PENDAHULUAN Asam urat merupakan senyawa kristal yang memiliki kelarutan lebih kecil dari pada senyawa alantoin. Pemeriksaan kadar asam urat diperlukan untuk memonitor kondisi kesehatan penderita asam urat sebagai diagnosa terjadinya gagal ginjal. Pemeriksaan asam urat biasa dilakukan di dalam laboratorium dengan teknik spektrofotometri, kolorimetri, dan elektrokimia (Lotfy 2008). Pada umumnya pengukuran asam urat secara klinis dilakukan dengan metode spektrofotometri Pengukuran menggunakan metode ini berdasarkan pada oksidasi asam urat menjadi alantoin dengan adanya enzim urikase (Bergmeyer et al. 1974). Urikase merupakan suatu katalis biologi dalam reaksi oksidasi asam urat. Urikase telah ditemukan pada mikrob, jamur, dan tumbuhan tingkat tinggi. Beberapa mikrob dapat menghasilkan urikase di antaranya Bacillus. fastidiosus (Bongaerst et al. 1978) B. subtilis. TB-90 (Huang dan Wu 2004) B. thermocatenulatus (Lotfy 2008), Pseudomonas aeruginosa (Fattah et al. 2005). Penggunaan urikase dalam pengukuran asam urat memiliki kekurangan dari segi penanganan enzim dan biaya. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah mikrob penghasil urikase sebagai pengganti enzim murni. Penggunaan mikrob memiliki kelebihan di antaranya biaya yang dibutuhkan lebih murah, lebih toleran terhadap pH, mikrob lebih mudah didapat, dan diperbanyak. Beberapa mikrob dari Bacillus telah menghasilkan aktivitas urikase di antaranya B. subtilis. TB-90 sebesar 11,4 Unit/mL dan B. thermocatenulatus sebesar 1,25 Unit/mL. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan untuk mendapatkan jenis mikrob lainya dari Bacillus. Mikrob yang digunakan pada penelitian ini adalah B. subtilis, B. megaterium, dan B. cereus yang belum diketahui aktivitas enzim urikase. Mikrob tersebut dipilih karena mudah diperoleh, diperbanyak dan menghasilkan amonia, sehingga diharapkan mampu menghasilkan aktivitas urikase lebih besar (Hall dan Macvicar 1954). Asam urat dapat digunakan sebagai substrat dalam penentuan kinetika enzim. Awalnya penentuan kinetika enzim dilakukan menggunakan persamaan Michaelis-Menten, dengan parameter yang ditentukan antara lain Vmaks, Km, dan kkat. Akan tetapi, penempatan data dengan persamaan ini memiliki kelemahan, yaitu nilai Vmaks yang didapat kurang tepat (Lehninger et al. 2004). Nilai Vmaks yang lebih tepat dapat diperoleh dengan transformasi aljabar persamaan LineweaverBurk, Eadie-Hofstee dan Dixon. Pada umumnya nilai Vmaks dan Km dihitung melalui persamaan Lineweaver-Burk. Hal ini dikarenakan persamaan Lineweaver-Burk memiliki kelebihan, yaitu variable v dan [S] berada pada sumbu yang berbeda (Voet et al. 2001). Kinetika urikase dilakukan dengan memetakan variable v yaitu aktivitas enzim urikase dan [S] yaitu konsentasi substrat asam urat. Penelitian ini bertujuan menentukan kinetika urikase dari beberapa mikrob Indonesia yang berfungsi dalam pengukuran asam urat menggunakan metode spektrofotometri, serta mempelajari kestabilannya. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk aplikasi biosensor asam urat menggunakan metode elektrokimia. TINJAUAN PUSTAKA Asam Urat Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin. Kelebihan asam urat akan menumpuk dalam darah dan urin sehingga menghasilkan kristal natrium urat yang menyebabkan pembengkakkan pada sendi. Asam urat merupakan biomolekul penting yang memperlihatkan tingkat ketidaknormalan dan merupakan gejala penyakit gout dan hiperurisemia (Lotfy 2008). Kondisi normal asam urat dalam darah berkisar 0,13–0,46 mM, sementara dalam ekskresi urin berkisar 1,4–4,4 mM. Pengukuran asam urat dapat dilakukan secara enzimatik dengan menggunakan urikase. Beberapa metode telah digunakan dalam penentuan asam urat, salah satunya yang umum digunakan