ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ANEMIA

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN
ANEMIA SEDANG DI RUANG DELIMA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
Fani Afriani
NIM. 13DB277015
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
Judul
: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang
Penyusun
: Fani Afriani
NIM
: 13DB277015
PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan Disetujui
Untuk Mengikuti Ujian LTA
Pada Program Studi D III Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Oleh :
Pembimbing I
Resna Litasari, SST
NIK. 0432778709060
Ciamis,
Juni 2016
Ciamis,
Juni 2016
Pembimbing II
Sri Utami Asmarani, SST
NIK. 0432779114096
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Kebidanan,
Heni Heryani, SST., MKM.
NIK. 0432778104030
ii
Judul
: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang
Penyusun
: Fani Afriani
NIM
: 13DB277015
PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki
sesuai dengan masuknya Dewan Penguji
Pada tanggal
Juni 2016
Mengesahkan,
Penguji I
Penguji II
Heni Marliany, SKM., M.Kep
NIK. 0432777597012
Resna Litasari, SST
NIK. 0432778709060
Mengetahui,
Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Ketua
Program Studi D III Kebidanan
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes
NIK. 04327777295008
Heni Heryani, SST., MKM
NIK. 0432778104030
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
dengan Anemia Sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis”
sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan
plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan caracara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan
karya ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan istitusi
Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Ciamis, Juni 2016
Yang Membuat Pernyataan,
Fani Apriani
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Illahi Robbi atas taufik, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Anemia Sedang di
Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis”.
Laporan
Tugas
Akhir
diajukan
untuk
salah
satu
syarat
dalam
menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya
Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis
menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Zulkarnaen, S.H., M.H, selaku ketua BPH STIKes Muhammadiyah
Ciamis
2. H.
Dedi
Supriadi,
S.Sos.,
S.Kep.,
M.Mkes,
selaku
Ketua
STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Heni Heryani, SST., M.KM, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
4. Resna Litasari, SST, selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Sri Utami Asmarani, SST, selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Yayat Ruhiyat, S.Ag, selaku Pembimbing AIK yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7. H. Dedi Tirmidi Ishak, S.Sos., MM.Kes, selaku Direktur RSUD Kabupaten
Ciamis yang telah memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini.
8. Bidan-bidan di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis yang telah
membantu Laporan Tugas Akhir ini.
v
9. Orang Tua yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi serta
pengorbanan yang sangat besar hingga terselesaikannya Laporan Tugas
Akhir ini.
10. Kakak dan adikku yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta
dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan motivasi dan semangat selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
12. Orang terkasih yang telah memberikan dukungan dan semangat serta
pengorbanan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
13. Rekan-rekan satu angkatan D III Kebidanan Angkatan 10 dan sahabat Aspi 5
yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan semangat dan
motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu persatu. Terima kasih
banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama dikabulkan oleh Allah SWT
amin.
Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin
Wassalamualaikum wr, wb
Ciamis, Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ANEMIA SEDANG
DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS 1
Fani Afriani 2, Resna Litasarii3, Sri Utmai Asmarani4
INTISARI
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada
saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang
lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya. Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu nifas dengan
anemia, yaitu ibu nifas dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan
proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan
(37,8%). Anemia terjadi disebabkan oleh perdarahan karena atonia uteri dan
infeksi yang dapat mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa males, pusing dan cepat
lelah
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny I dengan
anemia sedang di Ruang Delima RSUD Ciamis menggunakan pendekatan
proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada Ny I dengan anemia
sedang ini dilakukan di RSUD Ciamis dari tanggal pada tanggal 29 Pebruari-30
April 2016.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada Ny I dengan
anemia sedang. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny I
dengan anemia sedang dilaksanakan dengan baik dan tidak ada kesenjangan
antara hasil di lapangan dengan teori
Kata Kunci
: Ibu Nifas, Anemia Sedang
Kepustakaan : 18 (2005-2015)
Halaman
: i-xi, 49 halaman, 5 Lampiran
1 Judul Penulisan Ilmiah, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
iv
INTISARI .........................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
6
C. Tujuan.............................................................................................
6
D. Manfaat ..........................................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar ...............................................................................
9
B. Manajemen Kebidanan .................................................................. 21
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dengan
Anemia Sedang .............................................................................. 25
D. Kewanangan Bidan ........................................................................ 31
E. Pandangan Islam .......................................................................... 33
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian ........................................................................ 35
B. Tempat dan Waktu Pengkajian...................................................... 36
C. Subjek yang Dikaji.......................................................................... 36
D. Jenis Data yang Digunakan ........................................................... 36
E. Instrumen Pengkajian .................................................................... 36
F. Tinjauan Kasus .............................................................................. 37
viii
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Keterkaitan
antara
Manajemen
Kebidanan
dan
Sistem
Pendokumentasian Soap ........................................................... 23
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Proses Involusi Uterus ............................................................... 11
Tabel 2.2
Asuhan yang Diberikan pada Kunjungan Masa Nifas .............. 13
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Time Schedule
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian dari Kesbang
Lampiran 4
Surat Balasan Penelitian Dinas Kesehatan
Lampiran 5
Surat Balasan Izin Penelitian dari RSUD Ciamis
Lampiran 6
Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 7
Lembar Konsultasi
Lampiran 8
Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 99 persen
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negaranegara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang
merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran
bayihidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara
maju dan 51 negara persemakmuran. Terlebih lagi, rendahnya penurunan
angka kematian ibu global tersebut merupakan cerminan belum adanya
penurunan angka kematian ibu secara bermakna. Sebanyak 20-30 persen
dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayinya. Salah satu indikator utama derajat
kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI) (WHO, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan
pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2015)
Angka Kematian Ibu (AKI) dengan Angka Kematian Bayi senantiasa
menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan. AKI mengacu
kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan
dan nifas. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI
tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai
pada tahun 2015 (Depkes RI, 2015).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengatakan tahun 2012
kematian ibu sebanyak 447 kasus dalam 19 ribu persalinan dan jumlah
kematian bayi 5.719 bayi dari 845.964 kelahiran hidup. Masih tingginya AKI
1
2
tidak terlepas dari masih adanya kesenjangan cakupan pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan (Heryawan,
2012).
