BAB 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemilihan Judul
Seiring perkembangan jaman suatu perusahaan maupun instansi pemerintah
dibidang pelayanan jasa diwajibkan untuk memberikan pelayanan yang maksimal,
dikarenakan semakin padat dan komplek kebutuhan dari penerima jasa. Untuk itu
perusahaan maupun instansi perlu meningkatkan kinerja dari perusahaan tersebut. Hal
ini perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia yang ada didalamnya. Peningkatan
Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah dapat
dicapai dengan peningkatan standar penerimaan dalam perusahaan ataupun instansi
pemerintahan tersebut.
Salah satu poin yang perlu diperhatikan pada pegawai adalah tentang disiplin.
Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA (2008:305):
“Disiplin adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan
membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para
karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif
dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi”.
Untuk itu perlu diperhatikan sikap dasar pegawai diri sendiri, kompetensi akan
pekerjaan yang dilakukan.
Faktor kedisiplinan memegang peranan yang cukup tinggi dalam pelaksanaan
kerja pegawai. Seorang pegawai yang memiliki tingkat kedisiplinan tinggi akan tetap
bekerja dengan baik walaupun tanpa pengawasan dari atasan. Dan seorang pegawai
yang memiliki kedisiplinan tinggi tidak akan mencuri waktu untuk melakukan hal-hal
yang diluar ataupun tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.
Pembentukan disiplin pegawai merupakan hal yang mutlak bagi setiap pegawai,
karena akan berpengaruh terhadap peningkatkan kinerja pegawai. Sedangkan yang
terjadi belakangan ini dibanyak instansi atau instansi pemerintah menurut
pengamatan penulis masih belum memadai. Seperti halnya pegawai yang harus
diawasi agar tetap melakukan pekerjaan dengan baik, tingginya tingkat absensi
1
2
pegawai, dan adanya pegawai yang masuk dan pulang kerja tidak tepat pada
waktunya. Selain itu banyak kasus pegawai yang mencuri waktu untuk melakukan
kegiatan yang tidak ada kaitan dengan pekerjaannya. Hal-hal tersebut menunjukkan
kurangnya kedisiplinan pegawai pada perusahaan maupun instansi pemerintah.
Masalah yang sering dihadapi oleh para pegawai adalah rendahnya kinerja yang
dimiliki oleh pegawai. Rendahnya kinerja kelompok maupun individu dari pegawai
akan berdampak kepada rendahnya kinerja perusahaan atau instansi tempat mereka
bekerja. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, antara lain:
kemampuan pegawai, disiplin, hasil kerja yang optimal dan motivasi. Seseorang
pegawai akan mampu bekerja dengan optimal apabila adanya ketegasan perusahaan
atau instansi untuk mengatur sistem kerja dalam perusahaan maupun instansi
pemerintah tersebut.
Pemilihan Dinas Kebakaran Kota Bandung didasari oleh ruang lingkup
pekerjaan dari Dinas Kebakaran Kota Bandung ini mencakup kepentingan
masyarakat luas dan sangat dipengaruhi oleh tingkat kedisiplinan dari pegawai
didalamnya. Apabila ada sedikit saja kelalaian dari pegawai Dinas Kebakaran Kota
Bandung tersebut akan berakibat fatal terhadap kawasan yang berada didaerah
pelayanannya. Pada Dinas Kebakaran Kota Bandung ini masih sering ditemui kurang
disiplinnya pegawai terhadap jam kerja baik itu datang terlambat ataupun pulang
lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.
Dinas Kebakaran Kota Bandung merupakan instansi pemerintah daerah Kota
Bandung yang tugasnya melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat dalam bidang
penanggulangan bencana kebakaran dan penyelamatan sebagai mana terdapat dalam
peraturan Daerah Kota Bandung nomor 15 tahun 2001 pasal 43 angka 3. Dinas
Kebakaran Kota Bandung memiliki 5 (lima) bidang dan satu poswil, diantaranya
Sekretariat, Bidang Pengendalian Operasional, Sarana Teknis, Bidang Pencegahan,
Bidang Bimbingan dan Penyuluhan, dan UPT.
Mengacu kepada permasalahan kedisiplinan yang terjadi dan kerja praktek yang
telah dilakukan sebelumnya oleh penulis pada Dinas Kebakaran Kota Bandung, maka
3
penulis merasa tertarik untuk mengulas tentang kedisiplinan melalui penelitian
dengan judul : “TINJAUAN PELAKSANAAN PENINGKATAN DISIPLIN
KERJA PADA PEGAWAI DINAS KEBAKARAN KOTA BANDUNG”.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, penulis mencoba
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan peningkatan disiplin kerja pegawai pada Dinas
Kebakaran Kota Bandung?
2. Masalah-masalah apa yang terjadi dalam pelaksanaan peningkatan disiplin kerja
pegawai pada Dinas Kebakaran Kota Bandung?
3. Bagaimana solusi-solusi yang dilakukan terhadap masalah yang terjadi dalam
upaya pelaksanaan peningkatan disiplin kerja pegawai pada Dinas Kebakaran
Kota Bandung?
1.3
Tujuan Tugas Akhir
Penyusunan tugas akhir ini ditujukan untuk mengumpulkan data serta informasi
yang relevan dengan permasalahan yang telah diidentifikasi agar dapat dianalisis dan
ditarik kesimpulan. Selain itu penyusunan tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan Diploma III Manajemen Universitas Widyatama.
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas maka tujuan diadakan penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui cara pelaksanaan peningkatan disiplin kerja pegawai pada Dinas
Kebakaran Kota Bandung.
2. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan peningkatan
disiplin kerja pegawai pada Dinas Kebakaran Kota Bandung.
3. Mengetahui solusi-solusi apa saja yang harus diterapkan terhadap masalah yang
terjadi dalam pelaksanaan peningkatan disiplin kerja pegawai pada Dinas
Kebakaran Kota Bandung.
4
1.4
Kegunaan Tugas Akhir
Diharapkan hasil kerja praktek yang dituangkan kedalam laporan tugas akhir ini
dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi :
a. Penulis
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang pelaksanaan
peningkatan kedisiplinan dengan cara mengimplementasikan teori yang
diterima selama perkuliahan kedalam praktek pada lapangan kerja. Selain itu
juga sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan Diploma III Program Studi
Manajemen Fakultas Bisnis & Manajemen Universitas Widyatama.
b. Perusahaan (Dinas)
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu solusi baik berupa saran atau
koreksi sehingga dapat memberikan alternatif dalam pemecahan masalah yang
dihadapi.
c. Rekan Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi rekan-rekan
akademisi tentang pelaksanaan peningkatan kedisiplinan, dan menjadi salah
satu masukan untuk penelitian selanjutnya.
1.5
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah
metode deskriptif, yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang
diperoleh selama penelitian kemudian diproses dan dianalisis yang kemudian
dijabarkan kedalam tugas akhir melalui cara sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (field Research)
Cara ini dilakukan dengan meninjau secara langsung objek penelitian untuk
memperoleh data primer. Cara pengumpulan data primer dilakukan melalui:
5
a. Wawancara (Interview)
Yaitu diperoleh dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan
pihak-pihak yang bersangkutan khususnya dengan bagian Sumber Daya
Manusia.
b. Observasi (Observation)
Metode ini merupakan pendekatan dengan melakukan pengamatan visual
secara langsung terhadap suatu penelitian. Semua data yang diperoleh
diolah sedemikian rupa dan dijadikan sebagai analisis dalam pembuatan
Laporan Tugas Akhir.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Cara ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang menjadi landasan
teori guna mendukung data yang diperoleh selama penelitian. Data-data yang
diperoleh dari referensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian untuk
menunjang kebutuhan landasan teori atau dasar bagi penulisan laporan
penelitian ini.
