10 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Yang Relevan 1. Teori Sinyal

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Yang Relevan
1. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut Jama’an (2008:4), Signaling Theory mengemukakan
tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal
kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Dalam teori sinyal membahas masalah informasi asimetri di
pasar. Teori ini menjelaskan bagaimana informasi asimetri dapat dikurangi
dengan cara, salah satu pihak memberikan signal informasi kepada pihak
lain
(Susilowati,
2010).
Signaling
theory
menjelaskan
mengapa
perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan
keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi
(Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak luar.
Perusahaan
(agent)
mengetahui
lebih
banyak
mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor,
kreditor). Kurangnya informasi pihak
luar
mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga
yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai
10
11
perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk
mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada
pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya
dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang
akan datang (Wolk et al., 2000).
Menurut Jogiyanto (2009: 392) bahwa:
Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima
informasi
tersebut,
pelaku
pasar
terlebih
dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal
baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan
antara publikasi informasi baik laporan keuangan, informasi non-keuangan
ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat
dalam efisiensi pasar.
Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita
memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar
modal.
12
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak
yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal didefinisikan sebagai pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut agen, untuk dapat
bertindak atas nama agen tersebut. Menurut Jensen dan Meckling (1976)
dalam Jama’an (2008) ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu
antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer
dan pemberi pinjaman (bondholders). Dikatakan juga bahwa hubungan
keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor
(prinsipal).
Sutedi (2011:13) menjelaskan bahwa “tujuan dipisahkannya
pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan
memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya
seefisien mungkin apabila dikelola oleh orang ahlinya (agents)”. Dalam
hubungan keagenan antara pemilik perushaan dengan manajer sering kali
akan muncul sebuah permasalahan yang biasa disebut agency problem.
Agency problem muncul sebagai akibat dari kesenjangan kepentingan
antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak
peneglola atau manajemen. Pemilik perusahaan atau para principals
memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan
pendapatan atau return yang semaksimal mungkin. Sedangkan pihak
manajemen atau para agents memiliki kepentingan terhadap perolehan
kompensasi kerja atas pengelolaan dana pemilik perusahaan.
13
Perbedaan kepentingan antara principal dan agent
memunculkan
suatu
biaya
dalam
mengatasi
masalah
akan
perbedaan
kepentingan tersebut. Biaya yang berkaitan dengan masalah keagenan
disebut biaya keagenan (agency cost). Konflik antara manajer dan
pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya
keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency
cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan
kepemilikan saham oleh manajemen (Tendi Haruman, 2008).
B. Saham
Saham adalah surat bukti atau kepemilikan bagian modal suatu
perusahaan. Saham adalah salah satu sumber dana yang diperoleh perusahaan
yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus
membayarkan dividen.
Menurut Bambang Riyanto (2010;54) “Saham adalah tanda bukti
pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perusahaan/PT.” Dalam pasar
modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Harga
pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan
permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena para investor
sepakat terhadap harga suatu saham.
Menurut
Sutrisno
(2005:108),
“Saham
adalah
surat
bukti
kepemilikan perusahaan yang memberikan penghasilan tidak tetap”.
14
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001): “Saham adalah tanda bukti
pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perusahaan/PT.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan
tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan sesuai
dengan proporsinya. Pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu, antara
lain hak untuk menerima dividend dan memperoleh keuntungan atas selisih
harga saham apabila saham tersebut dijual. Selain itu, seseorang atau badan
yang mempunyai saham memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
1. Jenis- Jenis Saham
Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
menurut Keown et all, dalam bukunya dasar-dasar manajemen keuangan
yang diterjemahkan oleh Chaerul Djakman (2001 : 281), saham dibagi
atas:
a. Saham Preferen (Prefered Stock)
Merupakan saham gabungan antara obligasi dan saham biasa.Artinya
selain memiliki karakteristik sebagai obligasi, saham preferen juga
memiliki karakteristik sebagai saham biasa.
b. Saham Biasa (Common Stock)
Merupakan saham yang menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan,
dan apabila terjadi kebangkrutan maka pemegang saham biasa tidak
dapat menuntut terhadap aktiva sebelum kewajiban terhadap kreditur
15
perusahaan, termasuk pemegang obligasi dan pemegang saham preferen
telah terpenuhi.
