INTISARI PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DI PUSKESMAS NOPEMBER BANJARMASIN Tria Shinta1; Ratih Pratiwi Sari2; Dreiyani Abdi M3 Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, Obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial dibanyak negara. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Depkes, 2007). Telah dilakukan penelitian secara deskriptif retrospektif mengenaiprofil peresepan obat antihipertensi pada pasien di Puskesmas 9 Nopember Banjarmasin pada tahun 2016 pengamatan dilakukan pada lembar resep pasien selama bulan Mei 2016. Hasil yangdiperoleh dari penelitian ini, Berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak menerima resep antihipertensi yaitu sebanyak 84 (57,93%) resep dan pada kelompok usia 46 – 55 memiliki persentase terbanyak yaitu 48 (33,10%) pasien, pada tingkat hipertensi yang memiliki persentase terbanyak adalah hipertensi tingkat I dengan jumlah 109 (75,17%) pasien selanjutnya menurut jenis terapi dengan persentase terbanyak adalah jenis terapi tunggal sebanyak 134 (92,41%), untuk golongan obat yang memiliki persentase terbanyak adalah golongan obat Penghambat Saluran Kalsium (CCB) dengan jumlah 95 (60,90%) yang terakhir yaitu menurut jenis obat terbanyak yang diresepkan adalah obat amlodipin 5 mg dengan jumlah 82 (52,56%) obat. Kata Kunci: Peresepan, Obat Antihipertensi 1 2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin i ABSTRACT PROFILE OF PRESCRIBING ANTIHYPERTENSIVE DRUGS IN PATIENTS AT HELATH CENTERS 9 NOPEMBER BANJARMASIN Tria Shinta1; Ratih Pratiwi Sari2; Dreiyani Abdi M3 The prevalence of hypertension increases with lifestyle changes such as smoking, obesity, physical inactivity and psychosocial stress in many countries. Hypertension has become a public health problem and will become a bigger problem if not addressed early (MOH, 2007). Has conducted retrospective descriptive study on the profile of prescribing antihypertensive drugs in patients at health centers Banjarmasin 9 November 2016 observations performed on patients recipe sheet for the month of May 2016 as many as 145 recipes. The results obtained from this study, by sex more women receive antihypertensive prescriptions as many as 84 (57.93%) prescriptions and in the age group 46-55 has the highest percentage is 48 (33.10%) patients, at a rate of hypertension has the highest percentage was hypertension stage I with a number of 109 (75.17%) patients according to the type of therapy with the next highest percentage is a single type of therapy, 134 (92.41%), for the class of drugs that have the highest percentage inhibitors are a class of drugs Calcium Channels (CCB) with the number 95 (60.90%) lastly, according to the types of drugs most prescribed drug is amlodipine 5 mg with the number 82 (52.56%) drug. Keyword: Prescribing Drugs, Antihypertensive 1 2 Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar yang menunjukkan hipertensi berada pada peringkat ketiga penyebab kematian di Indonesia, yaitu sebanyak 6,8%. Fakta ini juga didukung oleh hasil survei Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik yang dilaksanakan pada tahun 2009, bahwa hipertensi termasuk dalam 10 penyakit yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak 123.269 kasus, berjajar bersama penyakit menular lainnya seperti infeksi saluran napas, diare, dan gastroenteritis, dan lain-lain (Kemenkes, 2013). Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, Obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial dibanyak negara. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Depkes, 2007). Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan dari hasil riset Kesehatan Dasar melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikutiKalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013). Menurut The Seventh Joint National Commite (JNC VII) pada pencegahan, evaluasi deteksi, dan pengobatan tekanan darah tinggi (2004) Setiap orang dengan tekanan darah sistolik ˃140 mmHg atau diastolik ˃90 mmHg didiagnosis hipertensi. Hipertensi umumnya mulai pada usia muda, sekitar 5 sampai 10% pada usia 20 – 30tahun. Bagi pasien hipertensi yang berusia antara 40 – 70 tahun, setiap peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 3 mmHg atau tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg akan meningkatkan penyakit kardiovaskular (Chobanian dkk., 2004). Pengelolaan hipertensi dengan pengobatan berupa obat antihipertensi. Pemilihan antihipertensi ditentukan oleh keadaan klinis pasien, derajat hipertensi dan sifat obat antihipertensi tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan pada pemberian obat antihipertensi dari segi klinis pasien adalah kegawatan atau bukan kegawatan, usia pasien, derajat hipertensi, insufisiensi ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit penyerta, dan penggunaan obat yang rasional (Depkes, 2006). Rasionalitas penggunaan obat dapat dinilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan yaitu 4T+1W: tepat pasien, tepat indikasi, tepat dosis dan waktu pemberian, tepat kondisi pasien, dan waspada efek samping (Depkes, 2008). Penggunaan obat antihipertensi adalah salah satu cara untuk mengobati dan mengatasi penyakit tersebut. Pemilihan obat antihipertensi ditentukan oleh keadaan klinis pasien, derajat hipertensi, dan sifat obat antihipertensi tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan pada pemberian obat antihipertensi dari segi klinis pasien adalah keparahan pasien, usia pasien, derajat hipertensi, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit penyerta dan penggunaan obat-obat yang rasional (Depkes RI, 2006). Secara singkat pemakaian atau peresepan suatu obat dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali atau kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Hapsari, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati(2015) dengan judul “Pola Penggunaan Obat Antihipertensi dan Kesesuaiannya pada Pasien Geriatri Rawat Jalan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode April 2015” diperoleh hasil penelitian bahwa didomininasi oleh pasien hipertensi stage 1 dengan jumlah 105 pasien (53,30%) kemudian diikuti oleh pasien pre-hipertensi dengan jumlah 49 pasien (24,88%) dan selanjutnya pasien hipertensi 4 stage 2 yaitu sebanyak 43 pasien (21,82%). Obat antihipertensi yang diresepkan pada pasien geriatri ini kebanyakan digunakan secara tunggal yaitu sejumlah 119 pasien (60,41%). Golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan penghambat kalsium (CCB) yaitu sebanyak 116 pasien (42,02%). Kesesuaian terapi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin dibandingkan dengan literatur Joint National Comitte Seventh (JNC VII),dinyatakan bahwa terapi penggunaan yang sesuai 100 pasien (50,77 %) dan yang dinyatakan tidak sesuai adalah sebanyak 97 pasien (49,23%). Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Puskesmas sebagai Primary Health Care diharapkan dapat menjadi tempat pertama untuk pelayanan kesehatan. Indonesia memasuki era Jaminan Kesehatan Nasional yang dalam hierarkinya, pasien yang berobat harus ke dokter keluarga atau Puskesmas sebelum dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Untuk itu, peresepan obat antihipertensi di tingkat Puskesmas menarik untuk diketahui profilnya. Jumlah kunjungan penderita penyakit hipertensi di Puskesmas 9 Nopember Banjarmasin setiap tahunnya meningkat dan penyakit hipertensi pada tahun 2015 menduduki peringkat pertamadari penyakit lainnya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui Lembar Observasi dari data resep pasien, untuk mengetahui Profil Peresepan Obat Antihipertensi pada Pasien di Puskesmas 9 Nopember Banjrmasin. 5