MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012. Penelitian dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangras, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Majasem Timur, Tegal, Jawa Tengah, dan di desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur. Materi Ternak Percobaan Materi yang digunakan adalah ayam Kampung pada kondisi dewasa tubuh (umur 6-7 bulan dan bobot badan berkisar 1,4-1,6 kg), sebanyak 329 ekor yang terdiri atas 105 ekor jantan dan 224 ekor betina. Tabel 1 menyajikan jumlah jantan dan betina pada masing-masing lokasi penelitian. Tabel 1. Distribusi Ayam Kampung Penelitian Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar -----------------------------------(ekor)---------------------------------♂ 48 20 37 ♀ 54 89 81 Total 102 109 118 Keterangan: ♂= Jantan; ♀= Betina Alat Alat yang digunakan adalah tabel pengamatan, alat tulis dan kamera digital. Tabel pengamatan berisi data mengenai sifat genetik eksternal ayam Kampung, yang meliputi warna bulu, pola warna, corak warna, kilau warna, bentuk jengger dan warna shank. Prosedur Pengamatan karakter genetik eksternal ayam Kampung meliputi jenis kelamin, warna bulu, pola warna, corak warna, kilau warna, bentuk jengger dan warna shank. Warna bulu meliputi bulu berwarna (selain putih) dan putih. Gambar 8 menyajikan warna bulu ayam Kampung jantan dan betina. (a) Bulu Putih pada Jantan (b) Bulu Berwarna pada Jantan (d) Bulu Berwarna pada Betina (c) Bulu Putih pada Betina Gambar 8. (d) Bulu Berwarna pada Betina Warna Bulu Ayam Kampung (a) Bulu Putih pada Jantan (b) Bulu Berwarna pada Jantan (c) Bulu Putih pada Betina (d) Bulu Berwarna pada Betina Sumber: Dinas Peternakan (2011) Pola warna bulu meliputi hitam, liar dan kolumbian. Gambar 9 menyajikan illustrasi ayam Kampung dengan pola warna bulu hitam, liar dan kolumbian. Corak warna bulu meliputi burik dan polos. Gambar 10 menyajikan illustrasi ayam Kampung dengan corak warna bulu burik dan polos. Kilau warna bulu meliputi perak dan emas. Gambar 11 menyajikan illustrasi ayam Kampung dengan kilau warna bulu perak dan emas. Bentuk jengger meliputi kacang kapri dan tunggal. Gambar 12 menyajikan illustrasi ayam Kampung dengan bentuk jengger kacang kapri dan tunggal. Warna shank meliputi kuning putih dan hitam abu-abu. Gambar 12 13 menyajikan illustrasi ayam Kampung dengan warna shank kuning putih dan hitam abu-abu. (a) Hitam pada Jantan (c) Liar pada Jantan (e) Kolombian pada Betina (b) Kolombian pada Jantan (d) Hitam pada Betina (f) Liar pada Betina Gambar 9. Pola Warna Ayam Kampung pada Jantan dan Betina (a) Hitam pada Jantan (b) Kolumbian pada Jantan (c) Liar pada Jantan (d) Hitam pada Betina (e) Kolumbian pada Betina (f) Liar pada Betina Sumber : Dinas Peternakan (2011) 13 (a) Burik pada Jantan (b) Polos pada Jantan (c) Burik pada Betina (d) Polos pada Betina Gambar 10. Corak Warna Ayam Kampung pada Jantan dan Betina (a) Burik pada Jantan (b) Polos pada Jantan (c) Burik pada Betina (d) Polos pada Betina 14 (a) Perak pada Jantan (c) Perak pada Betina (b) Emas pada Jantan (d) Emas pada Betina Gambar 11. Kilau Warna Ayam Kampung pada Jantan dan Betina (a) Perak pada Jantan (b) Emas pada Jantan (c) Perak pada Betina (d) Emas