Pertumbuhan Propagul Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Ceriops tagal di Persemain Jamili Jurusan Biologi, Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari Telp. (0401) 391929 Fax (0401)390496. E-mail : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteritik morfologi propagule mangrove spesies R. mucronata, B. gymnorrhiza dan C. tagal dan tingkat pertumbuhannya di persemaian. Penelitian ini menggunkan metode eksperimen dengan 4 perlakuan untuk spesies R. mucronata, dan masingmsing 3 perlakuan untuk spesies B. gymnorrhiza dan C. tagal. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah persentase hidup setiap spesies. Jumlah mangrove yang masih hidup dicatat setiap minggu selama 20 minggu. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, yang dilengkapi dengan tabel, dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran propagul mangrove yang berbeda memiliki rata-rata pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan yang paling tinggi pada spesies R.mucronata, adalah propagul dengan panjang 60-64 cm, diameter 1,7- 2,1 mm, dan berat 110-180 g, B. gymnorrhiza propagul dengan panjang 24-29,5 cm, diameter 1,51-1,87 mm, dan berat 50-70 g, dan spesies C. tagal propagul dengan panjang 23-25,5 cm, diameter 0,73-0,88mm, dan berat 13-32 g. Kata Kunci : Propagul, mangrove, pertumbuhan, Propagul Growth of Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza and Ceriops tagal Jamili Biology Department Halu Oleo Univercity, Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari Telp. (0401) 391929 Fax (0401)390496. E-mail : [email protected] Abstrac This Research represent the experiment research as a mean to know the morphology cracteristic size of propagule mangrove R. mucronata, B. gymnorrhiza and C. tagal with the its growth, and size measure of propagule mangrove rhizophoraceae owning best growth. Data gathered will be analysed by deskriptip, is hereinafter made in the form of tables, diagram, and graph. Result of research address that size measure different propagul mangrove own the different growth mean. Best Growth at propagul of species of R. mucronata is propagule longly 60-64 cm, diameter 1,7 2,1 mm, and heavy 110-180 g., species of B. gymnorrhiza is propagule longly 24-29,5 cm, diameter 1,51-1,87 mm, and heavy 50-70 g, and species of propagule C. tagal is propagul longly 23-25,5 cm, diameter 0,73-0,88 mm, and heavy 13-32 g. Keyword : Propagul, mangrove, growth 1 Pendahuluan Potensi mangrove di Sulawesi Tenggara cukup besar. Luas hutan mangrove di Sulawesi Tenggara pada tahun 1999 sesuai tata batas yang dilakukan oleh sub BIPHUT Kendari, terdiri dari hutan lindung seluas 61.512 ha yang tersebar pada 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Kolaka 4.728,04 ha, Buton 24.539,11 ha, Kendari 11.711,64 ha, dan Kabupaten Muna 21.534,00 ha. (Anonim, 2000). Hasil penelitian di kawasan suaka marga satwa Sulawesi Tenggara menemukan bahwa jenis-jenis dari familia Rhizophoraceae, seperti Rhizophora mukronata, R. apiculata dan Brugiera gymnorrhiza, merupakan jenis yang dominan ( Jamili dan Analuddin, 2004). Di Taman Nasional Wakatobi di dominasi oleh Rhizophora sp (Jamili, dkk., 2009). Kondisi hutan mangrove di beberapa tempat di Sulawesi Tenggara saat ini telah mengalami kerusakaan dan kemerosotan, akibat penebangan untuk kayu bangunan, kayu bakar, areal tambak dan berbagai kegiatan lain pada komunitas mangrove. Menurut laporan ADB (1997), khususnya di Pulau Muna Barat dari luas hutan mangrove sebesar 1.200 ha, 75 % telah rusak berat. Melihat begitu besarnya kerusakan yang terjadi pada hutan mangrove, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak untuk