bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1.
Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal (capiltal market) adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal). Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar dimana dana-dana
jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dengan kata
lain pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan
surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal
memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dana jangka panjang yang merupakan
hutang berbentuk obligasi (bond), sedangkan dana jangka panjang yang
merupakan modal sendiri berbentuk saham biasa (common stock) dan saham
preferen (preferred stock). Surat berharga lain yang diperjualbelikan adalah right,
warrant, dan opsi. Di tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat
berharga surat berharga yang selanjutnya disebut bursa efek (stock exchange) itu
para pelaku pasar yang terdiri dari individu atau perusahaan yang memiliki
kelebihan dana melakukan investasi pada surat-surat berharga yang ditawarkan
oleh emiten (yang menerbitkan surat berharga). Dalam hal ini emiten merupakan
17
18
perusahaan yang membutuhkan dana, setelah mereka melakukan listing
menawarkan surat berharga di bursa efek kepada para investor atau pemodal.
Sunariyah (2004 : 4) membagi dua definisi mengenai pasar modal.
Secara umum, pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
di bidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam
arti sempit,
pasar
modal
adalah
suatu
pasar
yang
disiapkan
guna
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga
lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Menurut Marzuki Usman lembaga pasar modal adalah pelengkap di sektor
keuangan terhadap lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar
modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana
dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam
hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan go public).
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud pasar
modal adalah suatu pasar yang mempunyai kegiatan melakukan penawaran umum
dan perdagangan efek yang melibatkan perusahaan publik serta lembaga yang
berkaitan dengan efek.
Menurut U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF,
pengertian pasar modal secara luas adalah kebutuhan system keuangan yang
terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek , primer,
dan tidak langsung.
19
Menurut DR. Siswanto Sudomo (1990), yang dimaksud pasar modal
adalah pasar tempat diterbitkan serta diperdagangkan surat-surat berharga jangka
panjang,
khususnya obliasi dan saham.
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:1), menyatakan pasar
modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen
derivatif,
maupun perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan
sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Sedangkan Suad Husnan (2005:3) menyebutkan pasar modal secara formal
sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang
yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Dari berbagai definisi diatas dapat dilihat bahwa pasar modal adalah pasar
yang memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana atau
pemodal (investor) dengan peminjam dana atau emiten (perusahaan go public)
yang menyediakan sumber pembelanjaan jangka panjang melibatkan perusahaan
publik serta lembaga yang berkaitan dengan efek.
2.1.2.
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Perkembangan pasar modal di Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia
Belanda mendirikan bursa efek Batavia pada akhir tahun 1912. Tujuan
didirikannya bursa efek tersebut untuk memobilitasi dana dalam rangka
membiayai erkebunan milik Belanda yang saat itu dikembangkan secara besarbesaran di Indonesia. Pendirian bursa efek di Batavia diikuti dengan pendirian
20
bursa efek di Semarang dan di Surabaya pada tahun 1955. Dengan berbekal
pengalaman di negeri Belanda bursa efek tersebut mengalami perkembangan yang
pesat
sampai akhirnya terhenti dengan adanya perang dunia kedua. Selanjutnya
memasuki era kemerdekaan bursa efek Indonesia kembali diaktifkan dengan
diterbitkannya obligasi pemerintah dan diberlakukannya Undang-Undang Darurat
tentang
Bursa No. 13 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU nO. 15
Tahun
1952. Namun usaha mengaktifkan bursa efek tidak mengalami
perkembangan samai dekade 1970-an. Pemerintah mulai mengaktifkan kembali
pasar modal di Indonesia pada tahun 1976 dengan dikeluarkannya Keppres No. 52
tahun 1976 tentang Pasar Modal. Kemudian pada tanggal 10 Agustus tahun 1977
pemerintah membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) serta PT
Danareksa.
Kemudian pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan dengan
adanya SK Menteri Keuangan pada tanggal 23 Desember 1987 (Paket desember,
Pakdes I) yang memberikan kekuatan lebih besar bagi pengembangan pasar
modal. Kebijakan selanjutnya adalah Pakto 1988 yang dikeluarkan pada tanggal
27 Oktober 1988 dan Pakdes II yang dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 1988.
Kegiatan operasional pasar modal akhirnya memperoleh perhatian besar dari
pemerintah dengan dikeluarkannya 010/1991 tentang Pasar Modal. Kemudian
pada tahun 1991 didirikan PT Bursa Efek Jakarta, sebagai temat dan kegiatan
transaksi perdagangan surat-surat berharga (security) berdasarkan akte notaris
yang dibuat pada tanggal 4 Desember 1991 dan disahkan oleh Menteri
Kehakiman RI pada tahun 1991.
21
2.1.3. Peranan Pasar Modal
Secara makro, peranan pasar modal adalah sebagai piranti untuk
melakukan
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Dengan berfungsinya
pasar modal, maka alokasi sumber-sumber ekonomi seperti sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya modal daat dialokasikan secara optimal.
Dampak
positif dari alokasi sumber-sumber (resources) secara optimal adalah
naiknya
pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja, dan semakin
meningkatnya pemerataan pendapatan.
Menurut Sunariyah (2004 : 7) mengemukakan peranan pasar modal dari
sisi kepentingan para pelaku pasar modal (aspek makro) sebagai berikut :
1.
Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan
2.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh
hasil (return) yang diharapkan
3.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya
4.
Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian
5.
Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga
2.1.4. Macam-macam Pasar Modal
Penjualan saham dan sekuritas lainnya kepada masyarakat dapat dilakukan
dengan beberapa cara sesuai dengan jenis atau bentuk pasar modal. Menurut
Francis (1986) terdapat empat jenis atau bentuk pasar modal, yaitu:
22
1. Primary Market (Pasar Perdana) yaitu pasar modal dimana saham dan
sekuritas lainnya dijual pertama kali (penawaran umum) sebelum saham dan
sekuritas tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ini
ditentukan oleh penjamin emisi (underwriter) dan perusahaan yang go public
(emiten) berdasarkan faktor-faktor fundamental perusahaan emiten yang
bersangkutan. Penjamin emisi (Underwriter) berperan disamping menentukan
harga saham juga melaksanakan proses penjualannya. Berdasarkan tanggung
jawabnya dalam membayar nilai saham selama masa penawaran umum,
penjamin emisi (underwriter) dikelompokkan menjadi:
a. Full Commitment. Penjamin emisi akan membeli dan membayar seluruh
nilai saham yang diterbitkan emiten, walaupun tidak semua saham dapat
terjual.
b. Best Effort. Penjamin emisi hanya membayar nilai saham sebesar yang
terjual selama masa penjualan pertama kali.
