Anatomi alat pencernaan ikan buntal pisang

advertisement
HASlL DAN PEMBAHASAN
Kajian Biometrik
Sampel ikan buntal pisang yang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan
sebagian besar berjenis kelarnin jantan. lkan betina hanya berjumlah 8 ekor
(kurang dari 1%). Sehingga yang dapat digunakan untuk kajian biometrik hanya
yang berjenis kelarnin jantan berjumlah 50 ekor. lkan buntal pisang berjumlah 34
ekor digunakan untuk pengukuran berat lambungnya. Pengukuran ini tidak
menggunakan 50 ekor, karena 16 ekor ikan tersebut keadaan lambungnya tidak
baik untuk dilakukan pengukuran. Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran
biometrik pada ikan buntal pisang dan Tabel 3 menunjukkan persamaan
regresinya.
Tabel 2 Pengukuran biornetrik ikan buntal pisang
No. Parameter pengukuran
Paniana tubuh ikan (n= 50)
~ e ib
;tuht
(n = 50)'
Berat larnbung (n = 34)
Rasio berat lambunglberat
Badan ikan (n = 34)
Panjang usus (n = 50)
Rasio panianq usudpaniang
total tubuh (n= 50)
Intestinal Somatic Index (n = 50)
Hepato Somatic Index (n = 50)
Hasil pengukuran
11.1 cm-20.1 cm
~ 3 : 4 1~4 1
- .5~
0.75 g 4,14 g
0,02 - 0,25
-
Rata-rata hasil
pengukuran
13.2 cm
5i.2 g
1,60 g
0,04
7.0 crn - 18,2 cm
0.55 - 1
10.44 cm
0.79
0,98 % - 3,71 %
0,78 % - 7,59 %
2,26 %
3.25 %
lkan buntal pisang memiliki panjang usus berkisar antara 0.7 cm sampai
18.2 cm, sedangkan panjang tubuh ikan berkisai-.10,7 cm sampai 20,l cm.
Panjang usus ikan adalah 0,7- 0,9 kali panjang tubuhnya. Berarti ikan buntal
pisang adalah ikan karnivora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith (2004).
bahwa ikan kamivora memiliki panjang ususnya yaitu 0,2 sampai 2,5 kali panjang
tubuh ikan. Menumt hasil penelitiannya Noviyanti (2004) rnenyatakan bahwa ikan
buntal pisang yang bejenis kelamin jantan hanya mengkonsumsi hewan yaitu
udang, ikan, cumi-cumi, kerang dan gastropoda.
Panjang total tubuh ikan buntal pisang dengan rasio berat lambunglberat
badan mempunyai korelasi positif. Gambar 9 menunjukkan grafik korelasi
panjang total tubuh dengan rasio berat lambunglberat badan.
Hal ini berarti
bahwa peningkatan panjang total tubuh akan berpengaruh terhadap rasio berat
Tabel 3 Persarnaan regresi alat pencemaan ikan buntal pisang
No. Parameter pengukuran
Persamaan regresi
S
1.
Panjang total tubuh dan Y = 0,00288 X - 0,00912 0,0022
rasio berat larnbungl
berat badan
2.
Panjang total tubuh dan Y = 1.02 X - 2,89
1.5523
panjang usus
3.
Panjang total tubuh dan Y = 0,0491 X + 0.143
0,0353
rasio panjang usus1
panjang total tubuh
4.
Panjang total tubuh dan Y = 0,270 X - 1,34
0,2912
Intestinal Somatic Index
(IS!)
5.
Panjang total tubuh dan Y = 0,370 X - 1,75
0.5055
He~atoSomatic index
(HSI)
Keterangan : S = standar deviasi, R = keragaman data
R
0.899
Korelasi
0.68f
0,825
0.906
0,952
0,81
0,900
0,726
0,852
0,948
Garnbar 9 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan rasio berat lambungl
berat badan ikan buntal pisang.
larnbunglberat badan. Steffens (1989) juga rnenyatakan
bahwa kapasitas
larnbung diukur dari volume lambung dan berat lambung. Jika rasio berat
lambungberat badan meningkat, rnaka kapasitas lambung ikan buntal pisang
juga akan rneningkat. Berarti ikan dalarn penelitian ini rnengalarni peningkatan
dalarn rnengkonsurnsi makanannya sesuai dengan berat badannya.
Panjang total tubuh ikan dengan panjang ususnya dan rasio panjang
usudpanjang total tubuh rnernpunyai korelasi positif. Garnbar 10 rnenunjukkan
kia
g
tr
korelasi panjang total tubuh dengan panjang usus dan Garnbar 11
rnenunjukkan gratik korelasi panjang total tubuh dengan rasio panjang usud
-1
16.
3 "-
4k
12lo-
Gambar 10 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan panjang usus ikan
buntal pisang.
Gambar 11 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan rasio panjang
ususlpanjang total tubuh ikanbuntal pisang.
panjang total tubuh ikan. Hal ini berarti bahwa peningkatan panjang total tubuh
ikan buntal pisang mempengaruhi panjang usus dan rasio panjang ususJpanjang
total tubuhnya. Steffens (1989) menyatakan bahwa pertambahan panjang usus
pada ikan dan rasio panjang usus ikanlpanjang total tubuh ikan sejalan dengan
meningkatnya panjang total tubuh ikan. Hal ini juga sesuai
dengan hasil
penelitian Kramer et a/. (1995) yang menyatakan bahwa peningkatan pada
panjang usus ikan sejalan dengan meningkatnya panjang tubuh ikan, baik l u
pada ikan herbivora, ikan kamivora rnaupun ikan amnivora. Panjang usus ikan
buntal pisang juga dipengaruhi oleh faktor makanan yang dikonsumsi ikan.
