0 IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TPS

advertisement
IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TPS MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI
Oleh
I Gusti Ayu Putu Raka Ekawati
NIM 0916011190
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
0
IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TPS MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI
I Gusti Ayu Putu Raka Ekawati
PENJASKEREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah
Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559
e-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
TPS. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanaan dalam dua
siklus, setiap siklus terdiri dari tahap rencanaan tindakan, pelaksaan tindakan,
observasi dan evaluasi serta refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D
SMP Negeri 1 Mengwi, berjumlah 38 orang dengan rincian 17 siswa putra dan 21
siswa putri. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil
analisis data pada siklus I aktivitas belajar berguling senam lantai secara klasikal
sebesar 6,7 (cukup aktif), dan meningkat menjadi 7,9 (aktif) pada siklus II.
Sedangkan persentase hasil belajar berguling senam lantai secara klasikal pada
siklus I sebesar 74,1% (kurang), dan meningkat menjadi 78% (baik) pada siklus
II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
aktivitas dan hasil belajar berguling senam lantai pada siswa kelas VII D SMP
Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014 meningkatkan melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dengan demikian
disarankan kepada guru penjasorkes agar menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Abstract: This study aimed to improve the learning activity and learning
outcomes of rolling gymnastics floor through the implementation of cooperative
learning model TPS. This research is a classroom action research was conducted
in two cycles, each cycle consisting of the action planning stage, the
implementation of the action, observation and evaluation, and reflection. The
subjects were students of class VII of SMP Negeri 1Mengwi, totaling 38 people,
17 male and 21 female. Data were analyzed using descriptive statistical analysis.
Results of data analysis in the first cycle and learning activities in the classical
rolling floor exercises at 6.7 (quite active), and increased to 7.9 (active) in the
second cycle. While the percentage of learning outcomes in the classical rolling
floor exercises in the first cycle was 74.1% (less), and increased to 78% (good) in
the second cycle. it can be concluded that the activity and learning outcomes
rolled on the floor gymnastics class VII D of SMP Negeri 1 Mengwi year
2013/2014 increased by implementing cooperative learning model TPS. It is
suggested to Penjasorkes teachers to implement cooperative learning model TPS
because it is proven to increase the activity and student learning outcomes.
Kata-kata kunci: Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS, aktivitas belajar, dan
hasil belajar berguling senam lantai.
1
atau
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
suatu
berpikir
berpasangan
berbagi
(Trianto, 2009:81) merupakan jenis
faktor yang sangat menentukan dalam
pembelajaran
meningkatkan
dirancang untuk mempengaruhi pola
kualitas
kehidupan
bangsa. Menciptakan manusia yang
kooperatif
yang
interaksi siswa.
berkualitas merupakan suatu tantangan
Aktivitas siswa dalam proses
dan keharusan untuk bisa bersaing di
pembelajaran
era globalisasi ini.
indikator
”Belajar pada hakikatnya adalah
untuk
merupakan
adanya
belajar
keinginan
dalam
suatu
siswa
memperoleh
proses interaksi terhadap semua situasi
pengetahuan, pemahaman, bertingkah
yang ada di sekitar individu. Belajar
laku
dapat dipandang sebagai proses yang
mengembangkan
diarahkan kepada tujuan dan proses
bermakna. Dalam Penjasorkes yang
berbuat melalui berbagai pengalaman”
dimaksud
(Rusman, 2010:1). “Belajar adalah
meliputi: audio, visual, metrik, lisan,
suatu proses usaha yang dilakukan
mental, dan emosional. Hasil belajar
seseorang untuk memperoleh suatu
adalah
perubahan tingkah laku yang baru
kompetensi dasar baik kognitif, afektif,
secara
hasil
maupun psikomotor yang diperoleh
pengalamannya sendiri dalam interaksi
siswa dari kegiatan pembelajaran yang
keseluruhan
sebagai
lingkungannya”
dengan
(Slameto,
baik
serta
dapat
keterampilan
dengan
aktivitas
ketercapaiannya
yang
belajar
setiap
mengakibatkan perubahan tingkah laku
2003:2).