2. Secondary market (pasar sekunder) adalah pasar modal dimana saham dan
sekuritas lainnya diperjualbelikan kepada umum setelah masa penjualan di
pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan
penawaran yang dipengaruhi berbagai faktor baik intern dari emiten
maupun ekstern. Faktor intern misalnya kebijakan earning per share
ataupun kebijakan deviden sedangkan faktor ekstern seperti kebijakan
moneter dan inflasi.
3. Third Market (pasar ketiga) adalah pasar modal dimana saham dan
sekuritas lainnya diperdagangkan di luar bursa efek. Pasar modal ini
23
disebut pula Over the Counter Market, atau di Indonesia disebut Bursa
Pararel. Dalam pasar ini, pedagang efek atau perantara pedagang efek
mempunyai peran dalam menentukan harga. Di Indonesia bursa pararel
ada di Jakarta dan dikelola oleh Perserikatan Pedagang Uang dan Efek.
4. Fourth Market (pasar keempat) adalah pasar perdagangan saham antar
investor atau antar pemegang saham tanpa melalui pialang atau erantara
pedagang efek. Perdagangan saham dalam pasar ini umumnya dilakukan
dalam jumlah besar.
2.1.5. Fungsi Pasar Modal
Fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional menurut Sunariyah
(2004 : 9) adalah sebagai berikut :
1.
Fungsi Tabungan
Pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa ada
resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan dana
dengan
membeli
surat
berharga,
masyarakat
diharapkan
bisa
mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Hal ini akan mempertinggi
standar hidup suatu masyarakat.
2.
Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan itu tidak mengalami
depresiasi (penyusutan) seperti aktiva tetap.
3.
Fungsi Likuiditas
24
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi
melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif lebih
murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market
untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
4. Fungsi Pinjaman
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi.
Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu
perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari
pinjaman yang dihimpun masyarakat.
2.1.6. Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal menurut Sartono (2001 : 38-40) adalah sebagai
berikut :
2.1.6.1.
Bagi Emiten
Manfaat pasar modal bagi Emiten yaitu :
a.
Jumlah dana yang dihimpun bagi berjumlah besar.
b.
Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
c.
Tidak ada ”convement” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana yang diperoleh perusahaan. Yang dimaksud dengan
convement (akad/perjanjian) adalah persyaratan yang dimuat dalam akad
kredit. Akad tersebut dirancang agar dapat melindungi pemberi pinjaman
dengan memasukkan
hal-hal
seperti
pembatasan jumlah hutang,
25
pembatasan pembagian deviden, rasio aktiva lancar minimum dan
persyaratan serupa lainnya.
d. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
e.
Ketergantungan emiten terhadap Bank menjadi kecil.
f.
Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan.
g. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi.
h.
Tidak ada beban finansial yang tetap.
i.
Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
j.
Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
k.
Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
2.1.6.2.
Bagi Investor (Pemodal)
Manfaat pasar modal bagi investor / pemodal yaitu :
1.
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capiltal
gain.
2.
Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden dan sebagai
pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun.
3.
Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi
pemegang saham, mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang
Obligasi (RUPO) bila diadakan bagi pemegang saham.
26
4.
Dapat mudah mengganti intsrumen investasi, misalnya dari saham A ke
saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi
risiko.
5.
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang
mengurangi resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan keuntungan.
Bagi Lembaga Penunjang
2.1.6.3.
1.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang :
Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
2.
Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3.
Semakin bervariasinya jenis Lembaga Penunjang.
4.
Likuiditas efek semakin tinggi.
2.1.6.4.
Bagi Pemerintah
Manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu :
1.
Mendorong laju pertumbuhan.
2.
Mendorong investasi.
3.
Penciptaan lapangan kerja.
4.
Memperkecil Debt Service Rasio (DRS).
5.
Bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengurangi beban anggaran.
2.1.7. Lembaga yang terlibat Pasar Modal
Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan (emiten)
dan wadah investasi bagi pemodal (investor) melibatkan berbagai pihak. Agar
tercipta iklim investasi bagi pemodal (investor) melibatkan berbagai pihak. Agar
27
tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan, pembinaan, dan
pengawasan yang baik diperlukan pengelolaan pasar modal secara efektif dan
efisien.
Ada beberapa lembaga yang terlibat di pasar modal adalah sebagai
berikut:
2.1.7.1.
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Tugas pokok BAPEPAM menurut Keppres No. 53 tahun 1990 tentang
modal adalah:
pasar
a.
Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga surat
berharga dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan wajar,
dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga
b.
yang terdiri: reksa dana, bursa efek, lembaga kliring penyelesaian dan
simpanan, perusahaan efek, tempat penitipan harta, biro administrasi efek,
wali amanat (truster) dan penanggung
c.
Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal
beserta kebijakan operasionalnya.
2.1.7.2.
Bursa Efek
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Tujuan didirikannya
bursa efek adalah untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar
dan efisien. Sementara fungsinya adalah untuk:
1.
Menjaga kontinuitas pasar
28
2.
Menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan
penawaran .
Emiten
2.1.7.3.
Emiten atau perusahaan yang go public adalah pihak yang melakukan
emisi atau melakukan penawaran umum surat berharga. Yang dapat melakukan
penawaran
umum hanyalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan
pendaftaran
kepada Bapepam untuk menawarkan efek kepada masyarakat dan
pernyataan ppendaftaran tersebut efektif.
2.1.7.4.
Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin dari
Bapepam untuk melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara
edagang efek, manajer investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapepam. Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai enjamin
emisi edek, perantara pedagang efek, dan manajer investasi hanya untuk efek
yang bersifat utang yang jatuh temonya tidak lebih dari satu tahun, sertifikat
deposito, polis asuransi, efek yang diterbitkan atau dijamin pemerintah Indonesia,
atau efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam tidak diwajibkan memperoleh izin
usaha sebagai perusahaan efek.
