BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sistem

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Sistem Keuangan dan Pasar Obligasi
Berbicara tentang pasar obligasi tentunya tidak akan lepas dari suatu payung
yang lebih besar menaunginya, yaitu pasar keuangan. Namun demikian, jika diruntut
lebih jauh lagi, sebenarnya pasar keuangan (financial market) bersama lembaga
keuangan (financial intermediaries) hanyalah bagian dari suatu sistem besar dalam
perekonomian, yaitu sistem keuangan. Sistem keuangan pada dasarnya menciptakan
suatu sarana atau transmisi untuk mentransfer dana dari perseorangan dan kelompok
yang menyimpan uangnya kepada individu atau kelompok yang membutuhkan dana
dalam suatu perekonomian (Mishkin, 1995 dan Hubbard, 2002).
Dari gambar di bawah terlihat bahwa aliran dana mengalir dari agen-agen
ekonomi di masyarakat menuju pasar keuangan (financial market) ataupun lembaga
keuangan (financial intermediaries), dan sebaliknya. Agen-agen ekonomi yang
dimaksud adalah rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, sedangkan pasar
keuangan dapat berupa pasar saham atau pasar obligasi dan yang termasuk lembaga
keuangan adalah bank, perusahaan asuransi ataupun perusahaan sekuritas.
Adapun mekanisme aliran dana dari penabung kepada peminjam dalam suatu
sistem keuangan ditunjukkan melalui gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
13
Return
Financial
Market
Fund
Return
Fund
Households
Firms
Goverments
Households
Firms
Goverments
Savers
Savers
Return
Fund
Financial
Intermediaries
Return
Fund
Sumber: Hubbart (2002).
Gambar 2.1. Transmisi Dana dalam Sistem Keuangan
Perbedaan mendasar antara dua elemen penting sistem keuangan tersebut
adalah pada pasar keuangan yang menghubungkan secara langsung antara penabung
(savers) dan peminjam (borrowers). Dengan kata lain, pihak penabung individu
memegang instrumen keuangan yang diterbitkan secara langsung oleh pihak
peminjam individu. Sedangkan lembaga keuangan menghubungan penabung (savers)
dan peminjam (borrowers) secara tidak langsung. Lembaga ini memfasilitasi
perdagangan keuangan dengan mengumpulkan dana dari para penabung kemudian
menginvestasikannya dalam bentuk utang atau ekuitas yang diterbitkan oleh
peminjam.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Teori Permintaan dan Penawaran Obligasi
Perdebatan mengenai perilaku keuangan pemerintah, khususnya yang
berhubungan dengan anggaran negara terus berlangsung hingga saat ini. Pengambilan
keputusan untuk mencari sumber dana guna membiayai defisit anggaran adalah salah
satu isu yang terus menjadi perhatian para pengambil keputusan, dalam hal ini
pemerintah, ekonom dan publik atau masyarakat sendiri. Untuk Indonesia, sumbersumber untuk membiayai defisit anggaran selama ini berasal dari dalam dan luar
negeri. Walaupun pada praktiknya sumber dana untuk membiayai defisit anggaran
dari dalam negeri, khususnya yang berasal dari obligasi pemerintah untuk pasar
domestik, baru diperkenalkan ke publik pada tahun 1999. Upaya ini dilakukan
pemerintah untuk mencapai tujuan mengembangkan pasar obligasi dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri.