1.6
Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
Penulis melakukan kerja praktek pada Dinas Kebakaran Kota Bandung yang
terletak di Jl. Sukabumi No. 17 Bandung. Waktu praktek kerja dilakukan selama 1
bulan mulai tanggal 06 Februari 2012 sampai dengan 06 Maret 2012.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Untuk memahami apa itu Manajemen Sumber Daya Manusia, kita sebaiknya
meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari
kata to manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola.
Manajemen dalam bahasa inggris berarti mengatur. Dalam hal mengatur ini akan
timbul masalah dengan berbagai macam pertanyaan; mengenai apa yang diatur dan
apa tujuan serta membagi-bagi tugas dan kewajiban secara efektif dan efesien. Dalam
manajemen terdapat unsur-unsur yang harus diatur diantaranya yaitu manusia (man),
uang (money), metode (methode), mesin (machienes), material (materials), dan pasar
(market).
Manajemen
merupakan
proses
khas,
terdiri
atas
kegiatan-kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran melalui
pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya yang lainnya.
Untu mendapatkan pengertian manajemen yang baik, penulis mencoba
mengangkat definisi / pendapat dari para ahli manajemen yang diantaranya:
Menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan yang dikutip dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia (2007:1) adalah :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Menurut Andrew F. Sikula yang dikutip oleh Drs. H. Malayu S. P.
Hasibuan (2007:2) adalah :
“Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai
7
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
suatu produk atau jasa secara efisien”.
Dari definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah
suatu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, pekerjaan, tanggung jawab serta
memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien melalui kegiatan
perencanaan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia
Fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam era globalisasi ini,
yang sangat menentukan adalah manajemen sumber daya manusia. Sumber daya
manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan
manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak, dianalisis dan dikembangkan
dengan cara tersebut, waktu, tenaga, dan kemampuannya benar-benar dapat
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun kepentingan bagi
individu.
Manajemen sumber daya manusia terdiri dari empat suku kata, yaitu
manajemen, sumber, daya, dan manusia. Keempat suku kata terbukti tidak sulit untuk
dipahami artinya. Dimaksudkan dengan manajemen sumber daya manusia adalah
proses pengendalian berdasarkan fungsi manajemen terhadap daya yang bersumber
dari manusia.
2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan ilmu dan seni yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini sering disebut
manajemen kepegawaian atau manajemen personalia yang diterapkan pada suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
8
Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut
Veithzal Rivai (2009:1) menyatakan:
“Manajemen SDM merupakan salah satu bidang dari manajemen
umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi /
bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena
sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin penting perannya dalam
pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil
penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa
yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah manajemen
mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana
seharusnya me-manage (mengelola) sumber daya manusia”.
Dalam buku nya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia menurut
Mangkunegara (2008:2) menyatakan :
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan organisasi”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajem sumber daya
manusia adalah suatu proses antara perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian diri dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian dan
pemeliharaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.2
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam kenyataan praktik kehidupan organisasi, sering tidak dinyatakan jelas
dan eksplisit, apa sebenarnya tujuan dari organisasi yang mengurusi manajemen
sumber daya manusia tersebut. Kegagalan dalam mengelola suatu sumber daya
manusia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan dalam pencapaian-pencapaian
tujuan organisasi, baik terhadap kinerjanya, keuntungannya, maupun kelangsungan
hidup organisasi itu sendiri.
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Sadili Samsudin
(2006:30), dalam bukunya Sumber Daya Manusia yaitu:
9
“Memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga
kerja terhadap organisasi atau perusahaan dengan cara bertanggung
jawab secara strategis, etis dan sosial”.
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut dapat terinci menjadi
empat tujuan utama sebagai berikut:
1. Tujuan Sosial
Tujuan sosial Manajemen Sumber Daya Manusia adalah agar organisasi atau
perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya. Organisasi
atau perusahaan bisnis diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat
dan membantu memecahkan masalah-masalah sosial seperti program
kesehatan lingkungan, proyek perbaikan lingkungan, program perbaikan
lingkungan, program pelatihan dan pengembangan, serta menyelenggarakan
dan mensponsori berbagai kegiatan sosial.
2. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu
organisasi mencapai tujuannya. Departemen sumber daya manusia dibentuk
untuk membantu para manajer mewujudkan tujuan organisasi.
3. Tujuan Fungsional
Tujuan
fungsional
adalah
tujuan
untuk
mempertahankan
kontribusi
departemen sumber daya mausia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Departemen sumber daya manusia dituntut untuk mampu
menyediakan program-program rekrutmen dan pelatihan ketenaga kerjaan.
4. Tujuan Individual
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau
perusahaan yang hendak dicapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.
Apabila tujuan pribadi dan tujuan organisasi tidak harmonis, karyawan
mungkin akan menarik diri atau keluar dari perusahaan.
10
2.2.3
Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah fungsi yang berhubungan
dengan mewujudnya hasil tertentu melalui kegiatan orang-orang. Hal ini berarti
bahwa sumber daya manusia berperan penting dan dominan dalam manajemen.
Manajemen Sumber Daya Manusia mengatur dan menetapkan program
kepegawaian yang mencangkup masalah-masalah sebagai berikut :
1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai
dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification,
job requirement, dan job evaluation.
2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas
the right man in the right place dan the right man in the right job.
3. Menetapkan
program
kesejahteraan,
pengembangan,
promosi,
dan
pemberhentian.
4. Meramalkan permintaan dan penawaran sumber daya manusia pada masa
yang akan dating.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan
perusahaan pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan
pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, latihan dan penilaian prestasi karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
10. Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.
Peran Manajemen Sumber Daya Manusia diakui sangat menentukan bagi
terwujudnya tujuan, tetapi untuk memimpin unsur manusia ini sangat sulit dan
rumit.
11
2.2.4
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan kegiatan pokok yang
dilakukan dalam suatu perusahaan. Tugas Manajemen sumber daya manusia adalah
untuk mengelola manusia secara efektif agar menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Fungsi manajemen sumber daya manusian meliputi:
1. Fungsi Manajerial
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya
tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian,
program
kepegawaian
meliputi
pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian karyawan. Program
kepegawaian yang lebih baik akan membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetatpkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi
hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang
baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c) Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah kegiatan yang mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerja sama dan bekerja dengan efektif serta efisien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar
mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
12
d) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar
mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan
pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi Operasianal
a) Pengadaan (Recruitment)
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
b) Pengembangan (Development)
Pengembangan yaitu proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual, dan modal karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan masa kini maupun masa depan.
c) Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah pemberian balas jasa secara langsung ataupun tidak
langsung. Berupa uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa
yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan
layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah
minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal.
d) Pengintegrasian (Integration)
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan karyawan, agar terciptanya kerja sama yang serasi dan
saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat
memenuhi kebutuhannya dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian dapat
13
dikatakan penting dan sulit dalam manajemen sumber daya manusia,
karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
e) Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas seorang karyawan yang baik agar
mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian
besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
f) Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia yang
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik
sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah kegiatan dan
kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan normanorma sosial.
g) Pemberhentian (Separation)
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab
lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964.
2.3
Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan dari suatu
perusahaan dan disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan produktivitas
kerja. Tanpa adanya sistem kerja maka karyawan akan bekerja sesuai dengan
keinginannya sendiri, karena tidak ada hukuman atau bentuk peraturan yang harus
mereka turuti. Jelasnya perusahaan sulit mencapai tujuannya, jika karyawan tidak
mematuhi peraturan-peraturan tersebut.
14
Dengan disiplin yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan
efektivitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Jadi kedisiplinan adalah kondisi
keberhasilan suatu perusahaan dalam mewujudkan tujuannya.