Reksa Dana
2.1.7.5.
Reksa dana (Investment Funds) merupakan wadah yang diergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana berasal dari istilah
Mutual Fund. Fund berarti dana, sedangkan mutual berarti saling menguntungkan.
29
Di Indonesia dipilih istilah reksa dana, agar tidak rancu dengan pengertian Dana
Reksa yang sudah dikenal masyarakat. Dengan demikian PT Dana Reksa
merupakan
salah satu perusahaan investasi yang dimiliki negara. Kegiatan reksa
dana dapat ditempatkan pada berbagai instrumen efek, baik di pasar uang maupun
di pasar modal. Hal ini menunjukkan bahwa reksa dana bersifat fleksibel, karena
mampu
memberikan berbagai pilihan dan alternatif bagi para investor sesuai
dengan
tujuan dan kebutuhan dalam berinvestasi. Ada 2 (dua) jenis reksa dana,
yaitu
Reksa dana terbuka, dimana pemegang saham reksa dana dapat menjual
1.
kembali sahamnya kepada reksa dana dan reksa dana wajib membeli
kembali saham-saham tersebut.
2.
Reksa dan tertutup, dimana reksa dana tidak wajib membeli kembali
saham-sahamnya.
2.1.7.6.
Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga penunjang pasar modal terdiri:
a.
Penjamin emisi efek (Underwriter) adalah pihak yang bertugas memberi
nasehat mengenai jenis efek, harga, jangka waktu efek yang diterbitkan,
membantu
menyelesaikan
administrasi,
dan
mengorganisir
penyelenggaraan emisi efek
b.
Lembaga kliring dan penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi di Bursa Efek
c.
Lembaga
penyimpanan
dan
penyelesaian
adalah
pihak
yang
menyelenggarakan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan
30
Efek, dan pihak lain. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa
penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain,
termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.
d. Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan
emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang
berkaitan dengan efek
e.
Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek
bersifat hutang.
Profesi Penunjang Pasar Modal
2.1.7.7.
Profesi penunjang pasar modal terdiri dari:
a.
Akuntan Publik, yaitu pihak yang memiliki keahlian di bidang akuntansi
dan pemeriksaan (auditing). Tugas akuntan publik adalah melakukan
pemeriksaan laporan keuangan dan memberi pendapat atau kewajaran
laporan keuangan emiten atau calon emiten.
b.
Notaris adalah pejabat yang bertugas membuat naskah perjanjian,
penyususan anggaran dasar dan perubahannya, membuat berita acara rapat
pemegang saham, dan lain-lain.
c.
Penilai (Appraisal) adalah pihak yang menrbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai meruakan pendapat atas aktiva yang
disusun berdasarkan pemeriksaan keahlian penilai.
31
d.
Konsultan
hukum
adalah
ahli
hukum
yang
memberikan
dan
menandatangani pendapat hukum mengenai emiten. Tugas konsultan
Hukum meneliti aspek-aspek hukum dan memberikan pendapat segi
hukum yang meliputi aspek-aspek hukum dan memberikan pendapat segi
hukum yang meliputi anggaran dasar, akte pendirian, izin usaha, bukti
kepemilikan atas harta, perjanjian pihak emiten dengan pihak ketiga, dan
lain-lain
2.1.7.8.
Investor
Investor
atau
pemodal
merupakan
pihak
(perorangan,
lembaga,
perusahaan) yang menanamkan dananya dalam sekuritas yang diperjualbelikan di
pasar modal.
2.1.8. Instrumen Pasar Modal
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa:
1.
Saham Preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak
terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif.
Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan
pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada
tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan
menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang
saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan
sewaktu mengalami kesulitan kerugian.
32
Saham Biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima
2.
laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Aabila perusahaan
bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu.
Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa.
Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara dalam RUPS.
3. Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka
panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pemegang obligasi akan
menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap
3 bulan atau 6 bulan sekali.
4.
Bukti Right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham
lama. Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan
biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau
exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada di
bawah harga pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu
berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan sudah harus
dilaksanakan.
5.
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka
waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham
lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai
pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Harga
tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga
pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau
33
dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun. Pemegang waran tidak akan
menderita kerugian apapun seandainya waran itu tidak dilaksanakan. Pada
saat harga pasar melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya
untuk ditukar dengan saham. Namun pemegang waran masih dapat
menunggu sampai harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang
waktu berlakunya belum kadaluwarsa. Apabila pemegang waran tidak
ingin menebusnya, maka waran itu dapat dijual di Bursa Efek melalui
broker efek. Apabila waktu untuk mendapatkannya sudah kadaluwarsa dan
pemegang waran lalai menebusnya, maka waran tersebut akan menjadi
kertas yang tidak bernilai lagi.
6.
Indeks
saham
dan
indeks
obligasi
adalah
angka
indeks
yang
diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging).
Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara
fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga
beli dan harga jual. Mekanisme perdagangan produk derivative ini
dilakukan secara future dan option.
2.2
Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham
(stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saaham ini
disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial
lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham,
yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock). Saham preferen
mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas dari
34
saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika
terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak
veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. Untuk lebih jelas, akan dijelaskan
pula jenis saham:
2.2.1 Saham Preferen
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond)
dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman,
saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen.
Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen
di bawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham
biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen
tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh
karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengahtengah antara bond dan saham biasa.
2.2.2
Saham Biasa
Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki hak klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaan. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang
mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Apabila
perusahaan menghasilkan laba dalam menjalankan bisnisnya, maka sebagian atau
seluruh laba dapat dibagikan kepada pemiliknya, yaitu pemegang saham sebagai
dividen. Perusahaan terbuka akan menyampaikan pengumuman secara resmi
35
jadwal pelaksanaan dan besarnya pembayaran dividen melalui surat kabar dan
melaporkan kepada bursa efek yang telah mencatat sahamnya.
2.2.3
Saham Treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang
sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh
perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan seagai treasuri.
Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham
treasuri.
