analisis pengaruh kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan

advertisement
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, TINGKAT
PERTUMBUHAN, DAN TINGKAT RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP
STRUKTUR JATUH TEMPO UTANG PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2004 - 2008)
Skripsi
Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat dalam Mengajukan Skripsi serta Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
YUNIAR RISTIANA
NIM. F0206118
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, TINGKAT
PERTUMBUHAN, DAN TINGKAT RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP
STRUKTUR JATUH TEMPO UTANG PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2004 - 2008)
Surakarta, 16 April 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing,
(Heru Agustanto, SE, ME)
NIP. 19580814 198601 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.
Surakarta, 03 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi
1. Prof. Dr. Hartono, MS
sebagai Ketua
(......................)
NIP. 19531221 198003 1 004
2. Heru Agustanto, SE, ME
sebagai Pembimbing (......................)
NIP. 19580814 198601 1 001
3. Drs. Sunarjanto, MM
NIP. 19560327 198503 1 004
sebagai Anggota
(......................)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan ucapan Alhamdulillah,
karya kecil ini kupersembahkan kepada:
a Allah SWT dan Rasul-Nya....
a Mama Nunik, Papa Herry.....
a Kakakku, Nita.....
a Adikku, Cyntia.....
a Semua kawan dan sahabat, yang ku kenal dan mengenalku...
...dan untuk...
a Seluruh Cinta, cita-cita, cerita, harapan, dan masa depanku.....
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya ”
(Q.S. Al-Baqarah: 283)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari
satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. Al Insyirah:6-8)
Bertutur-katalah yang baik atau lebih baik diam
-Muhammad (salla-Allahu’alayhi was salam)Pilih olehmu menjadi pihak yang kalah tapi benar. Dan janganlah
sekali-sekali engkau menjadi pemenang tetapi zalim
-Pythagoras“Bukan mengharap menjadi yang terbaik, tetapi belajar dan berusaha
menjadi lebih baik”
(Yuniar Ristiana)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin, segala puji syukur kepada Allah SWT penulis
panjatkan atas segala karunia, rahmat, ridho dan kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis melalui segala jalan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
TINGKAT
PERTUMBUHAN,
DAN
TINGKAT
RISIKO LIKUIDITAS
TERHADAP STRUKTUR JATUH TEMPO UTANG PERUSAHAAN (Studi
Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2004 2008). Skripsi ini dapat terselesaikan juga atas segala doa, dukungan, dan harapan
terbaik yang selalu mengalir dari berbagai pihak pada penulis. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini:
1. ALLAH SWT, Alhamdulillah Yaa Robb,, atas berkat, rahmat, taufik, hidayah dan
inayah Engkaulah, karya kecil ini dapat terselesaikan,, ALLAHUAKBAR.
2. Papa Herry, Mama Nunik, Mbak Nita, Dek Cyntia atas doa dan cinta untukku.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dra. Endang Suhari, MSi. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Reza Rahardian, SE, MSi. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak Heru Agustanto, SE, ME. selaku pembimbing skripsi, atas segala
kesabaran, bantuan, ilmu, bimbingan dan kemudahan yang sangat membantu
penulis selama penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Ahmad Ichwan, SE, MS. selaku pembimbing akademis, atas segala arahan
dan masukan selama perkuliahan.
8. Ibu Yeni Fajarianti, SE, Msi. selaku pembimbing magang atas segala kemudahan,
bantuan, arahan, dan kerjasama selama penulis mengikuti Kegiatan Magang
Mahasiswa.
9. Seluruh karyawan dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta, atas segala ilmu, arahan, nasehat, dan kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis selama di perkuliahan.
10. Mbak Emi di Pojok BEJ FE-UNS atas bantuan dan masukan bagi penulis.
11. Ibu Nike, selaku karyawan di Bagian Jurusan Manajemen FE-UNS atas segala
kemudahan dan bantuan dalam mendukung kelancaran birokrasi kampus.
12. Pimpinan dan seluruh karyawan Kantor Bank Indonesia Solo atas kesempatan,
ilmu, dan arahan selama Kegiatan Magang Mahasiswa di KBI Solo.
13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk segala doa
, dukungan, dan bantuannya.
Segala kekurangan dan kesalahan tak luput dalam skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, April 2010
Penulis
My Humble and Grateful Thanks are due to..
Mama Nunik & Papa Herry ~ Inspiratorku sepanjang masa~ atas segala cinta, kasih
sayang, doa, kebahagiaan, ilmu, dukungan, bimbingan dan harapan terindah yang selalu
mengalir untuk Nia tanpa sedikit pamrih dalam mendampingi kehidupan Nia
“When i look deeply at my life and the blessings that have made my days so much richer, that
is all because of both of you, the God’s gift, my greatest parents”
Kakakku Mbak Nita & Adikku Cyntia, atas kasih sayang dan cerita yang tak pernah
habis selama ini. Canda tawa yang selalu ada untuk Nia, terima kasih kakak dan adikku
tersayang, yang aku banggakan, my deepest love, my everything
Keluarga besar kakek & nenek Saparlan Hadiatmodjo dan Purwokahono, atas segala doa,
dan harapan terbaik yang terucap untuk Nia
My most fave partner, ka Fuaad Fauzi, who always walk beside me, i thank you for all
your love and prayers. Thanks for still loving me even when all seemed lost.. Terima kasih
untuk kesabaran, kepedulian dan pengorbanan kaka yang luar biasa indah
My tirelessly guardian, ka Nurhadi Indi Rastomo, who always strengthen me, Thanks for
giving me the joys and smiles from day one, thanks for letting me depend and being there
when i'm down. Terima kasih sudah jadi kaka yang baik untuk Nia
My most agreeable disturber, ka Achmad Adi Megantoro, atas cerita, nasihat, dan
kenangan yang mengesankan. Thanks for your midnite calls
Sahabat dan penyemangatku (Ery, Yuni, Almh. Anggra, Yessy, Pipit, Mila), atas ikatan
persahabatan dalam seluruh cerita dan canda tawa yang pernah dan akan selamanya ada.
Nothing can really express the way i feel except for the word thanks. I do really love all of
you my dearest sisters
Teman-teman C****IZTA, Utomo (thank you untuk konselingnya), Fanny (thanks untuk
kata2 penyemangatnya), Eko, Oka, Pepeb, Darwanto atas segala kekacauan, tawa, dan
segala perasaan selama waktu yang tercipta
Teman-teman seperjuangan, Hana, Nisita, Tika, Endah, Yuliana, Irma, dan semuanya
atas segala dukungan, masukan, dan bantuannya. Pengalaman yang menyenangkan
mengenal kalian
Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2006, atas segala dukungan, bantuan, dan
kebersamaan yang mengalir untukku selama ini
Semua kawan, kakak, dan adik di Bapema & HMJM , yang pernah kukenal dan
mengenalku atas dukungan dan pengalaman yang mengajarkanku banyak hal.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu , terima kasih telah membantu
terselesaikannya karya kecil ini
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
ABSTRAK .....................................................................................................
xii
ABSTRACT ....................................................................................................
i
..........................................................................................................................
xi
v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
xv
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
i
........................................................................................................
xv
B. Perumusan Masalah .....................................................................
ii
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
1
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
18
A. ............................................................................................ Lan
19
dasan Teori ..................................................................................
19
1. ........................................................................................ An
alisis Rasio Keuangan ...........................................................
21
2. ........................................................................................ Uta
21
ng...........................................................................................
