UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.)TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli ARTIKEL Oleh MUHAMMAD FAJAR AWALLUDIN 050112A057 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 HALAMAN PENGESAHAN Artikel berjudul : UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Disusun oleh : MUHAMMAD FAJAR AWALUDIN NIM. 050112a057 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk diujikan. Ungaran, Januari 2017 Pembimbing utama Sikni Retno Karminingtyas.,S.Farm.,M.Sc.,Apt NIDN : 0606068303 UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Sikni Retno Karminingtyas, Niken Dyahariesti, Muhammad Fajar Awaludin [email protected] INTISARI Latar Belakang : Daun jati belanda (Guazuma Ulmifolia Lamak.) mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin yang diduga dapat menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun jati blanda (Guazuma Ulmifolia Lamak) mempunyai daya anti bakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan desain post eksperimental. Dengan melihat kadar bunuh minimum ekstrak daun jati blanda pada bakteriStaphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil : Hasil menunjukan pada kosentrasi 12,5% merupakan kadar hambat minimum karena sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Sedangkan kadar bunuh minimum bakteri Staphylococcus aureus adalah 25%dan bakteri Escherichia coli 12,5%. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamak.) lebih efektif pada bakteri Escherichia coli. Simpulan :Ekstrak daun jati blanda (Guazuma ulmifolia Lamak.) mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Saran : Perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari bagian tumbuhan lain daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamak.). Kata kunci : Ekstrak. daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamak.). Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kepustakaan : 38 (1978-2014) ANTIBACTERIAL EFFECTIVENESS TEST OF EXTRACTED JATI BELANDA LEAVES (Guazuma ulmifolia Lamk.) AGAINST BACTERIA Staphylococcus aureus AND Escherichia coli Sikni Retno Karminingtyas, Niken Dyahariesti, Muhammad Fajar Awaludin [email protected] ABSTRACT Background: Jati Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamak.) contain flavonoids, saponins, tannins which can inhibit and kill bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Objective: This study aimed to determine whether the extract ed Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamak) has an antibacterial against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Methods: This study was purely experimental research with post experimental design by looking at the minimum levels of extracted Jati Belanda leaves on Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Results: The results showed that the concentration of 12.5% was the minimum inhibitory concentration because it inhibited the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli. While the minimum levels of killing Staphylococcus aureus bacteria were 25% and 12.5% against bacteria Escherichia coli. This showed that the effectiveness of the extracted Jati Belanda leaves (Guazuma ulmifolia Lamak.) was more effective to kill bacteria Escherichia coli. Conclusion: Extracted jati belanda leavres (Guazuma ulmifolia Lamak.) has an antibacterial effect against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Suggestion: Itneeds to do research on the antibacterial activity of other parts of Jati Belanda leaves (Guazuma ulmifolia Lamak.). Keywords: Extracted Jati Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamak.). Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Bibliographies: 38 (1978-2014) PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salahsatu masalah dalam bidangkesehatan yang terus berkembang. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri yang dapat menyerang seluruh tubuh.Infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Rasyid, 2000). Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Salah satu zat antibakteri yang banyak digunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri(Siswando dan Soekardjo, 1995). Daunjatibelanda(Guazuma ulmifolia Lamk.)merupakan salah satu tanaman yang belum dimanfaatkan secara maksimal.Kandungan kimia daun dan kulit batang jati belanda adalah saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid, dengan kandungan utama pada daunnya adalah tanin. Penggunaan tanaman jati belanda secara tradisional adalah bagian daun sebagai pelangsing tubuh, biji sebagai obat mencret, sembelit, karminatif,kulit batang sebagai diaforetik, bengkak kaki, dan bagian buah/daun untuk obat diare, batuk, nyeri perut, tonik, astringen (Departemen Kesehatan, 1985). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas antibakteri ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)sebagai antibakteri. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas antibakteri ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)sebagai antibakteri. 2. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui efek antibakteri ekstrak daunjatibelanda(Guazuma ulmifolia Lamk.). 2. Tujuan khusus a. Mengetahui efek antibakteri ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. b. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) yang dapat menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dibandingkan dengan ciprofloxacin. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan desain post eksperimental. Penelitian ini dilakukan dengan melihat kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum ekstrak daun jati belanda konsentrasi 12,5% b/v, 25% b/v, 50% b/v. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan konsentrasi 12,5% b/v, 25% b/v, dan 50% b/v. 2. Variabel tergantung Kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 3. Variabel terkendali Media biakan bakteri, suhu inkubasi yaitu 37oC dan waktu inkubasi selama 24 jam. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Determinasi daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Determinasi daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas SAINS dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang. Hasil determinasi daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) adalah sebagai berikut : Determinasi 1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27a, 28b, 29b, 30b, 31a, 32a, 33a, 34a, 35a, 36d, 37b, 38b, 39b, 41b, 42b, 44b, 45b, 50a, ………. Famili 94. Sterculiacea ………. 1b, 6b, 10b, 12b, 15b, 17a, 18b, ………. Genus 10. Guazuma ………. Spesies 1. Guazuma ulmifolia lamk. Jatib belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) memiliki kandungan tanin,lendir,damar,alkaloid (kafein, β sistosterol,friedelin 3α-al,terpen), caryophyllene, cetechins, farnesol, friedelin, kauenoic acid, precocene i, procyanidin B-2, procyanidin B-5, procyanidin C-1, dan sistosterol. Daun jati beland berksiat sebagai obat pelangsing tubuh, bijinya sebagai obat mencret. Habitus tumbuhan berupa semak atau pohon, tinggi 10 m sampai m,bercabang ramping. Akar tunggang, putih kecoklatan. Btang keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, berwarna hijau keputihputihan. Daun tunggal bentuk bulat telur sampai lenset, panjang helai daun 422,5 cm,lebar 2-10 cm, pangkal daun menyerong berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setangkup, bagian ujung meruncing dan tajam, permukaan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bgian bawah beramut rapat. B. Pembuatan ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Pembuatan ekstrak etanol daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dilakukan di Laboratorium Universitas Ngudi Waluyo Fakultas Kesehatan Program Studi Farmasi menggunakan metode maserasi. 500 gram serbuk simplisia diekstrak dengan etanol sebanyak 5000 ml. Hasil ekstrak etanol daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) yang diperoleh berbentuk kental, berwarna coklat pekat dan berbau khas. Pembuatan ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) menggunakan metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena merupakan metode pemisahan yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan 500 gram serbuk daun jati belanda diekstrak dengan menggunakan etanol sebagai pelarut sebanyak 5000 ml yang menghasilkan ekstrak kental sebanyak 98 gram dengan persentase rendemen ekstrak sebesar 19,6%. Persentase rendemen menunjukkan kemaksimalan dari pelarut yang digunakan untuk menyari. Pelarut yang digunakan etanol 70% karena bersifat polar sehingga dapat menarik flavonoid, tanin dan saponin yang terkandung didalam daun jati belanda. Selain itu, etanol bersifat antimikroba sehingga dapat mencegah pertumbuhan jamur baik pada saat ekstraksi maupun pada hasil ekstrak yang didapatkan. Ekstrak yang diperoleh sebanyak 98 gram dari 500 gram serbuk dengan persentase rendemen ekstrak sebesar 19,6%. C. Pengujian Zat Bioaktif 1. Identifikasi senyawa flavonoid a. Sebanyak 0,1 g ekstrak ditambahkan metanol sampai terendam dipanaskan dan filtratnya ditambahkan H2SO4 sehingga menghasilkan senyawa flavonoid yang ditandai perubahan warna dari kuning menjadi merah. b. Sebanyak 3 tetes ekstrak ditambahkan 1 tetes FeCl3 sehingga menghasilkan senyawa flavonoid ditandai perubahan warna menjadi ungu. 2. Identifikasi senyawa tanin Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 10 ml air panas, didihkan, selama 5 menit dan disaring. Sebagian filtrat yang diperoleh ditambah larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau kehitaman. 