pada Betina Sumber : Dinas Peternakan (2011) 15 (a) Bentuk Jengger Pea pada Jantan (c) Bentuk Jengger Pea pada Betina (b) Bentuk Jengger Single pada Jantan (d) Bentuk Jengger Single pada Betina Gambar 12. Bentuk Jengger Ayam Kampung pada Jantan dan Betina (a) Bentuk Jengger Pea pada Jantan (b) Bentuk Jengger Single pada Jantan (c) Bentuk Jengger Pea pada Betina (d) Bentuk Jengger Single pada Betina Sumber: Dinas Peternakan (2011) 16 (a) Shank Kuning Putih pada Jantan (b) Shank Hitam Abu-Abu pada Jantan Shank Hitam Abu-Abu pada Betina (c) Shank Kuning Putih pada Betina (d) Shank Hitam Abu-Abu pada Betina Gambar 13. Warna Shank Ayam Kampung pada Jantan dan Betina (a) Shank Kuning Putih pada Jantan (b) Shank Hitam Abu-Abu pada Jantan (c) Shank Kuning Putih pada Betina (d) Shank Hitam Abu-Abu pada Betina Sumber : Dinas Peternakan (2011) Pada penelitian ini diasumsikan bahwa gen-gen yang mewakili sifat tersebut pada masing-masing populasi ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar dalam keadaan kesetimbangan Hardy-Weinberg. Frekuensi gen sifat-sifat tersebut dihitung berdasarkan Stanfield (1982). Laju introgresi, kandungan gen asli dan frekuensi gen asli ayam Kampung pada masing-masing lokasi pengamatan, dihitung berdasarkan Nishida et al. (1980). 17 Pendugaan nilai variabilitas genetik pada masing-masing lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus hetrosigositas harapan per individu (h) dan � ). rata-rata heterosigositas harapan per individu (H Perhitungan dilakukan berdasarkan Hasiguchi et al. (1982). Jarak genetik antara populasi ayam Kampung pada lokasi pengamatan dihitung berdasarkan metode Nei (1987). Rancangan dan Analisis Data Perhitungan Frekuensi Gen Dominan dan Resesif Otosomal Gen dominan otosomal dihitung berdasarkan rumus Stanfield (1982) sebagai berikut: q = �q2 p =1 - q Keterangan: q = frekuensi gen resesif otosomal p = frekuensi gen dominan otosomal Perhitungan tersebut dilakukan pada sifat warna bulu dan bentuk jengger. Gen dominan warna bulu putih dan gen resesif bulu berwarna dihitung pada sifat warna bulu; sedangkan gen dominan bentuk jengger kacang kapri dan gen resesif bentuk jengger tunggal dihitung pada sifat bentuk jengger. Perhitungan Frekuensi Gen Alel Ganda Frekuensi gen alel ganda dihitung menggunakan rumus Stanfield (1982) sebagai berikut: r = √r 2 q= �q + r 2 - r p= 1-q-r Keterangan: p= frekuensi gen alel I ; q= frekuensi gen alel II dan r= frekuensi gen alel III Perhitungan tersebut dilakukan pada sifat pola warna bulu. Gen hitam dominan penuh terhadap gen liar dan gen kolumbian. Gen liar dominan terhadap gen kolumbian. 18 Perhitungan Frekuensi Gen Dominan Terkait Kromosom Kelamin Frekuensi gen dominan terkait kelamin dihitung berdasarkan rumus yang disarankan oleh Stanfield (1982) sebagai berikut: p = frekuensi gen dominan pada betina = betina dengan ekspresi gen dominan ∑ selutuh betina q = frekuensi gen resesif pada betina = 1 – p r= 1–p Keterangan: perolehan p dan q berlaku juga pada populasi ayam jantan Perhitungan tersebut dilakukan pada sifat corak warna bulu, kilau warna bulu dan warna shank. Gen dominan corak warna bulu burik dan gen resesif corak warna bulu polos dihitung pada sifat corak warna