menanganinya. Hutan yang masih tersisa dikelola secara bijaksana, jangan mengulangi kesalahan yang telah terjadi dan areal yang telah rusak harus dipayakan diperbaiki melalui Replantasi atau Rehabilitasi. Hingga saat ini sebenarnya telah banyak dilakukan kegiatan rehabilitasi mangrove, baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah, badan internasional dan LSM lokal serta masyarakat setempat. Sejak tahun anggaran 1996/1997 Sampai tahun anggaran 1999/2000 di Pulau Muna Barat penanaman kembali yang dilakukan telah mencapai 120 ha dan di Teluk Kendari sebagai uji coba seluas 5 ha. Namun hasil yang diperoleh masih belum optimal. Dilaporkan bahwa tingkat pertumbuhan umur 1 - 2 tahun rata-rata hanya di bawah 20%. Rendahnya tingkat keberhasilan rehabilitasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang diduga sangat menentukan adalah masalah benih (propagule) yang digunakan. Umumnya benih (propagule) dipanen dari pohon mangrove dan langsung diitanam dilapangan, tanpa melalui seleksi dan tanpa melalui 2 pembibitan. Dengan demikian kualitas benih masih sangat bervariasi yang diduga akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. Hal ini sesuai pendapat Rao, et all. (1999) bahwa keberhasilan regenerasi di dalam hutan ditentukan oleh keberhasilan menyelesaikan kejadian-kejadian dalam siklus hidupnya, seperti produksi biji dan dispersal pada tempat yang sesuai, perkecambahan dan establishment serta pertumbuhan. Tinjauan Pustaka Proses regenerasi pada hutan mangrove cukup unik, hal in sesuai keadaan lingkungannya yang khas yaitu berair dan berlumpur. Sehingga beberapa spesies mempunyai mekanisme adaptasi dengan karakter propgaul maupun biji yang bervariasi, beberapa bersifat viviparous antara lain seperti Rhizophora, Avicennia dan Ceriops. Regenerasi pada hutan mangrove yang mengalami gangguan biasanya mengalami banyak kendala seperti ketiadaan benih maupun degradasi lingkungan. Snedaker dan Hamilton (1984) menyatakan bahwa problem regenerasi alami harus mendapat perhatian karena akan mengalami kegagalan pada beberapa daerah tertentu. Hal ini karena keberhasilan regenerasi alami sangat rendah; seperti di Matang Malaysia hanya 50%, dan bahkan di Sarawak hanya berkisar 10 %. Berkaitan dengan keberhasilan regenerasi ini, dikatakan oleh Barik., et al. (1996) bahwa keberhasilan regenerasi pohon didalam suatu hutan ditentukan oleh kesuksesan menyelesaikan beberapa kajadian dalam siklus hidupnya, seperti produksi biji dan dispersal pada tempat yang sesuai, perkecambahan dan keluarnya kecambah, establishment dan pertumbuhan kedepan. Produksi biji dari pohon-pohon mungkin dibatasi oleh faktor-faktor ekstrinsik seperti ketersediaan sumber daya, kegagalan polinasi, predasi pada bunga , buah dan daun, dan kondisi iklim, sampai dengan faktor intrinsik seperti umur dan ukuran tumbuhan dan konstituen genetiknya. Menurut Hong dan San (1993), pertumbuhan mangrove tergantung pada faktor-faktor seperti tekstur tanah, salinitas, luas pasang surut dan densitas pohon. Pertumbuhan ditemukan paling tinggi di tempat dengan salinitas 10-20 ppt dan pertumbuhan menurun pada tempat dengan salinitas 25-34 ppt. Selanjutnya dikatakan bahwa lama aliran pasang surut juga merupakan faktor yang penting 3 yang mengatur pertumbuhan dan distribusi spesies mangrove. Sedangkan Aksornkae, (1993), mengatakan bahwa pada hutan mangrove karateristik fenologi meliputi; pembunggan, berbuah, propagul dewasa dan buah dewasa. Selanjutnya dikatakan bahwa, pertumbuhan diameter dan tinggi batang Rhizophora aficulata akan bertambah dengan bertambahnya umur, namun terjadi perbedaan dengan perbedaan lokasi dan kondisi lingkungan. Produksi biji mangrove umumnya