IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TPS MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI Oleh I Gusti Ayu Putu Raka Ekawati NIM 0916011190 JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013 0 IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TPS MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI I Gusti Ayu Putu Raka Ekawati PENJASKEREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559 e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanaan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap rencanaan tindakan, pelaksaan tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi, berjumlah 38 orang dengan rincian 17 siswa putra dan 21 siswa putri. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis data pada siklus I aktivitas belajar berguling senam lantai secara klasikal sebesar 6,7 (cukup aktif), dan meningkat menjadi 7,9 (aktif) pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar berguling senam lantai secara klasikal pada siklus I sebesar 74,1% (kurang), dan meningkat menjadi 78% (baik) pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014 meningkatkan melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dengan demikian disarankan kepada guru penjasorkes agar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Abstract: This study aimed to improve the learning activity and learning outcomes of rolling gymnastics floor through the implementation of cooperative learning model TPS. This research is a classroom action research was conducted in two cycles, each cycle consisting of the action planning stage, the implementation of the action, observation and evaluation, and reflection. The subjects were students of class VII of SMP Negeri 1Mengwi, totaling 38 people, 17 male and 21 female. Data were analyzed using descriptive statistical analysis. Results of data analysis in the first cycle and learning activities in the classical rolling floor exercises at 6.7 (quite active), and increased to 7.9 (active) in the second cycle. While the percentage of learning outcomes in the classical rolling floor exercises in the first cycle was 74.1% (less), and increased to 78% (good) in the second cycle. it can be concluded that the activity and learning outcomes rolled on the floor gymnastics class VII D of SMP Negeri 1 Mengwi year 2013/2014 increased by implementing cooperative learning model TPS. It is suggested to Penjasorkes teachers to implement cooperative learning model TPS because it is proven to increase the activity and student learning outcomes. Kata-kata kunci: Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS, aktivitas belajar, dan hasil belajar berguling senam lantai. 1 atau PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu berpikir berpasangan berbagi (Trianto, 2009:81) merupakan jenis faktor yang sangat menentukan dalam pembelajaran meningkatkan dirancang untuk mempengaruhi pola kualitas kehidupan bangsa. Menciptakan manusia yang kooperatif yang interaksi siswa. berkualitas merupakan suatu tantangan Aktivitas siswa dalam proses dan keharusan untuk bisa bersaing di pembelajaran era globalisasi ini. indikator ”Belajar pada hakikatnya adalah untuk merupakan adanya belajar keinginan dalam suatu siswa memperoleh proses interaksi terhadap semua situasi pengetahuan, pemahaman, bertingkah yang ada di sekitar individu. Belajar laku dapat dipandang sebagai proses yang mengembangkan diarahkan kepada tujuan dan proses bermakna. Dalam Penjasorkes yang berbuat melalui berbagai pengalaman” dimaksud (Rusman, 2010:1). “Belajar adalah meliputi: audio, visual, metrik, lisan, suatu proses usaha yang dilakukan mental, dan emosional. Hasil belajar seseorang untuk memperoleh suatu adalah perubahan tingkah laku yang baru kompetensi dasar baik kognitif, afektif, secara hasil maupun psikomotor yang diperoleh pengalamannya sendiri dalam interaksi siswa dari kegiatan pembelajaran yang keseluruhan sebagai lingkungannya” dengan (Slameto, baik serta dapat keterampilan dengan aktivitas ketercapaiannya yang belajar setiap mengakibatkan perubahan tingkah laku 2003:2). Pembelajaran yang yang disebabkan oleh pengalaman. kooperatif Berdasarkan observasi awal merupakan suatu