BAB 2 LANDAS AN TEORI 2.1 Definisi Teknik Industri M enurut IIE (Institute of Industrial and System), Teknik Industri adalah suatu rekayasa yang berkaitan dengan desain, pembaruan, dan instalasi dari sistem integrasi yang meliputi manusia, material, peralatan, energi dan manusia. M enurut Turner (2000,p21) teknik industri juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dibidang matematika, fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi hasil dalam merancang suatu sistem. 2.1.1 Definisi Peramalan M enurut Tersine (1994,p35) peramalan adalah sebuah perkiraan, proyeksi dari kejadian atau aktivitas masa depan yang tidak pasti. Karena masa depan sulit ditentukan, sistem peramalan, secara emplisit ataupun eksplisit diperlukan. Akurasi 100% dalam peramalan tidak akan mungkin tercapai, jadi selalu ada batasan dari potensi keberhasilanya. Walaupun peramalan tidak selalu sempurna, sedikit pengetahuan mengenai masa depan lebih baik daripada tidak sama sekali.. peramlalan digunakan untuk mempersiapkan diri mengatasi perubahan sehingga perencanaan dapat dilakukan dengan sebaik mungkin. M enurut Taylor III (2005) peramalan adalah sebuah prediksi mengenai apa yang akan terjadi di masa depan. Ada berbagai metode peramalan yang 13 aplikasinya tergantung kerangka waktu dari peramalan tersebut (sejauh mana masa depan yang akan kita ramalkan) , keberadaan pola dalam peramalan (tren musiman, periode puncak), dan jumlah variabel yang berhubungan dengan peramalan tersebut. M enurut M akridakis, et.all (1999) peramalan adalah prediksi nilai-nilai sebuah variabel berdasarkan kepada nilai yang diketahui dari variabel tersebut atau variabel yang berhubungan peramalan juga didasarkan pada keahlian penilaian, yang pada gilirannya didasarkan pada data historis untuk mengetahui tingkat permintaan pasar. 2.1.2 Fungsi Peramalan M enurut Tersine (1994,p38) Secara garis besar fungsi peramalan dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Fungsi Peramalan Sumber : Tersine (1994) 14 2.1.3 Langkah Peramalan Dalam melakukan peramalan, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, yaitu : ¾ Tentukan jenis pola yang ada. ¾ Analisa jenis pola dengan melakukan penghitungan menggunakan metode peramalan yang ada. ¾ Tentukan dan pilih metode peramalan yang tepat sesuai dengan jenis pola data. ¾ Lakukan analisa peramalan dengan menggunakan statistik peramalan untuk menghitung nilai error melalui perhitungan-perhitungan dengan menggunakan perhitungan ketepatan statistik peramalan. ¾ Setelah melakukan perhitungan statistik peramalan, analisa apakah metode yang dipilih sudah tepat atau belum. 2.1.4 Komponen Peramalan Bersarkan Kerangka Waktu M enurut Taylor III (2005) peramalan dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan kerangka waktunya, yaitu : A. Peramalan Jangka Pendek M encakup masa depan yang dekat dan fokus kepada kegiatan harian suatu perusahaan bisnis, seperti permintaan harian atau kebutuhan sumber daya harian. Ramalan jangka pendek jarang mencakup waktu mencapai bulanan. 15 B. Peramalan Jangka M enengah M encakup jangka waktu satu atau dua bulan sampai satu tahun. Ramalan dengan jangka waktu ini umumnya lebih berkaitan dengan rencana produksi tahunan dan akan mencerminkan hal-hal seperti puncak dan lembah dalam suatu permintaan dan kebutuhan untuk menjamin adanya tambahan sumber daya untuk tahun berikutnya. C. Peramalan Jangka Panjang M encakup periode yang lebih lama dari satu atau dua tahun. Ramalan ini berkaitan dengan usaha manajemen atau menjamin adanya pembiayaan jangka panjang. 2.1.5 S tatistika Ketepatan Peramalan M enurut Render, et.all (2005) perhitungan statistika ketepatan peramalan digunakan untuk menganalisa sejauh mana ketepatan dari suatu metode peramalan, atau dapat juga digunakan sebagai acuan dalam membandingkan hasilperamalan dari beberapa metode agar dapat diperoleh metode terbaik dalam melakukan peramalan. Selain itu, menurut M akridakis, et.all (1999) perhitungan ketepatan peramalan juga digunakan sebagai nilai analisa untuk mengetahui sejauh mana suatu peramalan dapat digunakan. Perhitungan-perhitungan statistika ketepatan peramalan tersebut antara lain: A. Forecast Error M erupakan perhitungan error yang dihasilkan dari hasil pengurangan nilai 16 aktual terhadap nilai