Pembelajaran
yang
yang disebabkan oleh pengalaman.
kooperatif
Berdasarkan
observasi
awal
merupakan suatu kelompok strategi
yang peneliti lakukan pada siswa kelas
pengajaran yang
melibatkan siswa
VII D SMP Negeri 1 Mengwi Hari
bekerja secara berkolaborasi untuk
Selasa 23 Juli 2013 di Lapangan Umum
mencapai tujuan bersama Salah satu
Mengwi pukul 07.30 Wita dalam
tipe model pembelajaran kooperatif
pembelajaran penjasorkes khususnya
adalah tipe Think-Pair-Share (TPS).
materi teknik dasar berguling senam
Menurut Egen dan Kauchak (dalam
lantai masih mengalami masalah yang
Trianto, 2007:42) Model pembelajaran
cukup serius
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
maupun hasil belajar siswa. Data yang
2
baik kualitas, kuantitas
penulis poroleh mengenai aktivitas
Dengan menganalisa data hasil belajar
belajar
berguling senam lantai, terlihat hasil
berguling senam lantai yaitu
secara klasikal dari jumlah siswa 38
belajar
orang, sangat aktif tidak ada, aktif
permasalahan yaitu masih berada pada
sebanyak 10 orang (26,3%), cukup aktif
kategori
sebanyak 18 orang (47,4%), kurang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
aktif sebanyak 10 orang (26,3%), dan
(KKM) sekolah. Sementara itu hasil
sangat kurang aktif tidak ada. Dengan
belajar siswa dikatakan tuntas jika
rata-rata prosentase aktivitas belajar
minimal
secara
angka
Ketuntasan Minimal yaitu sebesar 75%.
tersebut berada pada kategori cukup
Berdasarkan hasil refleksi awal
aktif
klasikal
dilihat
adalah
5,7
dari
pedoman
siswa
yang
masih
kurang
mengalami
baik,
berada
dan
pada
dilakukan
belum
Kriteria
oleh
peneliti,
penggolongan aktivitas belajar teknik
permasalahan umum yang dialami pada
dasar berguling senam lantai. Yang
saat proses pembelajaran teknik dasar
mana siswa dikatakan berhasil jika
berguling senam lantai dimana metode
berada pada kategori aktif yaitu antara
pembelajaran yang diterapkan masing
7 ≤ X < 9. Sedangkan untuk hasil
kurang efektif sesuai dengan karakter
belajar, berdasarkan observasi awal
siswa. Hal tersebut berdampak pada
yang dilakukan di kelas VII D SMP
pembelajaran yang menjadikan siswa
Negeri 1 Mengwi didapatkan hasil
pasif
belajar siswa masih tergolong rendah
pasifnya siswa dalam pembelajaran
dan
kriteria
menjadikan siswa kurang memiliki
ketuntasan minimal sekolah sebesar
kesempatan untuk belajar. Adapun
75%. Hal ini terbukti dari data hasil
permasalahan yang dialami oleh siswa
belajar yang didapat yaitu siswa yang
dalam pembelajaran tersebut, dilihat
tuntas sebesar 6 orang (15,7%) dan
dari aktivitas siswa yaitu: (1) masih ada
yang tidak tuntas 32 orang (84,3%),
beberapa
siswa yang berada pada kategori sangat
penjelasan
baik tidak ada, baik sebanyak 6 orang
pembelajaran, (2) aspek mendengarka
(15,7%), cukup sebanyak 27 orang
atau audio, siswa kurang mendengarkan
(71,1%), kurang sebanyak 5 orang
penjelasan
(13,2%), dan sangat kurang tidak ada.
berguling (ke depan dan ke belakang)
belum
memenuhi
3
dalam
proses
siswa
tidak
peneliti
peneliti
pembelajaran.
mengamati
dalam
tentang
proses
materi
senam lantai, (3) masih ada siswa yang
depan
kurang
dengan
aktif
dalam
melakukan
menyusur
cara
pada
punggung
membulatkan
percobaan gerakan berguling senam
(Syarifuddin,
lantai, (4) siswa kurang aktif dalam
belakang merupakan kebalikan dari
memecahkan
dalam
gerakan berguling ke depan. Guling ke
pembelajaran sehingga siswa dapat
belakang adalah gerakan guling ke
memahami
diberikan,
belakang yang mulai dari pinggul
(5) siswa kurang bersemangat dalam
menyusur ke punggung dan berakhir
proses pembelajaran.
pada pundak (Syarifuddin, 1997:31).
masalah
materi
yang
Sedangkan, permasalahan yang di
Dengan
1997:30).
