BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Kinerja pemerintah daerah dalam memajukan pembangunan dalam berbagai
bidang menjadi hal yang sangat penting bagi pemerintah daerah dalam mencapai
tujuan pemerintah untuk menjadi tata pemerintahan yang baik ( Good Governance ).
Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Keuangan Daerah yang selanjutnya diubah oleh Undang-undang nomor 32 dan 33
tahun 2004, telah mengantarkan Indonesia memasuki proses pemerintahan
desentralisasi setelah lebih dari 30 tahun berada di bawah rezim orde baru yang serba
sentralistis. Implementasi kedua undang-undang tersebut menjadi momentum
perpindahan pengawasan, sumber daya fiskal, otonomi politik dan tanggung jawab
pelayanan publik dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selama rentang
perpindahan yang lebih dari satu dasawarsa ini, berbagai pengalaman lokal yang
heterogen telah muncul ke permukaan, seiring longgarnya pengawasan pusat atas
daerah dan meningkatnya wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam
memberikan
pelayanan
publik.
Berpindahnya
sebagian
tanggung
jawab
penyelenggaraan negara ke daerah ini, tentu saja harus didukung oleh kesiapan
daripada stakeholder penyelenggara daerah.
Good Governance atau tata pemerintahan mulai mengemuka di Indonesia
sejak tahun 1990-an, dan mulai semakin bergulir pada tahun 1996, seiring dengan
Universitas Sumatera Utara
interaksi pemerintah Indonesia dengan negara luar sebagai negara-negara pemberi
bantuan yang banyak menyoroti kondisi obyektif perkembangan ekonomi dan politik
Indonesia. Istilah ini seringkali disangkutpautkan dengan kebijaksanaan pemberian
bantuan dari negara donor, dengan menjadikan masalah isu tata pemerintahan sebagai
salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam pemberian bantuan, baik berupa
pinjaman maupun hibah.
Good Governance merupakan konfigurasi komponen
masyarakat dan pemerintah dalam pembangunan.
Pencapaian kinerja suatu organisasi pada dasarnya merupakan prestasi para
anggota organisasi itu sendiri mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah.
Sistem perencanaan dan pengendalian manajemen merupakan sistem-sistem yang
diperlukan untuk menjadikan organisasi sebagai organisasi yang berhasil. Dalam
pembacaan rekomendasi penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten Asahan
tahun 2012, DPRD Asahan memberikan nilai kinerja Pemkab Asahan dengan kalimat
BAIK. Penilaian tersebut dibacakan oleh Ketua Pansus Pembahsan LKPJ Bupati
Asahan, Warisno dalam sidang paripurna yang menyatakan kinerja Pemkab Asahan
ditahn 2012 baik. “ Kita menilai program tahun 2011 banyak hal-hal yang dicapai
Pemkab Asahan, meskipun ada beberapa yang belum tercapai, namun hal ini sudah
kami nilai suatu hal yang baik, “ demikian kata, Warisno dalam sidang Paripurna
DPRD, Senin 30 April 2012. Namun DPRD Asahan juga menyampaikan saran dan
kritik untuk Pemkab Asahan, diantaranya permasalahan dibidang Pendidikan ada 4
item yakni, Pemkab Asahan diminta untuk mengantisipasi anak putus sekolah. Saran
yang diberikan, pemkab diminta untuk melakukan koordinasi sampai ketingkat Desa
agar tidak ada lagi putra/putri Asahan yang tidak selesai wajib belajar 9 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian persoalan bidang Pekerjaan umum tentang kwalitas dan jembatan, data
base jalan dan irigasi, saran yang diberikan. Pemkab Asahan diminta untuk
meningkatkan pengawasannya dan anggaran harus sesuai dengan standart dan
diminta untuk melakukan pendataan panjang jaringan jalan dan irigasi. Selanjutnya
kepada kepegawaian daerah dminta untuk melakukan penempatan dan pengakatan
harus sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian pejabat bersangkutan.
