BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang terletak di lepas pantai timur benua Asia, terdiri dari empat pulau utama—Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyusu—serta ribuan pulau kecil yang berdekatan (Kedutaan Besar Jepang, 1985: 5). Jepang adalah salah satu negara paling maju di benua Asia bahkan di dunia. Sebagai salah satu negara maju, Jepang memiliki sejarah peradaban yang panjang karena kerajaan Jepang merupakan satu-kesatuan negara yang berlangsung secara kontinu dan paling lama di antara bangsa-bangsa di dunia (Suryohadiprojo, Sayidiman, 1987: 9). Sejarah peradaban Jepang dibagi dalam beberapa zaman, yaitu zaman Purba, zaman Awal Sejarah Jepang, zaman Abad Pertengahan, zaman Peralihan, zaman Kebangkitan, dan zaman Baru. Zaman Purba sendiri merupakan tonggak awal dimulainya kebudayaa Jepang. Dalam sejarah Jepang, zaman Purba dibagi dalam tiga periode, yaitu periode Jomon, Yayoi, dan Kofun (Mattulada, 1979: 2). Menurut penemuan-penemuan arkeologi, pulau-pulau Jepang sudah dihuni jauh sebelum zaman Yayoi, yaitu tepatnya saat zaman Jomon. Zaman Jomon dimulai pada sekitar 10.000 tahun atau 7000 tahun sebelum Masehi. Zaman Jomon merupakan zaman di mana penduduk hidup berpindah-pindah, berburu dan hidup dari apa yang disediakan oleh alam, dengan peralatan hidup yang dibuat dari batu. Sebagai hasil dari zaman Jomon adalah adanya kebudayaan Jomon yang 1 2 menghasilkan pekerjaan tangan berupa bejana-bejana tanah liat (Ibid., hlm. 14 dan hlm. 20). Periode setelah zaman Jomon adalah zaman Yayoi. Pada zaman Yayoi, pertanian padi dan teknik-teknik bercocok tanam sudah mulai dikembangkan oleh penduduk. Pada zaman ini pula, kelas-kelas sosial dalam masyarakat, susunan kekuasan, serta negara-negara kecil sudah terbentuk (Ibid., hlm. 14). Sebagai hasil dari kemajuan kebudayaan pada zaman Yayoi, muncullah era baru yang disebut zaman Kofun. Zaman Kofun ditandai dengan terbentuknya dinasti Yamato, yaitu dinasti yang telah mempersatukan Jepang sebagai negara kesatuan. Pertanyaan yang sering terbesit dari sejarah Jepang adalah tentang asal usul ras bangsa Jepang. Terdapat teori yang menyatakan bahwa selama Abad ke-2 dan ke-1 sebelum masehi imigran (orang Mongol) melintasi selat Korea dalam jumlah yang sangat besar. Mereka bercampur dengan penduduk yang lebih awal dan berangsur-angsur mengambil beberapa kebiasaan dan bahasanya (Leonard, Jonathan N, 1984: 13). Meskipun penduduk Jepang adalah ras campuran, tetapi dalam perkembangan sejarahnya mereka telah menjadi satu bangsa yang homogen (Suryohadiprojo, Sayidiman, Loc. Cit.). Selain itu, sebagai penduduk homogen, bangsa Jepang juga hanya memiliki satu bahasa yang tidak digunakan di negara lain. Sehubungan dengan penjelasan mengenai sejarah peradaban Jepang, terdapat buku yang berjudul Oorukaraa de Wakari Yasui! Nihonshi, yang dapat memberikan informasi mengenai sejarah Jepang. Buku yang diterbitkan oleh perusahaan penerbitan Seitosha dalam bahasa Jepang ini, sangat menarik untuk 3 dibaca karena menggunakan konsep penulisan sejarah yang mudah dengan disertai contoh gambar berwarna dan tabel dalam penjelasannya. Buku Oorukaraa de Wakari Yasui! Nihonshi dibagi dalam tujuh bab di antaranya, bab Nihon Bunka no Hajimari, Ritsuryoo Kokka no Keisei, Bushi no Jidai, dan Genzai no Nihon. Salah satu bagian dari buku Oorukaraa de Wakari Yasui! Nihonshi yang akan diterjemahkan dalam tugas akhir ini adalah bagian bab 1 yang berjudul Nihon Bunka no Hajimari (Awal Kebudayaan Jepang). Adapun subbab dari bab “Awal Kebudayaan Jepang” yang akan diterjemahkan antara lain, Sejarah Purba Jepang Terus Mengalami Perubahan Besar, Apakah Nenek Moyang Datang ke Jepang karena Berburu Mammoth?, Teori Umum Seorang Arkeolog yang Diragukan, dan Tembikar Tertua di Dunia yang Telah Mengubah Kehidupan. Pemilihan buku Oorukaraa de Wakari Yasui! Nihonshi sebagai bahan terjemahan tugas akhir karena buku tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebelumnya. Selain itu, dalam buku yang dipilih terdapat berbagai informasi dan pengetahuan yang sangat menarik mengenai sejarah Jepang—dari awal terbentuknya negara Jepang, asal–usul ras bangsa Jepang, rumpun bahasa Jepang, sampai dan bukti arkeologi yang terkait dengan aktivitas manusia pada zaman Batu di kepulauan Jepang. Dengan adanya terjemahan buku Oorukaraa de Wakari Yasui! Nihonshi ke dalam bahasa Indonesia, diharapkan terjemahan buku ini dapat menjadi acuan dan pendukung bagi masyarakat yang ingin mempelajari dan mengetahui tentang sejarah Jepang. 