Ada dua kerangka teori yang dapat digunakan dalam penentuan nilai suku
bunga, yaitu kerangka teori dana pinjaman yang menggunakan mekanisme
permintaan dan penawaran di pasar obligasi dan kerangka teori preferensi likuiditas
yang menggunakan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar uang. Proses teori
dana pinjaman melibatkan perilaku dua pelaku penting dalam pasar, yaitu penjual dan
pembeli. Asumsi lain yang digunakan adalah kita hanya mengamati dua komponen
obligasi, yaitu kuantitas dan harga serta menganggap komponen lainnya tetap (ceteris
paribus).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hubbart (2002), ada dua sudut pandang dalam memahami
mekanisme permintaan dan penawaran di pasar obligasi. Pertama, kita memandang
obligasi sebagai barang, artinya pihak yang meminjamkan itu adalah orang yang
membeli obligasi dan pihak yang meminjam adalah orang yang menjual obligasi dan
besarnya uang yang dibayarkan oleh pihak pemberi pinjaman untuk membeli obligasi
adalah harga dari obligasi tersebut. Sebaliknya, sudut pandang kedua melihat
penggunaan dana sebagai barang. Dalam kasus ini pihak yang meminjam adalah
pembeli karena ia yang bertindak membeli dana dan akan mengembalikan dana
tersebut dengan suatu tingkat suku bunga tertentu sebagai harga, sedangkan
penjualnya adalah pihak pemberi pinjaman karena dia yang berperan menyediakan
dana di dalam pasar. Untuk memperjelas pernyataan di atas dapat dilihat tabel berikut
ini:
Tabel 2.1. Dua Sudut Pandang dalam Pasar Obligasi
Obligasi sebagai barang
Pihak peminjam yang
menerbitkan obligasi
Pihak pemberi pinjaman yang
Pembeli
membeli obligasi
Harga obligasi
Harga
Sumber: Hubbart (2002).
Penjual
Dana sebagai barang
Pihak pemberi pinjaman yang
menyediakan dana
Pihak peminjam yang
membutuhkan dana
Suku bunga
Akan tetapi dari sudut pandang pemerintah, funds is the good, maka
menentukan harga dan kuantitas keseimbangan di pasar obligasi dapat ditentukan
melalui analisis kurva permintaan dan penawaran dana penjualan obligasi.
Berdasarkan sudut pandang ini, kurva permintaan dana menunjukkan hubungan
Universitas Sumatera Utara
negatif antara jumlah dana yang diminta oleh peminjam dan tingkat suku bunga,
ceteris paribus.
Selanjutnya kurva penawaran dana adalah kurva yang menunjukkan hubungan
positif antara jumlah dana yang disediakan oleh pemberi pinjaman dan tingkat suku
bunga (yield). Slope positif pada kurva penawaran dana dapat diinterpretasikan
sebagai berikut. Kuantitas penawaran dana lebih kecil pada saat suku bunga (yield)
obligasi rendah dan sebaliknya, penawaran akan lebih besar pada saat tingkat suku
bunga (yield) obligasi lebih tinggi tinggi karena suku bunga yang tinggi menjadikan
obligasi ini menjadi instrumen investasi yang lebih menarik karena tingkat return
yang tinggi sehingga pada akhirnya pihak pemberi pinjaman bersedia untuk
menyediakan lebih banyak dana di pasar, ceteris paribus.
Gambar berikut menunjukkan besarnya dana yang diminta oleh peminjam dan
berapa suku bunga atau yield dari obligasi sebagai harga.
Sumber : Hubbart (2002).
Gambar 2.2
Universitas Sumatera Utara
Keseimbangan di Pasar Obligasi
Untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang seimbang di pasar, maka harus
memperhatikan informasi dari kurva permintaan dan penawaran dana. Oleh karena
itu, kita harus menyatukan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk
menghasilkan diagram keseimbangan. Interaksi antara kurva permintaan dan
penawaran dana dalam pasar obligasi merupakan analisis statis yang mengabaikan
faktor-faktor lain di luar harga dan kuantitas. Namun pada kenyataannya, sangatlah
tidak mungkin untuk mengabaikan pengaruh-pengaruh variabel lain yang mengubah
keseimbangan
harga
dan
kuantitas
dalam
pasar
obligasi.
Ketika
kita
mempertimbangkan pengaruh variabel-variabel lain ke dalam model, maka baik
kurva permintaan maupun kurva penawaran akan bergerak ke kanan atau ke kiri dan
kita akan memperoleh titik keseimbangan yang baru.
Pergeseran kurva permintaan dana dapat diilustrasikan dalam gambar berikut
ini :
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hubbart (2002).