Misalnya, ikan kamivora diberi makanan tumbuhan tidak akan mempengaNhi
panjang tubuh dan panjang ususnya. Di saluran pencemaan ikan kamivora tidak
rnerniliki enzirn selulosa untuk rnencema turnbuhan, sehingga ikan tersebut dapat
kekurangan zat nutrisi untuk kebutuhan perturnbuhannya. Hal yang berbeda
terjadi pada ikan ornnivora yaitu bila ikan tersebut diberi rnakanan turnbuhan
lebih banyak akan rnengalarni pertambahan panjang pada ususnya. Hal ini
tejadi karena usus ikan ini rnerniliki enzirn selulosa yang dapat rnencema
turnbuhan. Sehingga ususnya akan beradaptasi untuk rnenarnbah luas area
pencemaannya dengan cara rnenjadi bertambah panjang (Perez-Espana dan
Abiia-Cardenas 1996; Yandes 2003).
Garnbar 12 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan IS1 ikan buntal pisang.
-
Panjang total tubuh dengan IS1 (Intestinal Somatic Index) mernpunyai
korelasi positii. Garnbar 12 rnenunjukkan grafik kwelasi panjang total tubuh
dengan ISI. Peningkatan panjang total tubuh ikan mernpengaruhi nilai ISlnya,
apabila IS1 rneningkat artinya kondisi nutrisi ikan tersebut baik untuk kebutuhan
perturnbuhantubuhnya (Rios et al. 2004).
Panjang total tubuh dengan
HSI (Hepar Somatic Index) rnernpunyai
korelasi positii Garnbar 13 rnenunjukkan grafik korelasi panjang total tubuh
dengan HSI. Hal ini berarti bahwa peningkatan panjang total tubuh ikan ini
rnernpengaruhi terhadap nilai HSI ikan buntal pisang. Nilai HSI rnenunjukkan
kondisi pakan dan tingkat kematangan gonad ikan (Brusle and Anadon 1996).
.
Gambar 13 Grafik korelasi panjang total tubuh dengan HSI ikan buntal pisang
Bila HSlnya tinggi berarti ikan tersebut aktif melakukan aktivitas makan.
Juga pada ikan yang mengalami pematangan gonad. lkan akan melakukan
aktivitas makan lebih banyak, karena saat pematangan gonad ikan harus
mensuplai energi lebih banyak. Energi sebagian besar disuplai dari hati (Adam
dan Mclean 1985). Hasil pengukuran lambung, usus, hati dan gonad ikan buntal
pisang secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 7 Lampiran 2 .
Kajian Makroskopis Alat Pencernaan
Alat pencernaan ikan buntal pisang terdiri dari saluran pencernaan yang
memiliki bagian-bagian sebagai berikut : rongga mulut yang terletak di anterior
daerah faring. Sedangkan faring terletak di antara insang kanan dan kiri.
Esofagus merupakan saluran pendek. Lambung berbentuk seperti kantung
sederhana dan berwarna putih. Kemudian lambung dilanjutkan ke usus melalui
sfingter pilorik. Usus ikan buntal pisang terdiri dari usus depan, tengah, belakang.
Usus depan dan usus belakang mempunyai diameter yang lebih besar dari usus
tengah. Usus ikan mempunyai lipatan satu kali. Hati ikan buntal pisang berbentuk
hepatopankreas, yaitu pankreasnya berada di dalam jaringan hati. Hatinya
berwarna merah kekuningan dan terletak di sisi kanan rongga abdomen dan
meluas sampai ke bagian anterior rektum. lkan buntal pisang mempunyai
gelembung renang berbentuk lonjong memanjang berwarna putih menutupi
bagian ventral ginjal. Gonad jantan ikan buntal pisang berbentuk lonjong,
berwarna putih dan terletak di antara usus dan gelembung renang. Jantung ikan
terletak di ventro-anterior lambung (Gambar 14 dan 15). lnsang terletak di bagian
anterior sirip dada dan tidak memiliki apparatus operculum.
Gambar 14 Situasi alat pencernaan ikan buntal pisang.
1. rongga mulut, 2. faring, 3. esofagus, 4. lambung, 5. usus,
6. rektum, 7. anus, 8. hati, 9. gonad, 10. insang.
Gambar 15 Gambaran skematis situs viscerum alat pencernaan
ikan buntal pisang. Bar = Icm.
1. rongga mulut, 2. gigi incisivus. 3. faring. 4. esofagus, 5. lambung,
6. sfingter pilorik, 7. usus depan, 8. usus tengah, 9. usus belakang,
10. rektum, 11. anus, 12. hati, 13. gonad jantan, 14. ginjal,
15. gelembung renang.
Rongga Mulut
Rongga mulut ikan buntal pisang mempunyai gigi dan lidah. Gigi ikan
memiliki dua gigi incisivus di rahang atas dan dua gigi incisivus di rahang bawah.
Masing-masing gigi tersebut menyatu. Gigi atas menutupi gigi bawah sehingga
terlihat seperti paruh b ~ ~ kakak
n g tua (Gambar 16).
Gambar 16 Gambaran makroskopis bentuk gigi ikan buntal pisang.
Bar = 0,5 cm.
1. Gigi lncisivus di rahang atas yang menyatu
2. Gigi lncisivus di rahang bawah yang menyatu
Gigi ini berfungsi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil yang
kemudian di telan ke dalam mulut. Lidah ikan terdapat di dasar mulut dan bersifat
statis yang tidak dapat digerakkan secara bebas.
Faring dan lnsang
Faring ikan ini terletak di antara insang kiri dan insang kanan. Faring
berlanjut menuju esofagus. lkan ini memiliki tapis insang yang tidak berfungsi
sebagai alat penyaring makanan, karena tapis insangnya pendek, kaku dan tidak
rapat berbeda dengan ikan yang memakan plankton menggunakan tapis insang
sebagai penyaring makanannya (Affandi et a/. 2004). Faring ikan buntal pisang
tidak mempunyai gigi-gigi faring. lnsang ikan ini tidak mempunyai apparatus
operculum dan memiliki celah insang tunggal.
