Visualisasi - Herlianto

advertisement
Visualisasi
VISUALISASI
PAUL YONGGI CHO
Pembaca tentu mengenal penginjil Korea yang bernama Paul Yonggi
Cho. Memang kehadiran penginjil ini cukup spektakuler menurut ukuran
abad ke-20, sebab perkembangan jemaatnya cukup pesat sejak awal
tahun 1960-an yang melesat dari beberapa ribu jemaat menjadi ratusan
ribu jemaat, dan di tahun 1990 sudah mempunyai 500.000 jemaat.
Yonggi Cho dengan FULL GOSPEL CHURCH juga mengadakan
seminar-seminar Pertumbuhan Gereja baik di negerinya sendiri (Korea)
maupun di banyak negara.
Di Indonesia, Paul Yonggi Cho banyak dikenal melalui khotbahkhotbahnya dalam bentuk kaset dan buku-buku yang dicetak dan
diterjemahkan ke bahasa Indonesia yang antara lain berjudul
"DIMENSI KEEMPAT", dan Seminar Pertumbuhan Gereja yang
diadakan di Indonesia juga merupakan tangan kanan dari seminar sejenis
di Korea. Pengaruh dan ajarannya juga dipopulerkan melalui
pendukung-pendukungnya di Indonesia seperti misalnya Mawar
Sharon dan Bethany dan mempengaruhi banyak penginjil-penginjil
lain, persekutuan-persekutuan doa, dan Praise Center yang menjamur
belakangan ini. Ajarannya yang mencolok yang sekarang banyak
menghiasi kelompok-kelompok diatas adalah ajaran mengenai
"Kemakmuran, Kelimpahan dan Kesembuhan Ilahi" yang cukup
menjadi ciri dominan gerakan ini.
Memang setiap perkembangan baru tentu mendatangkan pertanyaan,
demikian juga yang terjadi di sekeliling penginjil Paul Yonggi Cho.
Adanya suara-suara yang mendukung namun ada pula suara-suara kritik
tidak bisa dianggap sebagai perasaan iri hati, tetapi perlu dilihat apakah
sebenarnya praktek-praktek dan ajaran penginjil ini perlu dipertanyakan
atau tidak. Beberapa ajaran Cho yang paling banyak disorot yaitu soal
Page 1 Visualisasi
ketuhanan yang dipercayainya termasuk konsep DIMENSI KEEMPAT,
soal praktek visualisasi, soal praktek doa, yang kelihatannya begitu
hebat. Diskusi kita kali ini adalah membahas tentang praktek Visualisasi
ajaran Cho dipandang dari sudut Alkitab.
AJARAN VISUALISASI
Ajaran tentang visualisasi dan sejenisnya diajarkan oleh Paul Yonggi
Cho. Sejak ia masih miskin ia biasa berdoa dengan visualisasi
membayangkan sofa dan sepeda dan menasihati para gadis untuk
mendapat jodoh pun kita dapat melakukannya melalui visualisasi sang
pria!
Dalam bukunya "Kehidupan Yang Berhasil" kita dapat melihat ciri-ciri
ajaran ini dengan jelas dengan 2 aspek:
Pertama, bahwa Pikiran kita mempunyai kekuatan yang dapat
dimanfaatkan. Artinya pikiran kita mempengaruhi kehidupan kita, jadi
segala sesuatu dapat terjadi atau tidak terjadi disebabkan oleh daya
pikiran kita.
Kedua, bahwa Penglihatan kita juga mempunyai kekuatan seperti yang
dikatakannya:
"Jika saudara memusatkan penglihatan saudara terus menerus
pada suatu benda, maka terbitlah suatu kuasa yang
mentakjubkan untuk menciptakan sesuatu yang baik ataukah
yang jahat" (Kehidupan Yang Berhasil, hal. 3).
Pandangan Paul Yonggi Cho mengenai kekuatan pikiran (mind power)
dan penglihatan (visualisasi) dianggap sebagai penyebab berhasilnya
segala sukses yang diperolehnya selama ini, sebab baik mengenai
Page 2 Visualisasi
pembangunan gereja yang bisa menampung sampai 10.000 jemaat dan
jumlah jemaat yang mencapai 500.000 lebih dikatakan berkali-kali
sebagai hasil doa yang menggunakan kekuatan pikiran dan penglihatan.
Khusus mengenai visualisasi diberikan contoh bahwa Hawa (Kej. 3:6)
karena ia melihat buah pohon terlarang itu maka penglihatannya itu
mempunyai kekuatan untuk mengubah kemauannya dan kejadian yang
menimpanya. Abram karena terus menerus membayangkan visualisasi
mengenai tanah perjanjian dan bintang-bintang, maka ahirnya ia
memperolehnya!
"Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pandanglah
sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke
timur dan ke barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri
yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada
keturunanmu untuk selama-lamanya" (Kej. 13:14-15)
"Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman:
‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau
dapat menghitungnya’. Maka firman-Nya kepadanya,
‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu’." (Kej. 15:5)
Dalam hubungan dengan visualisasi diatas, Paul Yonggi Cho
mengatakan bahwa:
"Melihat atau memandang adalah syarat mutlak untuk
memiliki. Jika saudara tidak melihat apa-apa, maka saudara
tidak akan memiliki apa-apa" (Kehidupan Yang Berhasil, hal.
4).
Page 3 Visualisasi
Dalam kasus Abram yang melihat bintang-bintang dikatakan oleh Cho
bahwa:
"Akhirnya janji itu dipenuhi dalam jumlah yang sama seperti
bintang yang dilihatnya itu: karena penglihatan itu membuat
ia mengandung dan melahirkan kenyataan (Kehidupan Yang
Berhasil, hal. 5).
Beberapa contoh lain disajikan oleh Paul Yonggi Cho untuk
menunjukkan kekuatan visualisasi itu seperti kasus Istri Lot yang
menoleh kebelakang yang mengakibatkannya menjadi tiang garam (Kej.
19:26), dan peristiwa Yakub dengan Laban mengenai anak-anak domba
(Kej. 30:37-39) dimana dikatakan bahwa:
"Yakub mengubah gambaran tentang dirinya dan masa
depannya dengan melihat pada pohon-pohon yang bercorengcoreng, berbelang-belang dan berbintik-bintik dan Allah bisa
bekerja dalam kehidupannya" (Kehidupan Yang Berhasil,
hal. 6).
Paul Yonggi Cho mengemukakan bahwa pengertian itu dijelaskan oleh
Roh Kudus kepadanya, dan beberapa contoh lain adalah seperti kasus
Kaleb dan Yosua yang melihat tanah perjanjian dengan penglihatan dan
pikiran positif, dan Daud yang menghadapi Goliat dengan
membayangkan kemenangan!