Gambar 2.3
Pergeseran Kurva Permintaan Dana
Sebagaimana terlihat dalam gambar di atas, keseimbangan awal adalah pada
titik E0, namun apabila ada kenaikan peminjaman dari pihak peminjam, maka akan
meningkatkan jumlah dana yang diminta pada semua tingkat suku bunga. Oleh
karena itu, kurva permintaan akan bergeser dari L0d ke L1d, dan pada keseimbangan
yang baru (E1), tingkat suku bunga (yield) naik dari i0 ke i1. Sebaliknya, jika ada
penurunan keinginan untuk meminjam, maka akan menurunkan jumlah dana yang
diminta pada semua tingkat suku bunga, kurva permintaan akan bergeser ke kiri, dari
L0d ke L2d, dan keseimbangan baru berada pada titik E2 dengan tingkat suku bunga
(yield) yang menurun ke titik i2.
Universitas Sumatera Utara
Hubbard (2002) mencatat bahwa beberapa variabel yang dapat menggeser
kurva permintaan dana ke kanan (baik bagi perusahaan maupun pemerintah) dan
menyebabkan suku bunga (yield) naik antara lain : naiknya ekspektasi keuntungan
dari investasi, kenaikan subsidi pajak bagi investasi, kenaikan ekspektasi inflasi dan
kenaikan defisit anggaran pemerintah. Sebaliknya, variabel yang dapat menggeser
kurva permintaan ke kiri sehingga suku bunga (yield) turun adalah kenaikan pajak
atas profit karena pajak akan mengurangi keuntungan investasi dan akhirnya
mengurangi keinginan perusahaan untuk menambah utang investasinya.
Mekanisme yang serupa juga terjadi pada pergeseran kurva penawaran dana
karena pengaruh beberapa variabel di luar harga dan kuantitias yang berubah. Hal ini
dapat ditunjukkan melalui gambar berikut ini :
Sumber : Hubbart (2002).
Gambar 2.4
Pergeseran Kurva Penawaran Dana
Universitas Sumatera Utara
Pihak yang berperan pada kasus pergeseran kurva penawaran dana adalah
penjual, dalam hal ini pihak pemberi pinjaman. Jika pihak pemberi pinjaman
berkeinginan untuk menyediakan lebih banyak dana, maka kurva penawaran dana
akan bergeser ke kanan atau bergerak dari titik keseimbangan L0s ke titik
keseimbangan baru L1s. pada keseimbangan yang baru ini tingkat suku bunga (yield)
turun dari i0 ke i1. Sebaliknya, apabila keinginan pihak pemberi pinjaman berkurang,
maka kurva penawaran dana akan bergesers ke arah kiri yang berarti menuju titik
keseimbangan baru pada L2s dan menaikkan tingkat suku bunga (yield) keseimbangan
baru dari i0 ke i2. Beberapa variabel yang dapat menggeser kurva penawaran dana ke
kakan sebagaimana dikemukakan oleh Hubbard (2002) antara lain : naiknya
kekayaan anggota masyarakat, meningkatnya ekspektasi keuntungan memiliki
obligasi dan ekspektasi suku bunga serta meningkatnya likuiditas obligasi
dibandingkan aset lainnya. Pada sisi lain, peningkatan ekspektasi inflasi, ekspektasi
keuntungan dari investasi aset lain, resiko memegang obligasi dibandingkan aset lain
dan biaya informasi akan menggeser kurva penawaran dana ke kiri.
2.1.3 Pengertian Obligasi
Obligasi secara umum didefinisikan sebagai surat pengakuan utang dengan
kesanggupan untuk mengembalikan pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
(saat jatuh tempo) dan kewajiban membayar bunga (kupon) secara periodik sampai
jatuh tempo. Sedangkan obligasi pemerintah adalah surat pengakuan utang yang
diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai berbagai keperluan pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
misalnya membiayai defisit anggaran belanja negara, pembiayaan pembangunan,
instrumen fiskal, dan membiayai program rekapitalisasi perbankan seperti yang
dialami Indonesia sekarang ini.
