BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam sebuah organisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi, manusia merupakan salah satu faktor yang
terpenting di dalamnya. Tanpa adanya peran manusia meskipun berbagai faktor
yang dibutuhkan itu telah tersedia, organisasi tidak akan bergerak. Penggerak dan
penentu jalannya suatu organisasi ditentukan oleh manusia. Oleh karena itu,
hendaknya organisasi memberikan arahan yang positif demi tercapainya suatu
tujuan organisasi. Masalah kualitas sumber daya manusia merupakan sorotan
ataupun menjadi perhatian bagi organisasi pemerintah maupun swasta. Sumber
daya manusia mempunyai peranan utama dalam setiap kegiatan organisasi.
Suasana batin dan psikologis seorang pegawai sebagai individu dalam masyarakat
organisasi yang menjadi lingkungan kerjanya sangat besar pengaruhnya pada
pelaksanaan pekerjaannya. Dari segi psikologis, bergairah atau bersemangat dan
sebaliknya tidak bergairah atau tidak bersemangat seorang pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya.
Menurut Nitisemito (1984: 183), Lingkungan kerja fisik adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sebagaimana lingkungan kerja fisik
dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan
suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang
diinginkan oleh suatu perusahaan. Penataan ruang adalah penentuan mengenai
kebutuhan-kebutuhan ruang dan menyiapkan suatu susunan yang praktis dan
Universitas Sumatera Utara
faktor-faktor fisik yang dianggap perlu pelaksanaan kerja perkantoran dengan
biaya yang layak. Dengan adanya penyusunan peralatan kantor pada letak serta
pengaturan tempat yang menimbulkan kepuasan dalam bekerja, akan menghemat
waktu dan tenaga secara lebih efisien.
Lingkungan kerja fisik dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat
antara orang-orang yang ada di lingkungannya. Lingkungan kerja fisik yang baik
merupakan hal serius yang diperhatikan oleh seorang pimpinan organisasi. Hal ini
karena suatu lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap
kenyamanan dalam bekerja karyawan. Kondisi pekerjaan ini harus
menyenangkan, enak dan mengakibatkan kebiasaan pekerjaan yang baik. Untuk
memberikan kondisi yang demikian diperlukan perencanaan. Perencanaan untuk
lingkungan fisik tidak dapat dipertimbangkan secara terpisah daripada bidangbidang
perencanaan
kantor
yang
penting
lainnya.
Semuanya
harus
dikoordinasikan dengan baik.
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah
jatuh sakit, mudah stress, sulit berkomunikasi, dan menurunnya produktivitas
kerja. Dalam mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain dapat dilakukan
dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti kebersihan yang selalu terjaga,
penerangan yang cukup, ventilasi udara, suara musik, dan tataruangkantor yang
nyaman. Jika karyawan tidak mampu menciptakan lingkungan kerja fisik yang
baik antara karyawan maka akan mengganggu kinerja karyawan. Lingkungan
kerja fisik dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang-orang
yang ada di dalam lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang umum terjadi di dalam suatu organisasi, salah satunya
adalah masalah pegawai yang sebenarnya mempunyai kompetensi yang baik
untuk dapat
lebih berkembang, tetapi pegawai tersebut tidak optimal dalam
bekerja. Hal ini dimungkinkan karena lingkungan kerja fisik yang tidak membawa
rasa nyaman dan betah bagi dirinya. Lingkungan kerja fisik yang buruk akan
menimbulkan banyak masalah yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi
semangat kerja karyawan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Dalam
kaitannya dengan kinerja, lingkungan kerja fisik yang baik sangat mempengaruhi
kinerja karyawan. Penerangan, temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
kebisingan, bau-bauan, warna, musik, dan keamanan adalah bagian dari
lingkungan kerja.
Menurut Pamungkas dalam Tjandra (2005:38), kinerja adalah penampilan
cara-cara untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh dengan aktivitas
dicapai dengan suatu unjuk rasa.Kinerja pada umumnya menunjukkan tingkat
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, yang hendak dicapai. Kinerja
didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta merupakan tingkat pencapaian
tujuan organisasi secara berkesinambungan. Suatu organisasi baik pemerintah
ataupun swasta dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana
dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan
aktif sebagai pelaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.
Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para individu
yang terdapat pada organisasi tersebut.
Pada dasarnya, organisasi bukan saja mengharapkan pegawainya yang
mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang penting mereka mau bekerja dengan giat
Universitas Sumatera Utara
dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Peranan karyawan
sangat penting dalam setiap perusahaan, karena meskipun faktor-faktor ekonomi
lainnya telah tersedia serta didukung dengan teknologi modern tidak akan
mempunyai arti bagi kehidupan perusahaan tanpa kehadiran dan peranan
karyawan di dalamnya. Kinerja karyawan juga memegang peran bagi keberhasilan
dan kehancuran dari sebuah organisasi. Oleh sebab itu, perusahaan harus memiliki
motivasi berprestasi karena salah satu karakteristik yang mempengaruhi prestasi
kerja (kinerja) adalah motivasi berprestasi sehingga dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan profesional.