TINJAUAN INJIL
Page 4 Visualisasi
Ajaran mengenai kekuatan pikiran dan visualisasi menunjukkan dengan
jelas sinkritisme dengan ajaran perdukunan dan kebatinan, sebab justru
praktek-praktek demikianlah yang banyak dipraktekkan dalam Zen
Budhisme, Yoga, Taoisme, dan juga Gerakan Zaman Baru (New Age
Movement). Hal ini dapat dimengerti karena pada dasarnya konsep
ketuhanan yang diajarkan Cho dalam bentuk DIMENSI KEEMPAT
memang sama dengan konsep perdukunan / kebatinan! Apakah Allah
yang berpribadi dan hidup menggunakan metoda yang sama seperti
ajaran kebatinan, perdukunan dan sihir (yang tidak mengakui hakekat
Allah yang berpribadi) yang dalam Alkitab justru melarangnya?
Ataukah ajaran Paul Yonggi Cho yang sudah keluar terlalu jauh dari
Firman Allah sendiri?
Dalam kasus Hawa sungguh aneh kalau ditafsirkan bahwa visualisasinya
yang membuat Hawa berdosa, sebab dari Alkitab sendiri kita melihat
bahwa ia jatuh dan dihukum karena ketidaktaatannya akan Firman
Tuhan dan juga karena diperdayakan oleh si ular (Kej. 2:3 bandingkan
dengan 2Kor. 11:3 dan 2Tim. 2:14).
Dalam kasus Abram dan tanah perjanjian (Kej. 13:14-15) juga aneh
kalau ditafsirkan bahwa ia memperoleh tanah disebabkan kekuatan
visualisasinya, sehingga apa yang dilihatnya itulah yang diperolehnya.
Kita tahu keterbatasan bidang penglihatan seseorang, sehingga sekalipun
Abram berdiri dipuncak gunung tinggi pun, penglihatannya ke semua
arah tentu terbatas dan tidak mungkin melihat seluruh tanah yang
terbentang dari Mesir ke sungai Efrat seperti yang dijanjikan TUHAN
(Kej. 15:18). Yang jelas diperolehnya tanah perjanjian itu adalah karena
Janji Firman TUHAN (Kej. 12:1-3) dan yang diterima Abram dengan
iman, ketaatan, dan pengharapan. (Ibr. 11:8-10).
Mengenai soal visualisasi bintang-bintang yang dianggap sebagai
mempunyai kekuatan yang menghidupkan benih Abram dan yang
menghasilkan banyak keturunan sebanyak jumlah bintang-bintang yang
dilihatnya, Alkitab sendiri berkata lain! Ingat dalam Kej. 13:16 TUHAN
juga memberi ilustrasi "seperti debu tanah banyaknya" disamping
Page 5 Visualisasi
ilustrasi bintang. Dari Alkitab kita melihat bahwa Abram sendiri,
sekalipun sudah disuruh melihat bintang-bintang, tetapi "ia masih raguragu / kurang iman, itulah sebabnya "ia menyangkal istrinya karena
takut dibunuh" (Kej. 12:13), "ia tak sabar dan kurang beriman sehingga
mengawini Hagar" (Kej. 16) suatu cara kedagingan untuk memperoleh
keturunan. Keraguannya lebih lagi terbukti ketika ia berkata: "Ah
sekiranya Ismael diperkenankan hidup dihadapan-Mu" (Kej. 17:18).
Diperolehnya keturunan oleh Abram dan Sarai adalah pemenuhan janji
Allah (Kej. 12:1-2, Kej. 17:1-2, Gal. 3:16-17). Janji TUHAN berkalikali ditegaskan, bahwa dalam kunjungan TUHAN kepada Abram, janji
itu ditegaskan lagi (Kej. 15:4-6; Kej. 18:10,14; Gal. 4:23,28). Dalam
kitab Ibrani dengan jelas kita melihat peran iman Abraham yang dari
keadaan jatuh bangun akhirnya mencapai iman yang dewasa yang
‘berserah dengan iman’ untuk menerima janji TUHAN sekalipun harus
mengorbankan Ishak (Ibr. 11:11-12, 17-18 bandingkan dengan Kej. 22).
Sudah jelas bahwa ajaran Paul Yonggi Cho mengenai visualisasi
merupakan penggeseran dari Theosentris (berpusat kepada Allah)
kepada Antroposentris (berpusat kepada usaha manusia), dari janji Allah
kepada kekuatan penglihatan manusiawi, suatu ajaran yang
menyesatkan! Yohanes mengatakan dalam suratnya bahwa keinginan
mata bisa menyesatkan dan berlawanan dengan Allah (1Yoh. 2:15-17).
Dalam Alkitab berkali-kali dikatakan bahwa kekuatan penglihatan
berlawanan dengan iman bahkan dalam kasus Abraham sendiri (Ibr.
1:1,3; 11:7-8; Yoh. 20:29).
Kita perlu sadar bahwa ajaran visualisasi atau penglihatan BUKAN
ajaran Injil, melainkan praktek ajaran perdukunan / kebatinan,
karena itu perlu dijauhkan dari praktek-praktek kehidupan
kristiani.
Pengaruh visualisasi sudah mempengaruhi beberapa gereja di Indonesia,
seperti misalnya ada Persekutuan Injil yang "Menentukan target
mentobatkan 1 juta jiwa sampai akhir tahun 2000" dengan
Page 6 Visualisasi
memvisualkannya dalam doa-doa, bahkan ada Persekutuan Mahasiswa
Gereja yang memproklamirkan visi "One hundred targets" (Pelita Kasih,
Edisi VI / Maret 1990, hal. III), caranya antara lain dengan:
o
o
o
telah disediakan 100 kapasitas tempat duduk pada setiap
kebaktian persekutuan mahasiswa, karena Tuhan sedang
mengirimkan 100 jiwa seperti yang "telah" terlihat melewati
visi dan impian iman.
Setiap pemimpin puji-pujian ataupun pembicara, harus mulai
merasa telah berhadapan dengan 100 orang audience.
Angka 100 dalam ukuran cukup besar, terpampang mencolok
disekitar mimbar. Juga stiker-stiker iman yang antara lain
berbunyi "100 TARGETS – WE CAN DO IT…!"
Kita perlu saling mengingatkan agar kita kembali kepada janji dan kuasa
Allah dalam pekabaran Injil tidak tergantung pada kekuatan visualisasi
manusia, seperti pengakuan stiker diatas "We can do it"! Sekalipun
Yonggi Cho mengaku bahwa ajaran visualisasinya dijelaskan oleh "Roh
Kudus" kepadanya, kita perlu menolaknya sebagai Roh Kudus (oknum
Tritunggal), sebab justru "roh-roh di udara" demikianlah yang juga
mengajar para pengikut gerakan kebatinan / perdukunan dalam
mengolah kekuatan batin manusia!
Akhirnya rasul Paulus berkata:
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah
didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di hati
manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang
mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).