Sedangkan pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi
Jawa Barat mencapai 83 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab
perdarahan 248 (31,7%), hipertensi dalam kehamilan (29,3%), infeksi (5,6%),
partus lama (0,64%), abortus (0,12%), lain-lain (32,5%). Sedangkan di
Kabupaten Ciamis mencapai 16 per 100.000 kelahiran hidup dengan
penyebab perdarahan (12,57%), hipertensi dalam kehamilan (31,2%), infeksi
(6,2%), partus lama (0%), abortus (0%), lain-lain (50%) (Pogi Jabar, 2013).
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis mengatakan, bahwa AKI di
Kabupaten Ciamis yaitu sebanyak 29 ibu yaitu terbagi dalam ANC, INC dan
PNC yaitu dengan jumlah berturut-turut 11, 4, 14 ibu dari 10.885 ibu bersalin.
Sedangkan jumlah AKB yaitu sebanyak 147 bayi dari jumlah bayi yang lahir
hidup sebanyak 13.427 bayi. Menurut data di Kabupaten Ciamis tahun 2015,
jumlah ibu bersalin sebanyak 10.885 ibu. Adapun beberapa kasus yang terjadi
selama proses persalinan yaitu robekan jalan lahir 57 kasus, distosia bahu 56
kasus, retensio plasenta 38 kasus, atonia uteri 21 kasus, infeksi 1 kasus dan
penyebab lain 933 kasus. Sedangkan data kasus ibu nifas sangat jarang,
hanya terdapat 2 kematian ibu dalam kurun waktu 1 tahun yang disebabkan
oleh infeksi post partum (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2015).
Pada tahun 2013, sebagian besar (76,1%) persalinan juga sudah
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan Poskesdes/Polindes dan
hanya 23,7% ibu bersalin yang masih melahirkan di rumah. Angka
peningkatan yang cukup drastis terlihat pada cakupan pelayanan kesehatan
ibu nifas (KF1), yaitu dari 46,8% pada tahun 2010 menjadi 81,7% pada tahun
2013. Di samping peningkatan akses dan kualitas masyarakat yang semakin
membaik, upaya peningkatan kesehatan ibu masih menghadapi berbagai
tantangan. Tantangan pertama adalah bagaimana menurunkan proporsi
anemia pada ibu hamil. Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu
hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl,
dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan
perdesaan (37,8%) (Riskesdas 2014).
3
Berdasarkan data diatas salah satu cara untuk menurunkan AKI di
Indonesia adalah dengan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih dan melakukan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),
dokter umum, dan bidan.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun
2013 adalah sebesar 90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari
tahun ke tahun. Selain itu, kondisi sosial budaya di masing-masing daerah
turut
memberikan
konstribusi,
masih
banyak
daerah
yang
masih
menggunakan dukun sebagai penolong persalinan, khususnya di desa-desa.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, penolong saat persalinan dengan
kualifikasi tertinggi dilakukan oleh bidan (68,6%), kemudian oleh dokter
(18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%). Namun sebanyak 0,8%
kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3% kelahiran saja yang
ditolong oleh perawat. Hal ini ditunjang pula dengan kondisi sosial ekonomi
sebagian masyarakat yang masih berada di garis kemiskinan. Selain itu, tidak
meratanya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia turut menjadi salah satu penyebab masalah kesehatan ibu.
(Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013).
Dengan pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga diperlukan
program terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya di
daerah-daerah
terpencil,
perbatasan
dan
kepulauan.
Meningkatkan
pengetahuan para ibu sehingga mereka mau, sadar dan mampu mencegah
masalah kesehatannya, dan perlu ditunjang dengan peningkatan kualitas
fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana lainnya.
Masalah kesehatan yang berperan dalam penyebab tingginya angka
kematian ibu, angka kematian bayi serta rendahnya produktivitas kerja,
prestasi olahraga dan kemampuan belajar adalah anemia. Oleh karena itu,
penanggulangan anemia menjadi salah satu program potensial untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang telah dilaksanakan
pemerintah sejak Pembangunan Jangka Panjang I (Depkes, 2014).
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah di bandingkan
4
normal (Soebroto, 2010). Anemia pada masa nifas merupakan lanjutan dari
pada anemia yang diderita saat kehamilan, yang menyebabkan banyak
keluhan bagi ibu dan mengurangi presentasi kerja, baik dalam pekerjaan
rumah sehari-hari maupun dalam merawat bayi (Wijanarko, 2010).
Saat kehamilan apabila ibu sudah kekurangan darah dan diwaktu
persalinan ibu mengalami perdarahan, maka didalam masa nifas ibu dapat
mengalami anemia. Anemia adalah salah satu komplikasi yang sering dialami
ibu di masa nifas dimana kadar hemoglobin (Hb) kurang dari normal yaitu 13
gr%, tingkatan anemia dibagi menjadi 3 yaitu anemia ringan sekali kadar Hb
10-13 gr%, anemia ringan kadar Hb 8-10 gr%, anemia sedang kadar Hb 6-8
gr% dan anemia berat kadar Hb kurang dari 6 gr% (Ariwibowo, 2008). Saat
masa nifas apabila kekurangan zat besi dapat menyebabkan rahim tidak
berkontraksi karena darah tidak cukup memberikan oksigen ke rahim
(Kurniasih, 2008).
Anemia terjadi disebabkan oleh perdarahan karena atonia uteri dan
infeksi yang dapat mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan aktivitas seharihari dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa males, pusing dan
cepat lelah (Ayah Bunda, 2012).
Kematian ibu dapat terjadi karena anemia, sebagaimana seperti
penelitian yang dilakukan oleh Chi, dkk tahun 2008 di Indonesia menunjukkan
angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 30% untuk
selain anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan anemia. Kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51%
dan pada ibu nifas 45% (Azwar, 2008).
Kebijakan pemerintah dalam menangani anemia pada kehamilan
adalah pemberian suplementasi besi dan asam folat. World Health
Organitation (WHO) menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan, namun banyak
literatur yang menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu
atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia
yang tinggi dianjurkan untuk memberikan suplementasi zat besi sampai tiga
bulan post partum (Prawirohardjo, S, 2008).