2.3
Kebijakan Dividen
2.3.1
Dividen Tunai
Pemegang saham biasanya diberikan hak atas laba perusahaan, yang akan
dibayarkan secara periodik. Manajemen perusahaan mempersiapkan laporan
keuangan dan mengumumkannya untuk mempertanggungjawabkan kepada para
pemegang saham atau dewan komisaris, terhadap mandat yang diberikan untuk
masa jabatan manajerial tersebut. Pembayaran tersebut biasanya berbentuk
dividen tunai atau dividen saham. Dividen diumumkan secara periodik oleh
dewan direktur . Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu tahun.
2.3.2
Dividen Saham
Dividen tunai lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan dividen
saham. Alasan pembagian dividen saham biasanya manajemen tidak dapat
membagikan dividen tunai, dikarenakan tidak dapat mencapai keuntungan yang
diharapkan atau tingkat likuiditas sangat rendah dan tidak mencukupi untuk
membayar dividen tunai. Dividen saham terjadi apabila Dewan Komisaris
36
memutuskan untuk membayar dividen pemegang saham dengan cara menambah
saham yang dimiliki oleh pemegang saham lama dalam suatu perusahaan.
Dewan Komisaris pada umumnya melakukan pembagian saham dividen
dengan cara sebagai berikut:
1.
Dewan Komisaris memutuskan untuk menambah saham baru kepada tiap tiap pemegang saham lama dengan persentase tertentu. Suatu conth,
dewan komisaris memutuskan menambah 10% saham untuk tiap-tiap
saham yang dimiliki pemegang saham lama. Misalnya, pemegang saham
lama yang memiliki 500 lembar saham akan bertambah 50 lembar saham
baru menjadi 550 lembar saham.
2.
Stock Split
Semua saham lama diganti dengan saham baru, dengan cara mengganti
harga par value baru. Suatu contoh, suatu saham dengan kurs Rp 1.100 displit, diamana satu saham akan menghasilkan 2 lembar saham dengan kurs
baru Rp 600. Apabila pemegang saham mempunyai 500 lembar akan
meningkat menjadi 1000 lembar saham.
3.
Reverse Stock Split
Reverse stock split kebalikan dari stock split. Saham yang ada sekarang
diganti dengan satu lembar saham baru dimana satu saham baru akan
mengganti lebih dari satu saham lama. Pendekatan ini menambah nilai
harga saham baru. Suatu contoh, dua lembar saham dengan harga Rp 500
diganti menjadi satu lembar saham dengan harga Rp 1.050. Sebagai
37
akibatnya, pemegang saham 100 lembar saham akan memiliki 50 lembar
2.4 saham.
Corporate Action
Tindakan/aksi korporasi (corporate action) merupakan aktivitas emiten
yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap harga
di pasar. Corporate action merupakan informasi yang umumnya menarik
saham
perhatian
pihak-pihak yang terkait di pasar modal, khususnya para pemegang
saham (Darmadji, 2006:177). Informasi tersebut data memiliki nilai bagi investor
jika keberadaan informasi tersebut dapat menyebabkan investor melakukan
transaksi di pasar modal.
Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ataupun Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB). Persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk
berlakunya suatu corporate action sesuai dengan peraturan yang ada di pasar
modal.
Pengertian corporate action umumnya mengacu pada aktivitas penerbitan
right issue, pemecahan saham (stock split), saham bonus, dividen saham (Stock
Dividend), dividen tunai (cash dividend), pembelian kembali saham (shares
buyback).
Keputusan corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
para pemegang saham, karena corporate action yang dilakukan emiten akan
berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan saham,
jumlah saham yang akan dipegang oleh para pemegang saham, serta pengaruhnya
38
terhadap pergerakan harga saham. Dengan demikian, pemegang saham harus
mencermati dampak atau akibat corporate action sehingga memperoleh
keuntungan
dari melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat.
2.5
Teori Motivasi Pemecahan Saham
Secara teoritis motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan
split tertuang dalam beberapa teori, antara lain Trading Range Theory dan
stock
Signaling
Theory (Mason, Helen B, and Roger M. Shelor,1998 dalam Rohana,
Jeannet, dan Mukhlasin 2003) :
1.
Trading Range Theory
Menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh
perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan
stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah
karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya
beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang
pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori
ini, stock split akan meningkatkan likuiditas saham. Harga saham yang terlalu
tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangan.
Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi
sehingga makin banyak investor bertransaksi (Marwata,2001).
Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi mendorong perusahaan
melakukan pemecahan saham. Hasil penelitian Ikenberry et. al (1996) dalam
Marwata (2001) mengatakan pemecahan saham mengakibatkan terjadinya
penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Survei yang
39
dilakukan Baker dan Gallagher (1980) dalam Rozef (1998) menunjukkan bahwa
manajer cenderung menyebutkan alasan likuiditas ini sebagai motivasi stock split.
Namun Copeland,1979 (dalam Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin,2003)
melaporkan pendapat yang berlawanan dengan pendapat diatas. Ia menemukan
bahwa likuiditas saham akan menurun setelah pemecahan saham karena
meningkatnya
biaya transaksi per lembar saham. Dengan nilai transaksi lebih
investor harus membayar biaya transaksi yang sama.
kecil
2.
Signaling Theory
Menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena
manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari
perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung
dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan stock split adalah perusahaan yang
mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi ketika pasar bereaksi terhadap
pengumuman stock split, reaksi ini semata-mata karena mengetahui prospek masa
depan perusahaan yang bersangkutan. Pemecahan saham dapat mengurangi
asimetri informasi dengan memberikan sinyal yang positif lebih dulu mengenai
prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Signaling
Theory
menyatakan
bahwa
bahwa
pemecahan
saham
memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa
depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan
merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan laba jangka panjang (Bar-Josef
dan Brown dalam Marwata,2001).
40
Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan
manajemen bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan. Manajemen
mempunyai
informasi lebih tentang prospek perusahaan dibanding dengan
investor. Pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menarik
perhatian investor. Pemecahan saham memerlukan biaya dan hanya perusahaan
berprospek
baguslah yang sanggup melakukannya. Sebaliknya jika perusahaan
tidak mempunyai prospek yang baik mencoba memberikan sinyal tidak valid
yang
lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut. Sehingga
bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan
menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya (Jogiyanto,419).
Pasar akan merespon sinyal yang positif jika pemberi sinyal kredible.
Sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja masa lalunya tidak bagus
tidak akan dipercaya pasar.