Page 7 Visualisasi
TEOLOGIA SUKSES
Teologia sukses sudah banyak didengar dan disebutkan, tetapi umumnya
umat Kriten hanya mengertinya sebagai Teologia yang mengajarkan
hidup berkelimpahan dan kemakmuran, dan sekalipun hal ini ada
benarnya, dapat dipastikan banyak yang belum mengetahui ajaran
sebenarnya. Secara praktis kita lihat ciri-ciri ajaran ini dari kehidupan
para "penginjil" yang mempopulerkannya yang umumnya hidup dalam
kemewahan, bermobil mewah seperti Mercedes Benz (dengan harga
diatas 200 juta rupiah), jika diundang berkhotbah ada kecenderungan
minta diinapkan di hotel-hotel bintang 5, punya rumah besar dan
kemegahan duniawi, kecenderungan untuk berlomba-lomba membangun
gereja-gereja besar dan mewah, dan menggunakan acara-acara yang
dihiasi segala bentuk glamor ala dunia show-biz. Bahkan ada gereja yang
mempunyai motto "Successful BETHANY Family" yang dapat kita
jumpai lewat stiker-stiker yang menempel di mobil-mobil di beberapa
kota besar.
NABI-NABI SUKSES
Pengaruh ajaran sukses memang tidak bisa dilepaskan dari 3 tokohnya
yang bila ditelusuri berasal dari pendeta Amerika Serikat yang bernama:
Norman Vincent Peale di kota New York (Marble Collegiate Church),
Robert Schuller di Los Angeles (Crystal Cathedral), dan Paul Yonggi
Cho di Seoul, Korea (Yoido Full Gospel Church) yang buku-bukunya
menjadi best-seller, diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan dibaca
banyak orang termasuk orang-orang bukan Kristen! Selain itu banyak
penginjil lain yang turut mempopulerkan ajaran sukses ini, seperti
Morris Cerullo dan wakilnya di Indonesia bernama John Avanzini.
Page 8 Visualisasi
Pengajaran sukses dan kemakmuran bukan saja masuk ke Indonesia
melalui buku-buku dan kaset-kaset khotbah "nabi-nabi" sukses di atas,
namun dipopulerkan melalui KKR baik yang dilakukan oleh Yonggi
Cho melalui Seminar-Seminar Pertumbuhan Gerejanya maupun oleh
penginjil lainnya seperti Morris Cerullo yang beberapa kali mengadakan
KKR di Indonesia, dan banyak penginjil Indonesia lainnya seperti
Yakub Nahuway dan Benny Santoso di Jakarta, Abraham Alex
Tanusaputra di Surabaya, dan Yusak Cipto di Bandung. Penyebaran
ajaran sukses ini terjadi khususnya melalui Persekutuan-persekutuan
Doa, Praise Center, maupun lagu-lagu pop rohani yang dipopulerkan
yang umumnya berisi lirik yang menekankan penyembahan, pemuliaan
kepada Allah, dan dambaan akan berkat! Sekalipun mirip dengan ajaran
Pantekosta tradisional dalam menekankan ajaran persepuluhan,
umumnya gerakan Pantekosta tradisional lebih menekankan menjahui
keduniawian dan hal-hal kedagingan, tetapi gerakan "sukses" justru
menganggap prestasi duniawi dan kedagingan sebagai tanda berkat!
Kaset-kaset lagu rohani merupakan bisnis besar karena beromset luar
biasa besar dan memang digandrungi umat karena sifatnya yang ringan,
mudah dicerna, meninabobokan manusia, dan gampang diikuti.
AJARAN TEOLOGIA SUKSES
Ajaran kelimpahan, kemakmuran yang lebih dikenal dengan Teologia
Sukses (Prosperity Gospel) umumnya mengatakan bahwa Karena Allah
kita adalah Allah yang Mahabesar dan tidak terbatas maka hidup
manusia beriman juga akan diberkati dengan kelimpahan harta
kekayaan dan kesehatan sempurna dan bahwa kemiskinan adalah
kutuk. Berkat materi perlu diminta sebagai hak dengan doa yang
menuntut, diperoleh melalui hukum menabur dan menuai (2Kor.
9:6-10) dan hukum investasi dengan memberikan persepuluhan
(Mal. 3:10) yang menghasilkan berkat yang berkelimpahan.
Kelimpahan harus terlihat dalam jabatan yang sukses, harta kekayaan
Page 9 Visualisasi
yang melimpah, gedung gereja dan rumah yang besar, dan kehidupan
yang nikmat.
Banyak ayat-ayat diambil untuk menekankan ajaran kelimpahan,
terutama yang populer adalah ayat-ayat:
"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan" (Yohanes 10:10).
"Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik saja dalam
segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja." (3Yoh. 1:2)
"Karena kamu telah mengenal kasih Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang
oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun ia kaya, supaya kamu menjadi kaya
oleh kemiskinan-Nya" (2Kor. 8:9).
Paul Yonggi Cho bahkan dalam bukunya "Kehidupan Yang
Berkelimpahan" mengatakan bahwa Yesus seorang usahawan yang
berhasil, ini ditunjukkan dengan contoh "anggur terbaik" dalam
Perjamuan Kawin di Kana (Yoh. 2:1-11) dan Ia adalah teman usaha
yang membuat kita berhasil seperti yang ditujukan dalam kasus sukses
Petrus menjala banyak ikan ketika didampingi Yesus (Luk. 5:1-11).
Apakah Alkitab mengajarkan kelimpahan duniawi sebagai tujuan iman
Kristen? Dan apakah memang kemiskinan dan penderitaan dikutuk
Allah? Kalau kita membaca Khotbah di bukit kita akan memperoleh
jawaban yang gamblang (Mat. 5:1-12). Doa Bapa Kami mengajar kita
untuk minta makanan yang secukupnya untuk hari ini (Mat. 6:11). Baca
juga kecaman Yesus dalam Luk. 6:20-26. Kalau begitu apakah
sebenarnya arti Hidup Berkelimpahan yang ada dalam beberapa ayat
Alkitab? Memang Tuhan tidak menghendaki umat-Nya miskin atau
hidup kekurangan, dan Tuhan tidak melarang orang menjadi kaya kalau
itu dicapai dengan jujur dan rajin, tetapi Tuhan juga tidak ingin kita
hidup berkelimpahan secara materi sedang orang lain miskin
berkekurangan sebab banyak kemiskinan terjadi bukan karena dosa atau
kemalasan, tetapi karena banyak hal lainnya, antara lain:
Page 10 Visualisasi
1. Kemiskinan yang disebabkan kemalasan atau hidup boros;
2. Kemiskinan yang disebabkan pembawaan dan nasib, seperti
misalnya anak keluarga miskin dan bencana alam;
3. Kemiskinan yang disebabkan penindasan dan egoisme yang
kaya (kapitalis);
4. Kemiskinan yang disebabkan Struktur Ekonomi.
Para penginjil sukses sering menafsirkan ayat-ayat secara harafiah dan
lepas dari konteks sehingga tentu menghasilkan arti yang berbeda dan
bahkan berlawanan! Misalnya, apakah benar bahwa kata kelimpahan
dalam Yoh. 10:10 dimaksudkan kelimpahan materi? Tentu tidak, sebab
melihat konteksnya tidak ada petunjuk yang membuktikan dombadomba kemudian memperoleh kalung mutiara atau kandang emas.