Sudah fitrahnya seorang wanita mengalami masa-masa yang rutin dan
kadang berat terasa oleh sebagian wanita namun sebagiannya lagi mampu
5
menjalaninya tanpa gangguan rasa apapun. Sebagian wanita saat hamil,
mengeluhkan mual, muntah setiap minum atau menelan makanan. Saat
menjalani nifas ada yang terserang anemia karena banyaknya darah keluar
setelah melahirkan, akibatnya tubuh mudah letih dan lemas. Begitu pula bila
wanita sedang menyusui tidak jauh beda keluhan yang mungkin dihadapi
seperti saat hamil ataupun nifas.
Menurut hadist riwayat Khamsah kecuali Nasai :
ْ‫ي ِ عَن‬
ْ ‫ع ِل‬
َ ْ‫سهلْ اَبِى عَنْ االَعلَى عَب ِْد ب ِن‬
ُْ ‫س ْةَ عَنْ ِزيَادْ ب‬
َ ‫ن َكثِي ُْر اس ُم ْهُ َْو‬
َ ْ‫قَالَت‬:
َّ ‫سلَ َم ْةَ ا ُ ِْم عَنْ االَز ِديَّ ِْة َم‬
ِْ ‫سا ُْء كَا َن‬
‫ت‬
ُْ ‫علَى تَج ِل‬
َ ‫سو ِْل عَه ِْد‬
ِْ ‫ن ص‬
َْ ‫س ُو ُجو َهنَا نُط ِلى ُكنَّا َْو يَو ًما اَربَ ِعي‬
ْ ِ ‫لور‬
َْ ‫ف ِم‬
ِْ َ‫ال َكل‬.
َ ِ‫س الن‬
ُ ‫للا َر‬
َ ‫ن بِا‬
‫النسائى اال الخمسة‬
Dari ‘Ali bin ‘Abdil A’laa, dari Abu Sahal (namanya sendiri : Katsir bin Ziyad),
dari Massah Al-Azdiyah, dari Ummu Salamah ia berkata : “Adalah wanitawanita nifas di masa Rasulullah SAW tidak shalat selama 40 hari, dan kami
memberikan pilis pada wajah-wajah kami dengan warna merah tua yang
terbuat dari daun wars” [HR. Khamsah kecuali Nasai].
Dalil yang menunjukkkan batas waktu nifas 40 hari, satu sama lain
saling kuat menguatkan, sehingga sampai kepada tingkatan boleh dipakai dan
diterima, dengan 40 hari itu menjadi suatu batas yang tertentu. Para ulama
berbeda pendapat tentang apakah masa nifas itu ada batas minimal dan
maksimalnya. Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam risalahnya tentang sebutan
yang dijadikan kaitan hukum oleh Pembawa syari’at, halaman 37 nifas tidak
ada batas minimal maupun maksimalnya. Andaikata ada seorang wanita
mendapati darah lebih dari 40, 60 atau 70 hari dan berhenti, maka itu adalah
nifas. Namun jika berlanjut terus maka itu darah kotor, dan bila demikian yang
terjadi maka batasnya 40 hari, karena hal itu merupakan batas umum
sebagaimana dinyatakan oleh banyak hadits.
Penelitian yang berhubungan dengan masalah ini sebelumnya pernah
dilakukan oleh Wulansari (2012) yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas Ny. A P 1A0 dengan Anemia Sedang di RB. Marga Waluya Surakarta”.
Jenis laboran studi kasus dengan metode deskriptif, teknik pengambilan data
antara lain meliputi : pemeriksaan fisik, wawancara serta observasi dan data
sekunder : meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu sudah tidak merasakan nyeri lagi pada jahitan
6
perineum, terdapat kenaikan Hb dari 8 gr% menjadi 9,8 gr% dan tidak terjadi
ke arah anemia berat.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan kepada Ny. I umur 29 tahun P 2A0 Post Partum
dengan Anemia Sedang di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis tahun
2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perumusan
masalah dalam studi kasus ini adalah : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas Ny.I P2A0 Umur 29 Tahun Dengan Anemia sedang di Ruang Delima
RSUD Ciamis dengan pendekatan Manajemen Varney Tahun 2016?”
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Post
Partum dengan Anemia Sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis Tahun 2016 secara mandiri dan kolaborasi dengan
pendekatan
manajemen
kebidanan
7
langkah
Varley
dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus
a.
Melakukan pengkajian data (data subjektif dan data objektif) pada ibu
post partum P2A0 dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah
Sakit Umum Daerah Ciamis.
b.
Menginterprestasikan data (diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan) pada ibu post partum P2A0 dengan anemia sedang di
Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
c.
Merumuskan diagnosa potensial pada ibu post partum P2A0 dengan
anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
d.
Mengantisipasi tindakan segera pada ibu post partum P2A0 dengan
anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.
e.
Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu post partum
P2A0 dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis.
7
f.
Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu post
partum P2A0 dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah Sakit
Umum Daerah Ciamis.
g.
Mengevaluasi pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada ibu
post partum P2A0 dengan anemia sedang di Ruang Delima Rumah
Sakit Umum Daerah Ciamis.
D. Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Bermanfaat untuk menambah informasi bagi ilmu kebidanan
khususnya asuhan kebidanan patologis, selain itu untuk menambah
informasi bagi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Promosi Kesehatan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Pihak Rumah Sakit
Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan
sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada ibu nifas dengan
anemia sedang, untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
b.
Bagi Institusi Pendidikan
Bermanfaat sebagai bahan kajian, masukan dan dasar
pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk penelitian lebih lanjut,
guna meningkatkan kualitas pendidikan.
c.
Bagi Ibu dan Keluarga
Dapat menjadi bahan pengetahuan bagi ibu nifas, sehingga
dapat mengetahui berbagai hal yang mungkin terjadi pada masa
tersebut.
d.
Bagi Penulis
Bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan gambaran nyata dalam memberikan asuhan
kebidanan sehingga dapat mengenali tanda bahaya atau faktor risiko
pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1.
Nifas
a.
Pengertian Nifas
Menurut Prawirohardjo (2008) nifas (prueperium) adalah
dimulai dari kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 6-8 minggu.