Dalam model signaling yang dikembangkan oleh Brennan dan Copeland
(1988), pemecahan saham memerlukan biaya yang cukup tinggi namun
merupakan sinyal yang efektif untuk menyampaikan prospek masa depan
perusahaan. Pemecahan saham menjadi mahal karena meningkatkan biaya
administrasi penerbitan saham dan biaya transaksi investor.
2.6
2.6.1
Pemecahan saham
Pengertian Pemecahan Saham
Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi
n lembar saham. Harga per lembar saham baru adalah 1/n dari harga sebelumnya
(Jogiyanto,415). Investor akan menerima sejumlah n yang sama dari tiap lembar
41
saham yang dimiliki sebelumnya. Nilai nominal saham tersebut adalah 1/n dari
nilai nominal saham sebelumnya. Dengan demikian total ekuitas yang dimiliki
perusahaan
sebenarnya adalah sama. Pemecahan saham menimbulkan efek
fatamorgana. Investor merasa lebih makmur karena seolah-olah memiliki jumlah
lembar saham yang lebih banyak.
Para ahli menyebutkan bahwa stock split adalah salah satu fenomena yang
dianggap
sebagai kosmetika saham. Hal ini dapat diartikan bahwa tindakan
perusahaan yang melakukan stock split merupakan tindakan pemolesan saham
agar lebih menarik di mata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran
bagi investor. Stock split merupakan tindakan yang memberikan efek fatamorgana
kepada investor, dengan kata lain investor akan seolah-olah merasa lebih makmur
dan diuntungkan karena memegang jumlah saham yang lebih banyak padahal
pada kenyataannya walaupun investor memegang saham dalam jumlah yang lebih
banyak, tetapi nilai saham tersebut akan berkurang sebesar penggandaan jumlah
lembar saham tersebut yang mengartikan bahwa tidak ada perubahan sama sekali
terhadap kekayaan dan kemakmuran investor.
Menurut Ewijaya dan Nur Indrianto (1999) stock split adalah perubahan
nominal per lembar saham dan menambah jumlah lembar saham yang beredar
sesuai dengan faktor pemecahannya. Pemecahan saham biasanya dilakukan pada
saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga mengurangi kemampuan investor
untuk membelinya.
Apabila harga pasar saham tinggi dan dirasakan bahwa harga saham lebih
rendah akan menghasilkan pasaran yang lebih baik dan distribusi kepemilikan
42
yang lebih luas, perusahaan dapat mengesahkan untuk mengganti saham yang
beredar dengan jumlah lembar saham yang lebih banyak, sehingga menurunkan
harga
per lembar sahamnya.
Menurut Mardiyanto (2009), stock split yang dilakukan oleh perusahaan
dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (two-for-one-stock) atau atas dasar
berupa
stock split atas dasar satu jadi tiga (three-for-one-stock). Two-for-one-stock
diartikan dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham
dapat
untuk setiap satu lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham
baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Sedangkan yang
dimaksud three-for-one-stock adalah diamna setiap pemegang saham akan
menerima tiga lembar saham baru dari setiap lembar saham yang dimiliki
sebelumnya dan nilai nominal setiap saham baru adalah sepertiga dari nominal
saham sebelumnya.
Hal ini serupa dengan Mc Nichols dan Dravid dalam Marwata (2001) yang
menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen unuk menata
kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga
saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang
akan terlibat dalam perdagangan.
Jogianto et. al. (2000) berpendapat bahwa pemecahan saham hanya
mengganti saham beredar dengan jumlah saham yang lebih banyak dengan cara
menurunkan nilai parinya sedangkan saldo modal saham dan laba ditahan tetap
sama. Oleh karena itu, pemecahan saham tidak mempengaruhi arus kas
perusahaan. Jika suatu pengumuman tidak memiliki nilai ekonomis, untuk pasar
43
yang efisien seharusnya pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman tersebut.
Namun, jika stock split tidak memiliki nilai ekonomis, pertanyaannya adalah
kenapa
perusahaan melakukannya, Walaupun pemecahan saham tidak secara
langsung mempengaruhi arus kas perusahaan, namun manajer mempunyai alasan
ketika memecah saham. Maka pemecahan saham menjadi suatu hal yang perlu
dipertimbangkan
oleh para investor atau calon investor dalam mengambil
keputusan.
Para investor dan calon investor dapat mengambil keputusan untuk
membeli atau melepas saham yang dimilikinya berdasarkan analisis mereka
mengenai informasi apa yang terkandung dalam pemecahan saham ketika mereka
mencoba mengetahui alasan manajer melakukan pemecahan saham.
Keputusan untuk melakukan stock split oleh suatu emiten atau perusahaan
merupakan kesepakatan para pemegang saham yang dibicarakan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham. (RUPS). Umumnya pemegang saham mayoritas adalah
pihak pengelola perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan keputusan ini
cenderung menguntungkan perusahaan, karena dengan melakukan stock split
pihak perusahaan mengahrapkan agar saham tersebut menjadi lebih likuid
dipasarkan. Setelah mencapai kesepakatan dalam RUPS, maka sesuai dengan
KEP KA.BAPEPAM No.Kep-86 / pm / 1996 tanggal 24 Januari 1996, peraturan
nomor X .K .I. tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan
kepada public, maka setiap perusahaan public atau emiten yang pernyataan
pendaftarannya telah menjadi efektif, maka harus menyampaikan kepada
BAPEPAM dan mengumumkannya kepada masyarakat secepat mungkin. Paling
lambat hari kerja ke-2 stelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa informasi
44
atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau
keputusan investasi pemodal.
