v. hasil dan pembahasan

advertisement
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Proses Magang
Pada proses magang, mahasiswa melakukan proses adaptasi dan juga
pengenalan struktur organisasi dan sistem data berupa penyimpanan file yang
dibutuhkan untuk pengerjaan proyek tersebut. Struktur organisasi ini dijelaskan
secara rinci oleh staf, penjelasan mengenai sistem penyimpanan file dalam bentuk
folder pada masing-masing proyek serta mempelajari semua proyek yang
ditangani oleh OZ. Dalam proses magang dapat mengerti cara atau proses yang
dilakukan untuk penanganan suatu proyek.
Tabel 6. Proses Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant.
Minggu Ke1-3
Proses Magang
Orientasi Perusahaan
Uraian
1. Mengenal Struktur Perusahaan
2.
Mengenal SDM beserta penugasan kerja.
3.
Mengenal sistem penyimpanan data proyek
pada komputer.
4.
Mempelajari gambar teknis.
5.
Mengetahui pengalaman kerja dari proyek
yang tersimpan.
4- 14
Magang
1.
Mengikuti rapat internal yang dilakukan
OZ.
2.
Mempelajari proses perancangan.
3.
Mengikuti rapat dengan klien.
4.
Ikut membantu dalam pengerjaan proyekproyek yang ada di OZ
Pada Tabel 6, proses magang yang dilakukan mahasiswa di OZ dibagi
menjadi dua bagian, yaitu orientasi perusahaan yang dilakukaan pada dua minggu
awal. Pada orientasi perusahaan, mahasiswa berusaha menggali informasi
mengenai OZ. Cara yang dilakukan adalah dengan meminta penjelasan kepada
staf OZ, ataupun berusaha mencari informasi sendiri baik itu yang terdapat pada
data tertulis maupun yang tersimpan di dalam komputer atas izin dari staf OZ.
Struktur perusahaan diketahui langsung dari penjelasan manajer kantor.
Aturan mengenai masuk kerja dan aturan lainnya, seperti mengisi daftar hadir dan
35
perihal izin diterapkan pada mahasiswa magang. Pengenalan sumber daya
manusia (SDM) para staf dilakukan oleh mahasiswa melalui pendekatan personal.
Orientasi perusahaan pada proses magang dijalani adalah pengenalan
mengenai perangkat kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Mahasiswa dikenalkan
dengan perangkat kerja baik software maupun hardware. Pada proses pengerjaan
proyek, terdapat teknik kerja yang dapat memudahkan untuk kegiatan desain serta
mengikuti rapat internal yang dilakukan OZ. Rapat secara rutin pada hari senin
dan juga rapat secara insidental sesuai dengan keputusan direktur. Dalam rapat
tersebut dilakukan pembahasan mengenai perkembangan proyek yang diserahkan
pada masing-masing project manager, pembagian kerja untuk para staf dan juga
mahasiswa magang, serta pembahasan proyek yang baru, proyek yang berjalan
ataupun proyek yang sedang mengalami gangguan secara teknis, pendanaan, atau
waktu.
Dalam melakukan aktivitas usaha, terdapat sistem data pada perusahaan
ini seperti sistem pemisahan file. Data personal terdapat pada lokasi (D) yang
berisikan data personal user ataupun data berupa library tanaman ataupun
software yang diperlukan sebagai pendukung suatu proyek. Pada lokasi (E)
merupakan data proyek yang yang ditangani oleh OZ. Proyek disimpan dalam
folder tersendiri, misalnya proyek Mc Kinsey yang sedang dikerjakan (running)
berada dalam User 3/Project (E)/Project A/Mc Kinsey. Folder proyek tersebut
terdapat beberapa subfolder yang berisikan file yang berhubungan dalam
pekerjaan proyek tersebut dan dikelompokan menurut jenis filenya, diantaranya
adalah :
1. Folder Data : folder ini berisi data awal untuk pekerjaan proyek tersebut.
Data berupa gambaran kondisi awal tapak sebelum proses perencanaan
atau perancangan.
2. Folder Documentation : RAB (Rancangan Anggaran Biaya), BoQ (Bill of
Quantity), list tanaman, list material, proposal, kontrak dan lainnya. Folder
ini merupakan file yang dibuat untuk proses kerja OZ.
3. Folder Drawing : penyimpanan file dalam bentuk CAD, file ini merupakan
detil untuk pengerjaan proyek. File detil tersebut mulai dari siteplan,
36
denah penanaman, denah material, potongan, detil konstruksi masingmasing elemen taman dan lainnya.
4. Folder Images : penyimpanan file dalam bentuk hasil jpg atupun psd.
Folder ini merupakan hasil dari ilustrasi dalam bentuk tiga dimensi yang
akan diterapkan dalam tapak tersebut.
5. Folder Images precedent : atribut yang menginspirasi untuk pembuatan
konsep dalam pengerjaan proyek tersebut. Dalam folder ini berisikan pola,
material, bentukan elemen taman dan lainnya yang akan diadaptasi ke
dalam pengerjaan proyek tersebut ataupun gambar tanaman yang dipakai.
6. Folder References : folder ini sama seperti images precedent, folder ini
berisikan referensi unuk ide desain yang akan digunakan dalam proses
perancangan.
7. Folder Sent : folder yang berisi perkembangan mengenai gambar kerja
untuk diserahkan kepada klien ataupun pada pihak kontraktor secara
berkala mengenai proyek.
Pada setiap komputer (user) penyimpanan file dibagi menjadi dua yaitu data (D),
yang berisikan library yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan data pribadi, serta
project (E) lokasi untuk penyimpanan poyek yang sudah selesai atau masih
berlangsung dalam tahap pengerjaan. Penyimpanan folder pada (E) bagian proyek
ini terdapat beberapa folder yaitu project A, project B (proyek unggulan yang
diprioritaskan), project C (taman), Archieve (proyek yang sudah selesai ataupun
masih ada kemungkinan untuk perpanjangan proyek kembali), proposal
(pengajuan pengerjaan proyek), serta competition.
5.1.1. Proyek yang Diikuti Selama Magang
Kegiatan dalam mengikuti proses magang tidak hanya membantu
penyelesaian dalam satu proyek, namun juga terlibat kedalam beberapa proyek
lainnya. Berikut ini merupakan beberapa proyek yang diikuti oleh mahasiswa
selama kegiatan magang di OZ diantaranya adalah :
1. Mc Kensey, pengerjaan gambar
untuk site plan dan ilustrasi 3D
menggunakan software Adobe Photoshop.
2. Industri Sinar Mas Lampung, pengerjaan ilustrasi untuk pengajuan
proposal proyek.
37
3. PKIA ( Pusat Kesehatan Ibu dan Anak). Pada proyek ini membantu dalam
proses pengerjaan penyusunan RAB (Rencana Anggaran Biaya), BoQ (Bill
of Quantitiy).
4. Camden House, Jakarta. Proses pengerjaan proyek berupa pengerjaan
gambar potongan dengan menggunakan software AutoCAD dan Adobe
Photoshop.
5. Jakarta Garden City, Jakarta. Proses pengerjaan proyek untuk denah
irigasi dengan bantuan software AutoCAD.
6. Taman Kota Bintaro Jaya, Bintaro, Tangerang Selatan. Pada proyek ini
membantu pengerjaan dalam proses penyelesaian proyek Taman Kota
Bintaro. Pekerjaan mengenai proyek ini menggunakan software berupa
AutoCAD dan juga Adobe Photoshop, serta proyek lainnya.
5. 2. Kondisi Umum Lokasi Tapak
5.2.1. Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu
pada titik koordinat 106'38' - 106'47’ Bujur Timur dan 06'13'30' - 06'22'30'
Lintang Selatan dan secara administratif terdiri dari 7 kecamatan, 49 kelurahan
dan 5 desa. Luas wilayah 147,19 Km2 (14.719 Ha). Batas wilayah Kota
Tangerang Selatan terdiri dari :
Utara
: Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang
Timur : Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok
Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Barat
: Kabupaten Tangerang
Peta Jawa Barat
Peta Tangerang
Sumber : www.tangerangselatankota.go.id
Gambar 14. Peta Jawa Barat dan Tangerang Selatan
38
Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali
Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah
barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi
DKI Jakarta pada sebelah utara dan
timur memberikan peluang pada Kota
Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarata,
selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan
Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu
daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I
Tangerang, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan
intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara
rata-rata berkisar antara 23,5-32,6 °C, temperatur maksimum tertinggi pada bulan
Oktober yaitu 33,9 °C dan temperatur minimum terendah pada bulan Agustus dan
September yaitu 22,8 °C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari
sekitar 78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Februari, yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah
177,3mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak
21 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan
kecepatan maksimum 12,6 m/detik.
5.2.2. Gambaran Umum Bintaro Jaya
Bintaro Jaya didirikan oleh PT Jaya Real Propety Tbk. Perusahaan ini
berdiri pada tahun 1979. PT Jaya Real Property Tbk merupakan salah satu
pengembang terkemuka di bidang properti, dengan beragam portofolio
perkembangan perumahan dan komersial di Selatan, Barat dan Jakarta Pusat.
Bintaro Jaya merupakan kawasan dengan luasan sekitar 2.000 Ha dengan
1500 Ha kawasan yang sudah dikembangkan. Kawasan Bintaro Jaya menawarkan
beragam properti perumahan dan komersial, didukung oleh fasilitas perawatan,
pendidikan, rekreasi dan kesehatan yang berkualitas serta didukung jaringan
transportasi yang baik ke seluruh bagian Jabodetabek.
PT. Jaya Real Property dalam mengembangkan Bintaro Jaya mengusung
konsep dengan prinsip fitur ‘health care’ dengan menyediakan udara bersih dan
air sehat, fitur ‘earth care’ mempromosikan konservasi tanah dan hutan dengan
39
meminimalkan penggunaan hutan dan melestarikan sumber daya bumi serta fitur
‘energy care’ membantu masyarakat untuk hemat energi sehingga meminimalkan
biaya untuk listrik.
Taman Kota Bintaro Jaya ini merupakan salah satu perencanaan untuk
fasilitas masyarakat pada kawasan. Taman kota yang direncanakan diresmikan
dengan nama Menteng Park. Penamaan Menteng Park ini merupakan
pertimbangan berdasarkan letak tapak berada pada distrik Menteng dengan
wilayah berdekatan dengan Jalan Menteng Raya dan Sentra Menteng Niaga.
Penamaan Menteng Park ini merupakan keputusan dari pihak pengembang
kawasan Bintaro Jaya. Taman ini untuk memperingati hari jadi Bintaro Jaya ke32.
Peta Tangerang Selatan
Master Plan Bintaro Jaya
Lokasi Menteng Park
Sumber : earth.google.com (2010) dan 2gp.blogspot.com (2011).
Gambar 15. Peta Lokasi Menteng Park, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.
5.3. Proses Perancangan Menteng Park
5.3.1. Deskripsi Umum Proyek
Menteng Park ini merupakan proyek yang didapatkan melalui penunjukan
langsung oleh pihak PT Jaya Real Property. Pihak pengembang (client) ingin
menyediakan suatu fasilitas untuk masyarakat dengan mewujudkan suatu ruang
terbuka hijau berupa taman yang juga akan menjadi suatu taman kota untuk
Bintaro Jaya ini. Pada proses perancangan ini terdapat beberapa tahap yang
40
dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, tahap konsep, tahap
pengembangan desain, gambar detil konstruksi, serta implementasi.
5.3.2. Penerimaan Proyek (Project Acceptance)
Tahap awal dalam pengerjaan proyek adalah tahap penerimaan proyek.
Pada tahap awal dalam melakukan proses desain ini pihak klien menyampaikan
keinginan dan persyaratan. Pihak arsitek lanskap ini memberikan suatu ruang
lingkup yang ditawarkan dalam proposal, produk gambaran rencana, serta biaya
desain yang diajukan. Selanjutnya dilakukan persetujuan secara tertulis mengenai
item pekerjaan, biaya, dan juga waktu pelaksanaan. Hal ini untuk mengurangi
resiko dalam kesalahpahaman ataupun permasalahan legal yang terjadi. Pada
tahap penerimaan proyek ini, pihak klien dan arsitek lanskap bersama-sama dalam
merumuskan tujuan, program serta informasi lainnya yang berasal dari data yang
dimiliki klien. Proposal OZ ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Proses perancangan taman kota ini memiliki beberapa lingkup pekerjaan
yang dilakukan berdasarkan perjanjian kontrak kerja antara PT Jaya Real Property
dan OZ. Area yang menjadi lingkup pekerjaan yang masuk dalam proses desain
ini akan mencakup area seperti area jalan sekitar dan parking area, pedestrian,
jogging track, bicycle track, area tanaman dan lapangan rumput, area permainan
dan sarana beraktivitas, serta area promenade sepanjang sungai. Lingkup
pekerjaan keseluruhan untuk proses proyek desain Menteng Park ini terbagi
menjadi 2 jenis tahapan kegiatan yaitu :
1. Studio : konsep Lansekap (Conceptual Landscape works) , pengembangan
desain dan gambar kerja.
2. Koordinasi : rapat koordinasi rutin dengan tim dari pihak pengembang dan
survei dan pelaksanaan koordinasi lapangan sesuai kebutuhan .
Tahapan studio yang dilakukan selama proses magang adalah penjelasan
mengenai konsep dan pekerjaan studio. Pada tahapan koordinasi, mengikuti rapat
dengan pihak pengembang dan juga melakukan survei lapangan terkait dengan
penerapan desain pada tapak tersebut.
41
5.3.3. Riset dan Analisis
Riset dan analisa merupakan tahap awal dimana kegiatan proses
perancangan. Tahap ini membantu dalam pengerjaan penerapan konsep yang
dapat diaplikasikan dalam tapak. Riset dan analisis ini dilakukan dengan adanya
data primer dan data sekunder. Data primer ini berupa base plan, bangunan
eksisting tapak serta serta berupa foto survai tapak. Data sekunder berasal dari
rujukan yang berasal dari internet berupa lokasi tapak maupun informasi lainnya
sebagai bahan pertimbangan. Tahap ini tidak termasuk dalam dokumen yang
diberikan kepada pihak klien sesuai dengan kontrak yang dimulai dari tahap
konsep pada kegiatan studio.
5.3.3.1. Riset
Menteng Park ini memilik luas sekitar 1.5 Ha. Letak tapak secara
geografis berada pada 6°16'23.66" Lintang Selatan dan 106°43'31.41" Bujur
Timur. Kondisi awal pada tapak ini berupa eks mini-golf sehingga terdapat lawn
area dengan beberapa vegetasi, kondisi sungai tidak jernih serta tercemar oleh
sampah, pedestrian dalam tapak yang terdapat pada bagian sisi sungai yang
memanjang dari utara ke selatan yang menuju trotoar, bangunan yang tidak
terpakai, seating area pada beberapa tempat dan lainnya. Kondisi tapak cukup
panas karena jumlah pohon yang sedikit dan tidak menaungi pengguna. Kondisi
eksisting pada tapak tersebut didominasi vegetasi berupa rerumputan.
Pada desain taman kota ini akan didominasi oleh vegetasi berupa
pepohonan sehingga dapat menciptakan kondisi yang nyaman. Pemilihan jenis
vegetasi pohon untuk taman ini disesuaikan dengan konsep dari Kota Bintaro
Jaya. Batas tapak dapat dilihat pada Gambar 15 dan kondisi tapak ini dapat dilihat
pada Gambar 16.
Tata guna lahan di sekitar tapak Menteng Park ini adalah area komersil,
area perumahan, dan area perkantoran. Kawasan perumahan terdapat pada
sepanjang area Jalan Cut Meutia I dan Jalan Cut Meutia II. Kawasan komersial
ini terdiri dari beberapa area pertokoan dan lapangan golf. Pada area ini terdapat
beberapa perkantoran seperti bank CIMB Niaga dan lainnya. Pada tapak Menteng
Park ini terdapat aliran sungai yaitu Kali Tengah yang membelah tapak ini
menjadi dua bagian.
42
Gambar 16. Batas Tapak Menteng Park.
Jembatan eksisting
Bangunan eks-Bank
Lawn area
Seating Area
Pedestrian
Kondisi sungai
Sumber : Dokumentasi pribadi (2011)
Gambar 17. Kondisi Tapak pada Menteng Park.
Topografi pada kawasan Menteng Park pada bagian barat relatif datar dan
pada bagian timur pada tapak tersebut bergelombang (undulating). Drainase
pada tapak berpotensi terjadinya genangan air pada area cekungan. Pada area
pinggir sungai tapak relatif curam.
43
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2011)
Gambar 18. Kondisi dan jenis vegetasi pada tapak.
Vegetasi pada tapak didominasi oleh rerumputan dan semak yang tidak
terurus. Vegetasi semak yang terdapat pada tapak ini adalah teh-tehan (Acalypha
macrophylla) yang berada di seating area dan billboard dalam bentuk yang tidak
menarik serta pisang-pisangan (Heliconia sp.) yang berada dekat dengan pagar
yang berbatasan dengan pedestrian dan sungai dalam tapak. Pada tapak dengan
topografi yang bergelombang terdapat beberapa pohon kelapa, glodogan tiang dan
lainnya. Pohon cemara dan pinus terdapat pada area dekat sungai.
Lokasi tapak seperti traffic airland dikelilingi sirkulasi primer yang dapat
digunakan berbagai macam kendaraan. Kondisi sarana untuk sirkulasi kendaraan
ini cukup baik. Akses kendaraaan pada area ini tergolong cukup padat pada pagi
sampai dengan sore hari dan tergolong rendah pada malam hari. Hal ini
disebabkan karena intensitas pengguna yang pada umumnya pekerja melakukan
aktivitas pada pagi hingga sore hari. Aspek sosial yang dimiliki oleh tapak saat ini
dari segi pengguna didominasi oleh beberapa pekerja yang sedang beristirahat
pada tapak dan pedagang.
Pada perancangan Menteng Park ini ditujukan untuk masyarakat sekitar
dari berbagai golongan dan usia. Oleh karena itu, untuk menarik minat masyarakat
akan dibuat desain yang dapat mengakomodasi semua keinginan dan harapan dari
penggunanya. ondisi visual pada tapak tidak didominasi oleh hijau dari vegetasi
yang sudah ada. Pada tapak hanya terdapat lawn area, semak dan pepohonan
dengan letak dan desain yang tidak menarik minat pengunjung. Tapak dikelilingi
44
oleh akses
jalan
kendaraan sehingga untuk view keluar tapak ini terdapat
bangunan perumahan, perkantoran, ataupun pertokoan.
1
3
1
View ke arah barat
2
4
5
2
View ke arah Cafe
3
View ke arah tenggara
4
View ke arah utara
5
View ke arah barat
Sumber : Dokumentasi pribadi (2011)
Gambar 19. Kondisi Visual dalam Tapak.
Sistem irigasi belum terdapat pada tapak ini. Pada perancangan untuk
Menteng Park, desain sistem irigasi ini dibuat berdasarkan pembuatan sumber air
beserta radius untuk penyiraman yang digunakan untuk penyiraman vegetasi pada
tapak. Pembuatan sumur pantek pada beberapa titik dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan irigasi untuk tanaman. Drainase dibuat di dalam tapak ini terdapat
aliran air ke arah pembuangan yang berada pada luar tapak.