kelompok strategi yang peneliti lakukan pada siswa kelas pengajaran yang melibatkan siswa VII D SMP Negeri 1 Mengwi Hari bekerja secara berkolaborasi untuk Selasa 23 Juli 2013 di Lapangan Umum mencapai tujuan bersama Salah satu Mengwi pukul 07.30 Wita dalam tipe model pembelajaran kooperatif pembelajaran penjasorkes khususnya adalah tipe Think-Pair-Share (TPS). materi teknik dasar berguling senam Menurut Egen dan Kauchak (dalam lantai masih mengalami masalah yang Trianto, 2007:42) Model pembelajaran cukup serius kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) maupun hasil belajar siswa. Data yang 2 baik kualitas, kuantitas penulis poroleh mengenai aktivitas Dengan menganalisa data hasil belajar belajar berguling senam lantai, terlihat hasil berguling senam lantai yaitu secara klasikal dari jumlah siswa 38 belajar orang, sangat aktif tidak ada, aktif permasalahan yaitu masih berada pada sebanyak 10 orang (26,3%), cukup aktif kategori sebanyak 18 orang (47,4%), kurang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal aktif sebanyak 10 orang (26,3%), dan (KKM) sekolah. Sementara itu hasil sangat kurang aktif tidak ada. Dengan belajar siswa dikatakan tuntas jika rata-rata prosentase aktivitas belajar minimal secara angka Ketuntasan Minimal yaitu sebesar 75%. tersebut berada pada kategori cukup Berdasarkan hasil refleksi awal aktif klasikal dilihat adalah 5,7 dari pedoman siswa yang masih kurang mengalami baik, berada dan pada dilakukan belum Kriteria oleh peneliti, penggolongan aktivitas belajar teknik permasalahan umum yang dialami pada dasar berguling senam lantai. Yang saat proses pembelajaran teknik dasar mana siswa dikatakan berhasil jika berguling senam lantai dimana metode berada pada kategori aktif yaitu antara pembelajaran yang diterapkan masing 7 ≤ X < 9. Sedangkan untuk hasil kurang efektif sesuai dengan karakter belajar, berdasarkan observasi awal siswa. Hal tersebut berdampak pada yang dilakukan di kelas VII D SMP pembelajaran yang menjadikan siswa Negeri 1 Mengwi didapatkan hasil pasif belajar siswa masih tergolong rendah pasifnya siswa dalam pembelajaran dan kriteria menjadikan siswa kurang memiliki ketuntasan minimal sekolah sebesar kesempatan untuk belajar. Adapun 75%. Hal ini terbukti dari data hasil permasalahan yang dialami oleh siswa belajar yang didapat yaitu siswa yang dalam pembelajaran tersebut, dilihat tuntas sebesar 6 orang (15,7%) dan dari aktivitas siswa yaitu: (1) masih ada yang tidak tuntas 32 orang (84,3%), beberapa siswa yang berada pada kategori sangat penjelasan baik tidak ada, baik sebanyak 6 orang pembelajaran, (2) aspek mendengarka (15,7%), cukup sebanyak 27 orang atau audio, siswa kurang mendengarkan (71,1%), kurang sebanyak 5 orang penjelasan (13,2%), dan sangat kurang tidak ada. berguling (ke depan dan ke belakang) belum memenuhi 3 dalam proses siswa tidak peneliti peneliti pembelajaran. mengamati dalam tentang proses materi senam lantai, (3) masih ada siswa yang depan kurang dengan aktif dalam melakukan menyusur cara pada punggung membulatkan percobaan gerakan berguling senam (Syarifuddin, lantai, (4) siswa kurang aktif dalam belakang merupakan kebalikan dari memecahkan dalam gerakan berguling ke depan. Guling ke pembelajaran sehingga siswa dapat belakang adalah gerakan guling ke memahami diberikan, belakang yang mulai dari pinggul (5) siswa kurang bersemangat dalam menyusur ke punggung dan berakhir proses pembelajaran. pada pundak (Syarifuddin, 1997:31). masalah materi yang Sedangkan, permasalahan yang di Dengan 1997:30). badan demikian Guling ke dibutuhkan identifikasi sebagai faktor penyebab sebuah solusi untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar penjasorkes di tersebut. Salah satu solusi agar aktivitas SMP Negeri 1 Mengwi antara lain: dan hasil belajar dapat meningkat, yaitu (1) siswa pada materi teknik dasar dengan mengimplementasikan model berguling (ke depan dan ke belakang) pembelajaran kooperatif. Salah satu senam lantai, siswa masih belum model pembelajaran kooperatif yang mememahami teori dari materi tesebut dimaksudkan yaitu model kooperatif secara mendalam, (2) siswa pada materi tipe TPS. teknik dasar berguling (ke depan dan ke