BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Ringkasan Ringkasan dari

advertisement
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1
Ringkasan
Ringkasan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Ha1: Ada sensitivitas yang signifikan antara current ratio PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
ditolak, karena nilai –t hitungnya sebesar -2,449 > -t tabelnya sebesar 1,734,
walaupun
nilai
signifikansinya
0,025
<
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. 2. Ha2: Ada sensitivitas yang signifikan antara acid-test ratio PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya.
ditolak, karena nilai –t hitungnya sebesar -2,152 > -t tabelnya sebesar 1,734,
walaupun
nilai
signifikansinya
0,045
<
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. 3. Ha3: Ada sensitivitas yang signifikan antara net profit margin PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
ditolak, baik untuk noncummulative maupun cummulative. Hal ini karena
untuk noncummulative mempunyai nilai t hitung sebesar 0,686 < t tabel
sebesar
1,734
dan
nilai
signifikansinya
0,501
>
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. Kemudian, yang cummulative nilai t
hitung sebesar 1,575 < t tabel sebesar 1,734 dan nilai signifikansinya
0,133 > dari derajat ketidakpercayaannya sebesar 5% 74
4. Ha4:
Ada
sensitivitas
signifikan
antara
return
on
assets
PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
ditolak, baik untuk noncummulative maupun cummulative. Hal ini karena
untuk noncummulative mempunyai nilai t hitung sebesar 1,765 > t tabel
sebesar 1,734, tetapi nilai signifikansinya 0,095 > dari derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. Kemudian, yang cummulative nilai t
hitung sebesar 2,013 > t tabel sebesar 1,734, tetapi nilai signifikansinya
0,059 > dari derajat ketidakpercayaannya sebesar 5% 5. Ha5:
Ada
sensitivitas
signifikan
antara
return
on
equity
PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
ditolak, baik untuk noncummulative maupun cummulative. Hal ini karena
untuk noncummulative mempunyai nilai t hitung sebesar 1,034 < t tabel
sebesar
1,734
dan
nilai
signifikansinya
0,315
>
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. Kemudian, yang cummulative nilai t
hitung sebesar 1,651 < t tabel sebesar 1,734 dan nilai signifikansinya
0,116 > dari derajat ketidakpercayaannya sebesar 5%. 6. Ha6: Ada sensitivitas yang signifikan antara debt to total assets PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
ditolak, karena nilai –t hitungnya sebesar -3,594 > -t tabelnya sebesar 1,734,
walaupun
nilai
signifikansinya
0,002
<
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. 7. Ha7: Ada sensitivitas yang signifikan antara assets turnover PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
75
diterima untuk noncummulative, sedangkan untuk yang cummulative
ditolak. Hal ini dikarenakan, untuk yang noncummulative mempunyai
nilai t hitung sebesar 6,196 > t tabel sebesar 1,734 dan nilai
signifikansinya 0,000 < dari derajat ketidakpercayaannya sebesar 5%.
Akan tetapi, yang cummulative nilai t hitung sebesar 1,221 < t tabel
sebesar
1,734
dan
nilai
signifikansinya
0,238
>
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. 8. Ha8: Ada sensitivitas yang signifikan antara price/earning ratio PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya
diterima, karena nilai t hitungnya sebesar 3,782 > t tabelnya sebesar
1,734,
walaupun
nilai
signifikansinya
0,001
<
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. 9. Ha9: Ada sensitivitas yang signifikan antara market/book ratio PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dengan harga sahamnya.
diterima, karena nilai t hitungnya sebesar 6,528 > t tabelnya sebesar
1,734,
walaupun
nilai
signifikansinya
0,000
<
dari
derajat
ketidakpercayaannya sebesar 5%. 10. Ha10: Ada sensitivitas yang signifikan antara signifikan antara rasio
keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. yang lolos uji
hipotesis sensitivitas secara individual dengan harga sahamnya, ditolak
semuanya. Hal ini dikarenakan assets turnover noncummulative
mempunyai t hitung 1,427 < t tabel 1,734 dan signifikansi 0,173 > derajat
ketidakpercayaan 5 %. Kemudian, price/earning ratio t hitung -0,053 < t
76
tabel 1,734, tetapi signifikansi 0,959 > derajat ketidakpercayaan 5 %.