4 1.2 Pokok Pembahasan Pokok pembahasan dalam tugas akhir ini adalah menerjemahkan bagian bab satu “Awal Kebudayaan Jepang” dari buku Oorukaraa de Wakari Yasui! Nihonshi yang diterbitkan oleh Seitosha. Penerjemahan dilakukan dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia agar mudah dipahami oleh pembaca. Bagian subbab yang diterjemahkan yaitu, subbab Sejarah Purba Jepang Terus Mengalami Perubahan Besar, Apakah Nenek Moyang Datang ke Jepang karena Berburu Mammoth?, Teori Umum Seorang Arkeolog yang Diragukan, dan Tembikar Tertua di Dunia yang Telah Mengubah Kehidupan. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan tugas akhir adalah menerjemakan bagian bab 1 dari buku Nihonshi, yaitu bab “Awal Kebudayaan Jepang” dari bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia untuk memberikan informasi tambahan kepada pembaca yang tertarik dengan sejarah Jepang. 1.4 Metode dan Langkah-langkah Penerjemahan Menerjemahkan pada dasarnya adalah mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. Bentuk lain yang dimaksud bisa berupa bentuk bahasa sumber atau bahasa sasaran. Larson, 1984: 3 (dalam Simatupang M.D.S, 2000: 1). Dalam mengungkapkan makna yang dialihkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, bentuk-bentuk bahasa sasaran yang digunakan untuk mewujudkannya haruslah sedekat mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran (Simatupang M.D.S, 2000: 2). 5 Larson 1984: 6 (dalam Simatupang M.D.S, 2000: 3) mengemukakan bahwa, untuk memperoleh terjemahan yang terbaik haruslah (a) memakai bentuk-bentuk bahasa sasaran yang wajar. (b) mengomunikasikan sebanyak mungkin makna bahasa sumber dan (c) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, yaitu kesan yang diperoleh oleh penutur asli bahasa sumber atau repons yang diberikannya harus sama dengan kesan dan respons penutur bahasa sasaran ketika membaca dan mendengarkan teks terjemahan. Menurut Newmark, terdapat depalan metode yang dapat digunakan dalam penerjemahan yaitu, a.) Terjemahan Kata Demi Kata, b.) Terjemahan Harfiah, c.) Terjemahan Setia, d.) Terjemahan Semantik, e.) Terjemahan Saduran, dan f.) Terjemahan Bebas, g.) Terjemahan Idiomatik, e.) Terjemahan Komunikatif. Dalam proses penerjemahan tugas akhir, penulis menggunakan metode terjemahan komunikatif, yaitu metode terjemahan yang mengutamakan pesan inti dan prinsip-prinsip komunikasi dari suatu kalimat agar mudah dipahami oleh pembaca, tanpa harus menerjemahkannya secara bebas. Langkah – langkah penerjemahan yang diaplikasikan dalam tugas akhir, dianut dari langkah-langkah menerjemahkan menurut Soegeng. A.J. Jsh dan Ekosusilo. M (1991: 15). Adapun langkah-langlah menerjemahkannya yaitu: a.) Membaca seluruh teks sebelum memulai menerjemahkannya, b.) Mencari dan mengumpulkan informasi yang lengkap tentang bahasa yang akan diterjemakan dan informasi sejarah dari teks terjemahan. c.) Menerjemahan secara komunikatif, d.) Meninjau kembali terjemahan awal untuk memperhatikan dan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam struktur kata dan kalimat terjemahan, 6 e.) Memperhatikan reaksi dari orang lain terkait hasil terjemahan, f.) Menerima kritik dan saran dari pembimbing terkait hasil terjemahan, g.) Memperbaiki dan menyempurnakan hasil terjemahan. 1.5 Sistematika Penulisan Tugas akhir ini ditulis dalam tiga bab. Bab pertama berisi latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, motode dan langkah-langkah penerjemahan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi bagian pembahasan yang memuat hasil terjemahan per-kalimat dan hasil terjemahan keseluruhan dalam format yang telah disesuaikan. Bab ke-tiga berisi penutup dan kesimpulan.