bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Kota
2.1.1 Pengertian hutan kota
Hutan kota adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan
yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaankegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya
(Fakuara 1987).
Menurut hasil rapat teknis mengenai hutan kota di Jakarta bulan Februari
1997, hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohonpohon di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik
yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air,
udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang
solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut
ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota (Dahlan 1992).
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 menetapkan bahwa hutan kota adalah
suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di
dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang
ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
2.1.2 Peranan hutan kota
Hutan kota memiliki beberapa peranan penting yaitu sebagai identitas kota,
pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara,
penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu semen,
peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida,
penyerap karbondioksida, penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis
bau, mengatasi penggenangan air dan intrusi air laut, ameliorasi iklim, pengolahan
sampah, tempat berekreasi dan pariwisata dan tempat hidup beberapa jenis fauna
(Dahlan 1992).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 fungsi hutan kota adalah
untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air,
4
menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung
pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
2.2 Jalur Hijau
Dahlan (1992) menyatakan bahwa hutan kota memiliki tipe dan bentuk
sesuai dengan isu lingkungan dan peranannya dalam peningkatan kualitas
lingkungan. Tipe-tipe hutan kota yaitu tipe pemukiman, tipe kawasan industri,
tipe rekreasi dan keindahan, tipe pelestarian plasma nutfah, tipe perlindungan dan
tipe pengamanan. Sedangkan untuk bentuk-bentuk hutan kota yaitu jalur hijau,
taman kota, kebun dan halaman, kebun raya, hutan raya, kebun binatang, hutan
lindung dan taman makam. Objek pada penelitian ini adalah hutan kota bentuk
jalur hijau. Hutan kota jalur hijau merupakan tanaman yang ditanam di tepi jalan,
kawasan riparian atau tempat lainnya yang terdiri dari tanaman pepohonan,
tanaman perdu, tanaman merambat serta tanaman lainnya, sehingga diharapkan
dengan adanya tanaman tersebut dapat menjaga dan memperbaiki kuantitas dan
kualitas lingkungan.
Jalur hijau yang diteliti adalah jalur hijau tepi jalan. Jalur hijau tepi jalan
disusun oleh pepohonan sepanjang jalan raya yang berfungsi sebagai peneduh
jalan, penjerap dan penyerap polutan, peredam kebisingan dan nilai estetika
keindahan (Dahlan 2004). Cumming et al. (2001) menyatakan bahwa pohon tepi
jalan memiliki nilai emosional dan estetika yang tinggi bagi masyarakat sekitar
dan pengguna jalan, serta nilai ekologi yang tinggi bagi daerah perkotaan
sebagian bagian dari ruang terbuka hijau.
Menurut Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota DKI Jakarta diacu dalam
Rusdianto (2008) mendefinisikan jalur hijau sebagai daerah hijau sekitar lingkungan
pemukiman atau sekitar kota yang bertujuan mengendalikan pertumbuhan
pembangunannya, mencegah dua kota atau lebih menyatu, mempertahankan daerah
hijau, rekreasi ataupun daerah resapan hujan, di daerah ini tidak diperbolehkan ada
bangunan apapun. Jalur hijau jalan merupakan ruang terbuka hijau yang memanjang
baik yang berada di sisi jalan maupun sebagai pemisah atau median jalan (Arifin
2002).
5
2.3 Faktor Penyebab Kerusakan Pohon
Menurut Harris et al. (2004) kerusakan pohon terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor
seperti cabang yang lemah (rapuh), kebusukan cabang dan
batang, tajuk yang berlebihan, serta kebusukan akar. Sedangkan faktor lingkungan
yang mempengaruhi kerusakan pada pohon adalah kondisi tanah tempat tumbuh,
angin kencang serta hujan lebat yang disertai petir.
Secara alamiah, tanaman terganggu dan rusak disebabkan 2 (dua) faktor
yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Berikut adalah faktor penggangu dan
perusakan tanaman :
1. Faktor biotik (pengganggu yang termasuk jasad hidup)
Faktor biotik perusak tanaman disebabkan oleh kelompok binatang seperti
hama dan kelompok tumbuhan seperti gulma. Sebagian besar hama pada tanaman
berasal dari kelompok serangga. Serangga dapat merusakan tanaman dengan cara:
a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, ranting, buah atau
biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun; c) menyebabkan
bengkak pada bagian tertentu; d) menyebabkan kanker pada batang atau bagian
berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman; mengambil bagian tanaman
untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad pengganggu.