belakang) senam lantai, kemampuan METODE PENELITIAN siswa pada aspek ini sudah cukup baik, Jenis penelitian yang digunakan (3) siswa pada materi teknik dasar adalah penelitian tindakan kelas (PTK). berguling (ke depan dan ke belakang) Bentuk penelitian guru sebagai peneliti senam lantai, masih banyak siswa yang dengan rancangan penelitian terdiri dari keliru dalam melakukan gerakan. empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan Senam merupakan kata dari “gymnastiek” berasal dari terjemahan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) “gymnastic” (Inggris), observasi/evaluasi, dan (4) refleksi (Belanda). Gymnastic Nyoman 2010:133). Penelitian ini melibatkan kerja sama berarti kolaboratif antara guru penjasorkes telanjang. Guling ke depan adalah kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi gerakan menggelundungkan badan ke dengan teman sejawat, dosen ahli, (Yunani) gymnes I atau gymnazein kata (Kanca, yang 4 dengan melibatkan seluruh siswa kelas belajar yang masih rendah. Hal ini VII D SMP Negeri 1 Mengwii Tahun terlihat secara klasikal siswa masih Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 38 belum bisa memenuhi KKM di sekolah orang (17 orang siswa putra dan 21 yang sebesar 75. orang siswa putri). Data observasi awal aktivitas Teknik pengumpulan data yang belajar teknik dasar berguling senam digunakan dalam penelitian ini terdiri lantai pada siswa kelas VII D SMP dari pengumpulan data aktivitas dan Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran hasil belajar. Data aktivitas belajar 2013/2014, siswa yang berada dalam dikumpulkan pada setiap pertemuan kategori sangat aktif tidak ada, aktif pada setiap siklus yang dilakukan oleh sebanyak 10 orang (26,3%), cukup aktif 2 orang observer. Sedangkan data hasil sebanyak 18 orang (47,4%), kurang belajar dikumpulkan pada pertemuan aktif sebanyak 10 orang (26,3%) dan kedua setiap siklus yang dilakukan oleh tidak ada siswa yang berada dalam 3 orang evaluator. kategori sangat kurang aktif. Dalam penelitian ini, Tabel 1.1 Data Observasi Awal Aktivitas Belajar Teknik Dasar Berguling Senam Lantai teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat digunakan mengolah karakteristik data untuk yang No Kriteria berkaitan dengan menjumlah, merata- X 1 rata, mencari titik tengah, mencari menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berpikirnya. Kategori - - Sangat Aktif X <9 X <7 4 3 X <5 X <3 5 10 26.3 Aktif 18 47.4 Cukup Aktif 10 26.3 - - Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif Total 38 100% 2 7 3 5 persentase, dan menyajikan data yang Jumlah Persentase Siswa (%) 9 Data observasi awal hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai HASIL PENELITIAN Pada observasi awal pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 yang Mengwi yaitu, siswa yang tuntas dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 1 sebesar 6 orang (15,7%) dan yang tidak Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 tuntas 32 orang (84,3%), siswa yang ditemukan data aktivitas dan hasil berada pada kategori sangat baik tidak 5 1 Sangat Akif 2 7 X < 9 Aktif 3 5 X < 7 Cukup Aktif 4 3 X < 5 Kurang Aktif Sangat 5 Kurang X<3 Aktif Jumlah 38 ada, baik sebanyak 6 orang (15,7%), cukup sebanyak 27 orang (71,1%), kurang sebanyak 5 orang (13,2%), dan sangat kurang tidak ada. Tabel 1.2 Data Observasi Awal Hasil Belajar Teknik Dasar Berguling Senam Lantai 5 0 –54 Total 5 38 13,2 100 Kurang Sangat Kurang 9 Pada Jumla Persentas Keteranga Ketuntasa h e (%) n n Siswa 185– 100 Sangat Baik Tuntas 2 75–84 6 Baik 15,7 3 65–74 27 Cukup 71,1 N Kriteri o a 4 55–64 X data - - 20 53,0% 14 36,0% 4 11,0% - - 100 hasil belajar didapatkan bahwa siswa yang tuntas terdiri dari 27 orang (71,0%) dan yang tidak tuntas 11 orang (29,0%), siswa yang berada pada kategori sangat baik Tidak Tuntas tidak ada, kategori baik sebanyak 27 orang (71.0%), cukup baik sebanyak 8 orang (21,0%), siswa yang berada pada katagori kurang baik 3 (8,0%) dan tidak Hasil penelitian siklus I pada ada siswa yang mendapat nilai sangat aktivitas belajar yaitu: pada kategori kurang. Ketuntasan siswa keseluruhan sangat aktif tidak ada, pada kategori mencapai 71,0%. aktif sebanyak 