Situasi dan kondisi tapak yang dikelilingi oleh perkantoran dan perumahan
dapat dilihat pada Gambar 20. Kondisi tapak yang cukup ramai mengakibatkan
timbulnya bising dari aktivitas pengguna jalan dan dapat dengan mudah
mengakses masuk ataupun keluar lokasi Menteng Park ini.
45
1
3
2
5
4
6
7
1
2
4
3
5
6
7
Sumber : Dokumentasi pribadi (2011)
Gambar 20. Kondisi Keluar Tapak.
5.3.3.2. Analisis
Dalam tahapan riset dan analisis yang dilakukan terdapat beberapa
pertimbangan berdasarkan hasil tinjauan lapang, diantaranya adalah :
a. Penciptaan iklim mikro dengan adanya penanaman tanaman dengan
beberapa fungsi yaitu sebagai penghalang sinar matahari (kanopi pohon),
penyerap polusi, reduksi bising dari kendaraan, dan juga dapat dengan baik
melakukan konservasi air serta low maintenance. Tanaman ini juga
memiliki fungsi estetika.
b. Komposisi hardmaterial yang tersusun menjadi suatu kesatuan dalam
desain dan tapak, membentuk suatu karakter dan menggunakan material
yang ramah lingkungan serta low maintenance.
c. Pemilihan, peletakan dan komposisi fasilitas pada tapak yang dapat
diterapkan dengan pertimbangan kondisi tapak dikelilingi akses jalan
umum.
46
d. Pengaturan sirkulasi yang dapat mengakomodasi user kedalam tapak dan
menciptakan ruang yang dapat menimbulkan kenyamanan. Pengaturan
sirkulasi ini dapat dilakukan dengan pembatasan akses masuk pada satu
sirkulasi. Penerapan pagar pembatas menjadi salah satu pertimbangan pada
tapak ini.
e. Menciptakan suatu icon untuk memperkenalkan taman kota ini dan juga
menjadi suatu identitas kota.
f. Mempertahankan bentukan eksisting pada tapak.
Vegetasi berperan penting pada tapak ini. Pemilihan vegetasi dan juga bentukan
desain yang mendukung dapat menjadikan daya tarik untuk pengunjung tapak.
Vegetasi yang ditanam pada tapak ini adalah kombinasi pohon, semak, perdu
ataupun groundcover.
Topografi yang relatif datar pada area tapak bagian barat ini
mempermudah untuk pembangunan taman. Kondisi tapak yang bergelombang
(undulating) ini dilakukan solusi dengan membuat jalur jogging track yang
mengikuti kontur tapak, sehingga tidak adanya perubahan total dari bentukan
tapak yang semula. Desain pada tapak ini disesuaikan dengan kondisi alami yang
terdapat pada tapak, hal ini dapat bernilai positif yaitu tidak menghabiskan dana
yang cukup besar untuk pembangunan taman dan juga dapat melestarikan
lingkungan. Kemiringan tapak yang cukup curam pada area yang berbatasan
dengan sungai, dilakukan pembuatan screen berupa kumpulan pepohonan yang
perakarannya dapat menahan partikel tanah.
Kondisi visual tapak dengan penghijauan hampir terdapat pada seluruh
tapak ini seperti adanya lawn area menjadikan nilai positif yang perlu
dipertahankan View keluar tapak ini, dapat dijumpai situasi jalan kendaraan yang
cukup ramai dan padat. Pembuatan desain yang menarik di dalam tapak
menciptakan suatu pemandangan yang baik bagi pengguna.
Landmark yang akan diaplikasikan pada tapak dapat memperkuat identitas
pada tapak, sehingga pengguna akan mengetahui keberadaan tapak. Sungai
dilakukan pembersihan secara berkala sehingga dapat cukup dapat memperbaiki
kualitas view kearah sungai. Letak tapak yang dikeliingi akses jalan ini
mengakibatkan fasilitas Menteng Park dibatasi, karena semakin banyaknya
47
fasilitas yang ditawarkan maka akan semakin banyak pengunjung pada tapak ini.
Pengunjung yang ramai akan mengakibatkan kemacetan pada beberapa ruas jalan
dan melebihi daya dukung serta kapasitas area Menteng Park.
Pada awalnya, tidak terdapat fasilitas yang dapat menunjang kegiatan
dalam tapak. Fasilitas awal yang sudah tersedia dalam area Menteng Park ini
adalah area parkir untuk kendaraan. Penambahan fasilitas dilakukan pada proses
perancangan taman ini. Fasilitas yang direncanakan pada tapak ini adalah
penambahan area parkir untuk sepeda, area komersial berupa kantin, plaza,
fasilitas olahraga seperti pengadaan jogging track dan wall climbing, dan fasilitas
umum lainnya yang dapat mendukung aktivitas masyarakat.
Lokasi taman dikelilingi oleh akses jalan kendaraan sehingga kondisinya
seperti traffic island dilakukan pertimbangan mengenai jumlah fasilitas yang ada
di dalamnya untuk tidak menimbulkan kemacetan pada jalan dan tidak melebihi
daya dukung tapak. Menteng Park menyediakan beberapa fasilitas untuk kegiatan
masyarakat tidak dalam jumlah yang banyak namun masih dapat dijadikan tempat
untuk mengeksplorasi diri dengan alam.
Pada proyek Menteng Park ini hasil analisis tidak masuk kedalam kontrak
pekerjaan yang harus diserahkan kepada pihak klien. OZ melakukan proses
analisis berdasarkan kondisi yang dilihat pada tapak secara langsung. Analisis
yang dilakukan adalah quick analysis dengan rujukan dari teori yang ada.
5.3.4. Tahap Konsep (Concept Plan)
Tahap ini merupakan proses dalam perumusan konsep awal pada tapak.
Konsep desain pada proyek Menteng Park ini ditentukan oleh konseptor yaitu
direktur OZ. Konsep dasar yang sudah didapatkan dikembangkan untuk tapak
secara bersama dengan para staf. Konsep ini didapatkan dari hasil diskusi ini
dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan sesuai dengan waktu yang telah
disepakati. Orang yang melakukan diskusi ataupun pertemuan dengan klien ini
adalah direktur ataupun project manager. Pada pengerjaan proses desain ini
project manager tidak selalu diikutsertakan dalam pertemuan, namun hal yang
terkait mengenai progress yang diminta oleh klien dapat diperoleh dengan project
manager. Project manager mengatur perkembangan proyek yang sedang
dikerjakan dan dibantu oleh tim untuk pengerjaannya.
48
Pada tahap ini dilakukan pemilihan ide desain yang akan mengangkat tema
atau konsep dari desain lanskap Menteng Park ini. Konsep yang menjadi ide yang
akan diterapkan pada tapak harus memiliki karakteristik yang kuat serta selaras
dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Tahap konsep ini pihak OZ mendefinisikan
kedalam beberapa hal yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses
desain seperti konsep dasar, design key drive, konsep desain, serta pengembangan
konsep.
Konsep Dasar
Konsep Desain
Design Key Drive
Pengembangan
Konsep
Gambar 21. Tahap Konsep dalam Oemardi_Zain.
5.3.4.1. Konsep Dasar
Pada tahap proses desain di OZ ini mempertimbangkan keinginan dari
pihak klien dan acuan yang telah ditentukan dari klien. Salah satu acuan yang
diberikan klien untuk konsep Menteng Park adalah ketentuan 32 jumlah jenis
vegetasi pepohonan yang digunakan, terkait dengan peresmian taman ini pada hari
ulang tahun ke 32 PT. Jaya Real Property dalam mengembangkan wilayah Bintaro
Jaya.
Konsep desain yang ini diperoleh dari diskusi yang dilakukan antara kedua
belah pihak yaitu pihak OZ dan klien. Pihak klien mengemukakan tujuan
pembangunan taman, keinginan untuk penggunakan di masa yang akan datang,
tanaman dan lainnya. Pihak OZ pada proses ini berupaya untuk mengaplikasikan
tema, konsep dasar, konsep desain yang sesuai dengan persepsi dan keinginan dari
klien.
Konsep umum yang ada pada perancangan lanskap Menteng Park ini
diperoleh dengan usaha untuk memaksimalkan potensi dan meminimalisir
kendala. Konsep yang diterapkan pada tapak ini adalah konservasi pada
lingkungan yang diwujudkan dalam suatu penghijauan pada tapak. Desain yang
49
diupayakan dapat menyeimbangkan sebagai wadah untuk beraktivitas masyarakat
dengan keberlangsungan lingkungan yang dapat tetap terjaga. Fokus lingkungan
merupakan konsep utama yang akan dilakukan pada tapak, sehingga dalam
pengembangan konsep ini akan memberikan peningkatan kualitas kota, khususnya
kawasan Bintaro Jaya. Konsep dasar ini merupakan suatu acuan yang akan
digunakan untuk proses perancangan Menteng Park. Konsep dasar yang diperoleh
adalah Conservation, Recreation, Education dan juga Landmark. Berikut ini
penjelasan dari konsep dasar Menteng Park :
1) Konservasi
Sumber Ilustrasi: Dokumen Oemardi_Zain (2011)
Gambar 22. Images precedent konservasi.
Konservasi disini diwujudkan dalam penataan ruang luar yaitu Menteng
Park menjadi salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tidak hanya
berkontribusi untuk masyarakat tetapi juga dapat memiliki fungsi ekologis
untuk lingkungannya. Sisi ekologis ini dari fungsi memperbaiki struktur
tanah ataupun menjaga keutuhan badan air. Dalam mendesain Menteng
Park ini memperhatikan estetika dan juga fungsi (daya guna). Vegetasi
atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga
dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya,
contohnya burung. Komposisi dan struktur vegetasi akan mempengaruhi
jenis dan jumlah burung untuk melakukan aktivitasnya.
2) Rekreasi
Aktivitas berwawasan lingkungan (penyediaan nametag pada setiap jenis
pohon), kesehatan, pendidikan, sosial, dan juga komersial. Dalam hal
kesehatan, Menteng Park menyediakan ruang dan fasilitas atupun alam
50
yang dapat mengakomodasikan masyarakat untuk bergaya hidup sehat. OZ
memiliki kriteria desain yang dapat dijangkau oleh segala usia sehingga
dalam pemilihan elemen taman, digunakan bentuk dan material yang dapat
memudahkan untuk pengguna.
Sumber : Ilustrasi Dokumen Oemardi_Zain (2011)
Gambar 23. Images Precedent Rekreasi.
3) Edukasi
Penyediaan suatu arboretum, orchard, lapangan olahraga, yang dapat
mendukung proses belajar. Proses belajar ini diwujudkan dalam taman
dengan desain dan isi yang menarik sehingga masyarakat dapat
mengurangi kehidupan mall. Fokus utama dalam taman ini adalah
hubungan frontal ke sungai, masyarakat sebagai user dapat menjaga
keberlangsungan sungai yang ada dalam tapak. Edukasi diperoleh dari
interpretasi secara langsung antara manusia dengan alam.
Sumber ilustrasi: Dokumen Oemardi_Zain (2011)
Gambar 24. Images Precedent Kegiatan Edukasi.
51
4) Landmark :
Landmark yang juga dapat menjadi identitas kota, menjadikan suatu
unique symbol untuk suatu karakter kota yang bersifat dinamis, atupun
menciptakan suatu elemen desain dengan visibiltas yang tinggi. Landmark
yang terdapat pada Menteng Park ini berupa wall climbing dan shade sail.
Wall climbing ini tidak hanya sebagai fasilitas olahraga namun juga
dengan desain yang menarik sehingga menjadi point of view dan
menjadikan wall climbing ini sebagai landmark pada taman tersebut.
Shade sail dengan bentukan yang unik ini bisa menjadi daya tarik pada
lokasi Bintaro Jaya ini.
Sumber Ilustrasi: dokumen Oemardi_Zain (2011)
Gambar 25. Images Precedent Landmark.
5.3.4.2. Design Key Drive
Keunikan dari konsep Menteng Park dibandingkan dengan proyek OZ
lainnya adalah Design Key Drive. Kunci dalam proses desain yang akan
diterapkan dalam tapak sehingga akan
memperkuat konsep yang diterapkan
dalam tapak. Design Key Drive terdiri dari beberapa hal yang menjadi dasar
pertimbangan desain diantaranya adalah :
1. Culturally and Naturally Inspired : inspirasi desain yang didapat dari
natural dan budaya. Inspirasi desain taman ini dari bentukan alam yaitu
jatuhan air. Penggunaan garis organik pada desain memperkuat kesan
natural.
2. Social Inclusive : taman kota yang tidak bersifat eksklusif, dapat
digunakan publik. Menteng Park ini adalah taman yang berlokasi pada
52
area pemukiman Bintaro Jaya, namun peruntukannya untuk masyarakat
Bintaro secara luas.
3. Animating : desain dengan menggunakan pola yang unik pada tapak, pola
material, dan desain elemen taman yang menarik. Hal ini diterapkan pada
tapak agar user tidak merasa jenuh dengan kondisi taman yang monoton.
4. Pedestrian Friendly : aksesibilitas yang nyaman, dapat diakses oleh user
dengan mudah dan keamaan yang diperhitungkan. Menteng Park ini
terdapat pedestrian yang dapat digunakan oleh penyandang cacat atau
segala jenis umur dengan adanya ramp, dan railing pada pedestrian
tersebut.
5. Comfortable : tapak yang dijadikan sebagai Menteng Park dapat
memberikan kenyamanan untuk user. Kenyamanan berupa site furniture
atau fasilitas taman sesuai dengan ukuran standar yang berlaku.
Pengunjung dapat mengaktualisasi diri di dalam taman.
6. Eco Friendly : elemen taman yang ramah lingkungan, eco-friendly dapat
diwujudkan dengan mengurangi luasan bidang yang menggunakan
perkerasan, mengurangi ataupun sama sekali tidak menggunakan bahan
kayu sebagai material, dan juga membuat resapan air yang dapat berguna
untuk mengembalikan air ke dalam tanah (menyerap limpasan air ataupun
menyalurkan kelebihan air tersebut kedalam saluran drainase utama kota).
7. Dynamic : permainan desain dengan memperhatikan prinsip desain yang
ada, dinamis disini dapat diwujudkan dengan permainan warna, level dan
lainnya.
8. Cost Effective : menggunakan standar ukuran untuk pembuatan elemen
taman (luas pedestrian yang berdasarkan standar ukuran untuk satu jalur
atau dua jalur), pembelian tanaman tidak dalam ukuran tanaman yang
besar, dan natural saving (pengurangan perkerasan akan berefek untuk
mengurangi pembuatan saluran drainase, karena air akan langsung
terserap kedalam tanah).
9. Timeless : menciptakan suatu desain yang akan diterapkan dalam tapak
dengan konsep yang kuat sehingga sepanjang waktu taman tersebut akan
53
tetap dapat digunakan sepanjang waktu (dalam jangka waktu yang
panjang).
Design key drive ini sebagai digunakan untuk acuan dalam bentukan desain yang
diterapkan dan keunggulan dari konsep Menteng Park dibandingkan dengan
proyek OZ lainnnya.
5.3.4.3. Adaptasi Bentuk Desain
Adaptasi bentuk desain yang diterapkan pada tapak ini adalah bentuk
tumpahan air. Pemilihan bentuk tumpahan air menyesuaikan pada tujuan yang
akan dicapai dengan adanya konsep konservasi badan air yaitu sungai. Pola ini
dikembangkan sehingga mendapat bentukan pada tapak yang menarik.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 26. Ilustrasi Adaptasi Bentuk Desain pada Menteng Park.
5.3.4.4. Pengembangan Konsep
Pada Pengembangan desain selanjutnya dilakukan untuk melengkapi
desain berdasarkan keinginan dari owner. Faktor yang mempengaruhi perubahan
desain Menteng Park adalah pencapaian desain yang ideal, keputusan dari pihak
klien serta efisiensi dari segi pendanaan. OZ mengutamakan pembuatan desain
mengacu pada keinginan klien. Pengembangan ini merupakan keberlanjutan dari
konsep yang ingin dicapai dari suatu desain yang dibuat.
a) Konsep Zona
Pada tapak zona dibagi menjadi area A yang meliputi Entry Statement dan
Commercial Area, area B yaitu promenade, area C (Plaza), area D (Entertaiment
Stage dan Open Lawn), area E (Arboretum), area F (Parking), dan area G (Green
Perimeter). Commercial area ini merupakan penyedia fasilitas berupa kantin
sebagai pendukung dari keberadaan kantin ini terdapat promenade dengan
penyediaan sunbrella untuk pengunjung taman. Entertainment stage ini
54
dipergunakan untuk pertunjukkan ataupun acara yang bersifat insidental. Green
perimeter berfungsi sebagai border terhadap area yang cukup curam kearah
sungai pada Menteng Park untuk keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
D
F
C
E
A
B
D
E
F
Tanpa Skala
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 27. Pembagian Zona pada Tapak (Final).
Zona yang telah terdapat pada Menteng Park ini kemudian dilakukan
penentuan dalam ukuran luasan berdasarkan pengguna. Pada Tabel 7 terdapat
pembagian luasan pembagian zona dalam Menteng Park.
Tabel 7. Pembagian Zona pada Tapak.
No.
Zona pada Tapak
Luasan
1.
Entry Statement & Commercial Area
75.12 m2
2.
Promenade
105.4 m2
3.
Arboretum
590.37 m2
4.
Entertainment stage & Open Stage
331.96 m2
5.
Parking
157.94 m2
7.
Green Perimeter
304.33 m2
Menteng Park memiliki luasan untuk penghijauan lebih besar agar
masyarakat Bintaro Jaya dapat menikmati lingkungan yang sehat dan
mendapatkan kesan natural pada tapak. Pada setiap zona ini kemudian akan dibagi
55
menjadi beberapa fasilitas menurut kebutuhan dalam tapak tersebut. Pembagian
ruang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pembagian Fasilitas dalam Zona.
No.
1.
Zona pada Tapak
Entry
Statement
Fasilitas
&
Commercial Area
Aktivitas
A. Drop Off
- welcoming, menurunkan
B. Café
penumpang.
- Makan dan Minum
2.
3.
Promenade
C. Promenade
Arboretum
- Seating, Bermain, Gathering.
D. Promenade Caffe
- Makan dan Minum
E. Arboretum
- Koleksi dan Pembelajaran
Tanaman.
4.
Entertainment
& Open Stage
stage
F. Shade Sail
G. Terrace
- Pertunjukkan Musik,
Drama, dll.
H. Pathway
- Sitting.
I. Children Palyground
- Olahraga
J. Biillboard & Wall Climbing
- Relaksasi
K. Reflexiology Path
- Berjalan-jalan
L. Jogging Track
- Bermain
- Gathering
5.
7.
Parking
Green Perimeter
M. Bicycle parking
- Parkir Sepeda
N. Parking
- Parkir Kendaraan
O. Green perimeter
-Membatasi Tapak dengan
sirkulasi jalan kenadaraan.
8.
P. Timber Bridge
- Jalan-jalan
Q. Timber Deck
- Sitting
- Bermain
-Gathering
Tujuan desain yang dibuat OZ untuk Menteng Park adalah taman yang
dapat digunakan oleh masyarakat dari segala jenjang umur. Taman ini memiliki
fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat. Berikut ini pada Tabel 9
terdapat fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat dari segala
jenjang umur.