Gulma merupakan jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis
tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis.
Jika ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya, gulma bersifat mengganggu,
merugikan dan merusak.
2. Faktor abiotik (pengganggu yang bukan jasad hidup)
Faktor abiotik ini disebabkan oleh bencana alam lingkungan (seperti banjir,
erosi, longsor), unsur iklim dan cuaca. Kondisi lingkungan yang tidak baik
menyebabkan suatu tanaman menjadi terhambat pertumbuhan atau rentan untuk
terjadi kerusakan hingga mati (Djafaruddin 1996).
Menurut Widyastuti et al. (2005) faktor penyebab kerusakan pohon adalah
faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan tempat tumbuh yang tingkat
keberadaannya tidak mendukung pertumbuhan atau perkembangan normal pohon.
6
Faktor fisik dan kimia tersebut adalah :
1. Suhu
Tiap jenis tumbuhan mempunyai kisaran persyaratan suhu yang dapat di
toleransi dalam pertumbuhannya. Perubahan suhu yang melampui batas toleransi
akan menyebabkan tumbuhan mengalami penyimpangan fisiologis yang dapat
menyebabkan kematian. Pertumbuhan pohon sangat peka terhadap suhu.
Kerusakan akan terjadi pada saat suhu telah melewati batas maksimum dan
minimum.
2. Kelembaban
Saat kelembaban nisbi tinggi, penguapan tumbuhan menjadi rendah, sehingga
dapat terjadi penghambatan penyerapan hara. Kekurangan hara ini dapat berakibat
gangguan formasi sel dan daun tumbuhan.
3. Iklim
Jenis pohon yang merupakan jenis eksotik atau ditanam pada lahan-lahan
marginal maka faktor iklim atau faktor tempat tumbuh dapat merupakan faktor
pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Bila faktor tersebut berada di atas atau di
bawah batas kemampuan adaptasi tumbuhan maka dapat terjadi kerusakan fisiologis
atau mekanis.
4. Unsur hara
Kekurangan unsur hara dapat terjadi jika ketersediaan unsur hara dalam
tanah tidak mencukupi jumlah yang diperlukan tumbuhan yang hidup di tempat
tersebut. Selain itu kelebihan unsur hara juga mampu menyebabkan kerusakan
pada tumbuhan akibat kerusakan sel secara langsung oleh unsur hara tertentu.
5. Polusi udara
Kerusakan tumbuhan oleh polutan pada umumnya meningkat seiring dengan
peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban nisbi udara, suhu
dan keberadaan polutan udara yang Iain. Ozon yang terserap oleh daun melalui
stoma menyebabkan kerusakan membran sel pada jaringan palisade dan jaringan yang
lain. Peroxiasil nitrat jika terserap tumbuhan menyebabkan kerusakan jaringan
parenkim daun.
7
6. Kekurangan oksigen
Kondisi kekurangan oksigen di alam secara umum berasosiasi dengan
kelembaban tanah atau suhu udara yang tinggi. Kombinasi antara kelembaban dan
suhu yang tinggi dalam tanah atau udara menyebabkan kerusakan perakaran
tumbuhan.
7. Cahaya
Kekurangan cahaya menghambat pembentukan klorofil dan merangsang
pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat. Jaringan menjadi lemah dan daun
serta bunga gugur lebih awal.
Selain itu, berdasarkan studi Fakultas Pertanian IPB (arsitektur lanskap
dengan proteksi hama dan penyakit tanaman) dan Pemerintah Daerah Kota Bogor
(2003) menjelaskan bahwa penilaian kerusakan pohon secara fisik berdasarkan 2
kerusakan yaitu: 1) kerusakan dan penyakit tanaman dan 2) kerusakan mekanis.
Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit
kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan matinya pohon
yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi
disebabkan oleh tumbangnya suatu pohon yang menyebabkan luka pada kulit dan
kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es yang menyebabkan daun rontok dan
sambaran petir (Suratmo 1974).
2.4 Tipe-tipe Kerusakan Pohon
Kerusakan pohon dapat dideskripsikan dengan tipe-tipe sebagai berikut
(Alexander & Barnard 1995) :
1. Kanker
.
.
Kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan
oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan dikuti dengan kematian kayu di bawah
kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab
kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan
daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang
disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.
8
2. Busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut
Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan
adalah indikator lapuk kayu "Punky Wood" atau kayu gembol timbul bila ada
lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama.
Kayu gembol merupakan penunjuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering
mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar pada pangkal
suatu pohon merupakan indikator lapuk. Lubang (rongga) di dalam batang utama
dari cabang tua juga menunjukan indikator lapuk. Tunggak-tunggak lapuk yang
terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk ada dua macam penyebabnya yaitu
busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk ini menyerang akar, batang, kuncup
dan buah (Pracaya 2003).
Mekanisme terjadinya lapuk (pada kayu teras) pohon ini telah dijelaskan
oleh Manion (1981) diacu dalam Nuhamara et al. (2005) dengan mengumpulkan
beberapa tinjauan dari berbagai sumber sehingga diperoleh 3 teori/konsep. Ketiga
konsep tersebut dianggap semuanya mungkin benar dan mewakili kasus yang
berbeda. Berikut ini adalah ketiga konsep tersebut :
a. Konsep klasik Hartig (1874) menyatakan pohon lapuk kayu teras yang masih
berdiri, maka harus ada luka terbuka pada batang atau cabang yang mati, patah
ujung dan/atau luka terbakar yang memungkinkan organisme pelapuk kayu
mampu mencapai kayu teras.
b. Konsep Haddow-Etheridge (1938) menyatakan bahwa awal infeksi dimulai
dari ranting-ranting kecil terinfeksi.
c. Konsep Shigo (1969) menyatakan adanya suksesi dalam proses terjadi lapuk
kayu teras.
3. Luka terbuka
Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya
kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka
pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dianggap sebagai luka
terbuka. Jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu
keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).
9
4. Batang dan akar patah kurang dari 0,91 m dari batang
Akar putus di dalam jarak 0,91 m dari batang, baik karena galian atau terluka.
Sebagai contoh dari kejadian tersebut adalah akar-akar yang terluka pada suatu jalan,
terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah pada daerah batang (di bawah
dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).
5. Resinosis atau gumosis
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.
6. Brum pada akar dan batang
Gerombolan daun pada suatu titik tertentu di batang atau akar.
7. Akar patah atau mati (di luar 0,91 m)
Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.
8. Hilangnya ujung dominan atau mati ujung
Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga,
penyakit atau penyebab lainnya.
9. Cabang patah atau mati
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau
batang tajuk.
10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam daerah tajuk hidup.
Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat
yang sama terjadi di dalam daerah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan
organ yang bergerombol tidak normal.
11. Kerusakan kuncup daun atau tunas
Kuncup daun atau tunas dimakan oleh serangga, terkerat atau daun
terkeliat. Persentase kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurangkurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.
12. Perubahan warna daun
Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggu adalah lebih dari 50%.
Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika
pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu
hijau dan bukan warna lain.
13. Lain-lain
Digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai.
10
Harris et al. (2004) juga mendeskripsikan tentang tipe kecacatan pohon dan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan potensi kerusakan pohon (Tabel 1) serta
ciri-ciri kebusukan pada pohon secara visual, sebagai berikut :
Tabel 1 Tipe kecacatan pohon dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan potensi
kerusakan pohon
Lokasi
Cabang
Kecacatan Yang Umumnya
Menyebabkan Kerusakan
Beban yang berlebihan
Busuk
Ujung tajuk yang lemah, penyambungan
yang lemah
Beban, terjangan angin, es atau salju
Lemahnya penyambungan dengan
batang utama
Batang
Ujung tajuk yang lemah, Ratio
Utama
tajuk rendah
Busuk
Beban, terjangan angin, es atau salju
Tegakan lemah
Tajuk lebat, terjangan angin, es atau salju
Batang pohon yang melengkung
akan tumbang
Akar
Kondisi Buruk Yang Mungkin Terjadi
Sistem perakaran yang terbatas,
Tanah yang tidak baik kondisinya
Dangkal, tanah basah
Busuk dan penyakit
Tajuk lebat, terjangan angin
Pergerakan akar
Batang pohon yang melengkung akan
tumbang, terjangan angin, tajuk lebat
Ciri-ciri kebusukan pada pohon secara visual yaitu :
1. Cabang yang rusak atau mati pada tajuk pohon. kerusakan dan kematian pada
cabang pohon dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Cabang yang rusak dan mati.
