BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi perusahaan untuk mencari dana
dari para investor. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dananya di pasar
modal, perusahaan dapat menerbitkan surat berharga berupa saham dan obligasi.
Pasar modal juga memiliki fungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk
memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam (Jogiyanto, 2013).
Munculnya sebuah peristiwa atau informasi baru akan menyebabkan
terjadinya perubahan harga saham. Peristiwa penting tersebut akan menyebabkan
perubahan dinamika pasar modal dan mempengaruhi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Begitu pula dengan yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Harga sekuritas di Bursa Efek Indonesia dapat berubah dengan adanya informasi yang
baru dan investor akan melakukan peninjauan kembali terhadap harga aset-aset di
pasar modal. Kenyataan bahwa harga berfluktuasi merfleksikan adanya aliran
informasi pada suatu peristiwa. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk
berinvestasi, salah satu perilaku pasar yang perlu diperhatikan investor adalah
kecepatan pasar modal dalam bereaksi terhadap informasi yang ada.
Menurut Jogiyanto (2013) agar pembeli dan penjual tertarik untuk
berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal
13
dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat
berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien apabila harga dari surat-surat
berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Jika pasar bereaksi cepat
dan akurat untuk mencapai harga konsensus baru yang sepenuhnya mencerminkan
informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien.
Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, maka akan semakin
efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan sulit bagi investor untuk
memperoleh tingkat keuntungan di atas normal (abnormal return) secara konsisten
dengan melakukan transaksi perdagangan di pasar modal (Munadi, 2013).
Faktor-faktor non ekonomi dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menilai
harga saham. Berbagai penelitian di Indonesia menemukan bahwa terdapat efek dari
suatu peristiwa terhadap harga saham. Kecenderungannya yaitu ketika peristiwa yang
terjadi berindikasi baik, harga saham akan meningkat, sedangkan jika berindikasi
buruk, maka harga saham akan turun. Fenomena ini memperlihatkan bahwa harga
saham mencerminkan semua informasi yang tersedia seperti apa yang dikemukakan
oleh Fama (1970) tentang teori efisiensi pasar.
Salah satu ciri pasar modal yang efisien yaitu perubahan harga saham
memiliki pola yang bergerak secara acak (random walk). Hasil penelitian Maurice
Kendall (1953) menyebutkan bahwa harga saham tidak dapat terprediksi
(unpredictable) karena harga saham bergerak secara acak. Tidak ada satu pun pihak
yang dapat menebak dengan benar secara konsisten harga saham pada esok hari
karena informasi baru untuk esok hari tidak dapat diketahui pada hari ini. Dengan
14
kata lain, taksiran terbaik untuk harga esok hari adalah harga hari ini.
Namun disisi lain muncul sejumlah penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat ketidakteraturan (anomaly) terkait teori pasar efisien. Anomali yang
dimaksud disini adalah bentuk dari fenomena yang terjadi di pasar modal. Beberapa
peneliti khususnya yang menganut analisis teknikal berpendapat bahwa pergerakan
harga saham memiliki pola yang bersifat berulang (repetitive) (Husnan, 2006). Akan
terjadi perulangan dimana harga saham setelah naik dalam beberapa hari, pasti akan
turun dalam beberapa hari berikutnya, kemudian naik lagi dan turun lagi membentuk
sebuah pola perulangan. Perbedaan pola yang kontras dengan pola pasar efisien ini
menggambarkan adanya penyimpangan terhadap hipotesis pasar efisien.
Perubahan harga yang berpola merupakan sebuah bukti yang menggambarkan
bahwa terdapat anomali di pasar efisien. Ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak
terjadi bila dianggap pasar efisien benar-benar ada. Hal ini memberikan arti bahwa
suatu peristiwa dapat dimanfatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata
lain seorang investor dimungkinkan untuk mendapatkan abnormal return dengan
mengandalkan suatu fenomena tertentu (Imandani, 2008).
Dalam literatur keuangan setidaknya diketahui empat macam pola anomali
pasar, yaitu anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal
anomalies), anomali peristiwa (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting
anomalies). Ziemba dan Hensel (1994) membagi anomali pasar menjadi dua jenis,
yaitu fundamental anomalies dan seasonal anomalies. Jenis-jenis yang termasuk
dalam fundamental anomalies yaitu price to earnings effect, price to book effect,
15
market capitalization effect, dividend yield effect, earnings trends and surprises, dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam seasonal anomalies antara lain January
Effect, Monday Effect, Holiday Effect, Monthly Effect, Day of The Week Effect¸dan
lain sebagainya.
Salah satu pola musiman yang dapat terjadi di kebanyakan negara dengan
mayoritas penduduk muslim, tidak terkecuali di Indonesia adalah Ramadhan Effect.