56
Tabel 9.Fasilitas Rekreasi dan Pengguna.
User
No.
1.
Umum
Fasilitas
- Jalur Sirkulasi
- Lapangan rumput
- Plaza (Promenade)
- Open Stage (Shade Shail)
- Terrace
- Arboretum
2.
Manula
- Reflexiology Path
3.
Dewasa dan Remaja
- Wall Climbing
4.
Anak-Anak
- Children Playground
b) Konsep Sirkulasi
Sirkulasi pada tapak ini dibagi menjadi 3 yaitu primer circulation,
secondary circulation dan perimeter circulation. Sirkulasi primer merupakan
akses utama untuk menuju tapak taman dari area pelayanan, melewati area
komersial berupa cafe dan promenade menggunakan jembatan penghubung ke
area plaza. Secondary circulation (sirkulasi sekunder) mencangkup aksesibilitas
dalam taman yang tersedia untuk digunakan bagi pejalan kaki. Pembagian sirkuasi
pada Menteng Park dapat dilihat pada Gambar 28.
Tanpa Skala
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 28. Konsep Sirkulasi.
57
Penyediaan pedestrian terdapat di seluruh bagian tapak. Hal ini untuk
mengakomodasi masyarakat untuk mengakses fasilitas dan jalur masuk ataupun
keluar di taman. Pada tapak dikondisikan untuk bebas kendaraan, jalur kendaraan
hanya terdapat pada area parkir dan entrance. Sistem sirkulasi menghubungkan
suatu area ke area lainnya untuk menunjang kegiatan yang ada di suatu tapak. Dua
hal utama yang harus diperhatikan dalam merancang sistem sirkulasi adalah
penyesuaian dan penyusunan terhadap ruang tersedia, serta penyusunan dari
suasana dan pemandangan yang akan dinikmati.
c) Konsep Softscape
Konsep pemilihan vegetasi disesuaikan dengan konsep arsitektural yang
telah diterapkan pada Menteng Park ini. Pemilihan jumlah jenis tanaman yang
digunakan menunujukkan simbol dari Bintaro Jaya yang sudah mencapai 32 tahun
berdiri untuk mengembangkan kawasan Bintaro menjadi area pemukiman yang
ideal. Penataan ruang hijau yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu area
dalam merepresentasikan fungsinya.
Menurut Booth (1983), pembuatan konsep plant material dilakukan di
awal desain sebagai kesatuan yang mengintegrasikan antara bentuk tapak,
bangunan, perkerasan, dan struktur tapak. Plant material dalam proses desain ini
dapat digunakan sebagai pencampuran variabel dan menciptakan desain visual
yang terdiri dari ukuran bentuk, warna, dan tekstur.
Penataan dalam penanaman vegetasi ini didasarkan dalam beberapa
pertimbangan yaitu fungsi dalam suatu perancangan (penaung, pengarah,
pembatas, dan lainnya) dan lingkungan. Fungsi tersebut dapat dilihat dari
klasifikasi fisik pada bentuk tajuk pohon. Bentuk tersebut yang dapat menunjang
fungsi vegetasi pada tapak.
Sumber Ilustrasi : Grey dan Deneke (1978)
Gambar 29. Bentuk Tajuk Pohon secara Arsitektural.
58
Secara umum, komposisi tanaman yang digunakan terdiri dari beragam
jenis tegakan pohon, semak, tanaman penutup tanah (ground cover) dan juga
rumput. Pemilihan tanaman ini juga berpotensi sebagai konservasi air dan juga
bahan edukasi dengan dibentuknya suatu arboretum mini untuk wadah
pembelajaran pengguna untuk mengenal jenis tanaman. Vegetasi pada Menteng
Park ini dibagi menjadi 2 jenis seperti tegakan pohon, semak dan ground cover,
Berikut ini merupakan kategori untuk tegakan pohon yang dibedakan menjadi
empat kategori yaitu :
1. Tanaman Aksen Berbunga
Penggunaan tanaman ini bertujuan menambah daya tarik bagi pengunjung
pada tapak dengan adanya bunga pada tanaman, selain itu keindahan yang
didapat dari hadirnya tanaman aksen berbunga. Tanaman tersebut
diantaranya pohon kweni (Mangifera odorata), tabebuia (Tabebuia
palida),
kamboja
(Plumeria rubra),
bintaro
(Cerbera
odollam),
flamboyan (Delonix regia), dan juga cempaka (Michelia champaca).
2. Tanaman sebagai peneduh pada tapak
Penggunaan tanaman ini berfungsi sebagai tanaman peneduh untuk
kenyamanan pengguna (user) dalam beraktivitas di dalamnya. Tanaman
peneduh yang digunakan dalam Menteng Park ini diantaranya adalah
sonokeling (Dalbergia latifolia), lengkeng (Nephelium longanum), jambu
mawar (Syzigium jambos), nagasari (Mesua ferrea), dan lainnya. Adapun
vegetasi yang dijadikan tanaman peneduh utama yaitu sengon (Albizzia
falcataria) dan trembesi (Samanea saman).
3. Tanaman sebagai aksen arsitektural
Tanaman yang digunakan ini memiliki bentuk arsitektural tertentu
sehingga memiliki keunikan atau ciri khas tertentu pada tapak. Tanaman
yang digunakan dalam taman ini adalah damar (Agathis damara), pulai
(Alstonia scholaris), ketapang kencana (Terminalia mantaly), dan lainnya.
4. Tanaman langka
OZ mengklasifikasikan beberapa tanaman kedalam tanaman langka.
Tanaman langka ini agar dapat memperkenalkan pada pengguna tapak
sebagai tujuan bahan edukasi. Tanaman yang digunakan diantaranya
59
adalah kemang (Mangifera caesia), menteng (Baccaurea racemosa) yang
juga sebagai nama dari taman kota ini, malaka (Phyllantus emblica) dan
burahoi (Stelechocarpus burahoi).
Panel tanaman memperjelas kepada klien mengenai jenis spesies yang digunakan,
bentuk tajuk, ukuran pohon, warna serta kategori tanaman yang dibuat oleh OZ.
Jenis tanaman ini diajukan untuk diterapkan kedalam Menteng Park dan
keputusan persetujuan penggunaan tanaman ada pada pihak PT Jaya Real
Property.
Sumber : Oemardi_Zain, 2011
Gambar 30. Panel Kategori Tanaman Pohon dan Perdu Tinggi.
60
Semak dan groundcover digunakan pada area tapak Menteng Park
merupakan jenis semak yang mudah dalam pemeliharaan. Semak ini dibedakan
menjadi 3 kategori diantaranya adalah :
1. Semak Berdaun Indah
Pada kategori ini semak memiliki keunikan daun dari segi warna maupun
bentuk sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung serta menambah
keindahan pada tapak.
2. Semak Berbunga
Semak yang dipilih yaitu semak pada waktu tertentu ataupun sepanjang
tahun dapat berbunga. Tanaman yang masuk dalam kategori ini diantaranya
adalah
kemuning
(Murraya
paniculata),
crossandra
(Crossandra
infundibuliformis), pisang hias (Heliconia psittacorum ‘Lady Di’),
impatiens (Impatiens wallerana) dan lainnya.
3. Semak Aksen
Tanaman semak yang memiliki aksen tertentu sehingga menjadikan
tanaman ini dapat mudah dilihat atau diketahui oleh pengunjung dari
perbedaan bentuk, warna ataupun lainnya. Tanaman yang digolongkan
pada
kategori
ini
adalah
beberapa
jenis
tanaman
philodendron
(Philodendron selloum dan Philodendron ‘Gold’).
Tanaman penutup tanah (groundcover) tidak termasuk kedalam daftar 32 jenis
tanaman yang digunakan pada Menteng Park ini. Pemilihan jenis tanaman ini
adalah dari segi ketahanan, perawatan yang tidak intensif ataupun berdasarkan
tanaman yang sudah sering digunakan pada beberapa proyek sebelumnya.
Tanaman yang dipakai untuk groundcover ini merupakan jenis rerumputan dan
beberapa tanaman yang memiliki tinggi hingga 15 cm, diantaranya adalah rumput
peking (Agrotis canina), rumput gajah (Axonopus compressus), serta impatiens
(Impatiens balsamina dan Verbena purple).
OZ menerapkan konsep panel tanaman sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Booth (1989) untuk mempermudah dalam pemilihan tanaman
sekaligus mepresentasikan suatu gambaran dalam desain. OZ memiliki planting
strategy tidak hanya dalam pemilihan jenis tanaman namun juga dalam pola
penanaman pada desainnya. Ciri khas dan salah satu strategi dari desain OZ ini
61
adalah menggunakan tanaman semak yang ditanam secara massal dalam panjang
atau luasan tertentu sehingga terdapat suatu keseragaman pada desain. Selain itu,
konsep penanaman secara massal dapat mempermudah dalam hal pemeliharaan
tanaman tersebut.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 31. Panel Kategori Tanaman Semak dan Groundcover.
d) Konsep Hardscape
Konsep Hardscape ini terdiri dari site furniture, fasilitas dan jalur
sirkulasi. Site Furniture terkait dengan titik peletakan pada taman ini
mempengaruhi kenyamanan pengguna pada tapak serta dapa memperindah taman.
Penentuan lokasi tempat untuk furniture ini adalah lokasi yang dapat mudah
dijangkau, tidak membahayakan pengguna taman, menghasilkan kenyamanan
62
bagi pengguna, dan juga mudah dalam hal pemeliharaan sehingga kualitas dari
site furniture tetap memenuhi standar bagi suatu taman. Selain itu, hal yang
penting dalam penerapan site furniture ini adalah kesesuaian dengan tema tapak.
Ukuran dari site furniture yang digunakan harus sesuai dengan ukuran
penggunanya (ergonomis). Desain sirkulasi mengikuti bentukan tapak dan
menggunakan material yang memiliki ketahanan yang baik. OZ melakukan studi
bentuk dalam menentukan bentukan dari site furniture dan fasilitas yang akan
diterapkan pada tapak.
Signage
Path
Promenade
Sumber Ilustrasi : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 32. Referensi Site Furniture dan Fasilitas.
5.3.5. Design Development (Pengembangan Desain)
Tahap ini mahasiswa mengikuti dalam proses penyelesaian gambar berupa
revisi denah lanskap, section, denah penanaman dan juga denah material. Dalam
penyelesaian item pekerjaan ini diarahkan oleh project manager (senior lanskap)
dalam standar, ukuran maupun penempatan dalam desain Menteng Park. Hasil
dari koreksi yang dilakukan oleh project manager ini akan ditinjau ulang oleh
pihak direktur.
63
Pengembangan desain ini merupakan keberlanjutan dari konsep yang ingin
dicapai dari suatu desain yang dibuat. Pada tahap design development pihak OZ
membuat, section, images references, denah lanskap (Preliminary Site Plan dan
Final Site Plan), denah material, denah penanaman, lampu dan irigasi serta
ilustrasi. Pada tahap penyelesaian design development ini turun fee sebesar 40 %
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
5.3.5.1. Denah Lanskap
Pada OZ, site plan disebut dengan denah lanskap. Tahap gambar denah
lanskap (siteplan) ini pihak OZ memberikan file baik dalam bentuk AutoCAD
untuk mempermudah pihak klien atau kontraktor dalam melaksanakan
pembangunan dan juga dalam bentuk file yang dapat memvisualisasikan
mendekati gambaran asli pada tapak melalui proses pengeditan menggunakan
photoshop. Hasil berupa site plan pada tahap ini terbagi menjadi dua yaitu
preliminary site plan dan final site plan.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
)
Gambar 33. Ilustrasi Preliminary Site Plan pada Design Development.
Perbedaan desain ini terdapat pada gedung study visitor centre yang
terdapat pada preliminary site plan tidak terdapat pada desain final site plan. Hal
ini berdasarkan pertimbangan antara pihak klien (owner) dan OZ. PT Jaya Real
64
Property Tbk merupakan pengambil keputusan dari desain yang diajukan oleh
pihak OZ. Final Siteplan tidak terdapat study visitor centre memiliki dampak
adanya tambahan luasan untuk zona arboretum. Site plan final dalam bentuk CAD
terdapat pada Lampiran 3.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 34. Ilustrasi Final Site Plan pada Design Development.
5.3.5.2. Softscape-Planting Plan
Planting plan (denah penanaman) ini merupakan pelengkap dari site plan
yang telah dibuat oleh OZ. Pada bagian softscape, proses perancangan berkenaan
dengan denah penanaman (Planting Plan) yang diterapkan pada tapak Menteng
Park ini dibagi menjadi 5 parsial. Denah penanaman ini merupakan denah
penanaman pohon beserta penanaman semak ataupun perdu. Parsial ini terdapat
jenis tanaman berikut dengan luasan penanaman serta jenis vegetasi pohon yang
dugunakan dengan menggunakan inisial misal SS untuk Samanea saman.
Tanaman dapat memberi bentuk dalam memperkuat desain yang
diterapkan. Tanaman apabila dilakukan penanaman yang baik secara teratur maka
dapat membentuk susunan ruang yang efektif dan mengurangi kemonotonan
dalam tapak dengan adanya tekstur serta warna pada lingkungan. Tanaman dibagi
65
atas tiga kategori utama yaitu pohon, semak, dan groundcover. Planting plan pada
Menteng Park ini sebagian besar didominasi oleh tanaman pepohonan Tanaman
yang digunakan pada umumnya adalah tanaman asli yang beberapa diantaranya
merupakan tanaman yang tergolong tanaman langka.
Pada sekitar area parkir terdapat tanaman pinus dan cemara untuk
sepanjang daerah yang berbatasan dengan sungai. Pada area yang terdapat
promenade ataupun area dengan aktivitas yang cukup tinggi seperti plaza,
entertainment dan juga area arboretum ini terdapat dilakukan penanaman pohon
dengan diameter tajuk yang lebar seperti flamboyan (Delonix regia), trembesi
(Samanea saman), dan sengon (Albizzia falcataria). Penyusunan tanaman ini
dilakukan dengan memperhatikan jarak tanam antar pohon sehingga masingmasing mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan idealnya.
Tanaman dipergunakan untuk membatasi untuk area yang berbahaya
seperti daerah curam menuju ke sungai ataupun jalan raya. Semak memperkuat
bentuk desain untuk sirkulasi. Selain itu, tanaman baik pohon maupun semak
dapat memberkan view yang cukup menarik untuk pengunjung dan sebagai
peredam polusi udara serta bising. Gambar Planting Plan dapat dilihat pada
Lampiran 4.
5.3.5.3. Hardsape- Lighting Plan (Instalasi Listrik dan Lampu)
Lighting plan ini terdapat denah berupa penempatan titik-titik lokasi
lampu yang digunakan, lokasi gardu dan juga panel distribusi taman (Lampiran 5).
Pada taman terdapat 2 gardu listrik dan juga 2 panel distribusi. Jaringan distribusi
ke setiap lampu dihubungkn secara seri maupun paralel. Lampu ditempatkan pada
sepanjang sirkulasi dan beberapa area aktivitas lainnya yang masih digunakan
pada malam hari. Penerangan pada taman ini dimaksudkan agar masyarakat dapat
beraktivitas pada malam hari dan faktor keselamatan serta keamanan pada tapak.
Sebaran cahaya pada tapak ini tidak terputus, sehingga hampir seluruh tapak
mendapatkan penerangan. Tinggi tiang lampu sekitar 3.8 meter dengan
menggunakan lampu high pressure sodium 70 Watt.
66
5.3.5.4. Hardscape - Denah dimensi dan material
Pada gambar denah dimensi dan material ini terdapat perubahanperubahan untuk mendapatkan material yang baik dan juga dapat dengan mudah
diaplikasikan pada tapak. Pada denah dimensi dan material ini terdapat titik lokasi
penempatan site furniture dengan ukuran yang sudah diperhitungkan. Site
furniture ini terdiri dari beberapa tipe bangku taman yang digunakan, shade sail,
billboard dan wall climbing serta signage. Pada bagian plaza terdapat
pemberitahuan spesifikasi material yang digunakan yaitu paving block uk
105x105 mm, ex-Cisangkan dengan pola melingkar dikombinasikan dengan
banding paving block uk.210x105 mm, Ex-Cisangkan pola melingkar. Pada
promenade cafe diberikan petuntuk seperti penggunaan rabat beton finishing batu
templek selagedang dengan koral sikat abu-abu, penggunaan railing dan
penempatan sunbrella.
Pada bagian circulation path ataupun jogging track terdapat dimensi jarak
yang digunakan, pola yang melengkung pada tapak diberikan petunjuk berapa
derajat untuk pola tersebut. Secara detail pada denah dimensi dan material ini
dibagi kedalam 5 parsial. Masing-masing parsial berisikan dimensi setiap elemen
atau material yang digunakan serta luas atau lebarnya ukuran pada tapak dan
dilengkapi beberapa ilustrasi elemen taman yang akan digunakan. Pada Lampiran
6 dapat dilihat secara rinci mengenai dimensi dan material yang terdapat pada
tapak. Hal ini dapat mempermudah untuk pihak kontraktor dalam mencari jenis
material dan implementasi.
5.3.5.5. Hardscape-Denah drainase dan Irigasi
Pada denah drainase dan irigasi ini terdapat titik lokasi sumber air untuk
penyiraman yang berasal dari pembuatan sumur pantek. Penyiraman dihitung
dalam suatu radius yang dapat dicapai baik menggunakan penyiraman manual
yaitu selang. Radius untuk area jangkauan penyiraman ini memiliki diameter 15
meter. Terdapat 4 titik lokasi yang akan dibuat sumur pantek untuk
mengakomodasi kebutuhan air untuk penyiraman. Pada masing-masing titik keran
dihubungkan secara paralel dari sumber arinya. Drainase merupakan arah aliran
air permukaan dari proses penyiraman ataupun hujan yang terserap ke tanah
67
maupun ke arah pembuangan disekitar tapak. Denah drainase dan irigasi ini dapat
dilihat pada Lampiran 7.
5.4.5.6. Ilustrative Landscape Section
Section ini membantu pekerjaan untuk memberikan penjelasan bentuk dari
desain yang akan diterapkan pada tapak. Pada Menteng Park ini terdapat 5 section
dengan penggambaran kondisi tapak serta desain yang akan diaplikasikan.
Pembuatan section ini mempermudah dalam menjelaskan dan memberikan
penjelasan kepada pihak klien. Ilustrative Section ini mengalami revisi beberapa
kali karena disesuaikan dengan keinginan klien dalam desain Menteng Park.
Berikut ini adalah illustrative section yang telah mengalami revisi pada tanggal 15
Maret 2011.
Potongan A
Potongan B
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 35. Illustrative Landscape Section.
68
Potongan C
Potongan D
Potongan E
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 35. Illustrative Landscape Section.
5.4.5.7. Ilustrasi 3D
Ilustrasi ini berfungsi memperjelas dari desain yang dibuat. Klien akan
mengerti bentuk dari desain secara lebih nyata sesuai dengan yang diinginkan.