20 orang (53,0%), pada kategori cukup aktif 14 orang (36,0%), pada kategori kurang aktif 4 (11,0%), dan pada kategori sangat kurang aktif Tabel 1.4 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling Senam Lantai pada Siklus I. tidak ada. Rata-rata aktivitas belajar pada siklus 1 yaitu 6,7 yang berada pada kategori cukup aktif. Tabel No 1.3 Kategori Penggolongan Aktivitas Belajar Berguling Senam Lantai Siklus I Kriteria Kategor Jumlah Persentase i Siswa 6 N o Katego ri Ju ml ah Pers enta se 1 Sangat Baik - - 2 Baik 27 71,0 % Jumla h Siswa 27 Siswa Tunta s Pre dik at Kur ang (Ti dak Keter anga n Siklu s I belu m (71,0 %) 3 Cukup 8 4 Kurang 3 5 Sangat Kurang Jumlah 21,0 % 8,0 % - - 38 100 Tun tas) 11 Siswa Tidak Tunta s (29,0 %) menc apai ketun tasan 4 3 X <5 5 X<3 75 % Juml ah Lanju t ke Siklu s II Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif 0 0% 0 0% 38 Pada data 100% hasil belajar didapatkan bahwa siswa yang tuntas terdiri dari 32 orang (84,2%) dan yang Pada siklus II dilakukan tindakan tidak tuntas 6 orang (15,8%), siswa yang sesuai hasil refleksi dari tindakan yang berada pada kategori sangat baik 2 siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi (5,3%), peningkatan pada aktivitas dan hasil baik sebanyak 30 orang (78,9%), cukup baik sebanyak 6 orang belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai (15,8%), tidak ada siswa yang berada data aktivitas dan hasil belajar pada pada katagori kurang baik dan tidak ada siklus II. siswa yang mendapat nilai sangat Pada data aktivitas belajar siswa kurang. Ketuntasan siswa keseluruhan dapat disampaikan pada kategori sangat mencapai 84,2%. aktif sebanyak 4 orang (10,5%), pada kategori aktif sebanyak 34 orang (89,5%), tidak ada siswa pada kategori cukup aktif tidak ada, kurang aktif tidak ada, dan pada kategori sangat kurang aktif. adapun nilai rata-rata aktivitas belajar guling secara klasikal yaitu 7,9 Tabel 1.6 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling Senam pada Siklus II. (aktif). Tabel 1.5 Kategori Penggolongan Aktivitas Belajar Berguling Senam Lantai pada Siklus II N Kate o gori No Kriteria Kategori 1 X Sangat Akif Aktif Cukup Aktif 2 3 9 7 X<9 5 X<7 Jumlah Siswa Persentase 4 10,5 % 34 89,5% 0 0% Sang 1 at Baik 2 Baik 7 Ju ml ah 2 30 Per sen tas e 5,3 % 78, Jumla h Siswa Tunta s 32 Siswa Tunta s Keteran gan Siklus II Telah Menca pai 9% Cuk up Kura 4 ng Sang at 5 Kura ng 3 6 15, 8% - - - - 38 10 0 (84,2 %) 6 Siswa Tidak Tunta s (15,8 %) Gambar Ketunta san 75% dan Dikatak an dikatan berhasil 1.1 Diagram Rata-Rata Aktivitas Belajar berguling (kedepan dan kebelakang) senam lantai. Dari tabel disampaikan diatas bahwa dapat terjadinya peningkatan aktivitas belajar guling senam lantai dari observasi awal ke siklus I sebesar (26,3%), dari siklus I ke PEMBAHASAN Dari hasil penelitian pada siklus I siklus II sebesar (47.3%), dan dari dan siklus II dilakukan refleksi melalui observasi awal ke siklus II sebesar diskusi dengan siswa dan guru. Pada (73,6%). penelitian ini ditemukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar guling senam lantai siswa kelas VII. 10 SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014 pada setiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap dan akhirnya sesuai dengan tujuan pembelajaran Gambar dan mampu memenuhi KKM di sekolah. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada 02 Diagram Rata-Rata Ketuntasan Hasil Belajar berguling (kedepan dan kebelakang) senam lantai pada Siklus I dan Siklus II diagram 01 dan diagram 02. AKTIVITAS BELAJAR JUMLAH SISWA 35 30 20 disampaikan 38 orang 20 orang 100% 53,0%% 40 25 Dari 10 orang 26,3%% diatas bahwa dapat terjadinya peningkatan hasil belajar guling senam lantai sebesar 55,2% dari observasi Siklus II Siklus I 15 tabel awal ke siklus I. Kemudian meningkat Observasi Awal 10 sebesar 28,9% dari siklus I ke siklus II. 5 0 Observasi Awal Siklus I Dan meningkat sebesar 68,4% dari Siklus II TAHAPAN observasi awal ke siklus II. 8 Berdasarkan data penelitian di atas maka dapat implementasi kooperatif yakini model tipe meningkatkan Serta dari penelitian terdahulu bahwa menunjukkan pembelajaran TPS aktivitas dan bahwa program pembelajaran