Esofagus dan Gelernbung Renang
Esofagus ikan buntal pisang merupakan saluran pendek lanjutan dari
faring dan berhubungan dengan pars kardia lambung. Tidak ditemukan
hubungan antara esofagus dengan gelembung renaps (Garnbar !7).
Jadi
gelembung renang ini tidak memiliki ductus pneumaticus (Gambar 15).
Gelembung renang pada ikan ini memiliki bagian anterior dan posteriornya yang
ukurannya sama besar. Karena tidak mernpunyai ductus pneumaticus, maka ikan
buntal pisang terrnasuk dalam golongan ikan physoclysti (Lagler et a/. 1977).
Esofagus adalah tempat membawa makanan dari mulut menuju bagian lambung.
Ukuran esofagus yang pendek merupakan ciri khas ukuran esofagus spesies
ikan Teleostei pada umumnya (Smith 2004). Panjangnya esofagus berkaitan
erat dengan bentuk iubuh ikan. Ikaa yang bentuk tubuhnya seperti ular
(Anguiliform) memiliki ukuran esofagus relatif lebih panjang (Affandi et a/. 2004)
dibandingkan dengan ikan buntal pisang yang memiliki bentuk tubuh mernbulat.
Lambung
Lambung ikan buntal pisang terdiri dari pars kardia, pars fundus dan pars
pilorus. Lambung ini berbentuk seperti kantung sederhana yang besar,
mempunyai dua divertikula yang masing-masing terletak di daerah pars kardia
dan pars pilorus (Garnbar 18). Pars kardia berhubungsn dengan bagian distal
esofagus dan pars pilorus berhubungan dengan proksimal usus depan. Pars
kardia dan pars pilorus lebih pendek dari pars fundus.
Gambar 17 Penampang memanjang kepala dan lambung ikan buntal pisang.
1. lidah, 2. faring, 3. esofagus, 4. pars kardia,
5. daerah perlekatan pars fundus dengan dinding abdominal,
6. pars pilorus.
Struktur dan bentuk lambung seperti ikan buntal ini berbeda dengan
lambung ikan Clarias lazera Cuvier & Valenciennas (El-Shamma ef a/. 1995) dan
lambung
ikan Oreochrornis niloticus (Caceci ef a/. 1997) yaitu lambungnya
berbentuk seperti huruf Y dan pars fundusnya adalah daerah yang mengalami
divertikulum. Pars fundus buntal pisang di lapisi oleh dinding yang tipis dan
melekat pada dinding abdomennya (Gambar 18). Dinding lambung yang tipis ini
sama seperti pada spesies ikan bidadari (Peres-Espana dan Abiia-Cardenas
1996). Lipatan longitudinal mukosa pars kardia dan pars pilorus ikan buntal
pisang lebih kecil dibandingkan dengan lipatan longitudinal mukosa pars kardia,
pars fundus dan pars pilorus ikan Tilapia nilofica. Pars fundus yang tampak
seperti selaput tipis
berbeda dengan struktur pars fundus ikan Tilapia yaitu
merniliki lipatan-lipatan longitudinal mukosa yang besar seperti berlekuk-lekuk
saling berhubungan (Osrnan dan Caceci 1991). Lipatan-lipatanlongitudinal yang
kecil di pars kardia dan pars pilorus merupakan struktur yang beradaptasi lebih
banyak
sebagai
tempat
makanan
dan
airludara
pada
saat
hewan
mempertahankan diri. Dengan demikian makanan tidak dapat ditahan dengan
baik di dalam lambung ikan buntal pisang, karena lipatan-lipatan longitudinal
mukosanya kecil. Struktur lipatan-lipatan longitudinal ini menunjukkan kurang
efisiensinya sistem pencernaan di dalam lambung, karena adanya fungsi ganda
dari lambung ikan buntal pisang. Struktur lipatan longitudinal mukosa yang
terdapat pada spesies ikan tidak berhubungan dengan bermacam-macam
kebiasaan makan ikan tersebut (Osman dan Caceci 1991). Sedangkan dua
divertikula di lambung ikan buntal pisang diduga berfungsi sebagai tempat
maserasi makanan dan tempat makanan yang terdesak pada saat lambung
berisi air. Hasil penelitian Caceci eta/. (1997) menyatakan bahwa bagian tengah
lambung yang mengalami divertikulum pada ikan Tilapia mempunyai pH yang
lebih rendah dari pH di bagian lambung yang lain. Bagian ini digunakan sebagai
tempat makanan untuk mengalami maserasi. Pars pilorus ikan buntal adalah
bagian yang mempunyai daerah yang menyempit dan berhubungan dengan
usus depan. Bagian ini tidak mempunyai kaeka pilorik @yloric caeca)
(Gambar 18).
Gambar 18 Gambaran skematis alat pencernaan ikan buntal pisang.
1. esofagus, 2. pars kardia, 3. daerah divertikulum, 4. pars fundus,
5. pars pilorus, 6. sfingter pilorik, 7. usus depan, 8. usus tengah,
9. usus belakang, 10. rektum, 11. anus, 12. ductus choledochus.
Usus Depan, Usus Tengah dan Usus Belakang.
Usus ikan buntal pisang terdiri atas usus depan, usus tengah dan usus
belakang. Sepanjang usus terdapat alat penggantung yaitu mesenterium.
Ductus choledochus bermuara di usus depan, sedangkan limpa melekat pada
kaudal usus tengah dan anterior usus belakang.