Di dalam dunia perekonomian, obligasi adalah alat yang lazim digunakan
pelaku ekonomi defisit (seperti: perusahaan dagang, pabrik, perusahaan transportasi,
real estate, perusahaan pemasok kebutuhan umum, badan-badan pemerintah pusat,
lokal, dan kantor walikota) untuk mendapatkan modal (kapital). Pada sisi lain pemilik
modal sebagai pelaku ekonomi surplus misalnya investor perorangan biasanya
menggunakan obligasi atau surat-surat utang tersebut sebagai wahana investasi
(piranti investasi). Selain investor perorangan ada juga perusahaan yang membeli
obligasi (jangka pendek atau jangka panjang) untuk tujuan investasi. Obligasi dalam
blok besar pada umumnya dikuasai/dimiliki oleh investor lembaga, perusahaan
asuransi, bank, perusahaan efek (investment trust), lembaga pendidikan dan lembagalembaga amal.
Salah satu ciri penting setiap obligasi adalah “adanya jangka waktu jatuh
tempo atau adanya tahun-tahun tertentu”, di mana sepanjang tahun-tahun tersebut
peminjam uang atau emiten, berjanji akan memenuhi semua perjanjian utang yang
dituangkan dalam kontrak. Baik Obligasi maupun “wesel bayar jangka panjang”
sesuai dengan bunyi kontrak, harus membayar bunga setiap akhir interval atau setiap
akhir periode dan juga membayar pokok obligasi apabila sudah sampai pada tanggal
jatuh tempo. Jika penerbit obligasi tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya tepat
Universitas Sumatera Utara
waktu atau dinyatakan default, penerbit dapat dituntut untuk dinyatakan pailit di
pengadilan.
Fluktuasi harga obligasi selama ditahan atau dimiliki investor, pada umumnya
lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi harga saham, tetapi penghasilan yang
diterima berupa bunga dan pokok obligasi lebih teratur dan terjamin dibandingkan
dengan saham yang penuh risiko. Karena penghasilannya yang diharapkan (expected
return) dari obligasi relatif pasti, biasanya obligasi dianggap sebagai fixed income
securities atau sekuritas berpenghasilan pasti. Dilihat dai sudut risiko, obligasi
disebut juga sebagai surat utang bebas risiko (riskfree), terutama jika penerbitnya
pemerintah.
2.1.4 Jenis-Jenis Obligasi
a. Obligasi yang hanya didasarkan pada kontrak antara kelompok perusahaan
yang meminjam (emiten) dengan investor (pembeli obligasi) tanpa
dilandaskan pada jaminan aktiva tetap tertentu disebut sebagai indenture.
Satuan atau denominasi obligasi biasanya dipecah atas lembaran-lembaran
dengan nilai nominal $1000. Pembayaran cicilan bunga obligasi dilakukan
emiten atau dilakukan agen pembayar yang ditunjuk khusus, dilakukan tiap
interval tertentu, biasanya selang waktu setengah tahun. Jadi pembayarannya
tengah tahunan. Apabila seluruh obligasi jatuh tempo sekaligus pada satu
tanggal tertentu, obligasi disebut term bonds; dan obligasi yang jatuh
temponya secara berangsur-angsur disebut sebagai serial bonds.
Universitas Sumatera Utara
b. Obligasi yang diterbitkan oleh korporasi swasta dapat dikelompokkan atas
obligasi dengan jaminan (secured bonds) dan obligasi tanpa jaminan
(unsecured bonds). Secured bonds menyediakan perlindungan kepada
investor berupa hipotik (real estate) milik emiten dan aktiva tetap lainnya,
atau menggadaikan aktiva sebagai kolateral. Obligasi hipotik pertama (the
first mortgage bonds) mendapat kesempatan utama untuk dilunasi dari
penjualan aset perusahaan jika perusahaan tidak mampu membayar bunga dan
pokok obligasi. Sedangkan obligasi hipotik kedua (a second mortgagebond)
memiliki peringkat kedua untuk dilunasi yakni setelah obligasi hipotik
pertama dilunasi seluruhnya. Jenis lain adalah a collateral trust bond yang
biasanya dijamin dengan saham dan obligasi perusahaan lain yang milik
emiten. Sekuritas semacam ini biasanya ditransfer kepada waliamanat
(trustee) yang menyimpannya sebagai kolateral atas nama pemilik obligasi
dan, jika terpaksa dijual untuk memenuhi tuntutan pemegang obligasi.
c. Debenture bond. Obligasi yang tidak dilindungi dengan menggadaikan
property (aktiva tetap) tertentu biasanya disebut sebagai debenture bonds.