2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin bersal dari kata “disciple” yang artinya pengikut atau penganut. Pada
kenyataan banyak peraturan organisasi yang harus ditaati apabila seseorang karyawan
selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, berarti salah satu kedisiplinan yang
tinggi tidak bias dilihat hanya dari salah satu faktor saja. Kedisiplinan dapat
ditegakkan apabila sebagian dari peraturan-peraturan ditaati oleh sebagian besar
karyawan.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja
dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Adapun pengertian
disiplin kerja dikemukakan oleh para ahli antara lain:
Menrut Veithzal Rivai dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan (2004:444) :
“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah suatu
perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan normanorma sosial yang berlaku”.
Menurut Mangkunegara dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia (2008:208) menyatakan bahwa :
“Disiplin
adalah
sebagai
pelaksanaan
manajemen
untuk
memperoleh pedoman-pedoman organisasi.”
Sedangkan disiplin menurut Melayu S.P Hasibuan (2007:193) menyatakan
bahwa :
15
“Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
semua peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.”
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa disiplin adalah kegiatan
manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional yang ditaati oleh
karyawan dalam peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
2.3.2 Bentuk-bentuk Disiplin
Disiplin kerja adalah suatu bentuk pencapaian tujuan dari perusahaan
sehingga disiplin kerja semakin berkembang dengan bentuk pendisiplinan. Ada dua
bentuk disiplin kerja menurut Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul
Evaluasi Kerja Sumber Daya Manusia (2008:129) yaitu disiplin preventif dan
disiplin korektif :
1. Disiplin Preventif
Disiplin perventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan mematuhi
pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan perusahaan. Tujuan
dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri, dengan cara
preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan. Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan
dengan kebutuhan kerja sama semua bagian sistem yang ada dalam organisasi.
Jika sistem organisasi ini baik, maka diharapkan akan lebih mudah
menegakkan disiplin kerja.
2.
Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan pengarahan untuk tetap memenuhi peraturan
sesuai dengan pedoman yang berlaku diperusahaan. Pada disiplin korektif,
pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki
16
pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan
pelajaran pada pelanggar.
2.3.3 Pendekatan Disiplin Kerja
Ada tiga pendekatan disiplin kerja, yaitu pendekatan disiplin modern,
pendekatan disiplin dengan tradisi, dan pendekatan disiplin tujuan.
a. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan disiplin modern berasumsi
bahwa disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk
hukuman secara fisik, melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada
proses hukum yang berlaku, keputusan-keputusan yang semaunya terhadap
kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses
penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya, serta melakukan protes
terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin.
b. Pendekatan Disiplin Dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi bahwa disiplin dilakukan
oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila
telah diputuskan, disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran pelaksanaannya
harus disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya, pengaruh hukuman untuk
memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada karyawan lainnya,
peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras,
serta pemberian hukuman terhadap karyawan yang melanggar kedua kalinya
harus diberi hukuman yang lebih berat.
c. Pendekatan Disiplin Tujuan
Pendekatan disiplin tujuan yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini berasumsi bahwa disiplin kerja harus dapat diterima
dan dipahami oleh semua karyawan, disiplin bukanlah suatu hukuman tetapi
17
merupakan pembentukan perilaku, serta bertujuan agar karyawan bertanggung
jawab terhadap perbuatannya.
2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja berasal dari
dua faktor, yaitu faktor kepribadian dan faktor lingkungan.
a. Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai
yang dianut. Sistem nilai yang dianut ini berkaitan langsung dengan disiplin.
Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang, dimana sikap ini diharapkan
akan tercermin dalam perilaku.
b. Faktor Lingkungan
Disiplin seseorang merupakan produk sosialisasi hasil interaksi
dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu,
pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. Disiplin
kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tapi merupakan suatu proses belajar
terus menerus. Proses pembelajaran agar efektif maka pemimpin yang
merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten,
adil bersikap positif dan terbuka. Konsisten adalah memperlakukan aturan
secara konsiten dari waktu ke waktu. Sekali aturan yang telah disepakati
dilanggar, maka rusaklah aturan sistem tersebut. Adil dalam hal ini adalah
memperlakukan seluruh karyawan dengan tidak membeda-bedakan.
Upaya menanamkan pada dasarnya adalah menanamkan nilai-nilai
oleh karenanya komunikasi terbuka adalah kuncinya. Dalam hal ini
transparasi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan termasuk
didalamnya sanksi dan hadiah apabila karyawan memerlukan konsultasi
terutama jika aturan-aturan dirasa tidak memuaskan karyawan.
Selain
faktor
kepemimpinan,
gaji
kesejahteraan
dan
sistem
penghargaan yang lainnya merupakan faktor yang tidak boleh dilupakan. Gaji
18
kesejahteraan dan sistem penghargaan akan memberikan motivasi kerja yang
tinggi pada karyawan sehingga akan berdampak pada perilaku disiplin kerja
karyawan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja antara
lain :
1. Tujuan dan kemampuan
2. Teladan pimpinan
3. Balas jasa
4. Keadilan
5. Pengawasan melekat
6. Sanksi hukuman
7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan ideal serta cukup menantang
bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (Pekerjaan) yang
dibebankan kepada seorang karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan
yang bersangkutan, agar ia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya. Tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau pekerjaan itu
dibawah kemampuannya, maka kesungguhan kedisiplinan karyawan ini rendah.
2.3.5 Indikator Disiplin Kerja
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan suatu organisasi, diantaranya ialah :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
19
kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja bersungguh-sungguh
dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik
(kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan,
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan / pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta perlakuan sama
dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam
pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya
kedisiplinan karyawan yang baik.
5. Waskat (Pengawasan melekat)
Waskat (pengawasan melekat) Adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan, karena dengan waskat ini, atasan harus
aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti bahwa atasan harus selalu ada /
hadir ditempat pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan
petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menggerakan
pekerjaan. Jadi, waskat ini menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan
20
dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner
karyawan yang berkurang. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan
atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk
mengubah perilakunya.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan dengan menegur dan
menghukum setiap karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan
yang baik pada perusahaan tersebut.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubunganhubungan yang baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari
direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship
hendaknya harmonis.
2.3.6
Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Pelaksanaan sanksi terhadap disiplin dengan memberikan peringatan, harus
segera, konsisten, dan impersonal. Sanksi pelanggaran disiplin kerja menurut
Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Kerja Sumber Daya
Manusia (2008:131) tersebut meliputi :
1. Pemberian Peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai
yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya.
21
2. Pemberian Sanksi Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai
dengan peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang
bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku diperusahaan.
3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini
bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang
berlaku diperusahaan.
4. Pemberian Sanksi Harus Personal
Pemberian sanksi harus tidak membeda-bedakan pegawai, tua, muda, priawanita, tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tujuan agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua
pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku diperusahaan.
22
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini mengenai pelaksanaan peningkatan
disiplin kerja pada pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung yang beralamat di jalan
Sukabumi No. 17 Bandung.
3.1.1
Sejarah Singkat Dinas Kebakaran Kota Bandung
Dinas Kebakaran Kota Bandung merupakan dinas yang memiliki peran
strategis dalam menjaga dan mengamankan Kota Bandung dengan luas daerah 16.767
hektare dan jumlah 30 kecamatan serta 151 kelurahan dari bencana kebakaran dan
bencana lainnya sebagai penunjang Visi dan Misi Kota Bandung. Dinas Kebakaran
Kota Bandung berdiri pada tanggal 2 Oktober 1962 dengan nama Urusan Pemadam
Kebakaran (UPK) yang menginduk ke Dinas Teknik Penyehatan, pada tahun 1971
menginduk ke Dinas Pekerjaan Umum dengan nama Barisan Pemadam Kebakaran
(BPK), dan ditahun 1977 BPK mengalami perubahan induk lagi dibawah Sub
Direktorat Ketertiban Umum (TIBUM).
Pada tahun 1980 BPK menjadi unit tersendiri dengan Peraturan Daerah No.