hasil akhir peramalan, dirumuskan sebagai berikut : et= xt− Ft B. Mean Absolute Error (Nilai Tengah Galat Absolut) M erupakan perhiungan error yang diperoleh dari hasil pernjumlahan total error yang telah diabsolutkan dan dibagi dengan jumlah periode peramalan yang dilakukan, dinyatakan dengan rumus : 1 MAE = ∑ n et n t −1 C. Standard Deviation of Error (Deviasi Standar Galat) M erupakan perhitungan error dalam bentuk perhitungan standar deviasi, dengan rumus : SDE 1 et 2 ∑n n −1 t −1 D. Mean Absolute Deviation (Nilai Tengah Deviasi Absolut) M erupakan perhitungan error yang diperoleh dari penjumlahan total seluruh nilai aktual yang dikurang rata-rata permintaan yang telah diabsolutkan dan kemudian dibagi dengan jumlah periode peramalan, dengan rumus : MAD = 1 n ∑ t −1 xt − x n E. Percentage Error (Galat Persentase) M erupakan perhitungan persentase error dari suatu perhitungan peramalan 17 (dinyatakan dalam %), dengan rumus : ⎛ x −F PE = ⎜⎜ t t ⎝ xt ⎞ ⎟⎟Χ100 ⎠ F. Mean Percentage Error (Nilai Tengah Galat Persentase) M erupakan nilai tengah atau rata-rata dari jumlah persentase error dalam suatu peramalan, dengan rumus : 1 MPE = ∑ nt−1 PEt n G. Mean Absolute Percentage Error (Nilai Tengah Galat Persentase Absolut) M erupakan perhitungan error dengan mengambil nilai tengah dari persentase yang diabsolutkan, dengan rumus : MAPE = 1 n PE ∑ n t −1 t 2.1.6 Jenis-Jenis Pola Data M enurut Taylor III (2005) terdapat beberapa pola atau kecenderungan. Pola-pola data yang ada adalah : ¾ Pola Data Horizontal (H) Terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti itu stasioner terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu jenis ini. 18 Gambar 2.2 Pola Data Horizontal Sumber : Taylor III (2005) ¾ Pola Data M usiman (S) Terjadi apabila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Penjualan dari produk yang musiman menunjukan jenis pola ini. Contoh : buah musiman. Gambar 2.3 Pola Data M usiman Sumber : Taylor III (2005) 19 ¾ Pola Data Siklis (C) Terjadi apabila suatu data terjadi atau timbul pada suatu periode setiap beberapa tahun akibat fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Gambar 2.4 Pola Data Siklis Sumber : Taylor III (2005) ¾ Pola Data Trend (T) Terjadi apabila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data secara berangsur-angsur sepanjang waktu. Gambar 2.5 Pola Data Trend Sumber : Taylor III (2005) 20 Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif atau teknologis. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat 3 kondisi, yaitu : 1. Tersedia informasi tentang data masa lalu 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. 2.1.7 Metode Peramalan M enurut Taylor III (2005,301) terdapat dua buah metode dalam melakukan peramalan, yaitu metode Time Series dan metode Kausal, dimana kedua metode ini memliki 3 buah faktor yang mempengaruhi penilaianya. Ketiga faktor itu adalah : 1. Faktor Seri Waktu (Time Series) : merupakan kategori teknik statistik yang menggunakan data historis untuk menentukkan perilaku yang akan datang. 2. Faktor Regresi : berusaha untuk mengembangkan hubungan hubungan sistematis antara item yang diramalkan dengan faktor yang menyebabkan item tersebut memiliki perilaku tertentu, dimana diterjemahkan dalam bentuk model regresi. 3. Faktor Kualitatif : berusaha untuk membuat peramalan dengan menggunakan penilaian, opini, dan pendapat manajemen. M etode yang 21 biasa disebut “penilaian eksekutif” ini biasa digunakan oleh para petinggi perusahaan untuk mendapatkan peramalan jangka panjang. Peramalan dilakukan oleh sekelompok orang yang penilaiannya dianggap valid dibandingkan dengan kelompok lain. M etode-metode yang ada adalah : A. M etode Time series M etode ini membuat peramalan dengan menggunakan asumsi bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya adalah untuk menentukan pola dalam deret data historis dan menerjemahkan pola tersebut ke masa depan. M enganalisis time series berarti membongkar data masa lalu menjadi komponen-komponen dan kemudian memproyeksikanya ke masa atau periode yang akan datang. M odel ini sendiri memiliki 3 metode peramalan kuantitatif, yaitu : 1. M etode Rata-Rata Bergerak (Moving Averages) M etode ini digunakkan dan bermanfaat apabila kita menggunakan asumsi bahwa permintaan pasar tetap stabil