Pemilik obligasi ini sama seperti kreditur umum atau orang yang
meminjamkan uangnya kepada emiten. Risiko obligasi ini tergantung pada
keuangan emiten. Artinya debentures yang dikeluarkan oleh emiten raksasa
atau perusahaan kuat risikonya relatif kecil, sebaliknya jika emiten yang
mengeluarkan debentures lemah di mana kebanyakan propertinya sudah
digadaikan, risikonya relatif besar.
Universitas Sumatera Utara
d. Guaranteed bonds. Apabila ada pihak tertentu berjanji melunasi obligasi
manakala emiten gagal memenuhi kewajibannya (melunasi bunga dan pokok
obligasi), obligasi semacam ini disebut guaranteed bonds. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan induk menjamini pelunasan obligasi yang dikeluarkan
anak perusahaan. Artinya jika si anak perusahaan mengalami default atau
cidera janji tidak sanggup membayar obligasi, si perusahaan induk akan
menanggulangi pembayaran obligasi tersebut. Bank Indonesia menjamin
obligasi Bank bermasalah yang dalam perawatan BPPN berarti obligasi ini
adalah termasuk guaranteed bonds.
e. Income bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan manakala sebuah perusahaan
mengalami kegagalan usaha dan terpaksa di reorganisasi. Bunga income
bonds dilunasi hanya jika mempunyai penghasilan atau pemasukan. Sifat
income bonds ada dua, yaitu kumulatif dan nonkumulatif. Jika sifatnya
kumulatif, bunga obligasi yang tidak dapat dibayar pada tahun berjalan, akan
dilunasi pada tahun berikut scara kumulatif, dengan catatan bahwa tahun
berikutnya perusahaan menghasilkan keuntungan. Jika obligasi adalah
nonkumulatif, seandainya pada tahun berjalan perusahaan tidak mempunyai
penghasilan untuk membayar bunga, maka bunga tahun berjalan dianggap
tidak ada, tidak ada utang bunga yang harus dibayar pada tahun berikutnya.
Dalam hal ini, tidak ada tuntutan atas ketidak mampuan perusahaan
membayar bunga tahun berjalan.
Universitas Sumatera Utara
f. Revenue bond. Seringkali investor membeli obligasi pemerintah karena
percaya kepada otoritas pemerintah di dalam pemungutan pajak, dan percaya
bahwa pemerintah senantiasa mampu mendapatkan dana untuk membayar
utangnya. Obligasi pemerintah dapat di identifikasi dengan obligasi yang
diterbitkan oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara), pelunasan bunga dan
pokok obligasi dilakukan dengan pendapatan hasil operasi badan usaha.
g. Convertible bond. Obligasi sangat mungkin dikonversi menjadi sekuritas lain
tergantung pada opsi yang dimiliki pemegang obligasi. Obligasi seperti ini
lazimnya disebut convertible bonds. Ciri obligasi ini adalah bahwa
pemiliknya boleh menukarkannya menjadi saham biasa. Jadi pemilik obligasi
boleh menukar haknya atas pembayaran bunga dengan hak sebagai pemilik,
karena melihat operasi perusahaan berhasil baik dan konversi obligasi
menjadi saham menjadi atraktif (menguntungkan); sementara hak khusus
sebagai kreditur tetap dipertahankan.
h. Callable bonds. Sifat lain obligasi yang dirancang untuk memenuhi
kepentingan emiten (penerbit obligasi) adalah bahwa obligasi dapat ditarik
kembali (ditebus kembali) sebelum jatuh tempo. Sebagai contoh di dalam akte
obligasi biasanya dimuat pasal (klausula) yang mengatur bahwa perusahaan
berhak membeli atau melunasi obligasi sebelum tiba jatuh tempo.