22
3. ........................................................................................ Teo
24
ri Jatuh Tempo Utang............................................................
33
4. ........................................................................................ Ke
38
pemilikan Manajerial ............................................................
39
5. ........................................................................................ Ris
41
iko Likuiditas ........................................................................
42
6. ........................................................................................ Pro
50
fitabilitas................................................................................
53
B. ............................................................................................ Pen
elitian Terdahulu .........................................................................
60
C. ............................................................................................ Rer
60
angka Pemikiran ..........................................................................
60
D. ............................................................................................ Hip
62
otesis Penelitian...........................................................................
63
66
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
A. Desain Penelitian .......................................................................
73
B. Populasi dan Sampel ...................................................................
73
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ..........................
75
D. Devisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................
77
E. Alat Analisis Data .....................................................................
80
83
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..................................
10
A. Deskripsi Data .............................................................................
2
B. Statistik Deskriptif ......................................................................
C. Pengujian Normalitas Data .........................................................
10
D. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................
6
E. Pengujian Hipotesis.....................................................................
10
F. Pembahasan ...............................................................................
6
11
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
1
A. Kesimpulan ...............................................................................
11
1
B. Keterbatasan Penelitian ...............................................................
C. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
I.1 TINGKAT DEBT MATURITY BERDASARKAN KONSEP IOS
12
II.1 TINGKAT DEBT MATURITY BERDASARKAN KONSEP IOS
43
IV.1 SAMPEL PENELITIAN ...................................................................
75
IV.2 HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF................................
76
IV.3 HASIL UJI NORMALITAS SETELAH TRANSFORMASI
PROFITABILITAS...........................................................................
78
IV.4 HASIL PENGUJIAN MULTIKOLINEARITAS SETELAH
TRANSFORMASI PROFITABILITAS ...........................................
81
IV.5 HASIL PENGUJIAN AUTOKORELASI SETELAH
TRANSFORMASI PROFITABILITAS ...........................................
82
IV.6 HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS SETELAH
TRANSFORMASI PROFITABILITAS ...........................................
83
IV.7 HASIL UJI F (TAHAP 1) ..................................................................
84
IV.8 HASIL UJI NORMALITAS SETELAH TRANSFORMASI
LIQRISK ...........................................................................................
85
IV.9 HASIL PENGUJIAN HETEROSKEDASTISITAS SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK ...........................................................
86
IV.10 HASIL UJI F (TAHAP 2) ................................................................
86
IV.11 HASIL UJI REGRESI BERGANDA (TAHAP 2) ..........................
88
IV.12 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (TAHAP 2) .................
90
IV.13 HASIL UJI t (TAHAP 2) .................................................................
91
IV.14 HASIL UJI F (TAHAP 3) ................................................................
93
IV.15 HASIL UJI REGRESI BERGANDA (TAHAP 3) ..........................
95
IV.16 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (TAHAP 3) .................
97
IV.17 HASIL UJI t (TAHAP 3) .................................................................
98
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
II.1 RERANGKA PEMIKIRAN..............................................................
50
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK
Halaman
IV.1 HASIL UJI NORMALITAS..............................................................
79
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 11
LAMPIRAN 12
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
DATA SETELAH TRANSFORMASI
PROFITABILITAS DAN PENGURANGAN
OUTLIER
HASIL STATISTIK DESKRIPTIF
HASIL PENGUJIAN NORMALITAS MELALUI
NILAI RESIDUAL (SETELAH TRANSFORMASI
LIQRISK – SEBELUM TRANSFORMASI
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN NORMALITAS MELALUI
NILAI RESIDUAL (SETELAH TRANSFORMASI
LIQRISK DAN PROFITABILITAS)
CHART HASIL PENGUJIAN NORMALITAS
(SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK DAN
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
MULTIKOLINERITAS (SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK – SEBELUM
TRANSFORMASI PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
MULTIKOLINERITAS (SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK DAN
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
AUTOKORELASI (SETELAH TRANSFORMASI
LIQRISK – SEBELUM TRANSFORMASI
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
AUTOKORELASI (SETELAH TRANSFORMASI
LIQRISK DAN PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
HETEROSKESDASTISITAS (SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK – SEBELUM
TRANSFORMASI PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
HETEROSKESDASTISITAS (SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK DAN
LAMPIRAN 13
LAMPIRAN 14
LAMPIRAN 15
LAMPIRAN 16
LAMPIRAN 17
LAMPIRAN 18
LAMPIRAN 19
LAMPIRAN 20
LAMPIRAN 21
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
REGRESI BERGANDA SECARA SIMULTAN (Uji
F) TAHAP 1 (TANPA VARIABEL KONTROL
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
REGRESI BERGANDA SECARA SIMULTAN (Uji
F) TAHAP 2 DENGAN VARIABEL KONTROL
(SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK –
SEBELUM TRANSFORMASI PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS REGRESI
BERGANDA TAHAP 2 DENGAN VARIABEL
KONTROL (SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK
– SEBELUM TRANSFORMASI PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
DETERMINASI (Goodness of Fit) TAHAP 2
DENGAN VARIABEL KONTROL (SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK – SEBELUM
TRANSFORMASI PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
REGRESI BERGANDA SECARA PARSIAL (Uji t)
TAHAP 2 DENGAN VARIABEL KONTROL
(SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK –
SEBELUM TRANSFORMASI PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
REGRESI BERGANDA SECARA SIMULTAN (Uji
F) TAHAP 3 DENGAN VARIABEL KONTROL
(SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK DAN
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS REGRESI
BERGANDA TAHAP 3 DENGAN VARIABEL
KONTROL (SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK
DAN PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
DETERMINASI (Goodness of Fit) TAHAP 3
DENGAN VARIABEL KONTROL (SETELAH
TRANSFORMASI LIQRISK DAN
PROFITABILITAS)
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN
REGRESI BERGANDA SECARA PARSIAL (Uji t)
TAHAP 3 DENGAN VARIABEL KONTROL
(SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK DAN
PROFITABILITAS)
ABSTRAK
Yuniar Ristiana
NIM. F 0206118
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, TINGKAT
PERTUMBUHAN, DAN TINGKAT RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP
STRUKTUR JATUH TEMPO UTANG PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2004 - 2008)
Struktur jatuh tempo utang yang optimal merupakan kebijakan financial
yang perlu dipertimbangkan ketika perusahaan memilih utang sebagai sumber
pendanaan. Hal ini dikarenakan struktur jatuh tempo utang yang optimal memberi
keuntungan bagi perusahaan yaitu pemilihan maturitas utang (debt maturity) yang
tepat akan meningkatkan nilai perusahaan. Berkaitan dengan uraian tersebut maka
masalah yang ingin diteliti adalah pengaruh kepemilikan manajerial, tingkat
pertumbuhan, dan tingkat risiko likuiditas terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan dengan variabel profitabilitas sebagai variabel kontrol. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah apakah kepemilikan manajerial, tingkat
pertumbuhan, dan tingkat risiko likuiditas memiliki pengaruh secara parsial terhadap
struktur jatuh tempo utang perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004-2008. Sampel yang diambil sebanyak 111
perusahaan dengan teknik purposive sampling dan time series. Adapun kriteria
sampel penelitian tersebut adalah (1) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia per 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2008, dan (2)
memiliki data kepemilikan manajerial selama 5 tahun berturut-turut. Analisis data
yang digunakan meliputi pengujian normalitas, asumsi klasik, koefisien regresi
berganda secara simultan (uji F), regresi berganda, koefisien regresi berganda secara
simultan (uji t).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, variabel kepemilikan
manajerial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan pada level of significant 10%, tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur jatuh tempo utang perusahaan, dan variabel tingkat risiko
likuiditas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
dalam menentukan struktur jatuh tempo utang yang optimal diharapkan ikut
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
menentukan maturitas utang yang tepat untuk meningkat nilai perusahaan dan
kemakmuran pemegang saham.