Kelimpahan artinya pemeliharaan hidup oleh Gembala yang
digambarkan dengan masuk pintu dan memperoleh rumput sebagai
karunia keselamatan menuju hidup yang kekal (Yoh. 10:27).
Ayat 3Yoh. 1:2 juga ditafsirkan secara harfiah lepas dari konteks.
Memang benar bahwa Gayus yang dikirimi surat tentu diharapkan oleh
Yohanes hidup dalam "baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala
sesuatu" secara jasmani disamping jiwanya, tetapi apakah itu berarti
merestui kehidupan berkelimpahan secara materi? Dari konteksnya jelas
terlihat bahwa yang direstui Yohanes adalah kehidupan Gayus dalam
kebenaran (ayat 3-4) dan ia dipuji karena ia berbuat sesuatu untuk
saudara-saudara, kasih, dan menolong orang asing, dan ini dibandingkan
dengan kenyataan sebaliknya yang dilakukan Diotrefes yang ingin
menjadi orang terkemuka.
Dalam konteks surat 2Yoh., kita melihat anjuran Yohanes agar hidup
dalam kebenaran dan kasih sesuai perintah Allah (ayat 4-6) dan dalam
surat 1Yoh., Yohanes menekankan agar kita hidup menurut perintahNya sesuai firman dan wajib hidup seperti Kristus (2:1-6) dan agar kita
mengasihi saudara (2:10), sebab "Siapa berharta dunia dan tidak
Page 11 Visualisasi
mengasihi tetangga yang berkekurangan, bagaimana kasih Allah dapat
tetap tinggal dalam dirinya?" (3:16-17). Dari kehidupan Yohanes yang
sederhana (Kis. 4:13) bahwa diwaktu tuanya ketika menulis kitab
Wahyu ia dibuang di pulau Patmos, dan mengaku sebagai saudara dan
sekutu umat dalam kesusahan (Wahyu 1:9), jelas ia tidak memaksudkan
kelimpahan sebagai harta benda yang dimiliki, tetapi tentunya sesuatu
yang melimpah dari orang itu dan diberikan kepada orang lain.
Ayat 2Kor. 8:9 juga bukan dimaksudkan oleh Paulus sebagai kaya
materi, tetapi adalah kaya dalam berbuah (pelayanan kasih). Ia memberi
contoh jemaat Makedonia, yang sekalipun menderita dan miskin, namun
mereka kaya dalam kemurahan (ayat 1-3) bahkan mereka memberikan
diri mereka (ayat 5). Sekalipun ayat 7 juga menyebut kaya harta, tetapi
yang ditekankan adalah kaya dalam membantu dan pelayanan kasih.
Hidup kaya menurut Paulus adalah dimana jemaat yang kaya yang
berkelimpahan membantu yang miskin yang berkekurangan (2Kor. 8:1315; 2Kor. 9:6-14). Demikian juga cara hidup jemaat mula-mula (Kis.
4:33). Jelas bahwa penafsiran para penginjil sukses bertolak belakang
dengan Injil yang diberitakan Yesus.
Hidup Yesus sendiri merupakan bukti nyata ajaran-Nya. Ia lahir
dikandang, tidak mempunyai rumah, sebagai raja turun ke bumi
mengosongkan diri dan taat sampai mati (Flp. 2), bahkan mati pun
dikubur pemberian Yusuf dari Arimatea.
Beberapa ayat referensi:
Mat 7:13-14; Luk 9:23; Yoh 16:33; Kis 14:22; Ro 5:3-4, 8:17, 8:36↔ Mzm 44:23;
2Kor 6:4; Flp 1:29, 3:10-11; 1Tes 2:2-4; 2Tim 1:8,12, 2:3,9, 3:12; 1Pet 2:19-21,
4:1; Kol 1:24; Yak 5:10
Page 12 Visualisasi
RAJA DAN ANAK RAJA
Belum pernah terjadi dalam sejarah di mana Tuhan begitu ditinggikan,
di-Raja-kan dan disembah dengan semangat dan gairah demikian. Tuhan
diangkat-angkat sebagai "Raja Mahakaya yang kemuliaan-Nya begitu
ditinggikan", tetapi ternyata juga belum pernah terjadi dalam sejarah
dimana umat menganggap dirinya anak-anak raja dan hidup dalam
pemuliaan diri sendiri, umat yang menganggap dirinya sebagai "kaum
elistis, anak-anak raja yang sukses dan bahagia!". Di kalangan penganut
Teologi Sukses dipopulerkan lagi yang berbunyi: Aku anak Raja, kamu
anak Raja, kita semua anak Raja.Motivasi mengaku diri anak Raja itu
bukan untuk merendahkan diri dan menjadikan Tuhan sebagai Raja yang
kehendak-Nya perlu ditaat, tetapi bermotivasikan pemuliaan diri sendiri.
Kesan hak sebagai anak Raja itu terlihat dari ucapan Kalau mafia bisa
naik mobil Lincoln Continental, mengapa anak-anak Raja (King’s Kids)
tidak? (Fred Price, Faith, Foolishness or Presumption?, 1979, hal. 74).
Pandangan yang menganggap diri sebagai anak Raja yang patut
menikmati kekayaan dan kelimpahan anak Raja, juga dianut oleh
Kenneth Hagin, seorang pelopor Prosperity Gospel di Amerika Serikat
yang mengatakan:
Tuhan menghendaki anak-anak-Nya makan makanan terbaik,
berpakaian pakaian terbaik, mengendarai mobil yang terbaik, dan
mengendaki mereka untuk memperoleh segala sesuatu yang terbaik.
(Keneeth Hagin, New Thresholds of Faith, 1980, hal. 54-55)
Yonggi Cho sendiri dalam mencari biaya untuk pembangunan gerejanya,
membanggakan diri dan mengaku sebagai anak Raja demi mengejar
fasilitas memperoleh kredit bank, tega membohongi sekretaris, tidak
mau antri, mengaku sendiri sebagai utusan penguasa tertinggi, dan
Page 13 Visualisasi
bahkan menjual jemaat. Dalam situasi ketika ditanya oleh sekretaris
kepala bank, diakui olehnya terjadi hal berikut:
Tiba-tiba suatu gagasan timbul dalam benakku. "Saya adalah salah
seorang dari penguasa tertinggi", jawab saya. (Paul Yonggi Cho,
Dimensi Keempat, hal. 138)
Roh Tuhan tetap mendesak saya. "Kau adalah anak Raja. Kau adalah
orang penting. Bertindaklah sebagaimana kedudukanmu itu. Kau
adalah manusia besar." Lalu saya maju terus mengambil tempat duduk
lalu menyilangkan kaki saya. (ibid., hal. 138)
[Kemudian ia minta tolong pemimpin bank untuk meminjam uang
sebesar 50.000 dollar dengan menjanjikan]: "Bila anda ingin
membantu saya sedikit saja, maka saya akan memberikan kepada anda
10.000 nasabah baru bagi anda pada awal tahun depan yang sudah
dekat ini. (ibid. hal. 139).