Terminologinya adalah disebut callable bonds. Ketika korporasi/badan usaha
ingin mengurangi surat utangnya yang beredar (outstanding), pemegang
obligasi akan diberitahukan porsi obligasi yang akan ditebus kembali, dan
Universitas Sumatera Utara
akan dibayar sesuai dengan call provision (pasal dalam akte obligasi yang
mengatur pembelian kembali obligasi oleh emiten). Setelah tanggal
penebusan kembali tidak ada lagi tambahan bunga yang harus dibayar emiten.
i. Registered bonds vs Bearer or coupon bonds. Kadang kala obligasi dapat juga
diklasifikasikan atas : (1) registered bonds atau obligasi yang nama
pemiliknya
didaftarkan
pada
pembukuan
emiten
(perusahaan
yang
mengeluarkan obligasi), Pengalihan kepemilikan obligasi ini sama dengan
transfer kepemilikan saham biasa. Ketika obligasi dijual, agen pemindah
bukuan korporasi membatalkan sertifikat obligasi yang dilepas penjual dan
menerbitkan sertifikat baru atas nama pembeli terakhir. Cek pembayaran
bunga dikirim lewat pos secara periodik kecatatan (pembukuan) pembeli, dan
(2) bearer or coupon bonds atau obligasi yang pemiliknya tidak tercatat pada
pembukuan emiten. Setiap obligsi disertai dengan kupon untuk pembayaran
bunga obligasi sampai dengan jatuh tempo. Kupon akan dirobek oleh pemilik
obligasi dan diserahkan kepada bank untuk di depositokan atau ditagih.
Penerbitan bearer bonds menghilangkan keharusan
mencatat setiap
perubahan pemilik dan menyiapkan dan mengirimkan cek pembayaran bunga
secara periodik. Tetapi coupon bonds gagal untuk melindungi pemilik
obligasi seperti pada registered bonds, jika obligasi hilang atau dicuri orang.
2.1.5 Obligasi Negara Ritel (ORI)
Universitas Sumatera Utara
Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan bagian dari Obligasi Negara.
Sementara Obligasi Negara merupakan bagian dari Surat Utang Negara. Obligasi
Negara Ritel (ORI) adalah Obligasi Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia untuk dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara
Indonesia melalui Agen Penjual. Agen Penjual yang dimaksud ialah bank dan atau
perusahaan efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan
penjualan Obligasi Negara Ritel.
Dalam menerbitkan ORI ini terdapat dasar hukum yang menyertainya, yaitu
sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006 tentang Penjualan
Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.08/2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006 tentang Penjualan
Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana
Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2002 disebutkan tujuan diterbitkannya
Surat Utang Negara. Oleh karena ORI juga merupakan bagian dari Surat Utang
Negara maka tujuan diterbitkannya ORI ialah sebagai berikut:
a. Membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
b. Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus
kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun
anggaran.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengelola portofolio utang negara.
d. Diversifikasi sumber pembiayaan.
Adapun manfaat diterbitkannya ORI ialah sebagai berikut:
a. Memperluas dan memperkuat basis investor obligasi negara di pasar domestik
sehingga mengurangi ketergantungan pada investor institusi, termasuk asing.
b. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berperan aktif secara langsung
dalam pembangunan nasional.
c. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi langsung
dalam Pembangunan Nasional.
d. Pembayaran kupon dan pokok dilakukan tepat waktu dan secara online ke
dalam rekening tabungan investasi
ORI merupakan salah satu instrumen investasi. Oleh karena itu, juga terdapat
risiko investasi. Akan tetapi, ORI juga memiliki keuntungan. Adapun keuntungan
berinvestasi pada ORI antara lain sebagai berikut:
a. Aman dan terjamin karena pembayaran kupon don pokoknya dijamin oleh
Undang-Undang
b. Memberikan keuntungan yang menarik karena kupon yang lebih tinggi dari
suku bunga bank (di pasar perdana) dan adanya potensi capital gain di pasar
sekunder.
c. Prosedur pembelian dan penjualan yang mudah dan transparan.
d. Dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder sesuai dengan harga pasar.