19 Tahun 1980 tentang pengelolaan kebakaran bernama Dinas Kebakaran (DISKAR).
Pergantian namapun terjadi lagi pada tahun 2001 menjadi Dinas Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran (DPPK) dengan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2001,
dan pada tahun 2007 DPPK berubah kembali menjadi Dinas Kebakaran Peraturan
Daerah No. 13 Tahun 2007.
3.1.2
Visi, Misi dan Tujuan Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Dinas
Kebakaran Kota Bandung
Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat
23
Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Dan Susunan
Organisasi Daerah Kota Bandung.
Bahwa Dinas Kebakaran Kota Bandung bertugas melaksanakan sebagian
kewenangan fungsi daerah di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut diatas maka dinas Kebakaran Kota
Bandung mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
3.1.2.1 Visi, Misi dan Tujuan Sasaran Dinas Kebakaran Kota Bandung
A. Visi
“Terselenggaranya perlindungan kepada masyarakat, aman dari ancaman
bahaya
kebakaran,
melalui
terciptanya
sistem
pencegahan
dan
penanggulangan yang handal, tangguh dalam tugas dan profesional guna
menunjang Visi dan Misi Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang
“BERMARTABAT”
B. Misi
Untuk mewujudkan visi Dinas Kebakaran Kota Bandung, adapun misi yang
akan dicapai adalah :
1. Mengembangkan sumber daya manusia, aparat Dinas Kebakaran yang
professional, efektif, efisien, akuntabel, dan tangguh dalam melaksanakan
tugas.
 Tujuan :
Terkendalinya daya dukung seluruh pejabat struktural, staf pelaksana
dan pasukan pemadam kebakaran serta rescue
 Sasaran
1. Kualitas sumber daya meningkat.
2. Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas terlaksana.
2. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat atas bahaya
kebakaran dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan
24
 Tujuan :
Terwujudnya kerjasama dengan masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
 Sasaran :
1. Menurunnya jumlah kebakaran di Kota Bandung.
2. Terbentuknya Satuan Relawan Kebakaran (SATWANKAR) diseluruh
Kota Bandung.
3. Meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan alat pemadam kebakaran
aktif dan pasif pada bangunan gedung
 Tujuan :
1. Tercapainya Respons Time 15 (lima belas) menit ketempat kejadian
kebakaran atau bencana lainnya sesuai standar internasional.
2. Mengurangi jumlah kerugian dan resiko korban jiwa atau resiko yang
lebih patal.
 Sasaran :
1. Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat.
2. Mengurangi penderitaan dan kerugian bagi korban.
4. Mengembangkan Pos Wilayah Pemadam beserta Sarana Prasarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan rescue guna menunjang
pelayanan publik.
 Tujuan :
1. Tersedianya mobil pemadam kebakaran di tiap pos-pos wilayah
sebanyak 2 unit tiap pos wilayah.
2. Terwujudnya standar pemadaman dan penanggulangan bencana.
 Sasaran :
Pengembangan instrumen penanggulangan dan pencegahan kebakaran
memenuhi Standar Operasional Prosedur (OSP).
5. Peningkatan efektif, efisiensi, cepat dan tepat dalam penanggulangan
kebakaran dan bencana lainnya.
25
 Tujuan :
Terwujudnya pelayanan publik yang prima.
 Sasaran :
1. Perubahan motivasi dan pola pikir aparatur di lingkungan Dinas
Kebakaran Kota Bandung dalam memahami konsep pelayanan publik.
2. Rekrutmen dilingkungan Dinas Kebakaran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, menyesuaikan pola pembinaan, pendidikan dan
pelatihan pegawai.
3.1.2.2 Strategi
Strategi pengembangan yang akan ditetapkan dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan kebakaran secara umum adalah ;
1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur Dinas Kebakaran Kota Bandung.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana.
3. Meningkatkan pengawasan terhadap gedung-gedung, fasum dan fasos sesuai
peraturan per undang-undangan dan peraturan daerah.
4. Melaksanakan penyuluhan, sosialisasi dan simulasi bersama dengan
pemerintah, swasta serta masyarakat.
5. Meningkatkan kesejahteraan aparat Dinas Kebakaran.
6. Membentuk Satuan Relawan Kebakaran (SATWANKAR), ditiap kelurahan.
7. Melaksanakan disiplin dan menjungjung tinggi motto “PANTANG PULANG
SEBELUM PADAM”.
3.1.2.3 Arah Kebijakan
Misi 1 :
Mengembankan sumber daya manusia aparat Dinas Kebakaran yang sehat, cerdas,
berakhlak, professional dan tangguh dalam melaksanakan tugas.
26
Arah kebijakan :
1. Pengembangan pendidikan teknis antara lain, BASIC FIRE, FIRE FIGHTER,
FIRE RESCUE dan FIRE MANAGEMENT.
2. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana Dinas Kebakaran.
3. Meningkatkan kesejahteraan.
Misi 2 :
Meningkatkan kesadaran masyarakat atas bahaya kebakaran dengan melakukan
penyuluhan-penyuluhan.
Arah kebijakan :
1. Meningkatkan pelayanan prima.
2. Meningkatkan
pemeriksaan
secara
berkala
terhadap
gedung-gedung
bertingkat, hotel, mall, fasum dan fasos lainnya.
3. Melaksanakan sosialisasi dan simulasi bersama-sama dengan swasta dan
elemen masyarakat.
Misi 3 :
Mengembangkan pos-pos wilayah pemadaman yang terletak di Bandung Timur,
Bandung Barat. Bandung Selatan dan Bandung Utara serta daerah-daerah padat
lainnya.
Arah kebijakan :
1. Melaksanakan pencapaian response time 15 menit, ketempat kejadian
kebakaran atau bencana lainnya.
2. Mengurangi jumlah kerugian dan menghindari korban jiwa.
3. Melaksanakan “Mitigasi” dengan cepat dan tepat.
4. Melaksanakan penambahan jumlah personil.
Misi 4 :
Meningkatkan sarana dan prasarana pemadam kebakaran guna menunjang pelayanan
publik dalam pencapaian Bandung Kota Jasa yang Bermartabat.
27
Arah kebijakan :
1. Menempatkan masing-masing 2 (dua) unit mobil pemadam ditiap pos
wilayah.
2. Memperkuat UPTD (Unit Pelayanan Teknis Daerah) dalam menunjang
peningkatan pelayanan
masyarakat pada pos-pos wilayah pemadam
kebakaran.
3. Pengembangan sistem informasi dalam manajemen Dinas Kebakaran Kota
Bandung.
4. Meningkatkan peran SATWANKAR ditiap kelurahan.
Misi 5 :
Meningkatkan kinerja aparat Dinas Kebakaran yang efektif, efisien, akuntabel dan
transparan dalam upaya meningkatkan kapasitas pelayanan publik.
Arah kebijakan :
1. Meningkatkan pola kerja yang Good Goverment disertai prinsip efektif,
efisien, akuntabel dan transparan.
2. Meningkatkan pelayanan publik yang optimal dan prima dengan menciptakan
kondisi kerja yang nyaman, ramah, bijaksana dan produktif.
3. Meningkatkan fungsi pengawasan baik internal maupun eksternal sehingga
tercipta suatu mekanisme birokrasi yang sehat dan terpercaya.
4. Meningkatkan retribusi pendapatan asli daerah, melalui retribusi pemadam
kebakaran.
5. Meningkatkan pengetahuan teknolgi dan pengetahuan umum lainnya.
3.2
Motto dan Tujuan Dinas Kebakaran Kota Bandung
Motto : Rencana yang matang dalam pencegahan, tindakan yang cepat dalam
penanggulangan.