sepanjang waktu. M etode ini dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan rata-ratanya. Apabila tidak semua data masa lalu dapat mewakili asumsi pola data berlanjut terus di masa yang akan datang, maka dapat dipilih sejumlah N data pada periode tertentu saja. 22 Secara sistematis, metode rata-rata bergerak sederhana (yang menjadi estimasi dari permintaan periode berikutnya) ditunjukkan dengan : Rata-Rata Bergerak = ∑ n Permintaan data n sebelumnya n = jumlah periode dalam periode rata-rata bergerak 2. M etode Eksponential Smoothing M etode ini adalah metode peramalan yang mudah dan effisiens i penggunaanya bila dilakukan dengan komputer. M eskipun merupakan teknik moving averages, metode ini mencakup pemeliharaan data masa lalu yang sedikit, metode ini ditunjukkan sebagai : Ft = Ft −1 + ( At−1 − Ft −1 ) α Dimana : Ft = Ramalan Baru Ft−1 = Ramalan Sebelumnya At −1 = Permintaan aktual periode sebelumnya α = Konstanta Penghalusan 3. M etode Trend Projection M etode ini digunakkan dengan cara mencocokan garis trend kerangkaian titik data historis dan kemudian memproyeksikan garis itu ke dalam ramalan jangka panjang menengah hingga jangka panjang. Beberapa persamaan trend matematis bisa dikembangkan, akan tetapi saat ini yang akan dibahas hanya trend linear. 23 Jika kita memutuskan untuk mengembangkan garis trend linear dengan metode statistik yang tepat, maka kita dapat memakai metode kuadrat terkecil (least square method). M etode ini digambarkan dalam bentuk perpotongan Y-nya (puncak dimana garis itu memotong sumbu Y) dan slope-nya (kelandaian). Jika perpotongan-Y dan kelandaiannya bisa dihitung, maka persamaan yang digunakan adalah : ∧ Y = a + bx ∧ Dimana, Y = Nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi (disebut variabel tidak bebas ) a = Perpotongan sumbu Y b = Kelandaian garis regresi (atau tingkat perubahan dalam ∧ untuk Y perubahan tertentu dalam x) x = Variabel bebas / waktu Ahli statistik mengembangkan persamaan yang bisa digunakan untuk memperoleh nilai a dan b untuk garis regresi. Kelandaian b diperoleh dengan : b= Σx. y − n..x. y () Σx2 − n x 2 Dan perpotongan y dapat dihitung dengan : a = y - bx 24 Dimana, b = Kelandaian garis regresi x = Nilai variabel bebas y = Nilai variael tak bebas x = Rata-rata nilai x y = Rata-rata nilai y n = jumlah titik data atau observasi B. M etode kausal Regresi linear, model kausal, bergabung manjadi model variabel atau hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramal. M odel ini mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan mewujudkan hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih independent variabel. Tujuan dari model ini adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari dependent variabel. Pendekatan ini lebih kuat dibandingkan metode seri waktu yang hanya menggunakan nilai historis untuk variabel yang diramalkan. M odel matematika yang kita gunakan pada metode kuadrat terkecil dari poyeksi trend bisa digunakan untuk melakukan analisis regresi linear. ∧ Variabel-variabel tak bebas yang akan diramal tetap Y , namun sekarang variabel bebas, x, bukan lagi waktu. ∧ Y = a + bx ∧ Dimana, Y = Nilai variabel tidak bebas, yaitu penjualan 25 a = Perpotongan sumbu Y b = Kelandaian garis regresi x = Variabel bebas 2.1.8 Definisi Sistem Persediaan Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk ini diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. M ekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitori tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapakan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal. Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalisasi pengendalian persediaan seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu. 2.1.9 Biaya Dalam Sistem Persediaan M enurut Baroto (2002, p55), biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah 26 harga pembelian, biaya pemesanan, biaya penyiapan, biaya penyimpanan dan biaya kekurangan persediaan. Dengan definisi sebagai berikut : 1. Biaya pembelian (Purchase Cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang apabila dilakukan pembelian dari luar, atau biaya produksi apabila diproduksi dari dalam. Besarnya sama dengan harga perolehan persediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa model pengendalian sitem persediaan, biaya tidak dimasukkan sebagai dasar untuk membuat keputusan. M enurut Tersine (1994,p13), untuk barang yang dibeli dari luar, biaya pengiriman barang dimasukkan kedalam biaya pembelian. 