SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Perencanaan Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 a. Kompetensi Inti : Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD): Menyusun perencanaan agribisnis peternakan unggas c. Materi Pembelajaran: Perencanaan Agribisnis Peternakan Unggas Akhir Desember 2015, Indonesia memasuki babak baru dalam hal pasar bebas tingkat regional, yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Implikasi hal tersebut, khususnya terhadap subsektor peternakan, adalah tantangan besar untuk mampu menguasai pasar, minimal pasar domestik (dalam negeri). Persaingan yang ketat antarbangsa di ASEAN, khususnya produsen komoditas pertanian komersil (termasuk produk peternakan) - dalam hal ini Thailand, diduga akan semakin terjadi dan tandatanda ke arah sana telah terlihat, bukan mustahil produsen kita dapat menjadi penonton di rumah sendiri. Sebagai contoh: Thailand telah “melontarkan” bibit ayam kampungnya secara besar-besaran, siap mengisi paar-pasar domestik negara-negara di ASEAN. Pengalaman keberhasilan Thailand dalam melakukan penetrasi pasar dapat dijadikan pelajaran. Keberhasilan yang dicapai oleh Thailand tidak terlepas dari upaya dan kemauan dari masyarakat pertanian rakyat-nya (termasuk peternakan rakyat) untuk mengembangkan komoditas pertanian komersil dalam lingkup agribisnis. Konsep agribisnis itu sendiri baru diperkenalkan di Indonesia secara resmi pada Tahun 1984, terhitung telat dibanding dengan Thailand, Malaysia, dan Fhilipina sekitar dekade 1960-an. Konsep agribisnis yang banyak digunakan oleh negara-negara di Asia adalah konsep yang dikemukakan oleh Davis dan Golberg (1957), yang diterjemahkan dan dikemukakan oleh A. Soeharjo pada acara Loakakrya “Pengembangan Akademik Jurusan Sosek Tanggal 28 November 1987 (Hernanto, 1988): “Agribisnis (bisnis pertanian) mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian sampai pada tataniaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya “ Konsep tersebut menunjukkan bahwa agribisnis merupakan suatu sistem yang dikembangkan secara terpadu dan selaras dari titik hulu sampai hilir, tidak lagi bagian-bagian tersebut berjalan secara “parsial” . Sejalan dengan konsep tersebut, maka produksi agribisnis dapat diartikan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (termasuk produk peternakan produk unggas) (Sa’id dan Intan, 2004). Oleh karena itu, perencanaan agribisnis harus meliputi: hulu - 1 perencanaan pra produksi; tengah - produksi; dan hilir - pengolahan dan pemasaran. Adapun perencanaan agribisnis pada tiap-tiap segmen adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan pada segmen hulu : perencanaan pra produksi, meliputi: a. Pemilihan komoditas Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan komoditas agribisnis adalah sebagai berikut: b. i. Perkembangan permintaan dan produksi dari komoditas ii. Besar dan kecilnya biaya produksi yang harus dikeluarkan iii. Perkembangan harga jual komoditas iv. Kesesuaian topografi, geografi, danklimatologi dengan komoditas v. Jangka waktu produksi Pemilihan Lokasi Ada 3 (tiga) hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi adalah sebagai berikut: i. Pertimbangan kemudahan memperoleh input produksi lebih ditekankan pada kedekatan lokasi dengan sumber input produksi dan tenaga kerja c. ii. Pertimbangan terhadap lokasi produksi didasarkan pada pertimbangan biaya terkecil iii. Pertimbangan kedekatan dengan pasar Skala Usaha: penentuan skala usaha akan terkait langsung dengan penentuan jumlah input produksi yang diperlukan dan jumlah output yang akan dihasilkan. 