9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan atau penggelapan. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka mendefinisikan kecurangan berarti ketidakjujuran dan keculasan. (Karyono, 2013). Albrecht et al. (2009) mendefinisikan fraud sebagai satu istilah umum dan mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu individu, untuk memperoleh keuntungan dari orang lain dengan penyajian yang salah. Tidak ada aturan yang pasti dan seragam untuk dijadikan dasar dalam mendefinisikan fraud karena mencakup kejutan, penipuan, kelicikan dan cara – cara lain dimana pihak lain dicurangi. Arens et al. (2008) menjelaskan bahwa sebagai suatu konsep hukum yang luas, fraud merupakan setiap ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas hak kepemilikan orang ataupun pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, fraud atau kecurangan didefinisikan sebagi salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan secara sengaja. Joseph Wells (2011) menjelaskan definisi fraud sebagai hal-hal yang mencakup semua jenis kejahatan untuk mendapatkan sesuatu yang menggunakan penipuan atau kecurangan sebagai modus utama operasinya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id disimpulkan bahwa fraud adalah tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri maupun pihak tertentu dengan berbagai cara yang tidak benar. Albrecht, et al (2009) menjelaskan ada tiga elemen kunci yang menyebabkan seseorang melakukan fraud yang biasa dikenal dengan fraud triangle. Ketiga komponen tersebut adalah: Gambar 2.1 Fraud Triangle a. Tekanan (pressure) Tekanan atau tuntutan yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud dapat dibagi menjadi lebih spesifik, misalnya tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan berkaitan dengan pekerjaan, dan tekanantekanan lainnya. b. Peluang (opportunity) Fraud tidak hanya terjadi jika ada tekanan, tetapi juga ketika calon pelaku fraud melihat adanya peluang untuk melakukan kecurangan. Ada beberapa faktor utama yang dapat meningkatkan peluang yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud yaitu: Kurangnya pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi perilaku yang menyimpang, commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja dengan tepat, Kegagalan dalam mendisiplinkan pelaku fraud, Kurangnya informasi, Ketidak perdulian, apatis, dan ketidakmampuan , Kurangnya jejak audit, c. Rasionalisasi (rationalization) Kecenderungan pelaku fraud adalah membenarkan tindakan yang dilakukannya dengan pola pikir tertentu seperti “tidak akan ada yang dirugikan,”,“organisasi berhutang kepada saya,”,“semua orang juga melakukan hal yang sama,” dan alasan-alasan lain. Menurut Karyono (2013), kecurangan (fraud) salah satu bentuknya berupa kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement) dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan lebih baik dari sebenarnya (over statement) atau lebih buruk dari sebenarnya (under statement). Definisi fraudulent financial statement menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Rezaee (2002): “ The intentional, deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision.” Willingham dan Elliott (1980) mendefinisikan kecurangan laporan keuangan berfokus pada tindakan melanggar hukum yang disengaja dilakukan oleh perusahaan publik yang merugikan secara materiil menyesatkan pengguna melalui laporan keuangan. Laporan keuangan palsu dapat digunakan untuk commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pembenaran dalam menjual saham, memperoleh pinjaman atau kredit perdagangan, dan / atau memperbaiki kompensasi agerial manusia dan bonus. 2.1.2. Lingkungan Pengendalian dalam Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Adanya kemajuan di bidang ekonomi dan bisnis berakibat pada kemajuan pemahaman atas pengendalian internal (Karyono, 2013). Semakin memasuki era globalisasi, maka tuntutan untuk transparansi anggaran semakin tinggi maka pemerintah membuat beberapa regulasi mengenai sistem pengendalian internal. Sistem pengendalian internal pemerintah diatur penuh dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah ini membahas mengenai seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi, dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1 tercantum bahwa pengendalian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dilakukan untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Sistem pengendalian internal pemerintah memiliki tujuan untuk mencapai pengelolaan keuangan baik di pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Arens et al. (2008) menyatakan pengendalian internal yang baik harus commit to user memiliki lingkungan pengendalian yang baik. Lingkungan pengendalian (control perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id environment) yang menetapkan suasana suatu organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya, yang menyediakan disiplin dan terstruktur. 2.1.3. Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Dalam Bab I penjelasan awal Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Kota Surakarta disebutkan bahwa laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) merupakan suatu manifestasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan, LKPJ dapat digunakan sebagai sarana sinergitas bagi pihak eksekutif dan legislatif dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, serta menjadi media evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah selama 1 (satu) tahun. Dalam penjelasan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, LKPJ terdiri dari LKPJ Akhir Tahun Anggaran dan LKPJ Akhir Masa Jabatan. LKPJ Akhir Tahun Anggaran disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling lambat 3 commit to user (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedang LKPJ Akhir Masa Jabatan 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id disampaikan bersamaan atau berjarak satu bulan dari LKPJ Akhir Tahun Anggaran. Muatan LKPJ yang disampaikan kepala daerah memuat atas hal-hal yang berkaitan dengan arah kebijakan umum pemerintahan daerah, pengelolaan keuangan daerah penyelenggaraan secara tugas makro, pembantuan penyelenggaraan dan urusan penyelenggaraan desentralisasi, tugas umum pemerintahan. 