Ilustrasi ini juga dapat mendukung nilai dari estetika yang ditampilkan. Gambar
ilustrasi 3D ini merupakan syarat yang harus diserahkan pada proses pelaksanaan
pekerjaan gambar dalam proyek. Gambar dalam bentuk 3D ini dapat
memunculkan pola dari bentuk desain dari material yang digunakan, warna,
komposisi dari penanaman beberapa jenis tanaman. Pada perancangan lanskap
Menteng Park ini gambar-gambar ilustrasi dalam bentuk 3D ini merupakan hal
69
wajib yang dibuat berdasarkan item pekerjaan OZ dalam kontrak yang telah
disepakati.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 36. Ilustrasi 3D Menteng Park.
5.3.6. Detil Konstruksi
Setelah hasil akhir desain dipresentasikan pada owner dan disetujui
(approval design), maka dapat dilanjutkan pada tahapan selanjutnya yaitu gambar
konstruksi secara detail atau gambar konstruksi untuk hardmaterial dan
softmaterial yang digunakan. Detil konstruksi merupakan tahap dimana gambar
desain mengalami proses spesifikasi tertentu. Gambar detil konstruksi pada
proyek Menteng Park ini terbagi dalam 2 jenis yaitu detil softscape dan detil
hardscape.
5.3.6.1. Softscape - Detail Construction Planting plan
Detil penanaman tanaman ini digunakan untuk mempermudah pihak
kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman. Detil penanaman yang
dibuat yaitu detil penanaman semak. Perdu, semak dan groundcover memiliki
70
ketinggian serta kerapatan yang berbeda. Jarak tanam berbeda sesuai dengan
pertumbuhan diameter maksimal dari masing-masing tanaman. Pada tanaman
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 37. Detail Construction Planting plan.
Palem Wregu (Rhapis excelsa) memiliki aturan untuk lubang tanam hingga
400 mm, kondisi awal tanaman tinggi 40 cm, dan jarak tanam yang digunakan.
OZ juga membuat spesifikasi mengenai softscape secara lengkap serta merupakan
aturan yang harus dilakukan oleh pihak kontraktor selama masa pemeliharaan
selama beberapa bulan sesuai dengan perjanjian, dan selanjutnya digunakan oleh
pihak klien dalam manajemen pemeliharaan tapak tersebut.
5.3.6.2. Hardscape - Detail Construction
1. Promenade (Plaza)
Promenade (plaza) ini difungsikan sebagai plaza pada Menteng Park. Pola
material untuk perkerasan promenade ini dibentuk hingga menjadi susunan
71
lingkaran sehingga dapat membentuk seperti pola pada air tenang yang terkena
tetesan air. Pola ini memperkuat dari konsep dari Menteng Park untuk suatu
tempat yang dapat mengutamakan konservasi lingkungan sekitarnya khususnya
sungai. Pada promenade ini terdapat beberapa planter box di bagian tengah.
Material yang digunakan adalah paving block uk 105x105 mm Ex-Cisangkan
dengan pemasangan pola melingkar, banding paving block uk. 210x105 mm ExCisangkan (pola melingkar) sedangkan planter box menggunakan material
pasangan bata finishing teraso putih. Detil mengenai promenade dapat dilihat pada
Lampiran 8.
2. Railing
Railing digunakan pada area yang berbatasan sepanjang sungai. Railing ini
berfungsi untuk keamanan pengguna khususnya anak-anak. Railing dengan tinggi
1100 mm ini menggunakan besi CHS dengan diameter 75 mm finishing hot deep
galvanized untuk pegangan sedangkan untuk penghalang berupa susunan besi
CHS berdiameter 35 mm secara horizontal dengan jarak sekitar 234 mm. Material
railing dapat dilihat pada Lampiran 9 merupakan ukuran dimensi dari penggunaan
railing sepanjang sungai dan juga detil konstruksinya.
3. Promenade Cafe
Promenade adalah suatu area seperti plaza yang terdapat disepanjang
pinggir suatu badan air. Promenade pada tapak menunjang untuk kegiatan
pengguna dekat dengan sungai. Promenade pada tapak dibagi menjadi 2 bagian
yaitu promenade cafe, promenade. Promenade cafe merupakan fasilitas yang
menunjang kantin pada tapak. Pada promenade cafe terdapat sunbrella untuk
mendukung kenyamanan pengguna untuk menikmati view tapak dan menikmati
fasilitas yang disediakan dalam kantin. Promenade cafe ini menggunakan material
penutup yaitu kombinasi antara rabat beton finishing batu templek salagedang
100-200 mm, banding menggunakan finishing koral sikat hitan ukuran 10-30 mm
dan nat koral sikat abu-abu 3-5 mm. Faktor keamanan diperhatikan dalam
promenade ini sehingga pada bagian tepi yang berbatasan dengan sungai
diberikan railing. Komponen penyusun material yang digunakan untuk
72
promenade ini sudah melalui tahap perhitungan kekuatan dan beban dari pihak
konsultan engineer structural terdapat pada Lampiran 10.
4. Jogging track.
Jogging track pada taman ini terdapat mengelilingi dari tapak Menteng
Park. Jogging track ini menggunakan material penutup yaitu rabat beton dengan
broom finishing 50 mm berwarna abu-abu, dengan agregat penyusun untuk
pondasi sehingga dapat mendukung kegiatan diatasnya adalah 100 mm slab beton
dengan wiremesh, 50 mm pasir yang dipadatkan, plastik cor dan pada bagian
paling bawah yaitu 150 mm agregat B. Agregat B ini merupakan susunan dari
batu kali. Material yang digunakan ini merupakan material dangan pemeliharaan
yang tidak sulit, ketahanan yang baik, dan juga cukup untuk kualitas visual untuk
mendukung desain tapak. Jogging track ini memiliki lebar 2000 mm, dan panjang
sekitar 8000 mm dengan pemisahan berdasarkan adanya tali air. Jogging track ini
tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna untuk olahraga tetapi
juga dapat menutupi jalur drainase pada tapak. Detil jogging track ini dapat dilihat
pada Lampiran 11.
5. Circulation Path
Circulation path pada Menteng Park ini adalah pembentuk pola dari
konsep desain yang diterapkan pada tapak yaitu bentuk tumpahan air. Circulation
path memperkuat identitas dari konsep yang ada, sehingga pemilihan material
yang digunakan berupa material yang cukup menarik dan juga tidak mudah
mengalami kerusakan. Material penutup untuk circulation path terbagi menjadi 2
jenis yaitu conpave dan finishing batu templek salagedang. Konstruksi penyusun
untuk penggunaan penutup circulation path menggunakan conpave tinggi 80 mm
dan lebar 100 mm ini adalah sand bedding 40 mm, tanah padat 100 mm, dan pada
bagian yang berbatasan dengan lawn area ini menggunakan beton jepit dengan
tinggi 200 mm. Perbedaan antara circulation path dan lawn area ini sekitar 20
mm. Lebar dari circulation path ini adalah 945 mm.
Circulation path dengan menggunakan batu templek ini memiliki struktur
penahan berupa mortar 2 mm, rabat beton 80 mm, pasir padat 40 mm, agregat B
100 mm, dan tanah yang dipadatkan. Jarak antara circulation path dengan lawn
73
area ini berkisar 50 mm dan memiliki lebar 945 mm. Circulation path ini
merupakan sirkulasi penghubung dari satu area aktivitas atau fasilitas ke area yang
lainnya. Gambar circulation path dapat dilihat pada Lampiran 12.
6. Reflexiology Path
Reflexiology path
ini menyatu dengan circulation path dengan pola
jatuhan air pada tapak. Reflexiology path ini memiliki panjang sekitar 15 meter
dengan pola yang organik sehingga tidak memberikan kesan yang monoton untuk
penggunanya. Material yang digunakan merupakan material dari beragam jenis
untuk menunjang kegiatan refleksi yang baik. Masing-masing material memiliki
jarak sepanjang 3750 mm. Material yang digunakan adalah koral tumpul (koral
sikat) dengan ukuran diameter 10-30 mm berwarna pearl white dan dipasang
rapat, blok-blok beton dengan natural finishing selang 20 mm, kombinasi antara
kerakal tumpul berdiameter 30-50 mm warna abu-abu dipasang renggang dan
blok-blok beton natural finishing yang disusun berselang-seling dengan jarak 312
mm, serta kombinasi antara batu pipih berwarna abu-abu berdiameter 70-100 mm
dan kerakal tumpul (koral sikat) berwarna abu-abu. Pada material tersebut
dipisahkan dengan pembuatan tali air.
Kenyamanan pengguna pada saat melakukan refleksi ini ditunjang dengan
adana railing pada satu sisi. Material penyusun pada reflexiology path ini adalah
material penutup seperti yang disebutkan sebelumnya, 30 mm kerakal tumpul, 70
mm RC Slab, 50 mm pasir yang dipadatkan, dan bagian paling bawah berupa
blast material setebal 150 mm. Lebar reflexiology path ini adalah 945 mm. Pada
Lampiran 13 merupakan susunan material yang digunakan lengkap dengan
dimensi yang digunakan.
7. Signage
Signage adalah salah satu elemen utama dalam taman. Signage ini menjadi
pusat pertama ketika pengguna tertarik untuk masuk kedalam tapak taman.
Pembuatan signage berupa titik lokasi pada Menteng Park ini juga berperan dalan
penanda adanya kawasan taman. Desain yang menarik diperlukan dalam signage
termasuk ukuran font tulisan yang dapat dilihat pada jarak tertentu, pemilihan
warna, dan juga lampu untuk mendukung terlihatnya signage pada malam hari.
74
Bentuk signage ini berupa tulisan MENTENG PARK dengan panjang 1200 dan
lebar 250 mm, menggunakan bahan stainless steel yang memiliki tebal sekitar 3
mm. Susunan dalam bagian huruf ini terdiri dari rangka dalam CHS diameter 25
mm, Rangka LED lighting dan besi tulangan diameter 10 mm, penambahan LED
lighting 1 mm arkrilik putih dan bagian luar stainless steel. LED Lighting ini
berguna untuk menambah estetika pada signage dan juga berfungsi untuk
memberikan penerangan pada signage pada malan hari. Bagian penyambung dari
huruf dengan penahan bawah ini menggunakan CHS 25 mm Finishing Powder
Coating berwarna hitam. Bagian penahan signage (pondasi) menggunakan
pondasi beton dengan tulangan dan bagian luar dilapisi batu andesit RTM uk
300x300x20 mm. Pada Lampiran 14 terdapat gambar rinci mengenai signage.
8. Shade sail
Shade sail ini digunakan untuk menunjang kegiatan pengguna ataupun
adanya suatu acara tertentu. Shade sail ini menggunakan penutup tenda polyester
berwarna putih sehingga dapat tahan terhadap air. Penutup tenda ini dapat
menaungi area sekitarnya. Titik lokasi untuk penempatan shade sail ini disediakan
area yang memiliki panjang 29 meter dan lebar 14.4 meter. Tiang penyangga
menggunakan plat besi berdiameter 200 mm finishing powder coating berwarna
putih dengan ketinggian yang berbeda sesuai dengan perhitungan struktural.
Struktur dari shade sail ini sudah berdasarkan perhitungan kekuatan dan
beban dari konsultan engineer struktural sehingga memperhatikan dari segi
keselamatan dan keamanan dari penggunanya. Shade sail ini menjadikan salah
satu daya tarik yang terdapat pada tapak dengan pola penempatan shade sail yang
tidak monoton dapat memperkuat karakter desain pada tapak selain itu dapat
membuat nyaman bagi pengguna dengan menghalangi panas ataupun sinar
matahari. Gambar shade sail ini dapat dilihat pada Lampiran 15.
9. Billboard dan Wall Climbing.
Billboard dan wall climbing pada Menteng Park ini dibuat dalam satu
komponen. Elemen taman ini tidak hanya sebagai fasiitas olahraga tetapi juga
menjadikan suatu landmark untuk Menteng Park itu sendiri. Wall climbing ini
memiliki tinggi hingga 12 meter dan lebar 4.5 m dengan penyusunan rangka yang
75
terbuat dari besi SHS 75x75 mm untuk bagian tengah, sedangkan untuk bagian
pinggir menggunakan besi 50x50 mm yang dilapisi dengan penutup berupa panel
GRC. Konstruksi yang digunakan sudah melalui konsultasi dengan pihak engineer
sehingga pondasi yang digunakan beserta wall climbing ini dapat digunakan
dengan aman. Pondasi yang digunakan terdiri dari pondasi beton uk
5000x3000x600 mm dan bagian bawah ditopang dengan pondasi bar pile
berdiameter 300 mm. Lampiran 16 terdapat gambar detail dari billboard dan wall
climbing.
9. Detil Terrace.
Pada bagian terrace merupakan area yang dibuat secara bertahap untuk
menganitisipasi bagian yang membentuk suatu ramp kearah sungai. Pada terrace
ini menggunakan pola organik seperti aliran air. Pembuatan terrace ini dilakukan
cut dan juga fill pada bagian tertentu, namun dengan perubahan tapak yang tidak
signifikan yaitu hanya berkisar perubahan penambahan atau pengurangan
ketinggian berkisar 0.1 meter. Terrace ini merupakan area yang digunakan untuk
bersantai ataupun duduk menikmati situasi taman dengan pembuatan yang
memanjang sehingga dapat mengakomodasikan pengguna untuk menikmati
hampir sepanjang tapak. Terrace ini menggunakan finishing plaster halus dengan
cat outdoor berwarna beige. Ukuran panjang terbagi menjadi 2 meter dan terdapat
pemisahan oleh tali air sekitar 12 mm. Pada Lampiran 17 terdapat rincian material
pondasi yang digunakan untuk terrace, dimensi lengkungan, dan juga ukurannya.
10. Bangku Taman
Bangku taman pada Menteng Park terdapat 5 tipe. Tipe 1 merupakan
bangku taman yang bersifat individual. Bangku ini memiliki lebar sekitar 500 mm
dan tinggi 450 mm. Material yang diguanakan adalah beton cor dengan tulangan
finishing plaster halus, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi beton
cor dengan tulangan setinggi 200 mm dan lebar 500 mm. Bangku taman tipe 2 ini
memiliki desain yang cukup menarik dengan adanya pola seperti tali yang
melengkung pada bagian permukaan bangku yang berfungsi sebagai tali air
dengan ukuran 12 mm. Terdapat 2 ukuran panjang bangku ini yaitu 2750 mm dan
1400 dengan lebar 400 mm. Tinggi bangku sekitar 700 mm termasuk dengan
76
sandaran 300 mm. Bangku ini dapat dipergunakan untuk beberapa orang.
Permukaan bangku ini menggunakan finsihing teraso putih dengan bahan
penyususun seperti mortar, pasangan bata dan bagian bawah menggunakan beton
dengan wiremesh M6.
Bangku taman tipe 4 memiliki keunikan dan menjadi salah satu dari daya
tarik dari Menteng Park. Bangku ini merupakan tipe melingkar dengan bentuk
yang diadaptasi dari bentuk @. Bangku yang dapat berfungsi untuk bersosialisasi
apabila mengarah ke arah kedalam dan juga individual dengan menghadap luar
ke arah tapak. Area tengah terdapat lawn area untuk membuat nyaman
penggunanya. Bangku taman ini memiliki tinggi 400 mm dengan lebar 400 mm.
Bangku dengan tipe 5 memiliki desain yang diadaptasi dari tanda panah. Desain
yang unik menjadi daya tarik bagi pengguna. Detil bangku ini terdapat pada
Lampiran 18.
11. Children Playground (CPG)
CPG merupakan fasilitas yang disediakan pada Menteng Park untuk
menunjang kegiatan pengguna anak-anak. CPG terbagi menjadi 2 jenis yaitu
ayunan dan earth mound. CPG yang diterapkan memiliki desain yang unik dan
menarik minat anak-anak dan faktor keamanan yang mendukung. Earth mound
merupakan fasilitas permainan untuk anak-anak bermain dengan menyediakan
slider dan climber. Pembuatan CPG ini berbentuk seperti gundukan yang
berbentuk seperti lingkaran. Setengah lingkaran difungsikan untuk slider dan
setengah lingkaran untuk climber. Bagian puncak gundukan (mound) memiliki
lebar 3000 mm sedangkan bagian bawah memiliki lebar 6000 mm. Tinggi dari
Earth Mound ini adalah 1500 mm, sehingga tidak membahayakan untuk aktivitas
bermain anak-anak. Pembuatan climbing ini menggunakan papan kayu damar laut
dan dilengkapi dengan point climbing yang dicat ec. Mowilex warna geranium
470. Bagian slider, material yang digunakan adalah batu purwakarta dan slider
dengan panjang 4900 yang dibuat melengkung dengan warna yang sama yaitu
geranium.
Ayunan ini memiliki desain menarik dengan pola organik yang
ditampilkan dalam bentuk seperti susunan gelombang yang dimodifikasi. Tiang
penyangga ayunan ini dibuat melingkar dengan material yang kuat yaitu besi CHS
77
berdiameter 4 inchi, dicat dengan ex. Mowilex warna geranium 470. Penghubung
antara tiang dan ayunan menggunakan CHS berdiameter 1 inchi dengan cat yang
sama seperti tiang dan papan ayunan menggunakan besi plat ukuran 300x500x20
mm. Bagian bawah (lantai) ayunan ini terdapat susunan pondasi dari pondasi
beton, tulangan, sengkang. Tinggi tiang ayunan ini adalah 2500 mm dengan jarak
dari lantai ke papan ayunan berkisar 400 mm. CPG dapat dilihat pada Lampiran
19.
12. Pagar Perimeter
Pagar perimeter ini dipergunakan untuk membatasi tapak Menteng Park
dengan lingkungan luarnya. Pagar ini juga dapat berfungsi untuk menjaga kondisi
Menteng park untuk tetap terjaga dalam keadaan yang baik. Pada saat melakukan
pembuatan detail pagar perimeter ini, pihak OZ mengajukan 2 alternatif desain
pagar, perbedaan 2 alternatif ini hanya terletak pada tinggi pagarnya. Alternatif
pertama pagar dibuat setinggi 2 meter sedangkan alternatif kedua pagar dibuat
setinggi 1400 meter sehingga dari luar tapak masih dapat melihat Menteng Park.
Pembatas pada suatu kawasan dapat berupa pagar transparan. Pagar yang
digunakan untuk Menteng Park ini tidak berkesan terlalu tertutup dan masif.
Material yang digunakan adalah besi berdiameter 10 mm dengan cat hitam pada
arah horizontal, besi RHS 60x120 mm untuk penyangga dari rangka pagar dicat
hitam, dan juga untuk rangka pada arah vertikal menggunakan besi plat 5 mm,
lebar 5 cmm dicat hitam. Pembangunan pagar ini menggunakan susunan material
yaitu pada bagian paling bawah terdapat pasir yang dipadatkan, susunan batu kali
setinggi 300 mm, kemudian diatasnya terdapat sloof beton 150x150 mm dengan
tulangan 4 berdiameter 12 mm, dan bagian atas pada tanah diberi dinding
pasangan bata finishing plaster halus (light grey). Detil kosntruksi dari pagar
perimeter ini dapat dilihat pada Lampiran 20.