Dengan kata lain, bila sekelompok sumber daya manusia dan pimpinannya
mempunyai kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja organisasi yang
baik pula. Kenyataannya, kinerja sumber daya manusia yang buruk bisa
mengakibatkan rendahnya organisasi atau perusahaan. Walaupun kadang-kadang
ada pemberi upah, tidak secara otomatis meningkatkan kinerja para karyawan.
Akibatnya seringnya membuat kelalaian dalam melaksanakan tugasnya membuat
para karyawan kadang-kadang bisa kehilangan kecakapan dan keterampilan yang
dimiliki. Oleh sebab itu, setiap organisasi perlu menyadari usaha untuk
mempertinggi kualitas sumber daya manusia, baik dalam meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, bakat, maupun kecakapannya. Salah satu jalan yang
dapat ditempuh adalah dengan penciptaan lingkungan kerja yang mendukung.
Disamping itu, penulis menganalogikan hubungan antara lingkungan kerja
fisik dengan kinerja adalah dengan mengambil contoh fisik seperti alam ini.
Dimana tanaman akan tumbuh dengan baik bila lingkungannya mendukung.
Dengan adanya perhatian dan dukungan terhadap lingkungan kerja yang baik
Universitas Sumatera Utara
yang diciptakan dalam organisasi, baik atas maupun bawahan dan para pengelola
organisasi lainnya, diharapkan peningkatan kinerja karyawan, khususnya
karyawan bank perkreditan rakyat pematangsiantar dapat memberikan pelayanan
yang maksimal.
Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah
satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan
menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat
yang membutuhkan BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan
Lumbung Desa, bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar.
Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha
mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.
Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu
Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif
cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.
Kegiatan usaha yang diperkenankan dilakukan oleh BPR sangat terbatas
dibandingkan dengan Bank Umum, yaitu hanya meliputi penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan kredit serta
menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain. BPR tidak
Universitas Sumatera Utara
diperkenankan menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran serta melakukan kegiatan usaha selain yang diperkenankan.
Lingkungan kerja fisik di bank Perkreditan Rakyat Solider di
Pematangsiantar ini sudah cukup kondusif jika dilihat dari lingkungan kerja yang
berada di dalam ruangan. Namun peneliti melihat terdapat beberapa masalah
lingkungan kerja fisik yang terdapat pada ruangan Bank ini antara lain:
1. Masalah pencahayaan merupakan masalah yang terdapat di bank ini,
dimana cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam ruangan dan hanya
mengandalkan pada cahaya lampu saja dan penerangan pada beberapa
ruangan kerja yang tidak begitu terang. Pencahayaan yang kurang
memadai akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan
rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan
mesin-mesin. Efek pencahayaan yang buruk menyebabkan mata tidak
nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat,
dan meyebabkan kecelakaan kerja.
2. Warna yang digunakan tidak memberikan semangat bekerja pada
karyawan, dikarenakan warna dinding ruangan kerja yang ada pada
Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar sebagian
sudah memudar. Pada kenyataannya, warna juga berpengaruh terhadap
terhadap perasaan sehingga dapat menimbulkan perasaan senang,
nyaman, dan betah di dalam ruangan.
Berdasarkan hasil uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul“ Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja
Karyawan di Bank Perkreditan Rakyat Solider CabangPematangsiantar”
Universitas Sumatera Utara
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis merasa
tertarik untuk membuat permasalahan sebagai berikut “Apakah Ada Pengaruh
Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Perkreditan
Rakyat Solider Pematangsiantar?”
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai
atau apa yang menjadi tujuan penelitian jelas diketahui sebelumnya. Suatu riset
khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan kerja fisik di Bank Perkreditan
Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar.
2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan di Bank Perkreditan Rakyat
Solider Cabang Pematangsiantar.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap kinerja
karyawan di Bank Pekreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar .
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Secara Subjektif, bermanfaat bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan
menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan/ sumbangan
pemikiran bagi Bank Perkreditan Rakyat Cabang Pematangsiantar.
3. Secara Akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun
bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di
bidang yang sama.
I.5 Kerangka Teori
Teori
merupakan
proposisi
atau
asumsi
yang
telah
dibuktikan
kebenarannya. Menurut Nawawi (1992:48) dalam penelitian perlu adanya
kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas
masalah. Menurut Rianto (2004:29), Kerangka teori merupakan kerangka berpikir
kita yang bersifat teoritis atau konsepsional mengenai masalah yang kita teliti.
