BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gender adalah permasalahan yang sudah menjadi topik umum setiap memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja dianggap sebagai kaum lemah yang bergantung pada laki-laki. Gender bukanlah perbedaan jenis kelamin melainkan perbedaan fungsi dan peran sosial yang dibentuk oleh masyarakat sekitar terhadap perempuan dan laki-laki yang melahirkan pembagian peran dan fungsi sosial yang berbeda. Perbedaan peran, fungsi, dan tugas laki-laki dengan perempuan tidak menjadi masalah selama tidak merugikan satu pihak (Wijaya, 2014). Pembagian peran dan fungsi sosial ini ternyata menimbulkan bias gender. Bias Gender adalah kebijakan atau program atau kegiatan atau kondisi yang memihak atau merugikan salah satu jenis kelamin. anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi hingga memelihara anak. Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa 1 2 pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis pekerjaan perempuan, seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan lelaki, serta dikategorikan sebagai bukan produktif sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara (Setya, 2012) Masih ada orang beranggapan bahwa kehidupan wanita Jepang masih sangat tradisional. Mereka diikat oleh nilai-nilai tradisional yang ketat seperti berjalan bersama suami, mereka harus berada tiga langkah di belakang, ataupun pada saat makan bersama keluarga merekalah yang paling akhir mengambil makanan dan bahkan harus melayani seluruh keluarga terlebih dahulu (Maransi, 2009). Nilainilai tradisional masyarakat Jepang seperti ini lah yang menjadi daya tarik tersendiri sehingga perbedaan gender ini begitu menarik untuk diteliti. Gerakan kaum perempuan di Jepang baru dimulai pascarestorasi Meiji. Setelah tahun 1946, Jepang lalu mulai mengundangkan kesamaan hak bagi kaum perempuan. Setelah itu, perlahan demi perlahan, kaum perempuan Jepang mendapatkan haknya. Sebuah langkah yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan Indonesia yang memulai gerakan kaum Ibu dalam Kongres Kaum Perempuan Indonesia di tahun 1928. Di Jepang, budaya mengangkat harkat kaum perempuan masih terlihat gagap dan tersendat. Tingkat kekerasan dalam rumah tangga juga masih tinggi. Berbagai gerakan kaum perempuan dan upaya pemerintah Jepang untuk melakukan perlindungan hukum telah banyak digalang. Satu organisasi seperti Tokyo Federation of Women Organization, memiliki berbagai divisi yang dikhususkan pada upaya perlindungan kaum perempuan di 3 Jepang. Organisasi seperti Liga Peningkatan Kesamaan Hak Perempuan atau Fujin Sanseiken Kakutoku Kisei Domei adalah satu organisasi yang cukup berpengaruh di Jepang saat ini untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan. Realita bagi kaum perempuan memang tak mudah. Satu hal yang saat ini sangat memprihatinkan adalah soal kemiskinan. Data pemerintah Jepang dan National Institute of Population and Social Security Research (NIPSSR), menunjukkan bahwa satu dari tiga perempuan di Jepang berusia 20 hingga 64 tahun, hidup menyendiri dalam kemiskinan. Kaum perempuan di Jepang tercatat lebih miskin dari kaum prianya (Herdiawan, 2012). Fakta-fakta sosial yang ada di dalam masyarakat banyak dicerminkan kedalam sebuah karya sastra. Menurut Damono, karya sastra selalu berhubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat (Wiyatmi, 2008: 97). Sastrawan, sastra, dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat. Sastrawan sebagai pencipta karya sastra merupakan bagian dari anggota yang hidup bahkan lahir di tengah-tengah masyarakat. Karena itulah ketika seorang sastrawan membuat karya sastra, ia akan dipengaruhi oleh kondisi yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan kata lain, seorang sastrawan akan menulis karya sastra yang melukiskan kenyataan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Contohnya, seorang sastrawan melihat terjadinya ketidaksesuaian adat istiadat atau gejala sosial lain yang mengganggu pikiran sastrawan tersebut sehingga ia mencoba membuat suatu pemecahan masalah dengan membuat sebuah karya sastra sebagai sebuah kritik sosial pada masyarakat. Jadi, jelaslah antara sastrawan, sastra, dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat karena 4 dalam membuat karya sastra seorang sastrawan dipengaruhi oleh keadaan masyarakat. Begitu pun sebaliknya, keadaan masyarakat bisa berubah dengan adanya sebuah karya sastra yang diciptakan sastrawan. Salah satu karya sastra yang memberikan gambaran tentang fakta yang terdapat dalam masyarakat Jepang adalah kumpulan puisi Onna ni karya Shuntaro Tanikawa yang merupakan penyair terkenal di Jepang bahkan di dunia dengan karya-karyanya yang bertemakan humanis. Pada kumpulan puisi ini digambarkan bagaimana kedudukan perempuan dalam masyarakat Jepang, tergambar pula peranan, fungsi, tugas dan kehidupan perempuan dalam masyarakat Jepang. Kumpulan puisi ini juga disampaikan dengan kata-kata yang menarik, memiliki makna yang dalam, dan juga terdapat kata-kata vulgar yang disampaikan sehingga memiliki daya tarik tersendiri untuk membahas dan menganalisis makna yang terkandung. Oleh karena itu dipilihlah kumpulan puisi yang bertajuk Onna ni ini sebagai sumber data dalam penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah citra perempuan dalam masyarakat Jepang yang tergambar pada kumpulan puisi Onna ni karya Shuntaro Tanikawa? 