adalah metode spektrofotometri. Kecepatan reaksi pada metode spektrofotometri ditentukan dengan mengamati perubahan konsentrasi asam urat menjadi alantoin yang dideteksi dengan penurunan konsentrasi asam urat pada panjang gelombang 293 nm dengan adanya enzim urikase (Bergmeyer et al. 1974). Asam urat dapat digunakan sebagai substrat dalam penentuan kinetika enzim urikase (Liao et al. 2006). Linearitas konsentrasi asam urat menurut Zang et al. (2005) memperlihatkan garis linear pada konsentrasi asam urat 0,005–1,000 mM dengan nilai Km 0,238 mM, sementara pada 2 biosensor menggunakan immobilisasi urikase pada kulit telur memperlihatkan respon linear pada 0,004–0,640 mM (Zang et al. 2007). Urikase Urikase adalah suatu enzim yang menjadi bagian penting dalam metabolisme nitrogen. Enzim ini secara spesifik berperan sebagai katalis dari reaksi oksidasi asam urat menjadi alantoin. Urikase mengkatalisis oksidasi pembukaan cincin purin pada asam urat menggunakan oksigen sebagai oksidator untuk menghasilkan alantoin dan karbon dioksida. Sementara oksigen terlarut menjadi hidrogen peroksida yang dihasilkan setara dengan kadar asam urat dalam darah (Fattah 2005; Arslan 2008). O (a) NH + O2 + H2O N H N H urikase O O HN O asam urat + CO2 + H2O 2 O N H (b) (c) Gambar 1 (a) B. subtilis, (b) B. megaterium, dan (c) B. cereus. H N O penghasil enzim proteotik dan amilase (Toldar 2008). B. megaterium umumnya bersifat mesofilik dengan suhu optimal antara 30–45 °C dan merupakan penghasil amidase penisilin (Toldar 2009). B. cereus merupakan bakteri yang bersifat fakultatif anaerob dengan suhu optimum pertumbuhan berkisar 30–40 °C dan kadang memperlihatkan reaksi gram negatif. B. cereus pada umumnya bertindak sebagai penghasil antibiotik dan enzim (Hatmanti 2000). N H NH2 alantoin Urikase sangat luas ditemukan dalam vertebrata tetapi tidak ditemukan dalam manusia (Zhou 2005). Menurut Alfredo et al. (1988) urikase yang berasal dari spesies yang berbeda memperlihatkan kesamaan berat molekul dan jaringan yang identik. Pertumbuhan urikase dipengaruhi oleh penambahan asam urat pada media, sumber nitrogen, sumber karbon, dan waktu inkubasi. (Lotfy 2008). Urikase dapat dihasilkan dari bakteri. Bakteri penghasil urikase di antaranya adalah P. aeruginosa memiliki aktivitas sebesar 7,1 Unit/mL (Fattah et al. 2005), Microbacterium 10 Unit/mL (Zhou et al. 2005), B. thermocatenulatus 1,25 Unit/mL (Lotfy 2008). Pada umumnya aktivitas tersebut yang dilakukan dengan metode spektrofotometri. Bacillus B. subtilis, B. megaterium, dan B. cereus (Gambar 1) termasuk ke dalam kerajaan Bakteria, filum Firmicutes, kelas Bacilli, Ordo bacillales, famili Bacillaceae, dan genus Bacillus. Bacillus merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, hidup di tanah dan air. Beberapa jenis Bacillus menghasilkan enzim ekstraselular yang dapat meghidrolisis protein dan polisakarida (Hatmanti 2000). B. subtilis tumbuh di berbagai daerah mesofilik dengan suhu berkisar 25–37 ºC pada kondisi terdapat oksigen dan merupakan Penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa Bacillus merupakan sumber urikase yang potensial. Menurut Rouf et al. (1968) B. subtilis memiliki kemampuan untuk hidup pada media asam urat sebagai satu-satunya sumber karbon, nitrogen, dan energi dengan menambahkanya secara berkala selama waktu inkubasi. Asam urat sebagai media pertumbuhan bersifat sebagai induser. Penambahan sumber glukosa memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik. B. subtilis mengakumulasikan sedikit asam urat secara intraselular. Sementara B. megaterium dan B. cereus tidak dapat tumbuh baik pada media minimal. Menurut Kim dan Patterson (2003) bakteri penghasil urikase ditandai dengan pengeluaran gas amonia dari bakteri tersebut. Hal