2. Harga Saham
Harga saham adalah suatu harga yang terbentuk dari penawaran
dan permintaan yang terjadi didalam Bursa Efek Indonesia. Macammacam harga saham yang ada didalam pasar modal seperti yang
diungkapkan oleh Widiatmodjo (2005:55-57) :
a. Harga pembukaan
Harga pembukaaan adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli
pada saat pembukaan perdagangan di Bursa Efek. Harga pembukaan
bisa saja menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya bahwa harga pasar
mungkin saja akan menjadi harga pembukaan.
b. Harga Penutupan
Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual atau
pembeli pada saat akhir hari bursa.Pada keadaan demikian bisa terjadi
pada saat akhir bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham. Kalau
hal ini terjadi maka harga penutupan itu akan menjadi harga pasar.
c. Harga tertinggi
Harga ini merupakan harga yang paling tinggi yang terjadi dalam satu
hari bursa.
16
d. Harga terendah
Harga ini merupakan harga yang paling rendah yang terjadi dalam satu
hari bursa.
Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalah
bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan
peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang
akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi.
Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas
disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga
teoritis/intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham
adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih
total aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang
terbentuk di pasar jual beli saham.Harga teoritis adalah harga saham yang
seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum
pada saham biasa.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka actual return atau
realized, para manajer selalu mencoba memaksimalkan nilai saham
perusahaan mereka. Saham biasa akan memberikan aliran arus kas yang
diharapkan di masa depan dan nilai saham dicari dengan cara yang sama
seperti penilaian aktiva keuangan lainnya. Arus kas yang diharapkan
terdiri dari dua unsur: (1) dividen yang diharapkan setiap tahunnya dan (2)
harga yang diharapkan diterima investor ketika mereka menjual saham.
17
Harga saham akhir yang diharapkan meliputi pengembalian investasi awal
ditambah keuntungan modal yang diharapkan. Analisis investasi saham
merupakan hal yang mendasar yang harus diketahui investor untuk
menentukan berapa perkiraan harga saham yang wajar, mengingat tanpa
analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami kerugian.
Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di atas
harga pasar, sedangkan keputusan menjual saham terjadi bila nilai
perkiraan suatu saham dibawah harga pasar.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Abdul Halim (2003:95) Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham adalah:
a. Dividen
Dividen merupakan bagian dari laba atau pendapatan dalam perusahaan
yang ditetapkan oleh direksi dan disahkan oleh rapat umum pemegang
saham untuk dibagikan kepada pemegang saham.
b. Pemecahan Saham (Stock Split)
Pemecahan saham adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam
nilai nominal yang lebih kecil. Jika saham dipecahkan, penurunan nilai
nominal atau nilai ditetapkan berlaku bagi seluruh saham, termasuk
saham yang belum diterbitkan dan saham yang diperolehkan kembali.
18
c. Pembelian Kembali Saham (Repurchase Stock)
Pembelian kembali saham adalah salah satu pilihan bagi perusahaan
dalam memanfaatkan dana hasil operasi perusahaan. Saham biasa yang
telah beredar dan dilakukan penarikan kembali atas saham itu, disebut
dengan Treasury Stock.
d. Right Issue
Right Issue pada hakikatnya merupakan hak memesan saham terlebih
dahulu yang diberikan kepada pemodal saat ini untuk membeli saham
baru yang dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar
Fresh Money.
Faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham. Harga
saham akan cenderung meningkat sampai dengan hari terakhir sebelum
stock split, selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, berita positif
maupun negatif mengenai perusahaan emiten dapat mempengaruhi atau
memberikan dampak bagi kenaikan atau penurunan harga saham
perusahaan.