2. Perencanaan pada segmen tengah: perencanaan produksi, meliputi: a. Perencanaan input dan sarana produksi Yang termasuk sebagai kategori input produksi: bibit ternak - DOC, pakan, vitamin dan obatobatan. Perencanaan pengadaan input produksi (khususnya pakan) dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pengadaan internal - dihasilkan sendiri dari potensi yang ada; dan eksternal (dibeli) - dipasok oleh produsen pakan, seperti: poultry shop. Jika suplai input dan sarana produksi dari luar (eksternal - dibeli), maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan: i. Input dan sarana produksi tersebut mudah diperoleh ii. Ketersediaan cukup banyak (kontinuitas) iii. Hargaya relatif murah 2 Di samping itu, keperluan atas sarana produksi peternakan yang harus dipersiapkan juga dalam perencanaan produksi, yaitu: perkandangan, peralatan, dan perlengkapan produksi lainnya. b. Perencanaan pola produksi Perencanaan pola produksi sangat menentukan proses produksi, pasca panen, dan penjualan output yang dihasilkan. Pola produksi dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu: i. Mengikuti pola produksi dari komoditas tersebut, misalnya: ayam ras pedaging dapat diproduksi sampai umur 25 hari dan menghasilkan ayam siap potong ii. Jumlah komoditas yang diusahakan, misalnya: singleproduct - usahaternak ayam ras menghasilkan ayam siap potong; usahaternak domba menghasilkan ternak (ex. : daging), kulit untuk berbagai hasil produk kerajinan, dan kotoran ternak untuk pupuk; joint product (ganda: komplementer, suplementer, dan kompetitif) - usahaternak ayam ras bersama ikan (longyam); usahaternak domba bersama tanaman hortikutura: pisang iii. Sistem produksi iv. Mengikuti pola pasar, misalnya: ternak dibudidayakan dalam rangka untuk mengisi kebutuhan hari-hari besar keagamaan, seperti pada saat Idul Fitri dan Idul Adha Ada beberapa hal yang perlu juga diperhatikan dalam pengelolaan komoditas agribisis, yaitu: i. Komoditas yang dibudidayakan adalah makhluk hidup ii. Pada proses pertumbuhan terdapat periode yang rentan terhadap penyakit untuk beberapa komoditas yang dibudidayakan sehingga memerlukan perhatian yang tinggi, misalnya: pemeeliharaan ayam ras pedaging pada umur 1-7 hari merupakan masa yang rentan terhadap penyakit iii. Adanya risiko kematian yang disebabkan oleh penyakit iv. Adanya ketidakpastian terhadap hasil budidaya komoditas agribisnis c. Perencanaan pembiayaan: mengestimasi besarnya biaya yang diperlukan berdasar pada itemitem perencanaan pada segmen hulu dan tengah. Ada 2 (dua) kategori biaya yang akan dikeluarkan dalam usaha agribisnis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk investasi tetap, diantaranya: bangunan (kandang), peralatan, mesin, dan kendaraan; sedangkan biaya variabel adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pembelian input produksi yang nilainya mengikuti jumlah yang dipasok dan harga input produksi itu sendiri. 3 3. Perencanaan pada segmen hilir: pasca panen (khususnya pengolahan) dan pemasaran Perencanaan pada segmen hilir ini lebih mengarah pada pemilihan output yang akan dijual apakah dalam bentuk segar (bahan mentah) atau dalam bentuk setengah jadi atau jadi (pengolahan), yang mana hal ini berimplikasi terhadap pemasaran output produksi itu sendiri. Jika output produksi akan dijual dalam bentuk olahan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: i. Perencanaan Fasilitas Produksi, diantaranya pemilihan teknologi ii. Perencanaan Desain Produk Terkait dengan pemasaran, penentuan harga jual output produksi tidak terlepas dari 2 (dua) hal, yaitu : i. Struktur pasar komoditas agribisnis yang ddiusahakan, diantaranya: monopoli, monopsoni, dan oligopoli ii. Segmen pasar, diantaranya: jenis - pasar tradisional vs retail modern (supermarket); kelompok konsumen - anak-anak, remaja, dan dewasa 4