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian untuk mendeteksi terjadinya kecurangan pada laporan keuangan dengan menggunakan fraud risk factors pada triangle fraud sebelumnya dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) dan penelitian mengenai pengaruh pengendalian internal terhadap pendeteksian awal fraud dilakukan oleh Mayangsari dan Wilopo (2002) dan Thoyibatun (2009). Lou dan Wang (2009) melakukan penelitian untuk menguji faktor resiko dari fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi, antara lain tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Mayangsari dan Wilopo (2002) meneliti pengaruh pengendalian internal dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Variabel yang digunakan adalah pengendalian internal, perilaku tidak etis, dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pengendalian commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id internal dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian lainnya dilakukan oleh Thoyibatun (2009), meneliti pengaruh keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Thoyibatun (2009) menggunakan variabel pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Lain halnya dengan sistem kompensasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis tetapi berbengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Penelitian 1. Lou dan Wang (2009) Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assesing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting Hasil Penelitian Menguji faktor resiko dari fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan dan commit to user dapat menguntungkan praktisi. 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Mayangsari dan Wilopo (2002) Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model FelthamOlhson (1996) Menunjukan bahwa pengendalian internal dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. 3. Thoyibatun (2009) Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecendurungan Akuntansi. Membuktikan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Lain halnya dengan sistem kompensasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis tetapi berbengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Sumber : Berbagai literatur pendukung penelitian 2.3. Perumusan Hipotesis Penelitian Karyono (2013) menyatakan bahwa tindakan fraud didorong atau dipicu oleh suatu kondisi dan perilaku penyebab terjadinya. Arens et al. (2008) dan Karyono (2013), menyebutkan adanya teori segitiga fraud (fraud triangle theory) yang menjelaskan faktor pendukung perilaku fraud oleh 3 unsur yaitu adanya tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan pembenaran (rationalization). Saat ini unsur pembenaran (rationalization) jarang diangkat di Indonesia karena banyak persepsi masyarakat bahwa unsur ini berkaitan dengan budaya masyarakat Indonesia sendiri sehingga lebih dianggap tabu untuk diangkat menjadi suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada faktor risiko commit to user kecurangan dan The 2013 COSO Framework & SOX Compliance (2013) yang 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id terintegrasi dengan lingkungan pengendalian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Faktor-faktor tersebut tidak dapat secara langsung diteliti sehingga diperlukan variabel proksi agar lebih mudah diteliti (Skousen et al., 2009). Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah unsur pendorong adanya fraud berkaitan pula dengan efektivitas lingkungan pengendalian. Menurut Mulyadi (2009), unsur-unsur sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas, sistem wewenang dan tanggung jawab, praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya. Hampir sama dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang menjabarkan lingkungan pengendalian berupa pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia. Dalam The 2013 COSO Framework & SOX Compliance (2013), prinsip lingkungan pengendalian terdiri dari menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika, menunjukkan komitmen untuk berkompetensi, menetapkan struktur organisasi, wewenang serta tanggung jawab, tanggung jawab pengawasan pelatihan, dan meningkatkan akuntabilitas. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dapat diwujudkan dalam pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam pemerintah daerah (Zetra, 2009). Melihat unsur-unsur sistem pengendalian internal, lingkungan pengendalian, dan prinsip lingkungan pengendalian dalam kerangka konseptual COSO maka commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dapat disimpulkan terdapat beberapa kesamaan. Struktur organisasi dan peningkatan akuntabilitas yang berupa kebijakan sumber daya manusia menjadi 2 hal yang selalu ada dalam lingkungan pengendalian. Faktor pembenaran (rationalization) dalam efektivitas lingkungan pengendalian diproksikan dengan 2 (dua) variabel struktur organisasi dan kebijakan sumber daya manusia. Penelitian ini akan menggunakan proksi faktor risiko kecurangan rationalization dengan menggunakan komponen lingkungan pengendalian The 2013 COSO Framework & SOX Compliance (2013) dan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, yaitu sebagai berikut: 2.3.1. Struktur Organisasi, Dalam peraturan BPK 1391 Tahun 2011, terdapat tahapan dalam pelaksanaan SPIP antara lain perencanaan/persiapan, implementasi dan pelaporan. Untuk melakukan semua tahapan dalam SPIP tersebut maka diperlukan