Untuk itu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan
dari mana sudut masalah tersebut disorot.
I.5.1 Lingkungan Kerja Fisik
I.5.1.1. Pengertian Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Nitisemito (1984: 183) lingkungan kerja fisik adalah segala
sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
Definisi lingkungan kerja fisik menurut Timpe (1993: 27) adalah suasana
kerja yang merupakan serangkaian sifat lingkungan yang daapt diukur dari
Universitas Sumatera Utara
persersi kolektif dari orang-orang yang dapat hidup dan bekerja untuk
mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka.
Lingkungan kerja fisik menurut Rivai (2006:165) adalah keseluruhan
sarana dan prasarana yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan
pekerjaan itu sendiri. Lingkungan kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas
dan alat bantu kerja, kebersihan, pencahayaan dan ketenangan. Definisi
lingkungan kerja fisik menurut Komarudin (2001: 87) adalah kehidupan sosial
psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap pekerjaan
karyawan dalam melakukan tugasnya.
Cikmat (dalam Nawawi, 2003:292), menyatakan bahwa lingkungan kerja
fisik adalah serangkaian sifat kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan
persepsi bersama dari anggota yang hidup dan nekerjasama dalam suatu
organisasi. Sedangkan Lussier (dalam Nawawi 2003:293), menyatakan bahwa
lingkungan kerja adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus
menerus yang dirasakan oleh anggotanya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang
berbentuk fisik yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam bekerja.
I.5.1.2 Jenis Lingkungan Kerja Fisik
Sedarmayanti (2001:21), menyatakan bahwa secara garis besar, jenis
lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan
kerja non fisik. Menurut Sedarmayanti (2001:21) Lingkungan kerja fisik adalah
Universitas Sumatera Utara
semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi atas 2 kategori, yaitu:
1. Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan karyawan, seperti pusat
kerja, kursi, meja, dan sebagainya
2. Lingkungan kerja perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya: temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau
tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan lingkungan fisik terhadap
karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik
mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan
fisik yang sesuai.
I.5.1.3 Persyaratan Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Gie(1991:210), Setiap kantor mempunyai persyaratan lingkungan
fisik yang harus pula diperhatikan dan diatur sebaik-baiknya oleh setiap manajer
perkantoran yang modern.
Persyaratan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Kebersihan
Kebersihan bangunan, perlengkapan, dan perabotan harus dipelihara bersih.
2. Luas Ruang Kantor
Universitas Sumatera Utara
Luas ruang kantor tidak boleh dijejal dengan pegawai. Ruang kantor harus
menyediakan luas lantai 40 square feet untuk setiap petugas (= 3,7 meter
persegi).
3. Suhu Udara
Temperatur yang baik untuk dipertahankan dalam ruang kerja minimum 16 °c
atau sama dengan 61°f.
4. Penerangan Cahaya
Cahaya lampu atau alam yang cocok dan cukup harus diusahakan, dan
perlengkapan penerangan perlu dirawat sepatutnya.
5. Fasilitas Cuci
Ruang cuci muka atau tangan dengan air hangat dan dingin berikut sabun dan
handuk harus disediakan seperlunya.
6. Tempat Duduk
Karyawan harus disediakan tempat duduk untuk keperluan bekerja dengan
sandaran kaki bila perlu.
7. Lantai, gang, dan Tangga
Lantai harus dijaga ketat agar orang tidak mudah tergelincir, tangga diberi
pegangan untuk tangan, dan bagian-bagian terbuak diberi pagar.
8. Pertolongan Pertama
Dalam ruangan kerja harus disediakan kotak obat-obatan sebagai pertolongan
pertama untuk pegawai apabila ada pegawai yang mengalami sakit atau luka
akibat bekerja.
9. Mesin
Universitas Sumatera Utara
Bagian mesin yang berbahaya harus diberi pelindung dan petugas yang
memakainya harus terlatih.
10.Pemberitahuan Kecelakaan
Kecelakaan dalam kantor yang menyebabkan kematian atau absen pegawai
lebih dari 1 minggu harus dilaporkan kepada pihak berwajib.
11. Penjagaan Kebakaran
Di dalam kantor harus disediakan alat untuk memadamkan kebakaran baik itu
lonceng ataupun alarm.
I.5.1.4 Manfaat Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik yang aman, sehat, dan nyaman memiliki berbagai
manfaat bagi karyawan dan perusahaan. Rivai (2009:793) mengemukakan bahwa
manfaat lingkungan kerja fisik yang aman dan sehat adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari yang hilang
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan asuransi
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim
5. Fleksibilitas dan adaptasibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena naiknya citra perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ishak dan Tanjung (2006:26) manfaat lingkungan kerja fisik
adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja
meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orangorang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Yang
artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standard yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan
tidak akan menimbulkan banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.