badan
demikian
Guling
ke
dibutuhkan
identifikasi sebagai faktor penyebab
sebuah solusi untuk mengatasi masalah
rendahnya hasil belajar penjasorkes di
tersebut. Salah satu solusi agar aktivitas
SMP Negeri 1 Mengwi antara lain:
dan hasil belajar dapat meningkat, yaitu
(1) siswa pada materi teknik dasar
dengan mengimplementasikan model
berguling (ke depan dan ke belakang)
pembelajaran kooperatif. Salah satu
senam lantai, siswa masih belum
model pembelajaran kooperatif yang
mememahami teori dari materi tesebut
dimaksudkan yaitu model kooperatif
secara mendalam, (2) siswa pada materi
tipe TPS.
teknik dasar berguling (ke depan dan ke
belakang) senam lantai, kemampuan
METODE PENELITIAN
siswa pada aspek ini sudah cukup baik,
Jenis penelitian yang digunakan
(3) siswa pada materi teknik dasar
adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
berguling (ke depan dan ke belakang)
Bentuk penelitian guru sebagai peneliti
senam lantai, masih banyak siswa yang
dengan rancangan penelitian terdiri dari
keliru dalam melakukan gerakan.
empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan
Senam
merupakan
kata
dari
“gymnastiek”
berasal
dari
terjemahan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
“gymnastic”
(Inggris),
observasi/evaluasi, dan (4) refleksi
(Belanda).
Gymnastic
Nyoman
2010:133).
Penelitian ini melibatkan kerja sama
berarti
kolaboratif antara guru penjasorkes
telanjang. Guling ke depan adalah
kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi
gerakan menggelundungkan badan ke
dengan teman sejawat, dosen ahli,
(Yunani)
gymnes
I
atau
gymnazein
kata
(Kanca,
yang
4
dengan melibatkan seluruh siswa kelas
belajar yang masih rendah. Hal ini
VII D SMP Negeri 1 Mengwii Tahun
terlihat secara klasikal siswa masih
Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 38
belum bisa memenuhi KKM di sekolah
orang (17 orang siswa putra dan 21
yang sebesar 75.
orang siswa putri).
Data observasi awal aktivitas
Teknik pengumpulan data yang
belajar teknik dasar berguling senam
digunakan dalam penelitian ini terdiri
lantai pada siswa kelas VII D SMP
dari pengumpulan data aktivitas dan
Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran
hasil belajar. Data aktivitas belajar
2013/2014, siswa yang berada dalam
dikumpulkan pada setiap pertemuan
kategori sangat aktif tidak ada, aktif
pada setiap siklus yang dilakukan oleh
sebanyak 10 orang (26,3%), cukup aktif
2 orang observer. Sedangkan data hasil
sebanyak 18 orang (47,4%), kurang
belajar dikumpulkan pada pertemuan
aktif sebanyak 10 orang (26,3%) dan
kedua setiap siklus yang dilakukan oleh
tidak ada siswa yang berada dalam
3 orang evaluator.
kategori sangat kurang aktif.
Dalam
penelitian
ini,
Tabel 1.1 Data Observasi Awal
Aktivitas Belajar Teknik Dasar
Berguling Senam Lantai
teknik
analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik deskriptif. Statistik
deskriptif
dapat
digunakan
mengolah
karakteristik
data
untuk
yang
No Kriteria
berkaitan dengan menjumlah, merata-
X
1
rata, mencari titik tengah, mencari
menarik, mudah dibaca dan diikuti alur
berpikirnya.
Kategori
-
-
Sangat Aktif
X <9
X <7
4 3 X <5
X <3
5
10
26.3
Aktif
18
47.4
Cukup Aktif
10
26.3
-
-
Kurang Aktif
Sangat Kurang
Aktif
Total
38
100%
2 7
3 5
persentase, dan menyajikan data yang
Jumlah Persentase
Siswa
(%)
9
Data observasi awal hasil belajar
teknik dasar berguling senam lantai
HASIL PENELITIAN
Pada
observasi
awal
pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1
yang
Mengwi yaitu, siswa yang tuntas
dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 1
sebesar 6 orang (15,7%) dan yang tidak
Mengwi tahun pelajaran 2013/2014
tuntas 32 orang (84,3%), siswa yang
ditemukan data aktivitas dan hasil
berada pada kategori sangat baik tidak
5
1
Sangat
Akif
2
7 X < 9 Aktif
3
5 X < 7 Cukup
Aktif
4
3 X < 5 Kurang
Aktif
Sangat
5
Kurang
X<3
Aktif
Jumlah
38
ada, baik sebanyak 6 orang (15,7%),
cukup sebanyak 27 orang (71,1%),
kurang sebanyak 5 orang (13,2%), dan
sangat kurang tidak ada.