Dari peristiwa di atas kita melihat betapa konsep "anak Raja" itu
membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
seakan-akan sebagai anak raja seseorang harus memperoleh fasilitas dan
koneksi apapun.
Banyak lagu pujian dan penyembahan juga memberikan gambaran
pemuliaan diri manusia itu, yang menganggap diri sebagai rajawali:
Tuhan adalah kekuatanku,
Bersama Dia ku ‘kan tak goyang.
Ku ‘kan terbang tinggi bagai rajawali,
Dan melayang tinggi dalam kemuliaan-Nya.
Biar bumi berguncang dan badai menerpa,
Ku ‘kan terbang tinggi bersama-Nya.
Page 14 Visualisasi
Dari lirik lagu diatas sekarang jelas ibarat balon udara yang dipanaskan
agar membumbung tinggi yang maksudnya agar penumpangnya bisa
ikut terbang membumbung tinggi bersama balon itu. Tuhan dirajakan
dan dimuliakan dengan motivasi agar manusia ikut dijadikan anak Raja
dan ikut menjadi mulia dan membumbung tinggi pula. Ini jelas mirip
dengan konsep perdukunan / kebatinan / Gerakan Zaman Baru yang
menganggap bahwa manusia adalah bagian dari sifat ilahi dan juga
memiliki sifat ilahi tersebut.
TINJAUAN INJIL
Memang Yesus tidak melarang orang-orang menyembah-Nya sebagai
Raja saat memasuki Yerusalem (Mat. 21:1-11), dan waktu ditanya
Pilatus, Yesus tidak menyangkal bahwa misi kedatangan-Nya adalah
untuk menjadi raja (Mat. 27:37). Tetapi Yesus sendiri menekankan
bahwa kerajaan-Nya berbeda dengan kerajaan dunia. Dan waktu
memasuki Yerusalem Ia tidak naik kuda Romawi yang gagah, tetapi
naik keledai muda, binatang tunggangan yang bodoh dan lamban. Itu
menunjukkan Yesus bukan Raja yang elit, yang ingin ditinggi-tinggikan
dalam kemegahan, kekayaan, dan kemewahan-Nya.
Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku
dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku
jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi kerajaan-Ku
bukan dari sini." (Yoh. 18:36)
Para murid Yesus semasa Yesus hidup berlomba mengejar kedudukan
sebagai pemimpin nomor satu dan terbesar bahkan sebagai raja. Tetapi
Yesus mengingatkan mereka, bahwa ukuran sorgawi berbeda dengan
ukuran duniawi! (Luk. 22:24-26).
Rasul Petrus dalam 1Pet. 2:9 memiliki maksud umat rajani itu menunjuk
kepada mereka yang berduka dan menanggung berbagai pencobaan (1:67), taat akan kebenaran dan hidup dalam saling mengasihi sesuai firman
Page 15 Visualisasi
(1:23-24), pendatang dan perantau yang menjauhkan diri dari keinginankeinginan daging yang berjuang melawan jiwa (2:11), mereka yang
meneladani penderitaan Kristus (2:18-25), mereka yang tidak berhias
secara lahir, berpakaian indah dan berhiaskan emas, melainkan
berhiaskan batiniah dan berhiaskan roh yang lemah lembut (3:3-4),
mengasihi, memberi tumpangan, dan melayani (4:7-11), dan yang
mengalami ujian siksa nyala api! Gambaran ini jelas berbeda dengan
anggapan Teologi Sukses mengenai imamat yang rajani yang ditafsirkan
sebagai kelompok umat yang kaya dan berkelimpahan seperti raja
duniawi! Berdasarkan ayat-ayat di atas memang tidak tepat bila kita
menganggap diri kita lebih dari sepatutnya apalagi sebagai "anak-anak
Raja" yang manja, gampangan, kaya, dan hidup bermewah-mewah.
Tetapi marilah kita menjadi "anak-anak Allah" yang melayani Tuhan
dan sesama yang bersedia menolong yang berkekurangan sebagai
konsekuensi dalam menjalankan misi Injil.
BERPIKIR POSITIF DAN PENGEMBANGAN
DIRI
Berpikir Positif atau Positive Thingking merupakan ajaran yang sangat
ditekankan di kalangan Teologi Sukses dan diajarkan oleh Peale,
Schuller, dan Yonggi Cho maupun umumnya penginjil-penginjil sukses
lainnya. Dalam bentuknya yang dikaitkan dengan kekristenan, kita
menjumpai juga seminar-seminar dengan nama Positive Thinking
(Norman Vincent Peale), Possibility Thinking (Robert Schuller), dan
Positive Confession (Kenneth Hagin). Ketiga penulis terakhir ini adalah
"pendeta-pendeta" yang buku-bukunya banyak dibaca oleh orang
Kristen maupun oleh lingkungan pengusaha! Ajaran ini memang
menarik karena meletakkan aktivitas menghadapi hidup di tangan
manusia khususnya kemampuan berpikirnya, karena itu dapatlah
Page 16 Visualisasi
dimaklumi kalau pengaruhnya menyebar ke mana-mana termasuk di
kalangan bukan Kristen.
Sebenarnya penggalian kemampuan berpikir manusia sebagai suatu
"kekuatan" yang bisa dimanfaatkan sudah lama dikembangkan oleh
orang-orang, setidaknya, dikalangan psikologi sudah dikembangkan oleh
William Jones dan Abraham Maslow. Di kalangan Kristen, pandangan
ini dikembangkan oleh Marry Baker Eddy, pelopor Christian Science,
dimana baginya:
Materi tidak merupakan realitas atau hanya merupakan realitas semu
saja. Iblis, dosa, penyakit, dan maut tidak ada, dan hanya merupakan
buah pikiran saja. (Science & Health With Key To The Scripture).
Menurut Peale, tugas manusia adalah meyakinkan diri bahwa hanya
pikiran-pikiran yang baik sajalah yang memenuhi batin / bawah sadar,
sebab batin / bawah sadar hanya akan mengembalikan apa yang masuk
ke dalamnya. Sama seperti dengan ajaran Christian Science yang
menekankan pengobatan melalui pikiran, begitulah pusat ajaran Peale
juga berkisar pada kekuatan pikiran / batin yang dianggap bersifat ilahi.
Positive Thinking biasanya diiringi dengan praktek Positif Imagination /
visualisasi dan Self-Talk (kata-kata sugesti). Pada prinsipnya dalam
positive thinking ada anggapan bahwa pikiran kita mempunyai kekuatan
dalam diri sendiri dan kekuatan itu dapat dikembangkan untuk mencapai
potensinya yang penuh. Di sini kekuatan itu dianggap sudah inheren
dalam diri manusia, jadi segala sesuatu bisa terjadi atau tidak terjadi bila
kita menggunakan kekuatan pikiran kita. Dalam positive thinking iman
sering diberi pengertian yang berbeda dalam arti iman dalam Alkitab.