Universitas Sumatera Utara
e. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi langsung
dalam Pembangunan Nasional.
f. Pembayaran kupon dan pokok dilakukan tepat waktu dan secara online ke
dalam rekening tabungan investor.
Sementara itu, risiko yang menyertai investasi pada ORI ialah sebagai berikut:
a. Pada prinsipnya investasi pada ORI adalah investasi yang bebas terhadap
risiko gagal bayar (default risk) yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar
kupon dan pokok kepada Investor. Investasi pada ORI terbebas dari risiko
gagal bayar karena Pemerintah berdasarkan Undang-Undang SUN dan
Undang-Undang APBN setiap tahunnya menjamin pembayaran kupon dan
pokok SUN, termasuk ORI hingga masa jatuh temponya.
b. Tetapi, pada transaksi di Pasar Sekundar dimungkinkan adanya risiko pasar
berupa capital loss akibat harga jual yang lebih rendah dibandingkan harga
beli, di mana risiko tersebut dapat dihindari dengan tidak menjual obligasi
Negara yang dimiliki sampai dengan jatuh tempo.
c. Selain itu, investor juga dihadapkan pada risiko likuiditas di mana adanya
potensi kerugian apabila sebelum jatuh tempo pemilik ORI yang memerlukan
dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual ORI di pasar sekunder pada
tingkat harga (pasar) yang wajar.
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga ORI
a. Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Inflasi merupakan permasalahan klasik di dalam perekonomian, tidak
terkecuali untuk masalah investasi. Dengan adanya inflasi daya beli masyarakat
menjadi turun karena kekuatan uang secara riil tidak ada atau melemah yang akan
mempengaruhi permintaan dan harga suatu barang di mana dengan tingginya inflasi
akan membuat masyarakat lebih mementingkan masalah konsumsi dibandingan untuk
menabung atau berinvestasi. Seiring peningkatan inflasi akan menurunkan minat
masyarakat untuk berinvestasi membeli obligasi ritel ORI, hal ini akan menurunkan
permintaan terhadap ORI di mana penawarannya adalah tetap maka akan
menurunkan harga ORI tersebut. Dengan demikian terdapat hubungan negatif dan
searah antara inflasi dengan harga ORI.
b. Suku Bunga Deposito
Deposito merupakan salah satu unsur dari dana pihak ketiga di mana deposito
memiliki suku bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan instrumeninstrumen dana pihak ketiga lainnya. Selain itu deposito memiliki masa waktu
pengambilan tertentu tidak seperti instrumen dana pihak ketiga lainnya terutama
tabungan yang bisa sewaktu-waktu diambil atau dialihkan. Deposito merupakan salah
satu bentuk investasi masyarakat, sehingga merupakan instrumen investasi lain selain
investasi obligasi pemerintah. Karena itu, ada hubungan negatif dan searah antara
suku bunga deposito dengan harga ORI. Di mana peningkatan suku bunga deposito
akan mengurangi permintaan terhadap ORI karena adanya pengurangan keuntungan
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh investor ORI jika tetap menempatkan dananya ke instrumen ORI
dibandingkan memindahkan dana tersebut ke dalam bentuk deposito.
c. BI Rate
Suku bunga merupakan elemen penting dalam analisis harga obligasi, di mana
suku bunga akan mempengaruhi return yang akan diperoleh investor apakah ia akan
memperoleh capital gain atau capital loss dari suatu perubahan suku bunga. BI Rate
merupakan suku bunga acuan yang dijadikan berbagai pihak sebagai landasan untuk
berbagai kepentingan yang berhubungan dengan keuangan, tidak terkecuali dengan
harga obligasi ritel ORI di pasar sekunder. Jika BI Rate mengalami peningkatan akan
menyebabkan permintaan terhadap obligasi ritel ORI akan turun yang mendorong
melemahnya harga ORI dan sebaliknya akan meningkatkan harga ORI jika BI Rate
mengalami penurunan, sehingga terdapat hubungan negatif antara tingkat BI Rate
dengan harga obligasi ritel ORI di pasar sekunder.
