BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Teknik Industri Menurut IIE

advertisement
BAB 2
LANDAS AN TEORI
2.1 Definisi Teknik Industri
M enurut IIE (Institute of Industrial and System), Teknik Industri adalah suatu
rekayasa yang berkaitan dengan desain, pembaruan, dan instalasi dari sistem
integrasi yang meliputi manusia, material, peralatan, energi dan manusia.
M enurut Turner (2000,p21) teknik industri juga membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan khusus dibidang matematika, fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan
dengan prinsip-prinsip dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan
mengevaluasi hasil dalam merancang suatu sistem.
2.1.1 Definisi Peramalan
M enurut Tersine (1994,p35) peramalan adalah sebuah perkiraan, proyeksi
dari kejadian atau aktivitas masa depan yang tidak pasti. Karena masa depan
sulit ditentukan, sistem peramalan, secara emplisit ataupun eksplisit
diperlukan. Akurasi 100% dalam peramalan tidak akan mungkin tercapai, jadi
selalu ada batasan dari potensi keberhasilanya. Walaupun peramalan tidak
selalu sempurna, sedikit pengetahuan mengenai masa depan lebih baik
daripada tidak sama sekali.. peramlalan digunakan untuk mempersiapkan diri
mengatasi perubahan sehingga perencanaan dapat dilakukan dengan sebaik
mungkin.
M enurut Taylor III (2005) peramalan adalah sebuah prediksi mengenai apa
yang akan terjadi di masa depan. Ada berbagai metode peramalan yang
13
aplikasinya tergantung kerangka waktu dari peramalan tersebut (sejauh mana
masa depan yang akan kita ramalkan) , keberadaan pola dalam peramalan (tren
musiman, periode puncak), dan jumlah variabel yang berhubungan dengan
peramalan tersebut.
M enurut M akridakis, et.all (1999) peramalan adalah prediksi nilai-nilai
sebuah variabel berdasarkan kepada nilai yang diketahui dari variabel tersebut
atau variabel yang berhubungan peramalan juga didasarkan pada keahlian
penilaian, yang pada gilirannya didasarkan pada data historis untuk mengetahui
tingkat permintaan pasar.
2.1.2 Fungsi Peramalan
M enurut Tersine (1994,p38) Secara garis besar fungsi peramalan dapat
dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Fungsi Peramalan
Sumber : Tersine (1994)
14
2.1.3 Langkah Peramalan
Dalam melakukan peramalan, terdapat beberapa langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, yaitu :
¾ Tentukan jenis pola yang ada.
¾ Analisa jenis pola dengan melakukan penghitungan menggunakan metode
peramalan yang ada.
¾ Tentukan dan pilih metode peramalan yang tepat sesuai dengan jenis pola
data.
¾ Lakukan analisa peramalan dengan menggunakan statistik peramalan
untuk menghitung nilai error melalui perhitungan-perhitungan dengan
menggunakan perhitungan ketepatan statistik peramalan.
¾ Setelah melakukan perhitungan statistik peramalan, analisa apakah
metode yang dipilih sudah tepat atau belum.
2.1.4 Komponen Peramalan Bersarkan Kerangka Waktu
M enurut Taylor III (2005) peramalan dapat dibagi menjadi tiga
berdasarkan kerangka waktunya, yaitu :
A. Peramalan Jangka Pendek
M encakup masa depan yang dekat dan fokus kepada kegiatan harian
suatu perusahaan bisnis, seperti permintaan harian atau kebutuhan sumber
daya harian. Ramalan jangka pendek jarang mencakup waktu mencapai
bulanan.
15
B. Peramalan Jangka M enengah
M encakup jangka waktu satu atau dua bulan sampai satu tahun. Ramalan
dengan jangka waktu ini umumnya lebih berkaitan dengan rencana
produksi tahunan dan akan mencerminkan hal-hal seperti puncak dan
lembah dalam suatu permintaan dan kebutuhan untuk menjamin adanya
tambahan sumber daya untuk tahun berikutnya.
C. Peramalan Jangka Panjang
M encakup periode yang lebih lama dari satu atau dua tahun. Ramalan ini
berkaitan dengan usaha manajemen atau menjamin adanya pembiayaan
jangka panjang.
2.1.5 S tatistika Ketepatan Peramalan
M enurut Render, et.all (2005) perhitungan statistika ketepatan peramalan
digunakan untuk menganalisa sejauh mana ketepatan dari suatu metode
peramalan, atau dapat juga digunakan sebagai acuan dalam membandingkan
hasilperamalan dari beberapa metode agar dapat diperoleh metode terbaik
dalam melakukan peramalan. Selain itu, menurut M akridakis, et.all (1999)
perhitungan ketepatan peramalan juga digunakan sebagai nilai analisa untuk
mengetahui sejauh mana suatu peramalan dapat digunakan.