2. Biaya pemesanan (Order cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan utntuk melakukan pemesanan ke pemasok, yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari pemasok. M eliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/ fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan. 3. Biaya penyiapan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item persediaan produksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan peralatan produksi, biaya mempersiapkan/menyetel mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya perencanaan, dll yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi. 27 4. Biaya penyimpanan (Holding cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/ penyimpanan material, setengah jadi, jadi dan sub assembly. Biaya ini tergantung dari lama penyimoanan dan jumlah yang disimpan. Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit per periode. Biaya ini meliputi : A. Biaya kesempatan Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal. Padahal modal ini dapat diinvestasikan pada tabungan bank atau bisnis lain. Biaya modal merupakan oportunity cost yang hilang karena menyimpan persediaan. B. Biaya simpan Termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa gudang, biaya asuransi dan pajak, biaya administrasi dan pemindahan, serta biaya kerusakan dan penyusutan. C. Biaya keusangan Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi. D. Biaya-biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah item. Dalam praktek , biaya penyimpanan sukar dihitung secara teliti, sehingga dilakukan pendekatan dengan suatu prosentase tertentu. Pada beberapa perusahaan prosentase ini ditetapkan antara 15% sampai 30 % pertahun dari harga pembelian. 28 5. Biaya kekurangan persediaan (Stockout cost), bila perusahaan kehabisan barang saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock out menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan. Hal ini sulit diukur, sebab berkaitan dengan goodwill perusahaan. Biaya ini dihitung dari halhal : A. Kuantitas yang tak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak daat memenuhi permintaan. B. Waktu pemenuhan. Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. A. Biaya pengadaan darurat. Agar konsumen tidak kecewa, maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya lebih besar ketimbang biaya pengadaannormal. 2.1.10 Definisi Material Requirement Planning(MRP) M RP merupakan sebuah prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem M RP dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependen secara lebih baik dan effisien. Persediaan untuk independent demand didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi pasar dan bebas dari 29 operasi, misalnya : persediian barang jadi dan suku cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen pada suatu perusahaan, dimana persediaan menggunakan metode reorder point. Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pasar dan hanya tergantung pada permintaan suku cadang di tingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah : i. Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang lain yang berada pada level yang lebih tinggi. ii. Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain. iii. Item diperlukan saat dibutuhkan saja. iv. Diperlukan M RP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang diperlukan dalam rencana M PS/JIP M enurut Tersine (1994,p338), sistem M RP dibuat oleh perusahaan manufaktur untuk membantu mengatasi dependent demand items lebih baik dari sistem sebelumnya yang tidak tepat. 2.1.11 Tujuan dan Manfaat MRP M enurut Tersine (1994,p338), tujuan utama dari M RP adalah untuk merencanakan kebutuhan dari barang-barang yang bersifat dependent demand.Karena pada umumnya seluruh barang di perusahaan manufaktur merupakan barang dependent demand, maka M RP yang merupakan sistem berbasis komputer yang secara umum bermanfaat untuk : 30 1. M enentukan kebutuhan pada saat yang tepat M enentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang direncanakan dalam jadwal induk operasi. 