wadah untuk menampung kegiatan tersebut yang dinamakan struktur organisasi (Mulyadi, 2009). The 2013 COSO Framework & SOX Compliance (2013) menyebutkan bahwa salah satu komponen penting dalam lingkungan pengendalian adalah struktur organisasi. Wexley dan Yuki (2005) menyatakan bahwa struktur organisasi adalah perencanaan formal guna mencapai pembagian tugas yang efisien dan efektif dalam pengkoordinasian aktifitas seluruh anggota organisasi. Struktur organisasi haruslah sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Struktur organisasi yang baik adalah struktur yang selaras dan mampu mempermudah pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dalam pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 disebutkan pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan sebagaimana dimaksud pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 dilakukan dengan: a. menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan instansi pemerintah, b. memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam instansi pemerintah, c. memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam instansi pemerintah, d. melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis, dan e. menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. Berdasarkan uraian diatas, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Struktur organisasi berpengaruh positif dalam ketepatan waktu pelaporan LKPJ 2.3.2. Kebijakan Sumber Daya Manusia dan Pelaksanaannya. Lingkungan pengendalian menjadi salah satu unsur penting dalam pembentukan budaya dan perilaku manusia. Unsur manusia merupakan penggerak dan menjadi landasan dalam segala aktivitas. The 2013 COSO Framework & SOX Compliance (2013) menyebutkan lingkungan pengendalian meliputi unsur peningkatan akuntabilitas. Untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dapat dilakukan strategi pengembangan kapasitas sumber daya manusia pemerintah daerah (Zetra, 2009). commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Setiap manusia dalam suatu organisasi memiliki sifatnya masing-masing sehingga akan memunculkan berbagai respon yang berbeda dalam setiap organisasi. Penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) beserta lingkungan pengendaliannya akan memunculkan reaksi yang berbeda pada tiap personel. Agar SPIP dapat berjalan secara maksimal maka pemerintah harus melakukan kebijakan sumber daya manusia dan praktiknya yang sehat. Dalam pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dalam pasal 4 dilaksanakan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: a. Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekuitmen sampai pada pemberhentian pegawai, b. Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekuitmen, dan c. Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai. Penerapan lingkungan pengendalian yang baik dapat diketahui dengan memahami kebijakan sumber daya manusia dan praktiknya. Pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan yang sehat bagi personel yang bertanggung jawab dalam manajamen dan fungsional dari kegiatan organisasi pemerintah daerah serta dapat menilai bagaimana pengendalian yang dilaksanakan. Berdasarkan uraian diatas, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut: H2: Kebijakan sumber daya manusia berpengaruh positif dalam ketepatan waktu pelaporan LKPJ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id 2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis Penyelenggaraan pemerintah daerah yang baik dapat dicapai dengan pengelolaan keuangan daerah dengan baik. Optimalisasi tugas pemerintahan dengan penerapan prinsip-prinsip good governance, antara lain mencakup aspek penguatan penerapan sistem pengendalian intern menuju tata pemerintahan yang baik. Seluruh kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah selalu terintegrasi dengan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP). Maraknya berbagai kasus fraud seperti korupsi di Indonesia karena SPIP yang lemah. Fraud dalam laporan keuangan mengindikasikan bahwa penyelenggaraan pemerintah dinilai kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya indikasi fraud pada laporan keuangan pemerintah kota Surakarta, dengan memfokuskan pada faktor rasionalisasi dari fraud triangle theory. Rasionalisasi diproksikan dengan unsur lingkungan pengendalian dalam kerangka pengendalian COSO dan unsur lingkungan pengendalian dalam PP No. 60 Tahun 2008 yaitu struktur organisasi dan peningkatan akuntabilitas berupa kebijakan sumber daya manusia. Untuk variabel dependen berupa pendeteksian awal fraud diproksikan dengan ketepatan pelaporan laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, terdapat siklus mekanisme tahunan dalam pelaporan LKPJ yang menjadi suatu sistem berkala yang dilakukan pemerintah daerah. Setiap satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) wajib melaporkan seluruh kegiatan kerjanya yang mencakup penyelenggaraan urusan desentralisasi, tugas pembantuan, dan tugas umum pemerintah akhir tahun commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id anggaran kepada bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah sesuai waktu yang telah ditetapkan. Jika ada SKPD yang tidak tepat waktu dalam melaporkan maka akan mempengaruhi pelaporan LKPJ secara keseluruhan. Ketidaktepatan waktu pelaporan juga mengindikasikan adanya kecurangan karena semakin lama waktu suatu SKPD melakukan pelaporan maka semakin besar pula SKPD tersebut melakukan manipulasi data pelaporan tersebut. berdasarkan landasan teori yang telah disebutkan sebelumnya, kerangka konseptual dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kerangka Penelitian Variabel Dependen Variabel Independen Rationalization Indikasi Kecurangan pada Laporan Keuangan Struktur Organisasi Kebijakan Sumber Daya Manusia Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) commit to user