melimpah, dan secara normal tidak mempunyai problem dengan regenerasi alami dari area yang dieksploitasi dan kecambah cukup eksis atau survive dari pemanenan (Snedaker and Hamilton, 1984). Pola produksi biji berbeda diantara populasi dari spesies yang sama yang teradaptasi pada mikrohabitat yang berbeda, dan individu-individu pohon dalam suatu populasi juga sangat berbeda dalam ukuran dan buah yang dihasilkan. Produksi biji diantara populasi juga berbeda karena perbedaan didalam jumlah individu yang berbuah dan jumlah biji yang dihasilkan per individu yang bereproduksi (Barik et al., 1996). Pengamtan di Teluk Kendari pada bulan Oktober-Desember 2010, diperoleh hasil bahwa spesies R. apiculata, R. mucronata, A. marina., B. gymnorrhiza, dan C. tagal berada pad fase berbunga, spesies X. granatun dan S. alba pada fase buah matang (Jamili, 2011). Permudaan alami hutan mangrove umumnya terdapat dalam jumlah yang cukup dan bahkan melimpah, namun dibeberapa tempat tertentu permudaan alaminya kurang sehingga perlu pengkayaan tanaman. Sebagai missal, di hutan mangrove Riau pada hutan bekas tebangan umur 5 tahun ditemukan permudaan alami sebanyak 3800 anakan perhektar dan hutan bekas tebangan umur 10 tahun ditemukan 1777 anakan perhektar (Effendi, 1990). Pada mangrove Segara Anakan Cilacap, permudaan alami jenis B. gymnorrhiza cukup tinggi yaitu; 21.667 individu/Ha, namun hanya ditemukan individu sampai tingkat pancang karena adanya gangguan penebangan liar (Analuddin, 2002). Metode Penelitian Langkah –langkah kerja dalam penelitian ini dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Survey dan pengambilan propagule mangrove pada beberapa komunitas mangrove yang ada di kawasan pantai Teluk Kendari. Pengumpulan propagule 4 dengan cara memetik propagule yang telah masak langsung dari pohon induk masing-masing spesies. Untuk jenis R. mucronata, B. gymnorrhiza dan C. tagal, petunjuk kematangan/kemasakkannya dilakukan dengan cara mencabut propogule tersebut, yang mana pada bagian hipokotilnya akan terbentuk suatu berkas berbentuk cincin dan warnanya lebih tua. Propagule yang telah terkumpul selanjutnya diklasifikasikan sesuai perlakuan. Untuk jenis R. mucronata terdiri dari 4 perlakuan yaitu : A. Panjang 50-54 cm, diameter 1,4- 1,62 mm dan berat 30 – 50 gram B. Panjang 57-59 cm, diameter 1,5- 2,1 mm dan berat 100-190 gram C. Panjang 60-64 cm, diameter 1,7- 2,1 mm dan berat 110-180 gram D. Panjang 66-69 cm, diameter 1,3- 2,2 mm dan berat 100-160 gram. Untuk spesies B. gynborrhiza terdiri 3 perlakuan, yaitu : A. Panjang 14,5-18 cm, diameter 1,41- 1,62 mm dan berat 30 – 50 gram B. Panjang 19,5- 23 cm, diameter 1,26- ,67mm dan berat 40 – 60 gram C. Panjang 24–29,5 cm, diameter 1,51–1,87 mm dan berat 50 - 70 gram dan spesies C. tagal, juga terdiri dari 3 perlakuan, yaitu : A. Panjang 17 - 20 cm, diameter0,63– 0,83 mm dan berat 15– 7,5 gram B. Panjang 23–25,5 cm, diameter 0,73- 0,88 mm dan berat 13–32 gram C. Panjang 27,5- 31,5 cm, diameter 0,74-1,1 mm dan berat 15–25 gram b. Survey dan penentuan area persemaian di kawasan pantai Teluk Kendari, dengan kriteria tempat masih tergenang oleh air pasang dengan frekuensi penggenangan ± 20 kali/perbulan, tinggi penggenangan 50 – 75cm dan gerakan ombak tidak terlalu kuat. Area persemaian dibuat bedengan/alur sedemikian rupa dan dibuat naungan dengan daun nipah setinggi 2 meter. Arah naungan dibuat membujur arah timur barat dengan besar naungan 50%. c. Pengambilan tanah/subtrat persemaian. Subtrat diambil di bawah tegakan masing-masing spesies dimana propagule diambil. Masing-masing subtrat dibersihkan dari kototan yang ada, lalu diaduk sampai rata.. Selanjutnya subtrat diisikan ke dalam polybag ukuran 15 x 20 cm masing-masing 1500 g subtrat/polybag, kemudian masing-masing polybag disusun dalam area persemaian. Peletakkan polybag secara acak sederhana. 