Perhitungan-perhitungan statistika ketepatan peramalan tersebut antara lain:
A. Forecast Error
M erupakan perhitungan error yang dihasilkan dari hasil pengurangan nilai
16
aktual terhadap nilai hasil akhir peramalan, dirumuskan sebagai berikut :
et= xt− Ft
B. Mean Absolute Error (Nilai Tengah Galat Absolut)
M erupakan perhiungan error yang diperoleh dari hasil pernjumlahan total
error yang telah diabsolutkan dan dibagi dengan jumlah periode peramalan
yang dilakukan, dinyatakan dengan rumus :
1
MAE = ∑ n et
n t −1
C. Standard Deviation of Error (Deviasi Standar Galat)
M erupakan perhitungan error dalam bentuk perhitungan standar deviasi,
dengan rumus :
SDE
1
et 2
∑n
n −1 t −1
D. Mean Absolute Deviation (Nilai Tengah Deviasi Absolut)
M erupakan perhitungan error yang diperoleh dari penjumlahan total
seluruh nilai aktual yang dikurang rata-rata permintaan yang telah
diabsolutkan dan kemudian dibagi dengan jumlah periode peramalan,
dengan rumus :
MAD =
1 n
∑ t −1 xt − x
n
E. Percentage Error (Galat Persentase)
M erupakan perhitungan persentase error dari suatu perhitungan peramalan
17
(dinyatakan dalam %), dengan rumus :
⎛ x −F
PE = ⎜⎜ t t
⎝ xt
⎞
⎟⎟Χ100
⎠
F. Mean Percentage Error (Nilai Tengah Galat Persentase)
M erupakan nilai tengah atau rata-rata dari jumlah persentase error dalam
suatu peramalan, dengan rumus :
1
MPE = ∑ nt−1 PEt
n
G. Mean Absolute Percentage Error (Nilai Tengah Galat Persentase Absolut)
M erupakan perhitungan error dengan mengambil nilai tengah dari
persentase yang diabsolutkan, dengan rumus :
MAPE =
1 n
PE
∑
n t −1 t
2.1.6 Jenis-Jenis Pola Data
M enurut Taylor III (2005) terdapat beberapa pola atau kecenderungan.
Pola-pola data yang ada adalah :
¾ Pola Data Horizontal (H)
Terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang
konstan. Deret seperti itu stasioner terhadap nilai rata-ratanya. Suatu
produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu
tertentu jenis ini.
18
Gambar 2.2 Pola Data Horizontal
Sumber : Taylor III (2005)
¾ Pola Data M usiman (S)
Terjadi apabila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Penjualan
dari produk yang musiman menunjukan jenis pola ini. Contoh : buah
musiman.
Gambar 2.3 Pola Data M usiman
Sumber : Taylor III (2005)
19
¾ Pola Data Siklis (C)
Terjadi apabila suatu data terjadi atau timbul pada suatu periode setiap
beberapa tahun akibat fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang
berhubungan dengan siklus bisnis.
Gambar 2.4 Pola Data Siklis
Sumber : Taylor III (2005)
¾ Pola Data Trend (T)
Terjadi apabila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang
dalam data secara berangsur-angsur sepanjang waktu.
Gambar 2.5 Pola Data Trend
Sumber : Taylor III (2005)
20
Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor
yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek
lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa
teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam dua kategori
utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif atau teknologis.
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat 3 kondisi, yaitu :
1. Tersedia informasi tentang data masa lalu
2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus
berlanjut di masa mendatang.
2.1.7 Metode Peramalan
M enurut Taylor III (2005,301) terdapat dua buah metode dalam melakukan
peramalan, yaitu metode Time Series dan metode Kausal, dimana kedua
metode ini memliki 3 buah faktor yang mempengaruhi penilaianya. Ketiga
faktor itu adalah :
1. Faktor Seri Waktu (Time Series) : merupakan kategori teknik statistik yang
menggunakan data historis untuk menentukkan perilaku yang akan datang.
2. Faktor Regresi : berusaha untuk mengembangkan hubungan hubungan
sistematis antara item yang diramalkan dengan faktor yang menyebabkan
item tersebut memiliki perilaku tertentu, dimana diterjemahkan dalam
bentuk model regresi.
3. Faktor
Kualitatif
: berusaha untuk
membuat
peramalan
dengan
menggunakan penilaian, opini, dan pendapat manajemen. M etode yang
21
biasa disebut “penilaian eksekutif” ini biasa digunakan oleh para petinggi
perusahaan untuk mendapatkan peramalan jangka panjang. Peramalan
dilakukan oleh sekelompok orang yang penilaiannya dianggap valid
dibandingkan dengan kelompok lain.