Dalam positive thinking, iman diberi pengertian yang artinya
Page 17 Visualisasi
kemampuan mengolah kekuatan pikiran atau kekuatan batin (inner
power) itu, seperti dalam ucapan Peale:
Harapan manusia satu-satunya adalah menyatukan dirinya dengan
suatu kekuatan yang lebih super daripada dunia materi, karena itu
Tuhan adalah juga suatu "kekuatan batin" (inner spiritual power) di
mana manusia tinggal menggalinya…sederhana saja, terimalah iman.
Percayalah bahwa Anda sudah menerima dan Anda akan
menerimanya (You Can Win, 1938, hal. 120, 151).
Robert Schuller dalam tulisan editorialnya pada majalah "Possibilities"
mengemukakan bahwa "The me I see, the me I’ll be." Pasific Institute di
Amerika Serikat, mengajarkan slogan-slogan positif yang ditujukan pada
diri sendiri seperti antara lain:
"I am the authority over me –
I am a super sales person and grow every day in every way –
If it’s going to be, it’s up to me." Positive thinking ini kemudian populer
melalui gerakan Pengembangan Pribadi dengan nama seperti New
Conciousness Movement, Human Potential Movement, Creative
Imagination, Self Motivation, Self Actualization, Self Realization, Self
Esteem, Transformation, Mind Power, Success Motivation, Personal
Development, New Humanism, dll. Pada prinsipnya gerakan-gerakan
Pengembangan Pribadi itu mengajak orang-orang untuk menyadari
kemampuan pikiran dan batinnya yang tidak terbatas untuk mencapai
kehidupan yang damai, sukacita, cinta, sukses dan kelimpahan bumi ini.
Bahkan dikatakan bahwa "pencerahan rohani merupakan kunci sukses
perusahaan". Dengan adanya janji-janji demikian dapat dimaklumi kalau
banyak perusahaan melatih karyawan-karyawannya ke arah praktek
demikian, dan dunia profesional diisi dengan seminar-seminar yang
mempopulerkan falsafah olah pikiran dan batin itu. Gerakan-gerakan
Pengembangan Pribadi percaya akan adanya "kekuatan" (power),
Page 18 Visualisasi
"pikiran" (mind) atau "potensi alam semesta" atau Universal Power atau
Universal Mind / Self. Manusia dianggap mempunyai potensi atau
kekuatan demikian yang tidak terhingga. Jadi tugas manusia adalah
menggali kekuatan atau potensi diri itu semaksimal mungkin (self
actualization atau self realization) untuk mencapai kemanusiaan yang
penuh (New Humanity) dan mencapai hidup sukses secara materi dan
duniawi.Kegiatan gerakan Pengembangan Pribadi juga masuk ke
Indonesia, baik melalui buku-buku, seminar-seminar, maupun
dipopulerkan melalui mimbar-mimbar gereja, dengan topik-topik
Berpikir Positif, Orang Kristen Tidak Mungkin Gagal, dan sebagainya.
Kenneth Hagin mengaku dan membela diri sebagai seorang "positive
thinker" dengan menjawab pertanyaan yang ditunjukkan kepadanya
yang ditulisnya dalam bukunya berikut:
Seseorang mengemukakan, "Anda berbicara Positive
Thinking!" Benar! Saya penganut Positive Thinker terbesar
yang pernah ada: Tuhan! (The Word of Faith, November
1984, hal. 3).
Memang pada umumnya mereka yang mempopulerkan positive thinking
membela dirinya seakan-akan Yesus adalah pemikir positif terbesar dan
bahwa 2 pelopor positive thinking justru adalah pendeta (Peale dan
Schuller). Akan tetapi kalau kita pelajari benar-benar, dalam buku-buku
mereka, mereka hanya mengambil ayat-ayat lepas dari konteks dan
dimengerti bukan dengan pengertian Yesus dan para rasul, tetapi secara
ilmu jiwa modern dan Gerakan Zaman Baru (New Age
Movement)!Memang gerakan-gerakan pengembangan pribadi menarik
untuk diikuti termasuk oleh orang Kristen, sebab sifatnya praktis dan
menarik, karena tujuannya untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri
tanpa bantuan orang lain. Berarti, manusia adalah subyek kemajuan
dirinya sendiri (antroposentris), manusia menjadi juruselamat bagi
dirinya sendiri, dari anugerah Allah kepada usaha manusia (humanisme),
dan lebih dari itu bahkan melatih orang membebaskan dirinya dari
Page 19 Visualisasi
otoritas luar termasuk otoritas Tuhan tentunya. Manusia dapat
membebaskan diri dari kelemahan diri, dan manusia mempunyai potensi
atau kekuatan untuk menentukan masa depan dan tujuan hidupnya
sendiri, entah itu melalui berpikir, membayangkan maupun kata-kata
positif. Namun, dengan demikian hakekat realitas dosa dalam diri
manusia
diabaikan,
dan
hanya
dianggap
sebagai
ketidakseimbangan pribadi atau belum digalinya potensi diri
manusia saja. Dosa, kejahatan atau kelemahan sangat diabaikan sebab
hanya dianggap sebagai penolakan akan potensi diri sendiri atau hasil
pikiran kita yang berpikir negatif saja. Seorang instruktur Positive
Thinking mengemukakan:
Bila kita berpikir positif, hal-hal yang negatif dalam diri kita
akan berangsur-angsur tergeser oleh yang positif itu, dan
pada akhirnya yang negatif itu akan terhilangkan.
Dengan berpegang pada ajaran Alkitab, kita dapat mengetahui bahwa
jati diri (self) manusia itu penuh dengan kejahatan dan dosa sejak semula
(Kej. 6:5, 8:21; Mat. 15:19; Rm. 7:18-20). Disangkalinya atau
diabaikannya hakikat kejahatan dan dosa yang melekat dalam hati atau
jati diri manusia tidak otomatis menghilangkan hakikat itu.
Bagaimanapun perkembangan kemampuan otak manusia dan teknologi,
kita melihat bahwa kejahatan tidak pernah berkurang dan malah ikut
berkembang makin canggih. Dan ini tidak akan berubah sekalipun kita
memikirkannya secara "positif". Dari ayat-ayat di atas menjadi jelas bagi
kita bahwa ajaran-ajaran berpikir positif dan "Gerakan
Pengembangan Pribadi" bukanlah ajaran Yesus. Gerakan
Pengembangan Pribadi menganggap dalam dirinya mempunyai potensi
ilahi yang dapat dikembangkan sendiri di luar Tuhan, hal mana berarti
mendiskreditkan Allah penciptanya. Tetapi, umat Kristen telah dibarui
hidupnya, sehingga dalam pengakuan akan kelemahan dan dosa dirinya
itulah, kuasa Tuhan dianugerahkan kepadanya, sehingga ia menjadi
seorang yang baru!