4. Return Saham
Return saham menurut Jogiyanto (2009 : 195) adalah: “Hasil
yang diperoleh dari investasi”. Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin
(2010: 102) menyatakan bahwa: “Return merupakan salah satu faktor yang
19
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas
keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya”.
Tingkat Pengembalian (Return) Saham yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual
return. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang
diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return realisasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain/loss yang juga sering
disebut actual return.
Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan
resiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan return
yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa datang. Berbeda dengan
return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya
belum terjadi. Return yang diperoleh dari pemilikan saham dapat berupa
deviden dan capital gain/loss. Capital gain/loss adalah selisih untung
(rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.
Besarnya actual return dapat dihitung dengan formula sebagai berikut
Jogiyanto (2008:195 – 196):
20
Pt - Pt-1
Rt =
Pt-1
Keterangan :
Rt
=Return saham pada periode ke-t
Pt
= Harga saham periode pengamatan
Pt-1
= Harga saham periode sebelum pengamatan
C. Struktur Hutang
Struktur hutang menjelaskan suatu komposisi jangka waktu hutang
yang dipergunakan oleh perusahaan, baik jangka pendek, menengah, ataupun
jangka panjang, dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang tersebut.
Menurut Kasmir (2010:56) macam-macam hutang antara lain :
1. Hutang Jangka Pendek. Pembayaran maksimal 1 tahun (bahan baku).
2. Hutang Jangka Menengah. Pembayaran maksimal 1-5 tahun (pembelian
mesin pabrik).
3. Hutang Jangka Panjang . pembayaran maksimal 5-10 tahun (pembelian
lahan tanah /pergudangan, dll).
Pendanaan perusahaan didapat dari pinjaman/hutang baik dalam
jangka waktu pendek, menengah, maupun dalam jangka waktu yang panjang.
Hal itu juga tergantung dari besar kecilnya aktivitas perusahaan.
Pertimbangan
yang diambil untuk melakukan
hutang tidak
hanya
21
berlandaskan kebutuhan perusahaan saja, akan tetapi harus berlandaskan juga
resiko kerugian atau kebangkrutan yang akan dialami setelah melakukan
hutang. Struktur hutang menjelaskan suatu komposisi jangka waktu hutang
yang dipergunakan oleh perusahaan, baik jangka pendek, menengah, ataupun
jangka panjang, dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang tersebut.
Pendekatan Hedging Adalah strategi pembiayaan setiap aktiva
dengan jangka yang kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran
aktiva tersebut menjadi kas. Pendekatan ini berdasar pada matching principle
yang menyatakan bahwa sumber dana hendaknya disesuaikan dengan berapa
lama dana tersebut diperlukan.
Weston dan Brigham (2001:79) menyatakan the higher use of
fixed-income securities (in this case debt) will have higher financial
leverage, on the contrary the lower the use of fixed-income securities, the
financial leverage will also be lower. Artinya, semakin tinggi penggunaan
sekuritas berpenghasilan tetap (dalam hal ini adalah hutang) maka
financial leverage juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin
rendah penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap maka financial leverage
juga semakin rendah. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan perusahaan dapat
beroperasi,
berinventasi,
dan dapat
mengembangkan usahanya.
J.Fred Weston dan Thomas (2002 : 19) menyatakan financial
leverage is the way how companies finance their activities. Artinya
financial leverage adalah cara bagaimana perusahaan membiayai
22
aktitivtasnya. Konsep financial leverage adalah rasio antara nilai buku
seluruh hutang (debt) terhadap total aktiva (total asset).