Kata kunci: Kepemilikan Manajerial, Tingkat Pertumbuhan, Tingkat Risiko
Likuiditas, Profitabilitas, dan Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan
ABSTRACT
Yuniar Ristiana
NIM. F 0206118
ANALYSIS THE IMPACT OF MANAGERIAL OWNERSHIP, GROWTH
OPPORTUNITY, AND LIQUIDITY RISK ON DEBT MATURITY
STRUCTURE
(Case Study to Indonesian Manufacturing Companies
Listed in Indonesia Stock Exchange)
The optimal debt maturity structure is a financial policy to consider when
the company choosing debt as a source of their financing. This is because the optimal
debt maturity structure provide the benefit to the company, that is the right selection
of debt maturity, will enhance shareholder value. In connection with the description
then the problem we want investigated is the influence of managerial ownership,
growth opportunity, and liquidity risk of corporate debt maturity structure with
variable profitability as control variables. The hypothesis of this research is whether
managerial ownership, growth opportunity, and liquidity risk has the effect of
partially to the company's debt maturity structure.
The population of this research is the manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange from 2004 to 2008. Samples taken as many as 111
companies with a purposive sampling technique and the time series. The sample
criteria are (1) manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange as of
January 1, 2004 until December 31, 2008, and (2) has the managerial ownership data
over five consecutive years. Analysis of the data used include the testing of
normality, the classical assumption, simultaneous multiple regression coefficient (F
test), multiple regression, simultaneous multiple regression coefficient (t test).
The results showed that partially, managerial ownership variable has a
significant positive effect on corporate debt maturity structure on the level of the
significant 10%, the growth opportunity had no significant impact on corporate debt
maturity structure and liquidity risk variable has a significant positive impact on
corporate debt maturity structure.
Based on these results we can conclude that the company in determining
the optimal structure of debt maturity is expected to take into account factors that
influence it so that it can determine the right structure of debt maturity to increase
corporate value and shareholder wealth.
Keywords:
Managerial Stock Ownership, Growth Opportunity, Liquidity Risk,
Profitability, Debt Maturity Structure
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya setiap manusia akan selalu berusaha untuk mencapai
kondisi yang lebih baik di dalam kehidupannya, baik secara individu, maupun
dalam kehidupan berkelompok. Ketika hal ini dikaitkan dengan dunia usaha,
tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Kondisi yang lebih
baik dalam dunia usaha (yaitu meningkatnya nilai perusahaan) akan dapat dicapai
apabila pelakunya mampu memanfaatkan peluang dan tantangan dalam
persaingan yang semakin ketat. Pada persaingan industri dan perekonomian yang
semakin ketat, perusahaan dengan skala global cenderung memiliki kemampuan
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil dalam mempertahankan
sekaligus meningkatkan pertumbuhan perusahaannya. Penilaian pertumbuhan
perusahaan dipengaruhi oleh tiga kebijakan perusahaan yakni kebijakan
pembelanjaan, kebijakan investasi, dan kebijakan dividen (Gitosudarmo,
2002:10).
Selanjutnya
tinggi
rendahnya
pertumbuhan
perusahaan
akan
menentukan tinggi rendahnya tingkat kemakmuran para pemegang sahamnya
yang direfleksikan melalui harga saham perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti,
2006:6). Selain itu, kondisi yang lebih baik juga dapat dicapai apabila perusahaan
mampu mengalami perkembangan dengan pesat, seperti meningkatnya harga
saham, volume penjualan, market to book, serta peningkatan aset perusahaan.
Untuk
mencapai
tujuan
tersebut,
para
pemilik
modal
dapat
mempercayakan kepada para profesional (manajerial atau insider) yang sering
disebut sebagai agen. Manajer perusahaan yang bertindak sebagai agen pemegang
saham diharapkan dapat mengambil keputusan on the best of interest of
stockholders. Akan tetapi pada kenyataannya bahwa penunjukkan pemegang
saham kepada manajer untuk melakukan pengelolaan pada perusahaan seringkali
merupakan langkah yang salah karena kecenderungan manajer yang bersikap
oportunis sehingga bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Manajer dan
pemegang saham terkadang berbeda kepentingan, yang dikenal dengan konflik
keagenan (Jensen 1976 dalam Easterbrook 1984).
Perbedaan kepentingan tersebut akan memicu timbulnya konflik
keagenan antara manajer dengan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.
Konflik keagenan akan lebih potensial terjadi pada perusahaan dengan free cash
flow yang besar dan kepemilikan saham oleh manajerial yang kurang dari seratus
persen (Sartono, 2001:10). Konflik keagenan akan mempengaruhi kedua pihak
untuk
memaksimalkan
kesejahteraannya
masing-masing.
Kekhawatiran
pemegang saham berkaitan dengan kendali atas sumber daya perusahaan yang
dipegang oleh manajer, sehingga ada kemungkinan manajer akan mengambilan
keputusan yang merugikan pemegang saham atau memanfaatkan sumber daya
perusahaan untuk kesejahteraan sendiri. Perbedaan kepentingan antara pemilik
saham yang masuk dalam manajemen perusahaan ataupun sebaliknya, yaitu
manajemen yang sekaligus berperan sebagai pemilik saham atau lebih dikenal
dengan managerial ownership (kepemilikan manajerial) dapat mempengaruhi
keputusan pencarian dana.
Kondisi demikian menjadikan pemegang saham terpaksa mengeluarkan
biaya sebagai tindakan monitoring terhadap manajer perusahaan yang dikenal
sebagai agency cost (biaya keagenan). Agency cost tersebut bisa merupakan biaya
untuk membuat sistem informasi keuangan yang baik, biaya akuntan publik untuk
mengaudit laporan keuangan agar tidak terjadi penyelewengan, pemberian
insentif yang lebih menarik kepada manajemen termasuk karyawan, maupun
pengeluaran biaya atas fidelity bonding untuk membuat kontrak pada perusahaan
yang bersedia membayar jika terjadi ketidakjujuran oleh manajer (Sartono,
2001:12).