Stock split merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan terjadinya
perubahan nilai nominal saham, nilai pasar saham dan jumlah lembar saham yang
beredar. Karena itu stock split dapat dikategorikan sebagai suatu peristiwa atau
informasi
yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan
investasi
pemodal. Maka keputusan untuk melakukan stock split harus segera
diumumkan sesuai dengan ketentuan BAPEPAM pada masyarakat melalui
pengumuman di bursa atau iklan di beberapa surat kabar yang terbit di Indonesia
(Aulia: 2011)
Sebagian besar perusahaan dapat mendistribusikan laba atau keutungan
mereka kepada pemegang saham dalam bentuk pemecahan saham, dimana
pemegang saham tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperoleh tambahan
saham tersebut. Pada nilai saham per value tertentu, secara murni distribusi saham
tersebut hanya mempengaruhi perusahaan saham secara “kosmetik”. Adapun
untuk simulasi nilai sesudah dan sebelum stock split dapat diperlihatkan dari tabel
berikut:
Tabel 2.1
Simulasi Stock split
Harga
Saham per
Lembar
Sebelum Split Rp 100
Setelah Split
Rp 50
Sumber: data diolah
Jumlah Saham
yang beredar
Nilai Ekuitas
1 Juta saham
2 Juta saham
Rp 100 juta
Rp 100 juta
Split
Factor
2:1
2:1
45
Dari simulasi diatas, jumlah saham yang beredar 1 juta lembar dengan
nilai Rp 100 per saham, maka nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp
100 = Rp 100 juta. Perusahaan memecah satu lembar saham menjadi 2 saham,
sehingga harga per lembar saham baru adalah Rp 50,- dan jumlah saham yang
beredar menjadi dua kali lebih banyak yaitu 2 juta saham. Nilai ekuitas
perusahaan
tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp 50 = Rp 100 juta.
Menurut Aulia (2011), keputusan melakukan stock split pada umumnya
dilakukan pada saat harga saham dinilai mengalami over price (terlalu tinggi)
sehingga diperkirakan akan mengurangi minat investor untuk membeli. Oleh
karena itu, manajemen perusahaan melakukan kegiatan stock split agar jumlah
saham yang beredar di masyarakat lebih banyak dan harga yang diperdagangkan
lebih rendah dari harga sebelumnya sehingga dapat menarik investor dan
meningkatkan daya beli investor serta mengubah para investor add lot menjadi
investor round lot. Hal ini sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham
yang harganya tinggi.
2.6.2
Tujuan Pemecahan Saham
Tujuan utama emiten melakukan pemecahan saham adalah untuk
mengarahkan harga sahamnya pada titik optimal sehingga likuiditas saham
meningkat dan dan distribusinya menjadi lebih luas (Dolley,1993 dalam Sri
fatmawati dan Marwan Asri,1999). Harapannya adalah untuk mendorong tingkat
transaksi yang terjadi sehingga penjualan saham meningkat. Stock split dipercaya
dapat membangunkan “saham tidur”. Kemungkinan penyebab saham tidur adalah
(Saleh Basir dan Hendy M. F,136) :
46
1.
Saham tersebut cukup prospektif dalam memberikan dividen yang teratur
2.
sehingga diminati investor jangka panjang. Pemegang saham jadi tidak
tertarik melepas sahamnya.
Saham tidak menarik dan tidak berprospek. Baker dan Gallanger (dalam
Fatmawati dan Asri,1999) melakukan tanya jawab terhadap 100 CFO
perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam NYSE dengan distribusi 25%
atau lebih. Hasil survey menunjukkan bahwa 94% dari sampel
mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan pemecahan saham agar
tingkat perdagangan berada pada kondisi yang lebih baik sehingga dapat
menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas perdagangan.
Beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split antara lain
(Keown, Scott, Martin, Petty,1996 dalam Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin,2003) :
1.
Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan
jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas saham.
2.
Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham
kepada kisaran yang telah ditargetkan.
3.
Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa
peningkatan laba dan dividen kas.
Pendapat beberapa ahli mengenai alasan mengapa perusahaan melakukan
stock split yang diteliti melalui beberapa manajer perusahaan yang melakukan
stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai alasan para
manajer perusahaan dalam melakukan stock split, antara lain:
47
1. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan
daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar
sehingga mengubah investor odd lot menjadi investor round lot dan
meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan lebih likuid.
Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan stock split percaya
bahwa stock split akan mengembalikan harga saham pada kisaran
perdagangan yang optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik
investor untuk memiliki saham tersebut, sehingga membuat saham
menjadi lebih likuid untuk diperdagangkan. Hal ini akan mengubah
investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot adalah
investor yang membeli saham kurang dari 500 lembar saham (< 1 lot).
Sedangkan investor round lot adalah investor yang melakukan pembelian
saham minimal 500 saham atau minimal 1 lot (Mc Gough dalam Endah :
2006)
2. Secara teoritis, mootivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan
stock split serta efek yang ditimbulkannya tertuang dalam beberapa
hipotesis yaitu hipotesis signalling dan liquidity (Barker dan Powell dalam
Endah : 2006). Penjelasan ini didukung oleh adanya pandangan bahwa
perusahaan yang melakukan pemecahan saham akan menambah daya tarik
investor akibat semakin rendahnya harga saham. Kondisi ini menyebabkan
semakin bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan jumlah
pemegang saham (Jogiyanto, 2003)
48
3. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. Harga
saham yang lebih rendah akan menambah kemampuan saham tersebut
untuk diperjualbelikan setiap saat dan akan meningkatkan efisiensi pasar.
Menurunnya harga memberikan peluang keuntungan (yield) lebih besar.
Misalnya sebuah saham sebelum pemecahan saham harganya Rp 1200 dan
setelah pemecahan saham menjadi Rp 625, jika saham tersebut mengalami
kenaikan satu point saja misalnya Rp 25 maka mengahsilkan perubahan
yield sebesar 2,083% untuk harga Rp 1.200 dan 4% untuk harga Rp 625.
4. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja perusahaan bagus dan
memiliki prospek yang bagus. Pemecahan saham juga sering kali
merupakan langkah menjelang merger atau akuisisi. Harga saham yang
relative sebanding akan memudahkan negosiasi merger dan akuisisi yang
dilakukan dengan cara penukaran saham.
Menurut Ernie Hendrawaty (2007), ada beberapa pihak yang mempunyai
pendapat yang bertentangan dengan teori motivasi dan alasan perusahaan untuk
melakukan stock split. Beberapa ahli berpendapat bahwa stock split tidak
memiliki keuntungan apapun. Pendapat ahli yang bertentangan dengan pendapat
di atas antara lain:
1.
Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split
karena ketidakpastian lingkungan bisnis.
2.
Tingkat harga setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada
kelompok yang memiliki nilai saham rendah sehingga mengakibatkan
kepercayaan investor terhadap saham tersebut menurun.
49
3.
