ADAPTASI NYERI PERSALINAN DI KLINIK HJ. MARIANI Adekita Ginting*, Ellyta Aizar** *Mahasiswa **Staf pengajar keperawatan maternitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Jl. Jamin Ginting No 139 Medan 20155, INDONESIA Phone : 085275054264 E-mail: [email protected] Abstrak Nyeri persalinan merupakan salah satu nyeri akut yang terjadi akibat kontraksi otot rahim. Nyeri persalinan mempengaruhi adaptasi psikososial dan fisiologis ibu terhadap persalinan. Penelitian deskriptif ini melibatkan 37 orang responden, bertujuan mengetahui bagaimana gambaran adaptasi ibu bersalin terhadap nyeri persalinan kala I pada fase aktif dan fase transisi di Klinik Hj. Mariani, Medan. Data adaptasi psikososial dan fisiologis ibu selama persalinan didapat melalui observasi menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa mayoritas adaptasi psikososial ibu bersalin 91,9% adaptif pada fase aktif dan hanya 37,8% yang adaptif pada fase transisi. Nyeri selama persalinan meningkatkan metabolisme tubuh sehingga terjadi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, RR, peningkatan suhu yang juga akan berpengaruh pada sistem gastrointestinal, perkemihan dan persarafan. Pada fase aktif mayoritas responden memiliki adaptasi fisiologis yang adaptif, namun pada fase transisi 18,9% memiliki tekanan sistole hipertensi stage I, 2,7% tekanan distole hipertensi stage II, 5,4% suhu di atas normal, 18,9% respirasi yang di atas normal dan 56,8% merasakan nyeri berat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa terkait dengan adaptasi nyeri persalinan tentang pengaruh nyeri persalinan terhadap adaptasi psikososial dan adaptasi fisiologis pada ibu bersalin. Kata kunci :adaptasi, nyeri persalinan PENDAHULUAN Nyeri persalinan merupakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar dan menurun ke paha (Bobak, 1995). Nyeri saat persalinan selalu timbul akibat kotraksi otot rahim yang menyebabkan peregangan segmen bawah rahim dan leher rahim, membukanya mulut rahim serta peregangan otot-otot serta jaringan dasar panggul yang membentuk jalan lahir. Apabila nyeri persalinan dibiarkan akan menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan psikologis yang bermakna. Perubahan fisiologis antara lain hiperventilasi dengan alkalosis respiratorik berat, kenaikan curah jantung 15% pada kala I dan 50% pada kala II akibat nyeri dan aktivitas uterus (Billingston, 2009) Intensitas nyeri yang dialami ibu semakin lama akan semakin meningkat akibat kontraksi, amplitudo, frekuensi dan durasi yang semakin lama semakin meningkat (Prawiroharjo, 2008). Meningkatnya intensitas nyeri tersebut mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa. Dalam penelitian Hutajulu (2003) mengatakan bahwa ibu-ibu selalu meminta agar persalinannya dipercepat dan ingin diberikan obat penghilang rasa sakit dan sebahagian lagi ingin agar dilakukan operasi. Ryding (dalam Hutajulu 2003) pada penelitiannya terhadap 33 wanita yang ingin bersalin dengan seksio sesaria mendapatkan bahwa 95% dari wanita tersebut memberikan alasan karena pengalaman nyeri persalinan sebelumnya, sisanya dengan alasan takut ruptur pada kemaluan. Kemampuan ibu beradaptasi terhadap nyeri persalinan sangat penting. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap 1 nyeri persalinan dapat mengakibatkan bahaya pada ibu dan janin (Mander, 2005). Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran adaptasi nyeri persalinan ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani. METODE Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran adaptasi nyeri persalinan ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani. Penelitian dilakukan dari Februari 2012 sampai Mei 2012 dengan populasi keseluruhan ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani. Pemilihan sample menggunakan purposive sampling dengan kriteria (1) Ibu yang bersalin di klinik Hj. Mariani pada fase aktif dan fase transisi (2) Persalinan tanpa induksi/augmentasi (3) Tidak ada CPD dan ibu tidak menderita hipertensi, penyakit jantung, gangguan paru atau penyakit-penyakit penyulit persalinan (4) Dapat berbahasa Indonesia dengan baik (5) Bersedia menjadi responden. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 37 orang. Instrumen yang digunakan dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama adalah lembar observasi adaptasi psikososial dan bagian kedua yaitu lembar pengkajian adaptasi sistem fisiologis. Analisa data hasil penelitian menggunakan komputerisasi untuk mengetahui frekuensi dan persentase. Tabel 1.Distribusi frekuensi persentase demografi bersalin (n=37) Karakteristik Usia <20 tahun 20-30 tahun >30 tahun Suku Jawa Batak Melayu Aceh Padang Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Wiraswasta IRT Lainnya Paritas Primigravida Multigravida dan ibu Frekuensi Persentase 1 27 9 2,7 73,0 24,3 23 5 3 3 3 62,2 13,5 8,1 8,1 8,1 1 6 27 3 2,7 16,2 73,0 8,1 7 28 2 18,9 75,7 5,4 14 23 37,8 62,2 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai gambaran adaptasi nyeri persalinan ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani. Adaptasi Psikososial Ibu Bersalin Pada tabel 2 dapat dilihat dapat dilihat bahwa pada fase aktif sebanyak 91,90% ibu yang melahirkan di Klinik Bersalin Hj. Mariani memiliki adaptasi psikososial yang adaptif dan pada fase transisi hanya 37,8% ibu yang beradaptasi secara adaptif. Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase adaptasi psikososial ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani (n=37) Deskripsi Karakteristik Responden Pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari 73% berada pada rentang usia produktif yaitu usia 20-30 tahun, 100% beragama Islam, 62,20% suku Jawa, 73,0% tingkat pendidikan terakhirnya SMA 75,70% tidak bekerja/ibu rumah tangga, dan 62,20% ibu multigravida. Adaptasi Psikososial Fase aktif Adaptif Maladaptif Fase transisi Adaptif Maladaptif Frekuensi Persentase 34 3 91,90 8,10 14 23 37,80 62,20 2 Adaptasi Fisiologis Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pada fase aktif mayoritas responden memiliki adaptasi fisiologis yang adaptif, namun pada fase transisi 18,9% memiliki tekanan sistole hipertensi stage I, 2,7% tekanan distole hipertensi stage II, 5,4% suhu di atas normal, 18,9% respirasi yang di atas normal. Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase tanda-tanda vital ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani (n=37). Tanda-Tanda Vital Sistole <120 mmHg 120-139 mmHg 140-159 mmHg Diastole <80 mmHg 80-89 mmHg 90-99 mmHg ≥100 mmHg Denyut Nadi 60-100 x/menit Suhu 35,8o-37,3oC >37,3oC Respirasi 12-24 x/menit >24 x/menit Aktif % Transisi f % 26 70,3 11 29,7 0 0 4 10,8 26 70,3 7 18,9 25 9 3 0 9 22 5 1 f 67,6 24,3 8,1 0 24,3 59,5 13,5 2,7 37 100 37 100 37 100 0 0 35 94,6 2 5,4 34 3 28 81,8 7 18,9 91,9 8,1 Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa pada fase aktif 29,7% ibu merasakan mulut kering, 8,1% merasakan mual muntah, 8,1% tidak merasakan sensasi miksi dan 59,5% merasakan nyeri sedang, namun pada fase transisi 62,2% ibu merasakan mulut kering dan 56,8% merasakan nyeri berat. Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase adaptasi Sistem GI, sistem perkemihan dan sistem persarafan ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani (n=37) Adaptasi Aktif Transisi f % f % Mulut kering Ya 11 29,7 23 62,2 Tidak 26 70,3 14 37,8 Mual muntah Ya 3 8,1 0 0 Tidak 34 91,9 37 100 Sensasi Miksi Ya 34 91,9 0 0 Tidak 3 8,1 37 100 Skala Nyeri Ringan 4 10,8 0 0 Sedang 22 59,5 1 2,7 Berat 10 27,0 21 56,8 Sangat berat 1 2,7 15 40,5 . Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa pada fase aktif rata-rata ibu berada pada intensitas nyeri sedang (4-6) dan pada fase transisi berada pada nyeri sangat berat (710). Tabel 5. Rata-rata skor nyeri ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani (n=37) Kala I Rata-rata SD Fase aktif 5,81 1,79 Fase transisi 9,19 0,87 Pembahasan Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang gambaran adaptasi nyeri persalinan ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani. Adaptasi Psikososial Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan adaptasi psikososial ibu bersalin di klinik Hj. Mariani didapat bahwa dari 37 ibu bersalin, 91,9% memiliki adaptasi psikososial yang adaptif pada fase aktif dan hanya 37,8% yang adaptif pada fase transisi. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa ibu semakin berfokus pada diri sendiri pada fase transisi. Ibu tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan 3 orang disekitar dengan baik, berteriak saat merasakan nyeri, dan ibu tampak cemas. Perubahan psikososial ibu dapat dikarenakan intensitas nyeri yang dirasakan semakin meningkat seiring peningkatan kontraksi. Hal ini terlihat dari perubahan intensitas nyeri yang dirasakan ibu dari fase aktif ke fase transisi. Pada fase aktif mayoritas ibu bersalin merasakan intensitas nyeri sedang sebanyak 22 orang (59.5%), terdapat 10 orang merasakan nyeri berat, 4 orang merasakan nyeri ringan dan hanya 1 orang yang merasakan nyeri sangat berat. Tetapi pada fase transisi mayoritas ibu merasakan nyeri berat yaitu sebanyak 21 orang (56.8%). Terdapat 15 orang merasakan nyeri sangat berat, hanya 1 orang yang merasakan nyeri sedang dan tidak ada ibu bersalin yang merasakan nyeri ringan pada fase transisi. Adaptasi Fisiologis Berbagai sistem tubuh ibu beradaptasi selama proses persalinan. Selama proses persalinan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskular, respirasi, termoregulasi, GI, perkemihan dan persarafan. Perubahan ini dipengaruhi oleh nyeri, rasa cemas, posisi dan anastesi, serta aktivitas otot uterus itu sendiri serta peningkatan drastis produksi katekolamin selama proses persalinan. Kontraksi uterus yang secara progresif meningkatkan curah jantung karena aliran balik vena dan volume sirkulasi meningkat. Peningkatan tekanan darah ibu selama kala I persalinan dapat disebabkan berbagai hal. Wanita bersalin yang bereaksi terhadap nyeri dengan rasa takut dan kecemasan akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan hasilnya adalah peningkatan sekresi katekolamin (Kinney, 2000). Katekolamin mempengaruhi tonus vaskular dan meningkatkan tekanan darah. Nyeri dan rasa cemas menyebabkan takikardia (peningkatan kecepatan denyut jantung) dan mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan curah jantung dipengaruhi oleh peningkatan isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung (Derek, 2002). Denyut nadi yang stabil menandakan bahwa ibu dalam kondisi yang baik. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan (Varney, 2007). Kecepatan denyut nadi normal adalah 60 sampai 100 kali per menit (Hillman, 2011). Jika denyut nadi meningkat menjadi lebih dari 100 kali per menit, maka dapat mengindikasikan terjadinya infeksi, ketosis atau hemoraghi (Uprichard, 1999). Hasil penelitian ini didapat bahwa denyut nadi seluruh ibu bersalin adalah 60-100 kali/menit. Hal ini menggambarkan bahwa denyut nadi ibu bersalin di Klinik Hj. Mariani dalam rentang yang normal dimana pada fase aktif denyut nadi terendah yaitu 64 kali/menit dan tertinggi 98 kali/menit dengan frekuensi tertinggi 72 kali/menit sebanyak 12 orang (32,40%). Sedangkan pada fase transisi denyut nadi terendah yaitu 68 kali/menit dan denyut nadi tertinggi 100 kali/menit dengan frekuensi tersering yaitu 72 kali/menit