34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Proses Magang Pada proses magang, mahasiswa melakukan proses adaptasi dan juga pengenalan struktur organisasi dan sistem data berupa penyimpanan file yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek tersebut. Struktur organisasi ini dijelaskan secara rinci oleh staf, penjelasan mengenai sistem penyimpanan file dalam bentuk folder pada masing-masing proyek serta mempelajari semua proyek yang ditangani oleh OZ. Dalam proses magang dapat mengerti cara atau proses yang dilakukan untuk penanganan suatu proyek. Tabel 6. Proses Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant. Minggu Ke1-3 Proses Magang Orientasi Perusahaan Uraian 1. Mengenal Struktur Perusahaan 2. Mengenal SDM beserta penugasan kerja. 3. Mengenal sistem penyimpanan data proyek pada komputer. 4. Mempelajari gambar teknis. 5. Mengetahui pengalaman kerja dari proyek yang tersimpan. 4- 14 Magang 1. Mengikuti rapat internal yang dilakukan OZ. 2. Mempelajari proses perancangan. 3. Mengikuti rapat dengan klien. 4. Ikut membantu dalam pengerjaan proyekproyek yang ada di OZ Pada Tabel 6, proses magang yang dilakukan mahasiswa di OZ dibagi menjadi dua bagian, yaitu orientasi perusahaan yang dilakukaan pada dua minggu awal. Pada orientasi perusahaan, mahasiswa berusaha menggali informasi mengenai OZ. Cara yang dilakukan adalah dengan meminta penjelasan kepada staf OZ, ataupun berusaha mencari informasi sendiri baik itu yang terdapat pada data tertulis maupun yang tersimpan di dalam komputer atas izin dari staf OZ. Struktur perusahaan diketahui langsung dari penjelasan manajer kantor. Aturan mengenai masuk kerja dan aturan lainnya, seperti mengisi daftar hadir dan 35 perihal izin diterapkan pada mahasiswa magang. Pengenalan sumber daya manusia (SDM) para staf dilakukan oleh mahasiswa melalui pendekatan personal. Orientasi perusahaan pada proses magang dijalani adalah pengenalan mengenai perangkat kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Mahasiswa dikenalkan dengan perangkat kerja baik software maupun hardware. Pada proses pengerjaan proyek, terdapat teknik kerja yang dapat memudahkan untuk kegiatan desain serta mengikuti rapat internal yang dilakukan OZ. Rapat secara rutin pada hari senin dan juga rapat secara insidental sesuai dengan keputusan direktur. Dalam rapat tersebut dilakukan pembahasan mengenai perkembangan proyek yang diserahkan pada masing-masing project manager, pembagian kerja untuk para staf dan juga mahasiswa magang, serta pembahasan proyek yang baru, proyek yang berjalan ataupun proyek yang sedang mengalami gangguan secara teknis, pendanaan, atau waktu. Dalam melakukan aktivitas usaha, terdapat sistem data pada perusahaan ini seperti sistem pemisahan file. Data personal terdapat pada lokasi (D) yang berisikan data personal user ataupun data berupa library tanaman ataupun software yang diperlukan sebagai pendukung suatu proyek. Pada lokasi (E) merupakan data proyek yang yang ditangani oleh OZ. Proyek disimpan dalam folder tersendiri, misalnya proyek Mc Kinsey yang sedang dikerjakan (running) berada dalam User 3/Project (E)/Project A/Mc Kinsey. Folder proyek tersebut terdapat beberapa subfolder yang berisikan file yang berhubungan dalam pekerjaan proyek tersebut dan dikelompokan menurut jenis filenya, diantaranya adalah : 1. Folder Data : folder ini berisi data awal untuk pekerjaan proyek tersebut. Data berupa gambaran kondisi awal tapak sebelum proses perencanaan atau perancangan. 2. Folder Documentation : RAB (Rancangan Anggaran Biaya), BoQ (Bill of Quantity), list tanaman, list material, proposal, kontrak dan lainnya. Folder ini merupakan file yang dibuat untuk proses kerja OZ. 3. Folder Drawing : penyimpanan file dalam bentuk CAD, file ini merupakan detil untuk pengerjaan proyek. File detil tersebut mulai dari siteplan, 36 denah penanaman, denah material, potongan, detil konstruksi masingmasing elemen taman dan lainnya. 4. Folder Images : penyimpanan file dalam bentuk hasil jpg atupun psd. Folder ini merupakan hasil dari ilustrasi dalam bentuk tiga dimensi yang akan diterapkan dalam tapak tersebut. 5. Folder Images precedent : atribut yang menginspirasi untuk pembuatan konsep dalam pengerjaan proyek tersebut. Dalam folder ini berisikan pola, material, bentukan elemen taman dan lainnya yang akan diadaptasi ke dalam pengerjaan proyek tersebut ataupun gambar tanaman yang dipakai. 6. Folder References : folder ini sama seperti images precedent, folder ini berisikan referensi unuk ide desain yang akan digunakan dalam proses perancangan. 7. Folder Sent : folder yang berisi perkembangan mengenai gambar kerja untuk diserahkan kepada klien ataupun pada pihak kontraktor secara berkala mengenai proyek. Pada setiap komputer (user) penyimpanan file dibagi menjadi dua yaitu data (D), yang berisikan library yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan data pribadi, serta project (E) lokasi untuk penyimpanan poyek yang sudah selesai atau masih berlangsung dalam tahap pengerjaan. Penyimpanan folder pada (E) bagian proyek ini terdapat beberapa folder yaitu project A, project B (proyek unggulan yang diprioritaskan), project C (taman), Archieve (proyek yang sudah selesai ataupun masih ada kemungkinan untuk perpanjangan proyek kembali), proposal (pengajuan pengerjaan proyek), serta competition. 5.1.1. Proyek yang Diikuti Selama Magang Kegiatan dalam mengikuti proses magang tidak hanya membantu penyelesaian dalam satu proyek, namun juga terlibat kedalam beberapa proyek lainnya. Berikut ini merupakan beberapa proyek yang diikuti oleh mahasiswa selama kegiatan magang di OZ diantaranya adalah : 1. Mc Kensey, pengerjaan gambar untuk site plan dan ilustrasi 3D menggunakan software Adobe Photoshop. 2. Industri Sinar Mas Lampung, pengerjaan ilustrasi untuk pengajuan proposal proyek. 37 3. PKIA ( Pusat Kesehatan Ibu dan Anak). Pada proyek ini membantu dalam proses pengerjaan penyusunan RAB (Rencana Anggaran Biaya), BoQ (Bill of Quantitiy). 4. Camden House, Jakarta. Proses pengerjaan proyek berupa pengerjaan gambar potongan dengan menggunakan software AutoCAD dan Adobe Photoshop. 5. Jakarta Garden City, Jakarta. Proses pengerjaan proyek untuk denah irigasi dengan bantuan software AutoCAD. 6. Taman Kota Bintaro Jaya, Bintaro, Tangerang Selatan. Pada proyek ini membantu pengerjaan dalam proses penyelesaian proyek Taman Kota Bintaro. Pekerjaan mengenai proyek ini menggunakan software berupa AutoCAD dan juga Adobe Photoshop, serta proyek lainnya. 5. 2. Kondisi Umum Lokasi Tapak 5.2.1. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106'38' - 106'47’ Bujur Timur dan 06'13'30' - 06'22'30' Lintang Selatan dan secara administratif terdiri dari 7 kecamatan, 49 kelurahan dan 5 desa. Luas wilayah 147,19 Km2 (14.719 Ha). Batas wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari : Utara : Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang Timur : Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok Barat : Kabupaten Tangerang Peta Jawa Barat Peta Tangerang Sumber : www.tangerangselatankota.go.id Gambar 14. Peta Jawa Barat dan Tangerang Selatan 38 Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarata, selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat. Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 23,5-32,6 °C, temperatur maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,9 °C dan temperatur minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 22,8 °C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 21 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6 m/detik. 5.2.2. Gambaran Umum Bintaro Jaya Bintaro Jaya didirikan oleh PT Jaya Real Propety Tbk. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1979. PT Jaya Real Property Tbk merupakan salah satu pengembang terkemuka di bidang properti, dengan beragam portofolio perkembangan perumahan dan komersial di Selatan, Barat dan Jakarta Pusat. Bintaro Jaya merupakan kawasan dengan luasan sekitar 2.000 Ha dengan 1500 Ha kawasan yang sudah dikembangkan. Kawasan Bintaro Jaya menawarkan beragam properti perumahan dan komersial, didukung oleh fasilitas perawatan, pendidikan, rekreasi dan kesehatan yang berkualitas serta didukung jaringan transportasi yang baik ke seluruh bagian Jabodetabek. PT. Jaya Real Property dalam mengembangkan Bintaro Jaya mengusung konsep dengan prinsip fitur ‘health care’ dengan menyediakan udara bersih dan air sehat, fitur ‘earth care’ mempromosikan konservasi tanah dan hutan dengan 39 meminimalkan penggunaan hutan dan melestarikan sumber daya bumi serta fitur ‘energy care’ membantu masyarakat untuk hemat energi sehingga meminimalkan biaya untuk listrik. Taman Kota Bintaro Jaya ini merupakan salah satu perencanaan untuk fasilitas masyarakat pada kawasan. Taman kota yang direncanakan diresmikan dengan nama Menteng Park. Penamaan Menteng Park ini merupakan pertimbangan berdasarkan letak tapak berada pada distrik Menteng dengan wilayah berdekatan dengan Jalan Menteng Raya dan Sentra Menteng Niaga. Penamaan Menteng Park ini merupakan keputusan dari pihak pengembang kawasan Bintaro Jaya. Taman ini untuk memperingati hari jadi Bintaro Jaya ke32. Peta Tangerang Selatan Master Plan Bintaro Jaya Lokasi Menteng Park Sumber : earth.google.com (2010) dan 2gp.blogspot.com (2011). Gambar 15. Peta Lokasi Menteng Park, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan. 5.3. Proses Perancangan Menteng Park 5.3.1. Deskripsi Umum Proyek Menteng Park ini merupakan proyek yang didapatkan melalui penunjukan langsung oleh pihak PT Jaya Real Property. Pihak pengembang (client) ingin menyediakan suatu fasilitas untuk masyarakat dengan mewujudkan suatu ruang terbuka hijau berupa taman yang juga akan menjadi suatu taman kota untuk Bintaro Jaya ini. Pada proses perancangan ini terdapat beberapa tahap yang 40 dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, tahap konsep, tahap pengembangan desain, gambar detil konstruksi, serta implementasi. 5.3.2. Penerimaan Proyek (Project Acceptance) Tahap awal dalam pengerjaan proyek adalah tahap penerimaan proyek. Pada tahap awal dalam melakukan proses desain ini pihak klien menyampaikan keinginan dan persyaratan. Pihak arsitek lanskap ini memberikan suatu ruang lingkup yang ditawarkan dalam proposal, produk gambaran rencana, serta biaya desain yang diajukan. Selanjutnya dilakukan persetujuan secara tertulis mengenai item pekerjaan, biaya, dan juga waktu pelaksanaan. Hal ini untuk mengurangi resiko dalam kesalahpahaman ataupun permasalahan legal yang terjadi. Pada tahap penerimaan proyek ini, pihak klien dan arsitek lanskap bersama-sama dalam merumuskan tujuan, program serta informasi lainnya yang berasal dari data yang dimiliki klien. Proposal OZ ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Proses perancangan taman kota ini memiliki beberapa lingkup pekerjaan yang dilakukan berdasarkan perjanjian kontrak kerja antara PT Jaya Real Property dan OZ. Area yang menjadi lingkup pekerjaan yang masuk dalam proses desain ini akan mencakup area seperti area jalan sekitar dan parking area, pedestrian, jogging track, bicycle track, area tanaman dan lapangan rumput, area permainan dan sarana beraktivitas, serta area promenade sepanjang sungai. Lingkup pekerjaan keseluruhan untuk proses proyek desain Menteng Park ini terbagi menjadi 2 jenis tahapan kegiatan yaitu : 1. Studio : konsep Lansekap (Conceptual Landscape works) , pengembangan desain dan gambar kerja. 2. Koordinasi : rapat koordinasi rutin dengan tim dari pihak pengembang dan survei dan pelaksanaan koordinasi lapangan sesuai kebutuhan . Tahapan studio yang dilakukan selama proses magang adalah penjelasan mengenai konsep dan pekerjaan studio. Pada tahapan koordinasi, mengikuti rapat dengan pihak pengembang dan juga melakukan survei lapangan terkait dengan penerapan desain pada tapak tersebut. 41 5.3.3. Riset dan Analisis Riset dan analisa merupakan tahap awal dimana kegiatan proses perancangan. Tahap ini membantu dalam pengerjaan penerapan konsep yang dapat diaplikasikan dalam tapak. Riset dan analisis ini dilakukan dengan adanya data primer dan data sekunder. Data primer ini berupa base plan, bangunan eksisting tapak serta serta berupa foto survai tapak. Data sekunder berasal dari rujukan yang berasal dari internet berupa lokasi tapak maupun informasi lainnya sebagai bahan pertimbangan. Tahap ini tidak termasuk dalam dokumen yang diberikan kepada pihak klien sesuai dengan kontrak yang dimulai dari tahap konsep pada kegiatan studio. 5.3.3.1. Riset Menteng Park ini memilik luas sekitar 1.5 Ha. Letak tapak secara geografis berada pada 6°16'23.66" Lintang Selatan dan 106°43'31.41" Bujur Timur. Kondisi awal pada tapak ini berupa eks mini-golf sehingga terdapat lawn area dengan beberapa vegetasi, kondisi sungai tidak jernih serta tercemar oleh sampah, pedestrian dalam tapak yang terdapat pada bagian sisi sungai yang memanjang dari utara ke selatan yang menuju trotoar, bangunan yang tidak terpakai, seating area pada beberapa tempat dan lainnya. Kondisi tapak cukup panas karena jumlah pohon yang sedikit dan tidak menaungi pengguna. Kondisi eksisting pada tapak tersebut didominasi vegetasi berupa rerumputan. Pada desain taman kota ini akan didominasi oleh vegetasi berupa pepohonan sehingga dapat menciptakan kondisi yang nyaman. Pemilihan jenis vegetasi pohon untuk taman ini disesuaikan dengan konsep dari Kota Bintaro Jaya. Batas tapak dapat dilihat pada Gambar 15 dan kondisi tapak ini dapat dilihat pada Gambar 16. Tata guna lahan di sekitar tapak Menteng Park ini adalah area komersil, area perumahan, dan area perkantoran. Kawasan perumahan terdapat pada sepanjang area Jalan Cut Meutia I dan Jalan Cut Meutia II. Kawasan komersial ini terdiri dari beberapa area pertokoan dan lapangan golf. Pada area ini terdapat beberapa perkantoran seperti bank CIMB Niaga dan lainnya. Pada tapak Menteng Park ini terdapat aliran sungai yaitu Kali Tengah yang membelah tapak ini menjadi dua bagian. 42 Gambar 16. Batas Tapak Menteng Park. Jembatan eksisting Bangunan eks-Bank Lawn area Seating Area Pedestrian Kondisi sungai Sumber : Dokumentasi pribadi (2011) Gambar 17. Kondisi Tapak pada Menteng Park. Topografi pada kawasan Menteng Park pada bagian barat relatif datar dan pada bagian timur pada tapak tersebut bergelombang (undulating). Drainase pada tapak berpotensi terjadinya genangan air pada area cekungan. Pada area pinggir sungai tapak relatif curam. 43 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2011) Gambar 18. Kondisi dan jenis vegetasi pada tapak. Vegetasi pada tapak didominasi oleh rerumputan dan semak yang tidak terurus. Vegetasi semak yang terdapat pada tapak ini adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla) yang berada di seating area dan billboard dalam bentuk yang tidak menarik serta pisang-pisangan (Heliconia sp.) yang berada dekat dengan pagar yang berbatasan dengan pedestrian dan sungai dalam tapak. Pada tapak dengan topografi yang bergelombang terdapat beberapa pohon kelapa, glodogan tiang dan lainnya. Pohon cemara dan pinus terdapat pada area dekat sungai. Lokasi tapak seperti traffic airland dikelilingi sirkulasi primer yang dapat digunakan berbagai macam kendaraan. Kondisi sarana untuk sirkulasi kendaraan ini cukup baik. Akses kendaraaan pada area ini tergolong cukup padat pada pagi sampai dengan sore hari dan tergolong rendah pada malam hari. Hal ini disebabkan karena intensitas pengguna yang pada umumnya pekerja melakukan aktivitas pada pagi hingga sore hari. Aspek sosial yang dimiliki oleh tapak saat ini dari segi pengguna didominasi oleh beberapa pekerja yang sedang beristirahat pada tapak dan pedagang. Pada perancangan Menteng Park ini ditujukan untuk masyarakat sekitar dari berbagai golongan dan usia. Oleh karena itu, untuk menarik minat masyarakat akan dibuat desain yang dapat mengakomodasi semua keinginan dan harapan dari penggunanya. ondisi visual pada tapak tidak didominasi oleh hijau dari vegetasi yang sudah ada. Pada tapak hanya terdapat lawn area, semak dan pepohonan dengan letak dan desain yang tidak menarik minat pengunjung. Tapak dikelilingi 44 oleh akses jalan kendaraan sehingga untuk view keluar tapak ini terdapat bangunan perumahan, perkantoran, ataupun pertokoan. 1 3 1 View ke arah barat 2 4 5 2 View ke arah Cafe 3 View ke arah tenggara 4 View ke arah utara 5 View ke arah barat Sumber : Dokumentasi pribadi (2011) Gambar 19. Kondisi Visual dalam Tapak. Sistem irigasi belum terdapat pada tapak ini. Pada perancangan untuk Menteng Park, desain sistem irigasi ini dibuat berdasarkan pembuatan sumber air beserta radius untuk penyiraman yang digunakan untuk penyiraman vegetasi pada tapak. Pembuatan sumur pantek pada beberapa titik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan irigasi untuk tanaman. Drainase dibuat di dalam tapak ini terdapat aliran air ke arah pembuangan yang berada pada luar tapak. Situasi dan kondisi tapak yang dikelilingi oleh perkantoran dan perumahan dapat dilihat pada Gambar 20. Kondisi tapak yang cukup ramai mengakibatkan timbulnya bising dari aktivitas pengguna jalan dan dapat dengan mudah mengakses masuk ataupun keluar lokasi Menteng Park ini. 45 1 3 2 5 4 6 7 1 2 4 3 5 6 7 Sumber : Dokumentasi pribadi (2011) Gambar 20. Kondisi Keluar Tapak. 