Financial Leverage berpengaruh terhadap harga saham. Gibson
(2009:425) menyatakan financial leverage is the process of funding to
develop business with a particular interest costs, financial leverage can be
said to succeed if the firm earns more revenue from interest changes for
the use of loan funds, said to be successful if companies get less revenue
from interest charges for the use of loan funds. Artinya, financial leverage
adalah proses pendanaan untuk mengembangkan usaha biaya bunga
tertentu, financial leverage dapat dikatakan sukses jika perusahaan
memperoleh pendapatan lebih dari beban bunga untuk penggunaan dana
pinjaman tersebut, dikatakan tidak sukses jika perusahaan memperoleh
pendapatan kurang dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman
tersebut.
J.Fred Weston dan Thomas (2002) dalam penelitian Madichah
(2005:48) Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi financial leverage,
yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat pertumbuhan penjualan
Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai
sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan tang dapat
ditingkatkan oleh leverage. Jika penjualan dan laba meningkat,
pembiayaan dengan hutang dengan beban tertentu akan meningkatkan
pendapatan pemilik saham.
23
b. Stabilitas Arus Kas
Bila Stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap
yang terjadi pada perusahaan akan mempunyai resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang menjual dan labanya menurun.
c. Karakteristik Industri
Kemampuan untuk membayar hutang tergantung pada profitabilitas dan
juga volume penjualan. Dengan demikian stabilitas laba adalah sama
pentingnya dengan stabilitas penjualan.
d. Struktur aktiva
Struktur aktiva mempengaruhi sumber- sumber pembiayaan melalui
beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka
panjang, terutama jika permintaan akan produk cukup meyakinkan,
akan banyak menggunakan hutang hipotek jangka panjang. Perusahaan
yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang tidak
begitu tergantung pada pembiayaan jangka pendek.
e. Sikap Manajemen
Sikap manajemen yang paling berpengaruh dalam memilih cara
pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian dan resiko.
Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh banyak orang akan
memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak
akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan. Sebaliknya,
pemilik perusahaan kecil mungkin lebih sering menghindari penerbitan
saham biasa dalam usahanya untuk tetap mengendalikan perusahaan
24
sepenuhnya karena mereka biasanya sangat yakin terhadap prospek
perusahaan mereka dan karena mereka dapat melihat laba besar yang
akan mereka peroleh
f. Sikap pemberi pinjaman
Manajemen ingin menggunakan leverage melampaui batas normal
untuk bidang industrinya, pemberi pinjaman berpendapat bahwa hutang
yang terlalu besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjaman dan
penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya.
Suad Husnan (2000:225) menerjemahkan financial leverage
terjadi
pada
saat
perusahaan
menggunakan
sumber
dana
yang
menimbulkan beban tetap. Perusahaan menggunakan hutang, maka
perusahaan
harus
membayar
bunga.
Analisis
financial
leverage
memusatkan perhatian pada perubahan laba setelah pajak sebagai akibat
perubahan laba operasi. Dalam pengertian financial leverage tersebut
terdapat Debt to Asset ratio, yaitu : rasio yang mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai dari hutang, karena semua hutang
memiliki resiko, semakin besar rasio maka semakin besar pula resiko yang
akan ditanggung perusahaan. Aktiva didanai oleh investor dan kreditor,
oleh karena itu perusahaan dituntut memiliki laba yang besar untuk
mampu memberikan value kepada investor dan kreditur, karena dengan
hutang yang banyak dengan biaya tetapnya akan mengurangi beban pajak
dan meningkatkan laba (Van Horne, 2005).
25
=
Total Hutang
Total Aktiva
D. Pertumbuhan Perusahaan
Martono
dan
Harjito
(2009:115)
Pertumbuhan
perusahaan
merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan Size. Pertumbuhan
perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage,
sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak
terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan
manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya
karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut
membayar bunga secara teratur.
Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan
dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang
maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi
perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai
deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini
dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin
besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh
(Sartono, 2001).
26
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,
misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya
dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan
saja.
Pengukuran yang lain adalah dengan melihat pertumbuhan laba
operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran laba operasi perusahaan,
kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam
pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran berikutnya adalah
dengan mengukur pertumbuhan laba bersih.
Dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah modal,
sedangkan outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan perusahaan yang
terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi
dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa
yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Pertumbuhan (growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri
dalam system ekonomi secara keseluruhan atau system ekonomi untuk
industry yang sama (Machfoedz, 1996). Pertumbuhan perusahaan dapat juga
menjadi indikator dari profitabilitas dan Keberhasilan perusahaan. Dalam hal
ini, pertumbuhan perusahaan merupakan perwakilan untuk ketersediaan dana
internal. Jika perusahaan berhasil dan memperoleh laba, maka tersedia dana
internal yang cukup untuk kebutuhan investasi (Sugihen, 2003).
27
Perusahaan yang baru berdiri atau perusahaan kecil pada tahap
pertumbuhan mengalami kenaikan penjualan yang menuntut adanya
penambahan asset, karena pertumbuhan tidak akan terjadi seperti yang
diharapkan tanpa kenaikan pada assetnya. Lebih dari itu pertumbuhan pada
asset tersebut biasanya didanai dengan penambahan hutang atau modal baru
(Sartono, 2008).
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal
maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek
yang positif bagi mereka. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu
perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang
menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat
pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik
(Sriwardany, 2007).
Pertumbuhan Perusahaan =
L −L
L
Keterangan :
Lt
: Laba periode tahun pengamatan
Lt-1
: Laba sebelum tahun pengamatan
E. Earning Per Share (EPS)
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per
lembar saham atau EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
sahamnya.
28
Untuk menganalisis risiko dan membandingkan pendapatan per
lembar saham perusahaan dengan perusahaan lain, maka para investor dapat
menggunakan rasio Earning Per Share (EPS). Laba per lembar saham atau
Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang mengukur pendapatan bersih
suatu perusahaan pada suatu periode dibagi dengan jumlah saham yang
beredar. Ketika investor mengevalusi performance dari sebuah perusahaan,
investor tidak cukup hanya mengetahui apakah income suatu perusahaan
mengalami kenaikan atau penurunan, investor juga perlu mencermati
bagaimana perubahan income berakibat terhadap investasinya.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang
menyatakan dua macam laba per lembar saham :
1. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang
tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
2. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode
yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode
pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek
berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang
periode pelaporan.
Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
29
F. Ukuran Perusahaan
Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan
perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon
positif dan nilai perusahaan akan meningkat.
Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi
dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai
perusahaan akan meningkat.
Perusahaan yang memiliki total aktiva dengan jumlah besar atau
disebut dengan perusahaan besar akan lebih banyak mendapatkan perhatian
dari investor, kreditor maupun para pemakai informasi keuangan lainnya
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jika perusahaan memiliki total aktiva
yang besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan
aktiva yang ada di perusahaan tersebut.
Kemudahan dalam mengendalikan aktiva perusahaan inilah yang
akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam menghadapi goncangan
ekonomi, biasanya yang lebih kokoh berdiri adalah perusahaan yang
berukuran besar, meskipun tidak menutup kemungkinan dialaminya
kebangkrutan, sehingga investor akan lebih cenderung menyukai perusahaan
berukuran besar daripada perusahaan kecil.
Ukuran perusahaan adalah standard minimal yang harus dipenuhi
karena suatu target sebuah perusahaan untuk dapat menjual sahamnya di
Bursa Efek Indonesia dan ukuran return sahamnya. Karena investor akan
percaya dan menanamkan uangnya dengan cara membeli saham perusahaan
30
tersebut jika target minimal yang ditentukan oleh perusahaan pengelola Bursa
Saham Indonesia dalam Bursa Efek Indonesia terpenuhi.
Ukuran perusahaan meliputi aset, perputaran modal, kemampuan
membayar hutang dan siklus usaha menyangkut aktiva lancar, aktiva tetap,
dan sebagainya.
