A.JUDUL “SATE PALEMBANG BUMBU JIRET (BIJI KARET)” B. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar di dunia setelah negara Thailand dan Malaysia. Produksi karet nasional Indonesia pada tahun 2009 mencapai 2,751 juta ton, dan diperkiran Indonesia akan menjadi produsen karet terbesar di dunia (Warta warga : 2010). Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) luas lahan perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 5,262 juta hektar. Dimana Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan luas areal perkebunan karet terluas di Indomesia. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Prov.Sumatera Selatan luas areal perkebunan karet di Sumsel mencapai 1,058 juta ha. Tentu ini menjadikan sesuatu yang potensial bagi Indonesia, khususnya Sumatera Selatan untuk dikembangkan. Berbicara masalah perkebunan karet tentunya kita tidak lepas berbicara tentang biji karetnya. Berdasarkan hasil penelitian dosen budidaya pertanian fakultas pertanian Universitas Sriwijaya Ir. Lucy Robiartini, M.Si, rata-rata produksi biji karet per pohon mencapai 2000 biji. Tentu ini menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan jika hal tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat guna, misalnya dijadikan bibit unggul atau bahan makanan pengganti kacang tanah atau kacang kedelai seperti tempe, kecap dan anekaragam makanan yang bahan dasarnya terbuat dari kacang kedelai. Tetapi fakta dilapangan banyak petani karet yang tidak memanfaatkan keunggulan dari biji karet itu sendiri. Dari penelitian mahasiswa MIPA UNTAN diketahui kadar asam sianida (CN) pada biji karet hanya 0,3% sehingga tidak membahayakan untuk dikonsumsi. Didalamnya justru mengandung nilai gizi yang baik seperti protein (27%), lemak (32%), mineral (2,4%) dan air (9,1%) serta terdapat vitamin A, B dan E. Jika dibandingkan dengan kandungan gizi pada kacang kedelai dimana protein (34,9%), lemak (14,1%), kakarbohidrat (34,8%) dan air (8%). Jika melihat komposisi tersebut biji karet patut diperhitungkan sebagai makanan yang bergizi. Apalagi menurut Wizna, dkk : 2000 kandungan protein biji karet justru meningkat 30,15% setelah diolah menjadi bahan makanan salah contohnya adalah tempe, kecap, dan makanan yang berbahan dasar kacang kedelai, sedangkan kacang kedelai justru kandungan proteinnya menurun 22,41% jika diolah menjadi bahan makanan. Mengingat bahan baku kedelai cenderung naik yang berdampak pula pada kenaikan harga bahan makanan yang berbahan baku kacang kedelai. Pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku pengganti kacang kedelai tersebut tentunya didukung dengan luasnya areal perkebuan karet di Indonesia, melihat fakta tersebut ini tentunya dapat menjadi antisipasi terhadap tingginya permintaan kacang kedelai di Indonesia. Jika melihat makanan khas yang ada disetiap daerah sangat sedikit sekali yang memanfaatkan biji karet tersebut. Di Palembang makanan khas yang terkenal adalah pempek, model dan tekwan. Dengan pemanfaatan biji karet tersebut tentu telah banyak memberikan solusi terciptanya variasi makanan baru, khususnya di Palembang yang mengandung protein tinggi dengan harga yang terjangkau. Berdasarkan asumsi di atas, kami berusaha untuk memanfaatkan biji karet untuk diolah menjadi bahan makanan yang mengandung nilai protein tinggi. Dengan membuat sebuah usaha sebagai bentuk pengembangan dan pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku pengganti kacang kedelai, yang kaimi beri nama “Sate Palembang Bumbu Jiret”. Usaha ini kami buat, mengingat uniknya jenis makana khas tesebut dan dan hal-hal lainnya serta masih sedikitnya pesaing yang ada. Apa lagi di daerah Ogan Ilir, blum ditemukan warung yang menyediakan makanan khas seperti sate bumbu jiret. C. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalahnya adalah “apakah wirausaha sate Palembang bumbu jiret (biji karet) dapat dikembangkan menjadi suatu usaha yang bisa mendapatkan keuntungan?” sehingga usaha ini diharapkan dapat bersaing dengan usaha-usaha sate yang menjamur di Palembang. D. TUJUAN KEGIATAN Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah : Menciptakan usaha yang mampu menambah kreasi kuliner di Palembang yang berprotein tinggi dan berpeluang bisnis tinggi. Dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar seperti karyawan warung sate dan sebagai penghasilan tambahan bagi para petani karet. Mengajak masyarakat untuk lebih memanfaatkan potensi yang ada pada biji karet. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Adapun luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : Mampu menciptakan usaha sate Palembang bumbu biji karet yang memiliki nilai protein yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat umum. 2 Dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan biji karet dalam pembuatan bumbu sate. F. KEGUNAAN PROGRAM Adapun kegunaan program ini adalah : Menciptakan produk alternatif dengan memanfaatkan sumber daya hayati yang ada. Menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan budaya berwirausaha. Memperoleh penghasilan dari usaha sate Palembang bumbu biji karet. G.GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA 1. Identitas Usaha a. Nama Usaha Kegiatan usaha ini bernama “Warung Sate Jiret Ampera” b. Lokasi Usaha dan Pemasaran Usaha akan dibangun dikawasan Kel. Timbangan Kec. Indralaya Utara ± 2 Km dari kampus Universitas Sriwijaya Indralaya. Kawasan ini merupakan kawasan yang strategis karena tempat tersebut merupakan tempat persinggahan bagi orang-orang yag ingin pergi ke kota Palembang, Prabumulih, Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan Kayuagumg. Belum lagi di kawasan ini adalah tempat pusat pemukiman masyarakat sekitar dan kost-kostan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya. c. Jumlah Pengelola Pengelola berjumlah 7 (tujuh) orang yang berasal dari latar belakang jurusan yang sama yaitu Pendidikan Ekonomi akuntansi. Untuk memberikan kelancaran dalam menajemen usaha, maka setiap orang akan mendapatkan tugastugas sesuai dengan kebutuhan usaha dan untuk pemula akan dibantu oleh 2 (dua) orang karyawan yang akan bekerja. 2. Aspek Pasar dan Proses Bisnis a. Segmen Pasar Segmen pasar ditujukan pada masyarakat umum dan mahasiswa yang berada disekitar kawasan usaha, karena produk yang ditawarkan berupa makanan yang familier, serta mempunyai rasa khas tersendiri dibandingkan dengan satesate lainnya. Mengingat minimnya makanan yang berbahan baku dari biji karet, maka usaha ini dinilai memiliki prospek yang cerah bila dikembangkan. 3 b. Proses Bisnis Untuk awal pembukaan usaha, jenis makanan yang ditawarkan terfokus pada menu utama yaitu sate Palembang bumbu jiret dan beberapa jenis minuman botol. Setelah usaha ini berjalan lancar maka kemudian dilakukan pengembangan usaha dengan menambah daftar menu yang ditawarkan. Artinya, jika usaha telah berkembang pengelola dapat membuka cabang usaha “Warung Sate Jiret Ampera” ke daerah pemasaran yang lain Pengelolaan usaha ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan petanipetani karet yang ada di Sumatera Selatan terutama daerah yang berdekatan dengan