Tabel 1.2 Data Observasi Awal Hasil
Belajar
Teknik
Dasar
Berguling Senam Lantai
5 0 –54
Total
5
38
13,2
100
Kurang
Sangat
Kurang
9
Pada
Jumla
Persentas Keteranga Ketuntasa
h
e (%)
n
n
Siswa
185– 100
Sangat
Baik
Tuntas
2 75–84 6
Baik
15,7
3 65–74 27
Cukup
71,1
N Kriteri
o
a
4 55–64
X
data
-
-
20
53,0%
14
36,0%
4
11,0%
-
-
100
hasil
belajar
didapatkan bahwa siswa yang tuntas
terdiri dari 27 orang (71,0%) dan yang
tidak tuntas 11 orang (29,0%), siswa
yang berada pada kategori sangat baik
Tidak
Tuntas
tidak ada, kategori baik sebanyak 27
orang (71.0%), cukup baik sebanyak 8
orang (21,0%), siswa yang berada pada
katagori kurang baik 3 (8,0%) dan tidak
Hasil penelitian siklus I pada
ada siswa yang mendapat nilai sangat
aktivitas belajar yaitu: pada kategori
kurang. Ketuntasan siswa keseluruhan
sangat aktif tidak ada, pada kategori
mencapai 71,0%.
aktif sebanyak 20 orang (53,0%), pada
kategori cukup aktif 14 orang (36,0%),
pada kategori kurang aktif 4 (11,0%),
dan pada kategori sangat kurang aktif
Tabel 1.4 Presentase Ketuntasan Hasil
Belajar Berguling Senam
Lantai pada Siklus I.
tidak ada. Rata-rata aktivitas belajar
pada siklus 1 yaitu 6,7 yang berada
pada kategori cukup aktif.
Tabel
No
1.3 Kategori Penggolongan
Aktivitas Belajar Berguling
Senam Lantai Siklus I
Kriteria
Kategor Jumlah
Persentase
i
Siswa
6
N
o
Katego
ri
Ju
ml
ah
Pers
enta
se
1
Sangat
Baik
-
-
2
Baik
27
71,0
%
Jumla
h
Siswa
27
Siswa
Tunta
s
Pre
dik
at
Kur
ang
(Ti
dak
Keter
anga
n
Siklu
s
I
belu
m
(71,0
%)
3
Cukup
8
4
Kurang
3
5
Sangat
Kurang
Jumlah
21,0
%
8,0
%
-
-
38
100
Tun
tas)
11
Siswa
Tidak
Tunta
s
(29,0
%)
menc
apai
ketun
tasan
4
3 X <5
5
X<3
75
%
Juml
ah
Lanju
t ke
Siklu
s II
Kurang
Aktif
Sangat
Kurang
Aktif
0
0%
0
0%
38
Pada
data
100%
hasil
belajar
didapatkan bahwa siswa yang tuntas
terdiri dari 32 orang (84,2%) dan yang
Pada siklus II dilakukan tindakan
tidak tuntas 6 orang (15,8%), siswa
yang sesuai hasil refleksi dari tindakan
yang berada pada kategori sangat baik 2
siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi
(5,3%),
peningkatan pada aktivitas dan hasil
baik
sebanyak
30
orang
(78,9%), cukup baik sebanyak 6 orang
belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai
(15,8%), tidak ada siswa yang berada
data aktivitas dan hasil belajar pada
pada katagori kurang baik dan tidak ada
siklus II.
siswa yang mendapat nilai sangat
Pada data aktivitas belajar siswa
kurang. Ketuntasan siswa keseluruhan
dapat disampaikan pada kategori sangat
mencapai 84,2%.
aktif sebanyak 4 orang (10,5%), pada
kategori aktif sebanyak 34 orang
(89,5%), tidak ada siswa pada kategori
cukup aktif tidak ada, kurang aktif tidak
ada, dan pada kategori sangat kurang
aktif. adapun nilai rata-rata aktivitas
belajar guling secara klasikal yaitu 7,9
Tabel 1.6 Presentase Ketuntasan Hasil
Belajar Berguling Senam
pada Siklus II.