2. M enentukan kebutuhan minimal setiap Item Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem M RP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item. 3. M enentukan Pelaksanaan rencana pemasaran M emberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik sendiri. 4. M enentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Apabila kapasitas yang tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem M RP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika memungkinakan) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk pemesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan. Beberapa manfaat M RP menurut Render dan Heizer, 1997 adalah : 1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen 2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja 31 3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik 4. Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar 5. Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada konsumen 2.1.12 Lot Sizing M enurut Tersine (1994,p91), salah satu alasan utama perusahaan untuk memiliki sistem persediaan adalah memungkinkanya perusahaan untuk membeli atau memproduksi barang dalam ukuran lot size yang ekonomis. Untuk menentukan peraturan persediaan yang optimum, beberapa informasi yang diperlukan adalah : Demands, Inventory costs, dan Lead Time. Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ukuran lot menentukan besarnya jumlah komponen yang diterima setiap kali pesan. Penentuan ukuran lot ini sangat tergantung pada besarnya biaya-biaya persediaan, seperti biaya pesan, simpan, modal, dan harga barang itu sendiri. Beberapa teknik yang dapat dipakai untuk menentukan jumlah lot, sehingga meminimalkan biaya diantaranya adalah : 1. Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teknik ini besaran lot tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula sebagai berikut : Q= 2DS H 32 Dimana : Q = EOQ D = Kebutuhan rata-rata dalam satu bulan S = Biaya Pesan H = Biaya Simpan 2. Period Order Quantity (POQ) POQ menggunakan cara perhitungan yang sama dengan EOQ, hanya saja dalam POQ ditentukan jumlah periode yang akan dicakup oleh setiap pesanan daripada jumlah untit yang dipesan. Sehingga hal ini akan menghasilkan siklus yang tetap. Fungsinya adalah : POQ = EOQ Per min taanrata − rata * Dalam menggunakan metode ini terdapat beberapa asumsi, yaitu : permintaan akan produk adalah konstan, harga per unit produk adalah konstan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan adalah konstan, dan lead time produk adalah konstan. 2.2 Definisi Manajemen M enurut Robins (1999) manajemen dapat didefinisikan sebagai proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Fungsi-fungsi utama manajemen umumnya dilakukan oleh para manajer dengan kegiatan utamanya adalah merancang (planning), mengorganisasi (organizing), mempimpin (leading) dan mengendalikan (controlling). 33 2.2.1 Definisi Manajemen Strategis M enurut David (2006,p5), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. M enurut Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis didefinisikan sebagai sekumpulan tindakan dan keputusan yang menghasilkan perumusan dan pelaksanaan rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran perusahaan. 2.2.2 Manfaat Manajemen S trategis M enurut David (2006,p20), manajemen strategis secara umum membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematik, logis dan rasional untuk pilihan strategi. Hal ini secara jelas menjadi manfaat utama dari manajemen strategis, tetapi penelitian mengindikasikan bahwa proses, bukan keputusan atau dokumen, adalah kontribusi manajemen strategis yang lebih penting, dimana komunikasi adalah kunci untuk kesuksesan manajemen strategis. M elalui keterlibatan damal proses, manajer dan staf menjadi komitmen dalam mendukung organisasi. Dialog dan partisipasi adalah hal yang penting . 34 M anfaat strategis manajemen secara lebih spesifik terbagi menjadi 2 manfaat, yaitu: 1. M anfaat finansial Penelitian mengindikasikan bahwa organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis menunjukkan perbaikan dalam penjualan, profitabilitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis. Perencanaan dengan kinerja yang tinggi lebih cenderung memiliki perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi di masa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan kinerja tinggi juga membuat keputusan yang dilatarbelakangi informasi yang lengkap dengan antisipasi yang baik tentang konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. 