I.5.1.5 Hal-Hal yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik
Nitisemito (1984:184) menetapkan faktor-faktor yang termasuk dalam
lingkungan kerja fisik yang harus diperhatikan antara lain: penerangan, warna,
kebersihan, pertukaran udara, musik, keamanan, dan suara.Menurut moekijat
(1995: 135) faktor-faktor penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan
kantor yaitu: penerangan, warna, musik, udara, dan suara.
Menurut Sedarmayanti (2001:21), hal-hal yang mempengaruhi lingkungan
kerja fisik adalah:
1. Penerangan atau cahaya
Berjalannya
suatu
perusahaan
tak
luput
dari
adanya
faktor
penerangan,Begitu pula untuk menunjangkondisi kerja, penerangan memberi arti
yang sangat penting. Salah satu faktor yang penting dari lingkungan kerja yang
dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang baik.
Karyawan yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap
ketegangan mata yang disertai dengan keletihan mental, perasaan marahdan
Universitas Sumatera Utara
gangguan fisik lainnya. Dalam hal penerangan di sini tidak hanya terbatas pada
penerangan listrik saja tetapi juga penerangan cahaya matahari.
Menurut C.L.Littlefield dan R.L. Petersonada dalam buku Moekijat
(1995:136), beberapa keuntungan penerangan yang baik:
a. Produktivitas yang bertambah (meskipun sulit untuk mengukur dengan tepat
berapabanyaknya)
b. Kualitas pekerjaan kurang baik
c. Mengurangi ketegangan mata dan kelelahan rohaniah
d. Semangat kerja pegawai yang lebih baik
e. Prestise yang lebih baik untuk perusahaan
2. Temperatur Atau Suhu Udara
Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh
beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil adalah suhu udara. Suhu
udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan menggunakan
seluruh kemampuan sehingga menciptakan hasil yang optimal. Dalam keadaan
normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh
manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu
sistem tubuh sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di luar tubuh.
3. Kelembaban
Universitas Sumatera Utara
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperatur udara dan secara bersama-sama antara temperatur,
kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan
panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besarbesaran karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut
jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar
panas tubuh dan disekitarnya.
4. Sirkulasi Udara
Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaan oksigen di dalam
udara tersebut telah berkurang dan bercampur denga gas-gas lainnya yang
membahayakan kesehatan tubuh. Hal ini diakibatkan oleh perputaran udara yang
tidak normal. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi yang cukup dan
penggunaan Air Conditioning membantu penggantian udara kotor dengan udara
bersih.
Menurut Moekijat (1989:145), keuntungan udara yang baik adalah:
a. Produktivitas yang tinggi
b. Mutu pendidikan yang lebih baik
c. Kesenangan dan kesehatan pegawai
d. Semangat kerja lebih tinggi
e. Kesan yang menyenangkan bagi para tamu
Universitas Sumatera Utara
5. Kebisingan
Menurut Moekijat (1989:145), Tingkat kebisingan pada kantor merupakan
faktor lingkungan yang harus dipertimbangkan untuk mengelola tingkat kinerja
pegawai yang diinginkan. Apabila tingkat kebisingan melampaui batas yang tidak
diinginkan, beberapa gangguan fisik dan psikologi terhadap mereka akan terjadi.
Kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan menimbulkan kekacauan dalam
bekerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan hendaknya dapat menghilangkan
kebisingan tersebut, setidak-tidaknya mengurangi. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat peredam suara bilamana mungkin mengusahakan sedemikian
rupa sehingga kebisingan menjadi berkurang.
Menurut Moekijat dalam bukunya Tata Laksana kantor (1989:145),
adapun pengaruh suara yang bising:
a. Gangguan mental dan syaraf pegawai
b. Kesulitan dalam konsentrasi, mengurangi hasil, kesalahan yang lebih
banyak
c. Kesulitan dalam menggunakan telepon, dan ketidakhadiran yang lebih
banyak
d. Kesalahan yang bertambah dan semangat kerja pegawai yang berkurang
6. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang
terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan
Universitas Sumatera Utara
kelembaban mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena
itu, penggunaan Air Conditioning yang tepat merupakan salah satu cara yang
dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu di sekitar
tempat kerja.
7. Getaran Mekanis
Getaran mekanis diartikan debagai getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya
sangat mengganggu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam
intensitas maupun frekuensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam
tubuh terdapat frekuensi alam ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran
mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal: konsentrasi kerja; b. datangnya
kelelahan; c. timbulnya beberapa penyakit diantaranya karena gangguan terhadap
mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
8. warna
Menurut Gie dalam bukunya berjudul Administrasi Perkantoran Modern
(1991: 216), warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi
kerja para pegawai. Khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka.