Dalam disertasinya, Robicheaux (2000) menguraikan tiga biaya agensi
secara umum, antara lain, (1) underinvestment problems yaitu penurunan nilai
perusahaan yang terjadi akibat dari tidak dilaksanakannya keputusan investasi
yang menguntungkan karena perusahaan menganggap debtholders akan memiliki
hak klaim pertama terhadap arus kas netto proyek tersebut (Fitrijanti dan Hartono,
2002). Sunarsih (2004) memaparkan Underinvestment problem akan muncul
apabila perusahaan menghadapi kesempatan berinvestasi pada proyek dengan
NPV positif, yang mensyaratkan menggunakan dana yang besar. Dalam keadaan
free cash flow yang rendah dan assets in place yang kecil, untuk memenuhi dana
guna meneruskan proyek yang ada, maka perusahaan cenderung mengambil
utang. Hal ini akan memungkinkan terjadinya konflik antara shareholder dengan
bondholder. Dari sisi shareholder keuntungan harus dibagi sebagai deviden,
sedangkan dari sisi bondholder keuntungan sebaiknya digunakan untuk melunasi
utang. Dalam beberapa kasus bondholder memperoleh keuntungan yang cukup,
sedangkan shareholder tidak memperoleh keuntungan yang normal dari proyek
dengan NPV positif yang dilaksanakan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan utang pada perusahaan yang memiliki investment opportunity yang
tinggi adalah mahal. Sehingga perusahaan pada keadaan seperti ini akan memilih
untuk meninggalkan proyek dengan NPV positif dan kehilangan kesempatan
untuk tumbuh. (2) Assets substitution problems yaitu sebuah masalah yang
muncul ketika perusahaan mengubah investasinya dari asset dengan risiko rendah
menjadi aset yang mempunyai risiko lebih tinggi. Assets substitution
mengimplikasikan bahwa pemegang saham ingin memilih proyek yang lebih
berisiko dibanding debtholders karena jika proyek berhasil shareholders akan
memperoleh seluruh keuntungan potensial dengan pembayaran yang tidak
berubah kepada debtholders. Namun apabila proyek gagal, baik shareholders
ataupun debtholdres akan mengalami kerugian. Karenanya, debtholders
dihadapkan pada seluruh kerugian potensial tanpa sedikitpun kemungkinan
memperoleh keutungan potensial (Jensen dan Meckling 1976). (3) Risiko
likuiditas, yaitu risiko yang muncul jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dan pengeluaran tak terduga. Masalah risiko
likuiditas muncul karena adanya pilihan antara utang jangka panjang dan utang
jangka pendek, dan pilihan antara utang bank atau utang publik, dimana masingmasing utang mempunyai implikasi yang berbeda, dan beberapa penelitian
mengindikasikan bahwa bentuk optimal dari suatu pendanaan untuk membuat
kemungkinan keputusan yang terbaik adalah dengan penggunaan utang bank
jangka pendek karena adanya peran pengawasan bank yang intensif.
Empat biaya agensi yang utama menurut Sundjaja dan Berlian (2003):
1. Biaya pengawasan, adalah biaya untuk mengawasi pengeluaran-pengeluaran,
untuk mencegah pihak manajemen berperilaku tidak sebatas hasil yang
memuaskan saja melainkan juga harus memaksimalisasi harga saham. Biaya
yang dikeluarkan perusahaan antara lain biaya audit.
2. Biaya perlindungan, adalah biaya untuk melindungi pengeluaran perusahaan,
dengan maksud melindungi kemungkinan adanya ketidakjujuran manajer
perusahaan mengeluarkan biaya untuk pihak ketiga sebagai ‘perusahaan
penjamin’.
3. Biaya kesempatan timbul karena kesulitan perusahaan besar untuk merespon
kesempatan
baru
sehingga
kehilangan
peluang
untuk
mendapatkan
keuntungan.
4. Biaya penyusunan kompensasi manajemen, biaya ini merupakan pengeluaran
untuk menyusun rencana kompensasi bagi manjaemen. Biaya ini merupakan
agency cost yang paling mahal. Bertujuan memberikan insentif pada
manajemen untuk bertindak yang terbaik bagi kepentingan pemilik dan
memberikan kompensasi kepada manajer atas tindakan tersebut.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi agency cost (Hanafi,
2003:365) yaitu:
1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajer.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan kontrol oleh pemegang saham pada
kinerja manjer perusahaan. Selain itu, manajer dapat merasakan manfaat
langsung dari setiap keputusan yang diambil sehingga membuat mereka
merasa terikat dan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya di
perusahaan
dan
dapat
mengurangi
ketimpangan
kepentingan
antara
manajemen perusahaan dengan kepentingan pemegang saham yang tak lain
termasuk diri mereka sendiri.
2. Meningkatkan dividend payout ratio (DPR).
Peningkatan dividend payout ratio (DPR) dimaksudkan untuk mengurangi
ketersediaan aliran kas bebas yang tersedia dalam perusahaan sehingga
diharapkan dapat mengendalikan tindakan manajer yang bersikap oportunis
bila perusahaan memiliki aliran kas bebas dalam jumlah yang besar.
3. Meningkatkan pendanaan melalui penggunaan utang.
Pendekatan ini akan mewajibkan perusahaan untuk membayar bunga dan
angsuran pokok atas utang yang digunakan sehingga dapat menurunkan
kemungkinan pemborosan oleh manajer terhadap dana perusahaan agar
perusahaan tetap dapat melunasi utangnya.
4. Menggunakan instrumen kepemilikan institusional sebagai agen pengawas.
Kepemilikan
institusional
dapat
bertindak
secara
kolektif
untuk
mengendalikan perilaku opportunistik manajer sehingga akan membuat
manajer lebih berhati-hati dalam melaksanakan pengelolaannya terhadap
perusahaan.
Penyebab lain konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah
keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko
sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada
portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Namun manajer sebaliknya lebih
peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan. Sejauh pembayaran bunga bisa
dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan utang
memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan. Tetapi, manfaat tersebut akan
dipenalty oleh biaya kebangkrutan dan kemungkinan perbedaan personal tax
antara income dari ekuitas dan dari utang, sehingga keputusan pendanaan yang
diambil perlu memperhatikan konsep trade-off dalam balancing theory untuk
mencapai struktur modal yang optimal dengan menyeimbangkan manfaat dan
biaya dari penggunaan utang sehingga dapat memaksimalkan harga saham
perusahaan (Brigham, 2006:7).
Perusahaan yang telah go public dalam perkembangannya masih
memerlukan tambahan modal guna membiayai kegiatan usahannya atau untuk
melakukan ekspansi. Tambahan modal yang diperlukan untuk pendanaan
perusahaan dalam jumlah yang relatif besar, akan membuat perusahaan benarbenar memperhatikan manajemen pendanaannya di samping masalah-masalah
operasional, pemasaran, maupun personalia. Tambahan modal tersebut dapat
berasal dari berbagai sumber dan bentuk yang berbeda-beda. Namun semua
sumber modal yang ada dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe dasar, yaitu utang
dan equity Brigham, et.al., (1999). Perusahaan harus menentukan sumber
pendanaan yang akan digunakan. Ketika manajer dihadapkan pada keputusan
mengenai manajemen pendanaan bagi perusahaan, maka hal tersebut tidak lepas
dari kemungkinan penggunaan sumber dana internal perusahaan (retained
earning atau laba ditahan) ataupun dengan sumber dana eksternal (utang), karena
sesuai dengan argumen Brigham, sumber dana perusahaan digolongkan menjadi
dua kelompok yakni sumber dana internal dan sumber dana eksternal (Riyanto,
1997:185). Sumber dana internal berupa penggunaan laba ditahan dan
pengeluaran saham baru (modal sendiri) sedangkan sumber dana eksternal berupa
penggunaan utang oleh perusahaan. Pemilihan sumber dana yang ada akan
memiliki implikasi yang berbeda bagi perusahaan yaitu:
1. Penggunaan utang akan membuat perusahaan memiliki kewajiban untuk
membayar bunga dan angsuran pokok atas utang yang digunakan.
2. Penggunaan laba ditahan maka perusahaan harus mengurangi aliran kas
sebagai hak atas pemegang saham.
3. Pengeluaran saham baru akan mempengaruhi jumlah dan harga saham beredar
yang dimiliki perusahaan di pasar modal.