5.3.3.2. Analisis Dalam tahapan riset dan analisis yang dilakukan terdapat beberapa pertimbangan berdasarkan hasil tinjauan lapang, diantaranya adalah : a. Penciptaan iklim mikro dengan adanya penanaman tanaman dengan beberapa fungsi yaitu sebagai penghalang sinar matahari (kanopi pohon), penyerap polusi, reduksi bising dari kendaraan, dan juga dapat dengan baik melakukan konservasi air serta low maintenance. Tanaman ini juga memiliki fungsi estetika. b. Komposisi hardmaterial yang tersusun menjadi suatu kesatuan dalam desain dan tapak, membentuk suatu karakter dan menggunakan material yang ramah lingkungan serta low maintenance. c. Pemilihan, peletakan dan komposisi fasilitas pada tapak yang dapat diterapkan dengan pertimbangan kondisi tapak dikelilingi akses jalan umum. 46 d. Pengaturan sirkulasi yang dapat mengakomodasi user kedalam tapak dan menciptakan ruang yang dapat menimbulkan kenyamanan. Pengaturan sirkulasi ini dapat dilakukan dengan pembatasan akses masuk pada satu sirkulasi. Penerapan pagar pembatas menjadi salah satu pertimbangan pada tapak ini. e. Menciptakan suatu icon untuk memperkenalkan taman kota ini dan juga menjadi suatu identitas kota. f. Mempertahankan bentukan eksisting pada tapak. Vegetasi berperan penting pada tapak ini. Pemilihan vegetasi dan juga bentukan desain yang mendukung dapat menjadikan daya tarik untuk pengunjung tapak. Vegetasi yang ditanam pada tapak ini adalah kombinasi pohon, semak, perdu ataupun groundcover. Topografi yang relatif datar pada area tapak bagian barat ini mempermudah untuk pembangunan taman. Kondisi tapak yang bergelombang (undulating) ini dilakukan solusi dengan membuat jalur jogging track yang mengikuti kontur tapak, sehingga tidak adanya perubahan total dari bentukan tapak yang semula. Desain pada tapak ini disesuaikan dengan kondisi alami yang terdapat pada tapak, hal ini dapat bernilai positif yaitu tidak menghabiskan dana yang cukup besar untuk pembangunan taman dan juga dapat melestarikan lingkungan. Kemiringan tapak yang cukup curam pada area yang berbatasan dengan sungai, dilakukan pembuatan screen berupa kumpulan pepohonan yang perakarannya dapat menahan partikel tanah. Kondisi visual tapak dengan penghijauan hampir terdapat pada seluruh tapak ini seperti adanya lawn area menjadikan nilai positif yang perlu dipertahankan View keluar tapak ini, dapat dijumpai situasi jalan kendaraan yang cukup ramai dan padat. Pembuatan desain yang menarik di dalam tapak menciptakan suatu pemandangan yang baik bagi pengguna. Landmark yang akan diaplikasikan pada tapak dapat memperkuat identitas pada tapak, sehingga pengguna akan mengetahui keberadaan tapak. Sungai dilakukan pembersihan secara berkala sehingga dapat cukup dapat memperbaiki kualitas view kearah sungai. Letak tapak yang dikeliingi akses jalan ini mengakibatkan fasilitas Menteng Park dibatasi, karena semakin banyaknya 47 fasilitas yang ditawarkan maka akan semakin banyak pengunjung pada tapak ini. Pengunjung yang ramai akan mengakibatkan kemacetan pada beberapa ruas jalan dan melebihi daya dukung serta kapasitas area Menteng Park. Pada awalnya, tidak terdapat fasilitas yang dapat menunjang kegiatan dalam tapak. Fasilitas awal yang sudah tersedia dalam area Menteng Park ini adalah area parkir untuk kendaraan. Penambahan fasilitas dilakukan pada proses perancangan taman ini. Fasilitas yang direncanakan pada tapak ini adalah penambahan area parkir untuk sepeda, area komersial berupa kantin, plaza, fasilitas olahraga seperti pengadaan jogging track dan wall climbing, dan fasilitas umum lainnya yang dapat mendukung aktivitas masyarakat. Lokasi taman dikelilingi oleh akses jalan kendaraan sehingga kondisinya seperti traffic island dilakukan pertimbangan mengenai jumlah fasilitas yang ada di dalamnya untuk tidak menimbulkan kemacetan pada jalan dan tidak melebihi daya dukung tapak. Menteng Park menyediakan beberapa fasilitas untuk kegiatan masyarakat tidak dalam jumlah yang banyak namun masih dapat dijadikan tempat untuk mengeksplorasi diri dengan alam. Pada proyek Menteng Park ini hasil analisis tidak masuk kedalam kontrak pekerjaan yang harus diserahkan kepada pihak klien. OZ melakukan proses analisis berdasarkan kondisi yang dilihat pada tapak secara langsung. Analisis yang dilakukan adalah quick analysis dengan rujukan dari teori yang ada. 5.3.4. Tahap Konsep (Concept Plan) Tahap ini merupakan proses dalam perumusan konsep awal pada tapak. Konsep desain pada proyek Menteng Park ini ditentukan oleh konseptor yaitu direktur OZ. Konsep dasar yang sudah didapatkan dikembangkan untuk tapak secara bersama dengan para staf. Konsep ini didapatkan dari hasil diskusi ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Orang yang melakukan diskusi ataupun pertemuan dengan klien ini adalah direktur ataupun project manager. Pada pengerjaan proses desain ini project manager tidak selalu diikutsertakan dalam pertemuan, namun hal yang terkait mengenai progress yang diminta oleh klien dapat diperoleh dengan project manager. Project manager mengatur perkembangan proyek yang sedang dikerjakan dan dibantu oleh tim untuk pengerjaannya. 48 Pada tahap ini dilakukan pemilihan ide desain yang akan mengangkat tema atau konsep dari desain lanskap Menteng Park ini. Konsep yang menjadi ide yang akan diterapkan pada tapak harus memiliki karakteristik yang kuat serta selaras dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Tahap konsep ini pihak OZ mendefinisikan kedalam beberapa hal yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses desain seperti konsep dasar, design key drive, konsep desain, serta pengembangan konsep. Konsep Dasar Konsep Desain Design Key Drive Pengembangan Konsep Gambar 21. Tahap Konsep dalam Oemardi_Zain. 5.3.4.1. Konsep Dasar Pada tahap proses desain di OZ ini mempertimbangkan keinginan dari pihak klien dan acuan yang telah ditentukan dari klien. Salah satu acuan yang diberikan klien untuk konsep Menteng Park adalah ketentuan 32 jumlah jenis vegetasi pepohonan yang digunakan, terkait dengan peresmian taman ini pada hari ulang tahun ke 32 PT. Jaya Real Property dalam mengembangkan wilayah Bintaro Jaya. Konsep desain yang ini diperoleh dari diskusi yang dilakukan antara kedua belah pihak yaitu pihak OZ dan klien. Pihak klien mengemukakan tujuan pembangunan taman, keinginan untuk penggunakan di masa yang akan datang, tanaman dan lainnya. Pihak OZ pada proses ini berupaya untuk mengaplikasikan tema, konsep dasar, konsep desain yang sesuai dengan persepsi dan keinginan dari klien. Konsep umum yang ada pada perancangan lanskap Menteng Park ini diperoleh dengan usaha untuk memaksimalkan potensi dan meminimalisir kendala. Konsep yang diterapkan pada tapak ini adalah konservasi pada lingkungan yang diwujudkan dalam suatu penghijauan pada tapak. Desain yang 49 diupayakan dapat menyeimbangkan sebagai wadah untuk beraktivitas masyarakat dengan keberlangsungan lingkungan yang dapat tetap terjaga. Fokus lingkungan merupakan konsep utama yang akan dilakukan pada tapak, sehingga dalam pengembangan konsep ini akan memberikan peningkatan kualitas kota, khususnya kawasan Bintaro Jaya. Konsep dasar ini merupakan suatu acuan yang akan digunakan untuk proses perancangan Menteng Park. Konsep dasar yang diperoleh adalah Conservation, Recreation, Education dan juga Landmark. Berikut ini penjelasan dari konsep dasar Menteng Park : 1) Konservasi Sumber Ilustrasi: Dokumen Oemardi_Zain (2011) Gambar 22. Images precedent konservasi. Konservasi disini diwujudkan dalam penataan ruang luar yaitu Menteng Park menjadi salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tidak hanya berkontribusi untuk masyarakat tetapi juga dapat memiliki fungsi ekologis untuk lingkungannya. Sisi ekologis ini dari fungsi memperbaiki struktur tanah ataupun menjaga keutuhan badan air. Dalam mendesain Menteng Park ini memperhatikan estetika dan juga fungsi (daya guna). Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, contohnya burung. Komposisi dan struktur vegetasi akan mempengaruhi jenis dan jumlah burung untuk melakukan aktivitasnya. 2) Rekreasi Aktivitas berwawasan lingkungan (penyediaan nametag pada setiap jenis pohon), kesehatan, pendidikan, sosial, dan juga komersial. Dalam hal kesehatan, Menteng Park menyediakan ruang dan fasilitas atupun alam 50 yang dapat mengakomodasikan masyarakat untuk bergaya hidup sehat. OZ memiliki kriteria desain yang dapat dijangkau oleh segala usia sehingga dalam pemilihan elemen taman, digunakan bentuk dan material yang dapat memudahkan untuk pengguna. Sumber : Ilustrasi Dokumen Oemardi_Zain (2011) Gambar 23. Images Precedent Rekreasi. 3) Edukasi Penyediaan suatu arboretum, orchard, lapangan olahraga, yang dapat mendukung proses belajar. Proses belajar ini diwujudkan dalam taman dengan desain dan isi yang menarik sehingga masyarakat dapat mengurangi kehidupan mall. Fokus utama dalam taman ini adalah hubungan frontal ke sungai, masyarakat sebagai user dapat menjaga keberlangsungan sungai yang ada dalam tapak. Edukasi diperoleh dari interpretasi secara langsung antara manusia dengan alam. Sumber ilustrasi: Dokumen Oemardi_Zain (2011) Gambar 24. Images Precedent Kegiatan Edukasi. 51 4) Landmark : Landmark yang juga dapat menjadi identitas kota, menjadikan suatu unique symbol untuk suatu karakter kota yang bersifat dinamis, atupun menciptakan suatu elemen desain dengan visibiltas yang tinggi. Landmark yang terdapat pada Menteng Park ini berupa wall climbing dan shade sail. Wall climbing ini tidak hanya sebagai fasilitas olahraga namun juga dengan desain yang menarik sehingga menjadi point of view dan menjadikan wall climbing ini sebagai landmark pada taman tersebut. Shade sail dengan bentukan yang unik ini bisa menjadi daya tarik pada lokasi Bintaro Jaya ini. Sumber Ilustrasi: dokumen Oemardi_Zain (2011) Gambar 25. Images Precedent Landmark. 5.3.4.2. Design Key Drive Keunikan dari konsep Menteng Park dibandingkan dengan proyek OZ lainnya adalah Design Key Drive. Kunci dalam proses desain yang akan diterapkan dalam tapak sehingga akan memperkuat konsep yang diterapkan dalam tapak. Design Key Drive terdiri dari beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan desain diantaranya adalah : 1. Culturally and Naturally Inspired : inspirasi desain yang didapat dari natural dan budaya. Inspirasi desain taman ini dari bentukan alam yaitu jatuhan air. Penggunaan garis organik pada desain memperkuat kesan natural. 2. Social Inclusive : taman kota yang tidak bersifat eksklusif, dapat digunakan publik. Menteng Park ini adalah taman yang berlokasi pada 52 area pemukiman Bintaro Jaya, namun peruntukannya untuk masyarakat Bintaro secara luas. 3. Animating : desain dengan menggunakan pola yang unik pada tapak, pola material, dan desain elemen taman yang menarik. Hal ini diterapkan pada tapak agar user tidak merasa jenuh dengan kondisi taman yang monoton. 4. Pedestrian Friendly : aksesibilitas yang nyaman, dapat diakses oleh user dengan mudah dan keamaan yang diperhitungkan. Menteng Park ini terdapat pedestrian yang dapat digunakan oleh penyandang cacat atau segala jenis umur dengan adanya ramp, dan railing pada pedestrian tersebut. 5. Comfortable : tapak yang dijadikan sebagai Menteng Park dapat memberikan kenyamanan untuk user. Kenyamanan berupa site furniture atau fasilitas taman sesuai dengan ukuran standar yang berlaku. Pengunjung dapat mengaktualisasi diri di dalam taman. 6. Eco Friendly : elemen taman yang ramah lingkungan, eco-friendly dapat diwujudkan dengan mengurangi luasan bidang yang menggunakan perkerasan, mengurangi ataupun sama sekali tidak menggunakan bahan kayu sebagai material, dan juga membuat resapan air yang dapat berguna untuk mengembalikan air ke dalam tanah (menyerap limpasan air ataupun menyalurkan kelebihan air tersebut kedalam saluran drainase utama kota). 7. Dynamic : permainan desain dengan memperhatikan prinsip desain yang ada, dinamis disini dapat diwujudkan dengan permainan warna, level dan lainnya. 8. Cost Effective : menggunakan standar ukuran untuk pembuatan elemen taman (luas pedestrian yang berdasarkan standar ukuran untuk satu jalur atau dua jalur), pembelian tanaman tidak dalam ukuran tanaman yang besar, dan natural saving (pengurangan perkerasan akan berefek untuk mengurangi pembuatan saluran drainase, karena air akan langsung terserap kedalam tanah). 9. Timeless : menciptakan suatu desain yang akan diterapkan dalam tapak dengan konsep yang kuat sehingga sepanjang waktu taman tersebut akan 53 tetap dapat digunakan sepanjang waktu (dalam jangka waktu yang panjang). Design key drive ini sebagai digunakan untuk acuan dalam bentukan desain yang diterapkan dan keunggulan dari konsep Menteng Park dibandingkan dengan proyek OZ lainnnya. 5.3.4.3. Adaptasi Bentuk Desain Adaptasi bentuk desain yang diterapkan pada tapak ini adalah bentuk tumpahan air. Pemilihan bentuk tumpahan air menyesuaikan pada tujuan yang akan dicapai dengan adanya konsep konservasi badan air yaitu sungai. Pola ini dikembangkan sehingga mendapat bentukan pada tapak yang menarik. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 26. Ilustrasi Adaptasi Bentuk Desain pada Menteng Park. 5.3.4.4. Pengembangan Konsep Pada Pengembangan desain selanjutnya dilakukan untuk melengkapi desain berdasarkan keinginan dari owner. Faktor yang mempengaruhi perubahan desain Menteng Park adalah pencapaian desain yang ideal, keputusan dari pihak klien serta efisiensi dari segi pendanaan. OZ mengutamakan pembuatan desain mengacu pada keinginan klien. Pengembangan ini merupakan keberlanjutan dari konsep yang ingin dicapai dari suatu desain yang dibuat. a) Konsep Zona Pada tapak zona dibagi menjadi area A yang meliputi Entry Statement dan Commercial Area, area B yaitu promenade, area C (Plaza), area D (Entertaiment Stage dan Open Lawn), area E (Arboretum), area F (Parking), dan area G (Green Perimeter). Commercial area ini merupakan penyedia fasilitas berupa kantin sebagai pendukung dari keberadaan kantin ini terdapat promenade dengan penyediaan sunbrella untuk pengunjung taman. Entertainment stage ini 54 dipergunakan untuk pertunjukkan ataupun acara yang bersifat insidental. Green perimeter berfungsi sebagai border terhadap area yang cukup curam kearah sungai pada Menteng Park untuk keamanan dan keselamatan bagi pengguna. D F C E A B D E F Tanpa Skala Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 27. Pembagian Zona pada Tapak (Final). Zona yang telah terdapat pada Menteng Park ini kemudian dilakukan penentuan dalam ukuran luasan berdasarkan pengguna. Pada Tabel 7 terdapat pembagian luasan pembagian zona dalam Menteng Park. Tabel 7. Pembagian Zona pada Tapak. No. Zona pada Tapak Luasan 1. Entry Statement & Commercial Area 75.12 m2 2. Promenade 105.4 m2 3. Arboretum 590.37 m2 4. Entertainment stage & Open Stage 331.96 m2 5. Parking 157.94 m2 7. Green Perimeter 304.33 m2 Menteng Park memiliki luasan untuk penghijauan lebih besar agar masyarakat Bintaro Jaya dapat menikmati lingkungan yang sehat dan mendapatkan kesan natural pada tapak. Pada setiap zona ini kemudian akan dibagi 55 menjadi beberapa fasilitas menurut kebutuhan dalam tapak tersebut. Pembagian ruang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pembagian Fasilitas dalam Zona. No. 1. Zona pada Tapak Entry Statement Fasilitas & Commercial Area Aktivitas A. Drop Off - welcoming, menurunkan B. Café penumpang. - Makan dan Minum 2. 3. Promenade C. Promenade Arboretum - Seating, Bermain, Gathering. D. Promenade Caffe - Makan dan Minum E. Arboretum - Koleksi dan Pembelajaran Tanaman. 4. Entertainment & Open Stage stage F. Shade Sail G. Terrace - Pertunjukkan Musik, Drama, dll. H. Pathway - Sitting. I. Children Palyground - Olahraga J. Biillboard & Wall Climbing - Relaksasi K. Reflexiology Path - Berjalan-jalan L. Jogging Track - Bermain - Gathering 5. 7. Parking Green Perimeter M. Bicycle parking - Parkir Sepeda N. Parking - Parkir Kendaraan O. Green perimeter -Membatasi Tapak dengan sirkulasi jalan kenadaraan. 8. P. Timber Bridge - Jalan-jalan Q. Timber Deck - Sitting - Bermain -Gathering Tujuan desain yang dibuat OZ untuk Menteng Park adalah taman yang dapat digunakan oleh masyarakat dari segala jenjang umur. Taman ini memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat. Berikut ini pada Tabel 9 terdapat fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat dari segala jenjang umur. 56 Tabel 9.Fasilitas Rekreasi dan Pengguna. User No. 1. Umum Fasilitas - Jalur Sirkulasi - Lapangan rumput - Plaza (Promenade) - Open Stage (Shade Shail) - Terrace - Arboretum 2. Manula - Reflexiology Path 3. Dewasa dan Remaja - Wall Climbing 4. Anak-Anak - Children Playground b) Konsep Sirkulasi Sirkulasi pada tapak ini dibagi menjadi 3 yaitu primer circulation, secondary circulation dan perimeter circulation. Sirkulasi primer merupakan akses utama untuk menuju tapak taman dari area pelayanan, melewati area komersial berupa cafe dan promenade menggunakan jembatan penghubung ke area plaza. Secondary circulation (sirkulasi sekunder) mencangkup aksesibilitas dalam taman yang tersedia untuk digunakan bagi pejalan kaki. Pembagian sirkuasi pada Menteng Park dapat dilihat pada Gambar 28. Tanpa Skala Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 28. Konsep Sirkulasi. 57 Penyediaan pedestrian terdapat di seluruh bagian tapak. Hal ini untuk mengakomodasi masyarakat untuk mengakses fasilitas dan jalur masuk ataupun keluar di taman. Pada tapak dikondisikan untuk bebas kendaraan, jalur kendaraan hanya terdapat pada area parkir dan entrance. Sistem sirkulasi menghubungkan suatu area ke area lainnya untuk menunjang kegiatan yang ada di suatu tapak. Dua hal utama yang harus diperhatikan dalam merancang sistem sirkulasi adalah penyesuaian dan penyusunan terhadap ruang tersedia, serta penyusunan dari suasana dan pemandangan yang akan dinikmati. c) Konsep Softscape Konsep pemilihan vegetasi disesuaikan dengan konsep arsitektural yang telah diterapkan pada Menteng Park ini. Pemilihan jumlah jenis tanaman yang digunakan menunujukkan simbol dari Bintaro Jaya yang sudah mencapai 32 tahun berdiri untuk mengembangkan kawasan Bintaro menjadi area pemukiman yang ideal. Penataan ruang hijau yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu area dalam merepresentasikan fungsinya. Menurut Booth (1983), pembuatan konsep plant material dilakukan di awal desain sebagai kesatuan yang mengintegrasikan antara bentuk tapak, bangunan, perkerasan, dan struktur tapak. Plant material dalam proses desain ini dapat digunakan sebagai pencampuran variabel dan menciptakan desain visual yang terdiri dari ukuran bentuk, warna, dan tekstur. Penataan dalam penanaman vegetasi ini didasarkan dalam beberapa pertimbangan yaitu fungsi dalam suatu perancangan (penaung, pengarah, pembatas, dan lainnya) dan lingkungan. Fungsi tersebut dapat dilihat dari klasifikasi fisik pada bentuk tajuk pohon. Bentuk tersebut yang dapat menunjang fungsi vegetasi pada tapak. Sumber Ilustrasi : Grey dan Deneke (1978) Gambar 29. Bentuk Tajuk Pohon secara Arsitektural. 58 Secara umum, komposisi tanaman yang digunakan terdiri dari beragam jenis tegakan pohon, semak, tanaman penutup tanah (ground cover) dan juga rumput. Pemilihan tanaman ini juga berpotensi sebagai konservasi air dan juga bahan edukasi dengan dibentuknya suatu arboretum mini untuk wadah pembelajaran pengguna untuk mengenal jenis tanaman. Vegetasi pada Menteng Park ini dibagi menjadi 2 jenis seperti tegakan pohon, semak dan ground cover, Berikut ini merupakan kategori untuk tegakan pohon yang dibedakan menjadi empat kategori yaitu : 1. Tanaman Aksen Berbunga Penggunaan tanaman ini bertujuan menambah daya tarik bagi pengunjung pada tapak dengan adanya bunga pada tanaman, selain itu keindahan yang didapat dari hadirnya tanaman aksen berbunga. Tanaman tersebut diantaranya pohon kweni (Mangifera odorata), tabebuia (Tabebuia palida), kamboja (Plumeria rubra), bintaro (Cerbera odollam), flamboyan (Delonix regia), dan juga cempaka (Michelia champaca). 2. Tanaman sebagai peneduh pada tapak Penggunaan tanaman ini berfungsi sebagai tanaman peneduh untuk kenyamanan pengguna (user) dalam beraktivitas di dalamnya. Tanaman peneduh yang digunakan dalam Menteng Park ini diantaranya adalah sonokeling (Dalbergia latifolia), lengkeng (Nephelium longanum), jambu mawar (Syzigium jambos), nagasari (Mesua ferrea), dan lainnya. Adapun vegetasi yang dijadikan tanaman peneduh utama yaitu sengon (Albizzia falcataria) dan trembesi (Samanea saman). 3. Tanaman sebagai aksen arsitektural Tanaman yang digunakan ini memiliki bentuk arsitektural tertentu sehingga memiliki keunikan atau ciri khas tertentu pada tapak. Tanaman yang digunakan dalam taman ini adalah damar (Agathis damara), pulai (Alstonia scholaris), ketapang kencana (Terminalia mantaly), dan lainnya. 4. Tanaman langka OZ mengklasifikasikan beberapa tanaman kedalam tanaman langka. Tanaman langka ini agar dapat memperkenalkan pada pengguna tapak sebagai tujuan bahan edukasi. Tanaman yang digunakan diantaranya 59 adalah kemang (Mangifera caesia), menteng (Baccaurea racemosa) yang juga sebagai nama dari taman kota ini, malaka (Phyllantus emblica) dan burahoi (Stelechocarpus burahoi). Panel tanaman memperjelas kepada klien mengenai jenis spesies yang digunakan, bentuk tajuk, ukuran pohon, warna serta kategori tanaman yang dibuat oleh OZ. Jenis tanaman ini diajukan untuk diterapkan kedalam Menteng Park dan keputusan persetujuan penggunaan tanaman ada pada pihak PT Jaya Real Property. Sumber : Oemardi_Zain, 2011 Gambar 30. Panel Kategori Tanaman Pohon dan Perdu Tinggi. 60 Semak dan groundcover digunakan pada area tapak Menteng Park merupakan jenis semak yang mudah dalam pemeliharaan. Semak ini dibedakan menjadi 3 kategori diantaranya adalah : 1. Semak Berdaun Indah Pada kategori ini semak memiliki keunikan daun dari segi warna maupun bentuk sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung serta menambah keindahan pada tapak. 2. Semak Berbunga Semak yang dipilih yaitu semak pada waktu tertentu ataupun sepanjang tahun dapat berbunga. Tanaman yang masuk dalam kategori ini diantaranya adalah kemuning (Murraya paniculata), crossandra (Crossandra infundibuliformis), pisang hias (Heliconia psittacorum ‘Lady Di’), impatiens (Impatiens wallerana) dan lainnya. 3. Semak Aksen Tanaman semak yang memiliki aksen tertentu sehingga menjadikan tanaman ini dapat mudah dilihat atau diketahui oleh pengunjung dari perbedaan bentuk, warna ataupun lainnya. Tanaman yang digolongkan pada kategori ini adalah beberapa jenis tanaman philodendron (Philodendron selloum dan Philodendron ‘Gold’). Tanaman penutup tanah (groundcover) tidak termasuk kedalam daftar 32 jenis tanaman yang digunakan pada Menteng Park ini. Pemilihan jenis tanaman ini adalah dari segi ketahanan, perawatan yang tidak intensif ataupun berdasarkan tanaman yang sudah sering digunakan pada beberapa proyek sebelumnya. Tanaman yang dipakai untuk groundcover ini merupakan jenis rerumputan dan beberapa tanaman yang memiliki tinggi hingga 15 cm, diantaranya adalah rumput peking (Agrotis canina), rumput gajah (Axonopus compressus), serta impatiens (Impatiens balsamina dan Verbena purple). OZ menerapkan konsep panel tanaman sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Booth (1989) untuk mempermudah dalam pemilihan tanaman sekaligus mepresentasikan suatu gambaran dalam desain. OZ memiliki planting strategy tidak hanya dalam pemilihan jenis tanaman namun juga dalam pola penanaman pada desainnya. Ciri khas dan salah satu strategi dari desain OZ ini 61 adalah menggunakan tanaman semak yang ditanam secara massal dalam panjang atau luasan tertentu sehingga terdapat suatu keseragaman pada desain. Selain itu, konsep penanaman secara massal dapat mempermudah dalam hal pemeliharaan tanaman tersebut. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 31. Panel Kategori Tanaman Semak dan Groundcover. d) Konsep Hardscape Konsep Hardscape ini terdiri dari site furniture, fasilitas dan jalur sirkulasi. Site Furniture terkait dengan titik peletakan pada taman ini mempengaruhi kenyamanan pengguna pada tapak serta dapa memperindah taman. Penentuan lokasi tempat untuk furniture ini adalah lokasi yang dapat mudah dijangkau, tidak membahayakan pengguna taman, menghasilkan kenyamanan 62 bagi pengguna, dan juga mudah dalam hal pemeliharaan sehingga kualitas dari site furniture tetap memenuhi standar bagi suatu taman. Selain itu, hal yang penting dalam penerapan site furniture ini adalah kesesuaian dengan tema tapak. Ukuran dari site furniture yang digunakan harus sesuai dengan ukuran penggunanya (ergonomis). Desain sirkulasi mengikuti bentukan tapak dan menggunakan material yang memiliki ketahanan yang baik. OZ melakukan studi bentuk dalam menentukan bentukan dari site furniture dan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak. Signage Path Promenade Sumber Ilustrasi : Oemardi_Zain (2011) Gambar 32. Referensi Site Furniture dan Fasilitas. 5.3.5. Design Development (Pengembangan Desain) Tahap ini mahasiswa mengikuti dalam proses penyelesaian gambar berupa revisi denah lanskap, section, denah penanaman dan juga denah material. Dalam penyelesaian item pekerjaan ini diarahkan oleh project manager (senior lanskap) dalam standar, ukuran maupun penempatan dalam desain Menteng Park. Hasil dari koreksi yang dilakukan oleh project manager ini akan ditinjau ulang oleh pihak direktur. 63 Pengembangan desain ini merupakan keberlanjutan dari konsep yang ingin dicapai dari suatu desain yang dibuat. Pada tahap design development pihak OZ membuat, section, images references, denah lanskap (Preliminary Site Plan dan Final Site Plan), denah material, denah penanaman, lampu dan irigasi serta ilustrasi. Pada tahap penyelesaian design development ini turun fee sebesar 40 % sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. 5.3.5.1. Denah Lanskap Pada OZ, site plan disebut dengan denah lanskap. Tahap gambar denah lanskap (siteplan) ini pihak OZ memberikan file baik dalam bentuk AutoCAD untuk mempermudah pihak klien atau kontraktor dalam melaksanakan pembangunan dan juga dalam bentuk file yang dapat memvisualisasikan mendekati gambaran asli pada tapak melalui proses pengeditan menggunakan photoshop. Hasil berupa site plan pada tahap ini terbagi menjadi dua yaitu preliminary site plan dan final site plan. Sumber : Oemardi_Zain (2011) ) Gambar 33. Ilustrasi Preliminary Site Plan pada Design Development. Perbedaan desain ini terdapat pada gedung study visitor centre yang terdapat pada preliminary site plan tidak terdapat pada desain final site plan. Hal ini berdasarkan pertimbangan antara pihak klien (owner) dan OZ. PT Jaya Real 64 Property Tbk merupakan pengambil keputusan dari desain yang diajukan oleh pihak OZ. Final Siteplan tidak terdapat study visitor centre memiliki dampak adanya tambahan luasan untuk zona arboretum. Site plan final dalam bentuk CAD terdapat pada Lampiran 3. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 34. Ilustrasi Final Site Plan pada Design Development. 5.3.5.2. Softscape-Planting Plan Planting plan (denah penanaman) ini merupakan pelengkap dari site plan yang telah dibuat oleh OZ. Pada bagian softscape, proses perancangan berkenaan dengan denah penanaman (Planting Plan) yang diterapkan pada tapak Menteng Park ini dibagi menjadi 5 parsial. Denah penanaman ini merupakan denah penanaman pohon beserta penanaman semak ataupun perdu. Parsial ini terdapat jenis tanaman berikut dengan luasan penanaman serta jenis vegetasi pohon yang dugunakan dengan menggunakan inisial misal SS untuk Samanea saman. Tanaman dapat memberi bentuk dalam memperkuat desain yang diterapkan. Tanaman apabila dilakukan penanaman yang baik secara teratur maka dapat membentuk susunan ruang yang efektif dan mengurangi kemonotonan dalam tapak dengan adanya tekstur serta warna pada lingkungan. Tanaman dibagi 65 atas tiga kategori utama yaitu pohon, semak, dan groundcover. Planting plan pada Menteng Park ini sebagian besar didominasi oleh tanaman pepohonan Tanaman yang digunakan pada umumnya adalah tanaman asli yang beberapa diantaranya merupakan tanaman yang tergolong tanaman langka. Pada sekitar area parkir terdapat tanaman pinus dan cemara untuk sepanjang daerah yang berbatasan dengan sungai. Pada area yang terdapat promenade ataupun area dengan aktivitas yang cukup tinggi seperti plaza, entertainment dan juga area arboretum ini terdapat dilakukan penanaman pohon dengan diameter tajuk yang lebar seperti flamboyan (Delonix regia), trembesi (Samanea saman), dan sengon (Albizzia falcataria). Penyusunan tanaman ini dilakukan dengan memperhatikan jarak tanam antar pohon sehingga masingmasing mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan idealnya. Tanaman dipergunakan untuk membatasi untuk area yang berbahaya seperti daerah curam menuju ke sungai ataupun jalan raya. Semak memperkuat bentuk desain untuk sirkulasi. Selain itu, tanaman baik pohon maupun semak dapat memberkan view yang cukup menarik untuk pengunjung dan sebagai peredam polusi udara serta bising. Gambar Planting Plan dapat dilihat pada Lampiran 4. 5.3.5.3. Hardsape- Lighting Plan (Instalasi Listrik dan Lampu) Lighting plan ini terdapat denah berupa penempatan titik-titik lokasi lampu yang digunakan, lokasi gardu dan juga panel distribusi taman (Lampiran 5). Pada taman terdapat 2 gardu listrik dan juga 2 panel distribusi. Jaringan distribusi ke setiap lampu dihubungkn secara seri maupun paralel. Lampu ditempatkan pada sepanjang sirkulasi dan beberapa area aktivitas lainnya yang masih digunakan pada malam hari. Penerangan pada taman ini dimaksudkan agar masyarakat dapat beraktivitas pada malam hari dan faktor keselamatan serta keamanan pada tapak. Sebaran cahaya pada tapak ini tidak terputus, sehingga hampir seluruh tapak mendapatkan penerangan. Tinggi tiang lampu sekitar 3.8 meter dengan menggunakan lampu high pressure sodium 70 Watt. 66 5.3.5.4. Hardscape - Denah dimensi dan material Pada gambar denah dimensi dan material ini terdapat perubahanperubahan untuk mendapatkan material yang baik dan juga dapat dengan mudah diaplikasikan pada tapak. Pada denah dimensi dan material ini terdapat titik lokasi penempatan site furniture dengan ukuran yang sudah diperhitungkan. Site furniture ini terdiri dari beberapa tipe bangku taman yang digunakan, shade sail, billboard dan wall climbing serta signage. Pada bagian plaza terdapat pemberitahuan spesifikasi material yang digunakan yaitu paving block uk 105x105 mm, ex-Cisangkan dengan pola melingkar dikombinasikan dengan banding paving block uk.210x105 mm, Ex-Cisangkan pola melingkar. Pada promenade cafe diberikan petuntuk seperti penggunaan rabat beton finishing batu templek selagedang dengan koral sikat abu-abu, penggunaan railing dan penempatan sunbrella. Pada bagian circulation path ataupun jogging track terdapat dimensi jarak yang digunakan, pola yang melengkung pada tapak diberikan petunjuk berapa derajat untuk pola tersebut. Secara detail pada denah dimensi dan material ini dibagi kedalam 5 parsial. Masing-masing parsial berisikan dimensi setiap elemen atau material yang digunakan serta luas atau lebarnya ukuran pada tapak dan dilengkapi beberapa ilustrasi elemen taman yang akan digunakan. Pada Lampiran 6 dapat dilihat secara rinci mengenai dimensi dan material yang terdapat pada tapak. Hal ini dapat mempermudah untuk pihak kontraktor dalam mencari jenis material dan implementasi. 5.3.5.5. Hardscape-Denah drainase dan Irigasi Pada denah drainase dan irigasi ini terdapat titik lokasi sumber air untuk penyiraman yang berasal dari pembuatan sumur pantek. Penyiraman dihitung dalam suatu radius yang dapat dicapai baik menggunakan penyiraman manual yaitu selang. Radius untuk area jangkauan penyiraman ini memiliki diameter 15 meter. Terdapat 4 titik lokasi yang akan dibuat sumur pantek untuk mengakomodasi kebutuhan air untuk penyiraman. Pada masing-masing titik keran dihubungkan secara paralel dari sumber arinya. Drainase merupakan arah aliran air permukaan dari proses penyiraman ataupun hujan yang terserap ke tanah 67 maupun ke arah pembuangan disekitar tapak. Denah drainase dan irigasi ini dapat dilihat pada Lampiran 7. 5.4.5.6. Ilustrative Landscape Section Section ini membantu pekerjaan untuk memberikan penjelasan bentuk dari desain yang akan diterapkan pada tapak. Pada Menteng Park ini terdapat 5 section dengan penggambaran kondisi tapak serta desain yang akan diaplikasikan. Pembuatan section ini mempermudah dalam menjelaskan dan memberikan penjelasan kepada pihak klien. Ilustrative Section ini mengalami revisi beberapa kali karena disesuaikan dengan keinginan klien dalam desain Menteng Park. Berikut ini adalah illustrative section yang telah mengalami revisi pada tanggal 15 Maret 2011. Potongan A Potongan B Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 35. Illustrative Landscape Section. 68 Potongan C Potongan D Potongan E Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 35. Illustrative Landscape Section. 5.4.5.7. Ilustrasi 3D Ilustrasi ini berfungsi memperjelas dari desain yang dibuat. Klien akan mengerti bentuk dari desain secara lebih nyata sesuai dengan yang diinginkan. Ilustrasi ini juga dapat mendukung nilai dari estetika yang ditampilkan. Gambar ilustrasi 3D ini merupakan syarat yang harus diserahkan pada proses pelaksanaan pekerjaan gambar dalam proyek. Gambar dalam bentuk 3D ini dapat memunculkan pola dari bentuk desain dari material yang digunakan, warna, komposisi dari penanaman beberapa jenis tanaman. Pada perancangan lanskap Menteng Park ini gambar-gambar ilustrasi dalam bentuk 3D ini merupakan hal 69 wajib yang dibuat berdasarkan item pekerjaan OZ dalam kontrak yang telah disepakati. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 36. Ilustrasi 3D Menteng Park. 5.3.6. Detil Konstruksi Setelah hasil akhir desain dipresentasikan pada owner dan disetujui (approval design), maka dapat dilanjutkan pada tahapan selanjutnya yaitu gambar konstruksi secara detail atau gambar konstruksi untuk hardmaterial dan softmaterial yang digunakan. Detil konstruksi merupakan tahap dimana gambar desain mengalami proses spesifikasi tertentu. Gambar detil konstruksi pada proyek Menteng Park ini terbagi dalam 2 jenis yaitu detil softscape dan detil hardscape. 5.3.6.1. Softscape - Detail Construction Planting plan Detil penanaman tanaman ini digunakan untuk mempermudah pihak kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman. Detil penanaman yang dibuat yaitu detil penanaman semak. Perdu, semak dan groundcover memiliki 70 ketinggian serta kerapatan yang berbeda. Jarak tanam berbeda sesuai dengan pertumbuhan diameter maksimal dari masing-masing tanaman. Pada tanaman Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 37. Detail Construction Planting plan. Palem Wregu (Rhapis excelsa) memiliki aturan untuk lubang tanam hingga 400 mm, kondisi awal tanaman tinggi 40 cm, dan jarak tanam yang digunakan. OZ juga membuat spesifikasi mengenai softscape secara lengkap serta merupakan aturan yang harus dilakukan oleh pihak kontraktor selama masa pemeliharaan selama beberapa bulan sesuai dengan perjanjian, dan selanjutnya digunakan oleh pihak klien dalam manajemen pemeliharaan tapak tersebut. 5.3.6.2. Hardscape - Detail Construction 1. Promenade (Plaza) Promenade (plaza) ini difungsikan sebagai plaza pada Menteng Park. Pola material untuk perkerasan promenade ini dibentuk hingga menjadi susunan 71 lingkaran sehingga dapat membentuk seperti pola pada air tenang yang terkena tetesan air. Pola ini memperkuat dari konsep dari Menteng Park untuk suatu tempat yang dapat mengutamakan konservasi lingkungan sekitarnya khususnya sungai. Pada promenade ini terdapat beberapa planter box di bagian tengah. Material yang digunakan adalah paving block uk 105x105 mm Ex-Cisangkan dengan pemasangan pola melingkar, banding paving block uk. 210x105 mm ExCisangkan (pola melingkar) sedangkan planter box menggunakan material pasangan bata finishing teraso putih. Detil mengenai promenade dapat dilihat pada Lampiran 8. 2. Railing Railing digunakan pada area yang berbatasan sepanjang sungai. Railing ini berfungsi untuk keamanan pengguna khususnya anak-anak. Railing dengan tinggi 1100 mm ini menggunakan besi CHS dengan diameter 75 mm finishing hot deep galvanized untuk pegangan sedangkan untuk penghalang berupa susunan besi CHS berdiameter 35 mm secara horizontal dengan jarak sekitar 234 mm. Material railing dapat dilihat pada Lampiran 9 merupakan ukuran dimensi dari penggunaan railing sepanjang sungai dan juga detil konstruksinya. 3. Promenade Cafe Promenade adalah suatu area seperti plaza yang terdapat disepanjang pinggir suatu badan air. Promenade pada tapak menunjang untuk kegiatan pengguna dekat dengan sungai. Promenade pada tapak dibagi menjadi 2 bagian yaitu promenade cafe, promenade. Promenade cafe merupakan fasilitas yang menunjang kantin pada tapak. Pada promenade cafe terdapat sunbrella untuk mendukung kenyamanan pengguna untuk menikmati view tapak dan menikmati fasilitas yang disediakan dalam kantin. Promenade cafe ini menggunakan material penutup yaitu kombinasi antara rabat beton finishing batu templek salagedang 100-200 mm, banding menggunakan finishing koral sikat hitan ukuran 10-30 mm dan nat koral sikat abu-abu 3-5 mm. Faktor keamanan diperhatikan dalam promenade ini sehingga pada bagian tepi yang berbatasan dengan sungai diberikan railing. Komponen penyusun material yang digunakan untuk 72 promenade ini sudah melalui tahap perhitungan kekuatan dan beban dari pihak konsultan engineer structural terdapat pada Lampiran 10. 4. Jogging track. Jogging track pada taman ini terdapat mengelilingi dari tapak Menteng Park. Jogging track ini menggunakan material penutup yaitu rabat beton dengan broom finishing 50 mm berwarna abu-abu, dengan agregat penyusun untuk pondasi sehingga dapat mendukung kegiatan diatasnya adalah 100 mm slab beton dengan wiremesh, 50 mm pasir yang dipadatkan, plastik cor dan pada bagian paling bawah yaitu 150 mm agregat B. Agregat B ini merupakan susunan dari batu kali. Material yang digunakan ini merupakan material dangan pemeliharaan yang tidak sulit, ketahanan yang baik, dan juga cukup untuk kualitas visual untuk mendukung desain tapak. Jogging track ini memiliki lebar 2000 mm, dan panjang sekitar 8000 mm dengan pemisahan berdasarkan adanya tali air. Jogging track ini tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna untuk olahraga tetapi juga dapat menutupi jalur drainase pada tapak. Detil jogging track ini dapat dilihat pada Lampiran 11. 5. Circulation Path Circulation path pada Menteng Park ini adalah pembentuk pola dari konsep desain yang diterapkan pada tapak yaitu bentuk tumpahan air. Circulation path memperkuat identitas dari konsep yang ada, sehingga pemilihan material yang digunakan berupa material yang cukup menarik dan juga tidak mudah mengalami kerusakan. Material penutup untuk circulation path terbagi menjadi 2 jenis yaitu conpave dan finishing batu templek salagedang. Konstruksi penyusun untuk penggunaan penutup circulation path menggunakan conpave tinggi 80 mm dan lebar 100 mm ini adalah sand bedding 40 mm, tanah padat 100 mm, dan pada bagian yang berbatasan dengan lawn area ini menggunakan beton jepit dengan tinggi 200 mm. Perbedaan antara circulation path dan lawn area ini sekitar 20 mm. Lebar dari circulation path ini adalah 945 mm. Circulation path dengan menggunakan batu templek ini memiliki struktur penahan berupa mortar 2 mm, rabat beton 80 mm, pasir padat 40 mm, agregat B 100 mm, dan tanah yang dipadatkan. Jarak antara circulation path dengan lawn 73 area ini berkisar 50 mm dan memiliki lebar 945 mm. Circulation path ini merupakan sirkulasi penghubung dari satu area aktivitas atau fasilitas ke area yang lainnya. Gambar circulation path dapat dilihat pada Lampiran 12. 6. Reflexiology Path Reflexiology path ini menyatu dengan circulation path dengan pola jatuhan air pada tapak. Reflexiology path ini memiliki panjang sekitar 15 meter dengan pola yang organik sehingga tidak memberikan kesan yang monoton untuk penggunanya. Material yang digunakan merupakan material dari beragam jenis untuk menunjang kegiatan refleksi yang baik. Masing-masing material memiliki jarak sepanjang 3750 mm. Material yang digunakan adalah koral tumpul (koral sikat) dengan ukuran diameter 10-30 mm berwarna pearl white dan dipasang rapat, blok-blok beton dengan natural finishing selang 20 mm, kombinasi antara kerakal tumpul berdiameter 30-50 mm warna abu-abu dipasang renggang dan blok-blok beton natural finishing yang disusun berselang-seling dengan jarak 312 mm, serta kombinasi antara batu pipih berwarna abu-abu berdiameter 70-100 mm dan kerakal tumpul (koral sikat) berwarna abu-abu. Pada material tersebut dipisahkan dengan pembuatan tali air. Kenyamanan pengguna pada saat melakukan refleksi ini ditunjang dengan adana railing pada satu sisi. Material penyusun pada reflexiology path ini adalah material penutup seperti yang disebutkan sebelumnya, 30 mm kerakal tumpul, 70 mm RC Slab, 50 mm pasir yang dipadatkan, dan bagian paling bawah berupa blast material setebal 150 mm. Lebar reflexiology path ini adalah 945 mm. Pada Lampiran 13 merupakan susunan material yang digunakan lengkap dengan dimensi yang digunakan. 7. Signage Signage adalah salah satu elemen utama dalam taman. Signage ini menjadi pusat pertama ketika pengguna tertarik untuk masuk kedalam tapak taman. Pembuatan signage berupa titik lokasi pada Menteng Park ini juga berperan dalan penanda adanya kawasan taman. Desain yang menarik diperlukan dalam signage termasuk ukuran font tulisan yang dapat dilihat pada jarak tertentu, pemilihan warna, dan juga lampu untuk mendukung terlihatnya signage pada malam hari. 74 Bentuk signage ini berupa tulisan MENTENG PARK dengan panjang 1200 dan lebar 250 mm, menggunakan bahan stainless steel yang memiliki tebal sekitar 3 mm. Susunan dalam bagian huruf ini terdiri dari rangka dalam CHS diameter 25 mm, Rangka LED lighting dan besi tulangan diameter 10 mm, penambahan LED lighting 1 mm arkrilik putih dan bagian luar stainless steel. LED Lighting ini berguna untuk menambah estetika pada signage dan juga berfungsi untuk memberikan penerangan pada signage pada malan hari. Bagian penyambung dari huruf dengan penahan bawah ini menggunakan CHS 25 mm Finishing Powder Coating berwarna hitam. Bagian penahan signage (pondasi) menggunakan pondasi beton dengan tulangan dan bagian luar dilapisi batu andesit RTM uk 300x300x20 mm. Pada Lampiran 14 terdapat gambar rinci mengenai signage. 8. Shade sail Shade sail ini digunakan untuk menunjang kegiatan pengguna ataupun adanya suatu acara tertentu. Shade sail ini menggunakan penutup tenda polyester berwarna putih sehingga dapat tahan terhadap air. Penutup tenda ini dapat menaungi area sekitarnya. Titik lokasi untuk penempatan shade sail ini disediakan area yang memiliki panjang 29 meter dan lebar 14.4 meter. Tiang penyangga menggunakan plat besi berdiameter 200 mm finishing powder coating berwarna putih dengan ketinggian yang berbeda sesuai dengan perhitungan struktural. Struktur dari shade sail ini sudah berdasarkan perhitungan kekuatan dan beban dari konsultan engineer struktural sehingga memperhatikan dari segi keselamatan dan keamanan dari penggunanya. Shade sail ini menjadikan salah satu daya tarik yang terdapat pada tapak dengan pola penempatan shade sail yang tidak monoton dapat memperkuat karakter desain pada tapak selain itu dapat membuat nyaman bagi pengguna dengan menghalangi panas ataupun sinar matahari. Gambar shade sail ini dapat dilihat pada Lampiran 15. 9. Billboard dan Wall Climbing. Billboard dan wall climbing pada Menteng Park ini dibuat dalam satu komponen. Elemen taman ini tidak hanya sebagai fasiitas olahraga tetapi juga menjadikan suatu landmark untuk Menteng Park itu sendiri. Wall climbing ini memiliki tinggi hingga 12 meter dan lebar 4.5 m dengan penyusunan rangka yang 75 terbuat dari besi SHS 75x75 mm untuk bagian tengah, sedangkan untuk bagian pinggir menggunakan besi 50x50 mm yang dilapisi dengan penutup berupa panel GRC. Konstruksi yang digunakan sudah melalui konsultasi dengan pihak engineer sehingga pondasi yang digunakan beserta wall climbing ini dapat digunakan dengan aman. Pondasi yang digunakan terdiri dari pondasi beton uk 5000x3000x600 mm dan bagian bawah ditopang dengan pondasi bar pile berdiameter 300 mm. Lampiran 16 terdapat gambar detail dari billboard dan wall climbing. 9. Detil Terrace. Pada bagian terrace merupakan area yang dibuat secara bertahap untuk menganitisipasi bagian yang membentuk suatu ramp kearah sungai. Pada terrace ini menggunakan pola organik seperti aliran air. Pembuatan terrace ini dilakukan cut dan juga fill pada bagian tertentu, namun dengan perubahan tapak yang tidak signifikan yaitu hanya berkisar perubahan penambahan atau pengurangan ketinggian berkisar 0.1 meter. Terrace ini merupakan area yang digunakan untuk bersantai ataupun duduk menikmati situasi taman dengan pembuatan yang memanjang sehingga dapat mengakomodasikan pengguna untuk menikmati hampir sepanjang tapak. Terrace ini menggunakan finishing plaster halus dengan cat outdoor berwarna beige. Ukuran panjang terbagi menjadi 2 meter dan terdapat pemisahan oleh tali air sekitar 12 mm. Pada Lampiran 17 terdapat rincian material pondasi yang digunakan untuk terrace, dimensi lengkungan, dan juga ukurannya. 10. Bangku Taman Bangku taman pada Menteng Park terdapat 5 tipe. Tipe 1 merupakan bangku taman yang bersifat individual. Bangku ini memiliki lebar sekitar 500 mm dan tinggi 450 mm. Material yang diguanakan adalah beton cor dengan tulangan finishing plaster halus, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi beton cor dengan tulangan setinggi 200 mm dan lebar 500 mm. Bangku taman tipe 2 ini memiliki desain yang cukup menarik dengan adanya pola seperti tali yang melengkung pada bagian permukaan bangku yang berfungsi sebagai tali air dengan ukuran 12 mm. Terdapat 2 ukuran panjang bangku ini yaitu 2750 mm dan 1400 dengan lebar 400 mm. Tinggi bangku sekitar 700 mm termasuk dengan 76 sandaran 300 mm. Bangku ini dapat dipergunakan untuk beberapa orang. Permukaan bangku ini menggunakan finsihing teraso putih dengan bahan penyususun seperti mortar, pasangan bata dan bagian bawah menggunakan beton dengan wiremesh M6. Bangku taman tipe 4 memiliki keunikan dan menjadi salah satu dari daya tarik dari Menteng Park. Bangku ini merupakan tipe melingkar dengan bentuk yang diadaptasi dari bentuk @. Bangku yang dapat berfungsi untuk bersosialisasi apabila mengarah ke arah kedalam dan juga individual dengan menghadap luar ke arah tapak. Area tengah terdapat lawn area untuk membuat nyaman penggunanya. Bangku taman ini memiliki tinggi 400 mm dengan lebar 400 mm. Bangku dengan tipe 5 memiliki desain yang diadaptasi dari tanda panah. Desain yang unik menjadi daya tarik bagi pengguna. Detil bangku ini terdapat pada Lampiran 18. 11. Children Playground (CPG) CPG merupakan fasilitas yang disediakan pada Menteng Park untuk menunjang kegiatan pengguna anak-anak. CPG terbagi menjadi 2 jenis yaitu ayunan dan earth mound. CPG yang diterapkan memiliki desain yang unik dan menarik minat anak-anak dan faktor keamanan yang mendukung. Earth mound merupakan fasilitas permainan untuk anak-anak bermain dengan menyediakan slider dan climber. Pembuatan CPG ini berbentuk seperti gundukan yang berbentuk seperti lingkaran. Setengah lingkaran difungsikan untuk slider dan setengah lingkaran untuk climber. Bagian puncak gundukan (mound) memiliki lebar 3000 mm sedangkan bagian bawah memiliki lebar 6000 mm. Tinggi dari Earth Mound ini adalah 1500 mm, sehingga tidak membahayakan untuk aktivitas bermain anak-anak. Pembuatan climbing ini menggunakan papan kayu damar laut dan dilengkapi dengan point climbing yang dicat ec. Mowilex warna geranium 470. Bagian slider, material yang digunakan adalah batu purwakarta dan slider dengan panjang 4900 yang dibuat melengkung dengan warna yang sama yaitu geranium. Ayunan ini memiliki desain menarik dengan pola organik yang ditampilkan dalam bentuk seperti susunan gelombang yang dimodifikasi. Tiang penyangga ayunan ini dibuat melingkar dengan material yang kuat yaitu besi CHS 77 berdiameter 4 inchi, dicat dengan ex. Mowilex warna geranium 470. Penghubung antara tiang dan ayunan menggunakan CHS berdiameter 1 inchi dengan cat yang sama seperti tiang dan papan ayunan menggunakan besi plat ukuran 300x500x20 mm. Bagian bawah (lantai) ayunan ini terdapat susunan pondasi dari pondasi beton, tulangan, sengkang. Tinggi tiang ayunan ini adalah 2500 mm dengan jarak dari lantai ke papan ayunan berkisar 400 mm. CPG dapat dilihat pada Lampiran 19. 12. Pagar Perimeter Pagar perimeter ini dipergunakan untuk membatasi tapak Menteng Park dengan lingkungan luarnya. Pagar ini juga dapat berfungsi untuk menjaga kondisi Menteng park untuk tetap terjaga dalam keadaan yang baik. Pada saat melakukan pembuatan detail pagar perimeter ini, pihak OZ mengajukan 2 alternatif desain pagar, perbedaan 2 alternatif ini hanya terletak pada tinggi pagarnya. Alternatif pertama pagar dibuat setinggi 2 meter sedangkan alternatif kedua pagar dibuat setinggi 1400 meter sehingga dari luar tapak masih dapat melihat Menteng Park. Pembatas pada suatu kawasan dapat berupa pagar transparan. Pagar yang digunakan untuk Menteng Park ini tidak berkesan terlalu tertutup dan masif. Material yang digunakan adalah besi berdiameter 10 mm dengan cat hitam pada arah horizontal, besi RHS 60x120 mm untuk penyangga dari rangka pagar dicat hitam, dan juga untuk rangka pada arah vertikal menggunakan besi plat 5 mm, lebar 5 cmm dicat hitam. Pembangunan pagar ini menggunakan susunan material yaitu pada bagian paling bawah terdapat pasir yang dipadatkan, susunan batu kali setinggi 300 mm, kemudian diatasnya terdapat sloof beton 150x150 mm dengan tulangan 4 berdiameter 12 mm, dan bagian atas pada tanah diberi dinding pasangan bata finishing plaster halus (light grey). Detil kosntruksi dari pagar perimeter ini dapat dilihat pada Lampiran 20. 13. Bicycle stand Bicycle stand pada area Menteng Park ini fasilitas yang disediakan diperuntukan untuk masyarakat pengguna sepeda. Bicycle stand ini memiliki panjang 5620 mm dengan jeda 550 mm dan berjarak 460 mm dari kanstin. Bicycle stand ini hanya dapat menampung sepeda sekitar 30 sepeda. Desain bicycle stand 78 ini merupakan desain yang menarik dengan adaptasi pola lengkungan. Hal ini mendukung desain tapak Menteng Park yang menggunakan garis organik dalam desainnya. Material yang digunakan adalah Circular Hollow Steel (CHS) berdiameter 50 mm dan juga finishing berupa powder coating merah (Mowilex Geranium 470). Pondasi untuk elemen taman ini menggunakan concrete fondation untuk bagian paling bawah, penambahan anchor berdiameter 6 mm, dan juga mortar. Pada Lampiran 21 merupakan detail konstruksi untuk bicycle stand. 14. Lampu Taman Lampu yang digunakan pada Menteng Park ini adalah lampu taman dengan ketinggian 3800 mm. Penggunaan lampu dalam taman tidak hanya dijadikan sebagai penerang. Sistem pencahayaan yang dirancang dengan baik dapat menunjukkan kesan dramatis dan menimbulkan kontras ditengah redupnya malam. Lampu taman ini menggunakan reflektor sehingga pancaran cahaya dari lampu tersebut dapat menerangi area sekitar lampu tersebut. Tiang lampu ini menggunakan CHS berdiameter 3 inchi finishing powder coating black matte sedangkan bagian bawah tiang terdapat CHS diameter 5 inchi. Pada Lampiran 22 terdapat gambar lampu taman. 5.3.7. Bill of Quantity (BoQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bill of Quantity (BoQ) merupakan perhitungan untuk menentukan jumlah volume item pekerjaan yang dilakukan. Tabel BoQ biasanya terdiri dari item pekerjaan, spesifikasi, serta volume. Kolom item pekerjaan berisi mengenai jenisjenis pekerjaan yang dilakukan, diantaranya pekerjaan persiapan, pekerjaan penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pekerjaan hardscape. Kolom spesifikasi berisi mengenai hal yang berkaitan dengan softscape, yaitu diameter batang dan tinggi batang. Sedangkan kolom volume berisi mengenai hal yang berhubungan dengan semua pekerjaan, seperti luas, jumlah/m2, satuan, dan juga total. BoQ pada perancangan lanskap Menteng Park terbagi kedalam beberapa jenis menurut fasilitas yang akan dibuat pada tapak. Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan lanjutan dari BOQ, dimana pada RAB ditambahkan kolom harga. RAB pada perancangan pada Menteng Park terbagi menjadi beberapa bagian, 79 antara lain RAB pada jenis pohon, RAB pada tanaman semak, serta RAB untuk hal hardscape. 5.4. Pembahasan Dalam proses magang ini mahasiswa melihat dan menganalisis dalam beberapa pendukung perusahaan. Faktor pendukung ini terkait dengan manajemen proyek yang didalamnya dipengaruhi oleh pembagian kerja, sistem kerja, komunikasi, dan cara penanganan klien, serta prosedur pelaksanaan proyek yang didapat dari kegiatan mengikuti magang. Selain itu, dilakukan analisis Menteng Park dari segi peranan taman kota, desain, softscape, fasilitas, serta tahapan perancangan. 5.4.1. Manajemen Proyek Pada perusahaan tidak terlepas dari adanya pengaturan yang berhubungan dengan sumberdaya manusia ataupun pengaturan dalam proses kerja penanganan dalam pelaksanaan proyek. Menurut Cleland dan Ireland (2002), proyek merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu yang harus diakhiri dengan suatu accomplishment. Manajemen proyek yang baik tidak terlepas dari cara dalam mengatur quantity (kompleksitas), cost, dan delivery (waktu). Durasi berhubungan dengan waktu yang telah ditentukan ataupun dicapai dalam masa tertentu, komplesitas berkenaan dengan ketentuan produk yang diberikan oleh OZ kepada klien sedangkan cost diatur secara langsung oleh direktur dengan bagian adminstrasi dan keuangan. Kompleksitas (quantity) dan durasi dilihat dari proyek yang didapatkan OZ memiliki standar pekerjaan, standar penyelesaian dan standar waktu. Standar pekerjaan dari proyek yang dihasilkan adalah konsep dan produk OZ yang dapat memenuhi ketentuan pemerintah dan mengakomodasi keinginan dari klien. Hal ini dapat terlihat ketika mengikuti diskusi dengan klien, OZ memberikan konsultasi mengenai desain dan perijinan penggunaan site furniture berdasarkan ketentuan pemerintah. Konsultasi ini dilakukan oleh direktur ataupun project manager dalam kurun waktu tertentu. 80 Quantity dari OZ dapat dilihat dari produk yang dihasilkan memiliki standar dan kelengkapan gambar tertentu untuk presentasi kepada klien merupakan standar penyelesaian yang diterapkan OZ. Standar gambar untuk proyek Menteng Park adalah memiliki visual yang lengkap pada tapak dan 3D ilustrative yang dapat menunjang pengertian klien pada desain tersebut. Visual ini diwujudkan dalam bentukan desain yang sudah jelas dan nyata dari awal pengajuan desain disertai dengan gambar ilustrasi aktivitas dan juga gambar detil berupa konstruksi bentukannya. Salah satu keunggulan dari OZ ini adalah gambar detil dengan perhitungan yang baik seperti tujuan yang ingin dicapai OZ yaitu ‘create market’. Delivery (durasi waktu) ini berhubungan dengan kecepatan pekerjaan dan sistem kerja. Kecepatan pekerjaan OZ dipengaruhi urutan pekerjaan ataupun order pekerjaan. Urutan pekerjaan ini diketahui dengan adanya prioritas berdasarkan tenggat waktu penyerahan progress sehingga hasil tersebut dapat disampaikan tepat waktu. Order pekerjaan ini dikerjakan menurut klien yang menawarkan proyek terlebih dahulu disertai dengan ketentuan waktu. Order pekerjaan ini juga didasarkan atas besarnya nilai proyek yang diperoleh. OZ mendahulukan order proyek dengan nilai proyek yang besar karena berkenaan dengan reputasi OZ, resiko ataupun denda yang akan didapatkan apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati. Kecepatan pekerjaan didukung dengan adanya sistem kerja yang dilakukan. Sistem kerja yang dilakukan adalah work team. Pada setiap proyek terdapat project manager untuk mengatur jalannya tim tersebut. Sistem kerja ataupun pembagian tugas diatur langsung oleh direktur. Work team yang dilakukan dalam suatu proyek dapat berjalan efektif dalam bertukar pikiran mengenai ide desain ataupun standar desain yang digunakan. Mahasiswa magang melakukan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan arahan dari project manager setelah menerima tugas yang diberikan direktur. Pada beberapa kasus proyek, sistem kerja pada perusahaan ini dapat berubah dengan mengikutsertakan seluruh staf dalam suatu proyek untuk mencapai produk yang dihasilkan tepat waktu. OZ mencapai target proyek sesuai dengan persetujuan dengan klien. Berdasarkan 81 pencapaian kewajiban yang harus dilakukan secara profesional ini pihak OZ terhindar dari terjadinya wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa. Menurut Subekti (1985) terdapat bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu : 1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan. 2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya. 3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat. 4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Berdasarkan hal tersebut OZ melakukan berbagai upaya dimulai dari prioritas proyek yang dikerjakan, cara kerja, maupun pengaturan waktu pemberian progress dari seluruh proyek yang dikerjakan untuk menghindarkan dari adanya wanprestasi. Kinerja dari konsultan ini tidak terlepas dari adanya tenaga kerja didalamnya, OZ saat ini tidak hanya arsitek lanskap yang bekerja namun terdapat satu arsitek yang dapat menangani pekerjaan yang berhubungan dengan hardscape. Hal ini memberikan scope pekerjaan lebih luas dalam suatu proyek yang di lakukan dan juga memberikan produk yang lebih baik. Struktur organisasi dalam OZ dapat berfungsi dalam mengatur kerja untuk tenaga kerja (staf) yang ada. Masing-masing jabatan ini terdapat peranan yang dapat memudahkan dalam pengerjaan suatu proyek. Direktur OZ dalam suatu proyek berperan sebagai konseptor dan arsitektur lanskap maupun arsitek berperan sebagai project manager pada setiap proyek yang berbeda. Peranan dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 38. Garis putus-putus pada Gambar 38 menjelaskan mengenai peranan ataupun tugas yang ada pada setiap posisi atau jabatan pada struktur organisasi Oemardi_Zain dalam melaksanakan manajemen proyek. Struktur organisasi yang ada di OZ memiliki beberapa kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan yang diperoleh yaitu adanya pembagian yang terstruktur dari masing-masing staf berdasarkan pengalaman dan latar belakang ilmu yang 82 diperoleh. Struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan dapat memudahkan kinerja terkait penyelesaian proyek yang akan maupun sedang dikerjakan. Kekurangan terdapat pada cara kerja work team yang akan lebih efektif apabila dalam anggota tim yang dipimpin oleh satu project manager tidak menangani proyek lainnya. Pemilihan beberapa project manager yang tetap perlu dilakukan berdasarkan pengalaman dalam penangan proyek diperlukan dalam pengerjaan penyelesaian gambar, sehingga akhirnya project manager tidak menangani sendiri proses dari awal hingga akhir. . Bag. Administrasi dan keuangan Direktur/Owner Konseptor Arsitek dan Arsitek Lanskap Project Manager Drafter Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 38. Struktur Organisasi dan Peranan dalam Oemardi_Zain. Seorang project manager yang baik harus memiliki kompetensi yang mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek akan dinyatakan berhasil apabila proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang telah direncanakan. Manajer proyek merupakan individu yang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek. Manajer proyek adalah orang yang memegang peranan penting dalam mengintegrasikan, mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas keberhasilan dalam pencapaian sasaran proyek (www.manajemen proyek.com). Project manager ini merupakan seorang profesional dalam melaksanakan suatu proyek. Project manager memiliki tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan penutupan sebuah proyek yang biasanya berkaitan dengan bidang industri kontruksi, arsitektur, telekomunikasi dan informasi teknologi. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek harus diatur 83 dengan baik oleh manajer proyek yang berkualitas serta memiliki kompetensi yang disyaratkan. Pada Gambar 39 merupakan alur komunikasi dalam proyek yang terdapat pada OZ dalam pelaksanaaan suatu proyek. Klien Direktur Project Manager Tim Proyek Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 39. Alur Komunikasi dalam Proyek pada Oemardi_Zain. Dalam pelaksanaan proyek, koordinasi dilakukan klien secara langsung dengan direktur. Hal mengenai kebutuhan proyek kemudian diterjemahkan kepada project manager untuk pengerjaan gambar kerja. Progress proyek Menteng Park ini, klien dapat meminta dari project manager secara langsung (ditunjukan dalam garis putus-putus pada Gambar 39). OZ selalu mengedepankan keinginan serta persepsi dari klien. OZ melihat kepentingan klien berdasarkan golongan dari klien, sehingga dapat melakukan pelayanan yang baik dan tepat sasaran. Dalam proyek Menteng Park pihak OZ menghadapi dua jenis golongan klien. Klien yang secara langsung mengadakan kontrak dengan OZ yaitu PT Jaya real Property Tbk (owner) maupun klien dalam hal implementasi proyek yaitu kontraktor yang dipilih oleh owner. Klien ini memiliki persepsi serta cara pandang mengenai kondisi tapak yang berbeda. Pada proyek lanskap Menteng Park, PT. Jaya Real Property merupakan klien yang memberikan proyek tersebut. PT. Jaya Real Property adalah sebuah pengembang untuk kawasan Bintaro Jaya. Pihak OZ selalu melakukan koordinasi dan melakukan komunikasi rutin setiap minggu atau bulan. Setiap hal yang menyangkut proyek klien, akan langsung dibicarakan, baik itu melalui telepon atau melalui pertemuan yang disepakati keduanya. Meeting dilakukan dengan cara mengunjungi pihak klien tersebut. Dalam meeting ini, produk yang diberikan kepada klien merupakan hasil 84 tampilan serta perhitungan yang baik, sehingga pihak klien dapat memahami. Dalam pelaksanaan kontrak kerja yang dilakukan pada suatu proyek. Keunggulan OZ selain hasil proyek yang baik yaitu memberikan penawaran harga yang terbaik (mendekati harga yang dimiliki oleh klien) melalui beberapa perhitungan berdasarkan luasan ataupun secara besaran dan konsep yang diberikan dapat diterima oleh klien. 5.4.2. Proses Perancangan Lanskap Menteng Park Proses adalah urutan langkah-langkah dalam bentuk keputusan yang mengakibatkan pemenuhan tujuan. Tahap proses desain pada Booth (1989) ini memliki tahapan dimulai dari penerimaan proyek (project acceptance), riset dan analisis (research and analysis), desain (design), gambar konstruksi (construction drawings), pelaksanaan (implementation), evaluasi setelah konstruksi (postconstruction evaluation), dan pemeliharaan (maintenance). Pada OZ, dilihat dari Gambar 40 alur proses dalam perencanaan dan perancangan ini pada umumnya sama dengan alur proses menurut Booth. Perbedaan pada beberapa tahapan ini hanya dalam istilah untuk proses yang dilakukan. Proses berdasarkan tahapan desain ini juga ada perbedaan dalam pemisahan tahapan untuk melakukan pekerjaan. Apabila dilihat dari tahapan serta istilah yang digunakan oleh OZ maka didapatkan tahapan Booth yang bisa menjadi dasar perbandingan dari tahapan perancangan yang digunakan OZ. Pada tahapan proses perancangan yang dimiliki OZ ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983). Persamaan terdapat pada tahap perisiapan dan perbedaan terdapat pada pengerjaan proses riset analisis serta tahap desain. Proses desain pada setiap proyek memiliki perbedaan sesuai dengan keputusan dari desainer yang dipengaruhi faktor luar (lingkungan dan klien). Keberhasilan dari proses riset dan analisis ini didukung dari adanya faktor internal dari desainer yaitu pengamatan, pengetahuan serta pengalaman dalam penanganan desain dalam proyek sehingga dapat membuat keputusan yang baik. Kelengkapan dari faktor internal ini mendukung knerja untuk mengolah data pada tapak. Apabila terdapat kekurangan dalam kelengkapan seorang desainer maka menyebabkan desain tidak sempurna. 85 Selanjutnya dibahas mengenai proses perancangan pada OZ mengacu kepada tahapan Booth (1983) untuk mengetahui proses desain yang dilakukan. Project Acceptance Persiapan Research and Analysis Inventarisasi dan Analisis Design Tahap Konsep Design Development Construction Drawings Detil Konstruksi Post-Construction evaluation Implementation Pelaksanaan & Pemeliharaan Maintenance (A) (B) Gambar 40. Perbandingan Tahap Proses Perancangan ( A) Booth (1989) dan (B) Oemardi_Zain (2011). 5.4.2.1. Tahap Persiapan Pada OZ ini sama dengan yang dikemukakan oleh Booth (1989) yaitu tahap awal yang dilakukan sebelum masuk kedalam proses dalam pengerjaan proyek tersebut. Pada Booth (1989) tahap persiapan dikenal dengan project acceptance. Pihak OZ melakukan kesepakatan terlebih dahulu dengan pihak klien atau owner mengenai proyek yang akan dijalankan. Berdasarkan rujukan dari teori 86 Booth tersebut maka OZ melakukan tahap penerimaan proyek (project acceptance). Dalam Simonds (1983) termasuk kedalam tahap commision adalah tahap dimana klien menyatakan keinginan atau kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Pihak OZ dan PT. Jaya Real Property Tbk melakukan diskusi dalam item pekerjaan yang dilkukan dan juga konsep awal yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan proses perancangan selanjutnya. Tahap persiapan ini mahasiswa tidak mengikuti saat proses pengerjaan proposal desain kepada pihak PT. Jaya Real Property. Tahap persiapan diketahui dengan melakukan wawancara dengan direktur mengenai hal yang berhubungan dengan proposal dan Surat Perintah Kerja (SPK). Setelah turun SPK, OZ kemudian melanjutkan proposal mengenai gambaran konsep kedalam tapak Menteng Park. Konsep dasar Menteng Park yang dirumuskan oleh OZ terdiri dari rekreasi, edukasi, konservasi dan landmark ini dilakukan perbandingan berdasarkan tujuan dari pengembangan Bintaro Jaya dan juga peranan taman kota, sehingga didapatkan saling keterkaitan satu sama lainnya. Health Care Rekreasi Earth Care Konservasi Edukasi Energy Care (a) (b) Gambar 41 . Perbandingan Pencapaian Konsep (a) Pengembangan kawasan Bintaro Jaya dan (b) Oemardi_Zain (2011). Kesinambungan antara konsep didapatkan dari adanya konsep rekreasi dari OZ yang mendukung adanya ‘Health Care’ serta konsep konservasi dan edukasi ini dapat mewujudkan tujuan dari konsep ‘Earth care’ dalam mengembangkan 87 kawasan Bintaro Jaya. ‘Energy care’ ini diterapkan pada desain yang dibuat oleh OZ belum diterapkan pada Menteng Park. Fitur ‘Health Care’ ini didapat dari adanya aktivitas rekeasi yang disediakan dalam Menteng Park bagi masyarakat Bintaro Jaya. Rekreasi ini berupa penyediaan sarana olahraga dan ketersediaan ruang hijau untuk mendukung aktivitas didalamnya. Fitur ‘Earth Care’ yang ingin dicapai dalam mengembangkan kawasan Bintaro Jaya, didukung dengan adanya Taman Kota Bintaro Jaya (Menteng Park). Menteng Park memiliki arboretum dengan luas sekitar 590 m2. Hampir seluruh tapak ditutupi oleh vegetasi pohon, hal ini untuk membentuk suatu konservasi dalam tapak dengan menjadi suatu area resapan air dalam skala yang kecil. Konservasi ini bertujuan untuk melindungi badan air yang terdapat pada tapak. Penyediaan arboretum ini, dengan berbagai jenis vegetasi dapat mengundang habitat satwa liar yaitu burung. Atraksi burung dapat menarik perhatian bagi pengguna taman, sehingga terdapat pemahaman secara tidak langsung untuk peduli dengan lingkungan. Konsep edukasi ini dukung dengan adanya pembelajaran mengenai jenis tanaman yang terdapat pada Menteng Park. Konsep landmark pada Menteng Park ini merupakan ide dari OZ untuk menampilkan suatu karakter pada tapak. Hal ini secara khusus menjadikan suatu identitas bagi Menteng Park. Fitur ‘Energy Care’ ini belum dapat didukung dari secara nyata dari konsep Menteng Park. Fitur ini bertujuan dalam penghematan listrik pada wilayah Bintaro Jaya. Pada Menteng Park belum adanya penggunaan elemen taman seperti lampu taman yang menggunakan solar panel. Menteng Park ini merupakan proyek yang diajukan oleh PT. Jaya Real Property Tbk kepada OZ. Pihak pengembang menginginkan adanya pembuatan Taman Kota Bintaro Jaya (diresmikan dengan nama Menteng Park) direncanakan sebagai taman kota sehingga dalam proses perancangan ini diperlukan peninjauan mengenai peranan taman kota. Berdasarkan pemaparan untuk peranan taman kota terhadap ekologis kota ini maka perancangan ini memiliki konsep dasar yang dapat memenuhi beberapa 88 peranan Menteng Park sebagai taman kota bagi kawasan Bintaro Jaya. Konsep dasar pada Menteng Park ini mengacu kepada tujuan yang ingin tercapai. Peranan Taman Kota Abdillah (2005) Pengaturan klimatologis Pengaturan Hidrologis Pencegah Erosi Penyeimbang Alam Perlindungan Keindahan Kejiwaan Sosial Sarana Kesehatan Konsep Menteng Park Oemardi_Zain (2011) Konsep Konservasi Design Key Drive Konsep Rekreasi Design Key Drive Gambar 42. Pencapaian Peranan Taman Kota dalam Konsep Menteng Park Konsep dasar konservasi ini merupakan pencapaian tujuan dari pengaturan iklim (klimatologis), pengaturan persediaan air tanah (hidrologis), pencegah erosi (orologis), dan penyeimbang alam (edhapis). Dalam penerapan desain dalam Menteng Park ini diwujudkan dalam adanya pemilihan vegetasi pohon pada area arboretum yang baik dalam penyerapan air, penggunaan material hardscape, serta daerah pinggiran sungai ditunjang dengan penyediaan hijauan. Konsep dengan adanya hijauan ini juga dapat mewujudkan suatu perlindungan (protektif) dari polusi yang terjadi di perkotaan bagi pengguna taman dan juga secara tidak langsung menjadi sarana kesehatan bagi masyarakat perkotaan. Konsep dasar rekreasi diwujudkan dalam bentuk area promenade,terrace, dan CPG. Rekreasi yang dapat dilakukan pada Menteng Park ini terdapat aktif dan pasif. Kegiatan pasif yaitu melakukan kegiatan dengan menikmati taman dengan keindahan lingkungan taman dengan adanya desain taman yang natural serta menarik, sedangkan kegiatan aktif adalah area yang dapat digunakan untuk sarana berolahraga maupun interaksi sosial dan bermain anak. Tujuan taman kota dengan konsep rekreasi OZ dalam Menteng Park ini yang tercapai adalah sosial dan kejiwaan (psikis). Dalam peranan taman kota sebagai penunjang ekonomi (Abdillah, 2005) ini tidak diaplikasikan dalam tapak 89 dengan pertimbangan latar belakang masyarakat Bintaro yang memiliki kondisii ekonomi menengah keatas dan hanya membutuhkan sarana untuk rekreasi. Namun, peranan secara ekonomi ini dapat terwujud apabila dalam Menteng Park ini melakukan penghematan listrik dengan penggunaan solar panel pada setiap elemen taman yang membutuhkan energi listrik, hal ini juga mendukung konsep Bintaro Jaya yaitu fitur energy care. Konsep edukasi didapatkan dari adanya interaksi dengan alam. Berbagai vegetasi yang terdapat pada taman ini merupakan sarana dalam mendukung edukasi. Edukasi ini didapat dari adanya penciptaan lingkungan hidup secara sinergis di dalam tapak dengan perancangan yang baik. Menteng Park untuk menjadi suatu taman kota yang baik harus memenuhi syarat taman kota. Menurut Arifin et al (2008), taman kota adalah taman umum dalam skala kota yang peruntukannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat kota yang bersangkutan. Fasilitas disediakan pada taman disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung lainnya, meliputi : fasilitas rekreasi, fasilitas olahraga, fasilitas sosialisasi, fasilitas penunjang. Dari segi fasilitas, Menteng Park ini sudah memenuhi syarat sebagai taman kota seperti yang dikemukakan oleh Arifin et al (2008). Fasilitas rekreasi dalam Menteng Park berupa CPG, terrace dan promenade untuk ruang bersantai dan adanya entertainment stage untuk mengakomodasi kegiatan tertentu. Fasilitas olahraga pada Menteng Park tidak disediakan secara lengkap hanya berupa jogging track, refleksi, wall climbing, dan penyediaan lapangan terbuka. Pembatasan fasilitas olahraga ini berdasarkan kondisi tapak yang tidak terlalu luas apabila dijadikan taman kota (1,5 hektar) namun cukup dalam mewadahi aktivitas masyarakat Bintaro Jaya. Fasilitas sosialisasi dipenuhi oleh Menteng Park dengan adanya lapangan terbuka, promenade cafe, maupun promenade (plaza). Fasilitas pendukung berupa akses jalan untuk kendaraan bermotor, entrance, penyediaan tempat parkir bagi kendaraan bermotor dan sepeda dan lainnya sudah terdapat dalam Menteng Park. Fasilitas toilet yang disediakan dalam Menteng Park ini terbatas hanya terdapat dalam commercial area (gedung). Keberadaan toilet dalam Menteng Park ini seharusnya menjadi pertimbangan 90 dalam melakukan pemilihan dan peletakan fasilitas berdasarkan kebutuhan pengguna taman. Menteng Park perlu penambahan unit toilet pada desain dengan titik penempatan berada dekat dengan area yang memiliki aktivitas yang cukup tinggi yaitu area rekreasi (open lawn dan entertainment stage). Apabila ditinjau dari segi luasan, Menteng Park belum memenuhi kriteria taman kota yang ideal. Menteng Park hanya memiliki luas sekitar 1.5 Ha, luasan tersebut masuk kedalam kategori taman lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh Arifin et al (2008) luas taman lingkungan adalah 1-3 hektar, sedangkan taman kota memiliki luasan sekitar 10 hektar. Menteng Park ini ditinjau dari letak tapak yang dikelilingi oleh perumahan dan berdasarkan luasan tapak merupakan taman lingkungan dengan skala cakupan pengguna yaitu warga kecamatan atau kelurahan stempat. Akan tetapi, pihak PT. Jaya Real Property ini ingin menjadikan Menteng Park sebagai taman kota untuk wilayah Bintaro Jaya. Taman ini terbuka untuk umum tanpa adanya pungutan bayaran untuk memasuki Menteng Park. Menteng Park tidak hanya diperuntukan untuk masyarakat kawasan Bintaro Jaya, namun dapat digunakan untuk Kota Bintaro secara luas. 5.4.2.2. Riset dan Analisis Pada tahap riset dan analisis ini, OZ tidak melalui tahapan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Booth (1989). Tahap inventarisasi dan analisis ini dalam proses perancangan seharusnya terdapat beberapa data fisik, data biofisik, dan data sosial yang seharusnya mengalami kajian secara lengkap. Menurut Booth (1989) tahap riset dan analisis ini adalah tahap dimana untuk menyiapkan base plan pada tapak. Base plan ini adalah data baik spasial maupun tidak mengenai kondisi dan stuktur fisik pada tapak. Pada OZ, data yang sudah menjadi acuan untuk proses perancangan hanya berupa bentuk tapak dalam bentuk CAD, foto kondisi eksisting, serta peta kontur. Hal ini juga diungkapkan oleh Dahl dan Molnar (2003) pada tahap ini desainer harus mengumpulkan informasi tentang aspek gagasan awal. Akan tetapi, pertimbangan yang perlu dingat bahwa daftar informasi yang diperoleh tidak semuanya diperlukan. 91 Data yang berpengaruh dalam desain ini kemudian menjadi acuan dalam melakukan proses analisis secara cepat (quick analysis). Data yang terdapat pada OZ ini tidak dilengkapi oleh data iklim, arah angin pada tapak, hidrologi, maupun sosial sebagai acuan dalam desain Menteng Park. Hasil dari analisis pada setiap komponen yang ada pada tapak ini akan menunjang untuk mengukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembuatan Menteng Park ini. Data yang diperlukan dalam menentukan fasilitas untuk aktivitas dalam tapak ini adalah adanya data sosial. Data sosial dalam proses perancangan taman kota yang ideal diperlukan untuk mencapai pemenuhan persepsi serta kebutuhan masyarakat. Laurie (1984) menyatakan bahwa perancangan dan perencanaan harus tanggap terhadap konteks sosial dan cara yang didapatkan untuk memberikan suatu lingkungan nyaman adalah belajar dari pengamatan dari pengamatan dan konsultasi langsung dengan para anggota masyarakat suatu kelompok tertentu pada masyarakat yang ditentukan oleh faktor seperti usia dan sosio-ekonomi. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka desain yang diterapkan dapat mengakomodasi kebutuhan, memenuhi persepsi dan keinginan dari masyarakat. Akan tetapi, data sosial dari pihak masyarakat Bintaro Jaya ini tidak dimiliki oleh pihak OZ karena terkait dengan pihak PT. Jaya Real Property Tbk yang menjadi owner dalam proyek Menteng Park. Persepsi dan keinginan yang diwujudkan dalam Menteng Park ini berdasarkan sudut pandang owner untuk memiliki taman kota yang dapat memfasilitasi aktivitas masyarakat Bintaro Jaya dan dapat menciptakan lingkungan yang baik. Dalam pengerjaan riset dan analisis, OZ melakukan dengan teknik analisis secara cepat (quick analysis). Riset maupun analisis yang dilakukan hanya berdasarkan permasalahan yang dapat terlihat langsung pada tapak seperti letak dan bentuk tapak, polusi, bising, serta kenyamanan dan keselamatan pengguna. Pengumpulan data dalam bentuk foto keadaan eksisting dari berbagai sudut pandang ini dapat berguna untuk mengingat kembali kondisi pada tapak tersebut. Riset dan analisis yang harus dilakukan tidak hanya berdasarkan dari segi visual dalam tapak, namun memerlukan peninjauan lebih lanjut dari data fisik dan biofisik pada tapak. Kekuatan hubungan antara lingkungan dibangun dan 92 lingkungan hidup alami tergantung pada pendekatan perancang dan tidak dapat dipisahkan dari kondisi lokasi (Reid, 1996). OZ melakukan pertimbangan dalam menentukan desain Menteng Park dalam hal memprioritaskan kenyamanan dan keamanan pengguna serta menjaga lingkungan yang ada agar selaras dengan desain yang ada. OZ dalam pertimbangan keselamatan pengguna tapak, berusaha menciptakan desain yang aman bagi pengguna, sedangkan dalam pertimbangan terhadap peningkatan kualitas lingkungan dilakukan dengan mendesain tapak dengan vegetasi yang mampu menjaga serta meningkatkan kualitas lingkungan dan juga desain dengan minimal penggunaan perkerasan sehingga dapat menyerap air. Hal ini akan didapatkan lebih fungsional apabila OZ melakukan pengukuran berdasarkan kontur yang ada pada tapak. Pengukuran ini berfungsi untuk mengetahui titik permasalahan pada tapak dan juga desain memiliki ukuran yang baik. Tidak adanya hasil dari riset dan analisis ini dalam bentuk spasial merupakan hasil dari kesepakatan dalam pelaporan hasil antara pihak klien dan OZ. Pihak OZ bertanggung jawab mulai dari tahap desain yang berawal dari konsep, pengembangan desain, dan gambar kerja. Teknik quick analysis yang diadaptasi oleh OZ dan konsultan lainnya adalah salah satu cara untuk mencapai progres proyek yang harus dilaporkan dalam tenggat waktu tertentu. Teknik ini dapat mengurangi waktu yang dihabiskan dalam pelaksanaan pengkajian data-data terkait dengan tapak tersebut, sehingga dapat secara cepat masuk kedalam tahap desain. Kelemahan dalam proses riset dan analisis yang dilakukan OZ adalah tidak adanya dokumen yang tersimpan baik berupa data deskriptif maupun data spasial pada tapak seperti yang dikemukakan oleh Reid (1996), grafis yang dihasilkan pada tiap tahapan proses perancangan berfungsi untuk mencatat, mengeluarkan, dan menyampaikan ide-ide atau informasi. Sehingga, sebaiknya setiap tahapan proses perancangan yang dikerjakan terdapat spasial ataupun pengerjaan menggunakan komputer dan disimpan untuk dokumen pengerjaan. Hal mengenai riset dan analisis ini penting untuk dilakukan sebelum adanya proses pembentukan dari konsep karena dapat mengetahui keadaaan sebelumnya dari tapak secara lebih jelas. Tujuan dari riset dan analisis adalah untuk desainer untuk menjadi 93 familiar dengan tapak, dalam rangka untuk mengevaluasi dan menentukan karakter tapak, masalah dan potensi (Booth, 1983). Dasar pemikiran yang kuat dalam merancang suatu tapak akan mengurangi revisi gambar pada tahap atau proses desain selanjutnya. OZ mengalami revisi gambar hingga beberapa kali, hal ini dikarenakan bukan hanya dari pertimbangan permintaan dari pihak klien untuk desain Menteng Park namun tahap riset analisis yang tidak dilakukan secara terperinci yang terdiri dari aspek fisik, biofisik dan sosial. Hasil analisis yang tidak terperinci ini berdasarkan budget yang dikeluarkan dari pihak klien untuk proses desain Menteng Park. Apabila semakin lama rentang waktu dan semakin besar dana yang diberikan oleh pihak klien maka hasil analisis akan lebih spesifik. Proses dalam perancangan dapat mengalami percepatan, namun prinsipnya tetap sama untuk mewujudkan proyek tersebut pada tapak secara efektif. Tujuan harus dipahami serta mengetahui bagaimana sifat fisik tapak dan sekitarnya. (Simonds dan Starke, 2006). 5.4.2.3. Design (Desain) Oemardi_Zain Booth (1978) Ideal Functional Diagram Konsep Dasar (Zona) Pengembangan konsep Konsep Desain Site Related Concept Plan Form Composition Study Preliminary Master Plan Design Development Schematic Plan Master Plan Design Development Gambar 43. Perbandingan Tahapan Proses Desain. Tahap desain merupakan tahap dimana desainer merencanakan lingkungan dengan memaksimumkan potensi untuk mencapai tujuan serta dapat mengintegrasikan karyanya secara harmonis dengan alam (Simonds dan Starke, 2006). Pada tahapan Booth terdapat perbedaan dari OZ. Pada tahap desain ini 94 Booth (1983) mengemukakan beberapa hal item yang dikerjakan yaitu diagram fungsi, diagram hubungan tapak, concept plan, studi bentuk perancangan, preliminary design, schematic plan, master plan, design development. Pada OZ tidak dikenal dengan adanya tahapan schematic plan, namun hal tersebut sudah mencangkup dalam proses perancangan yang dikerjakan. Perbedaan juga terdapat pada tahap pengembangan desain pada OZ yang mencakup preliminary master plan, schematic plan, master plan dan design development. Pengembangan desain yang dikemukakan oleh Booth pada proses perancangan OZ adalah pengembangan untuk hardscape (denah dimensi dan material) dan softscape (denah penanaman tanaman). Booth (1983) lebih lanjut mengemukakan bahwa banyak tahap dari perancangan yang saling tumpang tindih dan saling membaur sehingga susunannya menjadi tidak jelas dan nyata. Beberapa dari tahapan tersebut bisa pararel satu dengan yang lainnya dalam hal waktu dan muncul serentak. Pada dasarnya OZ melakukan tahapan yang sama namun pemisahan pada beberapa tahap tidak terlalu jelas. Berikut ini adalah hasil analisis yang ditinjau dari tahapan OZ berdasarkan tahapan perancangan pada Booth. 1. Diagram fungsi, Diagram Keterkaitan Ruang dan Rencana Konsep. Tahap diagram fungsi, diagram keterkaitan ruang dan rencana konsep ini merupakan tahap yang penting dilakukan untuk proses dalam membentuk kesesuaian pada tapak baik dari segi desain, penempatan dan letak ruang. Pada dasarnya OZ melakukan tahap ini, namun perbedaan terdapat dalam hasil grafis serta istilah yang digunakan. Pada OZ tahap diagram fungsi, diagram keterkaitan ruang dan rencana konsep masuk kedalam tahap pengembangan konsep. Booth (1983) menyatakan bahwa tujuan dari diagram fungsi ideal adalah mengidentifikasi hubungan terbaik dan paling sesuai pada fungsi dan ruang yang diajukan dalam desain. OZ melakukan diskusi dengan klien untuk menentukan zona awal untuk fungsi dalam tapak. Hal yang dirumuskan adalah area masuk, area transisi dan area inti untuk kegiatan dalam tapak. Selain itu, terdapat beberapa pertimbangan akses antar ruang, border pada kelliling tapak, dan penempatan fasilitas dalam area tersebut. 95 Tahap pembuatan diagram fungsi ini tidak digambarkan secara langsung oleh pihak OZ namun diinterpretasikan kedalam tahap pengembangan zona tapak dengan layout desain yang akan diterapkan. Tahap diagram fungsi ini seharusnya hanya berupa suatu pola-pola diagram belum masuk kedalam tapak seperti yang dikemukakan oleh Booth (1983) bahwa tidak ada realisme bergambar dalam solusi pada tahap desain awal. Pihak OZ menyatukan diagram fungsi ini pada tapak yang sudah terbentuk pola desainnya. Dapat dilihat pada Gambar 27 pembagian zona ini, pihak OZ melakukan zona pada gambar yang sudah terdapat bentukkan pola desainnya. Diagram fungsi, diagram keterhubungan tapak, dan rencana konsep pada Booth dalam OZ dijadikan menjadi satu tahapan dalam perumusan konsep dasar kedalam zonasi tapak. Pertimbangan OZ, untuk memberikan zonasi pada tapak yang sudah terdapat desain ini adalah untuk memudahkan penyampaian maksud kepada klien sehingga diperlukan visualisasi secara jelas dan menarik tidak hanya dalam bentuk diagram pada tapak. Diagram fungsi merupakan acuan untuk desain yang akan dilkukan. Dampak dari diagram fungsi yang tidak dilakukan terlebih dahulu sebelum proses desain adalah fungsi ruang dan kebutuhan ruang tidak akan terakomodasi dengan baik, sehingga sebaiknya OZ menetapkan diagram tersebut dalam bentuk suatu zonasi awal tidak menyatu dengan proses desain. Zonasi awal ini merupakan acuan dalam menentukan jarak, luasan, keterkaitan antar ruang, sehingga fasilitas dan aktivitas dalam tapak sudah dalam penempatan yang baik. Menurut Simonds dan Starke (2006), pengorganisasian ruang yang baik akan menghasilkan hubungan yang saling mengisi, harmonis dan tercipta keseimbangan. Hubungan fungsional ini akan menggambarkan kedekatan zona satu sama lainnya. Pertimbangan kedekatan letak antar zona mempengaruhi jalur sirkulasi penghubung, sehingga hal ini perlu pertimbangan yang baik sebelum melakukan bentukan desain pada tapak. Rencana konsep merupakan keberlanjutan dari tahap sebelumnya. Dalam tahap ini dapat terdapat perbedaan hasil grafis dibandingkan dengan diagram fungsi. Bentukan desain sudah menyesuaikan dengan tapak dengan pembagian dan luasan ruang yang jelas serta penghubung antar ruang tersebut. Rencana 96 konsep mengambil area secara umum dengan diagram keterhubungan tapak dan membaginya kedalam area yang lebih spesifik (Booth, 1983). Rencana konsep dalam OZ ini berupa tahap pengembangan konsep yang terdiri dari pembagian ruang, konsep sirkulasi, konsep softscape, dan konsep hardscape. 2. Studi Bentuk Perancangan (Form Composition Study) Konsep desain pada OZ sama dengan tahapan studi bentuk perancangan pada Booth. Studi bentuk perancangan yang ada pada OZ dilakukan dengan observasi bentuk elemen taman serta desain tapak yang didapatkan dari internet ataupun buku. Beberapa hal yang menjadi studi literatur dalam proses desain Menteng Park adalah pengaplikasian dalam hal promenade, wall climbing, dan elemen taman lainnya. Studi bentuk perancangan yang dilakukan pihak OZ ini tidak menggunakan literatur berdasarkan suatu penelitian, studi ini hanya dilakukan dalam hal bentuk desain ataupun gambar aktivitas sosial dalam tapak. Berikut ini adalah beberapa contoh studi bentuk perancangan yang dilakukan oleh OZ pada Gambar 45. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 44. Tahap Desain (Studi Bentuk Perancangan). Menurut Reid (1993) bentuk pada lanskap adalah ekspresi visual utama dari berbagai kekuatan yang mempengaruhi desain lingkungan outdoor. Berdasarkan hal tersebut maka OZ memperkuat konsep dengan bentukan garis lengkung (organik) pada desain mendominasi area Menteng Park. Bentukan ini menjadi visual utama dan keunikan untuk tapak Menteng Park. Studi bentuk perancangan lebih menonjol apabila dalam tapak ini dilakukan desain dalam keadaan tapak yang belum didesain seperti halnya Menteng Park. Pola yang diadaptasi ini merupakan pola garis organik yang 97 berhubungan dengan air baik berupa tumpahan air maupun bentukan pola sungai (meander) yang diadaptasi kedalam bentukan perkerasan dan site furniture. Hal ini seperi yang dikemukakan oleh Simonds dan Starke (2006), salah satu cara untuk memperoleh ide desain bagi seorang desainer adalah dengan mengamati bentukan-bentukan alam dan berbagai kekuatan alam. OZ memiliki konsep desain Menteng Park yang dapat digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenjang usia. Hal ini diwujudkan dalam pembuatan fasilitas, material dan desain yang dapat dijangkau oleh semua jenjang usia. Menurut Dahl dan Molnar (2003), salah satu pertimbangan desain yang menjadi prinsip utama adalah desain yang digunakan harus dapat dinikmati siapa saja, tidak hanya untuk kepentingan golongan tertentu. Adanya sarana berupa fasilitasfasilitas dan memiliki desain yang menarik dalam Menteng Park menjadikan taman ini dapat dinikmati oleh siapa saja. Menteng Park ini merupakan proyek penyediaan taman kota untuk kawasan pemukiman Bintaro Jaya, namun dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat Bintaro. 3. Pengembangan Desain (Design Development) Proses perancangan menurut Booth (1983), didalam tahap desain terdapat pembuatan gambar preliminary master plan, yaitu penggambaran rencana desain terhadap tapak dimana berbagai elemen lanskap telah dimasukkan di dalamnya. Penggambarannya berupa gambar yang bersifat grafik semi-lengkap, yaitu gambar bersifat mendetail mengenai posisi, material, ukuran, dan dimensi elemen dalam tapak. Proses yang dilakukan OZ tahap preliminary master plan ini masuk kedalam tahap pengembangan desain dalam laporannya. Pembuatan preliminary master plan ini sudah dalam bentukan desain yang lengkap. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang dibuat yaitu feature images hard material dan soft material dan gambar ilustrasi yang mendukung. Dalam OZ, preliminary master plan adalah desain yang dibuat sebelum mendapatkan desain master plan akhir dan disetujui untuk memulai pembangunan. Dalam preliminary master plan ini sudah terdapat posisi dan bentuk dari promenade, terrace dan lainnya. Pada area ini terdapat terrace dengan view kearah sungai. Terrace yang berundak-undak dapat berfungsi sebagai sitting area. Hal ini dilihat dari 98 kebutuhan dari pengguna dalam Laurie (1984) tempat duduk atau kursi merupakan pemecahan terhadap suatu penafsiran khusus pada kebutuhan untuk dapat duduk dalam situasi tertentu. Terrace ini mengakomodasi untuk kegiatan duduk-duduk beristirahat dengan arah pandangan untuk menikmati sungai dan vegetasi pada tapak. Gambar 45. Bentuk Spasial Preliminary Site Plan pada Oemardi_Zain ( Terrace dan Promenade). Proses perasionalisasian gambar sketsa preliminary master plan ke dalam bentuk gambar yang lebih detil akan menghasilkan site plan. Perbedaan antara preliminary master plan dengan master plan terletak pada penyajian grafiknya (Booth, 1983). Pada OZ penyajian grafik antara preliminary master plan dan master plan ini sama, perbedaan terdapat pada beberapa desain pada Menteng Park yang berubah. Pada master plan penggambaran desain lebih detil dengan proporsi yang sesuai. Dalam melakukan suatu desain tidak terlepas dari adanya kesatuan antara elemen softscape dan hardscape. Pada proses perancangan menurut Hakim dan Utomo (2005) untuk mencapai kesatuan suatu kesatuan dan keteraturan, maka perlu diperhatikan beberapa pertimbangan yaitu keseimbangan (Balance), irama dan pengulangan (ritme and repetitition), serta penekanan dan aksentuasi (emphasis). OZ menerapkan prinsip desain tersebut kedalam tapak. Balance (keseimbangan) dapat terlihat dari komposisi desain master plan Menteng Park. 99 Pembagian tapak dengan garis axis dari penempatan jembatan yang berada pada bagian tengah area Menteng Park. Komposisi softscape dan hardscape serta bentukan desain pada tapak bagian barat laut dan tenggara terbagi secara simetri pada kedua sisi tersebut. Gambar 46. Penerapan Prinsip Desain pada Master Plan Menteng Park. Penekanan dan aksentuasi (emphasis) ditimbulkan oleh dominannya salah satu komponen unsur sehingga menimbulkan kontras terhadap elemen lainnya (Hakim dan Utomo, 2005). Penerapan prinsip ini terdapat pada desain OZ dalam Menteng Park dengan diwujudkan dengan adanya ornamen atau elemen lanskap berupa wall climbing sebagai vantage point dan patung. Penempatan wall climbing ini sebagai aksentuasi dengan proporsi skala yang berbeda dengan sekelilingnya. Perwujudan kontras ini berupa permainan warna. Menurut Simonds (1983) dalam menghasilkan suatu daerah yang lebih hijau maka harus menambahkan warna merah yang merupakan warna yang bertentangan dengan latar belakangnya. Pada desain OZ, seluruh elemen taman pada Menteng Park menggunakan warna geranium. Geranium merupakan warna yang masuk kedalam warna merah. Perpaduan ini menimbulkan kesan visual yang kuat. Menurut Simonds (1983) rencana tapak yang ideal dapat dicapai melalui harmoni dan kontras dari bentuk, bidang atau karakter dari tapak. 100 Material tanaman adalah elemen fisik sangat penting dalam perancangan dan manajemen lingkungan di luar ruangan (Booth, 1983). Bentukan master plan mulai diperinci mengenai pemilihan beberapa jenis tanaman dan material yang cocok. Menurut Booth (1983) lebih lanjut, tahapan pengembangan desain merupakan tahapan akhir dari proses desain, dimana arsitek lanskap sudah mulai memperhatikan desain secara detil, yaitu dimensi, material, tekstur, pola, dan lainlain. Pada proses perancangan dalam OZ ini juga terdapat design development yang sama dengan tahap yang terdapat pada Booth. Pada proses pengembangan desain ini OZ memperhatikan dari segi softscape dan hardscape sehingga menimbulkan kesatuan dalam desain Menteng Park. Menurut Hakim dan Utomo (2002), nilai kesatuan suatu desain dapat diciptakan salah satunya dengan memperkecil perbedaan sesama unsur dalam komposisi desain. Master plan yang telah selesai dalam suatu bentukan tertentu disertai pola tanam dan juga jenis tanaman yang diajukan diberikan atau dipresentasikan kepada klien. Softscape. Pada OZ ini terdapat denah penanaman dengan komposisi, desain, letak serta jenis tanaman yang digunakan dalam Menteng Park. Berkaitan dengan Menteng Park sebagai taman kota maka perlu diperhatikan dalam segi pemilihan tanaman dengan standar tertentu. Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05 Tahun 2008 tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan terdapat kriteria untuk pemilihan vegetasi taman kota. Vegetasi untuk RTH taman kota adalah sebagai berikut : 1. Tajuk rindang dan kompak. 2. Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang. 3. Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah. 4. Habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya. 5. Jenis tanaman tahunan atau musiman. 6. Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal. 7. Mampu menjerap dan menyerap cemaran udara. 101 8. Tanaman yang mengundang burung. Dalam hal ini pemilihan vegetasi yang digunakan oleh OZ beberapa sudah memenuhi kriteria untuk tanaman yang digunakan dalam taman kota. Kondisi tapak Menteng Park yang dikelilingi oleh akses sirkulasi kendaraan menimbulkan polusi sehingga mempengaruhi kenyamanan bagi pengguna tapak. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan vegetasi berupa pohon yang dapat mengurangi polusi udara. OZ memilih komposisi pepohonan lebih dominan dibandingkan dengan semak pada desain Menteng Park. Menurut Dahlan (2004) apabila menggunakan tanaman yang dominan adalah pepohonan, karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyerap gas beracun, menghasilkan oksigen, manipulasi iklim mikro serta manfaat penghijauan lainnya. Berikut ini pada Tabel 10 merupakan daftar tanaman yang dapat mengatasi pencemaran udara. Tabel 10. Daftar Tanaman Penyerap dan Penjerap Cemaran Udara. No. Nama Latin 1. Agathis Damara 2. Albizzia Falcataria 3. Delonix regia 4. Diospyros CO2 Asap Bermotor Timbal Debu Semen philipinensis 5. Myristica fragrans 6. Samanea Saman Sumber : Soerinaga dan Indrawan (1988) ; Sugiharti (1998) dalam Dahlan (2004) Tapak yang bergelombang berpotensi terjadinya penggenangan air pada area cekungan ketika adanya hujan. Cara mengatasi permasalahan untuk penggenangan air yang terjadi adalah penggunaan pepohonan dengan daya evapotranspirasi yang tinggi dan dilakukan penanaman dengan pola yang tersebar pada tapak dan memiliki jumlah yang cukup banyak dibandingkan tanaman lainnya. Air akan cepat terserap oleh tanaman sehingga akan mudah mengatasi permasalahan penggenangan pada tapak ketika adanya hujan dalam intensitas 102 tertentu. Pada desain Menteng Park, OZ memilih tanaman yang memiliki tingkat evapotranspirasi yang cukup tinggi. Daftar tanaman yang dapat mengatasi penggenangan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Daftar Tanaman Atasi Penggenangan pada Tapak No. Nama Latin 1. Dalbergia Latifolia 2. Pinus Merkusi 3. Samanea Saman Nama Lokal Jumlah Sonokeling 22 Pinus 73 Trembesi 25 Sumber : Dahlan (2004) Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05 Tahun 2008, salah satu kriteria tanaman yang digunakan pada taman kota adalah tanaman yang merupakan tanaman lokal dan budidaya. Berikut ini pada Tabel 12 terdapat informasi mengenai tanaman yang digunakan pada Menteng Park dari ketinggian maksimal dan asal tanaman tersebut. Tabel 12. Daftar Tanaman Berdasarkan Ketinggian Maksimal dan Asal Tanaman No. Nama Latin 1. Agathis damara 60 m (Indonesia), Filipina 2. Albizzia falcatoria 45 m Asia, Afrika 3. Alstonia schloralis 40 m Asia Selatan, Asia Tenggara 4. Azadirachta indica 15-20 m (India, Pakistan) Daerah tropis, subtropis 5. Baccaraurea racemosa 15-25 m (Malesia bag. Barat), Jawa, Sumatera, Malaysia 6. Bouea macrophylla 27 m (Kepulauan Indonesia dan Malaysia) 7. Cerbera odollam 15 m (Indonesia, Malaysia, India, Australia, Polonesia) 8. Cinnamomum burnmanii 30 m (Indonesia) 9. Dalbergia latifolia 43 m (Jawa, Indonesia) 10. Delonix regia 10-20 m (Madagaskar), Asia Tropis, Asia Subtropis 11. Diospyros philipinensis 15 m (Filipina), Asia Tropis Sumber : Suhono (2009) Tinggi (Asal) Penyebaran dan Daerah Budidaya 103 Tabel 12. Daftar Tanaman Berdasarkan Ketinggian Maksimal dan Asal Tanaman No. Nama Latin Tinggi (Asal) Penyebaran dan Daerah Budidaya 12. Garcinia mangostana 10-25 m (Semenanjung Malaya), Asia & Australia Tropis 13. Fragraea fragrans 25 m Australia, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik 14. Mangifera caesia 20 m Indonesia 15. Mangifera odorata 12 m Indonesia, (Asia Tenggara dan India) 16. Manilkara kauki 15-30 m (Amerika Tropis) 17. Mesua Ferrea 20 m Jawa, Sumatera, Kalimantan, Singapura 18. Michelia champaca 9-12 m (India,Cina Selatan), Indonesia 19. Myristica fragrans 5-18 m (Pulau Banda, Indonesia) 20. Nephelium longanum 40 m (Asia Tenggara) 21. Palaquin gutta 45 m Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatera, Kalimantan, Jawa 22. Phyllanthus emblica 10-25 m (Asia Tenggara) 24. Plumeria rubra 7-8 m (Amerika Tengah), Daerah Tropis,Subtropis 25. Pterospermum javanicum 45 m Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan 26. Salix babilonica 20-25 m (Cina), Asia Tenggara dan Eropa 27. Samanea saman 30-40 m Daerah Tropis, (Amerika Tropis) 28. Stelechocarpus burahol 25 m Malaysia, Indonesia (Jawa), Australia 29. Syzigium jambs 15 m (Asia Tenggara) 30. Syzigium polyanthum 31. Tabebuia pallida 50 m Meksiko utara,Jamaika, Kuba, 32 Terminalia Mantaly 15 m Indonesia, Malaysia, Australia 10-25 m (Indonesia) Sumber : Suhono (2009) Tanaman yang digunakan merupakan tanaman pohon dan perdu yang memiliki tinggi yang beragam serta merupakan tanaman lokal dan budidaya yang sesuai dengan kondisi tapak, sehingga dari segi softscape yang digunakan maka 104 Menteng Park ini sudah memenuhi kriteria dalam peraturan pemerintah mengenai kriteria pemilihan vegetasi dalam taman kota. Menurut Carpenter (1975) dalam Hakim dan Utomo (2002) beberapa fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai visual control, physical barriers, climate control, erosion control, wildlife habitats, dan aesthetic values. Pemilihan beberapa tanaman dapat menghasilkan buah, nektar dan biji untuk mendukung salah satu konsep Menteng Park yaitu konservasi dengan pencapaian habitat satwa liar. Satwa yang menjadi fokus utama adalah burung. Pada area arboretum ini terdapat beragam jenis pepohonan. Menurut Nazaruddin (1994), pohon berfungsi sebagai tempat berlindung, bertengger dan beristirahat, mencari makan, serta berbiak bagi burung. Menteng Park menyediakan tanaman yang dapat dimanfaatkan secara langsung baik sebagai sumber makanan maupun sarang. Sumber makanan ini berupa buah, biji, nektar ataupun serangga yang terdapat pada tanaman. Tanaman yang berpotensi sebagai makanan bagi satwa terdapat pada Tabel 13. Pada desain Menteng Park, tata letak tanaman dalam satu jenis dalam keadaan berkelompok atau saling berdekatan satu sama lainnya, sehingga mempermudah spesies burung untuk menetap. Tabel 13. Daftar Tanaman Penghasil Buah dan Nektar. No. Nama Latin Jumlah 1. Bouea macrophylla 3 Pinggir Sungai, 2. Garcinia mangostana 3 Batas Tapak Sisi Timur 3. Mangifera caesia 4 Area Terrace 4. Mangifera odorata 7 Area open lawn 5. Myristica fragrans 5 Area Terrace 6. Nephelium longanum 3 Dekat dengan Sungai 7. Syzigium jambos 5 Batas Tapak sisi Timur 8. Syzigium polyanthum 10 Batas Tapak sisi Barat Sumber : Tantra (1981) dalam Dahlan (2004). Lokasi pada Tapak 105 Tanaman memiliki fungsi perlindungan diantaranya adalah peredam kebisingan, ameliorasi iklim mikro, penapis cahaya silau, dan penahan angin (Dahlan, 2004). Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Carpenter (1975) yaitu physical barriers dan climate control. Aplikasi dalam bentuk desain pada Menteng Park ini berupa lokasi tapak yang dikelilingi oleh tanaman sebagai peredam kebisingan dari kendaraan sehingga aktivitas di dalamnya tidak terganggu serta mendapatkan cukup naungan. Menurut Grey dan Deneke (1978) dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Desain Menteng Park didominasi oleh pepohonan pada seluruh tapak. Pohon yang digunakan pada area ini adalah pepohonan yang memiliki tajuk yang tinggi dan rindang, seperti yang dikemukakan oleh Dahlan (2004) jenis tumbuhan yang paling efektif adalah memiliki tajuk yang tinggi dan rindang. Penanaman pada Menteng Park untuk mengatasi kebisingan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dahlan (2004), diantaranya adalah : 1. Menanam berbagai jenis tanaman. 2. Penanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat (ketinggian pohon dan perdu yang beragam). 3. Lebar penanaman dari sumber bising cukup tebal (3.5-10 meter). Barrier dari pepohonan dengan jarak tanam agak rapat sehingga mereduksi bising dan screen view untuk pengguna melihat kondisi kepadatan jalan. Dalam desainnya. Area yang berdekatan dengan jalan diberi jarak pada area aktivitas inti taman dengan lebar mulai dari 3.5-10 meter berupa area konservasi dengan penanaman vegetasi yang cukup rapat. (a) (b) Gambar 47. Ilustrasi Vegetasi dalam Mereduksi Bising (a) Grey dan Deneke (1978) dan (b) Oemardi_Zain (2011) 106 Selain itu, pada pinggir jalan terdapat semak sepanjang jalan seperti Hibiscus rosasinensis (Kembang Sepatu) dan Ophiopogon jaburan (jaburan). Beberapa pohon yang digunakan pada sisi jalan ini adalah Syzigium jambos (Jambu Mawar), Palaquium gutta (Malam Merah), Mangifera caesia (Kemang), Pinus (Pinus merkusii), dan Mesua Ferrea (Nagasari). Pada tikungan pertigaan, area ini dibebaskan dari adanya penanaman dengan pertimbangan area bebas pandang pengguna kendaraan dan untuk menonjolkan wall climbing sebagai landmark Menteng Park. Hal ini sudah ditinjau pada saat observasi lapang dalam studi view yang dilakukan oleh OZ. Keterangan : Penempatan Billboard Tititk Pandang Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 48. Ilustrasi Studi View Billboard dan Wall Climbing. Pada proses denah penanaman ini diperhatikan untuk menciptakan suatu kenyamanan untuk pengguna taman dalam beraktivitas dengan melakukan ameliorasi iklim, salah satunya adalah dengan mereduksi angin dan penghalang bagi adanya sinar matahari secara langsung. Kanopi pohon ini merupakan area berteduh yang nyaman digunakan untuk beraktivitas dibawahnya. Vegetasi berupa pepohonan dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman pada tapak serta bernilai ekologis cukup tinggi. Pohon mereduksi kecepatan angin dan juga membuat suatu zona perlindungan baik menjadi suatu tempat yang teduh dan menangkis angin. Kemudian, pohon dapat turut serta dalam membuat suatu proses pendinginan evaporasi membiarkan suhu yang tinggi kedalam zona proteksi (Grey and Deneke, 1978). 107 Angin pada lokasi tapak ini memiliki rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3.8 m/detik (13.68 km/jam) dan kecepatan maksimum 12.6 m/detik (45.36 km/jam). Sesuai dengan klasifikasi angin menurut Beaufort, kecepatan angin pada area ini adalah kelas 2 (angin sangat lemah). Akan tetapi, kecepatan angin maksimum pada Menteng Park tergolong kedalam kelas 6 (45-55 km/jam) yaitu angin kuat dengan indikator dahan pada pepohonan bergerak. Kecepatan angin pada saat maksimum ini dapat diatasi dengan adanya komposisi tanaman yang didominasi oleh pepohonan menjadi barrier pada sekeliling tapak untuk mereduksi kecepatan angin. Mereduksi kecepatan angin ini dapat terpenuhi dengan baik dengan adanya susunan penanaman pepohonan yang diperhatikan dari bentuk tajuk serta komposisi ketinggian tanaman tersebut. Sumber Ilustrasi : Grey dan Deneke (1978) Gambar 49. Ilustrasi Vegetasi Pohon dalam Mereduksi Kecepatan Angin. Susunan tanaman ini dapat berfungsi dalam mengurangi kecepatan angin dari 75% hingga 85%. Hal ini juga dapat berperan sebagai perlindungan untuk keberadaan shade sail yang ada pada zona entertainment stage untuk menghindarkan dari kerusakan ketika adanya angin yang berhembus kencang. Desain Menteng Park yang didominasi oleh pepohonan pada beber apa area dapat tertutupi oleh bayangan dari kanopi pohon. Kondisi ini mengakibatkan kelembaban pada area tapak yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada material yang digunakan seperti adanya lumut dan korosi pada besi yang digunakan. Akan tetapi, apabila ditinjau dari kondisi kecepatan angin yang terdapat pada area Menteng Park ini maka kelembaban tidak akan mempengaruhi kondisi dari material elemen taman. 108 Komposisi penanaman vegetasi ini tidak hanya diperhatikan untuk faktor kenyamanan dalam iklim mikro namun menghasilkan integritas yang baik dalam desain. Komposisi ini adalah mengenai perpaduan antara beberapa tanaman sehingga membentuk kesatuan dalam desain. Tanaman dapat mempengaruhi dan memperkuat dari desain Menteng Park. Menurut Laurie (1989) tanaman sebaiknya tidak dipergunakan hanya untuk menutupi ruang-ruang yang tersisa, sebaiknya pengaturan, penempatan serta pemilihannya harus timbul dari pemecahan suatu masalah perancangan dan jenis tumbuh-tumbuhan yang bertekstur kecil dapat digunakan untuk meningkatkan rasa akan jarak. Laurie (1989) lebih lanjut mengemukakan bahwa tanaman dapat dipergunakan pada perancangan untuk menonjolkan sirkulasi dan memberikan informasi tentang suatu tempat (Laurie, 1989). Hal ini dapat terlihat pada desain OZ pada Menteng Park, pada taman ini terdapat beberapa tanaman sepanjang jalur sirkulasi. Penanaman semak pada alur circulation path di dalam tapak maupun disekeliling tapak dapat berfungsi dalam mengatur agar pengguna mengikuti jalan yang telah disediakan untuk berkeliling taman. Selain itu, sirkulasi yang berdekatan dengan area entrance terdapat jajaran tegakan pohon pinus dan semak yang mengikuti pola dari bentuk sirkulasi yang ada sehingga hal ini mempertegas alur sirkulasi menuju maupun meninggalkan dan berpindah dari satu ruang ke ruangan lainnya. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 50. Fungsi Tanaman dalam Desain (Sirkulasi). 109 Simbol vegetasi untuk Bintaro Jaya ini adalah Bintaro (Cerbera odollam). Tanaman ini merupakan simbol yang dapat mendukung dari penamaan Bintaro Jaya. Tanaman ini dipilih untuk memperkuat identitas dari penamaan kawasan Bintaro Jaya yang berasal dari nama tanaman Bintaro. Pada proyek Menteng Park ini tidak terdapat desain alternatif yang dibuat pada saat awal pengajuan desain, sehingga saat desain tidak disetujui oleh pihak klien, OZ memerlukan waktu untuk mengajukan kembali desain lainnya. Akan tetapi, desain awal Menteng Park ini tidak mengalami perubahan yang signifikan karena tidak terdapat perubahan bentukan desain pada tapak. Konsep dengan bentukan air tumpah ini dipilih karena pada Menteng Park berdasarkan adanya tujuan Menteng Park yang ingin mewujudkan perlindungan dan perbaikan kualitas lingkungan dalam bentuk konservasi terhadap Kali Tengah. Selain itu, bentukan air tumpah ini memiliki garis organik yang dapat mendukung tema dari Menteng Park yaitu natural. Pada tahap pembuatan denah penanaman tanaman Menteng Park ini, mahasiswa membantu dalam mengerjakan penempatan jenis-jenis tanaman, menghitung jumlah pohon serta luasan semak dan groundcover yang digunakan. Pergantian susunan tanaman terjadi beberapa kali, hal ini dikarenakan adanya keinginan klien untuk menambah, mengurangi, ataupun mengganti jenis tanaman. Dalam proses pengerjaan dibimbing oleh project manager untuk menetapkan posisi penanaman tanaman sehingga fungsi tanaman dan desain ideal pada tapak dapat terpenuhi. Pada hardscape, OZ membuat denah material untuk melengkapi dan memperjelas hasil dari master plan yang telah disetujui. Hasil produk dari tahapan Design Development ini akan dipresentasikan kepada pihak klien guna mendapat beberapa masukan ataupun persetujuan. Hasil produk yang tidak dipresentasikan akan dibuat dengan menggunakan software AutoCAD. Material sudah mendapat sepesifikasi mulai dari jenis bahan yang digunakan, dimensi ukuran, dan juga pola perkerasan tersebut. OZ memiliki keunggulan dari desain yang dibuatnya yaitu permainan perkerasan dengan pola yang unik dan menarik serta dapat menyatu dengan komponen softscape. Pada desain Menteng Park ini pola-pola yang unik dan 110 menonjol didapatkan dari bentukan material yang digunakan dalam circulation path, reflexiology path, promenade, terrace dan lainnya. Sumber : Oemardi_Zain (2011) dan Literatur Gambar 51. Jenis dan Pola Perkerasan (a) Pedestrian Luar (b) Reflexiology Path (c) Commercial Area (d) Promenade (Plaza). Perkerasan yang mendominasi dalam desain Menteng Park adalah penggunaan conpave (concrete pavement) dengan dilakukan berbagai bentuk finishing untuk menonjolkan desain. Concrete merupakan bahan material yang kuat, tahan lama dan terjangkau (Sovinski, 2009). OZ memilih conpave dalam jenis cast-in-place concrete (CIP). Conpave ini memiliki kelebihan dibandingkan material lain untuk dijadikan bahan untuk pavement. Menurut Sovinski (2009) CIP ini memiliki dukungan struktural untuk material finishing lainnya dan juga tahan terhadap air sehingga CIP concrete ini merupakan material yang ideal untuk pijakan dan pondasi. Desain Menteng Park yang tidak memasukkan penggunaan kendaraan dalam tapak sehingga pemilihan CIP concrete dapat dinilai baik dari segi ketahanan untuk aktivitas pengguna. Trekking (circulation path) pada bagian luar tapak mengunakan material CIP concrete dengan broom finish. Broom finish merupakan hasil akhir yang paling umum untuk digunakan dalam CIP eksterior. OZ ingin memberikan desain menarik secara visual sehingga diterapkan dalam pemilihan material yang digunakan. Reflexiology path ini terdapat perpaduan material yang dengan menggunakan blok beton natural finish, kerakal tumpul warna abu-abu, kerakal tumpul warna putih, dan batu pipih warna abu-abu. Promenade (Plaza) menggunakan pola lingkaran dengan menggunakan paving block Ex-Cisangkan. Promenade (Commercial area) penggunaan rabat beton finishing batu templek. 111 Jogging track dengan penggunaan paving block pola running bone. Paving block ini tidak menggunakan adukan semen untuk penempatannya. Penggunaan bahan seperti batu, air, pasir dan kerikil yang ada pada alam dengan bahan berupa pengolahan manusia seperti beton, aspal, keramik dan marmer, dikombinasikan sehingga perpaduannya menghasilkan suatu gubahan yang harmonis (Simonds. 1983). Dalam penggunaan perkerasan OZ melakukan beberapa kombinasi antara penggunaan beton dan batu atau kerikil. Perpaduan antara material untuk mendapatkan hasil desain yang harmonis dan bidang alas yang tidak monoton. Perkerasan permukaan yang baku memiliki banyak variasi dan penerapan-penerapannya. Pemilihan bahan akhir ditentukan oleh kegunaan perkerasan, pemeliharaan yang dibutuhkan serta kualitas visualnya (Laurie, 1986). Mahasiswa dalam denah material dan dimensi ini menghitung jumlah luasan material pada setiap jenis material yang digunakan. Pengerjaan pergantian material yang dilakukan sesuai dengan instruksi dari project manager. Revisi yang dikerjakan adalah pola material jogging track, reflexiology path dan juga perubahan bentuk dan pergantian pola dari promenade (plaza). 5.4.2.4. Detail Construction (Detil Konstruksi) Menurut Booth (1983), setelah melengkapi fase perancangan, desainer mempersiapkan gambar konstruksi. Gambar detil konstruksi ini merupakan tahap yang akan dimulai apabila tahap pengembangan desain sebelumnya sudah disetujui oleh pihak klien. Tahapan detil konstruksi ini tidak hanya melengkapi gambar detil dalam desain elemen taman maupun konstruksi tetapi juga memperbaiki kesalahan perhitungan pada gambar tertentu yang tidak sesuai apabila diterapkan pada tapak. Pekerjaan gambar kerja ini adalah untuk memperjelas material apa yang digunakan dalam menerapkan site furniture dan fasilitas. Mahasiswa pada proses perancangan proyek Menteng Park ini mahasiswa membantu dalam penyelesaian gambar detil mulai dari revisi seperti railing, circulation path, promenade area,dan lainnya. Ukuran yang digunakan sesuai dengan standar yang ada, seperti tempat duduk. Menurut Booth (1983) Faktor penting dalam desain tempat duduk adalah 112 dengan memanfaatkan dimensi yang benar sehingga setiap kursi akan nyaman. kursi rata-rata harus antara 46 cm dan 51 cm di atas permukaan tanah untuk dewasa dan lebar 30.5 cm sampai 46 cm. OZ memiliki dimensi tempat duduk ataupun site furniture lainnya sesuai dengan standar yang berlaku, namun terdapat penyesuaian tertentu berdasarkan desain bangku yang digunakan maupun proporsi manusia untuk penggunaannya dalam Menteng Park dengan tidak mengurangi kenyamanan.Pertimbangan dalam menerapkan lampu untuk menerangi pejalan kaki adalah desain lampu taman dengan penerangan yang tidak terlalu menyilaukan mata namun dapat memberikan pengguna untuk kebutuhan pencahayaannya. Lampu disepanjang pedestrian harus memiliki radius sebaran cahaya yang cukup untuk menerangi lingkungan sekitar. Tinggi lampu yang umum digunakan adalah 3-5 meter (Harris dan Dines, 1988). Lampu taman yang ada pada Menteng Park memiliki tinggi 3.8 meter. Pada Menteng Park ini lampu taman menggunakan reflector sehingga radius cahaya dapat lebih luas. Jarak peletakan yang baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau overlap pada ketinggian 2 meter. Lampu sorot hanya dipergunakan pada area tertentu untuk menambah daya tarik dari suatu obyek berupa elemen taman yang ada pada taman. Lampu sorot ini diterapkan hanya pada beberapa signage untuk lebih menampilkan desain dari signage tersebut. Sumber : Harris and Dines (1998) Gambar 52. Kategori Ketentuan untuk Lampu 113 Children playground (CPG) ini merupakan fasilitas untuk sarana bermain bagi anak-anak. CPG yang dibuat harus memiliki daya tarik secara visual untuk anak-anak untuk memberikan rangsangan untuk bergerak dan beraksi. Menurut Simonds (1983) permainan harus memliki warna yang cerah dan bentuk-bentuk yang menarik, salah satu bentuk yang dapat dikembangkan adalah garis lengkung, garis patah atau bersudut. Pada CPG ayunan, desain dengan bentuk lengkung. Ayunan ini sudah diimplementasikan pada beberapa proyek yang ditangani oleh OZ. Desain yang dibuat sesuai dengan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna. Sumber : Oemardi_Zain (2011) Gambar 53. Desain Children Playground (Ayunan). Semua gambar kerja ini dipersiapkan sebagai sarana berkomunikasi bagaimana membangun seluruh elemen proyek dari lokasi bangunan secara keseluruhan dengan ukuran dan penempatan (Booth, 1983) dalam pelaksanaan ini OZ mengikuti standar ideal dalam menggunakan perhitungan untuk site furniture yang ada pada desain Menteng Park. Pihak OZ melakukan konsultasi kepada ahli tehnik mengenai desain site furniuture berdasarkan ukuran, bahan material, pondasi serta perhitungan untuk implementasi. Detil konstruksi yang dibuat sudah memenuhi syarat dalam faktor kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna. 5.4.3. Permasalahan dan Kendala Dalam waktu pelaksanaan proses perancangan tersebut melebihi perhitungan dua bulan kalender, hal ini terkait dengan proses administrasi yang tidak dapat diprediksi dari pihak klien sehingga proyek tidak selesai tepat pada waktunya. Kendala yang dihadapi adalah mengenai detil konstruksi yang berubahubah sesuai dengan keinginan klien dalam desain Menteng Park, sehingga pengerjaan lebih dari waktu yang sudah ditentukan karena melakukan penentuan 114 bentuk dan perhitungkan dalam hal konstruksi kembali. Pihak owner yang tidak menyanggupi untuk membuat suatu detil tertentu untuk menekan biaya pengeluaran dalam implementasi. Budgeting merupakan permasalahan dari pihak owner yang biasanya meminta pengurangan atau perubahan desain untuk diterapkan, desain awal tidak seluruhnya bisa diterapkan, pada site visit dapat menemukan permasalahan pada tapak sehingga dapat menggeser waktu proyeknya. Pihak konsultan memiliki bagian yang mengurusi adminstrasi dan juga penagihan pada owner untuk fee, hal ini dilakukan agar dalam pemberian fee dari owner kepada konsultan tepat menurut perjanjian yang berlaku. Masalah dan kendala yang dihadapi oleh mahasiswa adalah penyesuaian diri dari lingkungan kampus kedalam lingkungan kerja dengan suasana kerja OZ. Mahasiswa mengalami penyesuaian diri untuk mengikuti jam kerja, peraturan pada saat kerja terkait pengisian daftar absen, perizinan apabila tidak masuk kantor dan juga saat istirahat. Pada proses kerja untuk penyelesaian proyek, mahasiswa mengalami kesulitan untuk penyelesaian gambar. Mahasiswa belum terbiasa dengan cara dan aturan apa saja yang harus dikerjakan sehingga proses penyelesaian berlangsung lama karena tidak mengetahui cara yang efisien dalam penggunaan beberapa software seperti AutoCAD ataupun Adobe Photoshop dan juga minimnya pengetahuan mahasiswa dalam detil konstruksi. Kendala yang dihadapi lebih ke arah kendala teknis seperti pemadaman listrik yang dapat menghambat proses kerja.