2. M anfaat non-finansial Selain membantu perusahaan dalam masalah finansial diatas, manajemen strategis juga menawarkan manfaat nyata lainya, seperti meningkatkan kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi keenganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan. Greenley menyatakan manajemen strategis memberikan manfaat sebagai berikut : 35 A. M emungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan eksploitasi peluang. B. M emberikan pandangan objektif atas masalah manajemen. C. M eminimalkan efek dari kondisi dan perubahan buruk. D. M erepresentasikan keranga kerja untuk aktivitas kontrol dan koordinasi yang lebih baik. E. M emungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung lebih baik tujuan yang telah ditetapkan. F. M emungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk peluang yang telah teridentifikasi. G. M emungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk mengkoreksi keputusan salah satu atau tidak terencana. H. M enciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal di antara staf. I. M embantu mengintegrasikan perilaku individu ke dalam usaha bersama. J. M emberikan dasar untuk mengklarifikasi tanggung jawab individu. K. M endorong pemikiran ke masa depan. L. M enyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi, dan antusiasme untuk menghadapi masalah dan peluang. M . M endorong terciptanya sikap positif terhadap perubahan. N. M emberikan tingkat kedisiplian dan formalitas kepada manajemen suatu bisnis. 36 2.2.3 Tahapan Dalam Manajemen S trategis M enurut David (2006,p18), proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan, yaitu : A. Formulasi strategi Termasuk didalamnya mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dari ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekutan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan mengevaluasi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. B. Implementasi strategi Termasuk didalamnya adalah mengimplementasikan strategi yang berhubungan dengan isu manajemen, dan implementasi strategi yang berhubungan dengan isu pemasaran, yaitu : isu-isu pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian dan perkembangan, siste informasi manajemen. M ensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, dan menghubungakan kinerja karyawan dan kinerja organisasi. Tahap ini disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis dan merupakan tahap yang paling rumit, keberhasilan tahap ini tergantung dari kinerja manajer memotivasi para bawahannya. 37 C. Evaluasi strategi Tahap final manajemen stragtegis, yaitu mengukur dan mengevaluasi kinerja. M anajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan sesuai harapan. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal dan eksternal perusahaan konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah : (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, (3) mengambil tindakan korektif. 2.2.4 Bahaya Dalam Perncanaan S trategis M enurut David (2006,p25), perencanaan strategis adalah proses yang sulit, kompleks dan butuh partisipasi yang membawa organisasi menuju teritori asing. Ia tidak menyediakan resep yang langsung dapat digunakan untuk sukses; sebaliknya, ia membawa organisasi kedalam suatu perjalanan dan menawarkan kerangka kerja untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Beberapa masalah yang harus diwaspadai adalah : ¾ M enggunakan perencanaan strategis untk memiliki kontrol atas keputusan dan sumber daya. ¾ M elakukan perencanaan strategis hanya untuk memenuhi persyaratan undang-undang atau akreditasi. ¾ Terlalu cepat bergerak dari pengembangan misi ke formulasi strategi. ¾ Gagal dalam mengkomunikasikan rencana kepada staf. 38 ¾ M anajer tingkat atas membuat banyak keputusan intuitif yang bertentangan dengan rencana formal. ¾ M anajer tingkat atas tidak secara aktif mendukung proses perencanaan strategis. ¾ Gagal menggunakan rencana sebagai standar untuk mengukur kinerja. ¾ M endelegasikan perencanaan kepada pembuat rencana, bukan melibatkan semua manajer. ¾ Gagal melibatkan staf kunci. ¾ Gagal menciptakan iklim pendukung perubahan. ¾ M emandang tidak terlalu penting. ¾ M enjadi terlalu sibuk dengan masalah saat ini. ¾ Terlalu formal dalam perencanaan sehingga tidak fleksibel dan kreatif. 