Bagian usus depan dan
belakang memiliki diameter lebih besar dibandingkan dengan bagian usus
tengah. Susunan usus ikan buntal pisang ini dapat dilihat pada Gambar 18 dan
19. Struktur rnakroskopis usus ikan buntal pisang memiliki satu lipatan, dapat
dilihat pada Gambar 20. Dari hasil penelan ini susunan usus ikan buntal sama
dengan susunan usus ikan E. lucius seperti yang disampaikan oleh Kuperman
dan Kuz'mina (1994). Demikian juga adanya struktur usus yang memiliki satu
lipatan menurut hasil penelitian Kuperman dan Kuz'mina (1994) dimasukkan
dalam golongan ikan karnivora. Jumlah lipatan usus menentukan proses
pencernaan yang berhubungan dengan kebiasaan makan ikan, seperti ikan
herbivora memiliki lebih banyak lipatan usus dibandingkan dengan ikan omnivora
dan karnivora. lkan herbivora hanya mengkonsumsi tumbuhan. Proses
pencernaan tumbuhan memerlukan waktu yang lebih lama di saluran
pencernaan, sehingga saluran pencernaan ikan herbivora ini akan memperluas
area pencernaannya dengan bentuk yang lebih panjang (Kuperman dan
Kuz'mina 1994).
Gambar 19 Struktur makroskopis usus ikan buntal pisang.
1. usus depan, 2. usus tengah. 3. usus belakang, 4. rektum (daiam
keadaan kosong), 5. anus. 6. ductus choledochus, 7. limpa.
8. sfingter pilorik.
Gambar 20 Gambaran skematis usus ikan buntal pisang. Bar = 1 cm.
1. usus depan. 2. usus tengah, 3. usus belakang, 4. rektum,
5.anus. 6. mesenterium, 7. limpa, 8. ductus choledochus .
Rektum
Secara anatomis rektum ikan ini sulit dibedakan batasnya dengan usus
belakang. Karena dalam keadaan kosong rektum ini memiliki diameter yang
kecil. Bagian rektum dapat dibedakan dengan usus secara histologis yaitu dilihat
dari jumlah dan bentuk tipe sel di mukosanya (Murray et al. 1996).
Otopsi isi lambung dan isi usus
Dari hasil pembukaan lambung dan usus ditemukan makanan yang
dimakan oleh ikan buntal pisang ini yaitu bagian-bagian dari tubuh hewan
gastropoda, udang, kerang, curni dan ikan. Jenis makanan yang ada di dalam
lambung dan usus ini dapat dilihat pada Gambar 21.
Jenis makanan yang
dimakan ikan ini sesuai dengan hasil peneliian Noviyanti (2004) yang
menyatakan bahwa jenis makanan ikan buntal pisang terdiri atas delapan jenis
hewan yaitu ikan (Farnili Sciaenidae dan Siliginidae), kerang (Famili Trigonidae),
gastropoda (Famili Phasianellidae), udang (Famili Peneidae, Genus Peneaus),
kepiting (Famili Ocypodidae) dan cumi-cumi (Famili Loliginidae). Di dalam isi
lambung dan usus ini ditemukan makanan yang lunak dan keras. Bagian yang
keras dari makanannya tersebut adalah potongan-potongantulang dan sirip ikan,
cangkang kerang, cangkang siput, potongan-potongan kaki udang dan cumi.
lkan buntal pisang sebenarnya harus memakan makanan yang keras-keras,
karena giginya tumbuh terus seperti gigi Rodentia (Van Ramshorst 1978). Sisa
potongan-potongan makanan yang keras tersebut diduga dapat berfungsi
rnembantu proses pencernaan.
Garnbar 21 Jenis rnakanan yang diternukan di dalarn alat pencernaan ikan
buntal pisang (A,B,C dan D).
Tanda panah rnenunjukkan bagian-bagianmakanan yang bersifat keras
(tulang dan sirip ikan, kaki udang, cangkang siput, cangkang udang
dan kulit kerang).
Hati
Hati ikan buntal pisang ierleiak di sisi kanan ruang abbdominal,
rnemanjang dari bagian kaudal jantung hingga di sekitar anterior rekturn. Hati
ikan ini rnerniliki 3 lobus yaitu lobus dorsal, lobus quadratus dan lobus ventral.
Hati berbentuk oval dan berwarna merah kekuningan. Warna hati ikan ini sarna
dengan warna hati ikan sidat Anguilla anguilla, ikan Dicentrachus labrax dan ikan
Sparus auratus (Brusle dan Anadon 1996). Hati yang berwana rnerah
kekuningan ini diduga banyak rnenyirnpan lernak (Brusle dan Anadon 1996).
Ductus choledochus terletak di bagian ventral hati dan bemluara di usus depan.
Diternukan pula ductus hepaticus yang rnenghubungkan kantung ernpedu (vesica
fellea) dengan hati. Kantung ernpedu berbentuk oval dan berwarna kehijauan
(Garnbar 22). Struktur rnakroskopis hati yang yang rnemiliki 3 lobus adalah
struktur yang sarna dengan beberapa bentuk hati ikan Teleostei pada urnurnnya.
Letak, ukuran, bentuk dan volume hati ikan merupakan menyesuaikan diri
dengan organ-organ visceral lainnya. Pankreas terdapat di dalarn jaringan hati,
sehingga hati ini dinarnakan hepatopankreas. Struktur ini sama seperti pankreas
ikan P. pangasius (Yusfiati 2001), ikan lctalurus punctatus, ikan D. holocanthus,
ikan Dicentrarchus labrax, ikan Acanthurus blochii, ikan L. bohar, ikan Scarus
spp dan ikan S. Cabrila (Brusle dan Anadon 1996) dan ikan tilapia (0. niloticus)
(Vicentini eta/. 2005).
Garnbar 22 Garnbaran makroskopis hati ikan buntal pisang.
A. permukaan lateral, B. perrnukaandistal.
I.
lobus dorsal, 2. lobus ventral, 3. lobus quadratus, 4. vesica fellea.
5. ductus choledochus, 6. ductus hepaticus.