sebanyak 8 orang (21.60%). Terdapat sedikit peningkatan suhu selama persalinan dan suhu tertinggi pada saat segera setelah kelahiran (Greenhill, 1960). Suhu normal berada pada rentang 35,8o-37,3oC. Perubahan suhu normal bila peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1oC yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan (Maryunani, 2010). Pada fase aktif sebanyak 37 ibu bersalin (100%) memiliki suhu tubuh yang normal. Sedangkan pada fase transisi terdapat 2 orang ibu yang kenaikan suhu tubuhnya diatas suhu normal yaitu 37,7oC dan 38,1o C. Peningkatan suhu tubuh mencapai 38oC sampai 24 jam pertama setelah melahirkan merupakan respon fisiologis tubuh yang normal. Suhu meningkat hingga 38°C dapat dikarenakan efek dehidrasi selama persalinan dan juga karena peningkatan aktivitas fisik yang mengakibatkan meningkatnya metabolisme tubuh dan peningkatan produksi panas. 4 Persalinan mempengaruhi sistem pernapasan karena kerja otot meningkatkan laju metabolisme dan peningkatan kebutuhan oksigen. Nyeri dan kecemasan meningkatkan tingkat metabolisme yang sudah tinggi (Kinney, 2000). Terjadi peningkatan kedalaman dan kenaikan laju respirasi terutama jika ibu yang bersalin merasa cemas dan merasa nyeri (Gorrie, 1998). Laju pernafasan ibu pada fase aktif dalam rentang yang normal sebanyak 34 orang (91.90%) ibu bersalin, namun pada fase transisi terjadi peningkatan laju pernafasan dimana ibu yang frekuensi pernafasannya dalam rentang normal ada 28 orang (81.10%). Ibu bernafas dengan cepat dan dalam sangat mungkin mengalami gejala hiperventilasi karena pernapasan dalam yang cepat dan menyebabkan pengeluaran karbon dioksida berlebihan, akhirnya mengakibatkan respirasi alkalosis. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi tinggi dapat mempengaruhi oksigen yang menyebabkan hipoksia otot. Hipoksia dapat meningkatkan sensasi nyeri yang dirasakan (Coad, 2006). Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik. Motilitas lambung juga berkurang selama persalinan. Beberapa wanita tidak merasa lapar tapi merasakan haus dan terjadi penurunan mukosa mulut. Pada fase aktif mayoritas ibu tidak mengalami mulut kering yaitu sebanyak 26 orang (70,30%), namun pada fase transisi terjadi peningkatan ibu yang mengalami mulut kering yaitu sebanyak 23 orang (62,20%). Menurut Mc. Kinney (2000) bahwa mulut kering terjadi karena ibu bernafas menggunakan mulut. Ibu bersalin yang mengalami mulut kering terjadi karena ibu bersalin tersebut bernafas menggunakan mulut untuk mengurangi nyeri yang dirasakannya. Muntah merupakan suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula oblongata. Muntah dapat disebabkan oleh karena distensi yang berlebihan, atau sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan muntah). Hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah melalui pengaktifan pusat muntah (Corwin, 2001). Ketika terjadi kontraksi yang berlebihan di daerah intestinum gaster, maka getaran ini akan dihantarkan oleh saraf menuju pusat muntah. Gejala-gejala tertentu biasanya mendahului muntah, termasuk mual, takikardia, dan berkeringat. Pada penelitian ini tidak banyak ibu bersalin yang mengalami mual muntah. Pada fase aktif hanya 3 orang ibu bersalin (8,10%) yang mengalami mual muntah. Namun pada fase transisi tidak ada ibu yang mengalami mual dan mual. Perubahan paling sering pada sistem perkemihan selama persalinan adalah penurunan sensasi kandung kemih. Hal ini dapat mengakibatkan ketidaknyamanan. Kandung kemih yang penuh meningkatkan rasa nyeri yang dirasakan (Gorrie, 1998). Pada fase aktif 34 ibu bersalin (91,90%) masih dapat merasakan sensasi miksi. Pada fase transisi terjadi perubahan dimana 37 ibu bersalin (100%) tidak dapat merasakan sensasi miksi. Hal ini bisa dikarenakan penurunan janin sehingga