Oleh
karena
itu,
perusahaan
harus
memperhatikan
keputusan
pendanaannya karena kesalahan dalam pembuatan keputusan tersebut dapat
menurunkan nilai perusahaan yang berarti menurunnya kesejahteraan para
pemegang saham. Selain itu perusahaan juga menghadapi berbagai pilihan
kebijakan financial dalam menentukan kebijakan struktur modalnya (Barclay
et.al., 1995; Barclay, et.al. ,2003). Menurut Barclay dan Smith (1995) ketika
perusahaan memilih utang sebagai sumber pendanaan maka, perusahaan juga
harus mempertimbangkan kebijakan-kebijakan financial yang lain, misalnya: debt
maturity, priority, apakah menggunakan public debt ataukah private debt, dan
lain-lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, apabila perusahaan memilih
utang sebagai sumber financial perusahaannya, maka perusahaan juga dihadapkan
pada keputusan untuk menentukan pilihan tentang debt maturity secara bersamasama (simultaneously). Hal ini dikarenakan pemilihan maturitas utang (debt
maturity) akan mempengaruhi nilai perusahaan (Megginson, 1997 dalam
Sunarsih, 2004).
Struktur jatuh tempo utang yang optimal sangat berpengaruh pada
kepentingan perusahaan untuk mengurangi konflik keagenan yang pada akhirnya
dapat menekan biaya keagenan. Hal ini dapat dijadikan dasar bagi perusahaan
untuk menentukan struktur jatuh tempo utang yang optimal. Struktur jatuh tempo
utang yang optimal memberi keuntungan bagi perusahaan. Antoniou, Guney dan
Paudyal (2006) menjelaskan bahwa struktur jatuh tempo utang adalah penting
bagi perusahaan karena struktur jatuh tempo utang yang buruk dapat
menyebabkan ketidakefisiensian likuidasi atas suatu proyek yang mempunyai
NPV positif.
Selain itu struktur jatuh tempo utang yang optimal juga dapat digunakan
perusahaan sebagai suatu persinyalan dalam kondisi pasar yang tidak sempurna
untuk menyediakan informasi tentang kualitas perusahaan, kredibilitas, dan
prospek di masa depan (Fama, 1990 dalam Antoniou, Guney dan Paudyal 2006).
Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) mengungkapkan atas dasar teoritis
maupun hasil empiris, pilihan jatuh tempo utang perusahaan merupakan salah
satu yang paling penting dalam keputusan pembiayaan, karena suatu pilihan yang
tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefisiensian likuidasi. Perbedaan biaya
utang jangka pendek dan jangka panjang juga dapat menyebabkan variasi dalam
faktor-faktor penentu pilihan jatuh tempo utang yang optimal dan nilai
perusahaan, karena insentif yang berbeda karakteristik. Maka, keputusan jatuh
tempo utang campuran yang optimal dapat mengurangi masalah keagenan.
Diamond (1991) menyatakan, dalam trade-off teori, jatuh tempo utang
yang pendek merupakan struktur jatuh tempo utang yang optimal karena adanya
pengharapan atas perbaikan peringkat kredit untuk melawan risiko likuiditas.
Senada dengan Diamond, Goswami (2000) menarik kesimpulan secara umum
dari beberapa literatur mengenai jatuh tempo utang, bahwa agency problem dapat
diminimalkan melalui penggunaan utang jangka pendek. Aivazian, Ge dan Qiu
(2005) menyatakan bahwa struktur jatuh tempo utang perusahaan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan investasi. Inilah beberapa alasan
yang mendasari bahwa keputusan untuk menentukan struktur jatuh tempo utang
perusahaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Jatuh tempo
utang terdiri dari dua: (1) utang jangka pendek, (2) utang jangka panjang.
Penelitian
mengenai
struktur
jatuh
tempo
utang
perusahaan
menghasilkan temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Antara
lain penelitian yang dilakukan Stulz (2000) dalam Datta, Iskandar-datta, dan
Raman (2005) menyatakan bahwa utang jangka pendek dapat digunakan sebagai
alat yang sangat kuat untuk untuk memonitor manajemen. Sebagai tambahan,
Rajan dan Winton (1995) menunjukkan bahwa utang jangka pendek memberikan
para kreditor fleksibilitas untuk memonitor para manajer secara lebih efektif
dengan usaha yang minimum. Manajer yang tidak memiliki kepentingan yang
sama dengan pemegang saham, mereka akan lebih memilih untuk memilih utang
jangka panjang guna mengurangi potensi pengawasan oleh pihak eksternal.
Menurut pendapat tersebut, Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) berpendapat
bahwa ketika adanya penjajaran kepentingan antara manajerial dan pemegang
saham menjadi lemah, manajer akan lebih memilih struktur jatuh tempo utang
yang kurang optimal, dalam hal ini lebih memilih utang jangka panjang walaupun
biaya keagenan menjadi lebih besar. Yang termasuk biaya keagenan dapat berupa
biaya yang dikeluarkan untuk menggaji komisaris (pihak eksternal), biaya gaji
untuk auditor yang melakukan pengauditan dalam perusahaan. Analisis yang
dilakukan oleh Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) menunjukkan bahwa
manajer dengan tingkat kepemilikan saham yang tinggi dan penjajaran insentif
yang lebih baik dengan pemegang saham memilih proporsi yang lebih besar
untuk utang dengan jatuh tempo yang pendek. Sementara (Brigham, 2006:39)
menyebutkan perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang menguntungkan
(tingkat pertumbuhan yang tinggi) akan lebih banyak memilih menggunakan
utang atau mengandalkan modal eksternal daripada perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya lambat.
Myers (1977) mengatakan bahwa cara mengontrol underinvestment
problem selain dengan menggunakan utang dalam jumlah yang kecil, juga
dilakukan dengan memperpendek maturitas utang. Sunarsih (2004) menyatakan,
sejalan dengan Myers (1977), Bodie dan Taggart (1978, dalam Barnea,
et.al.,1980) menyatakan bahwa dengan memperpendek maturitas utang dapat
mengatasi problem yang berhubungan dengan investment opportunity dimasa
depan. Hal senada juga disampaikan oleh Barnea, et.al. (1980) yang menyatakan
bahwa
konflik
yang
terjadi
antara
shareholder
dengan
bondholder
(underinvestment problem) pada perusahaan dengan investment opportunities
yang tinggi, dapat dikontrol dengan memperpendek debt maturity. Dengan
memperpendek maturitas utang maka diharapkan kecenderungan shareholder
untuk tidak melaksanakan investasi pada proyek-proyek dengan NPV positif
dapat dihapuskan.
Berbagai tingkat debt maturity sebagai akibat adanya underinvestment
problem dan overinvestment problem digambarkan oleh Barclay, et.al., (2001)
pada tabel berikut:
TABEL I.1
Tingkat Debt Maturity Berdasarkan Konsep IOS
Investment Opportunity Set
Growth Opportunities
Asset in Place
Cost of Long Term Debt
(Underinvestment)
Benefit of Long Term Debt
(Limiting Managerial Discretionari)
Optimal Debt Maturity
High
Low
Low
High
Short
Long
Sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian Sunarsih (2004) terkait
maturitas utang (jatuh tempo utang) adalah variabel yang terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan maturitas utang adalah firm size,
efek signaling dan asset maturity. Yang berarti hasil penelitian ini mendukung
signaling hypothesis dan matching hypothesis. Sedangkan variabel investment
opportunity menunjukkan pengaruh yang konsisten dengan hipotesis tetapi tidak
signifikan.