Kajian Mikroskapis Alat Pencernaan
Esofagus
Tabel 4 menunjukkan hasil pengamatan mikr~skopisesofagus pada ikan
buntal pisang. Tunika mukosa esofagus ikan buntal pisang dilapis~sel-sei €?itel
berlapis dengan banyak sel mukus yang berbentuk bulai serta tewarnai positif
dengan pewarnaan PAS (Gambar 23 dan 34). Stmktur mukosa esofagus ikan
buntal pisang mirip dengan stmktur mukosa ikan tilapia (Gargiulo et a/. 1996),
catfish Silurus glanis (Petrinec et a/. 2005) dan P. pangasius (Yusfiati 2001).
Secara umum lapisan epitel pada esofagus ikan memiliki sel-sel mukus
berbentuk bulat yang tenvarnai positif dengan PAS (Scocco eta/. 1998). Sel-sel
rnukus menghasilkan mukus yang mengandung mukopolisakarida (Affandi et al.
2004) atau dapat juga menghasilkan asam glikoprotein (Tibbetts 1997). Mukus
berfungsi untuk menjaga epitel perifer dan memegang peranan dalam proses
absorbsi.
Mukus juga
mempakan
komponen
penting
dalam
fungsi
osrnoregulasi di esofagus, karena mukus ini berfungsi sebagai penahan difusi
untuk ion Na*, ion
K' dan memberi batas agar sel epitel. tidak langsung
berhubutigati dengan air l a ~ (Ijumbeit
t
ef a/. 1984).
Tabel 4 Komponen penyusun jaringan esofagus ikan buntal pisang.
Komponen penyusun
Tunika mukosa :
- lapisan epitel bdapis
- lamina propria
2. Tunika submukosa :
- jaringan ikat longgar
- pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe
- Kelenjar rnukus
3. Tunika rnuskularis :
- otot bergaris melintang longitudinal (internal)
- otot bergaria meiintang sikular (ekstemal)
4. Tunika serosa :
- jaringan ikat longgar
- sel rnesotelium
Keterangan : + = ada ; - = tidak ada
No.
1.
Esofagus ikan buntal pisang
+
+
+
+
+
+
+
+
t
Tunika muskularis esofagus dilapisi oleh dua lapis otot bergaris melintang
yaitu lapis longitudinal (internal) dan lapis sirkular (ekstemal) (Gambar 25).
Struktur tunika muskularis seperti ini berhubungan dengan fungsi esofagus yaitu
menelan makanan ke lambung dengan gerakan peristaltik secara sadar (Stevens
dan Hume 1995).
Garnbar 23 Sayatan longitudinal esofagus ikan buntal pisang (A) dan rnukosa
esofagus (A').
1. lapisan sel-sel epitel berlapis, 2. sel mukus, 3. mukosa muskularis,
4. kelenjar mukus. Perwarnaan HE. Bar = 200 pm.
Garnbar 24
Sayatan longitudinal rnukosa esofagus ikan buntal pisang.
1. sel-sel epitel berlapis, 2. sel mukus. Pelwarnaan PAS. Bar = 100 pm.
Gambar 25 Sayatan longitudinal esofagus ikan buntal pisang.
1. sel-sel epitel berlapis, 2. tunika submukosa, 3. tunika muskularis
dengan otot bergaris melintang longitudinal, 4. tunika muskularis dengan
otot bergaris melinlang sirkular. Perwarnaan HE. Bar = 200 urn.
Di tempat peralihan antara esofagus dan pars kardia lambung, ditemukan
lapisan sel-sel otot bergaris melintang silkular (eksternal) yang sangat subur
(Garnbar 26). Melihat susunannya, kondisi otot seperti ini diduga berfungsi
sebagai otot sfingter. Kondisi seperti otot sfingter tersebut dapat bekerja secara
sadar, karena dibentuk oleh otot-otot bergaris melintang.
Sementara itu
Lagler et a/. (1977) menyatakan bahwa otot-otot bergaris melintang pada
lambung ikan buntal pada umumnya akan mengendur saat air atau makanan
masuk ke dalam lambung.
Lambung
Tabel 5 menunjukkan perbedaan komponen penyusun jaringan lambung
pada ikan buntal pisang. Tunika mukosa di seluruh permukaan lambung dilapisi
oleh lapisan epitel transisional. Pada ikan buntal pisang, lapisan epitel
transisional ditandai dengan adanya sel-sel mukus yang tersebar tidak merata
di bagian paling superfisial. Di profundal lapisan transisional terdapat sel-sel
pepsin yang berada di superfisial lamina basalis (Gambar 27). Sel-sel mukus
di pars kardia dan pars fundus lebih banyak dibandingkan pada pars pilorus.
Gambar 26 Daerah peralihan antara esofagus dan pars kardia ikan buntal
pisang (A) dan mukosa pars kardia ( A').
1. kumpulan sel-sel otot bergaris melintang sirkular (eksternal) yang sangat
subur di tunika muskularis, 2. lapisan epitel transisional, 3. sel mukus.
4. sel pepsin. Pemamaan HE. Bar = 200 vm.
Tabel 5 Kornponen penyusun jaringan lambung pada ikan buntal pisang.
No. Komponen penyusun
jaringan lambung
1. Tunika mukosa :
- epitel kolumnar selapis
- epitel transisional
- sel mukus
- sel goblet
vili bercabang
2. Tunika submukosa :
- jaringan ikat longgar
- saraf, pembuluh darah, pembuluh
limfe
jaringan lemak
3. Tunika muskularis :
- otot bergaris melintang longitudinal
(internal)
- otot bergaris rnelintang sirkular
(ekstemal)
- otot polos longitudinal (internal)
- otot polos sirkular (ekstemal)
4. Tunika serosa :
- jaringan ikat longgar
- sel rnesotelium
Keterangan :
++
: Tidak ada
+
: Ada
+++
-
Pars
kardia
Pars
fundus
Pars
pilorus
+
+++
+
+
+
+
+
+++
-
+
-
Daerah
Penyempitan pilorus
+
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
-
+
+
+
+++
+
+
+
+
+
+
+
: Banyak
: Banyak sekali
+
Gambar 27 Sayatan longitudinal pars kardia (A), pars fundus (B),
pars pilorus (C) ikan buntal pisang dan struktur mukosa
pars kardia (A'), mukosa pars fundus (B'), mukosa pars pilorus (C').