M etode-metode yang ada adalah :
A. M etode Time series
M etode ini membuat peramalan dengan menggunakan asumsi bahwa masa
depan adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya adalah untuk menentukan
pola dalam deret data historis dan menerjemahkan pola tersebut ke masa
depan. M enganalisis time series berarti membongkar data masa lalu
menjadi komponen-komponen dan kemudian memproyeksikanya ke masa
atau periode yang akan datang. M odel ini sendiri memiliki 3 metode
peramalan kuantitatif, yaitu :
1. M etode Rata-Rata Bergerak (Moving Averages)
M etode ini digunakkan dan bermanfaat apabila kita menggunakan
asumsi bahwa permintaan pasar tetap stabil sepanjang waktu. M etode
ini dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda
mempunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat
diredam dengan rata-ratanya. Apabila tidak semua data masa lalu
dapat mewakili asumsi pola data berlanjut terus di masa yang akan
datang, maka dapat dipilih sejumlah N data pada periode tertentu saja.
22
Secara sistematis, metode rata-rata bergerak sederhana (yang
menjadi estimasi dari permintaan periode berikutnya) ditunjukkan
dengan :
Rata-Rata Bergerak =
∑
n
Permintaan data n sebelumnya
n = jumlah periode dalam periode rata-rata bergerak
2. M etode Eksponential Smoothing
M etode ini adalah metode peramalan yang mudah dan effisiens i
penggunaanya bila dilakukan dengan komputer. M eskipun merupakan
teknik moving averages, metode ini mencakup pemeliharaan data masa
lalu yang sedikit, metode ini ditunjukkan sebagai :
Ft = Ft −1 + ( At−1 − Ft −1 )
α
Dimana : Ft
= Ramalan Baru
Ft−1 = Ramalan Sebelumnya
At −1 = Permintaan aktual periode sebelumnya
α
= Konstanta Penghalusan
3. M etode Trend Projection
M etode ini digunakkan dengan cara mencocokan garis trend
kerangkaian titik data historis dan kemudian memproyeksikan garis itu
ke dalam ramalan jangka panjang menengah hingga jangka panjang.
Beberapa persamaan trend matematis bisa dikembangkan, akan tetapi
saat ini yang akan dibahas hanya trend linear.
23
Jika kita memutuskan untuk mengembangkan garis trend linear
dengan metode statistik yang tepat, maka kita dapat memakai metode
kuadrat terkecil (least square method). M etode ini digambarkan dalam
bentuk perpotongan Y-nya (puncak dimana garis itu memotong sumbu
Y) dan slope-nya (kelandaian).
Jika perpotongan-Y dan kelandaiannya bisa dihitung, maka
persamaan yang digunakan adalah :
∧
Y = a + bx
∧
Dimana,
Y = Nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi (disebut
variabel tidak bebas )
a = Perpotongan sumbu Y
b = Kelandaian garis regresi (atau tingkat perubahan dalam
∧
untuk Y perubahan tertentu dalam x)
x = Variabel bebas / waktu
Ahli statistik mengembangkan persamaan yang bisa digunakan
untuk memperoleh nilai a dan b untuk garis regresi. Kelandaian b
diperoleh dengan :
b=
Σx. y − n..x. y
()
Σx2 − n x
2
Dan perpotongan y dapat dihitung dengan :
a = y - bx
24
Dimana, b = Kelandaian garis regresi
x = Nilai variabel bebas
y = Nilai variael tak bebas
x = Rata-rata nilai x
y = Rata-rata nilai y
n = jumlah titik data atau observasi
B. M etode kausal
Regresi linear, model kausal, bergabung manjadi model variabel atau
hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramal. M odel ini
mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan mewujudkan hubungan
sebab akibat dengan satu atau lebih independent variabel. Tujuan dari
model
ini
adalah
menemukan
bentuk
hubungan
tersebut
dan
menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari dependent
variabel. Pendekatan ini lebih kuat dibandingkan metode seri waktu yang
hanya menggunakan nilai historis untuk variabel yang diramalkan.
M odel matematika yang kita gunakan pada metode kuadrat terkecil
dari poyeksi trend bisa digunakan untuk melakukan analisis regresi linear.
∧
Variabel-variabel tak bebas yang akan diramal tetap Y , namun sekarang
variabel bebas, x, bukan lagi waktu.