2. Bagaimanakah pandangan penyair “Shuntaro Tanikawa” terhadap perempuan yang terdapat pada kumpulan puisi Onna ni ? 5 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat mengenai karya sastra Jepang, sehingga karya sastra Jepang semakin dikenal dan diminati masyarakat Indonesia. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui citra perempuan dalam masyarakat Jepang yang tergambar pada kumpulan puisi Onna ni karya Shuntaro Tanikawa. 2. Mengetahui pandangan penyair “Shuntaro Tanikawa” terhadap perempuan yang terdapat pada kumpulan puisi Onna ni. 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca mengenai kesusastraan Jepang dalam bentuk puisi dimana puisi juga menggambarkan masyarakat Jepang yang disampaikan oleh pengarang dalam bentuk tanda-tanda, sehingga perlu pemikiran yang luas dalam mengartikan, dan juga penelitian dalam bidang feminisme dan sosiologi pengarang. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan perbandingan untuk penelitian berikutnya. 6 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk mengetahui kedudukan, tugas, fungsi dan kehidupan perempuan dalam masyarakat Jepang yang digambarkan pada kumpulan puisi Onna ni karya Shuntaro Tanikawa. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penulisan karya tulis hanya dibatasi pada analisis kedudukan perempuan dalam masyarakat Jepang dan pandangan penyair “Shuntaro Tanikawa” terhadap perempuan dalam kumpulan puisi Onna ni. 1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah kumpulan puisi Onna ni karya Shuntaro Tanikawa yang diterbitkan pada tahun 1991 di Jepang yang nantinya dalam kumpulan puisi ini akan dicari penggambaran sosok perempuan, posisi perempuan dalam masyarakat Jepang melalui penggambaran yang tersirat dalam tiap kata dari puisi serta pandangan penyair “Shuntaro Tanikawa” terhadap perempuan yang tedapat pada kumpulan puisi Onna ni . Dari 36 puisi yang terdapat pada kumpulan puisi Onna ni dipilih 14 puisi ini sebagai ilustrasi untuk mengetahui citra perempuan dalam masyarakat Jepang serta pandangan penyair “Shuntaro Tanikawa” terhadap perempuan. No. Judul puisi Terjemahan 1 Mishō Misho 2 Tanjō Lahir 3 Shinzō Jantung 4 5 Na Nameru Nama Menjilat 7 6 6 Ude Hajimete no Lengan Pertama Kali 8 9 10 Hibi Mata Au Tegami Hari Hari Selanjutnya Bertemu Surat 11 12 13 14 Kuchibiru 。。。。。。 Zattō Tabi Bibir ...... Hiruk-pikuk Perjalanan 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode merupakan sebuah cara atau langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat. Metode juga berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2006: 34). 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu metode kepustakaan, yaitu penelitian yang secara khusus meneliti teks, baik lama maupun modern (Ratna, 2006: 39), kemudian dilanjutkan dengan teknik catat atau tulis. Dalam hal ini yang dilakukan adalah membaca data-data yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu kumpulan puisi Onna ni karya Shuntaro Tanikawa dan mencatat data-data yang dianggap penting yang berkaitan dengan feminisme serta yang menggambarkan kehidupan perempuan yang terdapat pada sumber data terpilih. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses penganalisisan data. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Penganalisisan data dilakukan setelah data terkumpul dan siap untuk dianalisis. Metode dan teknik yang dipakai dalam analisis data adalah metode 8 deskriptif alanisis, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai fakta-fakta yang ada (Ratna, 2006:49-50). Data yang terkait dengan citra perempuan Jepang dalam kumpulan puisi Onna ni akan dipaparkan secara terperinci dan dijelaskan sesuai dengan teori yang digunakan. Setelah itu, dilanjutkan dengan teknik analisis yang bersifat deskriptif, untuk menjelaskan secara sederhana proses analisis data. 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data Setelah data selesai dianalisis, maka tahap selanjutnya adalah menyajikan hasil analisis data. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode informal. Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, bukan dalam bentuk angka-angka, bagan, ataupun statistik (Ratna, 2006: 50).