BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1. Pasar Modal Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal (capiltal market) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal). Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dengan kata lain pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dana jangka panjang yang merupakan hutang berbentuk obligasi (bond), sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berbentuk saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Surat berharga lain yang diperjualbelikan adalah right, warrant, dan opsi. Di tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga surat berharga yang selanjutnya disebut bursa efek (stock exchange) itu para pelaku pasar yang terdiri dari individu atau perusahaan yang memiliki kelebihan dana melakukan investasi pada surat-surat berharga yang ditawarkan oleh emiten (yang menerbitkan surat berharga). Dalam hal ini emiten merupakan 17 18 perusahaan yang membutuhkan dana, setelah mereka melakukan listing menawarkan surat berharga di bursa efek kepada para investor atau pemodal. Sunariyah (2004 : 4) membagi dua definisi mengenai pasar modal. Secara umum, pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Menurut Marzuki Usman lembaga pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan go public). Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud pasar modal adalah suatu pasar yang mempunyai kegiatan melakukan penawaran umum dan perdagangan efek yang melibatkan perusahaan publik serta lembaga yang berkaitan dengan efek. Menurut U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF, pengertian pasar modal secara luas adalah kebutuhan system keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek , primer, dan tidak langsung. 19 Menurut DR. Siswanto Sudomo (1990), yang dimaksud pasar modal adalah pasar tempat diterbitkan serta diperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang, khususnya obliasi dan saham. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:1), menyatakan pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Sedangkan Suad Husnan (2005:3) menyebutkan pasar modal secara formal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dari berbagai definisi diatas dapat dilihat bahwa pasar modal adalah pasar yang memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana atau pemodal (investor) dengan peminjam dana atau emiten (perusahaan go public) yang menyediakan sumber pembelanjaan jangka panjang melibatkan perusahaan publik serta lembaga yang berkaitan dengan efek. 2.1.2. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Perkembangan pasar modal di Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda mendirikan bursa efek Batavia pada akhir tahun 1912. Tujuan didirikannya bursa efek tersebut untuk memobilitasi dana dalam rangka membiayai erkebunan milik Belanda yang saat itu dikembangkan secara besarbesaran di Indonesia. Pendirian bursa efek di Batavia diikuti dengan pendirian 20 bursa efek di Semarang dan di Surabaya pada tahun 1955. Dengan berbekal pengalaman di negeri Belanda bursa efek tersebut mengalami perkembangan yang pesat sampai akhirnya terhenti dengan adanya perang dunia kedua. Selanjutnya memasuki era kemerdekaan bursa efek Indonesia kembali diaktifkan dengan diterbitkannya obligasi pemerintah dan diberlakukannya Undang-Undang Darurat tentang Bursa No. 13 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU nO. 15 Tahun 1952. Namun usaha mengaktifkan bursa efek tidak mengalami perkembangan samai dekade 1970-an. Pemerintah mulai mengaktifkan kembali pasar modal di Indonesia pada tahun 1976 dengan dikeluarkannya Keppres No. 52 tahun 1976 tentang Pasar Modal. Kemudian pada tanggal 10 Agustus tahun 1977 pemerintah membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) serta PT Danareksa. Kemudian pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan dengan adanya SK Menteri Keuangan pada tanggal 23 Desember 1987 (Paket desember, Pakdes I) yang memberikan kekuatan lebih besar bagi pengembangan pasar modal. Kebijakan selanjutnya adalah Pakto 1988 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Oktober 1988 dan Pakdes II yang dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 1988. Kegiatan operasional pasar modal akhirnya memperoleh perhatian besar dari pemerintah dengan dikeluarkannya 010/1991 tentang Pasar Modal. Kemudian pada tahun 1991 didirikan PT Bursa Efek Jakarta, sebagai temat dan kegiatan transaksi perdagangan surat-surat berharga (security) berdasarkan akte notaris yang dibuat pada tanggal 4 Desember 1991 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tahun 1991. 21 2.1.3. Peranan Pasar Modal Secara makro, peranan pasar modal adalah sebagai piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Dengan berfungsinya pasar modal, maka alokasi sumber-sumber ekonomi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal daat dialokasikan secara optimal. Dampak positif dari alokasi sumber-sumber (resources) secara optimal adalah naiknya pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja, dan semakin meningkatnya pemerataan pendapatan. Menurut Sunariyah (2004 : 7) mengemukakan peranan pasar modal dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal (aspek makro) sebagai berikut : 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan 2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan 3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga 2.1.4. Macam-macam Pasar Modal Penjualan saham dan sekuritas lainnya kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis atau bentuk pasar modal. Menurut Francis (1986) terdapat empat jenis atau bentuk pasar modal, yaitu: 22 1. Primary Market (Pasar Perdana) yaitu pasar modal dimana saham dan sekuritas lainnya dijual pertama kali (penawaran umum) sebelum saham dan sekuritas tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ini ditentukan oleh penjamin emisi (underwriter) dan perusahaan yang go public (emiten) berdasarkan faktor-faktor fundamental