1. sel mUkuS, 2. sel pepsin. Pelwarnaan PAS. Bar = 200 Hm.
Lapisarl epitel transisional di tunika mukosa lambung ikan buntal ini mirip dengan
epitel mukosa lambung pada ikan Diodon holocanthus (Brainerd 2005). Sel-sel
mukus di epitel lambung ikan buntal pisang terwarnai positif oleh penvarnaan
PAS, karena mukusnya mengandung senyawa karbohidrat. Hesil penelitian
Tibbetts (1997) dengan teknik histokimia mendapatkan informasi hasil bahws selsel mukus di lapisan epitel lambung
ikan AMamphus sclerolepis kre.Mi
mengandung glikoprotein netral. Hasil penelitian Osman dan Caceci (1991)
dengan teknik histokimia juga menemukan bahwa sel-sel epitel mukosa lambung
ikan Tilapia mensekresikan mucin netral yang berfungsi menjaga mukosa epitel
dan membantu proses penyerapan zat-zat nutrisi.
Sel-sel pepsin di lapisan epitel lambung ikan buntal pisang tidak terwarnai
dengan perwarnaan PAS. Menurut hasil penelitian Western dan Jenning (1970)
di dalam Affandi eta1(2004) dengan metode histokimia di lapisan epitel lambung
ikan memiliki sel-sel eksokrin yang dapat mensekresikan pepsin dan HCI secara
bersamaan. Dengan demikian maka lambung ikan buntal pisang ini diduga
hanya mencerna makanan dengan bantuan enzim-enzim yang disekresikan oleh
sel-sel eksokrin.
Lipatan muicosa pars kardia dan pars pilorus lambung ikan bunial pisang
bercabang dan kecil. Pada pars fundus tidak ada lipatan mukosa yang
bercabang, diduga ha1 ini berkaitan dengan melekatnya sebagian besar pars
fundus ke dinding abdomen. Osman dan Caceci (1991) menyatakan bahwa
lipatan-lipatan kecil ai tunika mukosa lambilng berfungsi untuk memperluas area
pencernaan dan meningkatkan efisiensi proses pencernaan.
Tunika mukosa di daerah penyempitan antara pars pilorus dengan usus
depan ikan buntal pisang dilapisi oleh sel-sel epitel kolumnar selapis yang
mengandung sel mukus, sel goblet dan sel pepsin. Se! mukus dan sel goblet
tenvarnai positif dengan perwarnaan PAS, tetapi sel pepsin tidak terwarnai
(Gambar 29).
Tunika submukosa pars kardia, pars fundus dan pars pilorus ikan bunta!
pisang tidak ditemukan adanya kelenjar lambung (Gambar 27). Hal ini krbeda
dengan tunika submukosa pars kardia, pars fundus dan pars pilorus pada ikan P.
pangasius (Yusfiati 2001), ikan T. nilotica, ikan T. mossambica, ikan 0. niloficus
(Osman dan Caceci 1991). ikan E. lucius L dan ikan Silurus glanis L (Petrinec
eta/. 2005) yang mengandung kelenjar lambung. Pada tunika
submukosa
submukosa di daerah penyempitan antara pars pilorus dan usus dapan juga tidak
ditemukan kelenjar lambung.
Pada tunika muskularis pars kardia ikan buntal pisang ditemukan dua
lapis otot bergaris melintang yaitu lapis longitudinal (internal) dan lapis sirkular
(eksternal). Sedang di tunika muskularis pars fundus ditemukan adanya otot
bergaris melintang yang sirkular (eksternal) saja. Selain itu ditemukan juga
adanya jaringan ikat longgar
dan lemak (Gambar 28).
Struktur seperti ini
diduga berkaitan dengan menempelnya pars fundus di dinding abdomen.
Pada tunika muskularis pars pilorus selain otot bergaris melintang
longitudinal (internal), juga ditemukan otot polos longitudinal (internal) dan
sirkular (eksternal). Lapisan otot bergaris melintang di tunika muskularis lam
bung ikan buntal pisang bekeja di bawah kesadaran, sehingga ikan ini dapat
membesarkan bagian lambungnya apabila ikan merasa berada dalam keadaan
bahaya. lkan buntal tidak memiliki tulang rusuk pleural, pelvic girdle dan
mengandung banyak serabut kolagen yang tersusun berombak di dermis dinding
abdomen (Brainerd 2005), sehingga pada saat terjadi pernbesaran lambung,
bagian dinding abdominal juga ikut membesar. Dengan demikian air dapat
ditampung ke dalam larnbung dalam jumlah yang banyak dan badan ikan
menjadi menggelembung. Bila keadaan dirasakan oleh ikan buntal tidak ber
bahaya lagi, maka segera teqadi pengosongan lambung. Pengosongan lambung
terjadi dengan cara relaksasinya otot sfingter di daerah esofago-kardia dan
kontraksi otot lambung yang dibantu oleh otot-otot abdominal tubuh ikan. Air
akan dikeluarkan perlahan-lahan melewati celah insang ikan ini (Lagler et al.
1977).
Pada daerah penyempitan antara pars pilorus dan usus depan ikan buntal
pisang ditemukan otot polos longitudinal (internal) yang tipis dan sirkular
(eksternal) yang tebal.
Kondisi struktur seperti ini diduga mempunyai fungsi
sebagai otot sfingter yang bekej a secara otonorn (Gambar 29).
Gambar 28 Sayatan longitudinal pars fundus lambung ikan buntal pisang.
