri
mampu berbelanja produk Indonesia. Hal ini akan mendorong semangat dari para
eksportir untuk lebih giat memasarkan produk-produknya. Sadono Sukirno
(2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata
uang akan menyebabkan perubahan keatas ekspor maupun impor. Jika kurs dollar
Amerika serikat mengalami apresiasi
maka nilai mata uang dalam negeri
melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan
menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta
asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila kurs
dollar Amerika meningkat maka volume ekspor juga akan meningkat. Anwar
Nasution (1996:16) kurs riil yang meningkat mencerminkan bahwa tingkat harga
di pasar luar negri lebih tinggi dari tingkat harga di pasar domestik. Ia
mengindikasikan bahwa daya saing perekonomian domestik meningkat di pasar
global. Sebaliknya kurs riil yang menurun mencerminkan daya saing
perekonomian domestik menurun di pasar internasional sehingga tingkat harga di
pasar domestik lebih tinggi dari tingkat harga di pasar global. Selanjutnya
Boediono (1981:53) apabila mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi terhadap
mata uang asing (over valued exchange rate) maka macam barang yang di ekspor
menyempit. Devaluasi bisa memperluas macam barang yang bisa di ekspor,
disamping bisa meningkatkan volume barang-barang ekspor yang ada.
c. Krisis Ekonomi Tahun 1998
Hasil estimasi dummy crisis koefisiennya bernilai -16.03115, bahwa krisis
ekonomi yang terjadi di indonesia pada tahun 1998 mempunyai pengaruh negatif
terhadap volume ekspor. Maka volume ekspor Indonesia turun sebesar -16.03115
persen. Hal ini disebabkan oleh terdepresiasinya kurs rupiah di iringi dengan
volatilitas kurs yang tinggi serta tingkat inflasi yang tinggi. Pada saat krisis posisi
kurs memang mengalami depresiasi, tetapi depresiasi rupiah tidak menaikan
ekspor malah menurunkan ekspor. Keadaan ini terjadi karena ekspor kurang
kompetitif sehingga nilainya cenderung kecil (Ika. A Rahutami, 2008:58).
Selanjutnya, Siregar, Reza dan Ramkishen S. Rajan (2002:123) Bukannya
meningkatkan pertumbuhan ekspor, depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika
pada tahun 1997-1998 telah menyebabkan melemahnya ekspor. Dengan fakta
rupiah dalam pengertian nominal turun rata-rata 0,8 persen perhari terhadap dollar
Amerika antara Juli 1997 dan Januari 1998, sedangkan total ekspor perdagangan
Indonesia dalam dollar Amerika menurun sebesar 8,6 persen pada akhir tahun
1998 dibanding dengan tahun 1997.
Tidak hanya terdepresiasi saja, kurs rupiah terhadap dollar AS pada saat
krisis mengalami volatilitas yang tinggi dan sangat rentan, yang menyebabkan
keadaan perdagangan menjadi tidak stabil dan beresiko sehingga akan
menghambat intervensi ke luar negeri, eksportir sulit menetapkan harga produkproduk, menghitung dan menentukan biaya produksi, serta ketikpastian ini
mendorong pelaku usaha untuk menutup resiko dengan memasang harga tinggi
sehingga berimplikasi pada daya saing bisnis yang relatif rendah. Ika. A Rahutami
dan Sriyani. K (2007:1) Dalam jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar
terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan. Selanjutnya, Hau
(2002) integrasi perdagangan dan volatilitas nilai tukar riil secara struktural
berkait dan memiliki korelasi negatif.
Selanjutnya, krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1998 menyebabkan
tingkat inflasi yang tinggi, sehingga berdampak pada biaya produksi barang
ekspor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan eksportir tidak
mampu berproduksi maksimal sehingga menyebabkan ekspor menjadi turun,
karena untuk memproduksi barang ekspor diperlukan biaya yang tinggi (I
Nyoman R.H, 2005:6).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh
kredit perbankan, kurs terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008, serta
pengaruh variabel dummy crisis tahun 1998 terhadap volume ekspor Indonesia.