Kemudian, Market/book ratio mempunyai t hitung 1,218 < t tabel 1,734
dan signifikansi 0,241 > derajat ketidakpercayaan 5 %.
V.2
Simpulan
Setelah melakukan analisis atas kinerja keuangan dan harga saham PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom dan analisis atas
sensitivitas kinerja keuangan dan harga saham Telkom maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut
1. Telkom memperlihatkan kinerja terbaiknya dari aspek profitabilitas, di mana
hal ini dapat dilihat dari NPM, ROA, dan ROE-nya yang paling tinggi
dibandingkan
dengan
perusahaan-perusahaan
sejenis
dan
rata-rata
industrinya. Akan tetapi, dari aspek likuiditas Telkom memperlihatkan
kinerja yang kurang baik karena likuiditasnya lebih rendah dibandingkan
perusahaan-perusahaan sejenis dan rata-rata industrinya.
2. Telkom dari aspek leverage, aktivitas dan nilai pasar mempunyai kinerja
yang baik, karena walaupun tidak memperlihatkan kinerja setinggi
profitabilitas, tetapi masih tetap di atas rata-rata industrinya dan rasionya
cenderung stabil dengan fluktuasi yang rendah.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis untuk rasio keuangan secara
individual, diketahui yang koefisien regresinya bersensivitas signifikan
terhadap harga saham adalah assets turnover noncummulative, price/earning
ratio, dan market/book ratio. Assets turnover noncummulative mempunyai
koefisien regresi yang tinggi, yaitu 130.947,500, tetapi hal ini diimbangi
77
dengan konstantanya yang bernilai negatif, yaitu -16.349,600. Price/earning
ratio mempunyai koefisien regresi sebesar 488,552 dengan konstanta sebesar
579,316 dan market/book ratio mempunyai koefisien regresi sebesar
1.365,014 dengan konstanta sebesar 182,348.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis untuk ketiga rasio keuangan yang
signifikan secara individual secara bersama-sama, diketahui bahwa ketiga
rasio tersebut tidak bersensitivitas signifikan terhadap harga saham.
V.3
Keterbatasan-keterbatasan
Keterbatasan-keterbatasan yang terjadi di dalam penelitian ini adalah
1. Data observasi yang digunakan terlalu sedikit, yaitu dua puluh data saja, hal
ini disebabkan pada desain riset yang pertama digunakan tanggal terbit
laporan keuangan sebagai dasar untuk pengambilan harga saham sebagai
variabel dependen, yang mana mulai dicatat oleh pihak BEI dari tahun 2004.
Hal ini menyebabkan data sulit lolos dari uji asumsi klasik otokorelasi untuk
pengujian rasio keuangan secara individual. Lalu, untuk pengujian rasio
keuangan secara bersamaan tidak lolos uji otokorelasi dan multikolinearitas.
Otokorelasi menyebabkan diragukannya hasil dari uji signifikansi, t-test dan
F-test. Sementara itu, multikolinearitas menyebabkan terlalu tingginya F
hitung yang nilai R2 yang tinggi atau sangat tinggi, F hitung tinggi, tetapi
banyak variabel bebas yang tidak signifikan (t hitungnya rendah) dan
berubahnya tanda positif dan negatif koefisien regresi di regresi berganda.
2. Adanya hari libur menyebabkan ada beberapa periode yang tidak
menggunakan harga saham pada akhir periode laporan keuangan
78
3. Ada satu laporan keuangan kuartalan, yaitu milik Infoasia untuk kuartal
empat tahun 2008 belum terbit di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak
digunakan sebagai pembanding untuk tahun 2008 kuartal empat
V.4
Saran
Saran-saran berikut ini adalah saran-saran yang diberikan penulis untuk
memperbaiki desain riset untuk penelitian selanjutnya. Saran-saran ini
diharapkan dapat mengatasi masalah otokorelasi dan multikolinearitas.
1. Berusaha memperbanyak data observasi, baik dengan memperbanyak
perusahaan dalam industri sejenis yang diteliti dengan pertimbangan
harga saham antar perusahaan memiliki range tidak terlalu besar atau
memperluas dimensi waktu yang diteliti.
2. Mengurangi variabel yang hendak diteliti, jika data yang diperoleh hanya
sedikit, untuk meningkatkan derajat kebebasan penelitian.
79
Download