Ukuran perusahaan = Log natural Total Aset (LnTA)
G. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik, yaitu :
1. Galih Prasetyo (2011) yang meneliti “Pengaruh Financial Leverage,
Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009”. Hasil
penelitian uji F bahwa Financial Leverage, EPS dan DPS berpengaruh
signifikan terhadap Harga saham. Sedangkan hasil uji t hanya financial
leverage yang tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2. Ruriana Ulfa (2011) yang meneliti “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Leverage, Economic Value Added, Return On Investment dan Earning Per
Share terhadap Return Saham pada Industri makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI”. Hasil penelitian Uji F bahwa semua variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan Hasil Uji T
menyatakan bahwa hanya ROI dan EPS yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return Saham.
31
3. Mir’atul Chairiyah (2013) yang meneliti “Pengaruh Asset Growth, Return
On Equity, Total Asset turover dan Earning Per Share terhadap Beta
Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20092011”. Hasil Uji F menunjukkan bahwa seluruh variabel independen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham. Sedangkan hasil
Uji T menunjukkan bahwa variabel asset growth berpengaruh signifikan
positif terhadap beta saham dan earning per share berpengaruh signifikan
negatif. Sedangkan ROE dan total asset turnover tidak berpengaruh
signifikan terhadap beta saham.
4. Pancawati, Dkk (2004) melakukan penelitian “ Analisis variable yang
mempengaruhi Earning Per Share pada perusahaan manufaktur yang
tercatatat di BEI (perbandingan sebelum dan sesudah krisis). Salah satu
variable yang digunakan adalah debt to Asset Ratio. Hasil penelitian uji F
bahwa Debt to Asset Ratio secara simultan mempengaruhi signifikan
terhadap Earning per share ( EPS ).
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO
1.
NAMA
PENELITI
Galih
Prasetyo
(2011)
JUDUL
PENELITIAN
Pengaruh
Financial
Leverage,
Earning Per
Share dan
Dividend Per
Share terhadap
Harga Saham
pada
perusahaan
manufaktur
VARIABEL
PENELITIAN
Variabel
Independen :
1. Financial
Leverage
2. EPS
3. DPS
Variabel
Dependen :
Harga Saham
HASIL
PENELITIAN
Hasil penelitian uji F
bahwa Financial
Leverage, EPS dan DPS
berpengaruh signifikan
terhadap Harga saham.
Sedangkan hasil uji t
hanya financial leverage
yang tidak berpengaruh
terhadap harga saham.
32
yang terdaftar
di BEI tahun
2006-2009
2.
Ruriana
Ulfa
(2007)
3.
Mir’atul
Chairiyah
(2013)
Pengaruh
Variabel
Independen:
Ukuran
Perusahaan,
1. Ukuran
Leverage,
Perusahaan
2. EVA
Economic
Value Added,
3. ROI
4. EPS
Return On
Investment dan
Variabel
Earning Per
Dependen:
Share terhadap
Return Saham
Return Saham
pada Industri
makanan dan
minuman yang
terdaftar di
BEI
Pengaruh Asset Variabel
Growth,
Independen:
Return On
1. Asset
Growth
Equity, Total
2. ROE
Asset turover
dan Earning
3. Total Asset
Per Share
Turnover
terhadap Beta
4. EPS
Saham pada
perusahaan
Variabel
manufaktur
Dependen:
yang terdaftar
Return Saham
di BEI tahun
2009-2011
Hasil penelitian Uji F
bahwa semua variabel
independen berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham.
Sedangkan Hasil Uji T
menyatakan bahwa
hanya ROI dan EPS yang
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham.
Hasil Uji F menunjukkan
bahwa seluruh variabel
independen berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap beta saham.
Sedangkan hasil Uji T
menunjukkan bahwa
variabel asset growth
berpengaruh signifikan
positif terhadap beta
saham dan earning per
share berpengaruh
signifikan negatif.
Sedangkan ROE dan
total asset turnover tidak
berpengaruh signifikan
terhadap beta saham.