perusahaan emiten yang bersangkutan. Penjamin emisi (Underwriter) berperan disamping menentukan harga saham juga melaksanakan proses penjualannya. Berdasarkan tanggung jawabnya dalam membayar nilai saham selama masa penawaran umum, penjamin emisi (underwriter) dikelompokkan menjadi: a. Full Commitment. Penjamin emisi akan membeli dan membayar seluruh nilai saham yang diterbitkan emiten, walaupun tidak semua saham dapat terjual. b. Best Effort. Penjamin emisi hanya membayar nilai saham sebesar yang terjual selama masa penjualan pertama kali. 2. Secondary market (pasar sekunder) adalah pasar modal dimana saham dan sekuritas lainnya diperjualbelikan kepada umum setelah masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang dipengaruhi berbagai faktor baik intern dari emiten maupun ekstern. Faktor intern misalnya kebijakan earning per share ataupun kebijakan deviden sedangkan faktor ekstern seperti kebijakan moneter dan inflasi. 3. Third Market (pasar ketiga) adalah pasar modal dimana saham dan sekuritas lainnya diperdagangkan di luar bursa efek. Pasar modal ini 23 disebut pula Over the Counter Market, atau di Indonesia disebut Bursa Pararel. Dalam pasar ini, pedagang efek atau perantara pedagang efek mempunyai peran dalam menentukan harga. Di Indonesia bursa pararel ada di Jakarta dan dikelola oleh Perserikatan Pedagang Uang dan Efek. 4. Fourth Market (pasar keempat) adalah pasar perdagangan saham antar investor atau antar pemegang saham tanpa melalui pialang atau erantara pedagang efek. Perdagangan saham dalam pasar ini umumnya dilakukan dalam jumlah besar. 2.1.5. Fungsi Pasar Modal Fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional menurut Sunariyah (2004 : 9) adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Tabungan Pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa ada resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan dana dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Hal ini akan mempertinggi standar hidup suatu masyarakat. 2. Fungsi Kekayaan Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva tetap. 3. Fungsi Likuiditas 24 Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif lebih murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. 4. Fungsi Pinjaman Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun masyarakat. 2.1.6. Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal menurut Sartono (2001 : 38-40) adalah sebagai berikut : 2.1.6.1. Bagi Emiten Manfaat pasar modal bagi Emiten yaitu : a. Jumlah dana yang dihimpun bagi berjumlah besar. b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. c. Tidak ada ”convement” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana yang diperoleh perusahaan. Yang dimaksud dengan convement (akad/perjanjian) adalah persyaratan yang dimuat dalam akad kredit. Akad tersebut dirancang agar dapat melindungi pemberi pinjaman dengan memasukkan hal-hal seperti pembatasan jumlah hutang, 25 pembatasan pembagian deviden, rasio aktiva lancar minimum dan persyaratan serupa lainnya. d. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. e. Ketergantungan emiten terhadap Bank menjadi kecil. f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan. g. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi. h. Tidak ada beban finansial yang tetap. i. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. j. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. k. Profesionalisme dalam manajemen meningkat. 2.1.6.2. Bagi Investor (Pemodal) Manfaat pasar modal bagi investor / pemodal yaitu : 1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capiltal gain. 2. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun. 3. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) bila diadakan bagi pemegang saham. 26 4. Dapat mudah mengganti intsrumen investasi, misalnya dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko. 5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan keuntungan. Bagi Lembaga Penunjang 2.1.6.3. 1. Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang : Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel. 3. Semakin bervariasinya jenis Lembaga Penunjang. 4. Likuiditas efek semakin tinggi. 2.1.6.4. Bagi Pemerintah Manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu : 1. Mendorong laju pertumbuhan. 2. Mendorong investasi. 3. Penciptaan lapangan kerja. 4. Memperkecil Debt Service Rasio (DRS). 5. Bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengurangi beban anggaran. 2.1.7. Lembaga yang terlibat Pasar Modal Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan (emiten) dan wadah investasi bagi pemodal (investor) melibatkan berbagai pihak. Agar tercipta iklim investasi bagi pemodal (investor) melibatkan berbagai pihak. Agar 27 tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan yang baik diperlukan pengelolaan pasar modal secara efektif dan efisien. Ada beberapa lembaga yang terlibat di pasar modal adalah sebagai berikut: 2.1.7.1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tugas pokok BAPEPAM menurut Keppres No. 53 tahun 1990 tentang modal adalah: pasar a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga surat berharga dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga b. yang terdiri: reksa dana, bursa efek, lembaga kliring penyelesaian dan simpanan, perusahaan efek, tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat (truster) dan penanggung c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya. 2.1.7.2. Bursa Efek Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Tujuan didirikannya bursa efek adalah untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Sementara fungsinya adalah untuk: 1. Menjaga kontinuitas pasar 28 2. Menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran . Emiten 2.1.7.3. Emiten atau perusahaan yang go public adalah pihak yang melakukan emisi atau melakukan penawaran umum surat berharga. Yang dapat melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk menawarkan efek kepada masyarakat dan pernyataan ppendaftaran tersebut efektif. 