BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Yang Relevan 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Jama’an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Dalam teori sinyal membahas masalah informasi asimetri di pasar. Teori ini menjelaskan bagaimana informasi asimetri dapat dikurangi dengan cara, salah satu pihak memberikan signal informasi kepada pihak lain (Susilowati, 2010). Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai 10 11 perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000). Menurut Jogiyanto (2009: 392) bahwa: Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, informasi non-keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal. 12 2. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency theory menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal didefinisikan sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut agen, untuk dapat bertindak atas nama agen tersebut. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Jama’an (2008) ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Dikatakan juga bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (prinsipal). Sutedi (2011:13) menjelaskan bahwa “tujuan dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya seefisien mungkin apabila dikelola oleh orang ahlinya (agents)”. Dalam hubungan keagenan antara pemilik perushaan dengan manajer sering kali akan muncul sebuah permasalahan yang biasa disebut agency problem. Agency problem muncul sebagai akibat dari kesenjangan kepentingan antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak peneglola atau manajemen. Pemilik perusahaan atau para principals memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan atau return yang semaksimal mungkin. Sedangkan pihak manajemen atau para agents memiliki kepentingan terhadap perolehan kompensasi kerja atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. 13 Perbedaan kepentingan antara principal dan agent memunculkan suatu biaya dalam mengatasi masalah akan perbedaan kepentingan tersebut. Biaya yang berkaitan dengan masalah keagenan disebut biaya keagenan (agency cost). Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen (Tendi Haruman, 2008). B. Saham Saham adalah surat bukti atau kepemilikan bagian modal suatu perusahaan. Saham adalah salah satu sumber dana yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus membayarkan dividen. Menurut Bambang Riyanto (2010;54) “Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perusahaan/PT.” Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham. Menurut Sutrisno (2005:108), “Saham adalah surat bukti kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tidak tetap”. 14 Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001): “Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perusahaan/PT.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan sesuai dengan proporsinya. Pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu, antara lain hak untuk menerima dividend dan memperoleh keuntungan atas selisih harga saham apabila saham tersebut dijual. Selain itu, seseorang atau badan yang mempunyai saham memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 1. Jenis- Jenis Saham Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim menurut Keown et all, dalam bukunya dasar-dasar manajemen keuangan yang diterjemahkan oleh Chaerul Djakman (2001 : 281), saham dibagi atas: a. Saham Preferen (Prefered Stock) Merupakan saham gabungan antara obligasi dan saham biasa.Artinya selain memiliki karakteristik sebagai obligasi, saham preferen juga memiliki karakteristik sebagai saham biasa. b. Saham Biasa (Common Stock) Merupakan saham yang menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan, dan apabila terjadi kebangkrutan maka pemegang saham biasa tidak dapat menuntut terhadap aktiva sebelum kewajiban terhadap kreditur 15 perusahaan, termasuk pemegang obligasi dan pemegang saham preferen telah terpenuhi. 2. Harga Saham Harga saham adalah suatu harga yang terbentuk dari penawaran dan permintaan yang terjadi didalam Bursa Efek Indonesia. Macammacam harga saham yang ada didalam pasar modal seperti yang diungkapkan oleh Widiatmodjo (2005:55-57) : a. Harga pembukaan Harga pembukaaan adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada saat pembukaan perdagangan di Bursa Efek. Harga pembukaan bisa saja menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya bahwa harga pasar mungkin saja akan menjadi harga pembukaan. b. Harga Penutupan Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa.Pada keadaan demikian bisa terjadi pada saat akhir bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham. Kalau hal ini terjadi maka harga penutupan itu akan menjadi harga pasar. c. Harga tertinggi Harga ini merupakan harga yang paling tinggi yang terjadi dalam satu hari bursa. 16 d. Harga terendah Harga ini merupakan harga yang paling rendah yang terjadi dalam satu hari bursa. Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalah bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis/intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih total aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham biasa. Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka actual return atau realized, para manajer selalu mencoba memaksimalkan nilai saham perusahaan mereka. Saham biasa akan memberikan aliran arus kas yang diharapkan di masa depan dan nilai saham dicari dengan cara yang sama seperti penilaian aktiva keuangan lainnya. Arus kas yang diharapkan terdiri dari dua unsur: (1) dividen yang diharapkan setiap tahunnya dan (2) harga yang diharapkan diterima investor ketika mereka menjual saham. 17 Harga saham akhir yang diharapkan meliputi pengembalian investasi awal ditambah keuntungan modal yang diharapkan. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar yang harus diketahui investor untuk menentukan berapa perkiraan harga saham yang wajar, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar, sedangkan keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Abdul Halim (2003:95) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: a. Dividen Dividen merupakan bagian dari laba atau pendapatan dalam perusahaan yang ditetapkan oleh direksi dan disahkan oleh rapat umum pemegang saham untuk dibagikan kepada pemegang saham. b. Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Jika saham dipecahkan, penurunan nilai nominal atau nilai ditetapkan berlaku bagi seluruh saham, termasuk saham yang belum diterbitkan dan saham yang diperolehkan kembali. 18 c. Pembelian Kembali Saham (Repurchase Stock) Pembelian kembali saham adalah salah satu pilihan bagi perusahaan dalam memanfaatkan dana hasil operasi perusahaan. Saham biasa yang telah beredar dan dilakukan penarikan kembali atas saham itu, disebut dengan Treasury Stock. d. Right Issue Right Issue pada hakikatnya merupakan hak memesan saham terlebih dahulu yang diberikan kepada pemodal saat ini untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar Fresh Money. Faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham. Harga saham akan cenderung meningkat sampai dengan hari terakhir sebelum stock split, selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, berita positif maupun negatif mengenai perusahaan emiten dapat mempengaruhi atau memberikan dampak bagi kenaikan atau penurunan harga saham perusahaan. 4. Return Saham Return saham menurut Jogiyanto (2009 : 195) adalah: “Hasil yang diperoleh dari investasi”. Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin (2010: 102) menyatakan bahwa: “Return merupakan salah satu faktor yang 19 memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya”. Tingkat Pengembalian (Return) Saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return realisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain/loss yang juga sering disebut actual return. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return yang diperoleh dari pemilikan saham dapat berupa deviden dan capital gain/loss. Capital gain/loss adalah selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Besarnya actual return dapat dihitung dengan formula sebagai berikut Jogiyanto (2008:195 – 196): 20 Pt - Pt-1 Rt = Pt-1 Keterangan : Rt =Return saham pada periode ke-t Pt = Harga saham periode pengamatan Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan C. Struktur Hutang Struktur hutang menjelaskan suatu komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, baik jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang, dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang tersebut. Menurut Kasmir (2010:56) macam-macam hutang antara lain : 1. Hutang Jangka Pendek. Pembayaran maksimal 1 tahun (bahan baku). 2. Hutang Jangka Menengah. Pembayaran maksimal 1-5 tahun (pembelian mesin pabrik). 3. Hutang Jangka Panjang . pembayaran maksimal 5-10 tahun (pembelian lahan tanah /pergudangan, dll). Pendanaan perusahaan didapat dari pinjaman/hutang baik dalam jangka waktu pendek, menengah, maupun dalam jangka waktu yang panjang. Hal itu juga tergantung dari besar kecilnya aktivitas perusahaan. Pertimbangan yang diambil untuk melakukan hutang tidak hanya 21 berlandaskan kebutuhan perusahaan saja, akan tetapi harus berlandaskan juga resiko kerugian atau kebangkrutan yang akan dialami setelah melakukan hutang. Struktur hutang menjelaskan suatu komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, baik jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang, dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang tersebut. Pendekatan Hedging Adalah strategi pembiayaan setiap aktiva dengan jangka yang kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut menjadi kas. Pendekatan ini berdasar pada matching principle yang menyatakan bahwa sumber dana hendaknya disesuaikan dengan berapa lama dana tersebut diperlukan. Weston dan Brigham (2001:79) menyatakan the higher use of fixed-income securities (in this case debt) will have higher financial leverage, on the contrary the lower the use of fixed-income securities, the financial leverage will also be lower. Artinya, semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap (dalam hal ini adalah hutang) maka financial leverage juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap maka financial leverage juga semakin rendah. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan dapat beroperasi, berinventasi, dan dapat mengembangkan usahanya. J.Fred Weston dan Thomas (2002 : 19) menyatakan financial leverage is the way how companies finance their activities. Artinya financial leverage adalah cara bagaimana perusahaan membiayai 22 aktitivtasnya. Konsep financial leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang (debt) terhadap total aktiva (total asset). Financial Leverage berpengaruh terhadap harga saham. Gibson (2009:425) menyatakan financial leverage is the process of funding to develop business with a particular interest costs, financial leverage can be said to succeed if the firm earns more revenue from interest changes for the use of loan funds, said to be successful if companies get less revenue from interest charges for the use of loan funds. Artinya, financial leverage adalah proses pendanaan untuk mengembangkan usaha biaya bunga tertentu, financial leverage dapat dikatakan sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan lebih dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut, dikatakan tidak sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan kurang dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut. J.Fred Weston dan Thomas (2002) dalam penelitian Madichah (2005:48) Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi financial leverage, yaitu sebagai berikut : a. Tingkat pertumbuhan penjualan Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan tang dapat ditingkatkan oleh leverage. Jika penjualan dan laba meningkat, pembiayaan dengan hutang dengan beban tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham. 23 b. Stabilitas Arus Kas Bila Stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap yang terjadi pada perusahaan akan mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menjual dan labanya menurun. c. Karakteristik Industri Kemampuan untuk membayar hutang tergantung pada profitabilitas dan juga volume penjualan. Dengan demikian stabilitas laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan. d. Struktur aktiva Struktur aktiva mempengaruhi sumber- sumber pembiayaan melalui beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama jika permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang hipotek jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang tidak begitu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. e. Sikap Manajemen Sikap manajemen yang paling berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian dan resiko. Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh banyak orang akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan. Sebaliknya, pemilik perusahaan kecil mungkin lebih sering menghindari penerbitan saham biasa dalam usahanya untuk tetap mengendalikan perusahaan 24 sepenuhnya karena mereka biasanya sangat yakin terhadap prospek perusahaan mereka dan karena mereka dapat melihat laba besar yang akan mereka peroleh f. Sikap pemberi pinjaman Manajemen ingin menggunakan leverage melampaui batas normal untuk bidang industrinya, pemberi pinjaman berpendapat bahwa hutang yang terlalu besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjaman dan penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya. Suad Husnan (2000:225) menerjemahkan financial leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga. Analisis financial leverage memusatkan perhatian pada perubahan laba setelah pajak sebagai akibat perubahan laba operasi. Dalam pengertian financial leverage tersebut terdapat Debt to Asset ratio, yaitu : rasio yang mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai dari hutang, karena semua hutang memiliki resiko, semakin besar rasio maka semakin besar pula resiko yang akan ditanggung perusahaan. Aktiva didanai oleh investor dan kreditor, oleh karena itu perusahaan dituntut memiliki laba yang besar untuk mampu memberikan value kepada investor dan kreditur, karena dengan hutang yang banyak dengan biaya tetapnya akan mengurangi beban pajak dan meningkatkan laba (Van Horne, 2005). 25 = Total Hutang Total Aktiva D. Pertumbuhan Perusahaan Martono dan Harjito (2009:115) Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan Size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001). 26 Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja. Pengukuran yang lain adalah dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran berikutnya adalah dengan mengukur pertumbuhan laba bersih. Dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah modal, sedangkan outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan perusahaan yang terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan (growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam system ekonomi secara keseluruhan atau system ekonomi untuk industry yang sama (Machfoedz, 1996). Pertumbuhan perusahaan dapat juga menjadi indikator dari profitabilitas dan Keberhasilan perusahaan. Dalam hal ini, pertumbuhan perusahaan merupakan perwakilan untuk ketersediaan dana internal. Jika perusahaan berhasil dan memperoleh laba, maka tersedia dana internal yang cukup untuk kebutuhan investasi (Sugihen, 2003). 