5 Setiap polybag diisi dengan 1 buah propagule yang telah disiapkan sesuai perlakuan. Pengamatan/Pengambilan Data Pengukuran parameter pertumbuhan propagule, meliputi persen tumbuh, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan biomassa kering. Pengamatan jumlah daun, panjang dan lebar daun diamati setiap minggu, sedangkan parameter persen tumbuh dan biomassa kering diamati pada akhir pengamatan. Analisis data Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptip. Persen tumbuh dihitung dengan rumus : % tumbuh = Jumlah propagule suatu spesies yang tumbuh --------------------------------------------------------x 100 Jumlah propagule suatu spesies yang disemaikan Data dari masing-masing indikator pertumbuhan yang diamati, selanjutnya dibuat dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik sebagai acuan untuk intepretasi data. Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan pertumbuhan propagule spesies mangrove yang dicobakan, disajikan pada Tabel 1, Tabel 2. dan Tabel 3 Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan propagul spesies R. mucronata umur 20 minggu di persemaian No Ukuran Propagul Indikator Pertumbuhan yang Diamati Persen Jumlah Panjang Lebar Tumbuh daun daun daun (%) (helai) (cm) (cm) 80 4 9,7 5,5 50 4 8,8 4,9 90 4 10,2 5.6 70 4 9,9 5.3 Biomassa kering (g) 46 51,4 60,4 67.8 1 A 2 B 3 C 4 D Keterangan : A. Panjang propagul 50-54 cm, diameter 1,4- 1,62 mm dan berat 30 – 50 g. B. Panjang propagul 57-59 cm, diameter 1,5- 2,1 mm dan berat 100-190 g. C. Panjang propagul 60-64 cm, diameter 1,7- 2,1 mm dan berat 110-180 g. D. Panjang propagul 66-69 cm, diameter 1,3- 2,2 mm dan berat 100-160 g. 6 Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan propagul spesies B.gymnorrhiza umur 20 minggu di persemaian No Ukuran Propagul Indikator Pertumbuhan yang Diamati Persen Jumlah Panjang Lebar Biomassa Tumbuh daun daun daun kering (%) (helai) (cm) (cm) (g) 20 4 3.3 1,5 9.1 40 7 4,3 2,3 11,7 60 9 4,3 2 3,3 1 A 2 B 3 C Keterangan : A. Panjang propagul 14,5-18 cm, diameter 1,41- 1,62 mm dan berat 30 – 50 g. B. Panjang propagul 19,5- 23 cm, diameter 1,26- ,67mm dan berat 40 – 60 g. C. Panjang propagul 24–29,5 cm, diameter 1,51–1,87 mm dan berat 50 - 70 g. Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan propagul spesies Ceriops tagal umur 20 minggu di persemaian No Ukuran Propagul 1 2 3 A B C Indikator Pertumbuhan yang Diamati Persen Jumlah Panjang Lebar Biomassa Tumbuh daun daun daun kering (%) (helai) (cm) (cm) (g) 20 2 3.8 2,7 3,1 90 4 4,2 2,8 3,5 10 2 3,6 2,4 3,6 Keterangan : A. Panjang propagul 17 - 20 cm, diameter0,63– 0,83 mm dan berat 15– 7,5 g. B. Panjang propagul 23–25,5 cm, diameter 0,73- 0,88 mm dan berat 13–32 g. C. Panjang propagul 27,5- 31,5 cm, diameter 0,74-1,1 mm dan berat 15–25 g. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan propagul spesies mangrpve yang dicobakan, sebagaimana disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 diketahui bahwa secara umum ukuran propagul yang berbeda memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda. Tanpaknya ada kecendrungan bahwa dengan senakin besar/berat ukuran propagul, akan semakin baik pula tingkat pertumbuhannya. Pertumbuhan propagul spesies R. mucronata {Tabel 1) terlihat bahwa perlakukan dengan ukuran propagul panjang 60 – 64 cm, diameter 1,71 – 2,1 mm 7 dan berat 110 – 180 g (kretria C) memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling tinggi, terutama jumlah persen tumbuh, panjang daun, dan lebar daun, dibandigkan