yang dirancang dengan dapat menggunakan hasil kooperatif model pembelajaran tipe TPS lebih efektif belajar guling senam lantai pada siswa dibandingkan dengan kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi lainnya, karena model pembelajaran tahun pelajaran 2013/2014. kooperatif tipe TPS memiliki sejumlah Hal ini didukung dari tujuan potensi yang metode yang dapat meningkatkan penjasorkes yaitu proses pendidikan aktivitas dan hasil belajar siswa, ini yang terbukti dari beberapa penelitian yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dilakukan oleh dalam kualitas individu, baik dalam hal Hidayat fisik, mental serta emosional (Husdarta, Penerapan Metode Kooperatif TPS 2009:3). Selain itu kelebihan-kelebihan (Think-Pair-Share) untuk model pembelajaran kooperatif yaitu: meningkatkan senam (a) Di dalam kelas, siswa memiliki lantai guling depan pada siswa kelas V kebebasan dan SDLB B di SLB Pembina Tingkat menggunakan pendapatnya. (b) Rasa Nasional Lawang Kecamatan Lawang percaya diri siswa akan menjadi lebih Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini tinggi. menyatakan untuk berinteraksi (c) Perilaku mengganggu (2012) terhadap siswa lain akan menjadi lebih pembelajaran kecil. mampu (d) Motivasi belajar siswa (1) Frans Yohanes yang keterampilan bahwa melalui kooperatif meningkatkan siswa dari siklus ke siklus. budi, kepekaan, toleransi antara siswa SIMPULAN (f) Siswa dapat menelaah tipe model TPS keterampilan bertambah. (e) Meningkatkan kebaikan dengan siswa dan siswa dengan guru. berjudul Berdasarkan hasil analisis data mata dan pembahasan, disimpulkan bahwa : pelajaran dan dapat mengaktualisasi 1. Aktivitas belajar teknik dasar diri serta kerjasama interaksi baik siswa berguling senam lantai (berguling ke dan depan dan berguling ke belakang) guru akan membuat suasana pembelajaran tidak membosankan meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada 9 siswa kelas VII D SMP Negeri 1 55,2% dari observasi awal ke siklus I. Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014. Yaitu dari 6 orang siswa (15,7%) yang Hal data tuntas pada observasi awal menjadi 27 peningkatan yang terjadi pada aktivitas siswa (71,0%) yang tuntas pada siklus belajar berguling senam lantai yang I. Kemudian meningkat sebesar 28,9% mengalami peningkatan sebesar 16,3% dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 27 dari observasi awal ke siklus I. Yaitu siswa (71,0%) siswa yang tuntas pada dari 10 orang siswa (16,3%) yang siklus I menjadi 32 siswa (84,2%) yang sudah tuntas pada siklus II. Selanjutnya ini dapat aktif dilihat pada dari observasi awal menjadi 20 orang siswa (53,0%) yang meningkat sebesar sudah aktif pada siklus I. Kemudian observasi awal ke siklus II, yaitu dari 6 meningkat sebesar 47,3 % dari siklus I siswa ke siklus II, yaitu dari 20 orang siswa observasi awal menjadi 32 siswa (53,0%) yang sudah aktif pada siklus I, (84,2%) yang tuntas pada siklus II. (15,7%) yang 68,4% tuntas dari pada menjadi 38 orang siswa (100%) yang sudah aktif pada siklus II. Peningkatan DAFTAR RUJUKAN aktivitas belajar siswa sebesar 73,6% Frans dari observasi awal ke siklus II. Yaitu dari 10 siswa (26,3%) yang sudah aktif pada observasi awal menjadi 38 siswa (100%) yang aktif pada siklus II. 2. Hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai (berguling ke Yohanes Hidayat. 2012. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Senam Lantai Guling depan Pada Siswa Kelas V SDLB B di SLB Pembina Tingkat Nasional Lawang Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Kanca, I Nyoman 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha depan dan berguling ke belakang) meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Bandung: Rajagrafindo Persada. siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat dari data Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang mempengaruhinya, jakarta: Rineka Cipta. peningkatan yang terjadi yaitu hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai mengalami peningkatan sebesar 10 Syarifuddin, Aip. 1997. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1 SLTP Kelas 2. Jakarta: PT. Grasindo. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 11