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan cerminan keadaan sahamsaham keseluruhan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penempatan dana masyarakat
untuk membeli saham merupakan salah satu bentuk investasi yang semakin hari
semakin meningkat secara signifikan. Hal ini akan mempengaruhi permintaan
terhadap obligasi pemerintah yang berhubungan dengan harga ORI tersebut. Semakin
tinggi IHSG mencerminkan tingginya harga-harga saham secara keseluruhan yang
memberikan gambaran tingginya permintaan masyarakat terhadap saham-saham
tersebut dan dapat juga mengindikasikan kondusifnya iklim investasi di pasar modal
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Hal ini akan mempengaruhi permintaan terhadap obligasi pemerintah yang
akan meningkat dibarengi peningkatan harga ORI tersebut. Dengan demikian terdapat
hubungan positif dan searah antara IHSG dengan harga ORI
2.2 Landasan Hasil Penelitian Terdahulu
2.2.1 Penelitian Terdahulu
1. Desmon
Silitonga,
dkk.
(2009),
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi spread harga pada ORI. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
indeks obligasi dan kurs merupakan variable yang signifikan berpengaruh
terhadap perubahan harga ORI, di mana indeks obligasi berpengaruh negatif
signifikan, sedangkan kurs berpengaruh positif terhadap perubahan harga
ORI.
2. Elfithasari (2008), menganalisis pengaruh faktor fundamental ekonomi
terhadap indeks harga obligasi perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa
faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi indeks harga obligasi perusahaan
adalah tingkat bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang beredar.
3. Edward (2007), menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perubahan harga obligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku
bunga, kurs rupiah terhadap dolar, bunga kupon dan jumlah periode kupon
berpengaruh simultan dan signifikan terhadap perubahan harga obligasi.
4. Chen, Roll dan Ross (1986) dalam tulisannya yang berjudul Economic Forces
and the Stock Market dalam Journal of Business mengatakan bahwa ada
Universitas Sumatera Utara
pengaruh variabel makro ekonomi terhadap perubahan harga surat berharga.
Mereka melakukan pengkajian pada pasar modal di Amerika Serikat dari
bulan Januari 1953 sampai November 1983
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Konseptual
Perubahan harga-harga ORI di pasar sekunder (BEI) sangat dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian Indonesia yang tercermin ke dalam 4 variabel yaitu inflasi,
suku bunga deposito, BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di mana
terdapat hubungan yang negatif antara variabel inflasi, suku bunga deposito dan BI
Rate terhadap harga ORI di pasar sekunder, hal ini disebabkan jika ketiga variabel
tersebut mengalami peningkatan akan mengurangi permintaan terhadap ORI dan akan
mempengaruhi harga ORI tersebut di pasar sekunder. Sedangkan IHSG akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap harga ORI di pasar sekunder, hal ini
disebabkan karena IHSG merupakan indikator utama perkembangan pasar modal
Indonesia yang akan memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan pasar
obligasi Indonesia itu sendiri.
Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Inflasi
Suku Bunga Deposito
BI Rate
Harga ORI di Pasar
Sekunder
IHSG
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5
Diagram Kerangka Konseptual Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Harga ORI
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Secara umum hipotesis penelitian tesis ini akan menunjukkan bahwa inflasi,
suku bunga deposito, BI Rate dan IHSG berpengaruh terhadap harga ORI di pasar
sekunder. Sedangkan hipotesis penelitian tesis ini secara khusus adalah sebagai
berikut :
1. Inflasi berpengaruh negatif terhadap harga ORI di pasar sekunder.
2. Suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap harga ORI di pasar
sekunder.
3. BI Rate berpengaruh negatif terhadap harga ORI di pasar sekunder.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif terhadap harga
ORI di pasar sekunder.
Universitas Sumatera Utara
Download