2.1.7.4. Perusahaan Efek Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin dari Bapepam untuk melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara edagang efek, manajer investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam. Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai enjamin emisi edek, perantara pedagang efek, dan manajer investasi hanya untuk efek yang bersifat utang yang jatuh temonya tidak lebih dari satu tahun, sertifikat deposito, polis asuransi, efek yang diterbitkan atau dijamin pemerintah Indonesia, atau efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam tidak diwajibkan memperoleh izin usaha sebagai perusahaan efek. Reksa Dana 2.1.7.5. Reksa dana (Investment Funds) merupakan wadah yang diergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana berasal dari istilah Mutual Fund. Fund berarti dana, sedangkan mutual berarti saling menguntungkan. 29 Di Indonesia dipilih istilah reksa dana, agar tidak rancu dengan pengertian Dana Reksa yang sudah dikenal masyarakat. Dengan demikian PT Dana Reksa merupakan salah satu perusahaan investasi yang dimiliki negara. Kegiatan reksa dana dapat ditempatkan pada berbagai instrumen efek, baik di pasar uang maupun di pasar modal. Hal ini menunjukkan bahwa reksa dana bersifat fleksibel, karena mampu memberikan berbagai pilihan dan alternatif bagi para investor sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dalam berinvestasi. Ada 2 (dua) jenis reksa dana, yaitu Reksa dana terbuka, dimana pemegang saham reksa dana dapat menjual 1. kembali sahamnya kepada reksa dana dan reksa dana wajib membeli kembali saham-saham tersebut. 2. Reksa dan tertutup, dimana reksa dana tidak wajib membeli kembali saham-sahamnya. 2.1.7.6. Lembaga Penunjang Pasar Modal Lembaga penunjang pasar modal terdiri: a. Penjamin emisi efek (Underwriter) adalah pihak yang bertugas memberi nasehat mengenai jenis efek, harga, jangka waktu efek yang diterbitkan, membantu menyelesaikan administrasi, dan mengorganisir penyelenggaraan emisi efek b. Lembaga kliring dan penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi di Bursa Efek c. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan 30 Efek, dan pihak lain. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. d. Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek e. Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat hutang. Profesi Penunjang Pasar Modal 2.1.7.7. Profesi penunjang pasar modal terdiri dari: a. Akuntan Publik, yaitu pihak yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan pemeriksaan (auditing). Tugas akuntan publik adalah melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan memberi pendapat atau kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. b. Notaris adalah pejabat yang bertugas membuat naskah perjanjian, penyususan anggaran dasar dan perubahannya, membuat berita acara rapat pemegang saham, dan lain-lain. c. Penilai (Appraisal) adalah pihak yang menrbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai meruakan pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan keahlian penilai. 31 d. Konsultan hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emiten. Tugas konsultan Hukum meneliti aspek-aspek hukum dan memberikan pendapat segi hukum yang meliputi aspek-aspek hukum dan memberikan pendapat segi hukum yang meliputi anggaran dasar, akte pendirian, izin usaha, bukti kepemilikan atas harta, perjanjian pihak emiten dengan pihak ketiga, dan lain-lain 2.1.7.8. Investor Investor atau pemodal merupakan pihak (perorangan, lembaga, perusahaan) yang menanamkan dananya dalam sekuritas yang diperjualbelikan di pasar modal. 2.1.8. Instrumen Pasar Modal Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa: 1. Saham Preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan kerugian. 32 Saham Biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima 2. laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Aabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara dalam RUPS. 3. Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. 4. Bukti Right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada di bawah harga pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan sudah harus dilaksanakan. 5. Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau 33 dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun. Pemegang waran tidak akan menderita kerugian apapun seandainya waran itu tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya untuk ditukar dengan saham. Namun pemegang waran masih dapat menunggu sampai harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum kadaluwarsa. Apabila pemegang waran tidak ingin menebusnya, maka waran itu dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek. Apabila waktu untuk mendapatkannya sudah kadaluwarsa dan pemegang waran lalai menebusnya, maka waran tersebut akan menjadi kertas yang tidak bernilai lagi. 6. Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Mekanisme perdagangan produk derivative ini dilakukan secara future dan option. 2.2 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saaham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock). Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas dari 34 saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. Untuk lebih jelas, akan dijelaskan pula jenis saham: 2.2.1 Saham Preferen Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengahtengah antara bond dan saham biasa. 2.2.2 Saham Biasa Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Apabila perusahaan menghasilkan laba dalam menjalankan bisnisnya, maka sebagian atau seluruh laba dapat dibagikan kepada pemiliknya, yaitu pemegang saham sebagai dividen. Perusahaan terbuka akan menyampaikan pengumuman secara resmi 35 jadwal pelaksanaan dan besarnya pembayaran dividen melalui surat kabar dan melaporkan kepada bursa efek yang telah mencatat sahamnya. 2.2.3 Saham Treasuri Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan seagai treasuri. Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham treasuri. 2.3 Kebijakan Dividen 2.3.1 Dividen Tunai Pemegang saham biasanya diberikan hak atas laba perusahaan, yang akan dibayarkan secara periodik. Manajemen perusahaan mempersiapkan laporan keuangan dan mengumumkannya untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemegang saham atau dewan komisaris, terhadap mandat yang diberikan untuk masa jabatan manajerial tersebut. Pembayaran tersebut biasanya berbentuk dividen tunai atau dividen saham. Dividen diumumkan secara periodik oleh dewan direktur . Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu tahun. 2.3.2 Dividen Saham Dividen tunai lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan dividen saham. Alasan pembagian dividen saham biasanya manajemen tidak dapat membagikan dividen tunai, dikarenakan tidak dapat mencapai keuntungan yang diharapkan atau tingkat likuiditas sangat rendah dan tidak mencukupi untuk membayar dividen tunai. Dividen saham terjadi apabila Dewan Komisaris 36 memutuskan untuk membayar dividen pemegang saham dengan cara menambah saham yang dimiliki oleh pemegang saham lama dalam suatu perusahaan. Dewan Komisaris pada umumnya melakukan pembagian saham dividen dengan cara sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris memutuskan untuk menambah saham baru kepada tiap tiap pemegang saham lama dengan persentase tertentu. Suatu conth, dewan komisaris memutuskan menambah 10% saham untuk tiap-tiap saham yang dimiliki pemegang saham lama. Misalnya, pemegang saham lama yang memiliki 500 lembar saham akan bertambah 50 lembar saham baru menjadi 550 lembar saham. 2. Stock Split Semua saham lama diganti dengan saham baru, dengan cara mengganti harga par value baru. Suatu contoh, suatu saham dengan kurs Rp 1.100 displit, diamana satu saham akan menghasilkan 2 lembar saham dengan kurs baru Rp 600. Apabila pemegang saham mempunyai 500 lembar akan meningkat menjadi 1000 lembar saham. 3. Reverse Stock Split Reverse stock split kebalikan dari stock split. Saham yang ada sekarang diganti dengan satu lembar saham baru dimana satu saham baru akan mengganti lebih dari satu saham lama. Pendekatan ini menambah nilai harga saham baru. Suatu contoh, dua lembar saham dengan harga Rp 500 diganti menjadi satu lembar saham dengan harga Rp 1.050. Sebagai 37 akibatnya, pemegang saham 100 lembar saham akan memiliki 50 lembar 2.4 saham. Corporate Action Tindakan/aksi korporasi (corporate action) merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap harga di pasar. Corporate action merupakan informasi yang umumnya menarik saham perhatian pihak-pihak yang terkait di pasar modal, khususnya para pemegang saham (Darmadji, 2006:177). Informasi tersebut data memiliki nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut dapat menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal. Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ataupun Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk berlakunya suatu corporate action sesuai dengan peraturan yang ada di pasar modal. Pengertian corporate action umumnya mengacu pada aktivitas penerbitan right issue, pemecahan saham (stock split), saham bonus, dividen saham (Stock Dividend), dividen tunai (cash dividend), pembelian kembali saham (shares buyback). Keputusan corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap para pemegang saham, karena corporate action yang dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang oleh para pemegang saham, serta pengaruhnya 38 terhadap pergerakan harga saham. Dengan demikian, pemegang saham harus mencermati dampak atau akibat corporate action sehingga memperoleh keuntungan dari melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat. 2.5 Teori Motivasi Pemecahan Saham Secara teoritis motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan split tertuang dalam beberapa teori, antara lain Trading Range Theory dan stock Signaling Theory (Mason, Helen B, and Roger M. Shelor,1998 dalam Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin 2003) : 1. Trading Range Theory Menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, stock split akan meningkatkan likuiditas saham. Harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga makin banyak investor bertransaksi (Marwata,2001). Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi mendorong perusahaan melakukan pemecahan saham. Hasil penelitian Ikenberry et. al (1996) dalam Marwata (2001) mengatakan pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Survei yang 39 dilakukan Baker dan Gallagher (1980) dalam Rozef (1998) menunjukkan bahwa manajer cenderung menyebutkan alasan likuiditas ini sebagai motivasi stock split. Namun Copeland,1979 (dalam Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin,2003) melaporkan pendapat yang berlawanan dengan pendapat diatas. Ia menemukan bahwa likuiditas saham akan menurun setelah pemecahan saham karena meningkatnya biaya transaksi per lembar saham. Dengan nilai transaksi lebih investor harus membayar biaya transaksi yang sama. kecil 2. Signaling Theory Menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi ketika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini semata-mata karena mengetahui prospek masa depan perusahaan yang bersangkutan. Pemecahan saham dapat mengurangi asimetri informasi dengan memberikan sinyal yang positif lebih dulu mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Signaling Theory menyatakan bahwa bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba jangka panjang (Bar-Josef dan Brown dalam Marwata,2001). 