Menurut Prawirohardjo (2008), masa nifas (prueperium)
adalah dimulai dari kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Menurut Varney (2007) menyebutkan puerperium atau
periode pasca persalinan (post partum) ialah masa waktu antara
kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhirnya
periode intrapartum sampai menuju kembalinya sistem reproduksi
wanita tersebut ke kondisi tidak hamil.
Menurut Bener V.R dan Brown L.K (2006) dalam Anggraeni
(2010) Puerperium adalah waktu mengenai perubahan besar yang
berjangka
pada
periode
transisi
dari
puncak
pengalaman
melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab
dalam keluarga.
Menurut Williams dalam Anggraeni (2010) puerperium
didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan segera setelah
melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.
Menurut Saleha (2009), masa nifas adalah masa setelah
melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam.
Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis
dan psikologi karena proses persalinan.
9
10
Menurut Midwives Rules and Standards (2004) dalam
Baston. H dan Jenifer Hall (2010) periode postnatal adalah periode
setelah akhir persalinan, yang memerlukan kehadiran bidan
bersama ibu dan bayi, berlangsung tidak kurang dari 10 hari dan
untuk periode yang lebih lama jika bidan mempertimbangkan hal
tersebut perlu.
b.
Tujuan Masa Nifas
Menurut Prawirahardjo (2008) tujuan asuhan masa nifas :
1)
Menjaga kesehatan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2)
Melaksanakan skiring komprehenship, mendektesi masalah
serta mengobati bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3)
Memberikan
pendidikan
kesehatan
perawatan diri, nutrisi, keluarga
tentang
kesehatan
berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya
dan perawatan bayi
sehat.
c.
4)
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5)
Mendapatkan kesehatan emosi.
Tahapan Pada Masa Nifas
Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :
1)
Periode immediate postpartum atau puerperium dini adalah
masa segera plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,
tekanan darah dan suhu.
2)
Periode intermedial atau early postpartum (24 jam-1 minggu).
Di fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak
ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,
serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
3)
Periode late postpartum (1-5 minggu). Di periode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
11
d.
Proses Nifas
Uterus berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
1) Involusi TFU Ukuran Berat Uterus
Tabel 2.1. Proses involusi uterus
Involusi
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
Tinggi Fundus
Sepusat
Pertengahan pusatsimfisis
14 hari (2 minggu)
Tak teraba
42 hari (6 minggu)
Tak teraba
56 hari (8 minggu)
Normal
Sumber : Manuaba, 2007
Berat Uterus
1000 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
2) Plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7,5 cm, minggu ke-3 menjadi 3,5
cm, minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3) Luka-luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6-7 hari.
Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina
pada masa nifas. Ada beberapa macam lochea :
a) Lochea rubra (cruenta) adalah berisi darah segar dan sisasisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,
lanugo dan mekonium, selama dua hari pascapersalinan.
b) Lochea sanguinolenta adalah berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
c) Lochea serosa adalah berwarna kuning, cairan tidak
berubah lagi, pada hari ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
d) Lochea alba adalah cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk.
f)
Lochiostasis adalah lochea tidak lancar keluarnya.
4) Setelah persalinan bentuk servik agak mengganggu seperti
corong berwarana merah kehitaman, konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
5) Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur- angsur
12
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor.
e.
Penanganan Masa Nifas
Menurut dr. Avie Andriyani (2008) yang dimuat di majalah As
Sunnah edisi 12/XI/1429H/2008M penanganan masa nifas adalah
sebagai berikut :
1) Mobilisasi : setelah persalinan ibu harus beristirahat, tidur
terlentang, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada
hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan, dan
hari keempat/kelima sudah diperbolehkan pulang.
2) Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
Makanan bergizi tersebut dicontohkan dalam Al-Quran Surat
An-Nahl ayat 69, yang berbunyi :
Artinya : Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buahbuahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan)
bagi orang-orang yang memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 69)
3) Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
musculus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena
adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
4) Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya.
13
5) Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan- perubahan pada kelenjar mammae yaitu:
a)
Proliferasi kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
b)
Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrum berwarna kuning-putih susu.
c)
Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,
dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d)
Setelah
persalinan,
progesteron
hilang.
pengaruh
Maka
supresi
timbul
estrogen
pengaruh
dan
hormon
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air
susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan
mio- epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar.
Produksi
akan
banyak
sesudah
2-3
hari
pascapersalinan.
e)
program dan kebijakan teknis paling sedikit 4 kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan
BBL
juga
untuk
mencegah,
mendeteksi
dan
menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa
nifas.
f.
Kunjungan Masa Nifas
Tabel 2.2. Asuhan yang diberikan pada kunjungan masa nifas
Kunjungan
1
Waktu
6 – 8 jam
post
partum
Asuhan
1. Mencegah perdarahan masa nifas
oleh
karena
atonia
uteri.
Mendeteksi
dan
perawatan
penyebab lain perdarahan serta
melakukan
rujukan
bila
perdarahan berlanjut.
2. Memberikan konseling pada ibu
dan
keluarga
tentang
cara
mencegah
perdarahan
yang
disebabkan atonia uteri.
3. Pemberian ASI awal.
4. Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
5. Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
14
2
6 hari
post
partum
3
2 minggu
post
partum
6 minggu
post
partum
4
6. Setelah
bidan
melakukan
pertolongan persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu
dan bayi baru lahir dalam keadaan
baik.
1. Memastikan
involusi
uterus
berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal.
2. Menilai
adanya
tanda-tanda
demam, infeksi dan perdarahan.
3. Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup.
4. Memastikan
ibu
mendapat
makanan yang bergizi dan cukup
cairan.
5. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
6. Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
Asuhan pada 2 minggu post partum
sama dengan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari post partum.
1.
Menanyakan
penyulit-penyulit
yang dialami ibu selama masa
nifas.
2.
Memberikan
konseling
KB
secara dini.
Sumber : Marmi, 2015
g.
Tanda Bahaya Masa Nifas
Tanda bahaya nifas yaitu adanya tanda-tanda yang
mengganggu sampai membahayakan keadaan ibu yang terjadi
pada masa nifas. Tanda-tanda bahaya post partum :
1)
Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan
penglihatan.
2)
Pembengkakan pada muka dan tangan.