1. lapisan epitel transisional, 2. tunika submukosa, 3. lapisan otot bergaris
melintang sirkular (eksternal). Pewarnaan HE. Bar = 30pm.
Gambar 29 Sayatan transversal daerah penyempitan antara pars pilorus
dan usus depan.
1. lapisan sel epitel kolumnar. 2. sel mukus, 3. sel goblet, 4. tunika serosa.
5. sel pepsin. Pewarnaan PAS. Bar = 200 pm.
usus
Tabel 6 menunjukkan perbedaan komponen penyusun jaringan usus
depan, usus tengah dan usus belakang ikan buntal pisang. Tunika mukosa usus
ikan buntal pisang dilapisi oleh lapisan epitel kolumnar selapis dilengkapi dengan
'brush border' di bagian apikalnya, di samping itu terdapat juga sel-sel goblet dan
sel-sel enterosit. Epitel permukaan mukosa usus depan dan usus tengah adalah
rata. Sedang epitel permukaan mukosa usus belakang teramati berlekuk-lekuk
seperti helaian daun (Gambar 30). Sel goblet banyak terdapat di usus depan
dan usus tengah, serta semakin sedikit di bagian usus belakang. Usus depan
dan usus tengah lebih banyak rnemiliki vili dibandingkan usus belakang. Lamina
propria mengandung jaringan ikat interstisial yang mengisi ruangan-ruangan di
antara pangkal kelenjar bahkan dapat naik mengisi tubuh vili. Di dalam jaringan
interstisial terdapat jaringan ikat kolagen dan fibroblast. Perrnukaan epitel
mukosa usus belakang
mikrovili.
berlekuk-lekuk, teriihat adanya perbedaan panjang
Ukuran mikrovili menurut hasil penelitian Kuperman dan Kuz'mina
(1994) mernpengaruhi proses penyerapan. Mikrovili yang panjang lebih cepat
menyerap makanan dibandingkan dengan mikrovili yang pendek
dan
keberadaan mikrovili ini adalah salah satu cara memperiuas proses absorbsi
terhadap zat makanan.
Tabel 6 Komponen penyusun jaringan usus ikan buntal pisang
No. Komponen penyusun
1.
2.
3.
4.
Tunika rnukosa :
- epitel kolurnnar sebaris dengan
rnikrovili
- sel enterosit
- sel goblet
- rnukosa rnuskularis
- vili
Tunika subrnukosa :
- jaringan ikat kolagen dan fibroblast
- kapiler-kapiler darah
- kelenjar Lieberkuhn
- kelenjar B ~ n n e r
Tunika rnuskularis :
- tot polos sirkular (internal)
- otot polos longitudinal (eksternal)
Tunika serosa
- jaringan ikat longgar
- sel rnesoteliurn
Keterangan : + : ada ; - : tidak ada ;
++
Usus
depan
Usus
tengah
+
+
++
+
++
+
+
++
+
++
Usus
Belakang
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
-
-
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
+
: banyak
-
+
+
+
.wrI 0 0 =~Jeg .SHueeuJewad ~euralsyaleu!pnl!6uol solod $010 's
'elualu!Jelnylls solod lolo 'p '!I!A'E 'lalqo6 [as .Z ')!soJalua las ' 1
.6ues!d lelunq uey! (,3)6ueyelaqsnsn '(,a) qe6uaj snsn
'(,v) uedap snsn !6olo~s!4IIk?~eqLUe6uep (3)fjueyelaq snsn
'(a) qe6ua~snsn '(v) uedap snsn IesJaAsueJJue~ekes0s Jeqlues
Sel goblet di lapisan epitel usus depan, usus tengah, usus belakang,
rektum dan anus terwarnai positif dengan penvamaan PAS, karena sel-sel ini
mensekresikan mukus. Menurut Kuperman dan Kuz'mina (1994) dengan teknik
histokimia, se!- sel enterosii )fang tidak tenvarnai dengan penvarnaan PAS dan
mensekresikan mucin. Kedua sel kelenjar ini berfungsi dalam proses
pencernaan yaitu mencerna makanan menjadi chyme. Sel enterosit akan
menyerap senyawa-senyawa sederhana (glukosa, protein dan lemak) di lumen
usus melalui mikrovilinya yang kemudian dibawa ke dalam sel dan ditangkap
oleh 'vacuola supra nuclear' (VSN). Banyaknya jumlah VCN di bagian atas inti
sel ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kemampuan ikan
mencerna makanan yang dikonsumsinya (Affandi ef al. 2004). Pada lapisan
muskularis mukosa usus depan, usus tengah dan usus belakang ikan buntal
pisang ditemukan satu lapis otot polos sirkular.
Tunika muskularis usus ikan buntal pisang dilapisi otot polos, lapis dalam
tersusun sirkular dan lapis luar longitudinal. Ketebalan tunika muskularis usus
berbeda, yang paling tebal usus tengah dan yang paling tipis usus belakang
(Gambar 30). Tunika muskularis di usus tengah diduga dapat berfungsi untuk
menahan makanan agar tidak berja!an dengan cepat ke bagian usus yang lain,
sehingga makanan dapat lebih lama
mengalami proses pencernaan dan
penyerapan di usus depan. Demikian pula dengan usus belakang yang memiliki
diameter lebih besar dari usus bagian lain, ha1 ini di duga untuk melanjutkan
lebih lanjut proses pencemaan dan penyerapan makanan tersebut sebelum
makanan menuju rektum.
Rektum dan Anus'
Tabel 7 menunjukkan perbedaan komponen penyusun jaringan rektum
dan anus ikan buntal pisang. Tunika mukosa rektum ikan buntal pisang
ditemukan memiliki vili dengan lipatan pendek dan dilapisi dengan epitel
kolumnar selapis dan sel goblet (Gambar 31). Sel goblet rektum terwarnai positif
dengan pennramaan PAS dan jumlah sel gobletnya terlihat lebih banyak
dibandingkan dengan sel goblet usus belakang. Hasil penelitian Murray et a/.