Hasil yang diperoleh dari hasil estimasi adalah :
1. Terdapat pengaruh positif kredit perbankan (sektor perdagangan) terhadap
volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008. Semakin meningkat kredit
perbankan maka semakin meningkat pula volume ekspor, artinya
perbankan sebagai lembaga intermediasi sangat mempunyai peranan
penting dalam kegiatan perekonomian. Dalam hal pemberian kredit
khususnya ekspor telah menunjukkan bahwa kredit perdagangan ini
menjadi salah satu sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan
usaha.
2. Terdapat pengaruh positif kurs rupiah perdollar AS terhadap volume
ekspor Indonesia tahun 1986-2008. Artinya semakin tinggi kurs dollar
dibanding kurs rupiah maka semakin meningkat volume ekspor. Dengan
kata lain, setiap kurs dollar mengalami apresiassi (menguat) dan kurs
rupiah mengalami depresiasi (melemah), hal ini akan menyebabkan
volume ekspor meningkat. Jika mata uang dalam negeri melemah terhadap
dollar AS, maka harga jual akan menjadi lebih murah diluar negeri,
sehingga lebih banyak lagi konsumen diluar negeri mampu berbelanja
produk Indonesia. Hal ini akan mendorong semangat dari para eksportir
untuk lebih giat memasarkan produk-produknya.
3. Terdapat pengaruh negatif krisis ekonomi tahun 1998 terhadap volume
ekspor Indonesia. Hal ini disebabkan oleh terdepresiasinya kurs rupiah
diiringi dengan tingkat volatilitas kurs rupiah yang sangan rentan, serta
tingkat inflasi yang tinggi. Sehingga, krisis ekonomi tahun 1998 di
Indonesia menyebabkan penurunan ekspor.
B. Saran
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit perbankan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008. Dapat
disarankan kepada otoritas perbankan khususnya bank-bank umum di
Indonesia untuk lebih mempermudah akses pemberian kredit kepada para
eksportir sehingga dapat mendorong kegiatan usaha dan kegiatan
perekonomian dibidang ekspor yang produktif yang berujung pada
pertumbuhan ekonomi.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krus rupiah terhadap dollar AS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor Tahun 19862008. Dapat disarankan kepada pemerintah dan otoritas moneter agar tetap
melakukan intervensi terhadap dollar Amerika sehingga nilai kurs rupiah
stetap pada posisi yang stabil.
3. Dalam penelitian ini hanya terdapat tiga variabel independen, selain kredit
perbankan dan
kurs
serta
krisis ekonomi
tahun 1998
penulis
mengharapkan untuk para peneliti selanjutnya agar menambah lebih
banyak variabel-variabel independen agar pembahasan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi volume ekspor dapat di estimasi lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hartadi. Sarwpnp, dan Wirjoyo, perry. 1998. “Mencari Paradigma
Baru Manajemen Moneter dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel :
suatu pemikiran untuk meneraokannya di inonesia”, Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli.
A. ika. Rahutami. Dan Yani, Sri. Kusumastuti.2006. “Dampak Volatilitas
Nilai Tukar Terhadap Arus Perdagangan Indonesia (Pendekatan
ARDL-ECM)”, Jurnal Ekonomi Indonesia. No2. Desember.
Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia “Nilai Tukar Valuta Asing di
Indonesia 1999”.
Bank Indonesia. 2008. “Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia”.
Boediono, 1981 “Ekonomi Internasional”edisi 1. BPFE, Yogyakarta.
Departement Perdagangan dan Perindustrian ; 2005.
Gede, Luh. Meydianawati.2007 “Analisis Perilaku Penawaran Kredit
Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)”,
Buletin Studi Ekonomi. Vol.12 No 2 Jakarta.
Gujarati, Damodar N. “Dasar-Dasar Ekonometrika” edisi ketiga. Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Gujarati, Damodar. Basic Econometrics, 4 tahun edition (Singapore :
Mcgrawhill,2003) hal 18-20.
Hamdani, 2007. “Seluk Beluk Perdagangan Ekspor-Impor” BUSHINDO,
Jakarta.