Tujuan : Terwujudnya kerjasama dengan masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
28
3.3
Definisi Struktur Organisasi
Untuk dapat mewujudkan tujuan perusahaan diperlukan suatu struktur yang
jelas. Struktur organisasi perusahaan merupakan sistem pembagian tugas, wewenang
dan tanggung jawab dari tiap fungsi atau bagian yang terdapat dalam suatu organisasi
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi, maka karyawan yang menjadi
anggota organisasi tersebut akan mengerti tanggung jawab dan wewenang masingmasing sehingga dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan
keahliannya, berikut adalah Struktur Organisasi Dinas Kebakaran Kota Bandung.
29
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
UMUM KEPEGAWAIAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BIDANG PEMBINAAN
DAN PENYULUHAN
SEKSI PENYULUHAN
SEKSI BINA PERAN
SERTA MASYARAKAT
BIDANG PENGENDALIAN
OPERASI PEMADAMAN
BIDANG
PENCEGAHAN
SEKSI PENDATAAN &
STATISTIK
SEKSI
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN &
PROGRAM
BIDANG SARANA
TEKNIS
SEKSI SARANA
TEKNIS
PEMADAMAN
DAN
PENYELAMATAN
SEKSI INSPEKSI DAN
REKOMENDASI
SEKSI PENYELAMATAN
SEKSI
PENGENDALIAN
SARANA
PENYELAMATAN
UPTD
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebakaran
Sumber : Dinas Kebakaran Kota Bandung
30
3.3.1 Uraian Tugas (Job Description)
Untuk memperjelas Struktur Organisasi Dinas Kebakaran Kota Bandung serta
bagaiman wewenang dan tanggung jawab masing-masing pegawai diuraikan sebagai
berikut :
I. Kepala Dinas
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian urusan pemerintahan di bidang
pencegahan dan penanggulangan kebakaran berdasarkan asas otonomi dan
pembantuan.
b. Fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan dan penyuluhan,
pencegahan, pengendalian dan operasi pemadaman dan sarana teknis;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pembinaan dan penyuluhan, pencegahan, pengendalian operasi
pemadaman dan sarana teknis;
3. Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan dan penyuluhan,
pencegahan, pengendalian, operasi pemadaman dan sarana teknis;
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya: pembinaan, monitoring, evaluasi, dan laporan kegiatan
Dinas.
II. Sekretaris
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang
kesekretariatan.
b. Fungsi :
1. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;
2. Pelaksanaan kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum
dan kepegawaian, program dan keuangan;
3. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, pelaksanaan
monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan Dinas;
4. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang; dan
31
5. Pelaksanaan
monitoring,
evaluasi
dan
laporan
kegiatan
kesekretariatan.
Sekretaris terdiri dari 2 (dua) Sub Bagian yaitu :
1. Sub. Bagian Umum dan kepegawaian
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup umum
dan kepegawaian.
b. Fungsi :
1. Penyusunan-penyusunan bahan rencana dan program pengelola
lingkup administrasi umum dan kepegawaian;
2. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah
dinas, penataan kearsipan dinas, penyelenggaraan kerumahtanggaan
dinas, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;
3. Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan
dan pengelolaan data mutasi, disiplin, pengembangan pegawai dan
kesejahteraan pegawai; dan
4. Pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan kepegawaian.
2. Sub. Bagian Keuangan dan Program
a. Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup
keuangan dan program.
b. Fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program pengelolaan adminitrasi keuangan
dan program pengembangan kinerja dinas;
2. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan
dan pengelolaan data anggaran, koordinasi penyusunan anggaran,
koordinasi pengelolaan dan pengendalian keuangan, kebendaharaan
dan penyusunan laporan keuangan dinas;
32
3. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyusunan
rencana,
penyusunan
bahan,
pemprosesan,
pengusulan
dan
pengelolaan data kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana dan
program dinas serta koordinasi pengendalian program; dan
4. Pelaksanaan pelaporan lingkup kegiatan pengelolaan administrasi
keuangan dan program kerja Dinas.
III.Bidang Pembinaan dan Penyuluhan
a.
Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembinaan
dan penyuluhan.
b. Fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program lingkup penyuluhan dan bina peran
serta masyarakat;
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyuluhan dan bina peran serta
masyarakat;
3. Pelaksanaan lingkup penyuluhan dan bina peran serta masyarakat; dan
4. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyuluhan
dan bina peran serta masyarakat.
Bidang Pembinaan dan Penyuluhan terdiri dari 2 (dua) Sub Bagian yaitu :
1. Seksi Penyuluhan
a. Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas bidang pembinaan dan
lingkup Penyuluhan.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyuluhan;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyuluhan;
3. Pelaksanaan lingkup penyuluhan yang meliputi penyuluhan, peragaan
dan peningkatan pemahaman pencegahan dan penanggulangan
kebakaran serta upaya penyelamatan;
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan lingkup penyuluhan.
33
2. Seksi Bina Peran serta Masyarakat
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas bidang pembinaan dan
penyuluhan lingkup bina peran serta masyarakat.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup bina peran serta
masyarakat;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bina peran serta
masyarakat;
3. Pelaksanaan bina peran serta masyarakat yang meliputi pengembangan
sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran, dan meningkatkan
bimbingan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran / evakuasi pembinaan peran serta
masyarakat kepada satuan pengaman bangunan gedung milik instansi,
baik instansi pemerintah maupun swasta dan masyarakat umum
lainnya, dalam hal pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta
penyelamatan / evakuasi; dan
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup bina.
IV. Bidang Pencegahan
a.
Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pencegahan.
b.
Fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program lingkup pendataan dan statistik serta
inspeksi dan rekomendasi;
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan dan statistik serta
inspeksi dan rekomendasi;
3. Pelaksanaan lingkup pendataan dan statistik serta inspeksi dan
rekomendasi; dan
4. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup
pendataan dan statistik serta inspeksi dan rekomendasi.
34
Bidang Pencegahan terdiri dari 2 (dua) Sub Bagian yaitu :
1. Seksi Pendataan dan Statistik
a. Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas bidang pencegahan lingkup
pendataan dan statistik.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pendataan dan statistik;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan statistik;
3. Pelaksanaan lingkup pendataan dan statistik yang meliputi pendataan
instansi, perkantoran, gedung, dan tempat dengan potensi resiko
kebakaran yang tinggi, pendataan dan pemetaan ketersediaan air
keperluan pemadaman bagi setiap wilayah kelurahan, penyusunan data
statistik kejadian kebakaran dan penyebab kebakaran; dan
4. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pendataan
dan statistik.
2. Seksi Inspeksi dan Rekomendasi
a. Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas bidang pencegahan lingkup
inspeksi dan rekomendasi.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan
dan
penganalisaan
data
lingkup
inspeksi
dan
rekomendasi;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup inspeksi dan rekomendasi;
3. Pelaksanaan inspeksi dan rekomendasi yang meliputi inspeksi dan
pemeriksaan berkala fasilitas sarana proteksi dan peringatan kebakaran
di perkantoran, instansi pemerintah, dan tempat / lokasi dengan resiko
potensi kebakaran tinggi, pemeriksaan dan pengujian alat proteksi
kebakaran (APK), serta fasilitasi pemeriksaan alat proteksi kebakaran
dan pemberian advis teknis desain sistem proteksi kebakaran dan
rekomendasi proteksi kebakaran; dan
35
4. Evaluasi
dan
pelaporan
pelaksanaan
lingkup
inspeksi
dan
rekomendasi.
V. Bidang Pengendalian Operasi
a.
Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengendalian
operasi pemadaman.
b. Fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program lingkup penanggulangan kebakaran
dan penyelamatan;
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan;
3. Pelaksanaan lingkup penanggulangan kebakaran dan penyelamatan;
dan
4. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup
penanggulangan kebakaran dan penyelamatan.