Partisipasi anggaran adalah merupakan cara untuk menciptakan sistem
pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat tercapai tujuan
institusi yang terkait. Selain itu, beberapa studi juga melaporkan hubungan yang
negatif antara partisipasi dan anggaran, menyarankan bahwa penetapan tujuan otoriter
mungkin mengarah kepada kinerja atasan yang dihubungkan dengan penetapan tujuan
anggaran. Pertanyaan yang muncul bagaimana menyatukan hasil yang bertentangan
tersebut di atas. Satu cara untuk melakukan ini ialah dengan menggunakan
pendekatan teori kontijensi. Govindarajan (1986), sebagai contoh, menggunakan
ketidakpastian lingkungan sebagai variabel kontijen dalam mengevaluasi hubungan
antara kinerja dan partisipasi anggaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
partisipasi yang tinggi meningkatkan kinerja dalam lingkungan dengan tingkat
ketidakpastian yang tinggi, tetapi menghambat kinerja dalam situasi dengan tingkat
ketidakpastian yang rendah. Partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha pekerja
dalam mencapai tujuan organisasi jika paertisipasi diterapkan dalam situasi yang
tidak tepat. Partisipasi aparat pemerintah daerah dalam proses penganggaran
pemerintah daerah dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksananya untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai target anggaran. Perangkat daerah pada pemerintahan yang terlibat dalam
proses penganggaran pemerintah daerah diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam
pengambilan keputusan melalui perencanaan penyusunan anggaran, Aparat SKPD
pemerintah daerah akan merasa lebih produktif dan puas terhadap pekerjaannya
sehingga munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan kinerjanya. Dari
hasil penelitian Sinambela (2003) melihatkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara partisipasi penyusunan aggaran dengan kinerja pegawai, sedangkan
Batubara (2008) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang negatif antara partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial. Pendekatan partisipasi anggaran juga
merupakan
pendekatan
penganggaran
yang berfokus
kepada upaya untuk
meningkatkan motivasi para karyawan sehingga dapat mencapai tujuan dari
perusahaan. Semakin tinggi partisipasi anggaran, maka akan semakin tinggi pula
motivasi karyawan.
Untuk mendorong kinerja SKPD maka dibutuhkan Motivasi, yang merupakan
suatu proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melaksanakan sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan yang kita inginkan. Tujuan diberikannya motivasi
adalah untuk mendorong gairah dan semangat kerja pegawai, menignkatkan moral
dan kepuasan kerja, meningkatkan produktivitas, mempertahankan loyalitas, dan
kestabilan pegawai, serta menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. Kita
sering mendengar permasalahan yang ada pada pegawai yaitu seperti tidak bekerjanya
pegawai pada saat jam kerja, kurangnya kedisiplinan, penyelewengan, dan lain-lain.
Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kinerja pemerintah daerah itu sendiri. Dengan
demikian, upaya memperbaiki kinerja organisasi tidak mungkin dapat berhasil jika
Universitas Sumatera Utara
tidak ada motivasi dari dalam pegawai itu sendiri. Informasi hasil pengukuran kinerja
dapat dijadikan feedback (umpan balik) untuk mengarahkan perilaku pegawai menuju
perbaikan kinerja selanjutnya. Menurut Luthas (2006:250), terdapat hubungan yang
positif antara komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi
gaji, terhadap kinerja tingkat pergantian karyawan yang rendah dan tingkat
ketidakhadiran yang rendah, serta terdapat bukti bahwa komitmen karyawan
berhubungan persepsi iklim organisasi yang hangat dan mendukung, dan menjadi
anggota tim yang baik dan siap membantu.
Anggaran digunakan sebagai pedoman kerja sehingga proses penyusunannya
memerlukan organisasi anggaran yang baik, pendekatan yang tepat, serta model
model perhitungan besaran (simulasi) anggaran yang mampu meningkatkan kinerja
pada seluruh jajaran manajemen dalam organisasi. Proses penyusunan anggaran,
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu topdown, bottom up dan
partisipasi (Nasution, 2009).
