Gandeng Swasta KebutProyek Kelistrikan

advertisement
Gandeng Swasta KebutProyek Kelistrikan
Gandeng Swasta KebutProyek Kelistrikan
Tags :
Author : : Administrator
Terakhir disunting : :
http://ww.listrikindonesia.com/
Power By Fisip.net
Created Nov 26, 2014
Gandeng Swasta KebutProyek Kelistrikan
Kebutuhan terhadap peningkatan pasokan listrik untuk memenuhi terus tumbuhnya permintaan listrik, membuat
pemerintah menargetkan program pembangunan listrik 25 ribu megawatt (MW). Malah, awalnya, dengan asumsi
pembangunan pembangkit sebesar 7 ribu MW per tahun, dalam lima tahun seharusnya ditargetkan adanya penambahan
sekitar 35 ribu MW. Namun sepertinya, banyak pihak meragukan bahwa proyek 35 ribu MW dapat tercapai dalam kurun
waktu lima tahun. Sehingga, target pembangunan yang dianggap lebih memungkinkan adalah pada kisaran 20 ribu MW25 ribu MW. Yang jelas, berapapun targetnya, pembangunan pembangkit untuk menambah pasokan listrik di negara ini
memang harus menjadi prioritas. Sehingga, ancaman krisis listrik yang ditakutkan dapat melanda kepulauan Nusantara
dapat dihindari. Apalagi, infrastruktur listrik mutlak dibutuhkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Jangan sampai pembangunan ekonomi nasional terhambat gara-gara listrik tidak mendukung. Secara umum, untuk
menopang 1 %, dibutuhkan pertumbuhan listrik dalam kisaran 1,5-2 kali lipat dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Tak
heran kalau listrik memiliki arti yang sangat penting untuk menopang ekonomi masyarakat dan memiliki arti sangat
penting guna menarik minat investor menanamkan modalnya. Hanya, untuk memenuhi kebutuhan sekitar 25 ribu MW
dalam 5 tahun atau sekitar 5 ribu MW per tahun, tentu bukan perkara mudah. Dalam kurun waktu sebelumnya,
Indonesia pernah dibawa dalam euforia suasana pembangunan infrastruktur listrik 10 ribu (fast track) tahap 1 dan tahap
2. Â Tetapi nyatanya, program fast track tersebut tidak berjalan sesukses yang diharapkan. Selain program tersebut
berjalan molor, pada kenyataannya pemba-ngunan infrastruktur kelistrikan 10 ribu MW tersebut belum benar-benar
tereali-sasi sepenuhnya. Salah satu persoalan terbesar yang dihadapi untuk merealisasikan target tersebut, tak pelak
adalah soal penda-naan. Sumber dana untuk membangun penguatan ketahanan sistem kelistrikan di negeri ini memang
harus dipikirkan secara matang. Pihak PLN malah sempat mengatakan bahwa mereka mungkin akan menghadapi
sejumlah tantangan dalam meme-nuhi sambungan listrik 25 ribu MW dalam kurun 5 tahun. Salah satu tantangan utama
dalam pembangunan listrik tersebut adalah soal dana. Menurut data dari pemerintah dan PLN, secara hitung-hitungan
matematis, biaya yang dibutuhkan untuk memba-ngun pembangkit listrik per MW mencapai 1,5 juta USD atau Rp18
miliar. Jika asumsinya pemerintah mematok target pembangunan proyek kelistrikan 25 ribu MW, maka dana yang
dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan tersebut diperkirakan akan menjadi Rp450 triliun atau sekitar 37,5
miliar USD dalam kurun waktu lima tahun. Jadi, setiap tahunnya, rata-rata dibutuhkan dana sekitar Rp90 triliun. Secara
umum, dari sisi pendanaan, diperkirakan untuk memenuhi target ideal sebesar 10 ribu MW per tahun, dibutuhkan dana
sekitar Rp560 triliun dalam kurun waktu lima tahun atau sekitar Rp112 triliun per tahun. Dengan kebutuhan sebesar itu,
sulit tampaknya bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendanaan tersebut dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Salah satu strategi yang paling memungkinkan untuk mencapai target tersebut adalah dengan
memberikan peran lebih besar kepada swasta dalam pembangunan proyek infrastruktur kelistrikan. Pengelolaan secara
profesional yang dilakukan swasta serta sharing risiko menjadi alasan pergeseran pembiayaan dari pembiayaan publik
(yang dilakukan pemerintah dari APBN) ke pembiayaan swasta. Menurut mantan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineal (ESDM), Edwin Zahedi Saleh, salah satu tantangan dalam pembangunan infrastruktur adalah dalam hal
pembiayaan, mengingat sifat proyek-nya yang bernilai besar dan jangka panjang. Belakangan, terjadi pergeseran
sumber pembiayaan pembangunan infra-struktur, dari pembiayaan publik (anggaran negara) ke pembiayaan swasta,
termasuk di negara maju. Kendala di bidang fiskal adalah salah satu penyebab pergeseran tersebut. Hanya, menurut
Darwin, perlu dipikirkan lebih jauh, apakah tidak terlalu cepat untuk mengandalkan pihak swasta dalam pembiayaan
infrastruktur, khususnya yang memiliki fungsi strategis bagi perekonomian dan eksternalitas yang signifikan bagi
masyarakat. Ketidaksiapan dan permasa-lahan koordinasi di antara lembaga peme-rintah pada akhirnya akan