(1996) menyatakan bahwa ikan
Pleronedidae memiliki sel-sel goblet yang
semakin berkurang di usus belakang dan mulai beriambah di rektum dan anus.
Murray et a/. (1996) juga menyatakan bahwa sel-sel goblet di rektum ikan
Pleronedidae b?Fungsi dalam proses penyerapan air, ion-ion dan degradasi
protein. Tunika mukosa anus ikan buntal pisang dilapisi sel epitel kuboid selapis
dengan sel goblet (Gambar 31).
Pada lamina proprianya terdapat jaringan ikat
elastis dengan sel-sel fibroblast. SeCsel goblet terwamai positif dengan
perwarnaan PAS.
Tunika muskularis rektum dilapisi oleh dua lapisan otot polos yaitu lapis
sirkular (internal) dan longitudinal (eksternal) (Gambar 31). Lapisan otot polos
longitudinal lebih tebal dibandingkan dengan lapisan otot polos sirkular. Lapisan
otot rektum yang tebal ini menurut Murray et a/. (1996) berperanan untuk proses
pengeluaran feses.
Tunika rnuskularis anus terdiri atas dua lapis otot polos yaitu lapis sirkular
(internal) dan longitudinal (eksternal) (Gambar 31).
Lapisan otot anus lebih
Hal ini berhubungan
tebal dibandingkan dengan lapisan otot di rektum.
dengan fungsi anus untuk mengeluarkan feses yang bermassa padat (Murray et
a/. 1996).
Otot polos di lapisan otot anus ini dalam rnenjalankan fungsinya
bekerja secara otonom.
Tabel 7 Komponen penyusun jaringan rektum dan anus ikan buntal pisang
No.
1.
2.
3.
4.
Kornponen penyl~sun
Tunika mukosa :
- epitel kolumnar selapis
- epitel kubus selapis
- sel goblet
- lamina propria (jaringan ikat elastis dengansel-sel fibroblast)
- vili pendek
Tunika subrnkosa :
- jaringan ikat lsnggar
- sel lernak
- kapiler damh dan saraf
Tunika rnuskularis :
- otot polos sirkular (internal)
- otot polos longitudinal (eksternal)
Tunika serosa :
- jaringan ikat longgar
- sel rnesoteliurn
Rekturn
+
-
++
+
+
+
+
Anus
-
+
++
+
+
+
-
-
+
++
+
+++
+
+
+
+
Keterangan : + : ada ; - : tidak ada ; ++ : banyak ; +++ : banyak sekali
Gambar 31 Sayatan transversal rektum (A) dan longitudinal anus (B),
struktur mukosa rektum(A') dan mukosa anus (B') ikan buntal
pisang.
1. vili, 2. lapisan epitel kolumnar selapis. 3. Sel goblet, 4. lamina propria
Penvarnaan HE. Bar = 200 pm.
Hati
Parenkim hati ikan buntal pisang mengandung sel-sel hepatosit berbentuk
heksagonal yang tersebar dan di antara sel-sel hepatosit terdapat sinusoid. Hati
ini tidak mempunyai lobulus portal yang triangular (triad portal). Sel-sel hepatosit
memiliki inti sel yang bulat terletak di tepi dan sel ini banyak mengandung lemak
di sitoplasmanya (Gambar 32). Hati terwarnai dengan pewarnaan PAS kurang
kuat, karena hati ikan ini mengandung sedikit glikogen. Hati ikan tidak
memetabolisrne banyak glikogen (Moon eta/. 1985).
Gambar 32 Gambaran histologi hati ikan buntal pisang.
1. sel hepatosit, 2. duktus biliaris, 3. vena porta hepatika, 4. sel asinar,
5. sinusoid. 6. arteria hepatik. Pewarnaan HE.Bar = 200 prn.
Pankreas terdapat di sekitar vena porta hepatika, duktus biliaris dan
arteria aferen hepatik. Sel-sel asinar pankreas juga tersebar di antara sel-sel
hepatosit. Sel-sel asinar berbentuk sel kuboid yang bersifat basofilik. Duktus
biliaris dilapisi epitel kubus selapis dan terdapat serabut otot polos di bagian
bawah epitel. Vena porta dilapisi sel endotel pipih selapis, lumennya besar dan
sedikit serabut elastis.
Arteria hepatik berbeda dengan vena hepatik, yaitu
memiliki lumen yang sempit, dindingnya tebal dengan lebih banyak serabut
elastis (Gambar 31). S t ~ k t u rhati ikan ini memperlihatkan struktur yang sama
seperti hati ikan Cheilinus fasciatus (Famili Labridae) (Brusle dan Anadon 1996).
Struktur hati ini berbeda dengan hati ikan tilapia 0. niloticus, hati ikan Caranx spp
dan ikan L. bohar yang memiliki triagonal portal (Vicentini et a/. 2005).
Kantung empedu ikan buntal pisang mengandung lapisan epitel pipih
selapis dan jaringan ikat kolagen tipis. Ductus choledochus ikan ini mengandung
lapisan epitel kolumnar selapis, serabut kolagen padat dengan beberapa
fibroblast, kapiler-kapiler darah dan serabut otot polos sirkular disekitar serabut
kolagen (Gambar 33). Struktur kantung empedu dan ductus choledochus ikan
buntal pisang T. lunaris sama dengan struktur kantung empedu dan ductus
choledochus ikan Teleostei pada umumnya (Brusle dan Anadon 1996).
Gambar 33 Sayatan transversal ductus choledochus ikan buntal pisang
1. lapisan epitel kolurnnar selapis, 2. jaringan ikat kolagen padat,
3. otot polos sirkular. Perwarnaan HE. Bar = 100 prn.
Download