Page 20 Visualisasi
PENYUSUPAN ZAMAN BARU KE DALAM
GEREJA
Tidak mengherankan bila kita mendapati bahwa ajaran Zaman Baru
telah menyelusup masuk secara tidak kentara ke dalam gereja. Para
penganut Zaman Baru menjunjung tinggi apa yang mereka istilahkan
sebagai kekristenan esoterik – kepercayaan yang bersifat mistik dan
eksperimental, percaya akan wahyu yang berkelanjutan, non-ortodoks,
dan menganut ajaran-ajaran pokok dari agama-agama lain. Dengan
perkataan lain, itu adalah kekristenan yang lain dari ajaran yang
berdasarkan pada wahyu Alkitab. Dalam dua dasawarsa terakhir ini
teologi dalam berbagai gereja cenderung semakin dangkal: jemaat
semakin tidak mengetahui isi Alkitab. Ini semua menimbulkan masalah
yang serius, yaitu kurangnya kepekaan rohani dan ketidakmampuan
untuk menguji roh-roh seperti yang diimbau di dalam Alkitab. Dalam
iklim rohani yang demikianlah ajaran Zaman Baru secara tidak kentara
menyusup masuk ke dalam gereja.
"INJIL UCAPKAN-DAN-TUNTUTLAH"
Pengakuan positif yang banyak dipraktikkan dalam Gerakan Iman
(Word Faith Movement) mempercayai prinsip ini: Apa yang saya akui
dengan mulut saya, saya miliki. Kepercayaan itu berlandaskan
perkiraan bahwa sikap mental dan pemikiran manusia memiliki
kemampuan untuk menentukan apa yang ia terima. Menurut
kepercayaan itu ada hukum-hukum spiritual yang memerintah dalam
alam semesta. Pengakuan positif menolong seseorang berada pada sisi
baik dari hukum-hukum ini, sedangkan pengakuan negatif akan
menghasilkan hal-hal yang negatif. Kesembuhan dan kemakmuran
Page 21 Visualisasi
adalah warisan semua orang Kristen. Diajarkan bahwa dengan
mengucapkan pernyataan yang positif, orang Kristen dapat memiliki
kesehatan dan kekayaan. Konon kata-kata iman yang dicetuskan oleh
seseorang merupakan tenaga yang berkuasa: "Iman adalah tenaga yang
berkuasa…tenaga iman tersalur melalui kata-kata. Kata-kata yang penuh
iman menyebabkan hukum Roh kehidupan berfungsi." Itu merupakan
contoh lainnya lagi dari gejala yang mengacaukan dalam kekristenan
modern. Iman diperkecil artinya menjadi suatu tenaga (force). Allah
dibuat menjadi tidak berpribadi. Ini sejalan dengan konsep Zaman Baru
tentang iman – mempercayai bahwa pikiran kita mempunyai kuasa
kesembuhan.
LOLOS DARI PENIPUAN
Tertipu adalah hal yang cukup buruk, apalagi tertipu dalam hal rohani.
Konsekuensinya lebih besar dan berlangsung sepanjang kekekalan.
Alkitab mengungkapkan bahwa kepalsuan hadir berdampingan dengan
kebenaran. Ada banyak aspek dari kekristenan palsu: orang Kristen
palsu (2Kor. 11:26), Injil palsu (Gal. 1:8), pengajar-pengajar palsu
(2Kor. 11:26), tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat palsu (Mat. 24:24),
kebenaran palsu (Rm. 10:3), gereja palsu (Why. 2:9), dan Kristus palsu
(2Tes. 2:8-10) yang kelak akan menyatakan diri. Meloloskan diri dari
penipuan bukanlah sesuatu yang mudah. Seseorang harus mengetahui
penyebab penipuan, sifat-sifat penipuan, konsekuensi penipuan, dan
jalan keluar dari penipuan. Kebohongan, penyimpangan, dan
penyangkalan terhadap kebenaran Allah berasal dari sifat dasar Iblis.
Iblis menyebarkan kebohongan dan kepalsuan dengan tujuan supaya
dialah yang disembah, bukan Allah pencipta. Oleh karena itu, Iblis
menjanjikan popularitas, kebebasan, kekayaan dan kenikmatan kepada
manusia. Penipuan dalam hal rohani bermacam-macam bentuk dan
warnanya, namun kita dapat mengenali empat ciri utama. Ajaran-ajaran
yang menipu cenderung menurunkan Allah dari takhta-Nya,
mendewakan manusia, menyangkal keberadaan dosa, atau meremehkan
Page 22 Visualisasi
dosa, dan mendeskriditkan firman Allah. Mungkin Anda sudah menjadi
orang Kristen, tetapi dalam beberapa hal Anda masih berpegang pada
kepercayaan Zaman Baru, atau mempraktikkan beberapa kegiatan
Zaman Baru. Anda dapat mengalami kemerdekaan dan kehidupan yang
utuh di dalam Yesus Kristus apabila Anda mengakui dan menyesali
keterlibatan Anda dengan kebatinan, mistik, okultisme, kepercayaankepercayaan Timur, dan lain-lain. Penipuan dan ajaran-ajaran sesat
mengikat kita kepada Iblis dan rencana-rencananya. Kebenaran Allah
memerdekakan kita dari keterikatan itu: "Maka kata-Nya kepada orangorang Yahudi yang percaya kepada-Nya: ‘Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’"
(Yoh. 8:31-32). Oleh karena itu, pelajarilah firman Allah setiap hari dan
biarkanlah Anda diperbaharui oleh kebenaran-Nya. Akui semua dosa
yang
Anda
ketahui
dan
mintalah
pengampunan
dari
Tuhan.Referensi:Beberapa buah nabi palsu yang bisa kita lihat antara
lain sebagai berikut:
• Nubuat yang tergenapi tetapi nubuat itu menyesatkan dari
ketaatan pada firman Tuhan (Ul. 13:1-5)
• Nubuat yang tidak tergenapi (Ul. 18:20-22)
• Nabi yang mengajarkan dusta (Yes. 9:14)
• Nubuat palsu, tetapi disenangi umat (Yer. 5:31)
• Nubuat dan ramalan rekaan hati mereka sendiri (Yer. 14:14)
• Nubuat yang memberikan harapan sia-sia dan hiburan
keselamatan, padahal seharusnya peringatan akan pertobatan (Yer.
23:16-17)
Page 23 Visualisasi
• Bernubuat sesuka hati dan memberi pengharapan dan hiburan
kosong, padahal seharusnya menghadapi hukuman Tuhan (Yeh.
13:1-16)
• Memberikan nubuat yang menghibur di tengah ketidakadilan dan
ketimpangan sosial yang seharusnya diperbaiki (Yeh. 22:23-31)
• Bernubuat karena uang dan nubuatannya merupakan hiburan
kosong (Mi. 3:5-12)
• Nabi-nabi yang ceroboh dan pengkhianat (Zef. 3:4)
• Bernubuat dusta (Za. 13:1-6)
FOKUS KABAR BAIK (INJIL) MENURUT ALKITAB
"Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh
Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi" (Luk. 24:27,
TB2-LAI).