33
H. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Debt to Asset ratio (DAR) terhadap Return Saham
Struktur hutang terdiri dari Debt to Asset ratio (DAR)
menjelaskan komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan. Dengan kata lain, bagaimana komposisi hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang yang dipergunakan perusahaan. Diantara
kelompok hutang jangka pendek ini, terdapat kelompok hutang yang
merupakan variable keputusan pasif. Disamping sumber dana yang bersifat
spontan (variable keputusan pasif), komponen hutang lancar lain juga ada
yang bersifat keputusan aktif. Seperti misalnya hutang bank. Perusahaan
harus menentukan berapa banyak hutang akan ditarik, berapa lama jangka
waktu hutang tersebut, bagaimana dengan masalah agunan kredit tersebut,
dan sebagainya. Dengan kata lain, perusahaan harus secara aktif mencari
dan mendapatkan sumber dana tersebut.
Dalam situasi pasar modal sempurna, maka penggunaan hutang
jangka pendek atau hutang jangka panjang akan membawa dampak yang
sama bagi nilai perusahaan. Dengan kata lain, pemilihan jangka waktu
hutang menjadi tidak relevan dalam situasi pasar modal yang sempurna,
karena semua kewajiban keuangan perusahaan akan mempunyai biaya
yang sama dengan menggunakan dasar ekuivalen kepastian.
Apabila pasar modal ternyata tidak sempurna, maka kewajiban
financial yang berbeda mungkin mempunyai biaya ekuivalen yang
berbeda. Semakin pendek jangka waktu kewajiban financial, semakin
34
besar
kemungkinan
harus
memperpanjang,
semakin
besar
biaya
perpanjangan yang harus dikeluarkan, dan kemungkinan mengalami
kesulitan keuangan (dan menanggung biaya kebangkrutan).
Hipotesis 1: Debt to Asset ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap
Return saham pada perusahaan.
2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap Return Saham
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan size Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan
pengaruh iklim industri lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage sebaiknya menggunakan
ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan
(agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan,
sebaliknya perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena
penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar
bunga secara teratur.
Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar
kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk
pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk
menahan laba Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak
membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk
35
penelitian dan memposisikan pengembangan pada sektor-sektor yang
merupakan potensi untuk menghasilkan sumber-sumber penghasilan
dengan meminimalisir beban dan menstabilkan operasional perusahaan
sehingga pertumbuhan perusahaan akan meningkat.
Hipotesis 2 :Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap
return saham
3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham
Pemegang saham dan calon investor pada umumnya akan
tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena EPS merupakan salah satu
indikator keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS)
merupakan rasio perband ingan antara laba bersih sebelum pajak dengan
harga per lembar saham. EPS menunjukkan seberapa besar keuntungan
yang diberikan kepada investor dari setiap lembar saham yang
dimilikinya. Secara sederhana EPS menggambarkan jumlah uang yang
diperoleh untuk setiap lembar saham.
Berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut, para
investor akan memperhatikan pengaruhnya di masa yang akan datang
dengan melihat prospek perusahaan yang baik. Pertumbuhan laba per
lembar saham perusahaan akan sangat dipertimbangkan oleh para
investor dalam membuat keputusan untuk berinvestasi. Apabila harga
saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa yang
akan datang, maka peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan
total kapitalisasi pasar.
36
Hipotesis 3:
EPS berpengaruh positif terhadap Return saham
4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Return Saham
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan
lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh
jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil
daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita
kerugian (Brigham dan Houston 2001).
Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan
inventory controlability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya
perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian
persediaan (Mukhlasin, 2002).
Hipotesis 4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
Return saham
I.
Model Konseptual
Gambar 2.1
Model Konseptual
: Asset ratio
Debt to
(DAR)X1
:
Pertumbuhan Perusahaan
X2
Earning Per Share
X3
Ukuran Perusahaan
X4
Return Saham
(Y)
Download