dengan perlakukan lain, spesies B. gymnorrhiza (Tabel 2) dengan ukuran propagul panjang 24 – 29,5 cm, diameter 1,51 – 1,87 dan berat 50- 70 g (kriteria C), memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding ukuran lain, terutama untuk indikator pertumbuhan persen tumbuh, jumlah daun, dan panjang daun dan lebar daun, sedangakan pada propagul C. tagal (Tabel 3), ukuran panjang 23 – 25,5 cm, diameter 0,73 – 0,88 mm, dan berat 13 -32 g (kreteria B) memeiliki rata-rata pertumbuhan yang paling tinggi, dibanding perlakuan lain yang dicobakan. Propagul mangrove merupakan calon individu baru hasil yang dihasilkan secara generatif pada golongan Rhizophoraceae, dan telah berkembang pada saat masih berada di pohon induk. Berdasarkan fenomena ini propagul dapat disamakan dengan peristiwa perkembahan biji pada golongan spermathophyta umumnya. Dengan demikian propagul memiliki endosperm yang salah satu fungsinya sebagai cadangan makanan untuk mendukung pertumbuhan individu baru pada tahap awal kehiduoanya (perkecambahan). Dengan demikian ukuran propagul yang berbeda diduga memiliki cadangan makanan yang berpeda pula, sehingga akan berhubungan dengan tingkat pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Worker dan Ruekman (1986) dalam Sutopo (1998), bahwa suatu biji yang berukuran lebih besar dan berat memiliki cadangan makanan yang lebih banyak dibanding dengan biji yang ukurannya lebih kecil. Tersedianya cadangan makanan pada biji, akan mempengaruhi tingkat perkecambahan dam pertumbuhannya. Berdasarkan beberapa uraian dan pendapat ahli tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ukuran propagul berkorelasi dengan tingkat pertumbuhannya. Terdapat ukuran tertentu yang memiliki pertumbuhan paling baik. Gambaran ini memberi harapan pada aplikasi praktis, terutama dalam seleksi propagul dalam rangka penyiapan bibit pada rehabilitasi hutan mangrove ke depan. Dengan mengabaikan kritria ukuran lain, nampaknya ukuran berat propagul merupakan ukuran yang paling praktis untuk dipertimbagkan dalam 8 seleksi propagul dalam penyiapan bibit R. mucronata, B. gymnorrhiza, dan C. tagal. Propagul dengan ukuran yang lebih panjang dan lebih berat, mempunyai pertumbuan yang lebih baik, dibandingkan dengan propagul yang lebih pendek dan ringan. Dengan mengambil indikator persen tumbuh, hubungan antara ukuran berat propagul dengan tingkat pertumbuhannya akan tanpak jelas, dimana semakin berat propagul spesies mangrove yang dicobakan, persen tumbuhnya akan semakin tinggi, sperti disajikan pada Gambar 1, 2, dan 3. Gambar 1. Rata-Rata Persen Tumbuh propagul R. mucronata dengan ukuran yang berbeda umur 20 minggu di persemaian Keterangan : A. Panjang propagul 50-54 cm, diameter 1,4- 1,62 mm dan berat 30 – 50 g B. Panjang propagul 57-59 cm, diameter 1,5- 2,1 mm dan berat 100-190 g C. Panjang propagul 60-64 cm, diameter 1,7- 2,1 mm dan berat 110-180 g D. Panjang propagul 66-69 cm, diameter 1,3- 2,2 mm dan berat 100-160 g Gambar 2. Rata-Rata Persen Tumbuh propagul B. gymnorrhiza dengan ukuran yang berbeda umur 20 minggu di persemaian Keterangan : A. Panjang propagul 14,5-18 cm, diameter 1,41- 1,62 mm dan berat 30 – 50 g 9 B. Panjang propagul 19,5- 23 cm, diameter 1,26- ,67mm dan berat 40 – 60 g C. Panjang propagul 24–29,5 cm, diameter 1,51–1,87 mm dan berat 50-70 g Gambar 3. Rata-Rata Persen Tumbuh propagul C. tagal dengan ukuran yang berbeda umur 20 minggu di persemaian Keterangan : A. Panjang propagul 17- 20 cm, diameter0,63– 0,83 mm dan berat 15– 17,5 gram B. Panjang propagul 23–25,5 cm, diameter 0,73-0,88 mm dan berat 13–32 gram C. Panjang propagul 27,5- 31,5 cm, diameter 0,74-1,1 mm dan berat 15–25 gram Berdasarkan beberapa