2.2.5 Tipe-Tipe Strategi M enurut David (2006,p227), terdapat bebepa alternatif stategi yang dapat diimplementasikan ke perusahaan, yaitu : 1. Strategi Integrasi, yaitu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk mendapat kontrol atas distributor, pemasok, dan atau pesaing. Terbagi menjadi : A. Integrasi ke Depan: M encari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer. B. Integrasi ke Belakang : M encari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. 39 C. Integrasi horizontal : M encari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing. 2. Strategi Intensif, yaitu : strategi yang membutuhkan usaha intensif jika ingin posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Terbagi menjadi : A. Penetrasi Pasar : M eningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Dilakukan pada pasar yang sudah dimiliki oleh perusahaan. B. Pengembangan Pasar : M emperkenalkan produk/jasa saat ini ke area geografis yang baru. Dilakukan pada pasar yang belum dimiliki oleh perusahaan, yaitu daerah yang baru. C. Pengembangan Produk : M eningkatkan penjualan melalui perbaikan produk/jasa saat ini atau mengembangkan produk/jasa baru. 3. Strategi Diversifikasi, yaitu : Strategi perusahaan untuk membuat produk/jasa baru sehingga perusahaan mengelola beberapa industri. Terbagi menjadi : A. Diversifikasi Konsentrik : M enambahkan produk/jasa baru yang masih berkaitan dengan produk/jasa lama. B. Diversifikasi Konglomerat : M enambahkan produk/jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk/jasa yang lama. C. Diversifikasi Horizontal : M enambahkan produk/jasa baru, yang tidak berkaitan, kepada pelanggan saat ini. 40 4. Strategi Defensif, yaitu : Strategi perusahaan yang mengalami kesulitan. Terbagi menjadi : A. Retenchment : M engelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba. B. Divestasi : M enjual satu divisi atau bagian perusahaan. C. Likuidasi : M enjual seluruh aset perusahan, sepotong-potong, untuk nilai riilnya. 2.2.6 Fungsi Pemasaran M enurut David (2006,p179), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran, yaitu : A. Analisis Pelanggan : investigasi dan evaluasi kebutuhan, aspirasi, dan keinginan konsumen – melibatkan administrasi survei pelanggan, analisis informasi konsumen, evaluasi strategi positioning pasar, mengembangkan profil pelanggan, dan menentukan strategi segmentasi pasar yang optimal. Informasi yang dihasilkan oleh analisis pelanggan dapat menjadi pentinga dalam pengembangan pernyataan misi yang efektif. B. Penjualan Produk/Jasa : implementasi strategi yang berhasil biasanya bergantung pada kemampuan organisasi untuk menjual beberapa produk atau jasa. Penjualan mencakup banyak aktivitas pemasaran seperti iklan, publisitas, penjualan pribadi, manajemen tenaga penjualan, hubungan dengan pelanggan, dan hubungan dengan dealer. 41 C. Perencaaan Produk dan Jasa : mencakup aktivitas seperti uji pemasaran, positioning produk dan merek, merencanakan garansi, pengemasarn, menentukan pilihan produk, fitur produk, model produk dan kualitas produk, dll. Salah satu teknik yang paling efektif adalah uji pemasaran. D. Penetapan Harga : ima pemangku kepentingan utama mempengaruhi keputusan penetapan harga : konsumen, pemerintah, pemasok, distributor, dan pesaing. E. Distribusi : mencakup [ergudangan, saluran distirbusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan alat transportasi, penjual partai besar, dan peritel. Kebanyakan produsen saat ini tidak menjual langsung pada konsumen. Berbagai organisasi pemasaran bertindak sebagai perantara; mereka memiliki berbagai nama seperti penjual partai besar, peritel, broker, fasilitator, agen, vendor, atau distributor. F. Riset Pemasaran : pengumpulan, pencatatan, dan analisa data secara sistematis tentang masalah yang berkaitan dengan pemasaran barang dan jasa. G. Analisis Peluang : melibatkan evaluasi terhadap biaya, manfaat, dan resiko yang berhubungan dengan keputusan pemasaran. Tiga langkah yang dibutuhkan untuk menjalankan analisis biaya/manfaat : 1.menghitung total biaya yang berkaitan dengan sebuah keputusan, 2.memperkirakan total manfaat dari sebuah keputusan, dan 3.membandingkan total biaya dengan total manfaat. 