∧
Y = a + bx
∧
Dimana, Y = Nilai variabel tidak bebas, yaitu penjualan
25
a = Perpotongan sumbu Y
b = Kelandaian garis regresi
x = Variabel bebas
2.1.8 Definisi Sistem Persediaan
Sistem persediaan
adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana
mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi
output, dimana untuk ini diperlukan umpan balik agar output memenuhi
standar tertentu. M ekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian
kebijakan yang memonitori tingkat persediaan, menentukan persediaan yang
harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus
dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapakan dan menjamin tersedianya produk
jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan baku secara optimal, dalam
kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal.
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi
optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan
dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalisasi pengendalian
persediaan seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai.
Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya
minimal pada suatu periode tertentu.
2.1.9 Biaya Dalam Sistem Persediaan
M enurut Baroto (2002, p55), biaya persediaan adalah semua pengeluaran
dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah
26
harga pembelian, biaya pemesanan, biaya penyiapan, biaya penyimpanan dan
biaya kekurangan persediaan. Dengan definisi sebagai berikut :
1. Biaya pembelian (Purchase Cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang apabila dilakukan pembelian dari luar, atau biaya produksi
apabila diproduksi dari dalam. Besarnya sama dengan harga perolehan
persediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada beberapa model
pengendalian sitem persediaan, biaya tidak dimasukkan sebagai dasar
untuk membuat keputusan. M enurut Tersine (1994,p13), untuk barang
yang dibeli dari luar, biaya pengiriman barang dimasukkan kedalam biaya
pembelian.
2. Biaya pemesanan (Order cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan utntuk
melakukan pemesanan ke pemasok, yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
jumlah pemesanan. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang
timbul untuk mendatangkan barang dari pemasok. M eliputi biaya
pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/ fax, biaya
dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya
lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.
3. Biaya penyiapan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul
dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item persediaan
produksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya
persiapan peralatan produksi, biaya mempersiapkan/menyetel mesin, biaya
mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung,
biaya perencanaan, dll yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item
yang diproduksi.
27
4. Biaya penyimpanan (Holding cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam
penanganan/ penyimpanan material, setengah jadi, jadi dan sub assembly.
Biaya ini tergantung dari lama penyimoanan dan jumlah yang disimpan.
Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit per periode. Biaya
ini meliputi :
A. Biaya kesempatan
Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal. Padahal
modal ini dapat diinvestasikan pada tabungan bank atau bisnis lain.
Biaya modal merupakan oportunity cost yang hilang karena menyimpan
persediaan.
B. Biaya simpan
Termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa gudang, biaya
asuransi dan pajak, biaya administrasi dan pemindahan, serta biaya
kerusakan dan penyusutan.
C. Biaya keusangan
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena
perubahan teknologi.
D. Biaya-biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah
item.
Dalam praktek , biaya penyimpanan sukar dihitung secara teliti, sehingga
dilakukan pendekatan dengan suatu prosentase tertentu. Pada beberapa
perusahaan prosentase ini ditetapkan antara 15% sampai 30 % pertahun
dari harga pembelian.
28
5. Biaya kekurangan persediaan (Stockout cost), bila perusahaan kehabisan
barang saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock out
menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan kesempatan
mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan. Hal ini sulit diukur,
sebab berkaitan dengan goodwill perusahaan. Biaya ini dihitung dari halhal :
A. Kuantitas yang tak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan
yang hilang karena tidak daat memenuhi permintaan.
B. Waktu pemenuhan. Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses
produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak
mendapatkan
keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan
sebagai uang yang hilang.
A. Biaya pengadaan darurat. Agar konsumen tidak kecewa, maka dapat
dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya lebih
besar ketimbang biaya pengadaannormal.
2.1.10 Definisi Material Requirement Planning(MRP)
M RP merupakan sebuah prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik
transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal
induk produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem M RP
dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan
akan item-item dependen secara lebih baik dan effisien.
Persediaan untuk independent demand didefinisikan sebagai persediaan
yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi pasar dan bebas dari
29
operasi, misalnya : persediian barang jadi dan suku cadang pada suatu
perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan
konsumen pada suatu perusahaan, dimana persediaan menggunakan metode
reorder point. Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi pasar dan hanya tergantung pada permintaan suku cadang di
tingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah :
i.
Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang
lain yang berada pada level yang lebih tinggi.
ii.
Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain.
iii.
Item diperlukan saat dibutuhkan saja.
iv.
Diperlukan M RP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang
diperlukan dalam rencana M PS/JIP
M enurut Tersine (1994,p338), sistem M RP dibuat oleh perusahaan
manufaktur untuk membantu mengatasi dependent demand items lebih baik
dari sistem sebelumnya yang tidak tepat.