3)
Demam,
pengeluaran
dari
vaginayang
berbau
perdarahan yang banyak secara tiba-tiba.
4)
Terasa nyeri pada bagian bawah perut atau punggung.
busuk,
15
5)
Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas dan
puting pecah-pecah/lecet.
6)
Adanya kesulitan menyusui bayinya.
7)
Terasa sakit atau panas pada saat buang air kecil (kencing).
8)
Sulit untuk buang air besar, wasir.
9)
Kaki terasa sakit, merah, lembek, bengkak dan mengkilat.
10) Nafsu makan hilang dengan waktu yang lama.
11) Merasa sangat lelah, nafas sampai terengah-engah.
12) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.
(Arlian, 2007)
h.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan
yang
sangat penting
dalam
pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab
dalam masa nifas antara lain :
1)
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2)
Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu dan
bayi.
3)
Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, soSial
serta memberikan semangat kepada ibu.
4)
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
5)
Membantu ibu dalam menyusui bayinya dan mendorong ibu
untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
6)
Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.
7)
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
8)
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
9)
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
16
10) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas. Memberikan asuhan secara
professional.
2.
Anemia
a.
Pegertian Anemia
1)
Menurut WHO (2012)
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel
darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar
hemoglobin normal umumnya berdeda pada laki-laki dan
perempuan. Untuk pria, anemis biasanya didefinisikan sebagai
kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram /100ml dan pada
wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram /100ml.
2)
Menurut Antony AC (2008)
Anemia adala suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah
sel darah merah (eritrosit) atau jumlah hemoglobin yang
ditemukan didalam sel-sel darah merah menurun di bawah
normal.
b.
Tingkatan Anemia
Tingkatan anemia pada ibu nifas menurut WHO dalam
Waryana (2010) adalah sebagai berikut :
1) Tidak anemia : 11 gr %
2) Anemia ringan : 9-10 gr %
3) Anemia sedang : 7-8 gr %
4) Anemia berat : < 7 gr %.
c.
Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia menurut Winkjsastro (2010), adalah :
1)
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik karena definisi asam folik, jarang
terjadi karena difisiensi vitamin B12, kekurangan ini erat
hubungannya dengan difisiensi makanan.
17
2)
Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel baru.
3)
Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan kerena penghancuran sel
darah merah lebih cepat dari pembuatannya.
4)
Anemia Defesiensi Zat Besi
Anemia defeiensi zat besi paling sering di jumpai pada ibu
yang mengalami masa nifas. Anemia ini bisa dsebabkan karena
kurang masuknya unsur besi dengan makanan di dalam tubuh,
gangguan rearbsorbsi, atau terlampau banyak zat besi yang
keluar dari tubuh seperti pendarahan.
d.
Patofisioligi Anemia
Timbulnya
anemia
mencerminkan
adanya
kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum bisa terjadi akibat kekurangan
nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di
ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemplisis (destruksi) hal ini dapat akibat efek sel darah merah yang
tidak
sesuai
dengan
ketahanan
sel
darah
merah
yang
menyebabkan detruksi sel darah merah (Dimas, 2009).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam sistem retikuleondetolial, terutama dalam hati
dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan detruksi sel darah merah
(hemolisis)
segera
direfleksikan
dengan
peningkatan
bilirubinplasma (konsentrasi normal <1mg/dl, kadar diatas 1,5mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera) (Dimas, 2009).
e.
Gejala-gejala Anemia
Menurut Manuaba (2007), gejala-gejala yang sering di alami
oleh ibu nifas dengan anemia adalah :
1)
Cepat lelah.
2)
Sering pusing.
3)
Mata berkunang-kunang.
18
f.
4)
Lidah luka.
5)
Nafsu makan turun.
6)
Konsentrasi hilang.
7)
Nafas pendek (pada anemia parah).
8)
Keluhan mual dan muntah .
9)
Conjungtiva pucat.
Penyebab Anemia
Menurut Manuaba (2007), penyebab anemia pada ummnya
adalah sebagai berikut :
1)
Kurang gizi (malnutrisi).
2)
Kurang zat besi dalam diit.
3)
Malabsorbsi.
4)
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan
lain-lain.
5)
g.
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC, paru dan lain lain.
Pengaruh Anemia
Anemia pada masa nifas memberikan pengaruh baik bagi
ibu dan nifas yang selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul
akibat anemia seperti :
1)
Pengaruh anemia terhadap kehamilan menurut Manuaba
(2007) adalah :
2)
a)
Dapat terjadi abortus.
b)
Persalinan prematuritas.
c)
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
d)
Mudah terjadi infeksi.
e)
Ancaman decompensasi kordis (Hemoglobin> 6 gr/dl).
f)
Hiperemesis gravidarum.
g)
Perdarahan anterpartum.
h)
Ketuban pecah dini.
Pengaruh anemia terhadap persalinan menurut Manuaba
(2007) adalah :
a)
Gangguan his kekuatan mengejan.
b)
Kala satu berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
19
c)
Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
d)
Kala
uri dapat diikuti
retensio
plasenta, perdarhan
postpartum karena atonia uteri.
e)
Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder
dan atonia uteri.
3)
Pengaruh anemia terhadap persalinan menurut Manuaba
(2007) adalah :
a)
Terjadi sub involusi uteri yang menyebabkan perdarahan
postpartum.
b)
Memudahkan infeksi puerperium.
c)
Terjadi decompensasio cordis yang mendadak setelah
persalinan.
h.
d)
Pengeluran ASI berkurang.
e)
Mudah terjadi infeksi mamae.
Penatalaksanaan Anemia
Menurut Ayurai (2009), penatalaksanaan anemia adalah
sebagai berikut :
1)
Memberi dan menambah suplemen zat besi.
2)
Memberi tambahan asam folat 15-30 mg/hari, vitamin B12 1,25
mg/hari, sulfas ferrosus 500 mg/hari.
3)
3.
Melakukan transfusi darah.
Anemia Sedang
a.
Pengertian
WHO yang dikutip dalam Handayani.W, dan Haribowo AS
(2008), anemia sedang adalah dimana kadar hemoglobin 6 gr%8gr%.
b.
Gejala Anemia Sedang
Menurut Hoffman (2008) pada anemia sedang didapatkan
keluhan sebagai berikut :
1)
Cepat lelah.
