BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia adalah suatu kondisi yang terjadi akibat kadar glukosa dalam darah melebihi kadar normal. Jika berkelanjutan, hiperglikemia dapat memicu terjadinya resistensi insulin dan menjadi tahap awal serta penanda terjadinya diabetes mellitus. Diabetes merupakan kumpulan gejala metabolik yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah di atas normal. Diabetes memicu munculnya berbagai penyakit lain seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, gagal ginjal, dan kebutaan (Anonim, 2008). Survei yang dilakukan Riskesdas pada tahun 2007 dan 2013 untuk mengetahui proporsi penderita diabetes mellitus pada penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia memperoleh hasil terjadinya peningkatan proporsi penderita dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Berdasarkan hasil uji glukosa darah, terjadi peningkatan proporsi penderita diabetes di daerah perkotaan dari 5,7% (2007) menjadi 6,8% (2013), sementara proporsi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu, yaitu jika kadar glukosa darah post-prandial 140-199 mg/dl) di perkotaan meningkat dari 10,2% (2007) menjadi 29,9% (2013). Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2013 jumlah penderita diabetes di atas 15 tahun di Indonesia diperkirakan sebesar 12.191.564 jiwa, penderita TGT sebesar 52.830.111 jiwa, dan Gula Darah Puasa (GDP) terganggu (GDP 100-125 mg/dl) sebesar 64.668.297 jiwa (Anonim2, 2014). Peningkatan kasus terjadinya diabetes lebih 1 2 disebabkan terjadinya perubahan gaya hidup seperti berkurangnya aktivitas fisik dan diet yang tidak sehat serta tidak seimbang (Anonim, 2008). Olah raga teratur, injeksi insulin, dan pemberian obat pengendali diabetes seperti Metformin merupakan beberapa cara untuk mencegah atau menghambat perkembangan penyakit diabetes dan turunannya. Selain itu, diet dan suplementasi antioksidan seperti antosianin juga terbukti dapat menaikkan profil kesehatan penderita hiperglikemia, baik yang masih berada dalam tahap pradiabetes maupun yang sudah mengidap diabetes (Anonim3, 2016). Beras hitam (Oryza sativa L. Indica) merupakan salah satu varietas beras yang memiliki kandungan pigmen antosianin yang tinggi. Antosianin beras hitam telah terbukti dapat menurunkan resistensi insulin dan kadar oksidan pada plasma (Fithriyati, 2015; Kusumawardhani, 2014; Pramitasari, 2014). Efek kesehatan beras hitam membuat permintaan ekstrak beras hitam sebagai pewarna makanan alami terus meningkat (Chaudhary, 2003). Meskipun demikian, beras hitam masih belum umum menjadi makanan pokok (Indradewa, 2012). Beras hitam dapat dikonsumsi dalam bentuk nasi atau diolah menjadi produk lain seperti sereal beras hitam. Namun, pengolahan dan proses pemasakan beras hitam dapat menurunkan kadar antosianin dan potensi antioksidannya hingga lebih dari 50% (Hartati, 2012; Hiemori, dkk, 2009). Penelitian yang dilakukan Putri (2015) menunjukkan bahwa laju degradasi relatif sangat tinggi hingga terjadi kerusakan total jika dipanaskan hingga 135oC. Pengolahan beras hitam menjadi sereal dapat menurunkan kadar antosianin dan potensi antioksidannya, tetapi hal ini masih perlu untuk diteliti 3 lebih lanjut secara in vitro. Selain itu, sereal beras hitam dapat diklaim sebagai pangan fungsional jika terbukti dapat memberikan efek positif bagi kesehatan melalui pengujian in vivo. Untuk meningkatkan efek positif sereal beras hitam bagi kesehatan, ekstrak antosianin beras hitam juga ditambahkan dan efek penambahannya juga diteliti dalam pengujian in vivo menggunakan tikus hiperglikemia. Parameter-parameter yang diuji dalam pengujian in vivo meliputi profil glukosa darah dan insulin, status antioksidan, serta histopatologi pankreas, liver, dan ginjal. Ekstrak antosianin beras hitam diperoleh dari lapisan bekatul beras. Bagian endospermia dan lembaga tidak digunakan karena hanya sedikit mengandung pigmen antosianin (berwarna putih agak transparan). Hou, dkk (2013) menyebutkan bahwa kandungan antosianin biji beras hitam terkonsentrasi pada bagian aleuronnya. 1.2. Perumusan Masalah Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah bagaimanakah potensi sereal beras hitam yang ditambah ekstrak antosianin beras hitam terhadap profil glukosa darah dan insulin serta status antioksidan tikus hiperglikemia? Disamping itu, apakah perbedaan dosis ekstrak antosianin beras hitam yang diberikan akan memberi hasil yang berbeda signifikan terhadap profil glukosa darah dan insulin, status antioksidan, serta gambaran histopatologi pankreas, liver, dan ginjal pada tikus hiperglikemia? 4 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antihiperglikemia diet sereal beras hitam yang ditambah ekstrak antosianin beras hitam dengan dosis berbeda terhadap profil kesehatan tikus hiperglikemia. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik dan potensi antioksidan pakan sereal dan ekstrak antosianin beras hitam. 2. Mengetahui pengaruh pemberian pakan sereal dan ekstrak antosianin beras hitam dengan dosis berbeda terhadap perubahan berat badan, profil glukosa darah, resistensi dan sensitivitas insulin, fungsi sel β pankreas, status antioksidan, dan gambaran histopatologi pankreas, liver, dan ginjal tikus hiperglikemia. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi mengenai potensi sereal dan ekstrak antosianin beras hitam sebagai makanan fungsional bagi penderita hiperglikemia. 2. Memberikan sumbangsih bagi pembangunan kesehatan terutama dalam mencegah atau memperbaiki kondisi kesehatan pasien hiperglikemia. 3. Memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan dan pangan fungsional.