Diamond (1991) menguraikan hubungan negatif antara peringkat kredit
dengan jatuh tempo utang. Yaitu, peminjam dengan peringkat kredit yang tinggi
lebih memilih pendanaan dengan utang jangka pendek, sedangkan peminjam
dengan peringkat kredit yang rendah cenderung memilih utang jangka panjang.
Sebagai tambahan, Diamond (1991) mengungkapkan bahwa pihak peminjam
dengan peringkat kredit yang rendah tidak mempunyai pilihan selain utang jangka
pendek walaupun kontrol atas utang tersebut diberikan kepada pihak pemberi
pinjaman. Lebih lanjut, Diamond mengidentifikasi dua tipe peminjam utang
jangka pendek : (1) peminjam dengan peringkat kredit yang sangat rendah yang
tidak mempunyai pilihan selain utang jangka pendek karena penjatahan dari
kreditur yang berakibat, perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat rendah
biasanya “dipaksa” untuk menggunakan utang jangka pendek, dan tipe kedua
adalah peminjam (perusahaan) dengan peringkat kredit yang sangat tinggi karena
risiko likuiditas yang terkandung dalan utang jangka pendek dianggap kurang
relevan bagi mereka dibanding dengan biaya moral hazard. Sedangkan peminjam
dengan peringkat kredit yang berada di antaranya (menengah) cenderung
menggunakan utang jangka panjang untuk mencegah risiko likuiditas.
Sebaliknya, Mitchell (1993) dalam Goswami (2000), menemukan hasil
penelitian yang tidak konsisten dengan model informasi asimetris bahwa semakin
tinggi peringkat kredit perusahaan maka semakin panjang jatuh tempo utang yang
digunakan.
Ozkan (2000) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) melaporkan
adanya hubungan negatif antara jatuh tempo utang dengan ukuran perusahaan dan
market-to-book ratio. Hasil penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2006)
adalah tidak terdapat hubungan yang siginfikan antara risiko likuiditas dan jatuh
tempo utang pada perusahaan-perusahaan di Perancis dan Inggris, sementara
terdapat hubungan yang signifikan positif antara risiko likuiditas dan jatuh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di Jerman. Terkait contracting-cost hypotheses
Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) dalam penelitiannya menemukan hasil
bahwa terdapat hubungan positif antara market-to-book ratio dan jtauh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di inggris. Namun variabel ini tidak memiliki
peran yang signifikan terhadap jatuh tempo utang perusahaan di negara Perancis
dan Jerman. Kesimpulan dari hasil penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal
(2006) mengenai faktor penentu struktur jatuh tempo utang di tiga negara yaitu
Perancis, Jerman dan Inggris menemukan bukti bahwa, tingkat pajak, peluang
pertumbuhan, likuiditas, kualitas perusahaan, volatilitas pendapatan, jatuh tempo
aset, dan ukuran perusahaan mempunyai hubungan dan derajat yang berbeda
dalam mempengaruhi jatu tempo utang diantara tiga negara. Selain itu, mereka
juga menemukan pengaruh yang kuat dari faktor pasar (tingkat suku bunga,
kinerja harga saham, volatilitas suku bunga) pada jatuh tempo utang, tergantung
dari tiap kondisi pasar suatu negara. Jadi disimpulkan, bahwa struktur jatuh tempo
utang perusahaan ditentukan oleh dua hal yaitu faktor spesifik perusahaan dan
faktor spesifik negara
Barclay dan Smith (1995) menguji tentang determinan atas jatuh tempo
utang utang perusahaan, mendukung hipotesis bahwa perusahaan dengan peluang
tumbuh yang lebih banyak pada set peluang investasinya, cenderung
menggunakan utang jangka pendek. Hasil ini konsisten dengan prediksi Myers
(1977) bahwa pengurangan jatuh tempo utang dapat membantu mengendalikan
underinvestment problem. Barclay dan Smith (1995) juga menemukan bukti
berupa hubungan yang kuat antara ukuran perusahaan dan jatuh tempo utang
perusahaan, yaitu perusahaan yang besar secara signifikan meningkatkan proporsi
atas utang jangka panjangnya. Hal ini konsisten dengan observasi bahwa
perusahaan kecil lebih bergantung pada utang bank yang identik dengan jatuh
tempo yang pendek dibanding utang publik. Hasil lain dalam penelitian Barclay
dan Smith (1995) adalah perusahaan dengan informasi asimetris yang luas
(sebagai perusahaan dengan pertumbuhan yang tingi) lebih menggunakan utang
jangka pendek. Kosisten dengan hipotesis Diamond (1991), Barclay dan Smith
(1995) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat
tinggi dan sangat rendah menggunakan utang jangka pendek sedangkan
perusahaan dengan peringkat kredit yang menengah menggunakan utang jangka
panjang. Untuk tax hypothesis, Barclay dan Smith (1995) tidak menemukan hasil
yang signifikan untuk menjelaskan tentang struktur jatuh tempo utang.
Guedes dan Opler (1996) menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan
dan peringkat kredit merupakan determinan yang penting atas kecenderungan
perusahaan untuk meminjam utang jangka panjang. Hasil ini mendukung kuat
model Diamond (1991) atas pilihan jatuh tempo utang dan konsisten dengan teori
bahwa perusahaan dengan risiko likuiditas yang tinggi menggunakan utang
jangka panjang untuk menghindari risiko ketidakefisiensian likuiditas. Penelitian
Guedes dan Opler (1996) mengenai jatuh tempo utang yang dikaitkan dengan
peluang tumbuh, menemukan hasil yang senada dengan Barclay dan smith (1995)
bahwa perusahaan dengan peluang tumbuh yang lebih cenderung menggunakan
utang jangka pendek.
Senada dengan Barclay dan Smith (1995) dan Guedes dan Opler (1996),
Stohs dan Mauer (1996) menemukan bukti bahwa hubungan antara pilihan
pertumbuhan dan jatuh tempo. Mereka menyimpulkan bahwa perusahaan dengan
peluang tumbuh yang besar akan cenderung untuk mengurangi jatuh tempo utang
(jatuh tempo utang yang pendek) untuk meminimisasi konflik keagenan.
Aivazian, Ge, dan Qiu (2005) meneliti bagaimana pengaruh jatuh tempo
utang mempengaruhi keputusan investasi perusahaan, menemukan hasil yang
mendukung prediksi Myers (1977), mereka menyatakan bahwa pengaruh negatif
atas jatuh tempo utang menjadi lebih kuat pada perusahaan dengan peluang
tumbuh yang tinggi. Aivazian, Ge dan Qiu (2005) menyatakan selain Barclay dan
Smith (1995), Guedes dan Opler (1996), penelitian lain yang juga menemukan
bukti kuat bahwa jatuh tempo utang perusahaan berhubungan negatif dengan
peluang tumbuh adalah penelitian yang dilakukan oleh Barclay, Marx dan Smith
(2001) dan Scherr dan Hulburt (2001).
Deesomsak,
Paudyal
dan
Pescetto
(2009)
dalam penelitiannya
mengharapkan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara peluang tumbuh
dan jatuh tempo tempo utang sesuai dengan prediksi Myers (1977) dan
memprediksikan hubungan positif antara risiko likuiditas dengan jatuh tempo
utang. Hubungan positif yang diharapkan antara risiko likuiditas dan jatuh tempo
utang didasarkan pada penelitian Kane et al. (1985) dan Sarkar (1999) dalam
Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) berpendapat bahwa terdapat hubungan
terbalik antara jatuh tempo utang dengan volatilitas pendapatan. Terkait dengan
variabel profitabilitas, Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) mengharapkan
hubungan yang positif antara jatuh tempo utang dengan profitabilitas, karena
perusahaan yang profitable mempunyai penghasilan kena pajak yang lebih tinggi,
dengan demikian menerima manfaat pajak yang lebih besar dari penggunaan
utang jangka panjang.