Dalam sistem penganggaran top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran
telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa anggaran sehingga bawahan/pelaksana
anggaran hanya melakukan apa yang telah ditetapkan oleh anggaran tersebut.
Penerapan sistem ini mengakibatkan kinerja bawahan/pelaksana anggaran menjadi
tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang
diberikan tidak mencukupi (overloaded). Atasan/pemegang kuasa anggaran kurang
mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran
sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan
bawahan/pelaksana anggaran. Oleh karena itu, entitas mulai menerapkan sistem
Universitas Sumatera Utara
penganggaran yang dapat menanggulangi masalah di atas yakni sistem penganggaran
partisipatif (participative budgeting). Melalui sistem ini, bawahan/pelaksana
anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut subbagiannya
sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang kuasa anggaran dan
bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut (Omposunggu dan
Bawono, 2007).
Penganggaran partisipatif (participative budgeting) merupakan pendekatan
penganggaran yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan
untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep penganggaran ini sudah berkembang pesat
dalam sektor swasta (bisnis), namun tidak demikian halnya pada sektor publik. Dalam
sektor publik, penganggaran partisipatif belum mempunyai sistem yang mapan
sehingga penerapannya pun belum optimal.
Anggaran merupakan rencana tindakan-tindakan pada masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan organisasi. Pada organisasi sektor swasta (bisnis), tujuan
dimaksud adalah mencari laba (profit oriented) dan pada sektor swasta, anggaran
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, sementara
pada organisasi sektor publik/non-bisnis tidak (nonprofit oriented) serta pada sektor
publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik,
didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai dengan uang publik. Oleh karena tujuannya berbeda, maka rencana kerja
yang disusun juga berbeda. Dengan demikian, pendekatan dalam penyusunan
Universitas Sumatera Utara
anggaran di kedua jenis organisasi juga berbeda. Menurut Mardiasmo (2004:122),
anggaran merupakan pernyataaan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh partisipasi
anggaran dan motivasi pegawai terhadap kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten
Asahan dan Kabupaten Asahan sebagai objek penelitian karena Kabupaten Asahan
sangat dekat dengan rumah peneliti sehingga memudahkan peneliti berinteraksi
langsung dengan responden dan telah diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja di
pemerintahan ini. Sistem yang semakin baik ini hendaknya sejalan dengan penigkatan
kinerja pemerintahahan. Anggaran yang disusun sangat erat kaitannya dengan publik.
Pemerintah daerah dituntun untuk mampu mengelola keuangannyadengan efisien,
efektif, dan ekonomis. Namun, bagaimana pengaruh partisipasi ini terhadap kinerja
pemerintah itu sendiri. Hal ini penting untuk dievaluasi mengingat banyaknya
peraturan tertulis yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat sampai pada kebijakan
pemerintah daerah itu sendiri. Berdasarkan latar yang telah diuraikan diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi
Penysuusunan Anggaran dan Motivasi Pegawai Terhadap Kinerja SKPD pada
Pemerintah Kabupaten Asahan”.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah Partisipasi penyusunan
Universitas Sumatera Utara
anggaran dan motivasi pegawai berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan
Kabupaten Asahan, baik secara simultan maupun parsial.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran dan motivasi pegawai terhadap kinerja SKPD
Pemerintahan Kabupaten Asahan, secara simultan dan parsial.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah.
1.
Bagi penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan baik bagi penulis untuk dapat
menambah dan mengembangkan wawasan, pengetahuan dan ilmu yang telah
dipelajari selama perkuliahan, khususnya tentang partisipasi anggaran dan
motivasi pegawai terhadap kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten Asahan.
2.
Bagi Pemerintah Kabupaten Asahan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi
mengenai partisipasi anggaran dan motivasi pegawai terhadap kinerja SKPD
di Pemerintah Kabupaten Asahan.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi
dalam melakukan penelitian objek atau masalah yang sama dimasa yang akan
datang, maupun penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Download