2)
Penurunan energi.
3)
Sering pusing.
4)
Tampak pucat.
20
c.
5)
Badan lemas
6)
Sesak nafas.
Komplikasi Anemia Sedang
Komplikasi anemia sedang pada ibu nifas dapat terjadi, hal
ini dikarenakan ibu mengalami pendarahan saat persalinan, proses
persalinan berlangsung sangat lama, atau ibu sudah menderita
anemia sejak masa kehamilan. Pada kasus anemia sedang pada
masa nifas bila tidak segera diatasi, dapat menyebabkan rahim
tidak mampu berkontraksi (atonia) atau kontraksi sangat lemah
(hipotonia) (Ayah Bunda, 2012).
d.
Patopisiologi Anemia Sedang
Sebelum terjadi anemia, biasanya terjadi kekurangan zat
besi secara perlahan-lahan. Tahap-tahap defisiensi zat besi sebagai
berikut :
1)
Berkurangnya cadangan zat besi.
2)
Turunnya zat besi untuk sistem pembentukan sel-sel darah
merah.
3)
Anemia gizi besi
Pada tahap awal, simpanan zat-zat yang berbentuk ferritin
dan hemosiderin menurun dan absorbsib besi meningkat. Daya
ikat besi dalam plasma, selanjutnya
besi yang tersedia untuk
sistem eritropoisis di dalam sum-sum tulang berkurang. Terjadilah
penurunan jumlah sel darah merah dalam
jaringan, pada tahap
akhir hemoglobin menurun dan eritrosit mengecil, maka terjadilah
anemia.
e.
Penatalaksanaan Anemia Sedang
Menurut Manuaba (2008), penatalaksanaan anemia sedang
pada ibu nifas antara lain :
1)
Meningkatkan gizi penderita
Faktor utama penyebab anemi ini adalah faktor gizi,
terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian zat besi
sangat diperlukan oleh ibu nifas yang mengalami anemia
sedang.
21
2)
Memberi suplemen zat besi
a)
Peroral
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per
os gram sebanyak 600-1000 mg sehari
seperti sulfat
ferorrus atau glukona ferrosus. Hb dapat dinaikan sampai
10 g/100 ml atau lebih. Vitamin C mempunyai khasiat
mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap
oleh selaput usus.
b)
Parental
Diberikan apabila pasien tidak tahan akan obat besi
peroral,
ada
gangguan
absorbsi,
penyakit
saluran
pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri
intramuskular/intravena. Diberikan ferumm dekstran 100
dosis total 1000-2000 mg intravena.
c)
Transfusi darah
Transfusi
sedang
dalam
darah
masa
sebagai
nifas
pengobatan
sangat jarang
anemia
diberikan
walaupun Hb nya kurang dari 6 mg/dl apabila tidak terjadi
perdarahan.
B. Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2010).
2.
Proses manajemen kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke tujuh
langkah
tersebut
membentuk
suatu
kerangka
lengkap
yang
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat
22
diuraikan lagi menjadi lebih langkah-langkah yang rinci bisa berubah
sesuai dengan kebutuhan pasien. Ke tujuh langkah varney tersebut
adalah :
a. Langkah I : Pengkajian Data
Pada
langkah
ini
dilakukan
pengkajian
dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:
1) Riwayat kesehatan.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi.
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis
atau
masalah
dan
kebutuhan
klien
berdasarkan
interpretasi data yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
di identifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
23
f.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah
ke lima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dari
klien, atau tim anggota kesehatan lainnya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah
benar-benar
terpenuhi
sesuai
dengan
kebutuhan
sebagaimana telah di identifikasi dalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana
tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.
24
Varney dan sistem pendokumentasian SOAP dapat dilihat pada bagan
dibawah ini :
Alur pikir Bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan
Proses Management
Kebidanan
7 Langkah (varney)
Data
5 Langkah
(kompetensi bidan)
Data
SOAP NOTES
Subjektif & Objektif
Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah
potensial/diagnosa lain
Menetapkan kebutuhan
Assement/Diagnosa
Analisa
segera untuk konsultasi,
kolaborasi
Penatalaksanaan :
a. Konsul
Perencanaan Asuhan
Perencanaan Asuhan
Implementasi
Implementasi
c. Rujukan
Evaluasi
Evaluasi
d. Pendidikan
b. Tes diagnostik
d. Konseling
e. Follow up
Gambar 2.1 : Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan Dan System
Pendokumentasian Soap
Sumber : Depkes, RI (2003) dalam Muslihatun, WN.(2010)
3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut Helen Varney alur berpikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
oleh seorang bidan melalui berpikir sistematis, maka dilakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
25
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan diagnosis lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah satu Varney.
c. Assesment atau Analisa Data
Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah 2,3,dan 4 Varney.
d. Planning atau Penatalaksanaan
Menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan iumplementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment
sebagai langkah 5,6, dan 7 Varney (Salmah, 2010).
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas dengan Anemia Sedang
Managemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah yang sistematis,
mulai dari pengkajian analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan asuhan, dan evaluasi. Managemen post partum sendiri
diharapkan dapat memberi arah yang jelas untuk mengordinasi pelayanan,
mengajarkan informasi yang penting, serta menyiapkan ibu post partum
untuk bisa mandiri dalam merawat diri dan bayinya (Sari dan Rimandini,
2014).
Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan
yang menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan dalam bidang
kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga
berencana (KB) (Varney, 2010).
26
Langkah I : (Pengumpulan Data Dasar)
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang diudapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2010).
Data subjektif meliputi:
a. Biodata
Identitas
pasien
dan
penanggungjawab
(suami,
ayah,
keluarga). Menurut Sari dan Rimandini (2014), identitas meliputi :
1) Nama pasien : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Eni dan Diah, 2010).
2) Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang
sedangkan umur ibu lebih dari 35 tahun rentan sekali perdarahan
dalam masa nifas (Eni dan Diah, 2010).
3) Agama : untuk mengetahui keyakinan agama pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
5) Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari.
6) Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
7) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan anemia pada masa nifas, misalnya pasien merasa pusing,
lemah, mudah lelah, tampak pucat, sesak nafas (Eni dan Diah,
2010).