40 Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan manajemen bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan. Manajemen mempunyai informasi lebih tentang prospek perusahaan dibanding dengan investor. Pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menarik perhatian investor. Pemecahan saham memerlukan biaya dan hanya perusahaan berprospek baguslah yang sanggup melakukannya. Sebaliknya jika perusahaan tidak mempunyai prospek yang baik mencoba memberikan sinyal tidak valid yang lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut. Sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya (Jogiyanto,419). Pasar akan merespon sinyal yang positif jika pemberi sinyal kredible. Sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya pasar. Dalam model signaling yang dikembangkan oleh Brennan dan Copeland (1988), pemecahan saham memerlukan biaya yang cukup tinggi namun merupakan sinyal yang efektif untuk menyampaikan prospek masa depan perusahaan. Pemecahan saham menjadi mahal karena meningkatkan biaya administrasi penerbitan saham dan biaya transaksi investor. 2.6 2.6.1 Pemecahan saham Pengertian Pemecahan Saham Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru adalah 1/n dari harga sebelumnya (Jogiyanto,415). Investor akan menerima sejumlah n yang sama dari tiap lembar 41 saham yang dimiliki sebelumnya. Nilai nominal saham tersebut adalah 1/n dari nilai nominal saham sebelumnya. Dengan demikian total ekuitas yang dimiliki perusahaan sebenarnya adalah sama. Pemecahan saham menimbulkan efek fatamorgana. Investor merasa lebih makmur karena seolah-olah memiliki jumlah lembar saham yang lebih banyak. Para ahli menyebutkan bahwa stock split adalah salah satu fenomena yang dianggap sebagai kosmetika saham. Hal ini dapat diartikan bahwa tindakan perusahaan yang melakukan stock split merupakan tindakan pemolesan saham agar lebih menarik di mata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Stock split merupakan tindakan yang memberikan efek fatamorgana kepada investor, dengan kata lain investor akan seolah-olah merasa lebih makmur dan diuntungkan karena memegang jumlah saham yang lebih banyak padahal pada kenyataannya walaupun investor memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak, tetapi nilai saham tersebut akan berkurang sebesar penggandaan jumlah lembar saham tersebut yang mengartikan bahwa tidak ada perubahan sama sekali terhadap kekayaan dan kemakmuran investor. Menurut Ewijaya dan Nur Indrianto (1999) stock split adalah perubahan nominal per lembar saham dan menambah jumlah lembar saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahannya. Pemecahan saham biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Apabila harga pasar saham tinggi dan dirasakan bahwa harga saham lebih rendah akan menghasilkan pasaran yang lebih baik dan distribusi kepemilikan 42 yang lebih luas, perusahaan dapat mengesahkan untuk mengganti saham yang beredar dengan jumlah lembar saham yang lebih banyak, sehingga menurunkan harga per lembar sahamnya. Menurut Mardiyanto (2009), stock split yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (two-for-one-stock) atau atas dasar berupa stock split atas dasar satu jadi tiga (three-for-one-stock). Two-for-one-stock diartikan dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham dapat untuk setiap satu lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud three-for-one-stock adalah diamna setiap pemegang saham akan menerima tiga lembar saham baru dari setiap lembar saham yang dimiliki sebelumnya dan nilai nominal setiap saham baru adalah sepertiga dari nominal saham sebelumnya. Hal ini serupa dengan Mc Nichols dan Dravid dalam Marwata (2001) yang menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen unuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Jogianto et. al. (2000) berpendapat bahwa pemecahan saham hanya mengganti saham beredar dengan jumlah saham yang lebih banyak dengan cara menurunkan nilai parinya sedangkan saldo modal saham dan laba ditahan tetap sama. Oleh karena itu, pemecahan saham tidak mempengaruhi arus kas perusahaan. Jika suatu pengumuman tidak memiliki nilai ekonomis, untuk pasar 43 yang efisien seharusnya pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Namun, jika stock split tidak memiliki nilai ekonomis, pertanyaannya adalah kenapa perusahaan melakukannya, Walaupun pemecahan saham tidak secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan, namun manajer mempunyai alasan ketika memecah saham. Maka pemecahan saham menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh para investor atau calon investor dalam mengambil keputusan. Para investor dan calon investor dapat mengambil keputusan untuk membeli atau melepas saham yang dimilikinya berdasarkan analisis mereka mengenai informasi apa yang terkandung dalam pemecahan saham ketika mereka mencoba mengetahui alasan manajer melakukan pemecahan saham. Keputusan untuk melakukan stock split oleh suatu emiten atau perusahaan merupakan kesepakatan para pemegang saham yang dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. (RUPS). Umumnya pemegang saham mayoritas adalah pihak pengelola perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan keputusan ini cenderung menguntungkan perusahaan, karena dengan melakukan stock split pihak perusahaan mengahrapkan agar saham tersebut menjadi lebih likuid dipasarkan. Setelah mencapai kesepakatan dalam RUPS, maka sesuai dengan KEP KA.BAPEPAM No.Kep-86 / pm / 1996 tanggal 24 Januari 1996, peraturan nomor X .K .I. tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada public, maka setiap perusahaan public atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, maka harus menyampaikan kepada BAPEPAM dan mengumumkannya kepada masyarakat secepat mungkin. Paling lambat hari kerja ke-2 stelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa informasi 44 atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Stock split merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai nominal saham, nilai pasar saham dan jumlah lembar saham yang beredar. Karena itu stock split dapat dikategorikan sebagai suatu peristiwa atau informasi yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Maka keputusan untuk melakukan stock split harus segera diumumkan sesuai dengan ketentuan BAPEPAM pada masyarakat melalui pengumuman di bursa atau iklan di beberapa surat kabar yang terbit di Indonesia (Aulia: 