4 TINJAUAN PUSTAKA Pelestarian dan peningkatan kualitas

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat
perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk non kayu
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu tanaman hutan yang sangat
penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan Sumatra,
karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil getah
kulit yang disebut kemenyan dengan kualitas ekspor (BPS, 2003).
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kemenyan
Kemenyan (Styrax sp) termasuk jenis pohon berukuran besar yaitu dari
family styracaceae. Sistematika klasifikasi tingkatan kemenyan:
Kingdom
: Plantae
Superkingdom
: Tracheobionta
Superdivision
: Spermatophyta
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotil
Ordo
: Styracales
Family
: Styracaceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax sp
Van Steenis (1953) menyebutkan bahwa secara umum hanya 4 jenis yang
dibudidayakan dan bernilai ekonomi yaitu: Toba sumatrana J.J.SM, Durame
(Styrax benzoine DRYAND), Bulu (Styrax benzoine var. hiliferum) dan Siam
(Styrax tonkinennsis). Umumnya masyarakat di Tapanuli dan Dairi, Provinsi
Sumatera Utara hanya membudidayakan jenis Toba dan Durame secara luas
4
Universitas Sumatera Utara
5
sedangkan jenis Bulu kurang banyak dibudidayakan. Jenis Kemenyan Siam
hingga saat ini belum banyak dikembangkan di Indonesia, namun telah dirintis
penguasaan
budidayanya
oleh
Balai
Penelitian
Kehutanan Sumatera
(BPK Pematang Siantar).
Di Indonesia terdapat tujuh jenis atau variasi kemeyan yang menghasilkan
getah akan tetapi hanya dua jenis yang lebih umum dikenal dan diusahakan di
Sumatera Utara, yaitu Styrax sumatrana J.J.SM yang disebut dengan kemenyan
Toba dan Styrax benzoin DRYAND yang disebut dengan kemenyan (haminjon)
durame. Dari kedua jenis tersebut, jenis yang pertama lebih dominan karena
memiliki kualitas getah yang lebih baik dan bernilai ekonomi lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis yang kedua (Sasmuko, 2000).
Morfologi Pohon Kemenyan
Kemenyan (Styrax sp) termasuk ke dalam suku atau famili styracacea dan
merupakan tanaman berbiji dua. Tanda-tanda umum dari tanaman kemenyan
adalah berdaun tunggal tersusun secara spiral, sebelah atas daun berwarna hujau
dan sebelah bawah berwarna kekuning-kuningan serta pinggiran daun merata.
Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet. Berbunga selalu teratur,
yaitu sekali dalam setahun, berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masingmasing lima buah. Buahnya bundar atau lonjong
sebesar
ibu jari kaki
(Yuniandra, 1998).
Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 20 – 40 m dan
diameter batang mencapai 60 – 100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit.
Kulit beralur tidak terlalu dalam (3 - 7 mm) dengan warna kulit merah anggur
(Jayusman, 2014).
5
Universitas Sumatera Utara
6
Pohon Kemenyan mempunyai daun yang berbentuk bulat telur (oval)
sampai jorong atau lanset (bulat memanjang atau elips). Pangkal atau helaian daun
bulat, ujung melancip atau meruncing dengan panjang 9 cm-15 cm dan lebar dari
5 cm-7,5 cm. urat daun atau helain daun mempunyai nervi 7-13 pasang dan
tangkai daun panjang 5 mm-13 mm (Andrio, 2004)
Kemenyan berkelamin dua, dengan tangkai bunga panjang 6-11 cm. Daun
mahkota bunga 9 - 12 helai berukuran 2 -3 mm, kelopak dan mahkota bunga
masing-masing 5 buah. Pohon Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap
tahun. Waktu berbunga pada bulan November sampai Januari (Jayusman, 2014).
Buah pada tanaman Kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong
berukuran 2,5 – 3 cm. Biji berukuran 15 - 19 mm, dengan warna coklat keputihan.