Heriqbaldi, Unggul.2006. “Dampak Perubahan Nilai Tukar Pada Neraca
Perdagangan : Kasus Indonesia Dengan Dua Mitra Dagang
Terbesar”, Majalah Ekonomi, Tahun XVI. No 2, Agustus.
Ikhsan dan Tuwoi 1997. “Efektifitas Nilai Tukar Nominal Sebagai
Instrumen Ontuk Mendukung Ekspor Non Migas”, Jurnal Ekonomi
dan Keuangan (EKI), Volume XIV No 2, LPEM-UI, Jakarta.
Jayaratne, j. and P. Strahan. (1996). “ The Finance Growth Nexus,
Evidence From Bank Branch Deregulation.” Quartely Journal of
Economics III, 639-670.
Kasmir, SE., MM. “Dasar-dasar Perbankan” Edisi 1. Cetak 2. PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Krisna, Putu. S. Adwitya. 2007. “Analisis Beberapa factor yang
Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Propinsi Bali Periode
1990-2006”. Jurnal Ekonomi dan Sosial.
Levine, Rose. 1997, “Financial Development and Economic Growth :
Views and Agenda.” Journal of Economic Literature, 35 (2), pp.
688-726.
Levine, Rose. 1998 “The Legal Environment, Bank, and Long-run
Economic Growth.” Journal of Money and Credit and Banking
30,596-613.
Mankiw, Greogory. N. 2006. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi 3.
Salemba Empat, Jakarta.
Nasution, Anwar (1996) ; Cara Pandang Teori Ekonomi Mengenai
Tingkat Suku Bunga. Makalah , 4 Desember, Jakarta.
Nopeline, Nancy. 2009 “Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca
Perdagangan Bilateral Indonesia (Marshall-Lerner Condition dan
Fenomena J-Curve”. Tesis Gelar Magister Sains.
Nuralitha, Ratih. Pratika “Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar pada
Ekspor Komodity Unggulan Pertanian (Karet dan Kopi) di
Indonesia.” Skripsi Gelar Sarjana Ekonomi.
Pinem, R. Juniartha. 2009. “Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Skripsi
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi.
Priadi. 2000. “Perdagangan Internasional”, BUSHINDO, Jakarta.
Peraturan dan Petunjuk Ekspor Indonesia, Badan Pengembangan Ekspor
Nasional-Depaaartement Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta
2005.
S. Miranda, Goeltom. “Perubahan Sektor Keuangan di Indonesia”. Buku
Pemikiran dan Masalah Ekonomi di Indonesia Data Setengah Abad
Terakhir (Jakarta : ISEI Kanisius, 1999) hal 319.
Sabirin, Syahril. “Pemberdayaan Perbankan Dalam Mengatasi Krisis
Ekonomi di Indonesia” (Jakarta : Pidato Dies Natalies Universitas
YARSI, 24 April 1999).
Santoso, Wimboh. December 2002. “Indonesia’s Financial and Corporate
Sector Reform” Banking Research and Regulation Directorate,
Bank Indonesia.
Salvatore, D., 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Ekspor 2004” Jilid 1.
Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Ekspor 2008” Jilid 1.
Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia “Ekspor 1998” Jilid 1.
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Eonomi Modern. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Susan, Flora. Nongsina dan M, Pos. Hutabarat. 2007 “Pengaruh
Kebijakan Loberalisasi Perdagangan Terhadap Laju Pertumbuhan
Ekspor-Impor Indonesia”, Parallel Session IB : Trade I (Policy).
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok 2006 “Bank dan Lembaga
Keuangan Lain”. Edisi 2. salemba Empat, Jakarta.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia, No.7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan.