2.1.11 Tujuan dan Manfaat MRP
M enurut
Tersine (1994,p338), tujuan utama dari M RP adalah untuk
merencanakan kebutuhan dari barang-barang yang bersifat dependent
demand.Karena pada umumnya seluruh barang di perusahaan manufaktur
merupakan barang dependent demand, maka M RP yang merupakan sistem
berbasis komputer yang secara umum bermanfaat untuk :
30
1. M enentukan kebutuhan pada saat yang tepat
M enentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai untuk
memenuhi permintaan atas produk akhir yang direncanakan dalam jadwal
induk operasi.
2. M enentukan kebutuhan minimal setiap Item
Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem M RP dapat menentukan
secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua
kebutuhan minimal setiap item.
3. M enentukan Pelaksanaan rencana pemasaran
M emberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus
dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada
pabrik sendiri.
4. M enentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang
sudah direncanakan
Apabila kapasitas yang tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan
pada waktu yang diinginkan, maka sistem M RP dapat memberikan indikasi
untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika memungkinakan)
dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan
ulang ini masih tidak memungkinkan untuk pemesanan, maka pembatalan
atas suatu pesanan harus dilakukan.
Beberapa manfaat M RP menurut Render dan Heizer, 1997 adalah :
1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen
2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja
31
3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik
4. Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar
5. Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada
konsumen
2.1.12 Lot Sizing
M enurut Tersine (1994,p91), salah satu alasan utama perusahaan untuk
memiliki sistem persediaan adalah memungkinkanya perusahaan untuk
membeli atau memproduksi barang dalam ukuran lot size yang ekonomis.
Untuk menentukan peraturan persediaan yang optimum, beberapa informasi
yang diperlukan adalah : Demands, Inventory costs, dan Lead Time.
Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan
optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan
kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ukuran lot menentukan besarnya
jumlah komponen yang diterima setiap kali pesan. Penentuan ukuran lot ini
sangat tergantung pada besarnya biaya-biaya persediaan, seperti biaya pesan,
simpan, modal, dan harga barang itu sendiri. Beberapa teknik yang dapat
dipakai untuk menentukan jumlah lot, sehingga meminimalkan biaya
diantaranya adalah :
1. Economic Order Quantity (EOQ)
Dalam teknik ini besaran lot tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya pesan
dan biaya simpan, dengan formula sebagai berikut :
Q=
2DS
H
32
Dimana :
Q = EOQ
D = Kebutuhan rata-rata dalam satu bulan
S = Biaya Pesan
H = Biaya Simpan
2. Period Order Quantity (POQ)
POQ menggunakan cara perhitungan yang sama dengan EOQ, hanya saja
dalam POQ ditentukan jumlah periode yang akan dicakup oleh setiap
pesanan daripada jumlah untit yang dipesan. Sehingga hal ini akan
menghasilkan siklus yang tetap. Fungsinya adalah :
POQ =
EOQ
Per min taanrata − rata *
Dalam menggunakan metode ini terdapat beberapa asumsi, yaitu :
permintaan akan produk adalah konstan, harga per unit produk adalah
konstan, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan adalah konstan, dan lead
time produk adalah konstan.
2.2 Definisi Manajemen
M enurut Robins (1999) manajemen dapat didefinisikan sebagai proses
mengkoordinasi
dan
mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan
kerja agar
dapat
diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Fungsi-fungsi
utama manajemen umumnya dilakukan oleh para manajer dengan kegiatan utamanya
adalah merancang (planning), mengorganisasi (organizing), mempimpin (leading)
dan mengendalikan (controlling).
33
2.2.1 Definisi Manajemen Strategis
M enurut David (2006,p5), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai
seni
dan
ilmu
untuk
memformulasikan,
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya.
M enurut Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis didefinisikan
sebagai sekumpulan tindakan dan keputusan yang menghasilkan perumusan
dan pelaksanaan rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran perusahaan.
2.2.2 Manfaat Manajemen S trategis
M enurut David (2006,p20), manajemen strategis secara umum membantu
organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan
pendekatan yang lebih sistematik, logis dan rasional untuk pilihan strategi. Hal
ini secara jelas menjadi manfaat utama dari manajemen strategis, tetapi
penelitian mengindikasikan bahwa proses, bukan keputusan atau dokumen,
adalah kontribusi manajemen strategis yang lebih penting, dimana komunikasi
adalah kunci untuk kesuksesan manajemen strategis.
M elalui keterlibatan
damal proses, manajer dan staf menjadi komitmen dalam mendukung
organisasi. Dialog dan partisipasi adalah hal yang penting .