Warna yang tepat juga akan mencegah kesilauan yang timbul karena cahaya yang
berlebih-lebihan.
Penggunaan cahaya dalam ruangan maksudnya adalah bagaimana
pengaruh warna terhadap gairah dan semangat kerja karyawan. Untuk ruangan
Universitas Sumatera Utara
kerja hendaknya dipilihkan warna-warna lembut dan dingin, misalnya cokelat
muda atau krem, abu-abu, abu-abu muda, hijau muda, dan sebagainya. Untuk
warna putih dapat memberikan kesan ruang yang sempit menjadi tampak luas dan
bersaih serta membantu pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.
9. Musik
Musik digunakan untuk membantu pekerjaan, karena penggunaan musik
dapat membentuk pola tingkah laku yang baik (Moekijat, 1989:144). Musik
menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya membantu meningkatkan
kepuasan kerja dan kinerja pegawai dengan menghilangkan rasa bosan dan
monoton dalam melakukan pekerjaan kantor. Tipe musik yang dimainkan akan
mempengaruhi kinerja pegawai.
Meskipun demikian, dalam perusahaan bila musik yang diperdengarkan
tidak menyenangkan, maka lebih baik tanpa musik sama sekali. Sebaiknya bila
musik diperdengarkan menyenangkan, maka akan menimbulkan suasana gembira
dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Perlu ditegaskan lagi musik yang
menyenangkan disini tergantung kesenangan karyawan.
10. Dekorasi
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu
dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga
Universitas Sumatera Utara
dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk
bekerja.
11. Keamanan
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan
aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk
menjaga keamanan di tempat kerja dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas
Keamanan ( SATPAM). Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap
semangat dan gairah kerja karyawan. Jika di tempat kerja tidak aman, karyawan
tersebut akan menjadi gelisah, tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya
serta semangat kerja karyawan akan mengalami penurunan. Keamanan disini
sebenarnya lebih luas dari semua itu, sehingga disini konstruksi gedung tempat
mereka bekerja, konstruksi gedung yang sudah tua, tanpa adanya perbaikan
sewaktu-waktu gedung itu bisa roboh dan bisa memakan korban jiwa. Suatu
perusahaan hendaknya terus berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan
suatu keadaan dan suasana aman tersebut agar karyawan tersebut tidak merasa
terganggu dalam melaksanakan pekerjaannya.
I.5.1.6 Indikator Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2001:26), indikator lingkungan kerja fisik sebagai
berikut:
1. Temperatur
2. Sirkulasi udara
3. Pencahayaan
Universitas Sumatera Utara
4. Kebisingan
5. Bau tidak sedap
6. Tata warna
7. Keamanan
I.5.1.7 Penilaian Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik dapat mendorong kegairahan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Lingkungan kerja fisik yang aman, sehat dan
nyaman merupakan syarat penting sehingga karyawan dapat mengerjakan
pekerjaanya dengan kondisi yang prima. Untuk menjamin kearah ini diperlukan
penilaian terhadap lingkungan tempat kerja.
Menurut Anies (2005:121) penilaian lingkungan kerja fisik terhadap
semua unit perusahaan bertujuan untuk:
a. Memastikan apakah lingkungan kerja (tempat kerja) tersebut telah memenuhi
persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
b. Sebagai pedoman untuk bahan perencanaan dan pengendalian terhadap bahaya
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang ada di setiap tempat kerja.
c. Sebagai data pembantu untuk mengkorelasikan hubungan sebab akibat
terjadinya suatu penyakit akibat kerja maupun kecelakaan.
d. Bahan dokumen untuk mengembangkan program-program K3 selanjutnya.
Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan
kerja fisik ditempuh tiga langkah utama, yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Pengenalan lingkungan kerja, ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan
mengenal, dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali dilakukan
dalam upaya mewaspadai faktor bahaya.
2. Evaluasi lingkungan kerja, merupakan tahap penilaian karakteristik dan
besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk
menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja, dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan keadaan berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan
sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah
lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi
pengendalian memadai untuk pencegahan yang dapat merugikan karyawan.
I.5.2Kinerja
I.5.2.1 Pengertian Kinerja
Menurut Keban dalam (Tangkilisan 2003: 1), kinerja adalah tingkatan
pencapaian hasil atau the degree of accompolishment dapat didefinisikan sebagai
tingkat hasil pencapaian atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkatan
pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Simamora (2003:1), kinerja adalah ukuran keberhasilan
organisasi dalam mencapai misinya. Pamungkas dalam Tjandra (2005:38) kinerja
adalah penampilan cara-cara untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh
dengan aktivitas dicapai dengan suatu unjuk rasa.
Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen dalam
( Tika 2006 : 121 ) adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Stoner mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan,
dan persepsi peranan.
2. Bernadin dan Russel secara definitive menjelaskan kinerja merupakan catatan
outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang
dilakukan selama periode waktu tertentu. Kinerja suatu jabatan keseluruhan
sama dengan jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang
dilakukan.
3. Prawiro Suntoro mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai
seseorang atau kelompok orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seseorang yang dihasilkan oleh kemampuannya yang dilakukan berdasarkan
kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
I.5.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi kinerja
Menurut Mathias (2002:78), kinerja karyawan adalah hal-hal yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi,
antara lain:
1. Kualitas kerja, yaitu kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak
mengabaikan volume kerja
2. Kuantitas kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi
normal
Universitas Sumatera Utara
3. Kerjasama, yaitu kemampuan pegawai dalam membina hubungan dengan
pegawai lain dan pimpinan
4. Pemanfaatan waktu, sesuai tidaknya
dengan waktu yang sudah
direncanakan
I.5.2.3 Tolok Ukur Kinerja
Menurut Hasibuan (2002:56), kinerja pegawai dapat dikatakan baik dinilai
dari beberapa hal:
1. Kesetiaan
Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan kesadaran dan tanggungjawab. Tekad
dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap dan perilaku pegawai
yang bersangkutan dalam kegiatannya sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2. Prestasi Kerja
Prestai kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada umumnya,
prestasi kerja seorang pegawai dipengaruhi kecakapan, pengalaman, dan
kesanggupan pegawai dalam bekerja.
3. Kedisplinan
Kedisplinan adalah kesanggupan pegawai untuk mentaati segala ketetapan,
peraturan perundang-undangan dan peraturan organisasi yang diberikan oleh yang
berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan
baik tertulis maupun lisan.
Universitas Sumatera Utara
4. Kreativitas
Kreativitas adalah kesanggupan pegawai dalam mengembangkan dan
mengeluarkan potensi atau ide-ide yang ada dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
ataupun permasalahan dalam suatu organisasi.
5. Kerjasama
Kerjasama adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersamasama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang
ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan berhasil guna yang sebesar-besarnya.
6. Kecakapan
Kecakapan adalah keterampilan pegawai dalam menyelesaikan tugas
pekerjaannya dilihat dari pelaksanaan kerjanya sesaui dengan hasil yang dicapai.
7. Tanggungjawab
Tanggungjawab
adalah
kesanggupan
seorang
pegawai
dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaikbaiknya dan tepat waktu maka serta berani memikul resiko atau keputusan yang
diambilnya atau tindakan yang dilakukan serta atas penanggungjawaban fasilitas
yang ada.
8. EFektivitas dan Efisiesensi
Efektivitas dan efisiensi dalam hal ini menyangkut tentang pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai dapat berhasil guna sesuai dengan kualitas yang
ditentukan dan dapat berdayaguna sesuai dengan kuantitas yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
.5.2.4 Penilaian Kinerja
Evaluasi kinerja atau penilaian kinerja karyawan yang dikemukakan oleh
Mengginson dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2006:10) adalah sebagai
berikut: “penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk
menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya”. Selanjutnya, pengertianevaluasi kinerja oleh Sikula
yang dikutip dalam Mangkunegara (2006:10) mengemukakan bahwa “ penilaian
kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai pegawai dan
potensi yang dapat dikembangkan” .
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja
yang dilakukan secara sistematis bertujuan untuk mengetahui hasil pekerjaan
pegawai dan kinerja organisasi. Prestasi yang dicapai itu akan menghasilkan suatu
kepuasan kerja yang nantinya berpengaruh terhadap tingkat imbalan. Dalam
penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan
dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Penilaian kinerja dilakukan untuk memberitahu karyawan apa yang diharapkan
pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain.
Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran
sejauh mana kerja dari orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.
1.5.2.5 Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia organisasi,
dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik tetapi
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbeagi bidang
seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai
dengan bidang dan tugasnya semua layak untuk dinilai.
Tujuan penilaian kinerja karyawan menurut Rivai (2011:552) pada
dasarnya meliputi:
1. Meningkatkan etos kerja
2. Meningkatkan motivasi kerja
3. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini
4. Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan
5. Pemberian imabalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji
berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan kenaikan utang
6. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan karyawan yang lain
7. Pengembangan sumber daya manusia yang masih dapat dibedakan lagike
dalam:penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi
perusahaan, kenaikan jabatan, pelatihan
8. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk mengambil
inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja
9. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja menjadi
baik
10.Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan
11.Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier
selanjutnya
12.Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah
Universitas Sumatera Utara
13.Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi
tentang kemajuan kerja mereka.
14. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan
I.5.2.6 Pelaku Penilaian Kinerja
Menurut Robbins (2006:687) dalam penilaian kinerja terdapat beberapa
pilihan dalam penentuan mengenai yang sebaiknya melakukan penilaian tersebut
adalah:
1. Atasan Langsung
Semua hasil evaluasi kinerja pada tingkat bawah dan menengah pada
umumnya dilakukan oleh atasan langsung dari karyawan tersebut.
2. Rekan Sekerja
Evaluasi ini merupakan salah satu sumber paling handal dari penilaian.
Alasan rekan sekerja yang tindakan dimana interaksi sehari-hari member
pandangan menyeluruh terhadap kinerja dalam pekerjaannya
3. Pengevaluasi diri sendiri
Mengevaluasi kinerja mereka sendiri apakah sudah konsisiten dengan
nilai-nilai, dengan sukarela dan pemberian kuasa.
4. Bawahan langsung
Evaluasi bawahan langsung dapat memberikan informasi yang tepat dan
rinci mengenai perilaku seorang manajer, karena lazimnya penilaian y yang
mempunyai kontak yang sering dinilai.
Universitas Sumatera Utara
5. Pendekatan menyeluruh
Pendekatan ini memberikan umpan balik kinerja dari lingkungan penuh
kontas sehari-hari yang mungkin dimiliki karyawan, yang disekitar personal,
ruang surat sampai kepelanggan atasan rekan sekerja.
1.5.2.7 Prinsip Dasar Penilaian Kinerja
Menurut Mangkunegara (2010:13) secara singkat dapat disimpulkan bahwa
prinsip dasar evaluasi kinerja sebagai berikut:
1. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan semata-mata
menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan dan karyawan mampu
menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap saat, setiap ada persoalan baru.
Jadi yang penting adalah kemampuannya.
2. Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya dari hasil diskusi
antar karyawan dengan penyelia langsung, suatu diskusi yang kontruktif untuk
mencari jalan yang terbaik dalam meningkatkan mutu dan baku yang tinggi.
3. Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan kesan
terpaksa, namun dimasukan secara sadar ke dalam corporate planning,
dilakukan secara periodik, terarah dan terprogram, bukan hanya kegiatan yang
dilakukan setahun sekali atau kegiatan yang dilakukan jika manajer ingat saja.
I.5.3 Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Nitisemito (1984: 183) lingkungan kerja fisik adalah segala
sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang terdiri dari
kondisi fisik yang dapat mencakup temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, warna, dekorasi, musik, dan keamanan
di tempat kerja.
Menurut Keban dalam (Tangkilisan 2003: 1), kinerja adalah tingkatan
pencapaian hasil atau the degree of accompolishment dapat didefinisikan sebagai
tingkat hasil pencapaian atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkatan
pencapaian tujuan organisasi. Tolok ukur kinerja dapat dinilai dari kesetiaan,
prestasi kerja, kedisplinan, kreativitas, kerjasama, kecakapan, tanggungjawab, dan
efektivitas dan efisiensi.
Lingkungan kerja fisik merupakan suatu alat ukur yang akan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan jika lingkungan kerja fisik yang ada di dalam sebuah
organisasi itu baik. Lingkungan kerja fisik yang menyenangkan bagi karyawan
lewat sarana dan prasarana yang mendukung dan memadai yang ada di tempat
kerja akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kinerja
karyawan meningkat.
Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja fisik merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Seorang karyawan yang
bekerja di lingkungan kerja fisik yang mendukung dia untuk bekerja secara
optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai
bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang tidak memadai dan tidak mendukung
untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi
malas, cepat lelah sehingga kinerja karyawan akan rendah.
Universitas Sumatera Utara
I.6 Penelitian Terdahulu
Pratama
(2009)
melakukan
penelitian
dengan
judul
”Pengaruh
Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Bagian Produksi PT. Nyonya Meneer Semarang. Hasil penelitian menunjukkan
Kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap semangat kerja
karyawan bagian produksi PT Nyonya Meneer Semarang baik secara simultan
maupun parsial. Variabel lingkungan kerja mempunyai pengaruh lebih besar
terhadap semangat kerja karyawan bagian produksi PT. Nyonya Meneer
Semarang, dengan korelasi parsial sebesar 58,7%.
