BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman bit (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari kandungan nutrisi yang cukup lengkap, yakni vitamin A, B1, B2, C , kalsium, fosfor dan zat besi (FEPLAM, 1973), serta betalain dan betasianin yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dan membantu proses detoksifikasi (Anonim1, 2014). Negara beriklim sedang memanfaatkan bit sebagai tanaman penghasil gula. Merujuk pada kandungan dan manfaat tersebut, bit semakin banyak diminati untuk dikonsumsi. Produk hortikultura segar masih melakukan aktivitas fisiologis setelah lepas dari tanaman induknya atau pascapanen. Aktivitas tersebut merupakan respon alamiah dari sel produk hortikultura untuk memperoleh energi guna mempertahankan kehidupan jaringan. Aktivitas terkait disebut dengan respirasi yang merupakan proses oksidasi atau pernafasan untuk merombak hasil fotosintesis menjadi karbon dioksida, panas dan air. Respirasi dapat berlangsung dengan cepat pada produk pertanian yang bersifat perishable (mudah rusak) karena memiliki kadar air yang tinggi. Panas yang dihasilkan respirasi juga mampu meningkatkan gejala transpirasi (kehilangan air yang menguap ke lingkungan). Kehilangan air berlebih akibat respirasi merupakan kerugian pada produk hortikultura. 1 Kerusakan fisik akibat aktivitas mikrobiologis juga memberikan dampak kehilangan kadar air yang signifikan (Karnik, 1970). Proses perusakan akan semakin cepat apabila produk disimpan pada suhu tinggi, hal tersebut menyebabkan umur simpan yang pendek. Menurut Teruel et.al (2004), losses buah segar mencapai 30% di daerah dengan iklim tropis (seperti Indonesia) yang memiliki temperatur rerata tahunan sekitar 32ºC. Salah satu upaya untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan melakukan proses pendinginan awal atau precooling sebagai penanganan awal produk, sebelum produk disimpan di ruang penyimpanan bersuhu dingin. Salah satu metode precooling adalah hydrocooling. Hydrocooling merupakan pendinginan awal dengan penyemprotan atau pencelupan air bersuhu rendah, guna menghilangkan panas lapang yang dikandung suatu komoditas pertanian. Hydrocooling merupakan metode pendinginan awal yang efektif dan terjangkau (Fricke, 2006). Penelitian ini akan menguji perlakuan precooling pada produk bit sebagai upaya untuk memperpanjang umur simpan produk tersebut. Perpindahan panas dan laju pendinginan selama proses precooling, serta perubahan kualitas bit selama penyimpanan dalam suhu dingin akan dikaji dalam penelitian ini. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi proses perpindahan panas selama proses hydrocooling, meliputi analisis menentukan koefisien perpindahan panas konveksi (h) pada saat proses hydrocooling, serta mempelajari 2 pengaruh perlakuan hydrocooling terhadap susut bobot dan kekerasan buah bit selama penyimpanan dingin. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan koefisien perpindahan panas (h) selama proses precooling dan menentukan laju pendinginan. 2. Menentukan konstanta laju perubahan susut bobot (kw) selama proses penyimpanan di ruangan bersuhu dingin. 3. Menentukan konstanta laju perubahan kekerasan buah bit (kp) selama penyimpanan di ruangan bersuhu dingin. 1.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak positif yang dihasilkan dari hydrocooling terhadap perubahan kualitas buah bit, sehingga dapat digunakan referensi dalam penanganan pascapanen produk buah bit di masa yang akan datang. Selain itu diharapkan dapat diterapkan pada pengembangan industri produk hortikultura segar khususnya pada buah bit. 3