bulu. Gen dominan kilau warna bulu perak dan gen resesif kilau warna bulu emas dihitung pada sifat kerlip warna bulu. Gen dominan warna shank kuning-putih dan gen resesif warna shank hitam-abu-buhijau dihitung pada sifat warna shank. Perhitungan Nilai Introgresi Ayam Ras Unggul Luar Negeri Gen bangsa ayam unggul yang mempengaruhi ayam Kampung dihitung berdasarkan rumus yang disarankan oleh Nishida et al. (1980) sebagai berikut: QWL = q Id QNH = q Id - q B QBR = q B - q I Keterangan: QWL = nilai introgresi ayam White Leghorn QNH = nilai introgresi ayam New Hampshire QBR = nilai introgresi ayam Barred Plymouth Rock qI = frekuensi gen warna putih qB = frekuensi gen corak bulu lurik q Id = frekuensi gen warna shank kuning atau putih Kandungan Gen Asli Ayam Kampung Perhitungan kandungan gen asli ayam Kampung dilakukan berdasarkan rumus Nishida et al. (1980) sebagai berikut: 1 - (QWL + QNH + QBR) = I - q Id 19 Keterangan: QWL = gen yang berasal dari bangsa White Leghorn QNH = gen yang berasal dari bangsa New Hampshire QBR = gen yang berasal dari bangsa Barred Plymouth Rock Frekuensi Gen Asli Ayam Kampung (qN) Perhitungan frekuensi gen asli ayam lokal yang tidak mendapat gen yang berasal dari ayam ras q(N) sebagai berikut: qE(N) = qE - qB qs(N) = qs -QNH qe+(N) = qe+ qid(N) = qid qe = qe - QNH qp(N) = qp – qId qs(N) = qs- qB qP(N) = qp Keterangan: QNH= gen yang berasal dari bangsa New Hampshire qE = frekuensi gen pola bulu hitam qe+ = frekuensi gen pola bulu tipe liar qe = frekuensi gen pola bulu kolubian qB = frekuensi gen corak bulu lurik qid = frekuensi gen warna shank kuning/putih qid = frekuensi gen warna shank hitam/abu-abu qp = frekuensi gen bentuk jengger kapri qp = frekuensi gen bentuk jengger tunggal Perhitungan Variabilitas Genetik dalam Populasi Variabilitas genetik dalam populasi ditentukan menggunakan rumus rata-rata � ). Rata-rata heterosigositas harapan per heterosigositas harapan per individu (H � ) dihitung berdasarkan Hashiguchi et al. (1982). Perhitungan variabilitas individu (H genetik dilakukan pada populasi ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar �) Perhitungan Heterosigositas Harapan (H Heterosigositas harapan dihitung menggunakan rumus: n � = 1 − � qi2 H i 20 Keterangan: � = heterosigositas harapan per individu H qi = frekuensi gen ke-i Perhitungan Rata-Rata Heterosigositas Harapan per Individu (H) Rata-rata heterosigositas harapan per individu diperoleh dari pembagian antara jumlah total heterosigositas harapan per individu dalam populasi dibagi dengan jumlah lokus yang diamati. Rata-rata heterosigositas harapan per individu � ) dihitung dengan menggunakan rumus H �= (H Keterangan: ∑h r � = rata-rata heterosigositas harapan per individu H r = jumlah lokus Simpangan baku (SE) heterosigositas dan rata-rata hetrosigositas dihitung sebagai akar dan ragam menurut rumus yang disarankan oleh Nei (1987): 2 SE (h) = �2n(2n−1) {2(2n − 2)[∑ qi2 − (∑ qi2 )2 ] + ∑ qi2 − (∑ qi2 )2 } Keterangan: SE(h) = simpangan baku heterosigositas n = jumlah ayam yang diamati qi = frekuensi gen ke-i 2 �2 � ) = �∑ hi −rH SE(H r(r−1) Keterangan: � ) = simpangan baku rata-rata heterosigositas SE(H R = jumlah lokus yang diamati hi = heterosigositas tiap lokus 21