2011) Sebagian besar perusahaan dapat mendistribusikan laba atau keutungan mereka kepada pemegang saham dalam bentuk pemecahan saham, dimana pemegang saham tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperoleh tambahan saham tersebut. Pada nilai saham per value tertentu, secara murni distribusi saham tersebut hanya mempengaruhi perusahaan saham secara “kosmetik”. Adapun untuk simulasi nilai sesudah dan sebelum stock split dapat diperlihatkan dari tabel berikut: Tabel 2.1 Simulasi Stock split Harga Saham per Lembar Sebelum Split Rp 100 Setelah Split Rp 50 Sumber: data diolah Jumlah Saham yang beredar Nilai Ekuitas 1 Juta saham 2 Juta saham Rp 100 juta Rp 100 juta Split Factor 2:1 2:1 45 Dari simulasi diatas, jumlah saham yang beredar 1 juta lembar dengan nilai Rp 100 per saham, maka nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 100 = Rp 100 juta. Perusahaan memecah satu lembar saham menjadi 2 saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah Rp 50,- dan jumlah saham yang beredar menjadi dua kali lebih banyak yaitu 2 juta saham. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp 50 = Rp 100 juta. Menurut Aulia (2011), keputusan melakukan stock split pada umumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai mengalami over price (terlalu tinggi) sehingga diperkirakan akan mengurangi minat investor untuk membeli. Oleh karena itu, manajemen perusahaan melakukan kegiatan stock split agar jumlah saham yang beredar di masyarakat lebih banyak dan harga yang diperdagangkan lebih rendah dari harga sebelumnya sehingga dapat menarik investor dan meningkatkan daya beli investor serta mengubah para investor add lot menjadi investor round lot. Hal ini sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham yang harganya tinggi. 2.6.2 Tujuan Pemecahan Saham Tujuan utama emiten melakukan pemecahan saham adalah untuk mengarahkan harga sahamnya pada titik optimal sehingga likuiditas saham meningkat dan dan distribusinya menjadi lebih luas (Dolley,1993 dalam Sri fatmawati dan Marwan Asri,1999). Harapannya adalah untuk mendorong tingkat transaksi yang terjadi sehingga penjualan saham meningkat. Stock split dipercaya dapat membangunkan “saham tidur”. Kemungkinan penyebab saham tidur adalah (Saleh Basir dan Hendy M. F,136) : 46 1. Saham tersebut cukup prospektif dalam memberikan dividen yang teratur 2. sehingga diminati investor jangka panjang. Pemegang saham jadi tidak tertarik melepas sahamnya. Saham tidak menarik dan tidak berprospek. Baker dan Gallanger (dalam Fatmawati dan Asri,1999) melakukan tanya jawab terhadap 100 CFO perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam NYSE dengan distribusi 25% atau lebih. Hasil survey menunjukkan bahwa 94% dari sampel mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan pemecahan saham agar tingkat perdagangan berada pada kondisi yang lebih baik sehingga dapat menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas perdagangan. Beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split antara lain (Keown, Scott, Martin, Petty,1996 dalam Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin,2003) : 1. Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas saham. 2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. 3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. Pendapat beberapa ahli mengenai alasan mengapa perusahaan melakukan stock split yang diteliti melalui beberapa manajer perusahaan yang melakukan stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai alasan para manajer perusahaan dalam melakukan stock split, antara lain: 47 1. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga mengubah investor odd lot menjadi investor round lot dan meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan lebih likuid. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan stock split percaya bahwa stock split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut, sehingga membuat saham menjadi lebih likuid untuk diperdagangkan. Hal ini akan mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot adalah investor yang membeli saham kurang dari 500 lembar saham (< 1 lot). Sedangkan investor round lot adalah investor yang melakukan pembelian saham minimal 500 saham atau minimal 1 lot (Mc Gough dalam Endah : 2006) 2. Secara teoritis, mootivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split serta efek yang ditimbulkannya tertuang dalam beberapa hipotesis yaitu hipotesis signalling dan liquidity (Barker dan Powell dalam Endah : 2006). Penjelasan ini didukung oleh adanya pandangan bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham akan menambah daya tarik investor akibat semakin rendahnya harga saham. Kondisi ini menyebabkan semakin bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan jumlah pemegang saham (Jogiyanto, 2003) 48 3. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. Harga saham yang lebih rendah akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjualbelikan setiap saat dan akan meningkatkan efisiensi pasar. Menurunnya harga memberikan peluang keuntungan (yield) lebih besar. Misalnya sebuah saham sebelum pemecahan saham harganya Rp 1200 dan setelah pemecahan saham menjadi Rp 625, jika saham tersebut mengalami kenaikan satu point saja misalnya Rp 25 maka mengahsilkan perubahan yield sebesar 2,083% untuk harga Rp 1.200 dan 4% untuk harga Rp 625. 4. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja perusahaan bagus dan memiliki prospek yang bagus. Pemecahan saham juga sering kali merupakan langkah menjelang merger atau akuisisi. Harga saham yang relative sebanding akan memudahkan negosiasi merger dan akuisisi yang dilakukan dengan cara penukaran saham. Menurut Ernie Hendrawaty (2007), ada beberapa pihak yang mempunyai pendapat yang bertentangan dengan teori motivasi dan alasan perusahaan untuk melakukan stock split. Beberapa ahli berpendapat bahwa stock split tidak memiliki keuntungan apapun. Pendapat ahli yang bertentangan dengan pendapat di atas antara lain: 1. Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split karena ketidakpastian lingkungan bisnis. 2. Tingkat harga setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada kelompok yang memiliki nilai saham rendah sehingga mengakibatkan kepercayaan investor terhadap saham tersebut menurun. 49 3. Peningkatan jumlah pemegang saham akan meningkatkan biaya pelayanan 2.6.3 Jenis Pemecahan Saham Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dilakukan (Ewijaya (servicing cost) bagi pemegang saham. dan Nur Indriantoro,1999) : 1. Pemecahan naik (split-up) Pemecahan naik (split-up) adalah penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:10 dan sebagainya. 2. Pemecahan turun (split down atau reverse split) Pemecahan turun (split down) adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham turun dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, 10:1 dan sebagainya. Reverse split dilakukan karena harga saham dipasar dirasa sudah terlalu murah. Reverse split di Indonesia sangat jarang dilakukan. Reverse split pernah dilakukan sekali di Indonesia oleh PT. BNII Tbk pada bulan Juni 2002. Dilakukan untuk memenuhi salah satu ketentuan BEI tentang harga teoritis sebelum melakukan right issue, yaitu tidak dibawah 100. Harga saham BNII pada tanggal 12 juni 2002 (sehari sebelum reverse) adalah 20. BNII melakukan Reverse split tersebut dengan factor pemecahan 10:1 (Saleh Basir dan Hendy M.F,119) McGough dalam Ewijaya dan Nur indrianto (1999) mengatakan bahwa pasar modal Amerika yang diwakili New York Stock Excange (NYSE) juga mengatur 50 mengenai pemecahan saham. NYSC membedakan pemecahan saham menjadi dua, yaitu pemecahan saham sebagian (partial stock split) dan pemecahan saham penuh (full stock split). Pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tapi kurang dari 100% dari jumlah saham lama yang beredar. Pemecahan saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham lama yang beredar. 2.6.4 Perlakuan Akuntansi Terhadap Peristiwa Stock split Pengaturan tentang stock split tidak disebutkan di dalam Standar Akuntansi Keuangan, yang diatur hanyalah mengenai dividen saham yang dibagikan oleh perusahaan yang diatur dalam PSAK no. 21 paragraf 3 tentang dividen saham. Menurut Zaki Baridwan dalam Susanti (2006), sebuah perusahaan dapat memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal saham. Penurunan nilai nominal saham ini dapat menambah jumlah saham yang beredar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba yang tidak dibagi. Bagi pemegang saham penurunan nilai nominal per saham tidak akan mengubah nilai buku investasi. Satu-satunya perubahan yang ada hanyalah adanya pertambahan jumlah saham yang dimiliki. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal namun cukup dengan catatan memo (Baridwan,1993). Misalnya satu perusahaan mengumumkan adanya stock split dimana tiap saham dipecah menjadi dua saham (2:1). Dengan adanya pemecahan saham ini para pemegang saham akan menerima dua saham untuk menukar tiap saham yang dimiliki. Jumlah harga pokok saham 51 tidak mengalami perubahan, namun karena jumlah sahamnya bertambah dua kali lipat, maka harga pokok per saham menurun menjadi ½ (setengah) dari harga pokok semula. Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui oleh pemegang saham. Sedangkan menurut Mc Gough dalam Endah (2006) ada penyesuaian yang dilakukan oleh manajemen pada neraca (balance sheet) dan laporan harus penerimaan (income statement). Jurnal harus dibuat pada bulan terjadinya stock split, yang akan mempengaruhi neraca pada laporan akhir tahun. Tata Cara Konversi Saham dan Penukaran Saham Nilai Nominal 2.6.5 Baru Tata cara konversi saham yang telah di-split telah diatur ketentuannya oleh BAPEPAM. Adapun alur dan ketentuan konversi saham dengan nominal yang baru dapat penulis gambarkan sebagai berikut: 1. Pemegang saham yang bermaksud untuk melakukan konversi saham dengan nilai nominal saham lama wajib mengajukan permohonan konversi saham dan atau penukaran nilai nominal saham kepada Biro Administrasi Efek, melalui perusahaan efek atau bank kustodian yang telah terdaftar sebagai pemegang rekening efek Indonesia (KSEI), yang ditunjuk oleh pemegang saham. Dokumen yang wajib diserahkan kepada Biro Administrasi Efek oleh perusahaan efek atau bank kustodian atau pemegang saham yang bersangkutan, antara lain adalah sebagai berikut: - Asli Surat Kolektif Saham (SKS) denga nilai nominal lama, - Asli formulir penyetoran efek, 52 - Salinan bukti jati diri yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor), - Surat kuasa bermaterai cukup disertai salinan bukti jati diri yang masih berlaku dari pemberi kuasa, jika konversi saham dan penukaran nilai nominal saham dilakukan dengan kuasa, - 2. Salinan anggaran dasar beserta perubahan-perubahannya, salinan bukti jati diri direksi (sesuai dengan anggaran dasar) yang masih berlaku bagi pemegang saham yang berbentuk badan hukum. Biro Administrasi Efek akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan konversi saham dan atau penukaran nilai nominal saham kepada perusahaan efek atau bank kustodian atau pemegang saham yang bersangkutan. 3. Pemegang saham yang dapat melakukan konversi saham dan/atau pemecahan nilai nominal lama adalah pemegang saham yang namanya telah tercatat dalam daftar pemegang saham. 4. Bagi pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang saham , maka konversi saham dengan nilai nominal lama selama periode konversi, tidak dikenakan biaya konversi saham. Khusus untuk saham yang ditransaksikan di bursa efek pada periode konversi, maka konversi saham sampai dengan 10 (sepuluh) hari bursa setelah periode konversi berakhir tidak akan dikenakan biaya konversi (Periode konversi + 10 hari bursa). 