3. Identifikasi senyawa saponin Uji fitokimia saponin dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah aquades didihkan selama 2-3 menit, dinginkan setelah dingin dikocok dengan kuat. Uji positif ditandai dengan adanya busa yang stabil 2-3 cm selama 5 menit. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Hasil Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 1. Zona hambat bakteri Kelompok ZonaHambat (mm) Perlakuan (mean±SD) Staphylococcus aureus Escherichia coli Kontrol positif 33 32 12,5% 29 ± 1 32,33 ± 0,58 25% 33,67 ± 1,53 33,67 ± 1,53 50% 37 ± 2 37,33 ± 1,53 Kelompok Perlakuan Tabel 2. Zona bunuh minimum ZonaBunuh Staphylococcus aureus Escherichia coli Kontrol positif Membunuh Membunuh 12,5% Tidak Membunuh Membunuh 25% Membunuh Membunuh 50% Membunuh Membunuh kadar bunuh minimum dari bakteri Staphylococcus aureus adalah 25% dan kadar bunuh minimum dari bakteri Escherichia coli adalah 12,5%. Tabel 3. Uji normalitas Kelompokperlakuan Staphylococcus aureus p-value Keterangan Kontrolpositif 1.000 Terdistribusi Normal Konsentrasi 12,5% 1.000 Terdistribusi Normal Konsentrasi 25% .637 Terdistribusi Normal Konsentrasi 50% 1.000 Terdistribusi Normal Kelompokperlakuan Kontrolpositif Konsentrasi 12,5% Konsentrasi 25% Konsentrasi 50% Bakteri Staphylococcus aureus Escherichia coli Tabel 4.Uji normalitas Escherichia coli p-value keterangan .637 Terdistribusi Normal 1.000 Terdistribusi Normal .637 Terdistribusi Normal .637 Terdistribusi Normal Tabel 5. Uji levene statistik Sig. Keterangan .670 Homogen .802 Homogen Berdasarkan tabel diatas bakteriStaphylococusaureusdapat diketahui bahwa hasil uji homogenitas varian menggunakan Lavene Test diperoleh p-value 0,670 > α (0,05), sedangkanbakteriEscherichiae coli didapatkanhasilujihomogenitasvariasimenggunakanLaveneTastdiperoleh P-value 0.802 >α (0,05), ini menunjukkan bahwa data-datayang diperoleh memiliki varian yang homogen. Tabel6.Uji anava Bakteri Sig. Keterangan Staphylococcus .001 Berbedasignifikan aureus Escherichia coli .009 Berbedasignifikan Tabel 7.Uji LSD a. Bakteri Staphylococcus aureus Kelompokperlakuan Kontrol (+) dankonsentrasi 12,5% Kontrol (+) dankonsentrasi 25% Kontrol (+) dankonsentrasi 50% konsentrasi 12,5% dankonsentrasi 25% konsentrasi 12,5% dankonsentrasi 50% konsentrasi 25% dankonsentrasi 50% Sig. .009 .587 .009 .004 .000 .022 Keterangan Berbedabermakna Berbedatidakbermakna Berbedabermakna Berbedabermakna Berbedabermakna Berbedabermakna Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh bahwa ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5% memiliki efek membunuh bakteri S. Aureus lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,009 < α (0,05). Sedangkan ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 25% memiliki efek membunuh bakteri S. Aureus sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,587 > α (0,05). Kemudian ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 50% memiliki efek membunuh bakteri S. Aureus lebih tinggi secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,009 < α (0,05). Tabel 8.Uji LSD b. Bakteri Escherichia coli Kelompokperlakuan Sig. Kontrol (+) dankonsentrasi 12,5% .282 Kontrol (+) dankonsentrasi 25% .780 Kontrol (+) dankonsentrasi 50% .009 konsentrasi 12,5% dankonsentrasi 25% .187 konsentrasi 12,5% dankonsentrasi 50% .002 konsentrasi 25% dankonsentrasi 50% .013 Keterangan Berbedatidakbermakna Berbedatidakbermakna Berbedabermakna Berbedatidakbermakna Berbedabermakna Berbedabermakna Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh bahwa ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5% memiliki efek membunuh bakteri E. Coli sebanding (tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,282 > α (0,05). Sedangkan ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 25% juga memiliki efek membunuh bakteri E. Coli sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan pvalue 0,780 > α (0,05). Kemudian ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 50% memiliki efek membunuh bakteri E. Coli lebih tinggi secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,009 < α (0,05). 2.Pembahasan Hasil pengamatandaritabel 1. menunjukkan bahwa hasil zona daya bunuh pada S. Ureus untuk ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 50% memiliki hasil rata-rata yang paling tinggi sebesar 37,0 ± 2,0, paling tinggi kedua pada konsentrasi 25% sebesar 33,7 ± 1,5, kemudian ketiga kontrol positif sebesar 33,0 ± 1,0, dan diikuti oleh konsentrasi 12,5% sebesar 29,0 ± 1,0, dan yang terakhir kontrol negatif tidak memiliki zona bunuh karena memiliki nilai 0 semua, danbakteriE. Coli untuk ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 50% memiliki hasil rata-rata yang paling tinggi sebesar 37,3 ± 1,5, paling tinggi kedua pada konsentrasi 25% sebesar 33,7 ± 1,5, kemudian diikuti kontrol positif sebesar 33,3 ± 1,5, dan diikuti oleh konsentrasi 12,5% sebesar 32,0 ± 1,0, dan yang terakhir kontrol negatif tidak memiliki zona bunuh karena memiliki nilai 0 semua. Berdasarkan tabel 3.dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas variabel zona bunuh bakteri untuk kelompok kontrol negatif tidak muncul karena hasil memiliki nilai 0 semua (konstan). Kemudian hasil uji normalitas variabel zona bunuh bakteri S. Aureus untuk kelompok kontrol positif, ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5%, konsentrasi 25%, dan konsentrasi 50% masing-masing didapatkan p-value 1,000, 1,000, 0,637, dan 1,000. Ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dapat dinyatakan berdistribusi normal. Kontrol positif dihapuskan dari analisis karena memiliki nilai 0 semua (konstan) untuk ketiga replikasi. Sehingga kelompok perlakuan yang diikutkan dalam uji ANOVA adalah kontrol positif, ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5%, konsentrasi 25%, dan konsentrasi 50%. Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas variabel zona bunuh bakteri untuk kelompok kontrol negatif tidak muncul karena hasil memiliki nilai 0 semua (konstan). Kemudian hasil uji normalitas variabel zona bunuh bakteri E. Coli untuk kelompok kontrol positif, ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5%, konsentrasi 25%, dan konsentrasi 50% masing-masing didapatkan p-value 0,637, 1,000, 0,637, dan 0,637. Ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dapat dinyatakan berdistribusi normal. Kontrol positif dihapuskan dari analisis karena memiliki nilai 0 semua (konstan) untuk ketiga replikasi. Sehingga kelompok perlakuan yang diikutkan dalam uji ANOVA adalah kontrol positif, ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5%, konsentrasi 25%, dan konsentrasi 50%. Berdasarkan tabel6.bakteri S. Aureusdiketahui bahwa dari hasil uji ANOVA diperoleh F hitung = 15,520 dengan p-value 0,001. Oleh karena F hitung 15,521 > F tabel 3,01 atau p-value 0,001< α (0,05), danbakteri E.Coli dapat diketahui bahwa dari hasil uji ANOVA diperoleh F hitung = 15,639 dengan p-value 0,009. Oleh karena F hitung 15,639 > F tabel 3,01 atau p-value 0,009< α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan efek dari keempat kelompok perlakuan yang diberikanterhadap zona bunuh padabakteri S. Aureusdan bakteri E.Coli. Untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang memiliki zona bunuh yang berbeda, dilakukan uji Post Hoc Tests menggunakan uji LSD yang disajikan berikut ini. Berdasarkan tabel 7.diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh bahwa ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5% memiliki efek membunuh bakteri S. Aureus lebih rendah secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,009 < α (0,05). Sedangkan ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 25% memiliki efek membunuh bakteri S. Aureus sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,587 > α (0,05). Kemudian ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 50% memiliki efek membunuh bakteri S. Aureus lebih tinggi secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,009 < α (0,05). Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh bahwa ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 12,5% memiliki efek membunuh bakteri E. Coli sebanding (tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan p-value 0,282 > α (0,05). Sedangkan ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 25% juga memiliki efek membunuh bakteri E. Coli sebanding (berbeda tidak signifikan) dengan kontrol positif dengan pvalue 0,780 > α (0,05). Kemudian ekstrak daun jati Belanda konsentrasi 50% memiliki efek membunuh bakteri E. Coli lebih tinggi secara signifikan dengan kontrol positif dengan p-value 0,009 < α (0,05). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu Pengaruh Konsentrasi ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 2. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dengan konsentrasi 12,5% dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, sedangkan kadar bunuh minimum dari bakteri Staphylococcus aureus adalah 25% dan kadar bunuh minimum dari bakteri Escherichia coli adalah 12,5%. UCAPAN TERIMA KASIH Seluruh civitas akademik Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran dan kepada semua yang tidak bisa disebutkan. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta. 2. Rasyid, Roslaili, and Suheimi K., 2000. Prevalensi Infeksi Nasokomial Pada Pasien Pasca Sectio Sesaria Pada Bagian Kebidanan & Penyakit Kandungan Rsup Dr. M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran Andalas No.2 Vol. 24 3. Siswandono and Soekardjo., 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press. Halaman 544.