Bidang Pengendalian Operasi terdiri dari 2 (dua) Sub Bagian yaitu :
1. Seksi Penanggulangan Kebakaran
a. Tugas Pokok : Melaksanakan tugas sebagian tugas Bidang Pengendalian
Operasi Pemadaman lingkup pembinaan penanggulangan kebakaran.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penanggulangan
kebakaran;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis, standar dan prosedur tetap lingkup
penanggulangan kebakaran;
3. Pelaksanaan lingkup penanggulangan kebakaran yang meliputi
penanggulangan dan pemadaman kebakaran; dan
4. Evaluasi
kebakaran.
dan
pelaporan
pelaksanaan
lingkup
penanggulangan
36
2. Seksi Penyelamatan
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian
Operasi Pemadaman lingkup pembinaan penyelamatan.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyelamatan;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis standar dan prosedur tetap lingkup
penyelamatan;
3. Pelaksanaan lingkup penyelamatan yang meliputi pelaksanaan operasi
penyelamatan korban akibat kebakaran dan fasilitasi kerjasama dan
koordinasi penyelamatan bencana / kecelakaan / kondisi lain; dan
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyelamatan.
VI. Bidang Sarana Teknis
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup Sarana
teknis.
b. Fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program lingkup sarana teknis pemadaman
dan penyelamatan serta pengendalian sarana pemadaman dan
penyelamatan;
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup sarana teknis pemadaman dan
penyelamatan
serta
pengendalian
sarana
pemadaman
dan
penyelamatan;
3. Pelaksanaan dan pengendalian lingkup sarana teknis pemadaman dan
penyelamatan; dan
4. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup sarana teknis
pemadaman dan penyelamatan serta pengendalian sarana pemadaman
dan penyelamatan.
37
Bidang Sarana Teknis terdiri dari 2 (dua) Sub Bagian yaitu :
1. Seksi Sarana Teknis Pemadaman dan Penyelamatan
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas Bidang Sarana Teknis
lingkup sarana teknis pemadaman dan penyelamatan.
b. Fungsi :
1. Pengumpulan
dan
penganalisaan
data
lingkup
sarana
teknis
pemadaman dan penyelamatan;
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup sarana teknis pemadaman
dan penyelamatan;
3. Pelaksanaan lingkup sarana teknis pemadaman dan penyelamatan yang
meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan, penyusunan dan
pemeriksaan kesiapan / kesiagaan sarana, mobil kebakaran, dan
peralatan pemadaman dan penyelamatan serta bencana lain; dan
4. Pelaksanan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup
sarana teknis pemadaman dan penyelamatan.
5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup
sarana teknis pemadaman dan penyelamatan.
2. Seksi Pengendalian Sarana Penyelamatan
a. Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas Bidang Sarana Teknis
lingkup pengendalian sarana pemadaman dan penyelamatan.
b. Fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pengendalian sarana
pemadaman dan penyelamatan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian sarana
pemadaman dan penyelamatan;
c. Pelaksanaan pengendalian sarana pemadaman dan penyelamatan yang
meliputi perencanaan pengaturan jadwal petugas piket, pengaturan
pemakaina kendaraan / sarana penyelamatan; dan
38
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pengendalian sarana
penyelamatan.
3.4
Metodologi Tugas Akhir
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Menurut
Zulganef (2008:11) :
“Metode
deskriptif
yaitu
metode
penelitian
yang
bertujuan
menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilahmilah atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu.”
3.5
Jenis-jenis Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer yaitu data-data yang langsung diperoleh dari sumber pertama
sebagai objek penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang diteliti berupa catatan-catatan, literatur sebagai sumber teori dan
peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan formal sebagai landasan
hukum yang berlaku.
3.6
Teknik Pengumpulan Data
Sedangkan teknik pengumpulan data informasi yang dibutuhkan sebagai
bahan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :
1. Studi Lapangan (Field Research)
Penulis melakukan pengamatan langsung pada tempat yang menjadi objek
penelitian. Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan untuk mempelajari
39
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit
sosial: individu, kelompok, lembaga, masyarakat.
Penulis melaksanakan Penelitian Lapangan yang meliputi :
a. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data informasi yang dilakukan oleh penulis dalam
mencari data-data atau informasi yang diperlukan di lembaga pemerintah
dengan cara melakukan Tanya jawab langsung dengan pegawai Dinas
Kebakaran Kota Bandung.
b. Observasi (Observation)
Teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian serta ikut dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan Peningkatan Disiplin Kerja Pada Pegawai Dinas Kebakaran
Kota Bandung
Pada dasarnya dalam suatu instansi pemerintah maupun perusahaan komersil
memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan disiplin kerja karyawan yang
ditujukan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan sehingga kegiatan perusahaan
lebih efektif dan efisien. Seperti hal nya pada Dinas Kebakaran Kota Bandung
menggunakan disiplin korektif yaitu suatu upaya untuk mengarahkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan agar tetap memenuhi peraturan sesuai dengan pedoman
peraturan yang berlaku pada perusahaan, dan bagi yang melanggar disiplin korektif
akan dikenakan sangsi sesuai peraturan yang berlaku dan pelanggaran yang dilanggar
oleh karyawan. Sehingga dalam hal ini perusahaan dituntut untuk membuat
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap karyawannya.
Begitupun halnya pada Dinas Kebakaran Kota Bandung dalam pelaksanaan disiplin
kerja menerapakan peraturan bagi pegawai, guna menunjang kedisiplinan pegawai
terhadap pekerjaannya. Adapun peraturan-peraturan tersebut meliputi; absensi, jam
kerja, tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya dan tingkahlaku dalam
bekerja.
Pelaksanaan disiplin kerja karyawan yang telah dilakukan oleh Dinas
Kebakaran Kota Bandung diantaranya :
1. Mengacu pada peraturan pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
2. Membuat peraturan intern dan tata tertib intern yang harus dilaksanakan oleh
semua pegawai;
3. Mentaati ketentuan jam kerja.
Senin s/d Kamis
: Masuk Pukul 07.45 WIB
41
Istirahat Pukul 12.30-13.00 WIB
Pulang Pukul 16.00 WIB
Jum’at
: Masuk Pukul 07.45 WIB
Istirahat Pukul 11.30-13.00 WIB
Pulang Pukul 16.00 WIB
•
Mentaati ketentuan jam kerja Pelaksana Pemadaman dan penyelamatan Senin
s/d selasa
: Masuk 1 x 24 jam Pukul 07.45 WIB s/d 07.45 /peleton (36
Orang). Dinas Kebakaran Kota Bandung memiliki 3 (tiga) peleton petugas
pemadam dan penyelamat.
•
Setiap pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung harus hadir mulai Pukul
07.45 WIB hingga Pukul 16.00 WIB. Pegawai tidak diperbolehkan keluar
kantor pada saat jam kerja, kecuali ada pekerjaan dilapangan, keperluan yang
sangat penting seperti sakit, ada keluarga atau kerabat yang tertimpa musibah.
Kehadiran pegawai dicatat dengan menggunakan daftar absen sebagai salah
satu alat ukur untuk mengetahui kehadiran pegawai.
4. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaikbaiknya. Investaris kendaraan roda dua dan roda empat dan gedung beserta
isinya harus dijaga dengan baik. Kendaraan setelah digunakan disimpan
kembali pada tempatnya dan dilakukan perawatan secara rutin;
5. Menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya.
Rahasia negara seperti arsip tidak boleh diberitahukan kepada orang yang
tidak berkepentingan;
6. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. Perintah atasan harus
dilaksanakan selama tidak melanggar;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
negara.
42
Seperti tidak melakukan perbuatan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
dalam bekerja;
8. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya.
Setiap pekerjaan harus dikonsultasikan dengan bawahan, agar apabila terjadi
hal yang tidak diinginkan ditanggung bersama. Dan atasan tidak boleh berbuat
sewenang-wenang terhadap bawahannya. Karena tanpa bawahan atasan tidak
bisa menjalankan pekerjaan dengan baik;
9. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
10. Berpakaian seragam yang telah ditentukan sesuai peraturan kecuali pada hari
tertentu memakai pakaian batik dan bebas (kamis & jum’at) rapih dan sopan
serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama
Pegawai Negeri Sipil, dan terhadap atasan.
Salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan pegawai adalah
menerapkan disiplin kerja yang diberikan secara baik diharapkan dapat
membuat pegawai mengerti dan melaksanakannya dengan ketentuanketentuan yang berlaku.
4.1.1
Kewajiban Dan Larangan
Setiap karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan harus mentaati peraturan
dan kewajiban. Hal ini berlaku juga pada pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung
dimana mereka harus menjalankan kewajiban dan larangan yang berlaku diantaranya
:
a. Kewajiban
 Setiap PNS (Pegawai Negeri Sipil ) wajib :
1. Mengucapkan sumpah / janji PNS;
2. Mengucapkan sumpah / janji jabatan PNS;
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
43
4. Mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menjungjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS;
7. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,
seseorang, dan / atau golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materil;
11. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja;
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaikbaiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;
dan
17. Mentaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
b. Larangan
 Setiap PNS (Pegawai Negeri Sipil) dilarang :
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan / atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
44
3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan / atau lembaga atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
5. Memiliki,
menjual,
membeli,
menggadaikan,
menyewakan,
atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan teman atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk
diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan / atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
4.1.2
Tujuan Pelaksanaan Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai Pada Dinas
Kebakaran Kota Bandung.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pelaksanaan disiplin kerja terdapat
beberapa hal yang perlu dipahami oleh para pegawai, yaitu mengenai tujuan
peningkatan disiplin kerja. Hal ini diperlukan untuk kinerja dari para pegawai.
Adapun tujuan penyusunan peraturan guna meningkatkan disiplin kerja di
Dinas Kebakaran Kota Bandung:
45
1. Mempertegas kebijakan untuk Pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung.
Meningkatkan kinerja dari pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung sehingga
pegawai dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat
Kota Bandung pada umumnya dan menunjukkan etos kerja yang tinggi
khususnya kepada Dinas Kebakaran Kota Bandung. Sehingga segala
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
2. Memperbaiki sikap dan perilaku pegawai.
Dengan diterapkannya disiplin kerja untuk para pegawai, maka di Dinas
Kebakaran Kota Bandung dapat membedakan antara hal-hal yang harus
dilakukan atau hal yang tidak boleh dilakukan, sehingga sifat dan perilaku
karyawan akan lebih baik di masa yang akan datang dan tujuan perusahaan
yang akan dicapai.
3. Menghargai waktu kerja.
Seperti jam masuk kerja dan pulang kerja sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh Dinas Kebakaran Kota Bandung.
4. Pegawai dapat memahami peraturan yang ada.
Dengan adanya peraturan-peraturan disiplin kerja maka pegawai Dinas
Kebakaran Kota Bandung akan lebih mengetahui dengan jelas peraturanperaturan yang berlaku di perusahaan.
5. Menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Dengan diterapkan disiplin kerja, maka Dinas Kebakaran Kota Bandung
berharap para pegawai dapat menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik dari
sebelumnya. Bukan hal yang tidak mungkin untuk perusahaan memberikan
pengharagaan kepada para pegawai yang memiliki prestasi yang baik.
4.1.3
Tingkat dan Jenis Hukuman
Setiap ucapan, tulisan dan perbuatan Pegawai Negri Sipil yang melanggar
ketentuan kewajiaban dan larangan bagi Pegawai Negri Sipil adalah pelanggaran
disiplin.
46
Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
•
Hukuman disiplin ringan terdiri dari :
1. Teguran lisan
Pegawai yang melakukan pelanggaran cukup diberikan peringatan dengan
secara lisan oleh pihak yang berwenang, wajib diberitahukan secara tertulis
oleh pejabat yang berwenang atau kepala dinas menghukum kepada pejabat
yang mengurus kepegawaian.
2. Teguran tertulis
Pegawai yang melakukan pelanggaran diberikan peringatan berupa Surat
Peringatan dari kepala dinas kepada pegawai yang melanggar disiplin kerja,
dalam surat hukuman tertulis harus disebutkan pelanggaran disiplin yang telah
dilakukan pegawai yang bersangkutan.
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis
Pegawai yang dikenakan hukuman berhak membuat surat keberatan, dalam
surat hukuman disiplin pernyataan tidak puas secara tertulis, harus disebutkan
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai secara bersangkutan.
•
Hukuman disiplin sedang terdiri dari :
1. Penundaan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun.
Yang bersangkutan biasa mendapatkan gaji berkala pada 2 (dua) tahun 1
(satu) kali, akhirnya dia baru mendapatkan kenaikan gaji berkala pada tahun
ke 3 (tiga).
2. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun. Gaji yang bersangkutan berkurang karena ada pengurangan dari
1 (satu) kali gaji berkala, contoh terima gaji sebesar Rp. 50.000 karena ada
potongan dari gaji berkala sebesar Rp. 10.000, maka yang dia terima hanya
sebesar Rp. 40.000 perbulan. Uang tersebut dimasukan kedalam kas kecil atau
petty cash perusahaan yang digunakan untuk keperluan yang tidak terduga.
3. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.
47
Yang seharusnya 4 (empat) tahun sekali naik pangkat akhirnya pada tahun ke
5 (lima) baru bisa diusulkan untuk kenaikan pangkat.
•
Hukuman disiplin berat terdiri dari :
1. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling
lama 1 (satu) tahun. Yang bersangkutan sebenarnya pangkat 3A, karena ada
hukuman, pangkatnya diturunkan menjadi 2D tetapi hanya berlaku dalam 1
(satu) tahun, setelah hukuman berakhir maka pangkatnya akan kembali
menjadi 3A.
2. Pembebasan dari jabatan.
Yang bersangkutan jabatannya dicopot, contoh Kasubag Umum dan
Kepegawaian. Jabatan tersebut akan digantikan oleh pegawai lain baik dari
dalam perusahaan atau merekrut dari luar perusahaan.
3. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Yang bersangkutan diberhentikan melalui Surat Keputusan yang
diberikan oleh Pimpinan atau Kepala Dinas kepada pegawai yang
bersangkutan dan masih mendapat gaji.
4. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Yang bersangkutan diberhentikan melalui Surat Keputusan yang diberikan
oleh pimpinan atau Kepala Dinas kepada pegawai yang bersangkutan dan
tidak mendapatkan gaji.
4.2
Kendala-kendala Yang Dihadapi Oleh Dinas Kebakaran Kota Bandung
Dalam Pelaksanakan Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan disiplin kerja Dinas
Kebakaran Kota Bandung pada dasarnya terletak pada beberapa kendala. Adapun
48
beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan disiplin kerja di
Dinas Kebakaran Kota Bandung adalah sebagai berikut :
1.
Kehadiran/ absensi
Kehadiran para pegawai dinas kebakaran sudah cukup baik namun masih ada
pegawai yang tidak masuk kerja tanpa memberitahukan dahulu kepada pihak
kantor. Selain itu ada juga pegawai yang menitip absensi kepada rekannya.
2.
Jam kerja
Dalam hal ini masih juga terdapat pegawai yang tidak mematuhi jam kerja yang
telah di tetapkan, baik mengenai jam masuk kerja masih ada yang datang
terlambat, jam istirahat yang tidak menentu terkesan seenaknya dan jam pulang
yang tidak sebagaimana mestinya.
3. Penerapan peraturan
Penerapan peraturan didalam Dinas Kebakaran Kota Bandung belum begitu
maksimal. Seperti pemberian hukuman disiplin terhadap pelanggaran yang
dilakukan. Hal ini juga merupakan masalah mendasar pada Dinas Kebakaran
Kota Bandung sehingga masih kurangnya kedisiplinan para pegawai. Pada
dasarnya kendala muncul akibat kurangnya pengawasan serta kurang
maksimalnya penerapan ketentuan yang berlaku. Tingkat kedisiplinan Dinas
Kebakaran Kota Bandung sudah cukup baik, akan tetapi peningkatan
kedisiplinan pegawai dapat terwujud apabila sistem kedisiplinan diterapkan serta
pelaksananya dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.