Ramadhan Effect merupakan salah satu anomali musiman yang terjadi pada bulan
Ramadhan dimana terdapat perbedaan rata-rata return dengan bulan lainnya. Bulan
Ramadhan di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik jika dilihat dari
segi ekonomi. Ketika masyarakat muslim diwajibkan menjalankan ibadah puasa
sebulan penuh, justru pengeluaran untuk belanja konsumsi meningkat secara umum.
Meningkatnya konsumsi masyarakat di bulan Ramadhan disinyalir menjadi salah satu
faktor penyebab tingkat return saham di bulan Ramadhan berbeda dengan bulan
lainnya.
16
Gambar 1
Nilai dan Volume Perdagangan Bulanan, Januari 2013-Desember 2014
(Sumber: Laporan Statistik Tahunan IDX 2014)
Gambar 1 menunjukkan data statistik BEI tahun 2014 yang menunjukkan
tingkat volume dan value saham yang ditransaksikan selama tahun 2013-2014.
Transaksi di bulan Ramadhan pada tahun 2013 berlangsung dari bulan Juli
hingga minggu awal bulan Agustus, sedangkan pada bulan Ramadhan tahun
2014 berlangsung dari akhir bulan Juni hingga minggu akhir bulan Juli.
Periode Ramadhan pada tahun 2013 berlangsung dari tanggal 9 Juli
hingga 7 Agustus 2013. Pada penutupan perdagangan pada 8 Juli 2013, IHSG
berada pada level 4.433,63. Sedangkan pada penutupan perdagangan di akhir
bulan Ramadhan pada 2 Agustus 2013, IHSG meningkat 207,15 poin (4,67%)
ke level 4.640,78.
Pada tahun 2014, periode Ramadhan berlangsung dari tanggal 28 Juni
17
hingga 27 Juli. Pada penutupan perdagangan 27 Juni 2014, IHSG berada pada
level 4.845,13. Sedangkan pada penutupan perdagangan akhir Ramadhan 25 Juli
2014, IHSG meningkat 243,67 poin (5,03%) menjadi 5.088,80.
Pergerakan IHSG selama bulan Ramadhan pada tahun 2013 dan 2014
yang masing-masing menguat sebesar 4,67% dan 5,03% mengindikasikan
kemungkinan adanya Ramadhan Effect. Fakta ini meningkatkan posibilitas
investor untuk dapat menikmati abnormal return. Dugaan ini diperkuat pula
dengan tingginya rata-rata volume perdagangan harian selama bulan Ramadhan
tahun 2013 dan 2014. Jumlah rata-rata volume perdagangan harian selama bulan
Ramadhan 2013 sebesar 4.233.273.526 lembar, jauh lebih tinggi dibandingkan
volume rata-rata perdagangan sepanjang tahun 2013 yang hanya 2.840.3939.051
lembar. Begitu pula dengan jumlah rata-rata volume perdagangan harian
Ramadhan 2014 sebesar 4.175.687.330 lembar yang lebih besar dibanding ratarata volume perdagangan harian sepanjang tahun 2014 sebesar 3.651.841.561
lembar. Tingginya volume perdagangan selama bulan Ramadhan menunjukkan
bahwa pasar bereaksi positif.
Kendati demikian, meningkatnya return IHSG dan tingginya transaction
volume selama bulan Ramadhan tahun 2013 dan 2014 tidak dapat membuktikan
secara pasti mana saja sektor yang berkontribusi positif pada dua variabel
tersebut. Secara umum, anomali musiman seperti bulan Ramadhan ini memberikan
efek yang berbeda terhadap tiap-tiap sektor.
Bulan Ramadhan memberikan dampak yang berbeda-beda pada berbagai
18
sektor. Fenomena Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi salah satu faktor
penyebabnya. THR akan meningkatkan purchasing power masyarakat dan
permintaan akan barang konsumsi. Hal ini akan menyebabkan banyaknya uang yang
beredar dan naiknya harga barang-barang selama Ramadhan. Akibatnya, inflasi akan
naik dengan cepat. Inflasi yang terjadi akan memberikan imbas negatif terhadap
sektor perbankan. Namun di sisi lain beberapa sektor seperti ritel, konsumsi,
telekomunikasi, infrastruktur, dan otomotif umumnya akan terimbas positif yang
disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat pada bulan Ramadhan. Sektor
konsumsi khususnya produk food and beverages mengalami peningkatan konsumsi
dari 6,3% pada Mei 2013 hingga dua kali lipat menjadi 12,6% pada Juni 2013
berdasarkan data Bank Indonesia dari Juni hingga Agustus 2013 (Amelita, 2014).