34
M anfaat strategis manajemen secara lebih spesifik terbagi menjadi 2
manfaat, yaitu:
1. M anfaat finansial
Penelitian mengindikasikan bahwa organisasi yang menggunakan
konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil
dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Bisnis
yang menggunakan konsep
manajemen strategis menunjukkan
perbaikan dalam penjualan, profitabilitas dibandingkan dengan
perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis. Perencanaan
dengan kinerja yang tinggi lebih cenderung memiliki perencanaan
yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi di masa depan dalam
lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan kinerja
tinggi juga membuat keputusan yang dilatarbelakangi informasi yang
lengkap dengan antisipasi yang baik tentang konsekuensi jangka
pendek dan jangka panjang.
2. M anfaat non-finansial
Selain membantu perusahaan dalam masalah finansial diatas,
manajemen strategis juga menawarkan manfaat nyata lainya, seperti
meningkatkan kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang
lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan
produktivitas
karyawan, mengurangi keenganan untuk berubah, dan pengertian
yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan.
Greenley menyatakan manajemen strategis memberikan manfaat
sebagai berikut :
35
A. M emungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan
eksploitasi peluang.
B. M emberikan pandangan objektif atas masalah manajemen.
C. M eminimalkan efek dari kondisi dan perubahan buruk.
D. M erepresentasikan keranga kerja untuk aktivitas kontrol dan
koordinasi yang lebih baik.
E. M emungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung lebih baik
tujuan yang telah ditetapkan.
F. M emungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif
untuk peluang yang telah teridentifikasi.
G. M emungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit
untuk mengkoreksi keputusan salah satu atau tidak terencana.
H. M enciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal di antara
staf.
I. M embantu mengintegrasikan perilaku individu ke dalam usaha
bersama.
J. M emberikan
dasar
untuk
mengklarifikasi tanggung jawab
individu.
K. M endorong pemikiran ke masa depan.
L. M enyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi, dan antusiasme
untuk menghadapi masalah dan peluang.
M . M endorong terciptanya sikap positif terhadap perubahan.
N. M emberikan tingkat kedisiplian dan formalitas kepada manajemen
suatu bisnis.
36
2.2.3 Tahapan Dalam Manajemen S trategis
M enurut David (2006,p18), proses manajemen strategis terdiri dari tiga
tahapan, yaitu :
A. Formulasi strategi
Termasuk didalamnya mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi
peluang dari ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekutan dan
kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan
mengevaluasi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
B. Implementasi strategi
Termasuk
didalamnya adalah
mengimplementasikan
strategi yang
berhubungan dengan isu manajemen, dan implementasi strategi yang
berhubungan dengan isu pemasaran, yaitu : isu-isu pemasaran, keuangan,
akuntansi, penelitian dan perkembangan, siste informasi manajemen.
M ensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya
sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi
strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi,
menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha
pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan
sistem informasi, dan menghubungakan kinerja karyawan dan kinerja
organisasi. Tahap ini disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis
dan merupakan tahap yang paling rumit, keberhasilan tahap ini tergantung
dari kinerja manajer memotivasi para bawahannya.
37
C. Evaluasi strategi
Tahap final manajemen stragtegis, yaitu mengukur dan mengevaluasi
kinerja. M anajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat
berjalan sesuai harapan. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang
karena faktor internal dan eksternal perusahaan konstan berubah. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategi adalah : (1) meninjau ulang faktor eksternal
dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, (3)
mengambil tindakan korektif.
2.2.4 Bahaya Dalam Perncanaan S trategis
M enurut David (2006,p25), perencanaan strategis adalah proses yang sulit,
kompleks dan butuh partisipasi yang membawa organisasi menuju teritori
asing. Ia tidak menyediakan resep yang langsung dapat digunakan untuk
sukses; sebaliknya, ia membawa organisasi kedalam suatu perjalanan dan
menawarkan kerangka kerja untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan
masalah. Beberapa masalah yang harus diwaspadai adalah :
¾ M enggunakan perencanaan strategis untk memiliki kontrol atas
keputusan dan sumber daya.
¾ M elakukan perencanaan strategis hanya untuk memenuhi persyaratan
undang-undang atau akreditasi.
¾ Terlalu cepat bergerak dari pengembangan misi ke formulasi strategi.
¾ Gagal dalam mengkomunikasikan rencana kepada staf.
38
¾ M anajer tingkat atas membuat banyak keputusan intuitif yang
bertentangan dengan rencana formal.
¾ M anajer tingkat atas tidak secara aktif mendukung proses perencanaan
strategis.
¾ Gagal menggunakan rencana sebagai standar untuk mengukur kinerja.
¾ M endelegasikan
perencanaan
kepada
pembuat
rencana,
bukan
melibatkan semua manajer.
¾ Gagal melibatkan staf kunci.