13. Bicycle stand
Bicycle stand pada area Menteng Park ini fasilitas yang disediakan
diperuntukan untuk masyarakat pengguna sepeda. Bicycle stand ini memiliki
panjang 5620 mm dengan jeda 550 mm dan berjarak 460 mm dari kanstin. Bicycle
stand ini hanya dapat menampung sepeda sekitar 30 sepeda. Desain bicycle stand
78
ini merupakan desain yang menarik dengan adaptasi pola lengkungan. Hal ini
mendukung desain tapak Menteng Park yang menggunakan garis organik dalam
desainnya. Material yang digunakan adalah Circular Hollow Steel (CHS)
berdiameter 50 mm dan juga finishing berupa powder coating merah (Mowilex
Geranium 470). Pondasi untuk elemen taman ini menggunakan concrete fondation
untuk bagian paling bawah, penambahan anchor berdiameter 6 mm, dan juga
mortar. Pada Lampiran 21 merupakan detail konstruksi untuk bicycle stand.
14. Lampu Taman
Lampu yang digunakan pada Menteng Park ini adalah lampu taman
dengan ketinggian 3800 mm. Penggunaan lampu dalam taman tidak hanya
dijadikan sebagai penerang. Sistem pencahayaan yang dirancang dengan baik
dapat menunjukkan kesan dramatis dan menimbulkan kontras ditengah redupnya
malam. Lampu taman ini menggunakan reflektor sehingga pancaran cahaya dari
lampu tersebut dapat menerangi area sekitar lampu tersebut. Tiang lampu ini
menggunakan CHS berdiameter 3 inchi finishing powder coating black matte
sedangkan bagian bawah tiang terdapat CHS diameter 5 inchi. Pada Lampiran 22
terdapat gambar lampu taman.
5.3.7. Bill of Quantity (BoQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Bill of Quantity (BoQ) merupakan perhitungan untuk menentukan jumlah
volume item pekerjaan yang dilakukan. Tabel BoQ biasanya terdiri dari item
pekerjaan, spesifikasi, serta volume. Kolom item pekerjaan berisi mengenai jenisjenis pekerjaan yang dilakukan, diantaranya pekerjaan persiapan, pekerjaan
penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pekerjaan hardscape. Kolom spesifikasi
berisi mengenai hal yang berkaitan dengan softscape, yaitu diameter batang dan
tinggi batang. Sedangkan kolom volume berisi mengenai hal yang berhubungan
dengan semua pekerjaan, seperti luas, jumlah/m2, satuan, dan juga total. BoQ
pada perancangan lanskap Menteng Park terbagi kedalam beberapa jenis menurut
fasilitas yang akan dibuat pada tapak. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
merupakan lanjutan dari BOQ, dimana pada RAB ditambahkan kolom harga.
RAB pada perancangan pada Menteng Park terbagi menjadi beberapa bagian,
79
antara lain RAB pada jenis pohon, RAB pada tanaman semak, serta RAB untuk
hal hardscape.
5.4. Pembahasan
Dalam proses magang ini mahasiswa melihat dan menganalisis dalam
beberapa pendukung perusahaan. Faktor pendukung ini terkait dengan manajemen
proyek yang didalamnya dipengaruhi oleh pembagian kerja, sistem kerja,
komunikasi, dan cara penanganan klien, serta prosedur pelaksanaan proyek yang
didapat dari kegiatan mengikuti magang. Selain itu, dilakukan analisis Menteng
Park dari segi peranan taman kota, desain, softscape, fasilitas, serta tahapan
perancangan.
5.4.1. Manajemen Proyek
Pada perusahaan tidak terlepas dari adanya pengaturan yang berhubungan
dengan sumberdaya manusia ataupun pengaturan dalam proses kerja penanganan
dalam pelaksanaan proyek. Menurut Cleland dan Ireland (2002), proyek
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dengan durasi tertentu,
kompleksitas tertentu yang harus diakhiri dengan suatu accomplishment.
Manajemen proyek yang baik tidak terlepas dari cara dalam mengatur
quantity (kompleksitas), cost, dan delivery (waktu). Durasi berhubungan dengan
waktu yang telah ditentukan ataupun dicapai dalam masa tertentu, komplesitas
berkenaan dengan ketentuan produk yang diberikan oleh OZ kepada klien
sedangkan cost diatur secara langsung oleh direktur dengan bagian adminstrasi
dan keuangan.
Kompleksitas (quantity) dan durasi dilihat dari proyek yang didapatkan
OZ memiliki standar pekerjaan, standar penyelesaian dan standar waktu. Standar
pekerjaan dari proyek yang dihasilkan adalah konsep dan produk OZ yang dapat
memenuhi ketentuan pemerintah dan mengakomodasi keinginan dari klien. Hal
ini dapat terlihat ketika mengikuti diskusi dengan klien, OZ memberikan
konsultasi mengenai desain dan perijinan penggunaan site furniture berdasarkan
ketentuan pemerintah. Konsultasi ini dilakukan oleh direktur ataupun project
manager dalam kurun waktu tertentu.
80
Quantity dari OZ dapat dilihat dari produk yang dihasilkan memiliki
standar dan kelengkapan gambar tertentu untuk presentasi kepada klien
merupakan standar penyelesaian yang diterapkan OZ. Standar gambar untuk
proyek Menteng Park adalah memiliki visual yang lengkap pada tapak dan 3D
ilustrative yang dapat menunjang pengertian klien pada desain tersebut. Visual ini
diwujudkan dalam bentukan desain yang sudah jelas dan nyata dari awal
pengajuan desain disertai dengan gambar ilustrasi aktivitas dan juga gambar detil
berupa konstruksi bentukannya. Salah satu keunggulan dari OZ ini adalah gambar
detil dengan perhitungan yang baik seperti tujuan yang ingin dicapai OZ yaitu
‘create market’.
Delivery (durasi waktu) ini berhubungan dengan kecepatan pekerjaan dan
sistem kerja. Kecepatan pekerjaan OZ dipengaruhi urutan pekerjaan ataupun order
pekerjaan. Urutan pekerjaan ini diketahui dengan adanya prioritas berdasarkan
tenggat waktu penyerahan progress sehingga hasil tersebut dapat disampaikan
tepat waktu. Order pekerjaan ini dikerjakan menurut klien yang menawarkan
proyek terlebih dahulu disertai dengan ketentuan waktu. Order pekerjaan ini juga
didasarkan atas besarnya nilai proyek yang diperoleh. OZ mendahulukan order
proyek dengan nilai proyek yang besar karena berkenaan dengan reputasi OZ,
resiko ataupun denda yang akan didapatkan apabila tidak memenuhi persyaratan
yang telah disepakati.
Kecepatan pekerjaan didukung dengan adanya sistem kerja yang
dilakukan. Sistem kerja yang dilakukan adalah work team. Pada setiap proyek
terdapat project manager untuk mengatur jalannya tim tersebut. Sistem kerja
ataupun pembagian tugas diatur langsung oleh direktur. Work team yang
dilakukan dalam suatu proyek dapat berjalan efektif dalam bertukar pikiran
mengenai ide desain ataupun standar desain yang digunakan. Mahasiswa magang
melakukan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan arahan dari project manager
setelah menerima tugas yang diberikan direktur. Pada beberapa kasus proyek,
sistem kerja pada perusahaan ini dapat berubah dengan mengikutsertakan seluruh
staf dalam suatu proyek untuk mencapai produk yang dihasilkan tepat waktu. OZ
mencapai target proyek sesuai dengan persetujuan dengan klien. Berdasarkan
81
pencapaian kewajiban yang harus dilakukan secara profesional ini pihak OZ
terhindar dari terjadinya wanprestasi.
Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau
kesalahannya, tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam
perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa. Menurut Subekti (1985) terdapat
bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu :
1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
dijanjikannya.
3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut OZ melakukan berbagai upaya dimulai dari prioritas
proyek yang dikerjakan, cara kerja, maupun pengaturan waktu pemberian
progress dari seluruh proyek yang dikerjakan untuk menghindarkan dari adanya
wanprestasi.
Kinerja dari konsultan ini tidak terlepas dari adanya tenaga kerja
didalamnya, OZ saat ini tidak hanya arsitek lanskap yang bekerja namun terdapat
satu arsitek yang dapat menangani pekerjaan yang berhubungan dengan
hardscape. Hal ini memberikan scope pekerjaan lebih luas dalam suatu proyek
yang di lakukan dan juga memberikan produk yang lebih baik.
Struktur organisasi dalam OZ dapat berfungsi dalam mengatur kerja untuk
tenaga kerja (staf) yang ada. Masing-masing jabatan ini terdapat peranan yang
dapat memudahkan dalam pengerjaan suatu proyek. Direktur OZ dalam suatu
proyek berperan sebagai konseptor dan arsitektur lanskap maupun arsitek
berperan sebagai project manager pada setiap proyek yang berbeda. Peranan
dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 38. Garis putus-putus pada
Gambar 38 menjelaskan mengenai peranan ataupun tugas yang ada pada setiap
posisi atau jabatan pada struktur organisasi Oemardi_Zain dalam melaksanakan
manajemen proyek.
Struktur organisasi yang ada di OZ memiliki beberapa kelebihan maupun
kekurangan. Kelebihan yang diperoleh yaitu adanya pembagian yang terstruktur
dari masing-masing staf berdasarkan pengalaman dan latar belakang ilmu yang
82
diperoleh. Struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan dapat memudahkan
kinerja terkait penyelesaian proyek yang akan maupun sedang dikerjakan.
Kekurangan terdapat pada cara kerja work team yang akan lebih efektif apabila
dalam anggota tim yang dipimpin oleh satu project manager tidak menangani
proyek lainnya. Pemilihan beberapa project manager yang tetap perlu dilakukan
berdasarkan pengalaman dalam penangan proyek diperlukan dalam pengerjaan
penyelesaian gambar, sehingga akhirnya project manager tidak menangani sendiri
proses dari awal hingga akhir.
.
Bag.
Administrasi dan
keuangan
Direktur/Owner
Konseptor
Arsitek dan Arsitek
Lanskap
Project Manager
Drafter
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 38. Struktur Organisasi dan Peranan dalam Oemardi_Zain.
Seorang project manager yang baik harus memiliki kompetensi yang
mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap
(attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek akan dinyatakan berhasil apabila
proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang
telah direncanakan. Manajer proyek merupakan individu yang paling menentukan
keberhasilan atau kegagalan proyek. Manajer proyek adalah orang yang
memegang peranan penting dalam mengintegrasikan, mengkoordinasikan semua
sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas keberhasilan
dalam pencapaian sasaran proyek (www.manajemen proyek.com).
Project manager ini merupakan seorang profesional dalam melaksanakan
suatu proyek. Project manager memiliki tanggung jawab untuk melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan penutupan sebuah proyek yang biasanya berkaitan
dengan bidang industri kontruksi, arsitektur, telekomunikasi dan informasi
teknologi. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek harus diatur
83
dengan baik oleh manajer proyek yang berkualitas serta memiliki kompetensi
yang disyaratkan. Pada Gambar 39 merupakan alur komunikasi dalam proyek
yang terdapat pada OZ dalam pelaksanaaan suatu proyek.
Klien
Direktur
Project Manager
Tim Proyek
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 39. Alur Komunikasi dalam Proyek pada Oemardi_Zain.
Dalam pelaksanaan proyek, koordinasi dilakukan klien secara langsung
dengan direktur. Hal mengenai kebutuhan proyek kemudian diterjemahkan kepada
project manager untuk pengerjaan gambar kerja. Progress proyek Menteng Park
ini, klien dapat meminta dari project manager secara langsung (ditunjukan dalam
garis putus-putus pada Gambar 39). OZ selalu mengedepankan keinginan serta
persepsi dari klien. OZ melihat kepentingan klien berdasarkan golongan dari
klien, sehingga dapat melakukan pelayanan yang baik dan tepat sasaran. Dalam
proyek Menteng Park pihak OZ menghadapi dua jenis golongan klien. Klien yang
secara langsung mengadakan kontrak dengan OZ yaitu PT Jaya real Property Tbk
(owner) maupun klien dalam hal implementasi proyek yaitu kontraktor yang
dipilih oleh owner. Klien ini memiliki persepsi serta cara pandang mengenai
kondisi tapak yang berbeda. Pada proyek lanskap Menteng Park, PT. Jaya Real
Property merupakan klien yang memberikan proyek tersebut. PT. Jaya Real
Property adalah sebuah pengembang untuk kawasan Bintaro Jaya.
Pihak OZ selalu melakukan koordinasi dan melakukan komunikasi rutin
setiap minggu atau bulan. Setiap hal yang menyangkut proyek klien, akan
langsung dibicarakan, baik itu melalui telepon atau melalui pertemuan yang
disepakati keduanya. Meeting dilakukan dengan cara mengunjungi pihak klien
tersebut. Dalam meeting ini, produk yang diberikan kepada klien merupakan hasil
84
tampilan serta perhitungan yang baik, sehingga pihak klien dapat memahami.
Dalam pelaksanaan kontrak kerja yang dilakukan pada suatu proyek.
Keunggulan OZ selain hasil proyek yang baik yaitu memberikan
penawaran harga yang terbaik (mendekati harga yang dimiliki oleh klien) melalui
beberapa perhitungan berdasarkan luasan ataupun secara besaran dan konsep yang
diberikan dapat diterima oleh klien.
5.4.2. Proses Perancangan Lanskap Menteng Park
Proses adalah urutan langkah-langkah dalam bentuk keputusan yang
mengakibatkan pemenuhan tujuan. Tahap proses desain pada Booth (1989) ini
memliki tahapan dimulai dari penerimaan proyek (project acceptance), riset dan
analisis (research and analysis), desain (design), gambar konstruksi (construction
drawings), pelaksanaan (implementation), evaluasi setelah konstruksi (postconstruction evaluation), dan pemeliharaan (maintenance).
Pada OZ, dilihat dari Gambar 40 alur proses dalam perencanaan dan
perancangan ini pada umumnya sama dengan alur proses menurut Booth.
Perbedaan pada beberapa tahapan ini hanya dalam istilah untuk proses yang
dilakukan. Proses berdasarkan tahapan desain ini juga ada perbedaan dalam
pemisahan tahapan untuk melakukan pekerjaan. Apabila dilihat dari tahapan serta
istilah yang digunakan oleh OZ maka didapatkan tahapan Booth yang bisa
menjadi dasar perbandingan dari tahapan perancangan yang digunakan OZ. Pada
tahapan proses perancangan yang dimiliki OZ ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Booth (1983).
Persamaan terdapat pada tahap perisiapan dan perbedaan terdapat pada
pengerjaan proses riset analisis serta tahap desain. Proses desain pada setiap
proyek memiliki perbedaan sesuai dengan keputusan dari desainer yang
dipengaruhi faktor luar (lingkungan dan klien). Keberhasilan dari proses riset dan
analisis ini didukung dari adanya faktor internal dari desainer yaitu pengamatan,
pengetahuan serta pengalaman dalam penanganan desain dalam proyek sehingga
dapat membuat keputusan yang baik. Kelengkapan dari faktor internal ini
mendukung knerja untuk mengolah data pada tapak. Apabila terdapat kekurangan
dalam kelengkapan seorang desainer maka menyebabkan desain tidak sempurna.
85
Selanjutnya dibahas mengenai proses perancangan pada OZ mengacu kepada
tahapan Booth (1983) untuk mengetahui proses desain yang dilakukan.
Project Acceptance
Persiapan
Research and Analysis
Inventarisasi dan Analisis
Design
Tahap Konsep
Design Development
Construction Drawings
Detil
Konstruksi
Post-Construction
evaluation
Implementation
Pelaksanaan & Pemeliharaan
Maintenance
(A)
(B)
Gambar 40. Perbandingan Tahap Proses Perancangan ( A) Booth (1989) dan
(B) Oemardi_Zain (2011).
5.4.2.1. Tahap Persiapan
Pada OZ ini sama dengan yang dikemukakan oleh Booth (1989) yaitu
tahap awal yang dilakukan sebelum masuk kedalam proses dalam pengerjaan
proyek tersebut. Pada Booth (1989) tahap persiapan dikenal dengan project
acceptance. Pihak OZ melakukan kesepakatan terlebih dahulu dengan pihak klien
atau owner mengenai proyek yang akan dijalankan. Berdasarkan rujukan dari teori
86
Booth tersebut maka OZ melakukan tahap penerimaan proyek (project
acceptance). Dalam Simonds (1983) termasuk kedalam tahap commision adalah
tahap dimana klien menyatakan keinginan atau kebutuhannya serta membuat
definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja.
Pihak OZ dan PT. Jaya Real Property Tbk melakukan diskusi dalam item
pekerjaan yang dilkukan dan juga konsep awal yang menjadi dasar pemikiran
untuk melakukan proses perancangan selanjutnya. Tahap persiapan ini mahasiswa
tidak mengikuti saat proses pengerjaan proposal desain kepada pihak PT. Jaya
Real Property. Tahap persiapan diketahui dengan melakukan wawancara dengan
direktur mengenai hal yang berhubungan dengan proposal dan Surat Perintah
Kerja (SPK). Setelah turun SPK, OZ kemudian melanjutkan proposal mengenai
gambaran konsep kedalam tapak Menteng Park.
Konsep dasar Menteng Park yang dirumuskan oleh OZ terdiri dari rekreasi,
edukasi, konservasi dan landmark ini dilakukan perbandingan berdasarkan tujuan
dari pengembangan Bintaro Jaya dan juga peranan taman kota, sehingga
didapatkan saling keterkaitan satu sama lainnya.
Health Care
Rekreasi
Earth Care
Konservasi
Edukasi
Energy Care
(a)
(b)
Gambar 41 . Perbandingan Pencapaian Konsep (a) Pengembangan
kawasan Bintaro Jaya dan (b) Oemardi_Zain (2011).
Kesinambungan antara konsep didapatkan dari adanya konsep rekreasi dari
OZ yang mendukung adanya ‘Health Care’ serta konsep konservasi dan edukasi
ini dapat mewujudkan tujuan dari konsep ‘Earth care’ dalam mengembangkan
87
kawasan Bintaro Jaya. ‘Energy care’ ini diterapkan pada desain yang dibuat oleh
OZ belum diterapkan pada Menteng Park.
Fitur ‘Health Care’ ini didapat dari adanya aktivitas rekeasi yang
disediakan dalam Menteng Park bagi masyarakat Bintaro Jaya. Rekreasi ini
berupa penyediaan sarana olahraga dan ketersediaan ruang hijau untuk
mendukung aktivitas didalamnya.
Fitur ‘Earth Care’ yang ingin dicapai dalam mengembangkan kawasan
Bintaro Jaya, didukung dengan adanya Taman Kota Bintaro Jaya (Menteng Park).
Menteng Park memiliki arboretum dengan luas sekitar 590 m2. Hampir seluruh
tapak ditutupi oleh vegetasi pohon, hal ini untuk membentuk suatu konservasi
dalam tapak dengan menjadi suatu area resapan air dalam skala yang kecil.
Konservasi ini bertujuan untuk melindungi badan air yang terdapat pada tapak.
Penyediaan arboretum ini, dengan berbagai jenis vegetasi dapat mengundang
habitat satwa liar yaitu burung. Atraksi burung dapat menarik perhatian bagi
pengguna taman, sehingga terdapat pemahaman secara tidak langsung untuk
peduli dengan lingkungan.