42 2.2.7 Bauran Pemasaran M enurut, et all (2004) bauran pemasaran adalah campuran dari variabelvariabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar penjualan. Variabel yang ada adalah : A. Product : Segala sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen bisa berupa barang atau jasa untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. B. Price : Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk. C. Place : Distribusi terdri dari satu kesatuan yang bertugas dalam proses memudahkan penyampaian produk ke tangan konsumen akhir. D. Promotion : Promosi merupakan sebuah bentuk dialog yang interaktif antara perusahaan dengan pelanggannya yang selalu menyertai disaat sebelum pembelian. Kegiatan promosi dilakukan, direncanakan, dan dikendalikan harus sesuai dengan rencana pemasaran secara keseluruhan dengan harapan meningkatnya tingkat penjualan produk. 2.2.8 Konsep Inti Pemasaran M enurut, et all (2004), konsep inti pemasaran terdiri dari beberapa hal, yaitu : 1. Kebutuhan, Keinginan, Permintaan Pemasar harus berupaya untuk memahami kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar sasaran. Kebutuhan menggambarkan tuntutan dasar manusia dimana kebutuhan itu menjadi keinginan bila diarahkan 43 kepada sasaran-sasaran spesifik yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan. Permintaan adalah keinginan akan produk-produk yang spesifik yang didukung kemampuan ntuk membayar. 2. Produk atau Tawaran Produk merupakan setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Jenis utama tawaran dasar adalah baran, jasa, pengalman, peristiwa, orang, tempat, property, organisasi, informasi, dan gagasan. 3. Nilai, Biaya dan Kepuasan Produk atau tawaran akan berhasil jika memberikan nilai dari kepuasan kepada pembeli sasaran. Pembeli memilih diantara beraneka ragam tawaran yang dianggap memberikan nilai yang paling banyak. Nilai didefinisikan sebagai rasio antara apa yang didapatkan dan apa yang diberikan pelanggan. Pelanggan mendapatkan manfaat dan mengeluarkan biaya. M anfaat mencakup manfaat fungsional dan emosional. Biaya mencakup biaya moneter, biaya waktu, energi dan waktu. 4. Pertukaran dan Transaksi Pertukaran yaitu cara yang dapat dipakai seseorang untuk mendapatkan sebuah produk. Pertukaran yang merupakan konsep inti pemasaran mencakup perolehan produk yang diinginkan dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Agar muncul potensi pertukaran, 5 persyaratan harus dipenuhi antara lain, yaitu: A. sekurang-kurangnya ada 2 pihak 44 B. masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain C. masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu D. masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran pertukaran E. masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan hal yang tepat dan diinginkan 5. Hubungan dan Jaringan Kerja Pemasaran transasksi adalah bagian dari suatu gagasan yang lebih besar yang disebut dengan pemasangan hubungan. Pemasaran hubungan mempunyai tujuan membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan utama dalam rangka mendapatkan serta mempertahankan kelangsungan bisnis jangka panjang mereka. Hasil terakhir dari pemasaran hubungan adalah terbentuknya asset perusahaan yang unik yang disebut jaringan pemasaran.. Jaringan pemasaran terdiri dari perusahaan dan pemercaya (stakeholder), pendukung (pelanggan, karyawan, pemasok, distributor, pengecer, agen periklanan) yang dengannya perusahan membangun hubungan bisnis timbal balik yang saling menguntungkan. 6. Pasar Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan 3 jenis saluran pemasaran. Saluran komunikasi digunakan untuk menyerahkan dan 45 menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi ini meliputi media cetak, media elektronik, dan internet. 7. Pemasar dan Calon Pemasar Seorang pemasar adalah seorang yang mencari tanggapan (perhatian, pembelian, pemberian suara dan sumbangan) dari pihak lain. Jika kedua pihak itu saling berusaha untuk menjual sesuatu kepada orang lain maka disebut pemasar. 46 2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran