Pemanfaatan Cendawan Mikroza Arbuskula Untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Manggis Oleh : M. Jawal Anwarudin Syah, Irwan Muas dan Yusri Herizal Program pengembangan tanaman manggis dalam skala luas sampai sekarang masih terkendala oleh berbagai masalah budidaya di antaranya adalah sangat lambatnya laju tumbuh tanaman baik pada fase bibit maupun setelah ditanam di lapang. Semaian manggis yang berumur 2 tahun banyak yang tidak mencapai tinggi lebih dari 15 cm. Lambatnya laju pertumbuhan tanaman manggis ini akibat dari kurang baiknya sistim perakaran yang dimiliki. Manggis memiliki akar-akar lateral yang relatif sedikit dan miskin akan bulu-bulu akar, sehingga kemampuannya menyerap hara dan air dari dalam tanah sangat terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upaya mempercepat pertumbuhannya dengan meningkatkan kemampuan akar manggis dalam penyerapan hara dan air yang sangat dibutuhkan bagi pertambahan tanaman. Penggunaan cendawan mikroza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah. Selain itu aplikasi cendawan mikroza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan ternak. Cendawan Mikroza Arbuskula (CMA) termasuk kelompok endomikoriza yaitu suatu cendawan tanah yang bersifat simbiotik obligat dengan akar tanaman yang telah diketahui mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, karena dapat meningkatkan serapan hara. Struktur yang terbentuk akibat kerjasama yang saling menguntungkan antara cendawan mikroza dengan akar tanaman, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan masukan air dan hara dari tanah ke dalam jaringan tanaman. Mekanisme hubungan antara CMA dengan akar tanaman adalah sebagai berikut, pertama-tama spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman, kemudian di dalam jaringan akar CMA ini tumbuh dan berkembang membentuk hifa-hifa yang panjang dan bercabang. Jaringan hifa ini memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada jangkauan akar tanaman itu sendiri. Hifa CMA yang jangkauannya lebih luas ini selanjutnya berperan sebagai akar tanaman dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah. Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula pada beberapa tanaman komersial telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Inokulasi CMA pada apel dapat meningkatkan kandungan P pada daun dari 0,04% menjadi 0,19%. Penggunaan cendawan mikroza pada tanaman kopi, dapat meningkatkan bobot kering tanaman serta jumlah daun yang berbeda nyata dengan tanpa mikoriza. Selain itu, pada tanah dengan ketersediaan hara rendah, inokulasi CMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao. Pada tanaman pisang, inokulasi CMA juga mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman serta kandungan hara N, P, K, dan Ca pada daun. Kemampuan satu jenis CMA dapat berasosiasi dengan beberapa tanaman komersial cukup luas, akan tetapi kesesuaiannya dalam bersimbiose dengan tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi tanah, jenis mikroza dan jenis tanaman. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Balitbu sudah mencoba memanfaatkan CMA untuk memacu pertumbuhan bibit manggis, yang dimulai dengan melakukan eksplorasi CMA di beberapa daerah sentra produksi manggis di Sumatera Barat. Tanah serta sedikit akar di sekitar perakaran manggis dewasa diambil dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk penangkaran (trapping). Spora-spora yang sudah diperoleh ini selanjutnya diperbanyak secara kultur pot pada media pasir steril dengan tanaman inang Pueraria javanica selama 4 bulan. Berbagai Jenis inokulum CMA yang diperoleh dari beberapa daerah sentra produksi manggis ini selanjutnya diuji cobakan pada bibit manggis yang baru berumur 2 bulan (berdaun 2 helai). Bibit manggis ditanam di dalam pot percobaan yang berisi media tanah : pasir (1 : 1) yang telah difumigasi terlebih dahulu dengan fumigan (Basamid) selama 2 minggu. Setiap pot berisi 2 kg media dan terdiri dari satu tanaman. Sebelum transplanting bibit ke pot percobaan, terlebih dahulu dilakukan inokulasi CMA sebanyak 1 sendok makan inokulan yang ditempatkan di bawah perakaran bibit manggis. Selanjutnya di dalam rumah kaca dan dipelihara secara optimal. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 19 bulan diinokulasi CMA, ternyata CMA yang berasal dari daerah Sawahlunto Sijunjung dapat memacu pertumbuhan bibit manggis yang cukup signifikan yaitu sekitar 50% lebih cepat dibandingkan dengan bibit manggis yang tidak diinokulasi CMA. Sampai saat ini inokulasi CMA pada tanaman dilakukan dengan cara meletakkan inokulum CMA ke bidang perakarannya. Inokulum tersebut adalah media penggandaan spora (biasanya pasir atau zeolit) yang mengandung spora CMA dan potongan-potongan akar tanam inang. Cara ini mempunyai kelemahan diantaranya sangat voluminous dengan bobot cukup mahal transportasinya. Selain itu, jumlah dan dosis spora CMA yang terdapat di dalam inokulum tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan hal tersebut, Balitbu Tropika melakukan penelitian tentang pengemasan spora CMA ke dalam bentuk yang lebih praktis dan sederhana dengan dosis spora yang diketahui secara pasti agar mudah diaplikasikan. Hasilnya menunjukkan bahwa spora CMA dapat dikemas ke dalam kapsul dengan menggunakan Carier (bahan pencampur) yang terbaik dari tanah hitam (tabel 2. dan gambar2.) Daya simpan dari spora CMA yang dikemas ke dalam kapsul ini cukup lama, karena penyimpanan sampai 18 bulan masih cukup infektif dan efektif dalam memacu pertumbuhan bibit manggis. Cara aplikasi kapsul ini juga sangat mudah yaitu dengan membuat lubang dengan sebilah bambu sebesar pensil di sebelah kiri atau kanan bibit manggis sedalam 4-5 cm. Selanjutnya kapsul bermikroza tersebut dimasukkan ke dalam lubang dan lubang ditutup kembali dengan tanah. Dalam pembangunan bidang pertanian berkembang isu kebijaksanaan mengenai budidaya tanaman yang diarahkan pada upaya mempertahankan/meningkatkan kesuburan lahan dengan hanya menggunakan input organik dan menekan input bahan kimiawi yang dapat mencemarkan dan merusak lingkungan. Berkaitan dengan isu kebijaksanaan tersebut, tampak bahwa penggunaan CMA pada tanaman manggis dapat berperan ganda yaitu selain dapat memacu pertumbuhan bibit manggis, juga dapat mendukung kebijaksanaan pemerintah tersebut, karena CMA dapat menekan penggunaan pupuk kimiawi, meningkatkan produktivitas lahan-lahan marginal dan membantu rehabilitasi lahan kritis. M. Jawal Anwarudin Syah, Irwan Muas dan Yusri Herizal Penulis dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Puslitbanghorti Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 24 Oktober 2007