Konsep edukasi ini dukung dengan adanya pembelajaran mengenai jenis
tanaman yang terdapat pada Menteng Park. Konsep landmark pada Menteng Park
ini merupakan ide dari OZ untuk menampilkan suatu karakter pada tapak. Hal ini
secara khusus menjadikan suatu identitas bagi Menteng Park. Fitur ‘Energy Care’
ini belum dapat didukung dari secara nyata dari konsep Menteng Park. Fitur ini
bertujuan dalam penghematan listrik pada wilayah Bintaro Jaya. Pada Menteng
Park belum adanya penggunaan elemen taman seperti lampu taman yang
menggunakan solar panel.
Menteng Park ini merupakan proyek yang diajukan oleh PT. Jaya Real
Property Tbk kepada OZ. Pihak pengembang menginginkan adanya pembuatan
Taman Kota Bintaro Jaya (diresmikan dengan nama Menteng Park) direncanakan
sebagai taman kota sehingga dalam proses perancangan ini diperlukan peninjauan
mengenai peranan taman kota.
Berdasarkan pemaparan untuk peranan taman kota terhadap ekologis kota
ini maka perancangan ini memiliki konsep dasar yang dapat memenuhi beberapa
88
peranan Menteng Park sebagai taman kota bagi kawasan Bintaro Jaya. Konsep
dasar pada Menteng Park ini mengacu kepada tujuan yang ingin tercapai.
Peranan Taman Kota
Abdillah (2005)
Pengaturan klimatologis
Pengaturan Hidrologis
Pencegah Erosi
Penyeimbang Alam
Perlindungan
Keindahan
Kejiwaan
Sosial
Sarana Kesehatan
Konsep Menteng Park
Oemardi_Zain (2011)
Konsep Konservasi
Design Key Drive
Konsep Rekreasi
Design Key Drive
Gambar 42. Pencapaian Peranan Taman Kota dalam Konsep Menteng Park
Konsep dasar konservasi ini merupakan pencapaian tujuan dari pengaturan
iklim (klimatologis), pengaturan persediaan air tanah (hidrologis), pencegah erosi
(orologis), dan penyeimbang alam (edhapis). Dalam penerapan desain dalam
Menteng Park ini diwujudkan dalam adanya pemilihan vegetasi pohon pada area
arboretum yang baik dalam penyerapan air, penggunaan material hardscape, serta
daerah pinggiran sungai ditunjang dengan penyediaan hijauan. Konsep dengan
adanya hijauan ini juga dapat mewujudkan suatu perlindungan (protektif) dari
polusi yang terjadi di perkotaan bagi pengguna taman dan juga secara tidak
langsung menjadi sarana kesehatan bagi masyarakat perkotaan.
Konsep dasar rekreasi diwujudkan dalam bentuk area promenade,terrace,
dan CPG. Rekreasi yang dapat dilakukan pada Menteng Park ini terdapat aktif
dan pasif. Kegiatan pasif yaitu melakukan kegiatan dengan menikmati taman
dengan keindahan lingkungan taman dengan adanya desain taman yang natural
serta menarik, sedangkan kegiatan aktif adalah area yang dapat digunakan untuk
sarana berolahraga maupun interaksi sosial dan bermain anak.
Tujuan taman kota dengan konsep rekreasi OZ dalam Menteng Park ini
yang tercapai adalah sosial dan kejiwaan (psikis). Dalam peranan taman kota
sebagai penunjang ekonomi (Abdillah, 2005) ini tidak diaplikasikan dalam tapak
89
dengan pertimbangan latar belakang masyarakat Bintaro yang memiliki kondisii
ekonomi menengah keatas dan hanya membutuhkan sarana untuk rekreasi.
Namun, peranan secara ekonomi ini dapat terwujud apabila dalam Menteng Park
ini melakukan penghematan listrik dengan penggunaan solar panel pada setiap
elemen taman yang membutuhkan energi listrik, hal ini juga mendukung konsep
Bintaro Jaya yaitu fitur energy care.
Konsep edukasi didapatkan dari adanya interaksi dengan alam. Berbagai
vegetasi yang terdapat pada taman ini merupakan sarana dalam mendukung
edukasi. Edukasi ini didapat dari adanya penciptaan lingkungan hidup secara
sinergis di dalam tapak dengan perancangan yang baik.
Menteng Park untuk menjadi suatu taman kota yang baik harus memenuhi
syarat taman kota. Menurut Arifin et al (2008), taman kota adalah taman umum
dalam skala kota yang peruntukannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga,
dan sosialisasi masyarakat kota yang bersangkutan. Fasilitas disediakan pada
taman disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung lainnya, meliputi :
fasilitas rekreasi, fasilitas olahraga, fasilitas sosialisasi, fasilitas penunjang. Dari
segi fasilitas, Menteng Park ini sudah memenuhi syarat sebagai taman kota seperti
yang dikemukakan oleh Arifin et al (2008). Fasilitas rekreasi dalam Menteng
Park berupa CPG, terrace dan promenade untuk ruang bersantai dan adanya
entertainment stage untuk mengakomodasi kegiatan tertentu.
Fasilitas olahraga pada Menteng Park tidak disediakan secara lengkap
hanya berupa jogging track, refleksi, wall climbing, dan penyediaan lapangan
terbuka. Pembatasan fasilitas olahraga ini berdasarkan kondisi tapak yang tidak
terlalu luas apabila dijadikan taman kota (1,5 hektar) namun cukup dalam
mewadahi aktivitas masyarakat Bintaro Jaya. Fasilitas sosialisasi dipenuhi oleh
Menteng Park dengan adanya lapangan terbuka, promenade cafe, maupun
promenade (plaza).
Fasilitas pendukung berupa akses jalan untuk kendaraan bermotor,
entrance, penyediaan tempat parkir bagi kendaraan bermotor dan sepeda dan
lainnya sudah terdapat dalam Menteng Park. Fasilitas toilet yang disediakan
dalam Menteng Park ini terbatas hanya terdapat dalam commercial area (gedung).
Keberadaan toilet dalam Menteng Park ini seharusnya menjadi pertimbangan
90
dalam melakukan pemilihan dan peletakan fasilitas berdasarkan kebutuhan
pengguna taman. Menteng Park perlu penambahan unit toilet pada desain dengan
titik penempatan berada dekat dengan area yang memiliki aktivitas yang cukup
tinggi yaitu area rekreasi (open lawn dan entertainment stage).
Apabila ditinjau dari segi luasan, Menteng Park belum memenuhi kriteria
taman kota yang ideal. Menteng Park hanya memiliki luas sekitar 1.5 Ha, luasan
tersebut masuk kedalam kategori taman lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh
Arifin et al (2008) luas taman lingkungan adalah 1-3 hektar, sedangkan taman
kota memiliki luasan sekitar 10 hektar.
Menteng Park ini ditinjau dari letak tapak yang dikelilingi oleh perumahan
dan berdasarkan luasan tapak merupakan taman lingkungan dengan skala cakupan
pengguna yaitu warga kecamatan atau kelurahan stempat. Akan tetapi, pihak PT.
Jaya Real Property ini ingin menjadikan Menteng Park sebagai taman kota untuk
wilayah Bintaro Jaya. Taman ini terbuka untuk umum tanpa adanya pungutan
bayaran untuk memasuki Menteng Park. Menteng Park tidak hanya diperuntukan
untuk masyarakat kawasan Bintaro Jaya, namun dapat digunakan untuk Kota
Bintaro secara luas.
5.4.2.2. Riset dan Analisis
Pada tahap riset dan analisis ini, OZ tidak melalui tahapan berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Booth (1989). Tahap inventarisasi dan analisis ini
dalam proses perancangan seharusnya terdapat beberapa data fisik, data biofisik,
dan data sosial yang seharusnya mengalami kajian secara lengkap.
Menurut Booth (1989) tahap riset dan analisis ini adalah tahap dimana
untuk menyiapkan base plan pada tapak. Base plan ini adalah data baik spasial
maupun tidak mengenai kondisi dan stuktur fisik pada tapak. Pada OZ, data yang
sudah menjadi acuan untuk proses perancangan hanya berupa bentuk tapak dalam
bentuk CAD, foto kondisi eksisting, serta peta kontur. Hal ini juga diungkapkan
oleh Dahl dan Molnar (2003) pada tahap ini desainer harus mengumpulkan
informasi tentang aspek gagasan awal. Akan tetapi, pertimbangan yang perlu
dingat bahwa daftar informasi yang diperoleh tidak semuanya diperlukan.
91
Data yang berpengaruh dalam desain ini kemudian menjadi acuan dalam
melakukan proses analisis secara cepat (quick analysis). Data yang terdapat pada
OZ ini tidak dilengkapi oleh data iklim, arah angin pada tapak, hidrologi, maupun
sosial sebagai acuan dalam desain Menteng Park. Hasil dari analisis pada setiap
komponen yang ada pada tapak ini akan menunjang untuk mengukur keberhasilan
dalam pencapaian tujuan pembuatan Menteng Park ini.
Data yang diperlukan dalam menentukan fasilitas untuk aktivitas dalam
tapak ini adalah adanya data sosial. Data sosial dalam proses perancangan taman
kota yang ideal diperlukan untuk mencapai pemenuhan persepsi serta kebutuhan
masyarakat. Laurie (1984) menyatakan bahwa perancangan dan perencanaan
harus tanggap terhadap konteks sosial dan cara yang didapatkan untuk
memberikan suatu lingkungan nyaman adalah belajar dari pengamatan dari
pengamatan dan konsultasi langsung dengan para anggota masyarakat suatu
kelompok tertentu pada masyarakat yang ditentukan oleh faktor seperti usia dan
sosio-ekonomi. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka desain yang diterapkan
dapat mengakomodasi kebutuhan, memenuhi persepsi dan keinginan dari
masyarakat. Akan tetapi, data sosial dari pihak masyarakat Bintaro Jaya ini tidak
dimiliki oleh pihak OZ karena terkait dengan pihak PT. Jaya Real Property Tbk
yang menjadi owner dalam proyek Menteng Park. Persepsi dan keinginan yang
diwujudkan dalam Menteng Park ini berdasarkan sudut pandang owner untuk
memiliki taman kota yang dapat memfasilitasi aktivitas masyarakat Bintaro Jaya
dan dapat menciptakan lingkungan yang baik.
Dalam pengerjaan riset dan analisis, OZ melakukan dengan teknik analisis
secara cepat (quick analysis). Riset maupun analisis yang dilakukan hanya
berdasarkan permasalahan yang dapat terlihat langsung pada tapak seperti letak
dan bentuk tapak, polusi, bising, serta kenyamanan dan keselamatan pengguna.
Pengumpulan data dalam bentuk foto keadaan eksisting dari berbagai sudut
pandang ini dapat berguna untuk mengingat kembali kondisi pada tapak tersebut.
Riset dan analisis yang harus dilakukan tidak hanya berdasarkan dari segi
visual dalam tapak, namun memerlukan peninjauan lebih lanjut dari data fisik dan
biofisik pada tapak. Kekuatan hubungan antara lingkungan dibangun dan
92
lingkungan hidup alami tergantung pada pendekatan perancang dan tidak dapat
dipisahkan dari kondisi lokasi (Reid, 1996).
OZ melakukan pertimbangan dalam menentukan desain Menteng Park
dalam hal memprioritaskan kenyamanan dan keamanan pengguna serta menjaga
lingkungan yang ada agar selaras dengan desain yang ada. OZ dalam
pertimbangan keselamatan pengguna tapak, berusaha menciptakan desain yang
aman bagi pengguna, sedangkan dalam pertimbangan terhadap peningkatan
kualitas lingkungan dilakukan dengan mendesain tapak dengan vegetasi yang
mampu menjaga serta meningkatkan kualitas lingkungan dan juga desain dengan
minimal penggunaan perkerasan sehingga dapat menyerap air. Hal ini akan
didapatkan lebih fungsional apabila OZ melakukan pengukuran berdasarkan
kontur yang ada pada tapak. Pengukuran ini berfungsi untuk mengetahui titik
permasalahan pada tapak dan juga desain memiliki ukuran yang baik.
Tidak adanya hasil dari riset dan analisis ini dalam bentuk spasial
merupakan hasil dari kesepakatan dalam pelaporan hasil antara pihak klien dan
OZ. Pihak OZ bertanggung jawab mulai dari tahap desain yang berawal dari
konsep, pengembangan desain, dan gambar kerja. Teknik quick analysis yang
diadaptasi oleh OZ dan konsultan lainnya adalah salah satu cara untuk mencapai
progres proyek yang harus dilaporkan dalam tenggat waktu tertentu. Teknik ini
dapat mengurangi waktu yang dihabiskan dalam pelaksanaan pengkajian data-data
terkait dengan tapak tersebut, sehingga dapat secara cepat masuk kedalam tahap
desain.
Kelemahan dalam proses riset dan analisis yang dilakukan OZ adalah tidak
adanya dokumen yang tersimpan baik berupa data deskriptif maupun data spasial
pada tapak seperti yang dikemukakan oleh Reid (1996), grafis yang dihasilkan
pada tiap tahapan proses perancangan berfungsi untuk mencatat, mengeluarkan,
dan menyampaikan ide-ide atau informasi. Sehingga, sebaiknya setiap tahapan
proses perancangan yang dikerjakan terdapat spasial ataupun pengerjaan
menggunakan komputer dan disimpan untuk dokumen pengerjaan. Hal mengenai
riset dan analisis ini penting untuk dilakukan sebelum adanya proses pembentukan
dari konsep karena dapat mengetahui keadaaan sebelumnya dari tapak secara
lebih jelas. Tujuan dari riset dan analisis adalah untuk desainer untuk menjadi
93
familiar dengan tapak, dalam rangka untuk mengevaluasi dan menentukan
karakter tapak, masalah dan potensi (Booth, 1983).
Dasar pemikiran yang kuat dalam merancang suatu tapak akan mengurangi
revisi gambar pada tahap atau proses desain selanjutnya. OZ mengalami revisi
gambar hingga beberapa kali, hal ini dikarenakan bukan hanya dari pertimbangan
permintaan dari pihak klien untuk desain Menteng Park namun tahap riset analisis
yang tidak dilakukan secara terperinci yang terdiri dari aspek fisik, biofisik dan
sosial. Hasil analisis yang tidak terperinci ini berdasarkan budget yang
dikeluarkan dari pihak klien untuk proses desain Menteng Park. Apabila semakin
lama rentang waktu dan semakin besar dana yang diberikan oleh pihak klien maka
hasil analisis akan lebih spesifik.
Proses dalam perancangan dapat mengalami percepatan, namun prinsipnya
tetap sama untuk mewujudkan proyek tersebut pada tapak secara efektif. Tujuan
harus dipahami serta mengetahui bagaimana sifat fisik tapak dan sekitarnya.
(Simonds dan Starke, 2006).
5.4.2.3. Design (Desain)
Oemardi_Zain
Booth (1978)
Ideal Functional Diagram
Konsep Dasar (Zona)
Pengembangan konsep
Konsep Desain
Site Related
Concept Plan
Form Composition Study
Preliminary Master Plan
Design Development
Schematic Plan
Master Plan
Design Development
Gambar 43. Perbandingan Tahapan Proses Desain.
Tahap desain merupakan tahap dimana desainer merencanakan lingkungan
dengan
memaksimumkan
potensi
untuk
mencapai
tujuan
serta
dapat
mengintegrasikan karyanya secara harmonis dengan alam (Simonds dan Starke,
2006). Pada tahapan Booth terdapat perbedaan dari OZ. Pada tahap desain ini
94
Booth (1983) mengemukakan beberapa hal item yang dikerjakan yaitu diagram
fungsi, diagram hubungan tapak, concept plan, studi bentuk perancangan,
preliminary design, schematic plan, master plan, design development. Pada OZ
tidak dikenal dengan adanya tahapan schematic plan, namun hal tersebut sudah
mencangkup dalam proses perancangan yang dikerjakan. Perbedaan juga terdapat
pada tahap pengembangan desain pada OZ yang mencakup preliminary master
plan, schematic plan, master plan dan design development. Pengembangan desain
yang dikemukakan
oleh
Booth
pada
proses
perancangan
OZ
adalah
pengembangan untuk hardscape (denah dimensi dan material) dan softscape
(denah penanaman tanaman).
Booth (1983) lebih lanjut mengemukakan bahwa banyak tahap dari
perancangan yang saling tumpang tindih dan saling membaur sehingga
susunannya menjadi tidak jelas dan nyata. Beberapa dari tahapan tersebut bisa
pararel satu dengan yang lainnya dalam hal waktu dan muncul serentak. Pada
dasarnya OZ melakukan tahapan yang sama namun pemisahan pada beberapa
tahap tidak terlalu jelas. Berikut ini adalah hasil analisis yang ditinjau dari tahapan
OZ berdasarkan tahapan perancangan pada Booth.
1.
Diagram fungsi, Diagram Keterkaitan Ruang dan Rencana Konsep.
Tahap diagram fungsi, diagram keterkaitan ruang dan rencana konsep ini
merupakan tahap yang penting dilakukan untuk proses dalam membentuk
kesesuaian pada tapak baik dari segi desain, penempatan dan letak ruang. Pada
dasarnya OZ melakukan tahap ini, namun perbedaan terdapat dalam hasil grafis
serta istilah yang digunakan. Pada OZ tahap diagram fungsi, diagram keterkaitan
ruang dan rencana konsep masuk kedalam tahap pengembangan konsep.
Booth (1983) menyatakan bahwa tujuan dari diagram fungsi ideal adalah
mengidentifikasi hubungan terbaik dan paling sesuai pada fungsi dan ruang yang
diajukan dalam desain. OZ melakukan diskusi dengan klien untuk menentukan
zona awal untuk fungsi dalam tapak. Hal yang dirumuskan adalah area masuk,
area transisi dan area inti untuk kegiatan dalam tapak. Selain itu, terdapat
beberapa pertimbangan akses antar ruang, border pada kelliling tapak, dan
penempatan fasilitas dalam area tersebut.
95
Tahap pembuatan diagram fungsi ini tidak digambarkan secara langsung
oleh pihak OZ namun diinterpretasikan kedalam tahap pengembangan zona tapak
dengan layout desain yang akan diterapkan. Tahap diagram fungsi ini seharusnya
hanya berupa suatu pola-pola diagram belum masuk kedalam tapak seperti yang
dikemukakan oleh Booth (1983) bahwa tidak ada realisme bergambar dalam
solusi pada tahap desain awal. Pihak OZ menyatukan diagram fungsi ini pada
tapak yang sudah terbentuk pola desainnya. Dapat dilihat pada Gambar 27
pembagian zona ini, pihak OZ melakukan zona pada gambar yang sudah terdapat
bentukkan pola desainnya.
Diagram fungsi, diagram keterhubungan tapak, dan rencana konsep pada
Booth dalam OZ dijadikan menjadi satu tahapan dalam perumusan konsep dasar
kedalam zonasi tapak. Pertimbangan OZ, untuk memberikan zonasi pada tapak
yang sudah terdapat desain ini adalah untuk memudahkan penyampaian maksud
kepada klien sehingga diperlukan visualisasi secara jelas dan menarik tidak hanya
dalam bentuk diagram pada tapak. Diagram fungsi merupakan acuan untuk desain
yang akan dilkukan.