5. Bagi pemegang saham yang namanya belum tercatat dalam buku daftar pemegang saham, maka akan dilakukan registrasi sekaligus konversi 53 saham, dengan ketentuan bahwa untuk tindakan registrasi akan dikenakan 6. biaya registrasi serta tambahan waktu untuk proses registrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Biro Administrasi Efek akan melakukan konfirmasi deposit dan/atau penarikan melalui C-BEST setelah permohonan selesai diproses, selambat- lambatnya 5 (lima) hari Bursa sejak permohonan diterima Biro administrasi Efek, dan akan dikreditkan ke rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian di hari yang sama, serta akan melakukan rekonsiliasi harian dengan KSEI. 7. Biro Administrasi Efek akan mengeluarkan konfirmasi validasi daham kepada perusahaan efek dan/atau bank kustodian setelah proses permohonan konversi selesai. 8. Pemegang saham yang telah melakukan konversi saham akan menerima informasi saldo rekening efeknya dari perusahaan efek atau bank kustodian dimana pemegang saham membuka rekening. 9. Dimulainya penyelesaian perdagangan saham tanpa warkat disesuaikan dengan surat edaran bersama KSEI-KPEI nomor tertanggal, sehingga efektif awal penyelesaian perdagangan saham tanpa warkat adalah 5 (lima) hari bursa seak dimulainya konversi. 2.6.6 Pencatatan Stock split pada Neraca Pemecahan saham dari satu menjadi dua (a two-for-one stock) bermakna bahwa pemegang saham yang memiliki 100 saham biasa akan memperoleh saham biasa dua kali lipat sebanyak 200 saham dengan harga yang berkurang setengah 54 dari harga semula. Dalam hal ini jelas diketahui pemecahan saham sebenarnya mengakibatkan dampak bagi perusahaan yaitu bertambahnya jumlah lembar saham (Mardiyanto, 2009). Pemecahan saham ditujukan untuk menurunkan harga saham hingga mencapai nilai optimal. Rentang harga saham yang paling optimal adalah rentang yang menyebabkan investor berminat membeli saham. Menurut Mardiyanto harga (2009), tidak terdapat perbedaan pencatatan dan jumlah ekuitas pada neraca apabila perusahaan melakukan stock split. Adapun pencatatan neraca sebelum dan setelah stock split, penulis gambarkan sebagai berikut: Tabel 2.2 Pencatatan Ekuitas Sebelum Stock split Saham Biasa (10 juta saham @ Rp 1000) Rp 10.000.000.000,- Tambahan Modal Rp 20.000.000.000,- Laba ditahan Rp 570.000.000.000,- Total Ekuitas (A+B+C+) Rp 600.000.000.000,- Nilai buku ekuitas per saham Rp (Rp 600 juta/10 juta saham) Sumber: Mardiyanto (2009) 60.000,- 55 Tabel 2.3 Pencatatan Ekuitas Setelah Stock split 1:2 Saham biasa (20.000.000 saham @ Rp 500) Rp 10.000.000.000,- Tambahan Modal Rp 20.000.000.000,- Laba diatahan Rp 570.000.000.000,- Ekuitas (A+B+C) Total Rp 600.000.000.000,- Buku Ekuitas / saham Nilai Rp 30.000,- (Rp 600.000.000,- / 10 juta saham) Sumber: Mardiyanto (2009) Dari dua buah tabel simulasi pencatatan ekuitas diatas dapat disimpulkan bahwa stock split tidak merubah pencatatan apapun dalam neraca. Akan tetapi, walaupun tidak merubah pencatatan aktivitas pada neraca, stock split membuat volume dan nilai buku ekuitas berbeda. Perubahan nilai buku dan volume saham beredar ini bergantung pada berapa besar split yang dilakukan (Jogiyanto,2003) 2.7 Reaksi Pasar Terhadap Pemecahan Saham Suatu pengumuman yang masuk ke bursa saham akan mempengaruhi pasar untuk bereaksi. Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka pasar akan melakukan reaksi pada saat pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ini pada umumnya ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dan jumlah saham beredar pada sekuritas perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila pengumuman stock split mengandung informasi, maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman stock split diterima oleh pasar. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. 56 Jika pengumuman stock split memiliki kandungan informasi, maka akan memberikan abnormal return bagi pasar. Sebaliknya, jika pengumuan stock split tidak memiliki kandungan informasi, maka tidak akan memberikan abnormal return pada pasar. Penelitian ini ingin mengetahui apakah pengumuman stock split memiliki kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return. 2.8 Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharpkan akan terjadi di masa yang akan datang. Jogiyanto (2003:109) berpendapat bahwa “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang”. Menurut J. C. Van Horne dan J. M. Wachowicz (2005:96), ukuran kesejahteraan yang paling umum bagi pemilik saham adalah return yang didefinisikan sebagai berikut: “Return from holding an investment is simply any cash payments received due to ownership, plus the change in market price, devided by the beginning price. Return comes from two sources: income plus any price appreciation (or loss in price).” Jogiyanto (2003:109) menjelaskan bahwa return dapat terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Return ekspektasi (expected return) 57 Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return Return realisasi (realized return) 2. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Di samping itu return realisasi ini dapat juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Menurut Jogiyanto dalam Teori Portofolio dan Analisis Investasi Return realisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: r = Pt-Pt-1 Dt + Pt-1 Pt-1 Sumber: Jogiyanto (2008) Untuk return realisasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu dari capiltal gain (loss) dan yield. 1. Capiltal gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti 58 terjadi keuntungan modal (capiltal gain), sebaliknya terjadi kerugian 2. modal (capiltal loss). Sedangkan yield adalah persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham yield adalah persentase dividen terhadap dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Dividen diberikan setelah adanya persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Pengumuman yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat direaksi positif ataupun negatif. Reaksi positif ditunjukkan oleh abnormal return yang positif, artinya kenaikan harga saham pada perusahaan. Reaksi negatif ditunjukkan oleh adanya abnormal return negatif pada perusahaan, artinya terjadi penurunan harga saham (Luciana & Emanuel, 2005:3).