(aktif).
Tabel 1.5
Kategori Penggolongan
Aktivitas Belajar Berguling
Senam Lantai pada Siklus II
N Kate
o gori
No
Kriteria
Kategori
1
X
Sangat
Akif
Aktif
Cukup
Aktif
2
3
9
7 X<9
5 X<7
Jumlah
Siswa
Persentase
4
10,5 %
34
89,5%
0
0%
Sang
1 at
Baik
2 Baik
7
Ju
ml
ah
2
30
Per
sen
tas
e
5,3
%
78,
Jumla
h
Siswa
Tunta
s
32
Siswa
Tunta
s
Keteran
gan
Siklus
II Telah
Menca
pai
9%
Cuk
up
Kura
4
ng
Sang
at
5
Kura
ng
3
6
15,
8%
-
-
-
-
38
10
0
(84,2
%)
6
Siswa
Tidak
Tunta
s
(15,8
%)
Gambar
Ketunta
san
75%
dan
Dikatak
an
dikatan
berhasil
1.1 Diagram Rata-Rata
Aktivitas Belajar berguling
(kedepan dan kebelakang)
senam lantai.
Dari
tabel
disampaikan
diatas
bahwa
dapat
terjadinya
peningkatan aktivitas belajar guling
senam lantai dari observasi awal ke
siklus I sebesar (26,3%), dari siklus I ke
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian pada siklus I
siklus II sebesar (47.3%), dan dari
dan siklus II dilakukan refleksi melalui
observasi awal ke siklus II sebesar
diskusi dengan siswa dan guru. Pada
(73,6%).
penelitian
ini
ditemukan
adanya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar
guling senam lantai siswa kelas VII. 10
SMP
Negeri
2
Singaraja
tahun
pelajaran 2013/2014 pada setiap siklus.
Peningkatan
tersebut
terjadi
secara bertahap dan akhirnya sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran
Gambar
dan
mampu memenuhi KKM di sekolah.
Peningkatan tersebut dapat terlihat pada
02
Diagram Rata-Rata
Ketuntasan Hasil Belajar
berguling (kedepan dan
kebelakang) senam lantai
pada Siklus I dan Siklus II
diagram 01 dan diagram 02.
AKTIVITAS BELAJAR
JUMLAH SISWA
35
30
20
disampaikan
38 orang
20 orang 100%
53,0%%
40
25
Dari
10 orang
26,3%%
diatas
bahwa
dapat
terjadinya
peningkatan hasil belajar guling senam
lantai sebesar 55,2% dari observasi
Siklus II
Siklus I
15
tabel
awal ke siklus I. Kemudian meningkat
Observasi Awal
10
sebesar 28,9% dari siklus I ke siklus II.
5
0
Observasi Awal
Siklus I
Dan meningkat sebesar 68,4% dari
Siklus II
TAHAPAN
observasi awal ke siklus II.
8
Berdasarkan data penelitian di
atas
maka
dapat
implementasi
kooperatif
yakini
model
tipe
meningkatkan
Serta dari penelitian terdahulu
bahwa
menunjukkan
pembelajaran
TPS
aktivitas
dan
bahwa
program
pembelajaran yang dirancang dengan
dapat
menggunakan
hasil
kooperatif
model pembelajaran
tipe
TPS
lebih
efektif
belajar guling senam lantai pada siswa
dibandingkan dengan
kelas VII D SMP Negeri 1 Mengwi
lainnya, karena model pembelajaran
tahun pelajaran 2013/2014.
kooperatif tipe TPS memiliki sejumlah
Hal ini didukung dari tujuan
potensi
yang
metode yang
dapat
meningkatkan
penjasorkes yaitu proses pendidikan
aktivitas dan hasil belajar siswa, ini
yang
terbukti dari beberapa penelitian yang
memanfaatkan
aktivitas
fisik
untuk menghasilkan perubahan holistik
dilakukan oleh
dalam kualitas individu, baik dalam hal
Hidayat
fisik, mental serta emosional (Husdarta,
Penerapan Metode Kooperatif TPS
2009:3). Selain itu kelebihan-kelebihan
(Think-Pair-Share)
untuk
model pembelajaran kooperatif yaitu:
meningkatkan
senam
(a) Di dalam kelas, siswa memiliki
lantai guling depan pada siswa kelas V
kebebasan
dan
SDLB B di SLB Pembina Tingkat
menggunakan pendapatnya. (b) Rasa
Nasional Lawang Kecamatan Lawang
percaya diri siswa akan menjadi lebih
Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini
tinggi.