Dampak dari diagram fungsi yang tidak dilakukan terlebih dahulu sebelum
proses desain adalah fungsi ruang dan kebutuhan ruang tidak akan terakomodasi
dengan baik, sehingga sebaiknya OZ menetapkan diagram tersebut dalam bentuk
suatu zonasi awal tidak menyatu dengan proses desain. Zonasi awal ini
merupakan acuan dalam menentukan jarak, luasan, keterkaitan antar ruang,
sehingga fasilitas dan aktivitas dalam tapak sudah dalam penempatan yang baik.
Menurut Simonds dan Starke (2006), pengorganisasian ruang yang baik akan
menghasilkan
hubungan
yang
saling
mengisi,
harmonis
dan
tercipta
keseimbangan. Hubungan fungsional ini akan menggambarkan kedekatan zona
satu sama lainnya. Pertimbangan kedekatan letak antar zona mempengaruhi jalur
sirkulasi penghubung, sehingga hal ini perlu pertimbangan yang baik sebelum
melakukan bentukan desain pada tapak.
Rencana konsep merupakan keberlanjutan dari tahap sebelumnya. Dalam
tahap ini dapat terdapat perbedaan hasil grafis dibandingkan dengan diagram
fungsi. Bentukan desain sudah menyesuaikan dengan tapak dengan pembagian
dan luasan ruang yang jelas serta penghubung antar ruang tersebut. Rencana
96
konsep mengambil area secara umum dengan diagram keterhubungan tapak dan
membaginya kedalam area yang lebih spesifik (Booth, 1983). Rencana konsep
dalam OZ ini berupa tahap pengembangan konsep yang terdiri dari pembagian
ruang, konsep sirkulasi, konsep softscape, dan konsep hardscape.
2. Studi Bentuk Perancangan (Form Composition Study)
Konsep desain pada OZ sama dengan tahapan studi bentuk perancangan
pada Booth. Studi bentuk perancangan yang ada pada OZ dilakukan dengan
observasi bentuk elemen taman serta desain tapak yang didapatkan dari internet
ataupun buku. Beberapa hal yang menjadi studi literatur dalam proses desain
Menteng Park adalah pengaplikasian dalam hal promenade, wall climbing, dan
elemen taman lainnya. Studi bentuk perancangan yang dilakukan pihak OZ ini
tidak menggunakan literatur berdasarkan suatu penelitian, studi ini hanya
dilakukan dalam hal bentuk desain ataupun gambar aktivitas sosial dalam tapak.
Berikut ini adalah beberapa contoh studi bentuk perancangan yang dilakukan oleh
OZ pada Gambar 45.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 44. Tahap Desain (Studi Bentuk Perancangan).
Menurut Reid (1993) bentuk pada lanskap adalah ekspresi visual utama
dari berbagai kekuatan yang mempengaruhi desain lingkungan outdoor.
Berdasarkan hal tersebut maka OZ memperkuat konsep dengan bentukan garis
lengkung (organik) pada desain mendominasi area Menteng Park. Bentukan ini
menjadi visual utama dan keunikan untuk tapak Menteng Park.
Studi bentuk perancangan lebih menonjol apabila dalam tapak ini
dilakukan desain dalam keadaan tapak yang belum didesain seperti halnya
Menteng Park. Pola yang diadaptasi ini merupakan pola garis organik yang
97
berhubungan dengan air baik berupa tumpahan air maupun bentukan pola sungai
(meander) yang diadaptasi kedalam bentukan perkerasan dan site furniture. Hal
ini seperi yang dikemukakan oleh Simonds dan Starke (2006), salah satu cara
untuk memperoleh ide desain bagi seorang desainer adalah dengan mengamati
bentukan-bentukan alam dan berbagai kekuatan alam.
OZ memiliki konsep desain Menteng Park yang dapat digunakan oleh
masyarakat dari berbagai jenjang usia. Hal ini diwujudkan dalam pembuatan
fasilitas, material dan desain yang dapat dijangkau oleh semua jenjang usia.
Menurut Dahl dan Molnar (2003), salah satu pertimbangan desain yang menjadi
prinsip utama adalah desain yang digunakan harus dapat dinikmati siapa saja,
tidak hanya untuk kepentingan golongan tertentu. Adanya sarana berupa fasilitasfasilitas dan memiliki desain yang menarik dalam Menteng Park menjadikan
taman ini dapat dinikmati oleh siapa saja. Menteng Park ini merupakan proyek
penyediaan taman kota untuk kawasan pemukiman Bintaro Jaya, namun dapat
dinikmati secara luas oleh masyarakat Bintaro.
3. Pengembangan Desain (Design Development)
Proses perancangan menurut Booth (1983), didalam tahap desain terdapat
pembuatan gambar preliminary master plan, yaitu penggambaran rencana desain
terhadap tapak dimana berbagai elemen lanskap telah dimasukkan di dalamnya.
Penggambarannya berupa gambar yang bersifat grafik semi-lengkap, yaitu gambar
bersifat mendetail mengenai posisi, material, ukuran, dan dimensi elemen dalam
tapak.
Proses yang dilakukan OZ tahap preliminary master plan ini masuk
kedalam tahap pengembangan desain dalam laporannya. Pembuatan preliminary
master plan ini sudah dalam bentukan desain yang lengkap. Pada tahap ini
terdapat beberapa hal yang dibuat yaitu feature images hard material dan soft
material dan gambar ilustrasi yang mendukung. Dalam OZ, preliminary master
plan adalah desain yang dibuat sebelum mendapatkan desain master plan akhir
dan disetujui untuk memulai pembangunan. Dalam preliminary master plan ini
sudah terdapat posisi dan bentuk dari promenade, terrace dan lainnya.
Pada area ini terdapat terrace dengan view kearah sungai. Terrace yang
berundak-undak dapat berfungsi sebagai sitting area. Hal ini dilihat dari
98
kebutuhan dari pengguna dalam Laurie (1984) tempat duduk atau kursi
merupakan pemecahan terhadap suatu penafsiran khusus pada kebutuhan untuk
dapat duduk dalam situasi tertentu. Terrace ini mengakomodasi untuk kegiatan
duduk-duduk beristirahat dengan arah pandangan untuk menikmati sungai dan
vegetasi pada tapak.
Gambar 45. Bentuk Spasial Preliminary Site Plan pada Oemardi_Zain
( Terrace dan Promenade).
Proses perasionalisasian gambar sketsa preliminary master plan ke dalam
bentuk gambar yang lebih detil akan menghasilkan site plan. Perbedaan antara
preliminary master plan dengan master plan terletak pada penyajian grafiknya
(Booth, 1983). Pada OZ penyajian grafik antara preliminary master plan dan
master plan ini sama, perbedaan terdapat pada beberapa desain pada Menteng
Park yang berubah. Pada master plan penggambaran desain lebih detil dengan
proporsi yang sesuai.
Dalam melakukan suatu desain tidak terlepas dari adanya kesatuan antara
elemen softscape dan hardscape. Pada proses perancangan menurut Hakim dan
Utomo (2005) untuk mencapai kesatuan suatu kesatuan dan keteraturan, maka
perlu diperhatikan beberapa pertimbangan yaitu keseimbangan (Balance), irama
dan pengulangan (ritme and repetitition), serta penekanan dan aksentuasi
(emphasis).
OZ menerapkan prinsip desain tersebut kedalam tapak. Balance
(keseimbangan) dapat terlihat dari komposisi desain master plan Menteng Park.
99
Pembagian tapak dengan garis axis dari penempatan jembatan yang berada pada
bagian tengah area Menteng Park. Komposisi softscape dan hardscape serta
bentukan desain pada tapak bagian barat laut dan tenggara terbagi secara simetri
pada kedua sisi tersebut.
Gambar 46. Penerapan Prinsip Desain pada Master Plan Menteng Park.
Penekanan dan aksentuasi (emphasis) ditimbulkan oleh dominannya salah
satu komponen unsur sehingga menimbulkan kontras terhadap elemen lainnya
(Hakim dan Utomo, 2005). Penerapan prinsip ini terdapat pada desain OZ dalam
Menteng Park dengan diwujudkan dengan adanya ornamen atau elemen lanskap
berupa wall climbing sebagai vantage point dan patung. Penempatan wall
climbing ini sebagai aksentuasi dengan proporsi skala yang berbeda dengan
sekelilingnya. Perwujudan kontras ini berupa permainan warna. Menurut Simonds
(1983) dalam menghasilkan suatu daerah yang lebih hijau maka harus
menambahkan warna merah yang merupakan warna yang bertentangan dengan
latar belakangnya. Pada desain OZ, seluruh elemen taman pada Menteng Park
menggunakan warna geranium. Geranium merupakan warna yang masuk kedalam
warna merah. Perpaduan ini menimbulkan kesan visual yang kuat. Menurut
Simonds (1983) rencana tapak yang ideal dapat dicapai melalui harmoni dan
kontras dari bentuk, bidang atau karakter dari tapak.
100
Material tanaman adalah elemen fisik sangat penting dalam perancangan
dan manajemen lingkungan di luar ruangan (Booth, 1983). Bentukan master plan
mulai diperinci mengenai pemilihan beberapa jenis tanaman dan material yang
cocok. Menurut Booth (1983) lebih lanjut, tahapan pengembangan desain
merupakan tahapan akhir dari proses desain, dimana arsitek lanskap sudah mulai
memperhatikan desain secara detil, yaitu dimensi, material, tekstur, pola, dan lainlain.
Pada proses perancangan dalam OZ ini juga terdapat design development
yang sama dengan tahap yang terdapat pada Booth. Pada proses pengembangan
desain ini OZ memperhatikan dari segi softscape dan hardscape sehingga
menimbulkan kesatuan dalam desain Menteng Park. Menurut Hakim dan Utomo
(2002), nilai kesatuan suatu desain dapat diciptakan salah satunya dengan
memperkecil perbedaan sesama unsur dalam komposisi desain. Master plan yang
telah selesai dalam suatu bentukan tertentu disertai pola tanam dan juga jenis
tanaman yang diajukan diberikan atau dipresentasikan kepada klien.
Softscape. Pada OZ ini terdapat denah penanaman dengan komposisi,
desain, letak serta jenis tanaman yang digunakan dalam Menteng Park. Berkaitan
dengan Menteng Park sebagai taman kota maka perlu diperhatikan dalam segi
pemilihan tanaman dengan standar tertentu.
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.05 Tahun 2008 tentang
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan terdapat
kriteria untuk pemilihan vegetasi taman kota. Vegetasi untuk RTH taman kota
adalah sebagai berikut :
1. Tajuk rindang dan kompak.
2. Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna
lain seimbang.
3. Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah.
4. Habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
5. Jenis tanaman tahunan atau musiman.
6. Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang
optimal.
7. Mampu menjerap dan menyerap cemaran udara.
101
8. Tanaman yang mengundang burung.
Dalam hal ini pemilihan vegetasi yang digunakan oleh OZ beberapa sudah
memenuhi kriteria untuk tanaman yang digunakan dalam taman kota.
Kondisi tapak Menteng Park yang dikelilingi oleh akses sirkulasi
kendaraan menimbulkan polusi sehingga mempengaruhi kenyamanan bagi
pengguna tapak. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan vegetasi berupa pohon
yang dapat mengurangi polusi udara. OZ memilih komposisi pepohonan lebih
dominan dibandingkan dengan semak pada desain Menteng Park. Menurut
Dahlan (2004) apabila menggunakan tanaman yang dominan adalah pepohonan,
karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyerap gas beracun,
menghasilkan oksigen, manipulasi iklim mikro serta manfaat penghijauan lainnya.
Berikut ini pada Tabel 10 merupakan daftar tanaman yang dapat mengatasi
pencemaran udara.
Tabel 10. Daftar Tanaman Penyerap dan Penjerap Cemaran Udara.
No.
Nama Latin
1.
Agathis Damara
2.
Albizzia Falcataria
3.
Delonix regia
4.
Diospyros
CO2
Asap
Bermotor
Timbal
Debu Semen
philipinensis
5.
Myristica fragrans
6.
Samanea Saman
Sumber : Soerinaga dan Indrawan (1988) ; Sugiharti (1998) dalam Dahlan (2004)
Tapak yang bergelombang berpotensi terjadinya penggenangan air pada
area cekungan ketika adanya hujan. Cara mengatasi permasalahan untuk
penggenangan air yang terjadi adalah penggunaan pepohonan dengan daya
evapotranspirasi yang tinggi dan dilakukan penanaman dengan pola yang tersebar
pada tapak dan memiliki jumlah yang cukup banyak dibandingkan tanaman
lainnya. Air akan cepat terserap oleh tanaman sehingga akan mudah mengatasi
permasalahan penggenangan pada tapak ketika adanya hujan dalam intensitas
102
tertentu. Pada desain Menteng Park, OZ memilih tanaman yang memiliki tingkat
evapotranspirasi yang cukup tinggi. Daftar tanaman yang dapat mengatasi
penggenangan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Daftar Tanaman Atasi Penggenangan pada Tapak
No.
Nama Latin
1.
Dalbergia Latifolia
2.
Pinus Merkusi
3.
Samanea Saman
Nama Lokal
Jumlah
Sonokeling
22
Pinus
73
Trembesi
25
Sumber : Dahlan (2004)
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05 Tahun 2008, salah satu
kriteria tanaman yang digunakan pada taman kota adalah tanaman yang
merupakan tanaman lokal dan budidaya. Berikut ini pada Tabel 12 terdapat
informasi mengenai tanaman yang digunakan pada Menteng Park dari ketinggian
maksimal dan asal tanaman tersebut.
Tabel 12. Daftar Tanaman Berdasarkan Ketinggian Maksimal dan Asal Tanaman
No.
Nama Latin
1.
Agathis damara
60 m
(Indonesia), Filipina
2.
Albizzia falcatoria
45 m
Asia, Afrika
3.
Alstonia schloralis
40 m
Asia Selatan, Asia Tenggara
4.
Azadirachta indica
15-20 m
(India, Pakistan) Daerah tropis, subtropis
5.
Baccaraurea
racemosa
15-25 m
(Malesia bag. Barat), Jawa, Sumatera, Malaysia
6.
Bouea macrophylla
27 m
(Kepulauan Indonesia dan Malaysia)
7.
Cerbera odollam
15 m
(Indonesia, Malaysia, India, Australia, Polonesia)
8.
Cinnamomum
burnmanii
30 m
(Indonesia)
9.
Dalbergia latifolia
43 m
(Jawa, Indonesia)
10.
Delonix regia
10-20 m
(Madagaskar), Asia Tropis, Asia Subtropis
11.
Diospyros
philipinensis
15 m
(Filipina), Asia Tropis
Sumber : Suhono (2009)
Tinggi
(Asal) Penyebaran dan Daerah Budidaya
103
Tabel 12. Daftar Tanaman Berdasarkan Ketinggian Maksimal dan Asal Tanaman
No.
Nama Latin
Tinggi
(Asal) Penyebaran dan Daerah Budidaya
12.
Garcinia mangostana
10-25 m
(Semenanjung Malaya), Asia & Australia Tropis
13.
Fragraea fragrans
25 m
Australia, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik
14.
Mangifera caesia
20 m
Indonesia
15.
Mangifera odorata
12 m
Indonesia, (Asia Tenggara dan India)
16.
Manilkara kauki
15-30 m
(Amerika Tropis)
17.
Mesua Ferrea
20 m
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Singapura
18.
Michelia champaca
9-12 m
(India,Cina Selatan), Indonesia
19.
Myristica fragrans
5-18 m
(Pulau Banda, Indonesia)
20.
Nephelium longanum
40 m
(Asia Tenggara)
21.
Palaquin gutta
45 m
Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatera,
Kalimantan, Jawa
22.
Phyllanthus emblica
10-25 m
(Asia Tenggara)
24.
Plumeria rubra
7-8 m
(Amerika Tengah), Daerah Tropis,Subtropis
25.
Pterospermum
javanicum
45 m
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan
26.
Salix babilonica
20-25 m
(Cina), Asia Tenggara dan Eropa
27.
Samanea saman
30-40 m
Daerah Tropis, (Amerika Tropis)
28.
Stelechocarpus
burahol
25 m
Malaysia, Indonesia (Jawa), Australia
29.
Syzigium jambs
15 m
(Asia Tenggara)
30.
Syzigium polyanthum
31.
Tabebuia pallida
50 m
Meksiko utara,Jamaika, Kuba,
32
Terminalia Mantaly
15 m
Indonesia, Malaysia, Australia
10-25 m
(Indonesia)
Sumber : Suhono (2009)
Tanaman yang digunakan merupakan tanaman pohon dan perdu yang
memiliki tinggi yang beragam serta merupakan tanaman lokal dan budidaya yang
sesuai dengan kondisi tapak, sehingga dari segi softscape yang digunakan maka
104
Menteng Park ini sudah memenuhi kriteria dalam peraturan pemerintah mengenai
kriteria pemilihan vegetasi dalam taman kota.
Menurut Carpenter (1975) dalam Hakim dan Utomo (2002) beberapa
fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai visual control, physical barriers,
climate control, erosion control, wildlife habitats, dan aesthetic values. Pemilihan
beberapa tanaman dapat menghasilkan buah, nektar dan biji untuk mendukung
salah satu konsep Menteng Park yaitu konservasi dengan pencapaian habitat
satwa liar. Satwa yang menjadi fokus utama adalah burung.
Pada area arboretum ini terdapat beragam jenis pepohonan. Menurut
Nazaruddin (1994), pohon berfungsi sebagai tempat berlindung, bertengger dan
beristirahat, mencari makan, serta berbiak bagi burung. Menteng Park
menyediakan tanaman yang dapat dimanfaatkan secara langsung baik sebagai
sumber makanan maupun sarang. Sumber makanan ini berupa buah, biji, nektar
ataupun serangga yang terdapat pada tanaman.
Tanaman yang berpotensi sebagai makanan bagi satwa terdapat pada Tabel
13. Pada desain Menteng Park, tata letak tanaman dalam satu jenis dalam keadaan
berkelompok atau saling berdekatan satu sama lainnya, sehingga mempermudah
spesies burung untuk menetap.
Tabel 13. Daftar Tanaman Penghasil Buah dan Nektar.
No.
Nama Latin
Jumlah
1.
Bouea macrophylla
3
Pinggir Sungai,
2.
Garcinia mangostana
3
Batas Tapak Sisi Timur
3.
Mangifera caesia
4
Area Terrace
4.
Mangifera odorata
7
Area open lawn
5.
Myristica fragrans
5
Area Terrace
6.
Nephelium longanum
3
Dekat dengan Sungai
7.
Syzigium jambos
5
Batas Tapak sisi Timur
8.
Syzigium polyanthum
10
Batas Tapak sisi Barat
Sumber : Tantra (1981) dalam Dahlan (2004).
Lokasi pada Tapak
105
Tanaman memiliki fungsi perlindungan diantaranya adalah
peredam
kebisingan, ameliorasi iklim mikro, penapis cahaya silau, dan penahan angin
(Dahlan, 2004). Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Carpenter (1975)
yaitu physical barriers dan climate control. Aplikasi dalam bentuk desain pada
Menteng Park ini berupa lokasi tapak yang dikelilingi oleh tanaman sebagai
peredam kebisingan dari kendaraan sehingga aktivitas di dalamnya tidak
terganggu serta mendapatkan cukup naungan. Menurut Grey dan Deneke (1978)
dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.