kota Palembang seperti Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI) yang tujuannya agar pengelola lebih mudah mendapatkan bahan baku biji karet. Pembagian keuntungan usaha dilakukan dengan sistem bagi hasil antara pengelola yang persentasenya telah ditentukan oleh pengelola sesuai dengan keuntungan yang didapat. Dimana keuntungan usaha akan difokuskan persentase pembagian hasil sebagai berikut : Pengelola : 65% Pengembangan Usaha : 35% Menu utama yang ditawarkan yaitu sate Palembang bumbu jiret, menu ini bisa disantap dengan dua pilihan yaitu dengan lontong atau nasi putih. 3. Proyeksi Permintaan dan Pesaing a. Proyeksi Permintaan Untuk menghitung proyeksi permintaan dalam pendirian usaha sate Palembang bumbu jiret, dapat kita asumsikan dengan melihat wilayah tempat usaha didirikan. Asumsi permitaan sebagai berikut: Diasumsikan permintaan dalam satu hari mencapai 40 orang pembeli. b. Pesaing Untuk mengetahui banyaknya pesaing yang membuka usaha disekitar tempat usaha yang akan didirikan, perlu diadakannya survei. Dari survei tersebut, diketahui bahwa jumlah pesaing khususnya untuk Wilayah Ogan Ilir belum ada yang mendirikan jenis usaha yang sama. Dalam artian tidak ada pesaing. 4 H. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan kegiatan ini berisi langkah-langkah untuk merealisasikan tujuan dari usulan usaha kewirausahaan. Langkah-langkah tersebut diantaranya : A. Sistem pemasaran. 1. Lokasi (place). Inisiasi warung sate Palembang bumbu jiret akan dilkukan di Kel. Timbangan, Indralaya Timur, Ogan Ilir ± 2 KM dari kampus Universitas Sriwijaya Indralaya. 2. Harga (prise). Harga penjualan dari satu porsi sate adalah Rp.10.000,00 dengan jumlah penjualan rata-rata 40 porsi per hari, dan harga tersebut sudah merupakan harga yang pasaran dalam artian pas untuk kantong masyarakat. 3. Pengumpulan produk (product). Kerjasama dengan pemasok menggunakan sistem cash, artinya sistem pembayaran langsung dibayarkan secara langsung. 4. Promosi (promotion). Tahapan kegiatan promosi dan pemasaran akan dilakukan sebelum, selama dan setelah program berlangsung. Sebelum program berlangsung : Pembuatan media promosi seperti penyebaran famplet dan spanduk Selama program berlangsung : Tetap melakukan promosi melalui media baik melalui penyebaran famplet dan spanduk Mamasifkan kegiatan promosi melalui media internet Menjalin kerja sama yang lebih intensif kepada petani karet yang ada di Sumatera Selatan. I. ASPEK KEUANGAN 1. Proyeksi Pendapatan Untuk menghitung proyeksi pendapatan diperlukan asumsi-asumsi dasar berupa harga-harga makanan yang diperoleh melalui survei pasar dan wawancara langsung, kemudian dilakukan perhitungaan terhadap penjualan makanan tiap satuan harga sehingga nantinya akan didapatkan pendapatan yang diharapkan. Asumsi usaha untuk penjualan sate adalah sebagai berikut : 5 Diasumsikan penerimaan yang akan diperoleh dari satu porsi sate adalah Rp.10.000,00 dengan jumlah penjualan rata-rata 40 porsi per hari. Adapun analisis usaha penjualan sate adalah sebagai berikut : 1. Biaya tetap a. Sewa ruko per bulan b. Gaji karyawan per bulan Total biaya Tetap : Rp.500.000,00 : Rp.1.000.000,00 : Rp.1.500.000,00 2. Biaya variabel a. Bahan baku ayam per bulan b. Bumbu dan pelengkap per bulan c. Air galon per bulan d. Daun pisang per bulan e.Gas per bulan f.Arang g. Beras per bulan Total biaya variabel : Rp3.000.000,00 : Rp.1.464.000,00 : Rp.84.000,00 : Rp.30.000,00 : Rp.60.000,00 : Rp.120.000,00 :Rp.560.000,00 :Rp.5.318.000,00 3. Biaya Penyusutan a. Gerobak sate b. Kompor gas c. Meja + Kursi