Biji Kemenyan terdapat di dalam buah dengan kulit buah berukuran dari 1,75 mm
hingga 3,1 mm. Biji Kemenyan Toba berwarna coklat tua dan lebih gelap
dibandingkan jenis Durame dan Bulu (Jayusman, 2014).
Kegunaan Kemenyan
Penggunaa kemenyan untuk industri dalam negeri sampi saat ini masih
terbatas, kecuali dibakar sebagai bahan dupa dalam penyelenggaraan upacaraupacara keagamaan dan di pakai pada upacara adat atau sesajen serta ramuan yang
di gunakan pada rokok. Ekstraksi Kimia getah kemenyan menghasilkan tincture
dan benzoin resin yang digunakan sebagai fix active agent dalam industry parfum.
Ekstraksi kemenyan juga dapat mengasilkan beberapa senyawa kimia yang
diperlukan oleh industri farmasi antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl
benzoate, sodium benzoate, benzophenone, ester aromatis dan sebagainya
(Rajagukguk, 2009).
6
Universitas Sumatera Utara
7
Keragaman Morfologi
Karakter morfologi mempunyai peran penting di dalam sistematika, sebab
walaupun banyak pendekatan yang dipakai dalam menyusun sistem klasifikasi,
namun semuanya berpangkal pada karakter morfologi (Heywood, 1967). Selain
itu pendekatan ini memberikan jalan tercepat memperagakan keanekaragaman
dunia tumbuhan, dan dapat dipakai sebagai sistem pengacuan umum yang dapat
menampung pernyataan data-data dari bidang lainnya. Karakter morfologi mudah
dilihat sehingga variasinya dapat dinilai dengan cepat jika dibandingkan dengan
karakter-karakter lainnya, karena menurut Stace (1981) pembatasan takson yang
baik dilakukan dengan menggunakan karakter-karakter yang mudah dilihat, dan
bukan oleh karakter-karakter yang tersembunyi.
Karakterisasi sifat morfologi merupakan cara determinasi yang paling akurat
untuk menilai sifat agronomi dan klasifikasi taksonomi tanaman. Karakterisasi
morfologi dapat digunakan untuk identifikasi duplikasi koleksi plasma nutfah,
studi pendugaan keragaman genetik dan studi korelasi antara morfologi dengan
sifat penting agronomi (CIAT, 1993; Rimoldi dkk., 2010; Talebi dkk., 2008).
Karakterisasi pada tingkat morfologi diperlukan terutama untuk keperluan
identifikasi fenotipe dan perubahannya terkait dengan ekotipenya (Marzuki dkk.,
2008). Pengunaan karakterisasi morfologi untuk identifikasi jenis telah dilakukan
pada ketumbar (Hadipoentyanti dkk., 2004), pada tanaman jarak pagar
(Surahman, 2009), Durian (Wahab dkk., 2014), pada durian (Wahab dkk., 2013),
pada jagung (Sembiring, 2007), Makadamia (Tresniawati dkk., 2008) dan
beberapa jenis pohon lain. Hasil yang diperoleh menunjukkan penggunaan metode
7
Universitas Sumatera Utara
8
ini mampu memberikan informasi awal mengenai pengelompokan jenis dalam
satu marga secara jelas.
Analisis Filogenetik
Filogenetik adalah salah satu sistem klasifikasi yang didasarkan pada
kekerabatan hubungan nenek moyang (evolusioner) antara takson satu dengan
lainnya (Purnomo dan Pudjoarinto, 1999). Oleh karena itu sistem klasifikasi ini
sangat penting untuk digunakan dalam penelusuran kekerabatan evolusioner
diantara berbagai takson yang ada. Analisis kekerabatan filogenetik diantara
sampel (organisme) dapat dimulai dengan pembuatan matrik yang menetapkan
status karakter setiap penanda untuk masing-masing sampel. Hasil analisis
tersebut kemudian dapat digambarkan dalam bentuk matrik similaritas maupun
disimilaritas dan diilustrasikan dengan pohon filogenetik atau dendogram
(Mursyidin dan Qurrohman, 2012).
8
Universitas Sumatera Utara
Download