11
2. Luka dan rongga pada pohon. Luka dan rongganya terlihat besar serta lukaluka yang menunjukan kebusukan. Luka dan rongga pada pohon dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2 Luka dan rongga pada pohon.
3. Jamur yang tumbuh berbuah pada tubuh pohon. Jamur menginfeksi pada
bagian pohon dan mengambil cadangan makanan yang bersumber dari badan
pohon yang digunakan untuk berkembangbiak. Jamur pada pohon dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3 Jamur pada pohon.
12
4. Kulit pohon atau luka yang mengeluarkan getah. Beberapa jenis organisme
pembusuk menyebabkan atau memproduksi cairan yang berwarna gelap. Kulit
pohon atau luka yang mengeluarkan getah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kulit pohon atau luka yang mengeluarkan getah.
5. Serangga atau semut yang melubangi bagian pohon. Serangga atau semut
tersebut bersarang hidup serta makan pada kayu yang busuk dan luka-luka
yang ada. Semut yang melubangi bagian pohon sebagai sarang dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5 Semut yang melubangi bagian pohon sebagai sarang.
6. Ukuran batang yang membesar (membengkak). Pembesaran ini dibentuk oleh
pohon yang membentuk kayu lebih untuk menambah kekuatan pohon pada
13
area yang lemah karena pembusukan. Ukuran batang yang membesar
(membengkak) dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Ukuran batang yang membesar (membengkak).
7. Terdapat klem pelipit pada batang pohon. Hal ini terbentuk ketika bagian kayu
yang terluka di sisi yang berlawanan pada luka yang bertemu. Kejadian ini
sering terjadi pada pembusukan di belakang kayu yang terluka. Klem pelipit
pada batang pohon dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Klem pelipit pada batang pohon.
8. Lubang sarang burung pada pohon. Beberapa burung melubangi dan membuat
rongga pada bagian pohon untuk bersarang. Lubang sarang burung pada pohon
dapat dilihat pada Gambar 8.
14
Gambar 8 Lubang sarang burung pada pohon.
2.5 Pemeliharaan Pohon
Pemeliharaan pohon pada jalur hijau menjaga agar pohon dapat tumbuh
dengan baik, selain itu pemeliharaan pohon merupakan suatu upaya untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan pohon jalur hijau. Menurut Dahlan (2004)
ada beberapa kegiatan dalam pemeliharaan pohon yaitu penyulaman, penyiraman,
penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta
pemangkasan. Pemangkasan ini bertujuan untuk :
a. Mengendalikan pertumbuhan tanaman yang tidak teratur dan mengganggu
penglihatan
b. Mengurangi cabang dan ranting yang sudah tua
c. Mempertahankan dimensi, bentuk dan ukuran tanaman
d. Mengurangi penguapan pada musim kemarau
e. Mengurangi beban cabang, sehingga dahan tidak mudah patah pada musim
hujan
f. Mendapatkan bentuk tajuk seperti yang di kehendaki
Pemeliharan pohon dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemeliharan
umum dan pemeliharaan khusus. Pemeliharaan umum meliputi kegiatan seperti
pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka,
penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawetan. Pemeliharaan khusus
meliputi kegiatan diagnosis terhadap pohon, kontrol penyakit dan hama,
penyiraman, dan kontrol kerusakan (Pirone 1972 diacu dalam Rusdianto 2008).
15
Menurut Arifin (2002) tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif,
semi intensif dan ekstensif. Jalur hijau jalan termasuk dalam pemeliharaan semi
intensif. Pemeliharaan semi intensif meliputi beberapa kegiatan seperti :
a. Penyiangan dan pengendalian gulma
b. Penggemburan tanah dan pengaerasian tanah
c. Penyiraman atau irigasi
d. Pemupukan
e. Penyulaman tanaman
f. Pengendalian hama dan penyakit
Selain itu, pemeliharaan tanaman yang sering dilakukan terhadap kondisi
pohon di jalur hijau jalan seperti penopangan (propping), perawatan terhadap luka
pada pohon (treatment of wound), perawatan terhadap lubang pada pohon (cavity
treatments), dan penebangan (felling) terhadap pohon yang mengalami kerusakan
parah dan pohon yang mati.
Download