ini dikarenakan asam urat yang lebih dominan dalam bentuk nitrogen diubah menjadi alantoin oleh bakteri yang memiliki urikase. Alantoin ini lebih lanjut dipecah menjadi amonia oleh enzim lain di dalam bakteri (Bacharach, 1957). B. subtilis, B. megaterium, dan B. cereus menghasilkan gas amonia yang dikeluarkan pada sistem ekskresi (Hall dan Macvicar 1954) sehingga ada kemungkinan bakteri tersebut memiliki urikase. Kinetika Enzim Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalisator di dalam sel. Mekanisme regulasi enzim dilakukan melalui kontrol ketersediaan enzim dan kontrol aktivitas enzim. Dalam kontrol ketersediaan enzim, keberadaan enzim diatur oleh sel. 3 Pengaturan sintesis dan degradasi enzim bergantung pada ketersediaan substrat dan produk. Proses ini dapat berlangsung dalam hitungan menit (pada bakteri) hingga jam (pada organisme tingkat tinggi). Pada kontrol aktivitas, aktivitas katalitik enzim dipengaruhi oleh struktur sisi aktif tempat enzim dan substrat berikatan (Voet et al. 2001). Diketahui bahwa [E] adalah konsentrasi enzim bebas dan [S] adalah konsentrasi substrat bebas. Namun karena konsentrasi substrat total lebih besar dari konsentrasi enzim total, sehingga seluruh substrat adalah bebas. kkat adalah tetapan reaksi orde pertama (Turn Over Number) yang menunjukkan v akan menaik terus sampai nilai maksimum bila [S] meningkat (Voet et al. 2001). [ ] ×[ ] ..........1) = Gambar 2 Pengaruh konsentrasi substrat pada kecepatan awal reaksi enzimatik. [ ] Vmaks akan diamati bila seluruh enzim dalam bentuk kompleks ES. Vmaks akan sama dengan kkat.[E]0 sehingga persamaan dapat ditulis sebagai. ×[ ] = .........2) [ ] Peningkatan konsentrasi substrat cenderung meningkatkan aktivitas enzim. Persamaan 2 disebut juga persamaan Michaelis-Menten. Kurva tersebut menunjukkan aktivitas urikase menurut persamaan Michaelis-Menten. Km merupakan konstanta Michaelis yang menyatakan konsentrasi suatu substrat pada saat reaksi enzimatis mencapai setengah Vmaks. Sangat sulit menentukan batasan harga dari Vmaks secara langsung dari hasil plot v terhadap [S] (Gambar 2), sehingga nilai Km tidak dapat langsung ditentukan dengan cara ini. Nilai Km dan Vmaks lebih tepat dapat diperoleh dengan memanfaatkan transformasi aljabar persamaan Linewaever-Burk (Persamaan 3) (Lehninger et al. 2004). = + ...…3 [ ] Persamaan 3 diperoleh dengan melakukan kebalikan dari dua bagian persamaan 2. Sehingga plot 1/v terhadap 1/[S] memberikan garis lurus dengan slope Km/Vmaks dan intersep terhadap sumbu x adalah –1/Km dan terhadap sumbu y adalah 1/Vmaks (Gambar 3). Gambar 3 Kurva Linewaever-Burk. Kinetika enzim urikase dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri. Nilai Km urikase pada ekstrak kasar B. fastidiosus menggunakan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 293 nm sebesar 0,18 mM (Bongaerts et al. 1978). Ekstrak kasar enzim B. thermocatenulatus memperlihatkan nilai Vmax sebesar 0.99 Unit/mL dan nilai Km sebesar 0.25 mM (Lotfy 2008). Menurut Zang et al. (2004), nilai Km urikase dari C. utilis dan A. flavus berturut-turut sebesar 0,238 mM dan 0,05 mM menggunakan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 520 nm. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai Km dipengaruhi oleh metode pengukuran, sumber urikase dan media pertumbuhan. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah enzim urikase (EC 1.7.3.3 dari Arthrobacter globiformis Sigma-Aldrich), sel B. subtilis, B. megaterium, dan B. cereus (ketiga sel tersebut merupakan koleksi laboratorium Genetik Mikrobiologi, Puslit Biologi, LIPI), asam urat, bufer borat (Lampiran 1), dan media heterotrof (Lampiran 2). Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis berkas ganda, pH meter, sentrifuse.