4.3
Cara Mengatasi Kendala-kendala Disiplin Kerja di Dinas Kebakaran
Kota Bandung
Untuk mengatasi kendala dalam menegakkan disiplin kerja Dinas Kebakaran
Kota Bandung, maka usaha-usaha untuk melaksanakan disiplin kerja antara lain :
1.
Kehadiran/ absensi
Absensi Yang dilakukan pada Dinas Kebakaran Kota Bandung dengan
melaksanakan pengabsenan tiga tahap yaitu absen apel pagi yang dilaksanakan
49
setelah selesai apel pagi, absen bidang yaitu absen yang dilaksanakan pada
bidang masing-masing yang fungsinya untuk pengendalian atasan langsung
terhadap pegawainya, absen Dinas (absen checkclock) fungsinya untuk
mencocokan kedua absen tersebut apakah pegawai tersebut benar-benar
mengabsen atau tidak/ masuk kerja atau tidak (sinkronisasi).
2.
Jam kerja
Untuk mengetahui keterlambatan atau tidaknya pegawai Pada Dinas Kebakaran
Kota Bandung disediakan absen dinas dimana diketahui waktu keterlambatan
atau pulang sebelum waktunya.
3.
Penerapan peraturan
Pada dasarnya peraturan yang ada di Dinas Kebakaran Kota Bandung sudah
cukup baik. Dimana sering dilakukan pembinaan terhadap pegawai yang mangkir
kerja dan sering terlambat/ tidak pernah mengikuti apel dan diterapkan hukuman
disiplin sesuai dengan peraturan pemerintah No 53 tahun 2010 dimana hukuman
disiplin tersebut bertahap dari hukuman disiplin ringan berupa teguran lisan dan
surat peringatan, hukuman sedang berupa penundaan kenaikan gaji berkala dan
penundaan kenaikan pangkat sampai dengan penurunan pangkat, hukuman
disiplin berat berupa pemberhentian secara hormat sampai dengan pemberhentian
secara tidak hormat.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Pelaksanaan Peningkatan Disiplin Kerja Pada Pegawai Dinas Kebakaran
Kota Bandung
Setelah penulis melakukan tinjauan mengenai pelaksanaan peningkatan disiplin
kerja pada pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung. Maka penulis dapat menarik
kesimpulan, pelaksanaan mengenai kehadiran / absensi, jam kerja dan penerapan
peraturan disaat bekerja dilakukan berpedoman pada peraturan disiplin kerja pegawai
yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah dan berlaku untuk semua pegawai Dinas
Kebakaran kota Bandung. Jadi sejauh ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
peningkatan disiplin kerja pada pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung belum
terlaksana sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.
2.
Tujuan Pelaksanaan Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai Pada Dinas
Kebakaran Kota Bandung
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pelaksanaan disiplin kerja terdapat
beberapa hal yang perlu dipahami oleh para pegawai, yaitu mengenai tujuan
peningkatan disiplin kerja. Hal ini diperlukan untuk kinerja dari para pegawai.
Adapun tujuan penyusunan peraturan guna meningkatkan disiplin kerja di
Dinas Kebakaran Kota Bandung:
6. Mempertegas kebijakan untuk Pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung.
Meningkatkan kinerja dari pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung sehingga
pegawai dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat
Kota Bandung pada umumnya dan menunjukkan etos kerja yang tinggi
khususnya kepada Dinas Kebakaran Kota Bandung. Sehingga segala
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
51
7. Memperbaiki sikap dan perilaku pegawai.
Dengan diterapkannya disiplin kerja untuk para pegawai, maka di Dinas
Kebakaran Kota Bandung dapat membedakan antara hal-hal yang harus
dilakukan atau hal yang tidak boleh dilakukan, sehingga sifat dan perilaku
karyawan akan lebih baik di masa yang akan datang dan tujuan perusahaan
yang akan dicapai.
8. Menghargai waktu kerja.
Seperti jam masuk kerja dan pulang kerja sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh Dinas Kebakaran Kota Bandung.
9. Pegawai dapat memahami peraturan yang ada.
Dengan adanya peraturan-peraturan disiplin kerja maka pegawai Dinas
Kebakaran Kota Bandung akan lebih mengetahui dengan jelas peraturanperaturan yang berlaku di perusahaan.
10. Menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Dengan diterapkan disiplin kerja, maka Dinas Kebakaran Kota Bandung
berharap para pegawai dapat menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik dari
sebelumnya. Bukan hal yang tidak mungkin untuk perusahaan memberikan
pengharagaan kepada para pegawai yang memiliki prestasi yang baik.
3.
Kendala-kendala Yang Dihadapi Oleh Dinas Kebakaran Kota Bandung
Dalam Pelaksanaan Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan disiplin kerja Dinas
Kebakaran Kota Bandung pada dasarnya terletak pada beberapa kendala. Adapun
beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan disiplin kerja pada
Dinas Kebakaran Kota Bandung adalah sebagai berikut :
4.
Kehadiran / absensi
Kehadiran para pegawai Dinas Kebakaran Kota Bandung sudah cukup baik
namun masih ada pegawai yang tidak masuk kerja tanpa memberitahukan dahulu
kepada pihak kantor. Selain itu ada juga pegawai yang menitip absensi kepada
rekannya.
52
5.
Jam kerja
Dalam hal ini masih juga terdapat pegawai yang tidak mematuhi jam kerja yang
telah di tetapkan, baik mengenai jam masuk kerja masih ada yang datang
terlambat, jam istirahat yang tidak menentu terkesan seenaknya dan jam pulang
yang tidak sebagaimana mestinya.
6. Penerapan peraturan
Penerapan peraturan didalam Dinas Kebakaran Kota Bandung belum begitu
maksimal. Seperti pemberian sangsi terhadap pelanggaran yang dilakukan. Hal
ini juga merupakan masalah mendasar pada Dinas Kebakaran Kota Bandung
sehingga masih kurangnya kedisiplinan para pegawai. Pada dasarnya kendala
muncul akibat kurangnya pengawasan serta kurang maksimalnya penerapan
ketentuan yang berlaku. Tingkat kedisiplinan Dinas Kebakaran Kota Bandung
sudah cukup baik, akan tetapi peningkatan kedisiplinan pegawai dapat terwujud
apabila sistem kedisiplinan diterapkan serta pelaksananya dalam melaksanakan
fungsinya sebagaimana mestinya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Dinas Kebakaran Kota Bandung :
1. Sistem
absensi
lebih
ditingkatkan
lagi
dengan
cara
menggunakan
komputerisasi supaya absensi lebih akurat, dengan akuratnya absensi secara
tidak langsung kedisiplinan akan masuk jam kerja dan pulang kerja akan
menjadi lebih baik.
2. Pimpinan selalu memberikan arahan kepada bawahan agar mampu bekerja
sepenuh hati dan bertanggung jawab guna meningkatkan disiplin kerja para
pegawai.
3. Penerapan sangsi-sangsi bagi yang melanggar peraturan supaya lebih
meningkatkan disiplin kerja para pegawai.
53
4. Dengan memberikan
insentif berupa bonus, penghargaan pada karyawan
teladan, dan upah pada pegawai untuk memotivasi karyawan agar lebih
mendisiplinkan diri sendiri.
5. Pegawai diharapkan lebih bisa meningkatkan disiplin dan bertanggung jawab
atas pekerjaan yang diberikan dinas.
6. Tingkat kedisiplinan Dinas Kebakaran Kota Bandung harus diutamakan
karena pelayanannya memerlukan kecepatan sarana dan prasarana yang siap
guna.
Download