Desain Menteng Park didominasi oleh pepohonan pada seluruh tapak.
Pohon yang digunakan pada area ini adalah pepohonan yang memiliki tajuk yang
tinggi dan rindang, seperti yang dikemukakan oleh Dahlan (2004) jenis tumbuhan
yang paling efektif adalah memiliki tajuk yang tinggi dan rindang. Penanaman
pada Menteng Park untuk mengatasi kebisingan ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Dahlan (2004), diantaranya adalah :
1. Menanam berbagai jenis tanaman.
2. Penanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat (ketinggian pohon
dan perdu yang beragam).
3. Lebar penanaman dari sumber bising cukup tebal (3.5-10 meter).
Barrier dari pepohonan dengan jarak tanam agak rapat sehingga mereduksi bising
dan screen view untuk pengguna melihat kondisi kepadatan jalan. Dalam
desainnya. Area yang berdekatan dengan jalan diberi jarak pada area aktivitas inti
taman dengan lebar mulai dari 3.5-10 meter berupa area konservasi dengan
penanaman vegetasi yang cukup rapat.
(a)
(b)
Gambar 47. Ilustrasi Vegetasi dalam Mereduksi Bising (a) Grey dan Deneke (1978)
dan (b) Oemardi_Zain (2011)
106
Selain itu, pada pinggir jalan terdapat semak sepanjang jalan seperti
Hibiscus rosasinensis (Kembang Sepatu) dan Ophiopogon jaburan (jaburan).
Beberapa pohon yang digunakan pada sisi jalan ini adalah Syzigium jambos
(Jambu Mawar), Palaquium gutta (Malam Merah), Mangifera caesia (Kemang),
Pinus (Pinus merkusii), dan Mesua Ferrea (Nagasari).
Pada tikungan pertigaan, area ini dibebaskan dari adanya penanaman
dengan pertimbangan area bebas pandang pengguna kendaraan dan untuk
menonjolkan wall climbing sebagai landmark Menteng Park. Hal ini sudah
ditinjau pada saat observasi lapang dalam studi view yang dilakukan oleh OZ.
Keterangan :
Penempatan
Billboard
Tititk Pandang
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 48. Ilustrasi Studi View Billboard dan Wall Climbing.
Pada proses denah penanaman ini diperhatikan untuk menciptakan suatu
kenyamanan untuk pengguna taman dalam beraktivitas dengan melakukan
ameliorasi iklim, salah satunya adalah dengan mereduksi angin dan penghalang
bagi adanya sinar matahari secara langsung. Kanopi pohon ini merupakan area
berteduh yang nyaman digunakan untuk beraktivitas dibawahnya.
Vegetasi berupa pepohonan dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman
pada tapak serta bernilai ekologis cukup tinggi. Pohon mereduksi kecepatan angin
dan juga membuat suatu zona perlindungan baik menjadi suatu tempat yang teduh
dan menangkis angin. Kemudian, pohon dapat turut serta dalam membuat suatu
proses pendinginan evaporasi membiarkan suhu yang tinggi kedalam zona
proteksi (Grey and Deneke, 1978).
107
Angin pada lokasi tapak ini memiliki rata-rata kecepatan angin dalam
setahun adalah 3.8 m/detik (13.68 km/jam) dan kecepatan maksimum 12.6
m/detik (45.36 km/jam). Sesuai dengan klasifikasi angin menurut Beaufort,
kecepatan angin pada area ini adalah kelas 2 (angin sangat lemah). Akan tetapi,
kecepatan angin maksimum pada Menteng Park tergolong kedalam kelas 6 (45-55
km/jam) yaitu angin kuat dengan indikator dahan pada pepohonan bergerak.
Kecepatan angin pada saat maksimum ini dapat diatasi dengan adanya
komposisi tanaman yang didominasi oleh pepohonan menjadi barrier pada
sekeliling tapak untuk mereduksi kecepatan angin. Mereduksi kecepatan angin ini
dapat terpenuhi dengan baik dengan adanya susunan penanaman pepohonan yang
diperhatikan dari bentuk tajuk serta komposisi ketinggian tanaman tersebut.
Sumber Ilustrasi : Grey dan Deneke (1978)
Gambar 49. Ilustrasi Vegetasi Pohon dalam Mereduksi Kecepatan Angin.
Susunan tanaman ini dapat berfungsi dalam mengurangi kecepatan angin
dari 75% hingga 85%. Hal ini juga dapat berperan sebagai perlindungan untuk
keberadaan shade sail yang ada pada zona entertainment stage untuk
menghindarkan dari kerusakan ketika adanya angin yang berhembus kencang.
Desain Menteng Park yang didominasi oleh pepohonan pada beber apa area dapat
tertutupi oleh bayangan dari kanopi pohon. Kondisi ini mengakibatkan
kelembaban pada area tapak yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
material yang digunakan seperti adanya lumut dan korosi pada besi yang
digunakan. Akan tetapi, apabila ditinjau dari kondisi kecepatan angin yang
terdapat pada area Menteng Park ini maka kelembaban tidak akan mempengaruhi
kondisi dari material elemen taman.
108
Komposisi penanaman vegetasi ini tidak hanya diperhatikan untuk faktor
kenyamanan dalam iklim mikro namun menghasilkan integritas yang baik dalam
desain. Komposisi ini adalah mengenai perpaduan antara beberapa tanaman
sehingga membentuk kesatuan dalam desain. Tanaman dapat mempengaruhi dan
memperkuat dari desain Menteng Park.
Menurut Laurie (1989) tanaman
sebaiknya tidak dipergunakan hanya untuk menutupi ruang-ruang yang tersisa,
sebaiknya pengaturan, penempatan serta pemilihannya harus timbul dari
pemecahan suatu masalah perancangan dan jenis tumbuh-tumbuhan yang
bertekstur kecil dapat digunakan untuk meningkatkan rasa akan jarak.
Laurie (1989) lebih lanjut mengemukakan bahwa tanaman dapat
dipergunakan pada perancangan untuk menonjolkan sirkulasi dan memberikan
informasi tentang suatu tempat (Laurie, 1989). Hal ini dapat terlihat pada desain
OZ pada Menteng Park, pada taman ini terdapat beberapa tanaman sepanjang
jalur sirkulasi.
Penanaman semak pada alur circulation path di dalam tapak maupun
disekeliling tapak dapat berfungsi dalam mengatur agar pengguna mengikuti jalan
yang telah disediakan untuk berkeliling taman. Selain itu, sirkulasi yang
berdekatan dengan area entrance terdapat jajaran tegakan pohon pinus dan semak
yang mengikuti pola dari bentuk sirkulasi yang ada sehingga hal ini mempertegas
alur sirkulasi menuju maupun meninggalkan dan berpindah dari satu ruang ke
ruangan lainnya.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 50. Fungsi Tanaman dalam Desain (Sirkulasi).
109
Simbol vegetasi untuk Bintaro Jaya ini adalah Bintaro (Cerbera odollam).
Tanaman ini merupakan simbol yang dapat mendukung dari penamaan Bintaro
Jaya. Tanaman ini dipilih untuk memperkuat identitas dari penamaan kawasan
Bintaro Jaya yang berasal dari nama tanaman Bintaro.
Pada proyek Menteng Park ini tidak terdapat desain alternatif yang dibuat
pada saat awal pengajuan desain, sehingga saat desain tidak disetujui oleh pihak
klien, OZ memerlukan waktu untuk mengajukan kembali desain lainnya. Akan
tetapi, desain awal Menteng Park ini tidak mengalami perubahan yang signifikan
karena tidak terdapat perubahan bentukan desain pada tapak. Konsep dengan
bentukan air tumpah ini dipilih karena pada Menteng Park berdasarkan adanya
tujuan Menteng Park yang ingin mewujudkan perlindungan dan perbaikan
kualitas lingkungan dalam bentuk konservasi terhadap Kali Tengah. Selain itu,
bentukan air tumpah ini memiliki garis organik yang dapat mendukung tema dari
Menteng Park yaitu natural.
Pada tahap pembuatan denah penanaman tanaman Menteng Park ini,
mahasiswa membantu dalam mengerjakan penempatan jenis-jenis tanaman,
menghitung jumlah pohon serta luasan semak dan groundcover yang digunakan.
Pergantian susunan tanaman terjadi beberapa kali, hal ini dikarenakan adanya
keinginan klien untuk menambah, mengurangi, ataupun mengganti jenis tanaman.
Dalam proses pengerjaan dibimbing oleh project manager untuk menetapkan
posisi penanaman tanaman sehingga fungsi tanaman dan desain ideal pada tapak
dapat terpenuhi.
Pada hardscape, OZ membuat denah material untuk melengkapi dan
memperjelas hasil dari master plan yang telah disetujui. Hasil produk dari tahapan
Design Development ini akan dipresentasikan kepada pihak klien guna mendapat
beberapa masukan ataupun persetujuan. Hasil produk yang tidak dipresentasikan
akan dibuat dengan menggunakan software AutoCAD. Material sudah mendapat
sepesifikasi mulai dari jenis bahan yang digunakan, dimensi ukuran, dan juga pola
perkerasan tersebut.
OZ memiliki keunggulan dari desain yang dibuatnya yaitu permainan
perkerasan dengan pola yang unik dan menarik serta dapat menyatu dengan
komponen softscape. Pada desain Menteng Park ini pola-pola yang unik dan
110
menonjol didapatkan dari bentukan material yang digunakan dalam circulation
path, reflexiology path, promenade, terrace dan lainnya.
Sumber : Oemardi_Zain (2011) dan Literatur
Gambar 51. Jenis dan Pola Perkerasan (a) Pedestrian Luar (b) Reflexiology Path (c)
Commercial Area (d) Promenade (Plaza).
Perkerasan yang mendominasi dalam desain Menteng Park adalah
penggunaan conpave (concrete pavement) dengan dilakukan berbagai bentuk
finishing untuk menonjolkan desain. Concrete merupakan bahan material yang
kuat, tahan lama dan terjangkau (Sovinski, 2009). OZ memilih conpave dalam
jenis cast-in-place concrete (CIP). Conpave ini memiliki kelebihan dibandingkan
material lain untuk dijadikan bahan untuk pavement. Menurut Sovinski (2009)
CIP ini memiliki dukungan struktural untuk material finishing lainnya dan juga
tahan terhadap air sehingga CIP concrete ini merupakan material yang ideal untuk
pijakan dan pondasi. Desain Menteng Park yang tidak memasukkan penggunaan
kendaraan dalam tapak sehingga pemilihan CIP concrete dapat dinilai baik dari
segi ketahanan untuk aktivitas pengguna.
Trekking (circulation path) pada bagian luar tapak mengunakan material
CIP concrete dengan broom finish. Broom finish merupakan hasil akhir yang
paling umum untuk digunakan dalam CIP eksterior. OZ ingin memberikan desain
menarik secara visual sehingga diterapkan dalam pemilihan material yang
digunakan.
Reflexiology
path
ini
terdapat
perpaduan
material
yang dengan
menggunakan blok beton natural finish, kerakal tumpul warna abu-abu, kerakal
tumpul warna putih, dan batu pipih warna abu-abu. Promenade (Plaza)
menggunakan pola lingkaran dengan menggunakan paving block Ex-Cisangkan.
Promenade (Commercial area) penggunaan rabat beton finishing batu templek.
111
Jogging track dengan penggunaan paving block pola running bone. Paving block
ini tidak menggunakan adukan semen untuk penempatannya.
Penggunaan bahan seperti batu, air, pasir dan kerikil yang ada pada alam
dengan bahan berupa pengolahan manusia seperti beton, aspal, keramik dan
marmer, dikombinasikan sehingga perpaduannya menghasilkan suatu gubahan
yang harmonis (Simonds. 1983). Dalam penggunaan perkerasan OZ melakukan
beberapa kombinasi antara penggunaan beton dan batu atau kerikil. Perpaduan
antara material untuk mendapatkan hasil desain yang harmonis dan bidang alas
yang tidak monoton. Perkerasan permukaan yang baku memiliki banyak variasi
dan penerapan-penerapannya. Pemilihan bahan akhir ditentukan oleh kegunaan
perkerasan, pemeliharaan yang dibutuhkan serta kualitas visualnya (Laurie, 1986).
Mahasiswa dalam denah material dan dimensi ini menghitung jumlah
luasan material pada setiap jenis material yang digunakan. Pengerjaan pergantian
material yang dilakukan sesuai dengan instruksi dari project manager. Revisi
yang dikerjakan adalah pola material jogging track, reflexiology path dan juga
perubahan bentuk dan pergantian pola dari promenade (plaza).
5.4.2.4. Detail Construction (Detil Konstruksi)
Menurut Booth (1983), setelah melengkapi fase perancangan, desainer
mempersiapkan gambar konstruksi. Gambar detil konstruksi ini merupakan tahap
yang akan dimulai apabila tahap pengembangan desain sebelumnya sudah
disetujui oleh pihak klien. Tahapan detil konstruksi ini tidak hanya melengkapi
gambar detil dalam desain elemen taman maupun konstruksi tetapi juga
memperbaiki kesalahan perhitungan pada gambar tertentu yang tidak sesuai
apabila diterapkan pada tapak.
Pekerjaan gambar kerja ini adalah untuk memperjelas material apa yang
digunakan dalam menerapkan site furniture dan fasilitas. Mahasiswa pada proses
perancangan proyek Menteng Park ini mahasiswa membantu dalam penyelesaian
gambar detil mulai dari revisi seperti railing, circulation path, promenade
area,dan lainnya.
Ukuran yang digunakan sesuai dengan standar yang ada, seperti tempat
duduk. Menurut Booth (1983) Faktor penting dalam desain tempat duduk adalah
112
dengan memanfaatkan dimensi yang benar sehingga setiap kursi akan nyaman.
kursi rata-rata harus antara 46 cm dan 51 cm di atas permukaan tanah untuk
dewasa dan lebar 30.5 cm sampai 46 cm. OZ memiliki dimensi tempat duduk
ataupun site furniture lainnya sesuai dengan standar yang berlaku, namun terdapat
penyesuaian tertentu berdasarkan desain bangku yang digunakan maupun proporsi
manusia untuk penggunaannya dalam Menteng Park dengan tidak mengurangi
kenyamanan.Pertimbangan dalam menerapkan lampu untuk menerangi pejalan
kaki adalah desain lampu taman dengan penerangan yang tidak terlalu
menyilaukan mata namun dapat memberikan pengguna untuk kebutuhan
pencahayaannya.
Lampu disepanjang pedestrian harus memiliki radius sebaran cahaya yang
cukup untuk menerangi lingkungan sekitar. Tinggi lampu yang umum digunakan
adalah 3-5 meter (Harris dan Dines, 1988). Lampu taman yang ada pada Menteng
Park memiliki tinggi 3.8 meter. Pada Menteng Park ini lampu taman
menggunakan reflector sehingga radius cahaya dapat lebih luas. Jarak peletakan
yang baik adalah apabila dapat memberikan pola cahaya bertumpuk atau overlap
pada ketinggian 2 meter. Lampu sorot hanya dipergunakan pada area tertentu
untuk menambah daya tarik dari suatu obyek berupa elemen taman yang ada pada
taman. Lampu sorot ini diterapkan hanya pada beberapa signage untuk lebih
menampilkan desain dari signage tersebut.
Sumber : Harris and Dines (1998)
Gambar 52. Kategori Ketentuan untuk Lampu
113
Children playground (CPG) ini merupakan fasilitas untuk sarana bermain
bagi anak-anak. CPG yang dibuat harus memiliki daya tarik secara visual untuk
anak-anak untuk memberikan rangsangan untuk bergerak dan beraksi. Menurut
Simonds (1983) permainan harus memliki warna yang cerah dan bentuk-bentuk
yang menarik, salah satu bentuk yang dapat dikembangkan adalah garis lengkung,
garis patah atau bersudut. Pada CPG ayunan, desain dengan bentuk lengkung.
Ayunan ini sudah diimplementasikan pada beberapa proyek yang ditangani oleh
OZ. Desain yang dibuat sesuai dengan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
Sumber : Oemardi_Zain (2011)
Gambar 53. Desain Children Playground (Ayunan).
Semua gambar kerja ini dipersiapkan sebagai sarana berkomunikasi
bagaimana membangun seluruh elemen proyek dari lokasi bangunan secara
keseluruhan dengan ukuran dan penempatan (Booth, 1983) dalam pelaksanaan ini
OZ mengikuti standar ideal dalam menggunakan perhitungan untuk site furniture
yang ada pada desain Menteng Park. Pihak OZ melakukan konsultasi kepada ahli
tehnik mengenai desain site furniuture berdasarkan ukuran, bahan material,
pondasi serta perhitungan untuk implementasi. Detil konstruksi yang dibuat sudah
memenuhi syarat dalam faktor kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna.
5.4.3. Permasalahan dan Kendala
Dalam waktu pelaksanaan proses perancangan tersebut melebihi
perhitungan dua bulan kalender, hal ini terkait dengan proses administrasi yang
tidak dapat diprediksi dari pihak klien sehingga proyek tidak selesai tepat pada
waktunya. Kendala yang dihadapi adalah mengenai detil konstruksi yang berubahubah sesuai dengan keinginan klien dalam desain Menteng Park, sehingga
pengerjaan lebih dari waktu yang sudah ditentukan karena melakukan penentuan
114
bentuk dan perhitungkan dalam hal konstruksi kembali. Pihak owner yang tidak
menyanggupi untuk membuat suatu detil tertentu untuk menekan biaya
pengeluaran dalam implementasi. Budgeting merupakan permasalahan dari pihak
owner yang biasanya meminta pengurangan atau perubahan desain untuk
diterapkan, desain awal tidak seluruhnya bisa diterapkan, pada site visit dapat
menemukan permasalahan pada tapak sehingga dapat menggeser waktu
proyeknya. Pihak konsultan memiliki bagian yang mengurusi adminstrasi dan
juga penagihan pada owner untuk fee, hal ini dilakukan agar dalam pemberian fee
dari owner kepada konsultan tepat menurut perjanjian yang berlaku.
Masalah dan kendala yang dihadapi oleh mahasiswa adalah penyesuaian
diri dari lingkungan kampus kedalam lingkungan kerja dengan suasana kerja OZ.
Mahasiswa mengalami penyesuaian diri untuk mengikuti jam kerja, peraturan
pada saat kerja terkait pengisian daftar absen, perizinan apabila tidak masuk
kantor dan juga saat istirahat. Pada proses kerja untuk penyelesaian proyek,
mahasiswa mengalami kesulitan untuk penyelesaian gambar. Mahasiswa belum
terbiasa dengan cara dan aturan apa saja yang harus dikerjakan sehingga proses
penyelesaian berlangsung lama karena tidak mengetahui cara yang efisien dalam
penggunaan beberapa software seperti AutoCAD ataupun Adobe Photoshop dan
juga minimnya pengetahuan mahasiswa dalam detil konstruksi. Kendala yang
dihadapi lebih ke arah kendala teknis seperti pemadaman listrik yang dapat
menghambat proses kerja.
Download