Wilson, P. 2001. “Exchange Rate and The Trade Balance For Dynamic
Asian Economics Does The J-Curve Exist for Singapore, Malaysia
and Korea”, Open Economies Review, 12, 389-413.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
Tahun
Volume Ekspor Indonesia
(juta dollar AS)
1986
14396
1987
17206
1988
19218
1989
22159
1990
25801
1991
29142
1992
33967
1993
36823
1994
40053
1995
45418
1996
49815
1997
53444
1998
48848
1999
48665
2000
62124
2001
56321
2002
57159
2003
61058
2004
71585
2005
85660
2006
100799
2007
114101
2008
137020
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
Lampiran 2
Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008
Posisi Kredit Sektor
Perdagangan
(Milyar Rupiah)
1986
8399
1987
10247
1988
13888
1989
20109
1990
29737
1991
33049
1992
32944
1993
37271
1994
44372
1995
54224
1996
70586
1997
85122
1998
96364
1999
43288
2000
44099
2001
48450
2002
65978
2003
84257
2004
111035
2005
134108
2006
162396
2007
215670
2008
217540
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
Tahun
Lampiran 3
Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Nilai Tukar Rupiah/$ US
(Rupiah)
1986
1641
1987
1650
1988
1731
1989
1797
1990
1901
1991
1992
1992
2062
1993
2110
1994
2200
1995
2308
1996
2383
1997
4650
1998
8025
1999
7085
2000
9595
2001
10400
2002
8940
2003
8465
2004
9290
2005
9830
2006
9020
2007
9419
2008
9531
Sumber : Bank Indonesia (BI)
Tahun
Lampiran 4
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) Pada Tingkat Level
Null Hypothesis: PDGN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
3.693693
-3.769597
-3.004861
-2.642242
1.0000
Lampiran 5
Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) Pada Tingkat Level
Null Hypothesis: KRDT has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
1.180993
-3.769597
-3.004861
-2.642242
0.9969
Lampiran 6
Uji Stasioner Kurs (EXC) Pada Tingkat Level
Null Hypothesis: EXC has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-0.652687
-3.769597
-3.004861
-2.642242
0.8389
Lampiran 7
Uji Stasioner Krisis Ekonomi (DM) Pada Tingkat Level
Null Hypothesis: DM has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-1.414214
-3.769597
-3.004861
-2.642242
0.5566
Lampiran 8
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN)
Pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(PDGN) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-1.713279
-3.788030
-3.012363
-2.646119
0.4105
Lampiran 9
Uji Stasioneritas Kredit Perbankan (KRDT) Pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(KRDT) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-3.350717
-3.788030
-3.012363
-2.646119
0.0253
Lampiran 10
Uji Stasioneritas Kurs (EXC) Pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(EXC) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-4.313522
-3.788030
-3.012363
-2.646119
0.0032
Lampiran 11
Uji Stasioneritas Krisis Ekonomi (DM)
Pada Tingkat First Difference
Null Hypothesis: D(DM) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-3.007926
-3.788030
-3.012363
-2.646119
0.0504
Lampiran 12
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN)
Pada tingkat Second difference
Null Hypothesis: D(PDGN,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-6.328576
-3.808546
-3.020686
-2.650413
0.0000
Lampiran 13
Uji Stasioneritas kredit Perbankan (KRDT)
Pada tingkat Second difference
Null Hypothesis: D(KRDT,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-6.227101
-3.808546
-3.020686
-2.650413
0.0001
Lampiran 14
Uji Stasioneritas kurs (EXC)
Pada tingkat Second difference
Null Hypothesis: D(EXC,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.309320
-3.831511
-3.029970
-2.655194
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 19
Lampiran 15
Uji Stasioneritas krisis Ekonomi (DM)
Pada tingkat Second difference
Null Hypothesis: D(DM,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-5.749889
-3.808546
-3.020686
-2.650413
0.0002
Lampiran 16
Uji Multikolinieritas (Regresi Auxiliary Variabel Independen KRDT)
Dependent Variable: KRDT
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:49
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
EXC
DM
-1.920471
19.01909
-62.68882
17.49728
4.791238
33.77015
-0.109758
3.969556
-1.856338
0.9137
0.0008
0.0782
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.547578
0.502336
42.41456
35979.90
-117.2206
0.527820