Peningkatan jumlah pemegang saham akan meningkatkan biaya pelayanan
2.6.3
Jenis Pemecahan Saham
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dilakukan (Ewijaya
(servicing cost) bagi pemegang saham.
dan Nur Indriantoro,1999) :
1. Pemecahan naik (split-up)
Pemecahan naik (split-up) adalah penurunan nominal per lembar saham
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:10 dan sebagainya.
2.
Pemecahan turun (split down atau reverse split)
Pemecahan turun (split down) adalah peningkatan nilai nominal per
lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan saham turun dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, 10:1 dan
sebagainya. Reverse split dilakukan karena harga saham dipasar dirasa
sudah terlalu murah. Reverse split di Indonesia sangat jarang dilakukan.
Reverse split pernah dilakukan sekali di Indonesia oleh PT. BNII Tbk pada
bulan Juni 2002. Dilakukan untuk memenuhi salah satu ketentuan BEI
tentang harga teoritis sebelum melakukan right issue, yaitu tidak dibawah
100. Harga saham BNII pada tanggal 12 juni 2002 (sehari sebelum
reverse) adalah 20. BNII melakukan Reverse split tersebut dengan factor
pemecahan 10:1 (Saleh Basir dan Hendy M.F,119) McGough dalam
Ewijaya dan Nur indrianto (1999) mengatakan bahwa pasar modal
Amerika yang diwakili New York Stock Excange (NYSE) juga mengatur
50
mengenai pemecahan saham. NYSC membedakan pemecahan saham
menjadi dua, yaitu pemecahan saham sebagian (partial stock split) dan
pemecahan saham penuh (full stock split). Pemecahan saham sebagian
adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih
tapi kurang dari 100% dari jumlah saham lama yang beredar. Pemecahan
saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar
100% atau lebih dari jumlah saham lama yang beredar.
2.6.4
Perlakuan Akuntansi Terhadap Peristiwa Stock split
Pengaturan tentang stock split tidak disebutkan di dalam Standar
Akuntansi Keuangan, yang diatur hanyalah mengenai dividen saham yang
dibagikan oleh perusahaan yang diatur dalam PSAK no. 21 paragraf 3 tentang
dividen saham.
Menurut Zaki Baridwan dalam Susanti (2006), sebuah perusahaan dapat
memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai
nominal saham. Penurunan nilai nominal saham ini dapat menambah jumlah
saham yang beredar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba yang tidak
dibagi. Bagi pemegang saham penurunan nilai nominal per saham tidak akan
mengubah nilai buku investasi. Satu-satunya perubahan yang ada hanyalah adanya
pertambahan jumlah saham yang dimiliki. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal
namun cukup dengan catatan memo (Baridwan,1993). Misalnya satu perusahaan
mengumumkan adanya stock split dimana tiap saham dipecah menjadi dua saham
(2:1). Dengan adanya pemecahan saham ini para pemegang saham akan menerima
dua saham untuk menukar tiap saham yang dimiliki. Jumlah harga pokok saham
51
tidak mengalami perubahan, namun karena jumlah sahamnya bertambah dua kali
lipat, maka harga pokok per saham menurun menjadi ½ (setengah) dari harga
pokok
semula. Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui
oleh pemegang saham.
Sedangkan menurut Mc Gough dalam Endah (2006) ada penyesuaian yang
dilakukan oleh manajemen pada neraca (balance sheet) dan laporan
harus
penerimaan
(income statement). Jurnal harus dibuat pada bulan terjadinya stock
split, yang akan mempengaruhi neraca pada laporan akhir tahun.
Tata Cara Konversi Saham dan Penukaran Saham Nilai Nominal
2.6.5
Baru
Tata cara konversi saham yang telah di-split telah diatur ketentuannya oleh
BAPEPAM. Adapun alur dan ketentuan konversi saham dengan nominal yang
baru dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
1.
Pemegang saham yang bermaksud untuk melakukan konversi saham
dengan nilai nominal saham lama wajib mengajukan permohonan konversi
saham dan atau penukaran nilai nominal saham kepada Biro Administrasi
Efek, melalui perusahaan efek atau bank kustodian yang telah terdaftar
sebagai pemegang rekening efek Indonesia (KSEI), yang ditunjuk oleh
pemegang saham. Dokumen yang wajib diserahkan kepada Biro
Administrasi Efek oleh perusahaan efek atau bank kustodian atau
pemegang saham yang bersangkutan, antara lain adalah sebagai berikut:
-
Asli Surat Kolektif Saham (SKS) denga nilai nominal lama,
-
Asli formulir penyetoran efek,
52
-
Salinan bukti jati diri yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor),
-
Surat kuasa bermaterai cukup disertai salinan bukti jati diri yang masih
berlaku dari pemberi kuasa, jika konversi saham dan penukaran nilai
nominal saham dilakukan dengan kuasa,
-
2.
Salinan anggaran dasar beserta perubahan-perubahannya, salinan bukti
jati diri direksi (sesuai dengan anggaran dasar) yang masih berlaku
bagi pemegang saham yang berbentuk badan hukum.
Biro Administrasi Efek akan memberikan tanda bukti penerimaan
permohonan konversi saham dan atau penukaran nilai nominal saham
kepada perusahaan efek atau bank kustodian atau pemegang saham yang
bersangkutan.
3.
Pemegang saham yang dapat melakukan konversi saham dan/atau
pemecahan nilai nominal lama adalah pemegang saham yang namanya
telah tercatat dalam daftar pemegang saham.
4.
Bagi pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang
saham , maka konversi saham dengan nilai nominal lama selama periode
konversi, tidak dikenakan biaya konversi saham. Khusus untuk saham
yang ditransaksikan di bursa efek pada periode konversi, maka konversi
saham sampai dengan 10 (sepuluh) hari bursa setelah periode konversi
berakhir tidak akan dikenakan biaya konversi (Periode konversi + 10 hari
bursa).
5.
Bagi pemegang saham yang namanya belum tercatat dalam buku daftar
pemegang saham, maka akan dilakukan registrasi sekaligus konversi
53
saham, dengan ketentuan bahwa untuk tindakan registrasi akan dikenakan
6.
biaya registrasi serta tambahan waktu untuk proses registrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Biro Administrasi Efek akan melakukan konfirmasi deposit dan/atau
penarikan melalui C-BEST setelah permohonan selesai diproses, selambat-
lambatnya 5 (lima) hari Bursa sejak permohonan diterima Biro
administrasi Efek, dan akan dikreditkan ke rekening efek perusahaan efek
atau bank kustodian di hari yang sama, serta akan melakukan rekonsiliasi
harian dengan KSEI.
7.
Biro Administrasi Efek akan mengeluarkan konfirmasi validasi daham
kepada perusahaan efek dan/atau bank kustodian setelah proses
permohonan konversi selesai.
8.
Pemegang saham yang telah melakukan konversi saham akan menerima
informasi saldo rekening efeknya dari perusahaan efek atau bank
kustodian dimana pemegang saham membuka rekening.
9.
Dimulainya penyelesaian perdagangan saham tanpa warkat disesuaikan
dengan surat edaran bersama KSEI-KPEI nomor tertanggal, sehingga
efektif awal penyelesaian perdagangan saham tanpa warkat adalah 5 (lima)
hari bursa seak dimulainya konversi.
2.6.6
Pencatatan Stock split pada Neraca
Pemecahan saham dari satu menjadi dua (a two-for-one stock) bermakna
bahwa pemegang saham yang memiliki 100 saham biasa akan memperoleh saham
biasa dua kali lipat sebanyak 200 saham dengan harga yang berkurang setengah
54
dari harga semula. Dalam hal ini jelas diketahui pemecahan saham sebenarnya
mengakibatkan dampak bagi perusahaan yaitu bertambahnya jumlah lembar
saham
(Mardiyanto, 2009).
Pemecahan saham ditujukan untuk menurunkan harga saham hingga
mencapai nilai optimal. Rentang harga saham yang paling optimal adalah rentang
yang menyebabkan investor berminat membeli saham. Menurut Mardiyanto
harga
(2009),
tidak terdapat perbedaan pencatatan dan jumlah ekuitas pada neraca
apabila perusahaan melakukan stock split. Adapun pencatatan neraca sebelum dan
setelah stock split, penulis gambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Pencatatan Ekuitas Sebelum Stock split
Saham Biasa (10 juta saham @ Rp 1000)
Rp 10.000.000.000,-
Tambahan Modal
Rp 20.000.000.000,-
Laba ditahan
Rp 570.000.000.000,-
Total Ekuitas (A+B+C+)
Rp 600.000.000.000,-
Nilai buku ekuitas per saham
Rp
(Rp 600 juta/10 juta saham)
Sumber: Mardiyanto (2009)
60.000,-
55
Tabel 2.3
Pencatatan Ekuitas Setelah Stock split 1:2
Saham
biasa (20.000.000 saham @ Rp 500)
Rp 10.000.000.000,-
Tambahan Modal
Rp 20.000.000.000,-
Laba diatahan
Rp 570.000.000.000,-
Ekuitas (A+B+C)
Total
Rp 600.000.000.000,-
Buku Ekuitas / saham
Nilai
Rp
30.000,-
(Rp 600.000.000,- / 10 juta saham)
Sumber: Mardiyanto (2009)
Dari dua buah tabel simulasi pencatatan ekuitas diatas dapat disimpulkan
bahwa stock split tidak merubah pencatatan apapun dalam neraca. Akan tetapi,
walaupun tidak merubah pencatatan aktivitas pada neraca, stock split membuat
volume dan nilai buku ekuitas berbeda. Perubahan nilai buku dan volume saham
beredar ini bergantung pada berapa besar split yang dilakukan (Jogiyanto,2003)
2.7
Reaksi Pasar Terhadap Pemecahan Saham
Suatu pengumuman yang masuk ke bursa saham akan mempengaruhi
pasar untuk bereaksi. Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka pasar
akan melakukan reaksi pada saat pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ini pada umumnya ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dan
jumlah saham beredar pada sekuritas perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian, apabila pengumuman stock split mengandung
informasi, maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman stock split diterima
oleh pasar. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return.
56
Jika pengumuman stock split memiliki kandungan informasi, maka akan
memberikan abnormal return bagi pasar. Sebaliknya, jika pengumuan stock split
tidak
memiliki kandungan informasi, maka tidak akan memberikan abnormal
return pada pasar. Penelitian ini ingin mengetahui apakah pengumuman stock
split memiliki kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya abnormal
return.
2.8 Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum
terjadi tetapi yang diharpkan akan terjadi di masa yang akan datang.
Jogiyanto (2003:109) berpendapat bahwa “Return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi
atau return ekspektasi yang belum terjadi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang”. Menurut J. C. Van Horne dan J. M. Wachowicz (2005:96), ukuran
kesejahteraan yang paling umum bagi pemilik saham adalah return yang
didefinisikan sebagai berikut: “Return from holding an investment is simply any
cash payments received due to ownership, plus the change in market price,
devided by the beginning price. Return comes from two sources: income plus any
price appreciation (or loss in price).”
Jogiyanto (2003:109) menjelaskan bahwa return dapat terbagi menjadi
dua, yaitu:
1.
Return ekspektasi (expected return)
57
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi.
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return
Return realisasi (realized return)
2.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return
historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
(expected return) dan risiko di masa mendatang.
Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Di samping itu
return realisasi ini dapat juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Menurut Jogiyanto dalam
Teori Portofolio dan Analisis Investasi Return realisasi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
r =
Pt-Pt-1 Dt
+
Pt-1
Pt-1
Sumber: Jogiyanto (2008)
Untuk return realisasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu dari capiltal gain (loss)
dan yield.
1.
Capiltal gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi
sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti
58
terjadi keuntungan modal (capiltal gain), sebaliknya terjadi kerugian
2. modal (capiltal loss).
Sedangkan yield adalah persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham yield
adalah persentase dividen terhadap dividen terhadap harga saham periode
sebelumnya. Dividen diberikan setelah adanya persetujuan dari pemegang
saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
Pengumuman yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat direaksi positif
ataupun negatif. Reaksi positif ditunjukkan oleh abnormal return yang positif,
artinya kenaikan harga saham pada perusahaan. Reaksi negatif ditunjukkan oleh
adanya abnormal return negatif pada perusahaan, artinya terjadi penurunan harga
saham (Luciana & Emanuel, 2005:3).
Download