Kemudian (Wawan, 2013) berdasarkan data historis selama bulan Ramadhan
dari tahun 2003 hingga 2012 di berbagai sektor yang tergabung di IHSG, didapatkan
hasil bahwa terdapat tiga sektor yang kinerjanya meningkat yaitu sektor infrastruktur
dengan mean return mencapai 3,09%, sektor konsumsi dengan mean return 2,65%,
dan sektor keuangan dengan mean return hingga 2,35%. Sedangkan sektor yang
kurang bagus kinerjanya selama bulan Ramadhan yaitu sektor pertambangan dengan
mean return 0,04% dan sektor pertanian dengan mean return hanya 0,01% (Wawan,
2013).
Fazal (1998) dalam penelitiannya mengenai Ramadhan Effect di Bursa Efek
Pakistan menemukan bahwa mean return yang turun secara tidak signifikan tidak
terjadi pada semua sektor yang menjadi objek penelitian. Mean return menunjukkan
19
signifikansi pada level 5% pada beberapa sektor, sedangkan pada sektor lainnya tidak
signifikan. Mean return yang signifikan hanya ditemukan pada dua sektor, yaitu
sektor gula dan sektor minyak.
Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Fazal (1998), Seyyed
(2005), Al-Hajjeh (2010), dan Akrami (2012) menunjukkan hasil yang berbedabeda terhadap ada tidaknya pengaruh Ramadhan Effect. Selama bulan
Ramadhan, beberapa bursa efek di berbagai negara yang menjadi objek
penelitian tersebut mengalami kemerosotan transaksi eknomi secara agregat dan
ada pula yang tidak. Hasil yang bervariasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor ekonomi maupun non-ekonomi.
Di Indonesia, dapat dilihat sekilas bahwa fenomena bulan Ramadhan
membawa dampak peningkatan konsumsi masyarakat khususnya pada bisnis
ritel dan consumer goods. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti bagaimana
dampaknya pada sektor-sektor lainnya di Indonesia. Peneliti tertarik untuk
menelaah lebih lanjut pengaruh bulan Ramadhan terhadap saham-saham
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya pada indeks
sektoral. Dengan mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di masingmasing sektor pada indeks sektoral, maka akan diketahui dampak bulan
Ramadhan pada setiap sektor. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk
menguji Ramadhan Effect di Indonesia dengan melihat reaksi abnormal return.
Hal di atas tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian
20
dengan judul “Dampak Bulan Ramadhan terhadap Pengembalian Harga
Saham pada Seluruh Sektor di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di muka, maka
ditentukan permasalah dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat perbedaan
abnormal return saham secara signifikan antara bulan Ramadhan dengan bulan di
luar Ramadhan (Sya’ban dan Syawal) pada mayoritas sektor di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis dampak dari bulan Ramadhan terhadap pergerakan harga saham
di berbagai sektor di Indonesia untuk mengetahui sektor-sektor mana saja
yang terimbas positif dan yang terbebani.
2. Menganalsis perbedaan reaksi abnormal return antara bulan Ramadhan dan
non Ramadhan pada seluruh sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, diharapkan
dapat berguna bagi:
21
1. Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
abnormal return saham yang ditransaksikan sekitar bulan Ramadhan di
berbagai sektor, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan
keputusan investasi di bursa saham.
2. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna sebagai
bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan perusahaan di sekitar bulan
Ramadhan.
3. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan terkait dengan aktivitas pasar modal, khususnya terkait dengan
perbedaan abnormal return saham sebelum, saat, dan setelah Ramadhan.
1.5 Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 bab dimana setiap bab terdiri dari sub-sub
sebagai perincinya. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjadi gambaran awal dari apa
yang akan dilakukan peneliti. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menjadi
alasan dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang dituangkan dalam bentuk
pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian yang berisi tentang tujuan dilakukannya
penelitian dan kegunaannya, kemudian diakhiri dengan sistematika pembahasan yang
22
menjelaskan sistematika penyajian hasil penelitian dari awal penelitian hingga
penyajian kesimpulan dari hasil penelitian.
Bab kedua merupakan kelanjutan dari bagian pendahuluan yang di dalamnya
berisi landasan teori dan pengembangan hipotesis. Bab ini membahas mengenai
tujuan teoritis tentang informasi-informasi mengenai variabel penelitian. Selanjutnya,
pengembangan hipotesis dirumuskan dari landasan teori dan telaah pustaka pada
penelitian terdahulu serta merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
akan diteliti.
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berisi tentang gambaran cara
atau teknik yang akan digunakan dalam penelitian. Cara atau teknik ini meliputi
penjelasan mengenai jenis dan sifat penelitian, proses penelitian, kondisi dan
penentuan sampel, definisi operasional variabel, peralatan atau perangkat yang
digunakan baik dalam pengumpulan data maupun analisis data untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
Bab keempat berisi tentang hasil penelitian dari pengolahan data dan
pembahasannya, baik berdasarkan analisis hasil pengujian data secara deskriptif
maupun analisis hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan.
Bab kelima merupakan penutup yang di dalamnya memaparkan kesimpulan
dan saran dari hasil analisis data yang berkaitan dengan penelitian.
23
Download