menyatakan
untuk
berinteraksi
(c) Perilaku mengganggu
(2012)
terhadap siswa lain akan menjadi lebih
pembelajaran
kecil.
mampu
(d) Motivasi belajar siswa
(1) Frans Yohanes
yang
keterampilan
bahwa
melalui
kooperatif
meningkatkan
siswa dari siklus ke siklus.
budi, kepekaan, toleransi antara siswa
SIMPULAN
(f)
Siswa
dapat
menelaah
tipe
model
TPS
keterampilan
bertambah. (e) Meningkatkan kebaikan
dengan siswa dan siswa dengan guru.
berjudul
Berdasarkan hasil analisis data
mata
dan pembahasan, disimpulkan bahwa :
pelajaran dan dapat mengaktualisasi
1.
Aktivitas
belajar
teknik
dasar
diri serta kerjasama interaksi baik siswa
berguling senam lantai (berguling ke
dan
depan dan berguling ke belakang)
guru
akan
membuat
suasana
pembelajaran tidak membosankan
meningkat melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada
9
siswa kelas VII D SMP Negeri 1
55,2% dari observasi awal ke siklus I.
Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014.
Yaitu dari 6 orang siswa (15,7%) yang
Hal
data
tuntas pada observasi awal menjadi 27
peningkatan yang terjadi pada aktivitas
siswa (71,0%) yang tuntas pada siklus
belajar berguling senam lantai yang
I. Kemudian meningkat sebesar 28,9%
mengalami peningkatan sebesar 16,3%
dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 27
dari observasi awal ke siklus I. Yaitu
siswa (71,0%) siswa yang tuntas pada
dari 10 orang siswa (16,3%) yang
siklus I menjadi 32 siswa (84,2%) yang
sudah
tuntas pada siklus II. Selanjutnya
ini
dapat
aktif
dilihat
pada
dari
observasi
awal
menjadi 20 orang siswa (53,0%) yang
meningkat
sebesar
sudah aktif pada siklus I. Kemudian
observasi awal ke siklus II, yaitu dari 6
meningkat sebesar 47,3 % dari siklus I
siswa
ke siklus II, yaitu dari 20 orang siswa
observasi awal menjadi 32 siswa
(53,0%) yang sudah aktif pada siklus I,
(84,2%) yang tuntas pada siklus II.
(15,7%)
yang
68,4%
tuntas
dari
pada
menjadi 38 orang siswa (100%) yang
sudah aktif pada siklus II. Peningkatan
DAFTAR RUJUKAN
aktivitas belajar siswa sebesar 73,6%
Frans
dari observasi awal ke siklus II. Yaitu
dari 10 siswa (26,3%) yang sudah aktif
pada observasi awal menjadi 38 siswa
(100%) yang aktif pada siklus II.
2.
Hasil
belajar
teknik
dasar
berguling senam lantai (berguling ke
Yohanes
Hidayat.
2012.
Penerapan Model Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Untuk
Meningkatkan
Ketrampilan Senam Lantai
Guling depan Pada Siswa Kelas
V SDLB B di SLB Pembina
Tingkat
Nasional
Lawang
Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang.
Kanca, I Nyoman 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Singaraja :
Universitas Pendidikan Ganesha
depan dan berguling ke belakang)
meningkat melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada
Rusman.
2010.
Model-Model
Pembelajaran
(Mengembangkan
Profesionalisme
Guru).
Bandung: Rajagrafindo Persada.
siswa kelas VII D SMP Negeri 1
Mengwi Tahun Pelajaran 2013/2014.
Hal tersebut dapat dilihat dari data
Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang mempengaruhinya,
jakarta: Rineka Cipta.
peningkatan yang terjadi yaitu hasil
belajar teknik dasar berguling senam
lantai mengalami peningkatan sebesar
10
Syarifuddin, Aip. 1997. Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan 1 SLTP
Kelas 2. Jakarta: PT. Grasindo.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran
Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
11
Download