27
c. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien
menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan
keberadaannya dalam keluarga, kesehatan, dan hubungan suami
istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada (Hacker,
2011).
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil
akhirnmya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan
apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi
atau
intervensi
pada
kehamilan,
persalinan
ataupun
nifas
sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya
(Farrer, 2010).
e. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beeralih ke kontrasepsi apa. (Eni dan Diah, 2010).
f.
Riwayat Kesehatan
Untuk
mengetahui
riwayat
penyakit
sekarang,
dahulu,
maupun penyakit keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC,
hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar
dan riwayat operasi (Sari dan Rimandini, 2014).
g. Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam
menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari
apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2010).
1) Pola Nutrisi : mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada
pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau
tidak pada pasien (Sari dan Rimandini, 2014).
2) Pola Eliminasi : untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK dan
bagaimana keseimbangan antara intake dan output (Sari dan
Rimandini, 2014).
28
3) Pola Istirahat : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan
malam.
4) Aktifitas : untuk mengetahui apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, dengan pantauan atau sendiri,
dan apa yang ibu rasakan ketika melakukan ambulasi apakah
pusing atau tidak (Sari dan Rimandini, 2014).
5) Personal Hygiene : untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada aderah genetalia, karena pada
masa nifas masih mengeluarkan lochea (Sari dan Rimandini,
2014).
6) Riwayat Psikososial : untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bahaya karena wanita mengalami banyak perubahan
emosi
atau
psikologis
selama
masa
nifas
sementara
ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Sari dan Rimandini,
2014).
2. Data Obyektif
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan tanda vital pada ibu
serta pemeriksaan fisik yang dilakukan salah satu cara mengetahui
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan
mengumpulkan data obyektif dilakukan terhadap pasien (Sari dan
Rimandini, 2014).
a. Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu baik,
sedang atau lemas (Wartonah, 2012).
b. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai
composmentis.
c. Tanda Vital
1. Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (Sari dan
Rimandini, 2014).
2. Pengukuran suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 36,50C – 37,50C
(Sari dan Rimandini, 2014).
3. Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit.
Normalnya 80-90x/menit (Sari dan Rimandini, 2014).
29
4. Respirasi : untuk menghitung frekuensi pernafasan pasien dalam
1 menit. Normalnya 18-24x/menit (Sari dan Rimandini, 2014).
d. Pemeriksaan Fisik
1. Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan
berketombe atau tidak (Nursalam, 2010).
2. Muka : keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema, adakah cloasma gravidarum (Wiknjosastro, 2009).
3. Mata : pada ibu dengan anemia sedang cnjungtiva pucat, sclera
putih (Sari dan Rimandini, 2014).
4. Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip,
adakah hidung tersumbat (Perry and Potter, 2010).
5. Mulut : untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada
caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Nursalam,
2010).
6. Telinga : bagaimana kedaan daun telinga, simetris atau tidak,
adakah serumen (Alimul, 2010).
7. Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
tumor dan pembesaran getah bening (Farrer, 2010).
8. Payudara : apakah ada benjolan tumor dan apakah ukurannya
simetris kanan dan kiri (Sari dan Rimandini, 2014).
9. Abdomen : apakah ada bekas operasi. Adakah nyeri tekan, TFU
berapa jari (Wiknjosastro, 2009).
10. Genetalia : untuk mengetahui atau melihat kebersihan pada
gentalia
ibu
agar
selalu
menjaga
kebersihan
pada
alat
genetalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali
untuk terkena infeksi (Sari dan Rimandini, 2014).
e. Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan. Ibu nifas yang mengalami anemia sedang
dicirikan dengan kadar Hb 6-8 gr/dl (Haribowo dkk, 2011).
30
Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.
a. Diagnosa kebidanan, dengan : Ny. ... umur ... tahun P...A... Hari ... Post
Partum (Estiwidani, 2010)
b. Masalah : Ibu nifas yang mengalami anemia sedang ditandai dengan
gejala cepat lelah, penurunan energi, sering pusing, tampak pucat, badan
lemas, dan sesak napas (Hoffman, 2008).
c. Kebutuhan : Ibu nifas yang mengalami anemia sedang diberikan
suplemen zat besi, parental, dan transfusi darah (Manuaba, 2008).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah atau potensial yang mungkin
akan terjadi. Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu nifas dengan anemia
sedang adalah rahim tidak mampu berkontraksi (atonia) atau kontraksi
sangat lemah (hipotonia) (Ayah Bunda, 2012).
Langkah IV : Antisipasi Masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan diagnosa tim
kesehatan lain sesuai dengann kondisi pasien.
Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan
Perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan anemia sedang menurut
Manuaba (2008).
a. Memberikan konseling tentang manfaat tablet Fe
b. Memberikan konseling tentang asupan makanan yang bergizi
c. Transfusi darah.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dari klien, atau anggota
31
tim kesehatan lainnya. Penatalaksanaan anemia sedang untuk nifas
(Manuaba, 2008):
a. Memberikan suplemen zat besi
b. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
c. Dilakukan transfusi darah
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Evaluasi pada ibu nifas
dengan anemia sedang dilakukan dengan menanyakan keluhan dan
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, juga kadar Hb (Abidin, 2009).
D. Kewenangan Bidan
1. Permenkes No. 1464/Menkes/per/X/2010
Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/MENKES/PER/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
Berdasarkan pada pasal 10 ayat (1) pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra
hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan
masa antara dua kehamilan.
Playanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 10
ayat (1) meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
c. Pelayanan persalinan normal.
d. Pelayanan ibu nifas normal.
e. Pelayanan ibu menyusui.
f.
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada pasal 10 ayat (2) :
32
a. Episiotomi.
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
f. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu
ibu (ASI) eksklusif.
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post
partum.
h. Penyuluhan dan konseling.
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
j. Pemberian surat kematian.
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
2. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas mengenai keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
a. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
pada formulir yang tersedia (reka medis/ KMS/ status pasien/ buku
KIA).
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
1) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
2) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah
kebidanan.
4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tidak antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan.