d. Pemanggang sate e. Panci Total biaya penyusutan per tahun Penyusutan per bulan : Rp.50.000,00 : Rp.20.000,00 : Rp.50.000,00 : Rp.20.000,00 : Rp.20.000,00 : Rp.160.000,00 : Rp.13.303,00 Total Biaya Pengeluaran Per Bulan Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Penyusutan 4. Penerimaan Sate @Rp.10.000,00 x 40 x 30 hari Total Penerimaan :Rp.1.500.000,00 :Rp.5.318.000,00 :Rp.13.303.00 :Rp.6.831.303,00 : Rp.12.000.000,00 :Rp.12.000.000,00 Jadi Keuntungan yang didapat per bulan adalah : Pendapatan = Total Penerimaan – Total Pengeluaran = Rp.12.000.000,00 – Rp.6.831.303,00 6 = Rp.5.168.697,00/bulan Break Event Point (BEP) Produksi BEP Produksi = Total Biaya / Harga satuan / 30 hari = Rp.6.831.303,00 / Rp.10.000,00 / 30 = 22,77101 porsi/ hari Artinya titik balik modal akan tercapai bila volume produksi sate mencapai 22,77101 porsi per hari. Melihat potensi keuntungan tersebut maka kami yakin usaha ini dapat dikembangkan dengan baik dan dapat menjadi ciri khas wisata kuliner yang ada di kota Palembang. Gambar 1. Bagan Tahapan Pelaksanaan Program I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM No 1 2 3 4 5 6 7 Kegiatan Bulan Ke1 Bulan Ke2 Bulan Ke3 Bulan Ke4 Konsultasi Survey alat & bahan Pembelian bahan Pembeliat alat Uji Coba Produksi skala kecil Studi kelayakan 8 Riset pasar Produksi dalam skala usaha 9 Promosi 10 Evaluasi 11 Pemasaran Tabel 1. Jadwal Kegiatan Program 7 J. Rancangan Biaya Biaya Investasi No Nama Bahan 1 Sewa Tempat 2 Gerobak sate 3 Meja kayu 4 Kursi kayu panjang 5 Kursi plastic 6 Kompor gas 7 Panci 8 Piring plastic 9 Cangkir plastic 10 Sendok 11 Garpu 12 Pemanggangan sate 13 Bakul nasi 14 Pisau daging 15 Pisau dapur 16 Ember 17 Galon 18 Teko air Satuan 4 bulan 1 buah 2 buah 4 buah 1 lusin 1 buah 1 set 2 lusin 2 lusin 2 lusin 2 lusin 1 buah 4 buah 2 buah 1 buah 2 buah 1 buah 2 buah Harga Satuan Rp500,000.00 Rp1,500,000.00 Rp300,000.00 Rp150,000.00 Rp300,000.00 Rp350,000.00 Rp250,000.00 Rp13,000.00 Rp10,000.00 Rp8,000.00 Rp8,000.00 Rp250,000.00 Rp12,500.00 Rp25,000.00 Rp15,000.00 Rp20,000.00 Rp45,000.00 Rp12,500.00 Total Total Rp2,000,000.00 Rp1,500,000.00 Rp600,000.00 Rp600,000.00 Rp300,000.00 Rp350,000.00 Rp250,000.00 Rp26,000.00 Rp20,000.00 Rp16,000.00 Rp16,000.00 Rp250,000.00 Rp50,000.00 Rp50,000.00 Rp15,000.00 Rp40,000.00 Rp45,000.00 Rp25,000.00 Rp6,153,000.00 Tabel 2. Rancangan Biaya Investasi Biaya Produksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Bahan Ayam Biji karet Bawang merah Bawang putih Rempah Cabe Kecap Gula pasir Beras Daun Pisang Arang Air minum Gas Satuan 5 kg 250 kg 3 kg 3 kg 1 kg 5 kg 15 botol 5 kg 1 karung 30 ikat 1 karung 7 galon 1 tabung Lama Pemakaian 1 hari 1 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu 1 minggu 1 minggu 1 minggu 1 minggu 1 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu Harga Satuan Total Rp20,000.00 Rp100,000.00 Rp500.00 Rp125,000.00 Rp12,000.00 Rp36,000.00 Rp15,000.00 Rp45,000.00 Rp10,000.00 Rp10,000.00 Rp18,000.00 Rp90,000.00 Rp9,000.00 Rp135,000.00 Rp10,000.00 Rp50,000.00 Rp140,000.00 Rp140,000.00 Rp1,000.00 Rp30,000.00 Rp30,000.00 Rp30,000.00 Rp3,000.00 Rp21,000.00 Rp15,000.00 Rp15,000.00 Total Rp827,000.00 Tabel 3. Rancangan Biaya Produksi 8 Rekapitulasi Biaya No Komponen Biaya Jumlah 1 Biaya Investasi Rp6,153,000.00 2 Biaya Produksi Rp827,000.00 Total Rp6,980,000.00 Tabel 4. Rekapitulasi Biaya Usaha Sate Jadi total dana yang dibutuhkan untuk membuat usaha Sate Palembang Bumbu Jiret adalah sebesar Rp.6.980.000,00 (enam juta Sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah). 9