menyebabkan ketertundaan sejumlah proyek infarstruktur strategis yang dijalankan swasta. Tetapi, dalam konteks
pembangunan infrastruktur kelistrikan 35 ribu MW atau 25 ribu MW sekarang, peran swasta tampaknya mau tak mau
akan dikedepankan pemerintah dalam rangka menambal kekurangan dana dari pe-merintah. Pemerintah sepertinya
sangat berharap agar swasta dan perbankan dapat memainkan peran yang lebih untuk mendorong pembangunan
infrastruktur kelistrikan tersebut guna memenuhi kebutuhan pendanaan yang cukup besar tersebut. Menurut Wakil
Presiden, Jusuf Kalla (JK), dia akan berusaha mendorong sektor swasta berpatisipasi. Bukan hanya memfasilitasi
swasta dengan lembaga pendanaan dalam negeri, JK juga berupaya memasilitasi investor swasta dengan lembaga
keuangan dunia seperti World Bank dan Asia Development Bank. “Kita bisa dapatkan dana dari sana. Selain itu kita
dorong swasta untuk masuk ke situ kalau memang ekonomisnya tinggi,― tegas JK. JK juga kerap mempromosikan peluang investasi kelistrikan di hadapan para pengusaha baik dari dalam negeri sampai luar negeri dalam rangka
merangkul swasta agar lebih aktif berperan dalam proyek pembangunan infrastruktur kelistrikan. Sebagai balasannya,
pemerintah berjanji mempermudah proses pembebas-an lahan yang sering menghambat pembangunan pembangkit
listrik. Private Sharing Upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kelistrikan terus dilakukan pemerintah. Pada
2015, proyek akan langsung direalisasikan. Keterlibatan swasta akan langsung digencarkan dengan porsi yang malah
lebih besar dari porsi peme-rintah. Menurut Direktur Utama (Dirut) PT PLN, Nur Pamudji, dari rencana pembangunan
infrastruktur kelistrikan 35 ribu MW, swasta akan membangun sekitar 57,15% atau sekitar 20 ribu MW dan sisanya
sebanyak 42,85% atau sekitar 15 ribu MW akan dibangun PLN. Untuk membangun sekitar 15 ribu MW tersebut, PLN
akan membutuhkan dana sekitar 22,5 miliar USD. Meskipun target tersebut cukup tinggi, namun PLN mau tidak mau
harus me-lakukan pembangunan tersebut dengan harapan agar indikator getting electricity  nasional dapat terkerek ke
atas dari posisi 101 menjadi di posisi 78. Dengan kenaik-an indikator tersebut, upaya PLN untuk  mencari pinjaman dari
lembaga keuangan akan semakin mudah. Terkait dengan upaya untuk menggandeng swasta, sekali lagi, pemerintah
harus memberikan banyak kemudahan yang salah satunya melalui upaya mempermudah pembebasan lahan. Selama
ini, upaya meningkatkan minat swasta untuk membangun pembangkit baik sendiri maupun kemitraan melalui skema
public private patnership  (PPP), swasta kerap terganjal persoalan perizinan. Menurut Nur Pamudji, salah satu risiko
yang sering muncul dan dihadapi pihak swasta diantaranya munculnya rent see-king yakni perilaku untuk mempengaruhi
kebijakan pemerintah agar memeroleh keuntungan dari pihak-pihak tertentu, hambatan perizinan, serta kondisi
http://ww.listrikindonesia.com/
Power By Fisip.net
Created Nov 26, 2014
Gandeng Swasta KebutProyek Kelistrikan
keuangan yang tidak jelas yang kadang memicu macetnya proyek. “Jadi, perlu lembaga independen untuk menilai
kelengkapan dan kemampuan pendanaan para IPP yang tertarik di dalam proyek listrik 35 ribu MW," kata Nur Pamudji.
Target yang dibebankan Jokowi-JK dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan memang terbilang berani. Untuk
merealisasikan target tersebut, medio November lalu, Wapres, JK, segera menggelar rapat terbatas yang dihadiri
Menteri Argraria, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Koordinator Maritim, serta Dirut PLN. Menurut Menteri ESDM, Sudirman Said, rapat terbatas dan
tertutup tersebut merupakan upaya pemerintah untuk mencari jalan keluar agar ketersediaan listrik tetap aman, sehingga
krisis listrik dapat dhindari. Sudirman mengatakan, pemerintah akan segera membentuk tim khusus yang diketuai oleh
Menteri ESDM, yakni tim percepatan pembangunan listrik. Tim itu nantinya akan bertugas mempermudah perizinan
pembangunan infrastruktur listrik, memangkas dokumen-dokumen dan birokrasi yang dianggap akan menghambat.
Pemerintah juga berkomitmen memberikan dukungan penuh kepada PLN untuk melaksanakan proyek-proyek
kelistrikan. Sementara, untuk pihak swasta, pemerintah akan menyediakan insentif bagi swasta untuk beperan dalam
proyek pembangunan kelistrikan. Diantaranya dengan menetapkan harga beli dari PLN yang menarik dengan
memberikan jaminan letter of guarantee dengan sebagai insentif perbaikan tarif. Akan ada standar tarif yang ditetapkan
Kementerian ESDM. “Sehingga tidak perlu semua IPP bernegosiasi,― ungkap Sudirman Said.
http://ww.listrikindonesia.com/
Power By Fisip.net
Created Nov 26, 2014
Download