27 Perusahaan yang baru berdiri atau perusahaan kecil pada tahap pertumbuhan mengalami kenaikan penjualan yang menuntut adanya penambahan asset, karena pertumbuhan tidak akan terjadi seperti yang diharapkan tanpa kenaikan pada assetnya. Lebih dari itu pertumbuhan pada asset tersebut biasanya didanai dengan penambahan hutang atau modal baru (Sartono, 2008). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik (Sriwardany, 2007). Pertumbuhan Perusahaan = L −L L Keterangan : Lt : Laba periode tahun pengamatan Lt-1 : Laba sebelum tahun pengamatan E. Earning Per Share (EPS) Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per lembar saham atau EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. 28 Untuk menganalisis risiko dan membandingkan pendapatan per lembar saham perusahaan dengan perusahaan lain, maka para investor dapat menggunakan rasio Earning Per Share (EPS). Laba per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang mengukur pendapatan bersih suatu perusahaan pada suatu periode dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Ketika investor mengevalusi performance dari sebuah perusahaan, investor tidak cukup hanya mengetahui apakah income suatu perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan, investor juga perlu mencermati bagaimana perubahan income berakibat terhadap investasinya. Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham : 1. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan. 2. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : 29 F. Ukuran Perusahaan Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki total aktiva dengan jumlah besar atau disebut dengan perusahaan besar akan lebih banyak mendapatkan perhatian dari investor, kreditor maupun para pemakai informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jika perusahaan memiliki total aktiva yang besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan aktiva yang ada di perusahaan tersebut. Kemudahan dalam mengendalikan aktiva perusahaan inilah yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam menghadapi goncangan ekonomi, biasanya yang lebih kokoh berdiri adalah perusahaan yang berukuran besar, meskipun tidak menutup kemungkinan dialaminya kebangkrutan, sehingga investor akan lebih cenderung menyukai perusahaan berukuran besar daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan adalah standard minimal yang harus dipenuhi karena suatu target sebuah perusahaan untuk dapat menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan ukuran return sahamnya. Karena investor akan percaya dan menanamkan uangnya dengan cara membeli saham perusahaan 30 tersebut jika target minimal yang ditentukan oleh perusahaan pengelola Bursa Saham Indonesia dalam Bursa Efek Indonesia terpenuhi. Ukuran perusahaan meliputi aset, perputaran modal, kemampuan membayar hutang dan siklus usaha menyangkut aktiva lancar, aktiva tetap, dan sebagainya. Ukuran perusahaan = Log natural Total Aset (LnTA) G. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik, yaitu : 1. Galih Prasetyo (2011) yang meneliti “Pengaruh Financial Leverage, Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009”. Hasil penelitian uji F bahwa Financial Leverage, EPS dan DPS berpengaruh signifikan terhadap Harga saham. Sedangkan hasil uji t hanya financial leverage yang tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. Ruriana Ulfa (2011) yang meneliti “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Economic Value Added, Return On Investment dan Earning Per Share terhadap Return Saham pada Industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI”. Hasil penelitian Uji F bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan Hasil Uji T menyatakan bahwa hanya ROI dan EPS yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. 31 3. Mir’atul Chairiyah (2013) yang meneliti “Pengaruh Asset Growth, Return On Equity, Total Asset turover dan Earning Per Share terhadap Beta Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20092011”. Hasil Uji F menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham. Sedangkan hasil Uji T menunjukkan bahwa variabel asset growth berpengaruh signifikan positif terhadap beta saham dan earning per share berpengaruh signifikan negatif. Sedangkan ROE dan total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. 4. Pancawati, Dkk (2004) melakukan penelitian “ Analisis variable yang mempengaruhi Earning Per Share pada perusahaan manufaktur yang tercatatat di BEI (perbandingan sebelum dan sesudah krisis). Salah satu variable yang digunakan adalah debt to Asset Ratio. Hasil penelitian uji F bahwa Debt to Asset Ratio secara simultan mempengaruhi signifikan terhadap Earning per share ( EPS ). Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO 1. NAMA PENELITI Galih Prasetyo (2011) JUDUL PENELITIAN Pengaruh Financial Leverage, Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur VARIABEL PENELITIAN Variabel Independen : 1. Financial Leverage 2. EPS 3. DPS Variabel Dependen : Harga Saham HASIL PENELITIAN Hasil penelitian uji F bahwa Financial Leverage, EPS dan DPS berpengaruh signifikan terhadap Harga saham. Sedangkan hasil uji t hanya financial leverage yang tidak berpengaruh terhadap harga saham. 32 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 2. Ruriana Ulfa (2007) 3. Mir’atul Chairiyah (2013) Pengaruh Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, 1. Ukuran Leverage, Perusahaan 2. EVA Economic Value Added, 3. ROI 4. EPS Return On Investment dan Variabel Earning Per Dependen: Share terhadap Return Saham Return Saham pada Industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI Pengaruh Asset Variabel Growth, Independen: Return On 1. Asset Growth Equity, Total 2. ROE Asset turover dan Earning 3. Total Asset Per Share Turnover terhadap Beta 4. EPS Saham pada perusahaan Variabel manufaktur Dependen: yang terdaftar Return Saham di BEI tahun 2009-2011 Hasil penelitian Uji F bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan Hasil Uji T menyatakan bahwa hanya ROI dan EPS yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Hasil Uji F menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham. Sedangkan hasil Uji T menunjukkan bahwa variabel asset growth berpengaruh signifikan positif terhadap beta saham dan earning per share berpengaruh signifikan negatif. Sedangkan ROE dan total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. 33 H. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Debt to Asset ratio (DAR) terhadap Return Saham Struktur hutang terdiri dari Debt to Asset ratio (DAR) menjelaskan komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, bagaimana komposisi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang yang dipergunakan perusahaan. Diantara kelompok hutang jangka pendek ini, terdapat kelompok hutang yang merupakan variable keputusan pasif. Disamping sumber dana yang bersifat spontan (variable keputusan pasif), komponen hutang lancar lain juga ada yang bersifat keputusan aktif. Seperti misalnya hutang bank. Perusahaan harus menentukan berapa banyak hutang akan ditarik, berapa lama jangka waktu hutang tersebut, bagaimana dengan masalah agunan kredit tersebut, dan sebagainya. Dengan kata lain, perusahaan harus secara aktif mencari dan mendapatkan sumber dana tersebut. Dalam situasi pasar modal sempurna, maka penggunaan hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang akan membawa dampak yang sama bagi nilai perusahaan. Dengan kata lain, pemilihan jangka waktu hutang menjadi tidak relevan dalam situasi pasar modal yang sempurna, karena semua kewajiban keuangan perusahaan akan mempunyai biaya yang sama dengan menggunakan dasar ekuivalen kepastian. Apabila pasar modal ternyata tidak sempurna, maka kewajiban financial yang berbeda mungkin mempunyai biaya ekuivalen yang berbeda. Semakin pendek jangka waktu kewajiban financial, semakin 34 besar kemungkinan harus memperpanjang, semakin besar biaya perpanjangan yang harus dikeluarkan, dan kemungkinan mengalami kesulitan keuangan (dan menanggung biaya kebangkrutan). Hipotesis 1: Debt to Asset ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap Return saham pada perusahaan. 2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap Return Saham Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk 35 penelitian dan memposisikan pengembangan pada sektor-sektor yang merupakan potensi untuk menghasilkan sumber-sumber penghasilan dengan meminimalisir beban dan menstabilkan operasional perusahaan sehingga pertumbuhan perusahaan akan meningkat. Hipotesis 2 :Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham 3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Pemegang saham dan calon investor pada umumnya akan tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio perband ingan antara laba bersih sebelum pajak dengan harga per lembar saham. EPS menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diberikan kepada investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya. Secara sederhana EPS menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut, para investor akan memperhatikan pengaruhnya di masa yang akan datang dengan melihat prospek perusahaan yang baik. Pertumbuhan laba per lembar saham perusahaan akan sangat dipertimbangkan oleh para investor dalam membuat keputusan untuk berinvestasi. Apabila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa yang akan datang, maka peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total kapitalisasi pasar. 36 Hipotesis 3: EPS berpengaruh positif terhadap Return saham 4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Return Saham Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001). Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory controlability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Mukhlasin, 2002). Hipotesis 4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Return saham I. Model Konseptual Gambar 2.1 Model Konseptual : Asset ratio Debt to (DAR)X1 : Pertumbuhan Perusahaan X2 Earning Per Share X3 Ukuran Perusahaan X4 Return Saham (Y)