¾ Gagal menciptakan iklim pendukung perubahan.
¾ M emandang tidak terlalu penting.
¾ M enjadi terlalu sibuk dengan masalah saat ini.
¾ Terlalu formal dalam perencanaan sehingga tidak fleksibel dan kreatif.
2.2.5 Tipe-Tipe Strategi
M enurut David (2006,p227), terdapat bebepa alternatif stategi yang dapat
diimplementasikan ke perusahaan, yaitu :
1. Strategi Integrasi, yaitu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk
mendapat kontrol atas distributor, pemasok, dan atau pesaing. Terbagi
menjadi :
A. Integrasi ke Depan: M encari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas distributor atau pengecer.
B. Integrasi ke Belakang : M encari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas pemasok perusahaan.
39
C. Integrasi horizontal : M encari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas pesaing.
2. Strategi Intensif, yaitu : strategi yang membutuhkan usaha intensif jika
ingin posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan
membaik. Terbagi menjadi :
A. Penetrasi Pasar : M eningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa
saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar.
Dilakukan pada pasar yang sudah dimiliki oleh perusahaan.
B. Pengembangan Pasar : M emperkenalkan produk/jasa saat ini ke
area geografis yang baru. Dilakukan pada pasar yang belum
dimiliki oleh perusahaan, yaitu daerah yang baru.
C. Pengembangan Produk : M eningkatkan penjualan melalui
perbaikan produk/jasa saat ini atau mengembangkan produk/jasa
baru.
3. Strategi Diversifikasi, yaitu : Strategi perusahaan untuk membuat
produk/jasa baru sehingga perusahaan mengelola beberapa industri.
Terbagi menjadi :
A. Diversifikasi Konsentrik : M enambahkan produk/jasa baru yang
masih berkaitan dengan produk/jasa lama.
B. Diversifikasi Konglomerat : M enambahkan produk/jasa baru
yang tidak berkaitan dengan produk/jasa yang lama.
C. Diversifikasi Horizontal : M enambahkan produk/jasa baru, yang
tidak berkaitan, kepada pelanggan saat ini.
40
4. Strategi Defensif, yaitu : Strategi perusahaan yang mengalami kesulitan.
Terbagi menjadi :
A. Retenchment : M engelompokkan ulang melalui pengurangan
biaya dan aset terhadap penurunan penjualan dan laba.
B. Divestasi : M enjual satu divisi atau bagian perusahaan.
C. Likuidasi : M enjual seluruh aset perusahan, sepotong-potong,
untuk nilai riilnya.
2.2.6 Fungsi Pemasaran
M enurut David (2006,p179), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses
mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran,
yaitu :
A. Analisis Pelanggan : investigasi dan evaluasi kebutuhan, aspirasi, dan
keinginan konsumen – melibatkan administrasi survei pelanggan, analisis
informasi konsumen, evaluasi strategi positioning pasar, mengembangkan
profil pelanggan, dan menentukan strategi segmentasi pasar yang optimal.
Informasi yang dihasilkan oleh analisis pelanggan dapat menjadi pentinga
dalam pengembangan pernyataan misi yang efektif.
B. Penjualan Produk/Jasa : implementasi strategi yang berhasil biasanya
bergantung pada kemampuan organisasi untuk menjual beberapa produk
atau jasa. Penjualan mencakup banyak aktivitas pemasaran seperti iklan,
publisitas, penjualan pribadi, manajemen tenaga penjualan, hubungan
dengan pelanggan, dan hubungan dengan dealer.
41
C. Perencaaan Produk dan Jasa : mencakup aktivitas seperti uji pemasaran,
positioning produk dan merek, merencanakan garansi, pengemasarn,
menentukan pilihan produk, fitur produk, model produk dan kualitas
produk, dll. Salah satu teknik yang paling efektif adalah uji pemasaran.
D. Penetapan Harga : ima pemangku kepentingan utama mempengaruhi
keputusan penetapan harga : konsumen, pemerintah, pemasok, distributor,
dan pesaing.
E. Distribusi : mencakup [ergudangan, saluran distirbusi, cakupan distribusi,
lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan alat
transportasi, penjual partai besar, dan peritel. Kebanyakan produsen saat ini
tidak menjual langsung pada konsumen. Berbagai organisasi pemasaran
bertindak sebagai perantara; mereka memiliki berbagai nama seperti
penjual partai besar, peritel, broker, fasilitator, agen, vendor, atau
distributor.
F. Riset Pemasaran : pengumpulan, pencatatan, dan analisa data secara
sistematis tentang masalah yang berkaitan dengan pemasaran barang dan
jasa.