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
72.31013
60.12387
10.45397
10.60208
12.10328
0.000359
Lampiran 17
Uji Multikolinieritas (Regresi Auxiliary Variabel Independen EXC)
Dependent Variable: EXC
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:52
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
C
KRDT
DM
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
1.503684
0.023170
4.809569
0.510046
0.005837
0.687103
2.948135
3.969556
6.999780
0.0080
0.0008
0.0000
0.846262
0.830888
1.480418
43.83275
-40.05179
1.275150
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
5.479348
3.599953
3.743634
3.891742
55.04557
0.000000
Lampiran 18
Uji Multikolinieritas (Regresi Auxiliary Variabel Independen DM)
Dependent Variable: DM
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:54
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KRDT
EXC
-0.161231
-0.002345
0.147650
0.100783
0.001263
0.021093
-1.599784
-1.856338
6.999780
0.1253
0.0782
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.765534
0.742088
0.259387
1.345629
0.008687
1.491506
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.478261
0.510754
0.260114
0.408222
32.65016
0.000001
Lampiran 19
Uji Autokorelasi
(Uji Breusch-Godfrey)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.173822
0.460916
Probability
Probability
0.841922
0.794170
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:36
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KRDT
EXC
DM
RESID(-1)
RESID(-2)
-0.237527
0.001277
0.023120
0.020368
-0.106895
-0.107779
2.673251
0.033847
0.968548
5.518711
0.244976
0.246035
-0.088853
0.037731
0.023871
0.003691
-0.436350
-0.438062
0.9302
0.9703
0.9812
0.9971
0.6681
0.6669
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.020040
-0.268184
6.399892
696.2965
-71.85382
1.932510
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-5.44E-15
5.683051
6.769898
7.066113
0.069529
0.996028
Lampiran 20
Uji Heteroskedastisitas
(Cross Term)
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.959148
8.142932
Probability
Probability
0.502868
0.419634
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:32
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KRDT
KRDT^2
KRDT*EXC
KRDT*DM
EXC
EXC^2
EXC*DM
DM
-552.5882
-2.717140
0.001121
-0.665436
8.431675
377.2336
-12.33656
-151.2888
-401.9383
326.3635
2.000455
0.006898
0.572983
6.109487
214.5853
6.757120
121.0672
303.8672
-1.693168
-1.358261
0.162568
-1.161355
1.380095
1.757965
-1.825712
-1.249626
-1.322743
0.1125
0.1959
0.8732
0.2649
0.1892
0.1006
0.0893
0.2319
0.2071
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.354041
-0.015079
58.36223
47686.09
-120.4599
1.844357
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
30.89285
57.92711
11.25739
11.70171
0.959148
0.502868
Lampiran 21
Uji Normalitas
(Jarque-Bera)
7
Series: Residuals
Sample 1986 2008
Observations 23
6
5
4
3
2
1
0
-15
-10
-5
0
5
10
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-5.44e-15
-1.089127
9.884954
-16.60009
5.683051
-0.718784
4.363123
Jarque-Bera
Probability
3.761177
0.152500
Lampiran 22
Uji Linieritas
(Ramsey RESET Test)
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.098923
0.126056
Probability
Probability
0.756742
0.722557
Test Equation:
Dependent Variable: PDGN
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:39
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KRDT
EXC
DM
FITTED^2
8.174926
0.422289
4.789681
-18.84164
-0.000644
5.246889
0.127859
1.684935
10.44140
0.002047
1.558052
3.302759
2.842650
-1.804513
-0.314521
0.1366
0.0040
0.0108
0.0879
0.7567
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.967478
0.960251
6.265656
706.6519
-72.02359
2.241701
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
53.51226
31.42688
6.697704
6.944550
133.8669
0.000000
Lampiran 23
Hasil Regresi Linier Berganda Utama
Dependent Variable: PDGN
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:21
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
KRDT
EXC
DM
9.610904
0.383439
4.351224
-16.03115
2.523495
0.032239
0.923670
5.271733
3.808569
11.89353
4.710801
-3.040965
0.0012
0.0000
0.0002
0.0067
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.967299
0.962136
6.115276
710.5355
-72.08662
2.133934
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
53.51226
31.42688
6.616228
6.813705
187.3409
0.000000
Download