33
E. Pandangan Islam
Darah nifas adalah darah yang keluar pada saat sebelum, pada saat
dan sesudah melahirkan serta diikuti dengan tanda-tanda akan melahirkan
seperti rasa sakit. Rasa sakit yang dimaksud disini adalah rasa sakit yang
diikuti dengan proses melahirkan. Apabila darah keluar tidak disertai dengan
proses persalinan/melahirkan maka darah tersebut tidak dinamakan darah
nifas. Selain itu semua, dinamakan darah nifas apabila darah tersebut keluar
setelah wanita melahirkan seorang bayi yang sudah berbentuk manusia,
walupun belum sempurna. Apabila seorang wanita mengalami keguguran
dan bayi yang dikeluarkan belum berbentuk manusia, maka darah yang
keluar tidak disebut dengan darah nifas. Namun di hukumi dengan darah
istihadah (darah penyakit) yang tidak menghalangi shalat, puasa dan ibadah
lainnya.
Berikut adalah beberapa pengertian nifas menurut para Ulama dan Hadist:
ً‫اس ا َ ْر َب ِعي َْن لَ ْيلَة‬
ِ َ‫ كَان‬: ْ‫سلَ َمةَ رض قَالَت‬
ِ ‫س‬
َ ‫ت اْل َم ْرأَةُ ِم ْن ِن‬
َ ‫ع َْن ا ُ ِ ِّم‬
ِ َ‫ي ص ت َ ْقعُ ُد ِفى اْل ِِّنف‬
ِِّ ‫اء النَّ ِب‬
َ َ‫ي ص بِق‬
‫ ابو داود‬.‫اس‬
َ ‫اء‬
ِ ‫ض‬
ِ َ‫صالَ ِة النِِّف‬
ُّ ِ‫الَ يَأ ْ ُم ُر َها النَّب‬
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Adalah wanita-wanita dari istri-istri
Nabi SAW, mereka tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan Nabi SAW
tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas” [HR. Abu Dawud].
Dalil-dalil yang menunjukkkan batas waktu nifas 40 hari, satu sama
lain saling kuat menguatkan, sehingga sampai kepada tingkatan boleh
dipakai dan diterima, dengan 40 hari itu menjadi suatu batas yang tertentu.
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah masa nifas itu ada batas
minimal dan maksimalnya. Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam risalahnya
tentang sebutan yang dijadikan kaitan hukum oleh Pembawa syari’at,
halaman 37 Nifas tidak ada batas minimal maupun maksimalnya. Andaikata
ada seorang wanita mendapati darah lebih dari 40,60 atau 70 hari dan
berhenti, maka itu adalah nifas. Namun jika berlanjut terus maka itu darah
kotor, dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40 hari, karena hal itu
merupakan batas umum sebagaimana dinyatakan oleh banyak hadits.
Sesungguhnya batas minimum keluarnya darah nifas tidak ada.
Namun pada umumnya darah nifas keluar selama 40 hari. Apabila darah
34
nifas telah berhenti sebelum 40 hari, maka wanita tersebut wajib untuk
mandi wajib serta menjalankan semua amalan sebagaimana wanita suci.
Sedangkan dalam hal batas maksimum keluarnya haid, para ulama memiliki
perbedaan pendapat. Berikut adalah beberapa pendapat mengenai batas
maksimum keluarnya haid :
1. Mayoritas Ulama Syafi’iyyah, memiliki pendapat bahwa batas umum
keluarnya darah nifas adalah 40 hari. Sedangkan batas maksimum
adalah 60 hari.
2. Menurut para sahabat Rasulullah SAW, seperti Umar bin Khatab, Ali bin
Abi talib, Ibnu Abbas, Aisyah, Ummu salamah, dan menurut para ulama
seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Ibnu Taimiyah, Imam Ahmad
AtTurmudzi, berpendapat bahwa batas maksimum keluarnya darah nifas
adalah 40 hari, 40 malam.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2009, Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta.
Dinkes Kabupaten Ciamis, 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Ciamis. Ciamis:
Dinkes
Hadist Riwayat Khamsah.
Hamid, Atiqah. 2013, Buku Lengkap Fiqh Wanita. DIVA Press Tersedia dalam
http://id.rn.wikipedia.org/wiki/nifas. [Diakses 20 April 2015].
Jannah, Nurul. 2011, Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : AR-RUZZ
MEDIA.
Kementerian Kesehatan Rl. 2013, Riset Kesehatan Dasar, Riskesdw 2013.
Kementerian Kesehatan
Rl,
Jakarta.
Tersedia
dalam
http://Kesehatan.Kompasiana.Com/Medis/2014/11/09/Angka-Kematianlbu-Di-lndonesia-Masih-Jauh-Dari-Target-Mdgs-2015-69Q475.html.
[Diakses 20 April 2015].
Kementerian Kesehatan Rl. 2014, Profit Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Kementerian Kesehatan
Rl,
Jakarta.
Tersedia
dalam
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/11/09/anaka-kematianibudi-indonesia-masih-iauh-dari-tarqet-mdgs-2015-690475.html.
[Diakses 20 April 2015],
Nany, Vivian Lia Dewi dkk. 2011, Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, 2008.. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.
Edisi 2. Jakarta. EGC.
_______, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.
Edisi Refisi. Jakarta. EGC.
Notoatmodjo, S. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
POGI Jabar. 2013, Analisis Data Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013. Tersedia dalam http://www.slideshare.net/patenpisan/
analisis-kematian-ibu-2014-pogi-jabar-38545815. 2013. [Diakses 15 Mei
2016].
Prawihardjo, Sarwono. 2010, Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. 2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Ed. 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2014, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia.
Saleha, Siti. 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Soewarto. 2008, Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendekia. Tersedia
dalam
http://www.lusa.web.id/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-nutrisi-dancairan/.[Diakses 19 April 2015]
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012, Prevalensi Hipertensi.
Tersedia
dalam
http://surveidemografidankesehatanindonesiaSDKI.com. [Diakses 15
Mei 2016].
Varney, Helen, dkk. 2008, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta : EGC
WHO.
2005, Konsensus Pengobatan
Hipertensi Indonesia (Perhi).
Hipertensi.
Jakarta:
Perhimpunan
Wijanarko.
2010,
Anemia
Dalam
Masa
Nifas,
Tersedia
http://bienchan.wordpress.com/. [Diakses 15 Mei 2016].
dalam
Download