iii kerangka pemikiran

advertisement
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada bagian kerangka pemikiran teoritis akan dijelaskan teori yang
berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep analisi risiko dan
teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
3.1.1 Konsep Risiko Agribisnis
Menurut Kountur (2004), ketidakpastian yang berdampak merugikan
dikenal dengan istilah risiko (risk), apabila ketidakpastian yang dihadapi
berdampak menguntungkan maka ini dikenal dengan istilah kesempatan
(opportunity). Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak
merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Menurut Robison dan Barry
(1987) risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh
pelaku bisnis sebagi pembuat keputusan dalam bisnis berdasarkan data historis
atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko menunjukkan
kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang
mengalaminya (Harwood, et al., 1999).
Darmawi (2010), Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya
akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata
lain bahwa penggunaan kata “Kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya
ketidakpastiaan. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya risiko. Sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena
berbagai sebab, antara lain:
a.
Jarak waktu dimulai perencaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.
Makin panjang jarak waktu, makin besar ketidakpastiannya.
b.
Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
c.
Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan atau teknik mengambil
keputusan dan sebagainya.
3.1.2 Analisis Risiko Agribisnis
Dalam menganalisis risiko, digunakan alat ukur risiko antara lain varian
(variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient
22
variation). Ukuran risiko tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan
mengetahui nilai dari ukuran-ukuran risiko tersebut, maka pelaku usaha dapat
mengambil keputusan untuk menentukan sikap dalam memilih kegiatan usaha
yang dijalankan dengan besarnya risiko yang dihadapi. Setiap pelaku usaha
memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko, perilaku tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry,
1987):
a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan ,
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan
yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasaan.
b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan,
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan
yang diharapkan.
c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini
menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam dari keuntungan, maka pembuat
keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan
keuntungan yang diharapkan.
3.1.3 Sumber-sumber Risiko
Menurut Harwood, et al. (1999), beberapa sumber risiko yang dapat
dihadapi oleh pelaku usaha diantaranya adalah :
1) Risiko Produksi, sumber-sumber yang terjadi pada risiko produksi dapat
disebabkan oleh cuaca, iklim, curah hujan, dan hama penyakit tanaman.
2) Risiko Pasar atau Harga, dapat disebabkan oleh adanya inflasi harga.
3) Risiko Kelembagaan, dapat disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan dari
suatu lembaga.
4) Risiko Individu, dapat disebabkan oleh adanya kematian, kecelakaan,
perceraian.
5) Risiko Finansial, dapat disebabkan oleh adanya fluktuasi tingkat suku bunga
pinjaman dan nilai tukar mata uang.
23
Darmawi (1997) menyatakan bahwa sumber penyebab risiko dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Risiko Sosial; (2) Risiko Fisik; (3) Risiko
Ekonomi. Sedangkan menurut Kadarsan (1995) sumber penyebab risiko adalah :
(1) Risiko Produksi; (2) Risiko Harga; (3) Risiko Teknologi; (4) Risiko karena
tindakan pihak lain; dan (5) Risiko Sakit. Dari beberapa sumber tersebut, ternyata
risiko yang paling utama dihadapi oleh PT Istana Alam Dewi Tara dalam
memproduksi tanaman hias adalah risiko produksi.
3.1.4 Strategi Pengelolaan Risiko
Dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan, diperlukan
suatu proses yang dikenal dengan istilah Proses Pengelolaan Risiko. Proses
pengelolaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3.
PROSES
Identifikasi Risiko
Evaluasi
Pengukuran Risiko
Penanganan Risiko
Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan
Sumber : Kountur, 2008
Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko untuk
mengetahui sumber-sumber risiko yang merupakan output/hasil dari identifikasi
risiko. Setelah semua risiko teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah
pengukuran risiko, yaitu dengan menggunakan alat analisis variance, standard
deviation dan coefficient variation. Pengukuran ini dimaksudkan agar dapat
menghasilkan apa yang disebut dengan tingkat risiko. Tingkat risiko adalah
ukuran yang menunjukkan seberapa besar risiko yang dihadapi perusaan dalam
memproduksi tanaman hias. Proses selanjutnya adalah melakukan penanganan
24
risiko yang dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan
untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi. Setelah itu, evaluasi merupakan
aktivitas selanjutnya dari proses manajemen risiko perusahaan (Kountur 2008).
Kountur (2008) menjelaskan strategi pengelolaan risiko dapat dilakukan
dengan strategi preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari
terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur
b. Mengembangkan sumberdaya manusia
c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
PT Istana Alam Dewi Tara biasa disebut “Istana Alam Nursery”,
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang meliputi
bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. PT Istana Alam Dewi
Tara memiliki lahan seluas ± 3 Ha yang digunakan untuk memproduksi berbagai
macam tanaman hias dan tanaman buah. Salah satu tanaman hias yang berpeluang
diusahakan PT Istana Alam Dewi Tara adalah Dipladenia crimson.
Dalam mengusahakan Dipladenia crimson PT Istana Alam Dewi Tara
menghadapi kendala yaitu risiko produksi. Sumber-sumber yang menjadi
penyebab terjadinya risiko produksi Dipladenia crimson antara lain kondisi cuaca
dan iklim yang sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit, serta tinggkat
keterampilan tenaga kerja yang masih belum memadai.
Adanya risiko pada kegiatan produksi dapat menyebabkan kerugian seperti
jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang menurun. Dalam hal
ini perlu adanya upaya untuk meminimalkan risiko produksi. Risiko produksi
dapat diminimalkan dengan melakukan strategi pengelolaan risiko yaitu dengan
melakukan strategi preventif yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko.
Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
25
Produksi tanaman hias Dipladenia crimson “PT Istana Alam Dewi Tara”
Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson
Fluktuasi Hasil Produksi
Sumber Risiko : Cuaca, dan
iklim, Hama, Penyakit,
Teknologi, Bibit dan,
Tenaga Kerja
Fluktuasi Produksi
Identifikasi sumber-sumber
risiko dengan pendekatan
kualitatif:
- Aspek Teknis
- Aspek Ekonomis
Manajemen Risiko yang
diterapkan PT. Istana
ALam Dewi Tara
Analisis Risiko dengan
pendekatan kuantitatif:
Variance, Standard
Deviation, Coefficient
Variation.
Alternatif Strategi Preventif yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya risiko
Gambar 4.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi
Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi
Tara di Sawangan Depok.
26
Download