"Ia berkata kepada mereka, ‘Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu
ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua
yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan
kitab Mazmur’." (Luk. 24:44, TB2-LAI).
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa seluruh kitab Musa dan
seluruh kitab nabi-nabi berbicara tentang Yesus Kristus. Lalu
bagaimana dengan keempat kitab Injil? Keempat kitab Injil dalam PB
selalu bertumpu pada satu jalan, yaitu YESUS DARI NAZARET (J.
Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 3, Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF Jkt, hal 21). Keempat kitab Injil selalu berfokus terhadap
Yesus Kristus, tentang kelahiran, masa remaja, tentang pelayanan,
kematian di salib, kebangkitan, dan kenaikkan Yesus Kristus ke surga.
Page 24 Visualisasi
Fokus pemberitaan Injil yang dilakukan oleh para rasul pun selalu
bertumpu pada Yesus Kristus.
Hal ini dapat kita ketahui dari Kisah Para Rasul dan surat-surat kiriman.
"…Paulus mulai dengan sepenuhnya memberitakan firman dan bersaksi kepada
orang-orang Yahudi bahwa Yesuslah Mesias" (Kis. 18:5, TB2-LAI).
"...Setibanya di Akhaya, ia (Apolos) menjadi sangat berguna bagi orang-orang
yang percaya oleh anugerah Allah. Sebab dengan penuh semangat ia (Apolos)
membantah orang-orang Yahudi di depan umum dan membuktikan dari Kitab Suci
bahwa Yesuslah Mesias." (Kis. 18:27b-28, TB2-LAI)
"Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapa yang telah mempesona kamu?
Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang
didepanmu?" (Gal. 3:1, TB2-LAI)
"Ingatlah hal ini: Yesus Kristus, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati,
yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam
Injilku." (2Tim. 2:8, TB2-LAI)
Surat-surat kiriman menunjukkan banyaknya segi pengorbanan Tuhan
Yesus bagi orang yang ditebus (J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab
4, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF Jkt, hal 10).
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa Alkitab, yaitu seluruh kitab
dalam PL dan seluruh kitab PB selalu berfokus pada Yesus Kristus.
Fokus Injil tersebut adalah: Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,
bahwa Ia telah dikuburkan, Ia telah dibangkitkan dari kematian pada hari
ketiga, Ia telah menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara
sekaligus, selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian
kepada semua rasul, dan yang terakhir Ia menampakkan diri kepada
Paulus (1Kor. 15:3-8). Allah itu Roh, namun Ia rela menjadi manusia
yang serba terbatas. Oleh karena kasih Allah, maka Ia rela berinkarnasi
dalam Yesus Kristus menjadi manusia datang ke bumi ini untuk
menyerahkan nyawa-Nya bagi tebusan dosa saya dan dosa Anda.
Dengan kematian di salib dan kebangkitan Yesus Kristus, maka dosa
Page 25 Visualisasi
saya dan dosa Anda dapat ditebus. Inilah suka-cita yang sejati. Kita yang
sudah seharusnya binasa kekal dalam neraka, namun karena anugerah
Allah dalam Yesus Kristus, maka manusia dapat didamaikan dengan
Allah Bapa melalui Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus, manusia yang
telah mati secara rohani menjadi hidup secara rohani. Berita suka-cita
inilah yang sudah seharusnya menjadi fokus Injil, terutama pada masa
saat ini, dimana kemajuan ilmu dan teknologi yang luar biasa pesat
namun di sisi lain hati dan moral manusia makin jauh dari Tuhan. Kita
melihat bahwa kebejatan moral manusia hingga abad ke-21 ini makin
menjadi-jadi. Makin tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang
tidak menjamin moral manusia makin baik. Justru kita melihat banyak
kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berilmu tinggi dan hukum
tidak mampu menjerat kejahatan orang tersebut. Di sini kita melihat
bahwa makin hari manusia bukannya makin tambah baik, namun makin
jauh dari Allah. Kita –umat Kristen perlu berempati pada kenyataan
sekarang ini: frekuensi dan kualitas kriminal makin meningkat dan sadis,
penggunaan obat terlarang (narkotika, ganja, putaw, ecstacy) yang
semakin meluas, korupsi yang telah berakar pada bangsa Indonesia dan
hukum tidak mampu mengadili para koruptor, pelacuran usia anak-anak
semakin meningkat, pemerkosaan yang kerap terjadi, penyebaran VCD
porno dan gambar-gambar porno yang meluas, pemalsuan BBM,
pemalsuan obat-obatan, dan berbagai krisis moral dan etika yang
melanda Indonesia yang jika ditulis disini tidak akan cukup. Yesuslah
yang menjadi kebutuhan manusia sepanjang masa dan abad. Yesus
adalah pengharapan dunia. Diluar Yesus tidak ada pengampunan dosa.
Tanpa Yesus tidak ada pengharapan keselamatan bagi manusia.
Pemberitaan Injil ini menjadi tanggung jawab saya dan Anda, yang
sebagai umat Kristus sudah ditebus oleh darah Yesus dan dipanggil
keluar untuk mewartakan kabar suka-cita, bahwa hanya melalui Yesus
maka manusia dapat berdamai dengan Allah. Hanya melalui Yesus maka
dosa dapat diampuni. Semoga kita semakin giat mengabarkan Injil yang
ber-Fokus kepada Yesus Kristus sesuai dengan ajaran Alkitab, dan
melalui kuasa Roh Kudus yang melahirbarukan seseorang dan kemudian
Page 26 Visualisasi
yang mempertobatkan seseorang terhadap dosa, sehingga damai Allah
dalam Kristus Yesus nyata dalam hidup kita. Amin.
Bibliography
1. Ir. Herlianto, M.Th. Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon. BPK,
Jakarta.
2. Makalah Sahabat Awam No. 15: Dimensi Keempat dan Injil. Yayasan
Bina Awam, Bandung.
3. Makalah Sahabat Awam No. 16: Teologi Sukses. Yayasan Bina
Awam, Bandung.
4. Makalah Sahabat Awam No. 23: Manipulasi Ayat-ayat Alkitab.
Yayasan Bina Awam, Bandung.
5. Makalah Sahabat Awam No. 33: Word Faith Movement. Yayasan
Bina Awam, Bandung.
6. Makalah
Sahabat
Awam
No.
42:
Persepuluhan
dan
Penyalahgunaannya Pada Masa Kini. Yayasan Bina Awam,
Bandung.
7. Ir. Herlianto, M.Th. Humanisme dan Gerakan Zaman Baru. Yayasan
Kalam Hidup, Bandung.
8. Jonathan D. James. Gerakan Penipuan di Akhir Zaman. Lembaga
Literatur Baptis, Bandung.
9. Paul Yonggi Cho, Kehidupan Yang Berhasil. Gandum Mas, Malang.
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/visualisasi.html
Page 27 
Download