G. Analisis Peluang : melibatkan evaluasi terhadap biaya, manfaat, dan resiko
yang berhubungan dengan keputusan pemasaran. Tiga langkah yang
dibutuhkan untuk menjalankan analisis biaya/manfaat : 1.menghitung total
biaya yang berkaitan dengan sebuah keputusan, 2.memperkirakan total
manfaat dari sebuah keputusan, dan 3.membandingkan total biaya dengan
total manfaat.
42
2.2.7 Bauran Pemasaran
M enurut, et all (2004) bauran pemasaran adalah campuran dari variabelvariabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar penjualan.
Variabel yang ada adalah :
A. Product : Segala sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen bisa berupa
barang atau jasa untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.
B. Price : Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk.
C. Place : Distribusi terdri dari satu kesatuan yang bertugas dalam proses
memudahkan penyampaian produk ke tangan konsumen akhir.
D. Promotion : Promosi merupakan sebuah bentuk dialog yang interaktif
antara perusahaan dengan pelanggannya yang selalu menyertai disaat
sebelum pembelian. Kegiatan promosi dilakukan, direncanakan, dan
dikendalikan harus sesuai dengan rencana pemasaran secara keseluruhan
dengan harapan meningkatnya tingkat penjualan produk.
2.2.8 Konsep Inti Pemasaran
M enurut, et all (2004), konsep inti pemasaran terdiri dari beberapa hal,
yaitu :
1. Kebutuhan, Keinginan, Permintaan
Pemasar harus berupaya untuk memahami kebutuhan, keinginan dan
permintaan pasar sasaran. Kebutuhan menggambarkan tuntutan dasar
manusia dimana kebutuhan itu menjadi keinginan bila diarahkan
43
kepada sasaran-sasaran spesifik yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan. Permintaan adalah keinginan akan produk-produk yang
spesifik yang didukung kemampuan ntuk membayar.
2. Produk atau Tawaran
Produk merupakan setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan
dan keinginan. Jenis utama tawaran dasar adalah baran, jasa,
pengalman, peristiwa, orang, tempat, property, organisasi, informasi,
dan gagasan.
3. Nilai, Biaya dan Kepuasan
Produk atau tawaran akan berhasil jika memberikan nilai dari kepuasan
kepada pembeli sasaran. Pembeli memilih diantara beraneka ragam
tawaran yang dianggap memberikan nilai yang paling banyak. Nilai
didefinisikan sebagai rasio antara apa yang didapatkan dan apa yang
diberikan
pelanggan.
Pelanggan
mendapatkan
manfaat
dan
mengeluarkan biaya. M anfaat mencakup manfaat fungsional
dan
emosional. Biaya mencakup biaya moneter, biaya waktu, energi dan
waktu.
4. Pertukaran dan Transaksi
Pertukaran yaitu cara yang dapat dipakai seseorang untuk mendapatkan
sebuah produk. Pertukaran yang merupakan konsep inti pemasaran
mencakup perolehan produk yang diinginkan dengan menawarkan
sesuatu sebagai gantinya. Agar
muncul potensi pertukaran, 5
persyaratan harus dipenuhi antara lain, yaitu:
A. sekurang-kurangnya ada 2 pihak
44
B. masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai
bagi pihak lain
C. masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan
sesuatu
D. masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak
tawaran pertukaran
E. masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak
lain merupakan hal yang tepat dan diinginkan
5. Hubungan dan Jaringan Kerja
Pemasaran transasksi adalah bagian dari suatu gagasan yang lebih besar
yang disebut dengan pemasangan hubungan. Pemasaran hubungan
mempunyai tujuan membangun hubungan jangka panjang yang
memuaskan dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan utama
dalam rangka mendapatkan serta mempertahankan kelangsungan bisnis
jangka panjang mereka. Hasil terakhir dari pemasaran hubungan adalah
terbentuknya asset perusahaan yang unik yang disebut jaringan
pemasaran.. Jaringan pemasaran terdiri dari perusahaan dan pemercaya
(stakeholder), pendukung (pelanggan, karyawan, pemasok, distributor,
pengecer, agen periklanan) yang dengannya perusahan membangun
hubungan bisnis timbal balik yang saling menguntungkan.
6. Pasar
Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan 3 jenis saluran
pemasaran. Saluran komunikasi digunakan untuk menyerahkan dan
45
menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi ini meliputi
media cetak, media elektronik, dan internet.
7. Pemasar dan Calon Pemasar
Seorang pemasar adalah seorang yang mencari tanggapan (perhatian,
pembelian, pemberian suara dan sumbangan) dari pihak lain. Jika kedua
pihak itu saling berusaha untuk menjual sesuatu kepada orang lain
maka disebut pemasar.
46
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
Download