Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan

advertisement
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH
SURUH
Lilik Triyanti, Novisita Ratu, Sutriyono
Program Studi Pendidikan Matematika Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization. Jenis
penelitian ini adalah quasi experiment. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah Suruh dengan populasi sebanyak 88 siswa. Pengambilan sampel
dengan tehnik cluster random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIB
diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran Teams Games Tournament dan
kelas VIIA diberi perlakuan dengan model Teams Assisted Individualization. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.
Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi uji nonparametric sebesar 0.000 < 0.05.
Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen sebesar 82.72 sedangkan
pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar matematika siswa yaitu sebesar 75.09.
Terlihat bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan kooperatif
tipe Teams Games Tounament kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Assisted Individualization matematika siswa kelas kontrol. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Teams
Games Tournament lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization.
Kata kunci:Model Pembelajaran Teams Games Tournamen, hasil belajar siswa.
1
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika mempunyai peranan penting bagi dunia pendidikan di
Indonesia karena bertujuan untuk melatih berpikir, bernalar, memecahkan masalah serta
menyampaikan informasi atau sasaran yang nantinya dapat ditetapkan dalam berbagai bidang
disiplin ilmu. Menyadari pentingnya pembelajaran matematika maka perlu adanya usaha
yang sungguh-sungguh untuk peningkatan pemahaman konsep matematika sehingga akan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Menurut Slameto (2010 : 97), guru mempunyai tugas mendorong serta membimbing
hendaklah guru memilih dan menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif
dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial. Guru sebagai pendidik seharusnya mampu
menerapkan strategi belajar yang baik untuk siswa. Sebaik apapun materi ajar, jika guru tidak
mampu mengemas penyampaiannya secara baik maka materi yang disampaikan tidak akan
sampai ke siswa. Permasalahan yang demikian, guru harus bisa meramu proses
pembelajarannya agar lebih menarik, efektif, dan menyenangkan sehingga mampu mendorong
siswa untuk aktif dan kreatif.
Melihat permasalahan tersebut, guru harus bijaksana dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat agar dapat menciptakan situasi maupun kondisi di kelas lebih
kondusif sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai tujuan yang diharapkan.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2010: 54). Pembelajaran kooperatif merupakan
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif secara umum pada
pelaksanaannya guru mengarahkan, menetapkan siswa, memberi pertanyaan, menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang guna membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah.
Sanjaya (2007:239), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan belajar siswa yang dilakukan siswa dengan cara berkelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Rusman,
2011:209). Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung.
Disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
kompetensi akademik, model kooperatif juga efektif mengembangkan kompetensi sosial
siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
2
konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik dan berhubungan dengan hasil belajar.
Slavin (dalam Rusman, 2011:225), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahapan penyajian kelas (class precentation),
belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan
penghargaan kelompok (teams recognition). Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar (Kiranawati, 2007).
Model pembelajaran kooperatif lain yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran yaitu model kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin, tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe
pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual.Tipe
pembelajaran ini lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Adapun ciri khas dari
pembelajaran ini ialah setiap siswa secara individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
mendiskusikan dan membahas tugas yang diberikan guru dimana sebelumnya tugas tersebut
telah dikerjakan secara individu dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama ( Yusti arini : 2009 ).
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI adalah model pembelajaran yang efektif
untuk pelajaran matematika. Slavin mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Safa’ah (2011) meneliti tentang Perbandingan hasil belajar
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tornament dan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization. Hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tornament lebih baik dari hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik daripada hasil belajar siswa
yang menggunakan konvensional. Dan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperati tipe TGT tidak terdapat perbedaan dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif TAI. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) tidak terdapat
3
perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model TAI dengan metode pemecahan masalah
dan model TGT dengan metode pemecahan masalah, tetapi ada perbedaan terhadap model
konvensional. Hasil belajar siswa yang menggunakan model TAI dengan metode pemecahan
masalah lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional. Hasil belajar
siswa yang menggunakan model TGT dengan metode pemecahan masalah lebih baik daripada
siswa yang menggunakan model konvensional. Berdasarkan prosentasi ketuntasan klasikal
hasil belajar siswa yang menggunakan model TAI lebih baik daripada siswa yang
menggunakan model TGT. Penelitian yang dilakukan oleh Septiyan (2013) hasil analisinya
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dengan siswa yang diberi model pembelajaran TAI pada siswa XI semester 1 SMK
Negeri Surabaya dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan hasil yang lebih
baik.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SMP Muhammadiyah Suruh
tidak hanya terlihat berdasarkan hasil ujian nasional. Hasil yang menyatakan masih rendahnya
nilai matematika juga dapat dilihat pada nilai murni semester gasal pada tahun 2012 pada
materi lingkaran. Hal ini dibuktikan bahwa dari 40 siswa kelas VII yang mengikuti tes,
ternyata hanya memperoleh nilai rata-rata 55,5. Nilai rata-rata yang demikian memperlihatkan
bahwa hasi belajar dan motivasi belajar siswa terkhusus untuk kelas VII masih rendah pada
materi lingkaran. Banyaknya nilai yang masih rendah tersebut menjadi faktor terjadinya
penurunan hasil dan motivasi belajar matematika siswa, dan hal ini perlu diperhatikan untuk
untuk meningkatkan mutu dan kualitas dan kuantitas pendidikan khususnya pelajaran
matematika di Suruh.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang hampir sama
dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dengan koopeartif tipe
Teams Assisted Individualization pada siswa SMP
Muhammadiyah Suruh.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi experimental
design), karena penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
4
Tournament (treatment) yaitu kelompok eksperimen dan kelompok yang diberi perlakuan
(treatment) dengan kooperatif tipe Teasm Assisted Individualization yaitu kelompok kontrol.
Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah pembelajaran
Teams Games Tournament. Desain pada penelitian ini adalah Pretest-Posttest Only Control
Group Design. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan pembandingan rata-rata dari hasil posttest kedua kelas
(Budiyono, 2003).
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Muhammadiyah Suruh Kabupaten
Semarang semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Suruh. Jumlah kelas VII di SMP Muhammadiyah
Suruh sebanyak 4 kelas dengan sejumlah siswa sebanyak 88 orang. Teknik pengambilan
sampel dengan Cluster Random Sampling, dan diperoleh kelas VIIA dan VIIB sebagai
sampel. Kelas VIIA sebagai kelas kontrol dan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen. Jumlah
siswa kelas VIIA adalah 22 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan,
sedangkan jumlah siswa kelas VIIB adalah 22 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11
siswa perempuan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) metode dokumentasi, (2)
metode observasi dan (3) metode tes. Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk uraian
materi segitiga. Pada instrumen soal tes divalidasi melalui validitas ahli dan reliabilitas. Pada
uji kemampuan awal dan uji hipotesis menggunakan independent sample t-test untuk taraf
signifikan 5%, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan
uji Shaphiro-Wilk dan homogenitas menggunakan Levene. Uji normalitas dan homogenitas
dilakukan untuk mengetahui keseimbangan sampel. Diperoleh hasil kedua kelompok berasal
dari populasi yang homogen, berdistribusi normal dan memiliki kemampuan awal yang sama.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data sebelum perlakuan untuk kategori kelas eksperimen sebanyak 10 siswa
memiliki hasil belajar matematika yang tinggi, 6 siswa memiliki hasil belajar matematika
cukup dan 6 anak memiliki belajar matematika rendah. Kategori kelas kontrol sebanyak 7
siswa memiliki hasil belajar matematika yang tinggi, 10 siswa memiliki hasil belajar
matematika cukup dan 5 anak memiliki hasil belajar matematika rendah. Persentase untuk
kelas eksperimen sebagian besar memiliki hasil belajar matematika dalam kategori sedang
yaitu sebesar 27.27%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagian besar memiliki hasil belajar
5
matematika dalam kategori sedang yaitu sebesar 45.45%. Adapun kategori pretest dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Hasil Presentasi
Kategori
Kelas Kontrol
Frekuensi
Persentase
Kelas Eksperimen
Frekuensi
Persentase
Tinggi
7
31.81%
10
45.45%
Cukup
Rendah
10
5
46.45%
22.72%
6
6
27.27%
27.27%
Data hasil pretest kelompok kontrol dan eksperimen, dapat disajikan ke dalam grafik
histogram seperti pada Gambar 1.
Setelah memperoleh hasil analisis deskriptif data, maka dilanjutkan dengan uji
prasyarat analisis data. Uji prasyarat analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis.
Pengujian data pretest selanjutnya yaitu menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data kedua kelas tersebut berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, hasil uji normalitas data pretest
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Normalitas Data Awal (Pretest)
Hasil
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Kelas_Kontrol
0.966
22
.627
Kelas_Eksperimen
0.967
22
.644
6
Berdasarkan Tabel 2 Test of Normality terlihat nilai signifikansi= 0.627> 0.05 untuk
kelas kontrol dan nilai signifikansi= 0.644> 0.05 untuk kelas eksperimen, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa seluruh
data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varian antara dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest
Levene Statistic
0.10
df1
df2
1
Sig.
42
.922
Berdasarkan Tabel 3 hasil uji homogenitas didapatkan nilai signifikan 0.922> 0.05
yang berarti bahwa nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol mempunyai varian yang sama
atau homogen. Pengujian selanjutnya yaitu menggunakan uji t yang bertujuan untuk
mengatahui beda rerata kemampuan awal siswa kedua kelompok. Uji t pada penelitian ini
menggunakan uji independent sample t-test dengan nilai signifikansi sebesar 0.083 yang
berarti bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Adapun hasil uji t
tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.