Daniels, Ejara dan Vijayakumar (2009) juga menyusun hipotesis bahwa
perusahaan dengan kualitas kredit yang lebih tinggi (risiko likuiditas rendah)
cenderung memilih penggunaan utang jangka panjang menemukan bukti yang
mendukung hipotesis tersebut.
Penelitian ini bermaksud untuk menguji kembali pengaruh kepemilikan
manajerial pada Struktur Jatuh Tempo Utang, serta menguji pengaruh Tingkat
Peluang Pertumbuhan dan Tingkat Risiko Likuiditas terhadap struktur jatuh
tempo utang yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Hal ini dilakukan
karena hasil penelitian sebelumnya mengenai Struktur Jatuh Tempo Utang
terdapat beberapa hasil yang tidak konsisten, selain itu peneliti ingin menguji
kembali Struktur Jatuh Tempo Utang pada perusahaan-perusahan di Indonesia
yang listing di BEI pada periode pengamatan 2004-2008.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Datta, Iskandar-datta,
dan Raman (2005) perbedannya terletak dalam hal obyek dan waktu. Obyek
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama lima
tahun berturut-turut yaitu pada periode pengamatan 2004-2008. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
Kepemilikan manajerial terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang dengan judul:
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, TINGKAT
PERTUMBUHAN, DAN TINGKAT RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP
STRUKTUR JATUH TEMPO UTANG PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2004 2008)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian dapat diformulasikan sebagai berikut :
1. Apakah Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan?
2. Apakah Tingkat Pertumbuhan berpengaruh terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan?
3. Apakah Tingkat Risiko Likuiditas berpengaruh terhadap Struktur Jatuh
Tempo Utang Perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan Rumusan masalah diatas, tujuan penelitian manajemen
keuangan yang terkait pengaruh kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan dan
tingkat risiko likuiditas pada perusahaan manufaktur ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Jatuh
Tempo Utang Perusahaan
2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkah Pertumbuhan terhadap Struktur Jatuh
Tempo Utang Perusahaan.
3. Untuk mengetahui Tingkat Risiko Likuiditas terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan (emiten)
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai beberapa
variabel yang dapat mempengaruhi pilihan struktur jatuh tempo utang
perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan dalam menetapkan struktur
jatuh tempo utang yang optimal.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam taraf yang lebih
lanjut dengan topik sejenis juga diharapkan mampu menambah referensi bagi
Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai pengaruh strategi kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan, dan
tingkat risiko likuiditas terhadap struktur jatuh tempo utang perusahaan,
sehingga nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dalam
menentukan kebijakan strategis perusahaan dimasa yang akan datang.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dan
informasi tambahan agar penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil yang
lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Manajemen keuangan memiliki peran penting dalam upaya untuk
mencapai kemakmuran para pemegang saham perusahaan melalui keputusan
pendanaan yang akan digunakan perusahaan untuk mendanai kebutuhan
perusahaan
baik
dalam
menjalankan
kegiatan
operasionalnya
maupun
pemanfaatan kesempatan investasi yang tersedia. Berkaitan dengan hal tersebut
maka manajer keuangan setiap perusahaan harus dapat melakukan analisa
mengenai sumber pendanaan dan pengalokasian dana perusahaan pada
kebutuhan yang dihadapi untuk mencapai kondisi keuangan perusahaan yang
menguntungkan dan dapat meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya.
Dalam keputusan pendanaan, manajemen keuangan menentukan tingkat
optimal dari masing-masing jenis aktiva lancarnya lalu beralih pada langkah
mendanai aktiva-aktiva tersebut. Diantaranya adalah kebijakan-kebijakan
pendanaan alternatif dimana beberapa perusahaan menggunakan kewajiban
lancar sebagai sumber utama pendanaan aktiva lancarnya sedangkan yang lain
sangat tergantung pada utang jangka panjang dan ekuitas. Dalam menentukan
keputusan untuk memilih struktur jatuh tempo utang tersebut ada beberapa
pendekatan yang digunakan yang akan diuraikan dalam pembahasan teori
kebijakan pendanaan aktiva lancar (Brigham dan Houston, 2006:200)
1. Analisa Rasio Keuangan
a. Pengertian Analisa Rasio Keuangan
Analisa Rasio Keuangan menurut Munawir (2004:64) adalah
Penelaahan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain untuk mendapatkan gambaran mengenai baik
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.
Menganalisis rasio keuangan biasanya merupakan langkah awal dalam
melakukan analisis keuangan melalui perbandingan-perbandingan nilai
keuangan untuk memperlihatkan hubungan di antara perkiraan-perkiraan
laporan keuangan serta membantu dalam meramalkan kondisi di masa
mendatang (Brigham dan Houston , 2006:294).
Kuswadi (2005:187) mendefinisikan analisa rasio keuangan sebagai
berikut:
Cara analisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan
atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba
rugi.
Dalam menggunakan analisis rasio keuangan terdapat dua jenis
perbandingan yang digunakan yaitu (Darsono dan Ashari, 2005:50):
1). Perbandingan Internal
Merupakan perbandingan rasio keuangan yang dilakukan dengan
membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang
akan datang dari perusahaan yang sama.
Apabila rasio ini diurutkan dalam jangka waktu beberapa tahun atau
periode maka pengguna dapat melihat kecenderungan rasio keuangan
yang ditelaah apakah mengalami penurunan atau peningkatan sehingga
dapat mengetahui kinerja dan kondisi keuangan suatu perusahaan.
2). Perbandingan Eksternal
Merupakan perbandingan rasio keuangan yang dilakukan dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan
perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata industri yang sama.
Perbandingan ini akan memberikan pemahaman yang mendalam
tentang kondisi dan kinerja perusahaan secara relatif serta membantu
mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata atau standar industri.
b. Kelompok Pengguna Analisis Rasio Keuangan
1). Manajer
Manajer menggunakan rasio-rasio keuangan untuk menganalisis,
mengendalikan, dan memperbaiki operasi perusahaan.
2). Analis Kredit
Para analis kredit (misal, petugas kredit bank) yang menggunakan
analisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam
membayar utangnya.
3). Analis Sekuritas
Analis sekuritas yaitu analis saham yang berkepentingan atas efisiensi
dan prospek pertumbuhan perusahaan maupun analis obligasi yang
berkepentingan atas kemampuan perusahaan dalam membayar bunga
dan pokok dari obligasi.
2. Utang
a. Pengertian Utang
Menurut FASB dalam Kieso dan Weygand (Akuntansi Intermediate,
1995), kewajiban adalah:
Kemungkinan pengorbanan masa depan dari manfaat ekonomi yang
timbul dari kewajiban sekarang dari kesatuan tertentu untuk mentransfer
aktiva atau jasa produktif ke kesatuan lain di masa depan sebagai hasil
dari transaksi atau kejadian masa lalu.
Oleh karena itu, suatu kewajiban mempunyai tiga karakteristik sebagai
berikut:
1). Merupakan kewajiban sekarang yang diikuti dengan penyelesaian
melalui kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas,
barang, atau jasa.