uraian tentang pertumbuhan propagul masingmasing spesies yang dicobakan sebagaimana telah dikemukanan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ukuran propagul yang berbeda, mempunyai pertumbuhan yang berbeda. Ada kecendrungan bahwa semakin besar ukuran propagul akan semakin baik pertumbuhannya. Hal ini nampaknya terkait dengan kandungan cadangan makanan yang terkandung pada masing-masing ukuran propagul. Semakin besar ukuran propagul, diduga akan semakin tinggi pula kandungan cadangan makanannya, sehingga akan mendukung pertumbuhannya. Dari hasil penelitian ini juga dapat dikeahui bahwa untuk penerapan lebih jauh pada penyiapan bibit mangrove, khususnya spesies R. mucronata, B. gymnorrhiza, dan C. tagal ukuran yang paling praktis adalah ukuran beratnya. Dari ketiga spesies yang dicobakan, propagul yang paling berat mempunyai persen tumbuh yang paling tinggi. Ukuran berat lebih mudah dan praktis, dibanding karakter ukuran lainnya. Oleh karena itu apabila ingin memperoleh pertumbuhan yang baik pada pembibitan magrove, hendaknya menggunkan 10 propagul yang paling berat pada masing-masing spesies, 110 – 180 gram untuk R. muconata, 50-70 g, B. gymnorrhiza, dan 13 – 32 g untuk C. tagal. Kesimpulan Ukuran propagul mangrove yang berbeda memiliki rata-rata pertumbuhan yang berbeda. Rata-rata pertumbuhan yang terbaik pada propagul R. mucronata, adalah propagul dengan panjang 60-64 cm, diameter 1,7-2,1 mm, dan berat 110-180 g., B. gymnorrhiza, propagul dengan panjang 24-29,5 cm, diameter 1,51-,87 mm, dan berat 50-70 g., dan C. tagal propagul dengan panjang 23-25,5 cm, diameter 0,73-0,88mm, dan berat 13-32 g. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor UHO atas bantuan pendanaan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada mahasiswa biologi FMIPA-UHO, saudara Musrianto dan Darma yang telah ikut membantu selama pengumpulan data. Penulis juga menyampaikan perhargaan dan terima kasih kepada team reviewer internal UHO, atas segala perhatian dan bantuannya. DAFTAR PUSTAKA Aksornkoae, S.1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN.Bangkok. Thailand Analuddin, 2002. Struktur dan Dinamika Populasi mangrove pada beberapa tipe Anonim, 2000. Potensi dan Upaya Rehabilitasi Mangrove di Propinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sulawesi Tenggara. Barik S. K., Tripathi R. S., Pandey H. N. and Rao P.,1996, Tree regeneration in a subtropical humid forest: effect of cultural disturbance on seed production, dispersal and germination. Journal of applied Ecology 33. 1551 – 1560. Efendi, R. 1990. Pertambahan Diameter Permudaan Alam Bakau (Rhizophora apiculata) 6 bulan setelah penjarangan di Riau. Dalam Buletin Penelitian Hutan DEPHUT. Nomor 548, tahun 1992. Bogor. Snedaker dan Hamilton (1984), Handbook For Mangrove area Management. Publication on Ecology, Ave du Mont-Banc. 1196 Gland, Switzerland. 11 Hong, P.N., and San H.T., 1993. Mangrove of Vietnam IUCN. Bangkok,Thailand. Jamili dan Analuddin, 2004. Studi Deversitas dan Status Perkembangan Mangrove di Kawasan Suaka Margasatwa Sulawesi Tenggara. Laporan hasil penelitian Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo. Jamili, Setidi,D., Qayyim,I., dan Guhardja, E., 2009. Flora Mangrove di Taman Nasional Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Paradikma Vol.13 No.3 p 205-212 Jamili, 2011. Fenologi Mangrove di Teluk Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Paradikma Vol.15 No.2 p 79-89 Saenger dan Hutchings, 1987. Global Status of Mangrove ecosystems. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. Netherlands Sutopo, L., (1998). Teknologi Benih, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 12