Nilai_Pretest
Equal variances
assumed
LevLLevene’s Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of
Means
Equal variances not
assumed
.010
.922
F
Sig
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std.Error Difference
-1.773
42
.083
-5.90909
3.33246
-1.773
41.758
.083
-5.90909
3.33246
Data hasil belajar matematika setelah diberi perlakuan untuk kelas eksperimen
sebanyak 6 siswa termasuk dalam kategori tinggi, 6 siswa termasuk dalam kategori sedang
dan 10 siswa termasuk dalam kategori rendah. Kelas kontrol sebanyak 7 siswa yang termasuk
dalam kategori tinggi, 10 siswa termasuk dalam kategori sedang dan 5 siswa termasuk dalam
kategori rendah. Persentase untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki hasil belajar
siswa dengan model Teams Games Tournament matematis dalam kategori tinggi dan sedang
yaitu sebesar 72.72%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagian besar memiliki hasil belajar
dengan model Teams Assisted Individualization matematika dalam kategori rendah yaitu
7
sebesar 22.72%. Rata-rata hasil belajar dengan Teams Games Tournament matematika siswa
kelas eksperimen 82.72 dan untuk kelas kontrol 75.09.
Setelah pengujian analisis deskriptif, maka pengujian selanjutnya yaitu uji normalitas
data posttest. Adapun hasil normalitas data posttest yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5.
Normalitas Data Akhir (Postest)
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Kelas_Kontrol
0.838
22
0.002
Kelas_Eksperimen
0.839
22
0.002
Berdasarkan Tabel 5 Test of Normality terlihat nilai signifikansi= 0.002>0,05 untuk
kelas eksperimen dan signifikansi= 0.002<0,05 untuk kelas kontrol maka variabel
berdistribusi tidak normal. Data tersebut tidak berdistribusi normal, maka pengujian
selanjutnya yaitu uji beda rata-rata menggunakan uji nonparametric Mann-Whitney U.
Tabel 6.
Uji Beda Rata-Rata Hasil Belajardengan Teams Games Tournament Data Posttest
Hasil
Mann-Whitney U
22.000
Wilcoxon W
275.000
Z
-5.202
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.000
a. Grouping Variable: kelas
Berdasarkan uji banding dua sampel diperoleh nilai signifikan 0.000 < 0,05, artinya
H1 diterima yang berarti ada perbedaan nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal
ini menjukkan bahwa “Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament Pada
Pelajaran Matematika Terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah Suruh”.
Hasil temuan pada saat pembelajaran mengindikasikan bahwa penggunaan
pembelajaran
kooperatif tipe
Teams
Games
Tournament
yang digunakan
dalam
menyampaikan materi pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas segitiga yaitu:
(1) membuat siswa dengan anggota kelompok terlatih dalam menguasai materi, (2) siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran, (3) siswa lebih percaya diri dan kompak dalam
pembelajaran karena materi yang disajikan dengan berbasis heuristik, (4) siswa lebih
berantusias bekerjasama dengan anggota kelompoknya, (5) siswa lebih menghargai masukanmasukan atau pendapat dari teman-temannya dan dapat bertanggung jawab dalam
8
menjalankan tugas yang diberikan oleh guru dan (6) setiap kelompok berlomba-lomba untuk
mengerjakan soal yang disajikan guru dan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
dan juga mendapatkan suasana belajar yang baru dan tidak membosankan. Sehingga dalam
hal ini semua siswa lebih aktif dan bersemangat dalam belajar matematika.Terbukti nilai ratarata hasil perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 82.72.
PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tounament (TGT) terdapat perbedaan dengan
model pembelajaran kooperatif
tipeTeams Assisted Individualzation (TAI) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP Muhammadiyah Suruh. Setelah dialakukan pembelajaran menggunaka model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tounament(TGT) hasil belajar matematika siswa
mengalami kenaikan menjadi 82,72 untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted
Individualzation (TAI) hasil belajar matematika siswa kelas kontrol menjadi 75,09. Hasil ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tounament (TGT)
dan Teams Assisted Individualzation (TAI) terdapat berbedaan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Rusman.
2011.
Seri
Manajemen
Sekolah
Bermutu
Model-Model
Pembelajaran:
mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana.2011. penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan AmplikasiPAIKEM). Yogyakata:
Belajar.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT.Grafindo Persada.
http://htmlimg3.scribdassets.com/2ae85u6pog2rk765/images/1-0ef1240c1b.jpg
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaan Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.
9
Ariyo Wibowo, 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Koopratif TAI dan TGT Dengan
Metode Pemecahan Masalah Berbantuan Hand Out Dalam Pokok Bahasan Bilangan
Bulat Pada Siswa
Kelas VII Semester I MTS AL Wathoniyyah, Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang, Jurusan Pendidikan Matematika. Univearsitas IKIP
Semarang.Tersedia pada http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0429108-14284
(diakses pada tanggal 12 Ferbuari 2014).
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nada Alfi Safaah, 2011. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dan Model
Pembelajaran Kooperatif Teams Assisted Individualization (TAI) Pada Materi
Pokok Peluang Kelas XI semester I SMK Islam Al-Hikmah Mayong
Jepara.Skripsi
,
Semarang.Tersedia
Jurusan
pada
Pendidikan
Matematika.
Univearsitas
IKIP
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0429108-
14284 (diakses pada tanggal 10 Januari 2014).
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Ibrahim, dkk.2000. Pembelajaran Koooperatif. Surabaya: UNESA Press.
Slavin, Robert E.2009.Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Narulita
Yusron. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
10
Download