terjadi penekanan pada kandung kemih. Intensitas nyeri yang dirasakan ibu semakin meningkat seiring peningkatan kontraksi. Kontraksi pada fase aktif masih sedang sampai kuat sehingga terjadi peningkatan ketidaknyamanan dan nyeri pada punggung yang terus menerus, namun pada fase transisi kontraksi seolah-olah tidak berhenti yang mengakibatkan ibu merasakan nyeri yang hebat (Simpson, 2001). Dari hasil pengukuran intensitas nyeri pada fase aktif didapat bahwa mayoritas ibu bersalin merasakan intensitas nyeri sedang sebanyak 22 orang (59.50%), terdapat 10 orang merasakan nyeri berat, 4 orang merasakan nyeri ringan dan hanya 1 orang yang merasakan nyeri sangat berat. Pada fase transisi mayoritas ibu merasakan nyeri berat yaitu sebanyak 21 orang (56.80%), terdapat 15 orang (40,50%) merasakan nyeri sangat berat, hanya 1 orang (2,70%) yang merasakan nyeri sedang dan tidak ada ibu 5 bersalin yang merasakan nyeri ringan pada fase transisi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan data hasil penelitian dapat diambil simpulan dan saran mengenai adaptasi ibu terhadap nyeri persalinan di Klinik Bersalin Hj. Mariani Medan. Simpulan Nyeri persalinan yang semakin lama semakin meningkat mengakibatkan perubahan psikososial ibu dan fisiologis ibu. Hasil penelitian menggambarkan bahwa mayoritas adaptasi psikososial ibu bersalin 91,90% adaptif pada fase aktif dan 37,8% memiliki adaptasi psikososial yang adaptif pada fase transisi. Nyeri selama persalinan meningkatkan metabolisme tubuh sehingga terjadi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, RR, peningkatan suhu yang juga akan berpengaruh pada sistem gastrointestinal, perkemihan dan persarafan. Pada fase aktif mayoritas responden memiliki adaptasi fisiologis yang adaptif, namun pada fase transisi 18,9% memiliki tekanan sistole hipertensi stage I, 2,7% tekanan distole hipertensi stage II, 5,4% suhu di atas normal, 18,9% respirasi yang di atas normal dan 56,8% merasakan nyeri berat. Saran a. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang gambaran adaptasi psikososial dan fisiologis ibu bersalin terhadap nyeri persalinan kala I, khususnya bagi mata kuliah keperawatan maternitas, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada ibu bersalin. b. Penelitian Keperawatan Sebagai rekomendasi, sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti tentang pengaruh nyeri persalinan terhadap adaptasi psikososial dan adaptasi fisiologis pada ibu bersalin. DAFTAR PUSTAKA Billingston, M. (2009). Kegawatan dalam kehamilan persalinan. Jakarta : EGC Bobak, et all. (1995). Maternity Nursing. Missouri : Mosby-Year Bok, Inc Coad, J. & Dunstall, M. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC Corwin, E. J. (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd . Philadelphia : Lippincott Wilkins Derek, L. J. (2002). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Jakarta : Hipokrates Gorrie, T. (1998). Foundations of Maternal-Newborn Nursing. USA : W.B. Saunders Company Greenhill, J. P. (1960). Obstetrics. USA : W. B. Saunders Company Hillman, K. & Devita, M. (2011). Textbook of Rapid Response Systems. London : Springer Science Business Media Hutajulu, Pinda. Pemberian Valetamat Bromida Dibandingkan Hyoscine N Butil Bromida Untuk mengurangi Nyeri Persalinan. Tesis. Medan: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Kinney, E. S. (2000). Maternal-Child Nursing. USA : W.B saunders Company Maryunani, A. (2010). Nyeri dalam Persalinan “Teknik dan Cara Penanganannya”. Jakarta : Trans Info Media Mander, R. (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC Simpson, K. (2001). Perinatal Nursing. Philadelphia: Lippincott Uprichard, M. (1999). Myles Textbook for Midwives. Livingstone : Churhchill Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC 6