Septianto (2010) dalam Skripsi yang berjudul “Pengaruh Lingkungan
Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada Pt. Pataya
RayaSemarang”. Pada skripsi tersebut didapati kesimpulan bahwa lingkungan
kerjapada PT. Pataya Raya Semarang mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadapkinerja karyawan ditolak. Karena dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikanlebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,102. Stres kerja pada PT. Pataya
RayaSemarang mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
karyawan ditolak. Karena dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikan lebih
besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,173. Berdasarkan nilai Adjusted R Square dapat
diketahui pengaruh lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kinerja karyawan
bagian karyawan operasional pada PT. Pataya Raya Semarang sebesar 4,5%.
Juniasta (2012) melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pemberian
Indentif Dan Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Semangat Kerja
Karyawan Pada Balai Latihan Pendidikan Tehnik Sumatera Utara.” Penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan
Universitas Sumatera Utara
studi pustaka. Tehnik analisis data menggunakan deskriptif dan metode regresi
linear berganda menunjukkan bahwa pemberian insentif mempunyai hubungan
yang kuat dengan semangat karyawan sebesar 64,9% dan sisanya sebesar 35,1
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa variabel insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap
semangat kerja karyawan pada Balai Latihan Pendidikan dan Teknik Provinsi
Sumatera Utara. Sedangkan secar parsial, variabel lingkungan kerja mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap semangat kerja karyawan pada Balai Latihan
Pendidikan dan Teknik Provinsi Sumatera Utara.
Kaffatin (2012), melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara
persepsi terhadap lingkungan kerja dengan kecenderungan BURNOUT pada
perawat Rumah Sakit Umum daerah Sidoarjo”. Skripsi ini berisi dua persoalan
yang hendak dikaji dalam penelitian ini, yaitu persepsi terhadap lingkungan kerja
dengan Kecenderungan Burnout. Persepsi terhadap Lingkungan kerja adalah
pandangan atau penilaian terhadap segala situasi dan kondisi yang berada di
sekitar tempat karyawan bekerja yang dapat mempengaruhi diri karyawan dalam
menjalankan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. burnout adalah
penderitaan psikologis yang terjadi pada orang yang bekerja pada bidang
pelayanan kemanusiaan (human service) yang disebabkan kelelahan emosi dan
tingginya tuntutan pekerjaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antarapersepsi terhadap lingkungan kerja dengan kecenderungan burnout pada
perawat Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. ini menggunakan pendekatan
manajemen.
Universitas Sumatera Utara
I.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2005:70).
Adapun hipotesis yang dirumuskan peneliti dalam penelitian ini adalah:
Hipotesa Alternatif (Ha) : Yaitu terdapat pengaruh positif antara lingkungan kerja
fisik terhadap kinerja karyawan
Hipotesa Nol (Ho)
: Yaitu
tidak
terdapat
pengaruh
positif
antara
lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan
I.8 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995:33), adalah abstraksi mengenai fenomena
yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian,
keadaan, kelompok, atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.
Maka, berdasarkan judul yang dipilih peneliti, yang menjadi konsep Dari
peneliti ini adalah:
1. Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja
yang berbentuk fisik yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam bekerja.
2. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang yang dihasilkan oleh kemampuannya yang dilakukan berdasarkan
kecakapan, pengalaman sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
I.9 Definisi Operasional
Berdasarkan pendapat Singarimbun (1995:96), definisi operasional adalah
unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel.
Adapun yang menjadi definsi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X) Lingkungan Kerja fisik diukur dengan menggunakan
indikator sebagai berikut:
a.Temperatur/ Suhu udara, yaitu pertukaran udara yang berganti melalui ventilasi
maupun AC yang terdapat pada suatu kantor
b. Sirkulasi Udara, adalah Pertukaran udara yang terjadi pada suatu ruangan untuk
menghasilkan rasa sejuk dan segar.
c. Penerangan atau cahaya, adalah sesuatu yang dapat memberikan cahaya, bisa
dari sinar matahari yang masuk maupun cahaya lampu yang terdapat di dalam
ruangan.
d. Kebisingan, adalah suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi dalam
bekerja
e. Bau-Bauan, adalah sesuatu yang terdapat di sekitar tempat kerja dan dapat
dianggap sebagai pencemaran dan dapat mengganggu konsentrasi.
f. Warna, adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi jiwa seseorang dalam bekerja
g. Keamanan, yaitu perasaan yang menimbulkan ketenangan dalam melakukan
tugasnya
2. Variabel Terikat (Y) penelitian ini adalah kinerja karyawan dapat diukur
dengan indikator sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Kerjasama
4. Pemanfaatan waktu
Universitas Sumatera Utara
I.10 Sistematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesa, definisi
konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II
: METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian.
BABIII
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur
organisasi.
BAB IV
: PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan
menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V
: ANALISA DATA
Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang
disajikan pada bab-bab sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang
membutuhkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Download