2). Harus mempunyai kewajiban yang tidak dapat dihindarkan.
3). Transaksi atau kejadian lain yang menimbulkan kewajiban itu harus
telah terjadi.
Munawir (2004: 18), utang didefinisikan sebagai:
Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditur.
Sedangkan menurut Menurut Kuswadi (2005:29), kewajiban adalah
Utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi.
b. Jenis-Jenis Utang
1). Utang Jangka Pendek (Utang Lancar)
Utang jangka pendek atau utang lancar didefinisikan sebagai
kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan
(Munawir, 2004:18). Utang jangka pendek atau utang lancar antara
lain berupa:
a). Utang dagang merupakan utang yang timbul karena adanya
pembelian barang dagangan secara kredit.
b). Utang wesel merupakan utang yang disertai dengan janji tertulis
(yang
diatur
dengan
undang-undang)
untuk
melakukan
pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang
akan datang.
c). Utang
pajak
merupakan
pajak
untuk
perusahaan
yang
bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum
disetorkan ke Kas Negara.
d). Biaya yang masih harus dibayar merupakan biaya-biaya yang
sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
e). Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo merupakan
sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi utang
jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f). Penghasilan yang diterima di muka merupakan penerimaan uang
atas penjualan barang atau jasa yang belum direalisir.
2). Utang Jangka Menengah
Utang jangka menengah adalah kewajiban yang jangka waktunya
antara satu sampai dengan lima tahun (Husnan dan Pudjiastuti,
2006:359). Utang jangka menengah meliputi:
a). Sewa guna (Leasing) merupakan suatu cara untuk dapat
menggunakan suatu aktiva tanpa harus membeli aktiva tersebut.
b). Term Loans merupakan suatu kewajiban yang lunas pada saat
aktiva yang dibiayai dengan utang tersebut tidak lagi diperlukan
dan
pelunasan
utang
tersebut
dapat
disesuaikan
dengan
ketersediaan arus kas. Jangka waktu term loans antara satu sampai
5 tahun yang dapat dilunasi secara berkala, menggunakan agunan
tertentu, dan biasanya juga disertai dengan restrictive covenant
(persyaratan tertentu yang diberikan sebagai tambahan atas
agunan) untuk memperkecil kemungkinan debitur tidak mampu
membayar kewajiban finansialnya.
3). Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayaran (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca). Menurut Sundjaja dan Berlian (2003,
p.324), utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk
pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu
tahun, biasanya 5 – 20 tahun. Utang jangka panjang meliputi (Husnan
dan Pudjiastuti, 2006:373):
a). Kredit Investasi
Pendanaan kredit investasi yang disediakan oleh perbankan masih
banyak dimanfaatkan oleh kalangan pengusaha dengan suku bunga
kredit investasi di Indonesia ysng lebih rendah dibandingkan suku
bunga kredit bagi modal kerja. Akan tetapi, apabila terdapat
klausul yang menyatakan bahwa debitur tidak dapat melunasi
kredit investasi yang diambil dalam waktu yang disepakati maka
hal ini akan membuat tingkat bunga kredit investasi menjadi tidak
selalu lebih kecil dari suku bunga kredit bagi modal kerja.
b). Utang Hipotik
Utang hipotik merupakan bentuk utang jangka panjang dengan
agunan aktiva yang tidak bergerak (tanah, bangunan)
c). Utang Obligasi
Utang obligasi merupakan surat tanda utang dan umumnya tidak
dijamin dengan aktiva tertentu. Oleh karena itu, jika perusahaan
bangkrut maka pemegang obligasi akan diperlakukan sebagai
kreditur umum sehingga hal ini akan menyebabkan beberapa
perusahaan memilih untuk menerbitkan obligasi dengan suku
bunga mengambang (floating rate).
Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur
(debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total utang jangka
panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga
memilih untuk menggunakan utang menurut Sundjaja dan Berlian
(2003) adalah sebagai berikut:
1. Biaya utang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba
besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.
2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa
3. Tidak
ada
perubahan
pengendalian
atas
perusahaan
bila
pembiayaan memakai utang.
4. Pembayaran
bunga
merupakan
beban
biaya
yang
dapat
mengurangi pajak
5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan
memasukkan peraturan penebusan dalam perjanjian obligasi.
Kreditur (investor) lebih memilih menanamkan investasi dalam bentuk
utang jangka panjang karena beberapa pertimbangan. Menurut
Sundjaja dan Berlian (2003), pemilihan investasi dalam bentuk utang
jangka panjang dari sisi investor didasarkan pada beberapa hal berikut:
1. Utang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan
maupun likuidasi kepada pemegangnya.
2. Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.
3. Dilindungi oleh isi perjanjian utang jangka panjang (dari segi
resiko).
4. Pemegang
memperoleh
pengembalian
yang
tetap
(kecuali
pendapatan obligasi).
c. Keuntungan dan Kelemahan Peggunaan Utang
Brigham dan Houston (2006:4) mengemukakan bahwa penggunaan utang
memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan sebagai berikut:
1). Keuntungan Penggunaan Utang
a). Biaya bunga yang dibayarkan perusahaan dapat mengurangi
penghasilan kena pajak sehingga dapat menurunkan biaya efektif
atas utang yang digunakan perusahaan tersebut.
b). Pemegang utang (debtholder) mendapat pengembalian yang tetap
atas biaya bunga yang relatif tetap sehingga kelebihan keuntungan
merupakan klaim pemilik perusahaan.
2). Kelemahan Penggunaan Utang
a). Semakin tinggi rasio utang yang dimiliki perusahaan maka akan
semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan atas
penggunaan utang tersebut.
b). Bila bisnis perusahaan dalam kondisi yang tidak baik, pendapatan
operasinya rendah, dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga
maka akan menyebabkan pemegang saham harus menutup
kekurangan itu dan pada kondisi ekstrim perusahaan dapat
terancaman kebangkrutan.
c). Bila perusahaan menggunakan utang terlalu banyak maka dapat
meningkatkan
kemungkinan
terhambatnya
pertumbuhan
perusahaan. Kondisi ini dapat mendorong pemegang saham
berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Penggunaan utang masih dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan apablia penggunaannya sampai pada
titik tertentu dimana biaya yang dikeluarkan atas penggunaan
utang tersebut masih lebih kecil daripada manfaat yang diperoleh
melalui penggunaan utang tersebut.
d. Pendekatan Pencocokan Waktu Jatuh Tempo atau “LikuidasiSendiri”
Brigham dan Houston (2006:200) menguraikan bahwa pendekatan
pencocokan waktu jatuh tempo (maturity matching approach) atau
“Likuidasi-Sendiri” (self-liquidating approach) merupakan pencocokan
waktu jatuh tempo aktiva dan kewajiban. Strategi ini meminimalkan
risiko perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang
telah jatuh tempo. Beberapa studi akademik menunjukkan bahwa
sebagian besar perusahaan cenderung mendanai aktiva jangka pendek
dengan sumber-sumber pendanaan jangka pendek dan aktiva jangka
panjang dengan sumber-sumber jangka panjang.
e. Keunggulan dan Kelemahan pendanaaan Jangka Pendek
Meskipun kredit jangka pendek umumnya lebih berisiko daripada kredit
jangka panjang, penggunaan dana jangka pendek memang memiliki
beberapa keunggulan yang signifikan.
1. Kecepatan
Pinjaman jangka pendek dapat lebih cepat diperoleh daripada kredit
jangka panjang. Pihak pemberi pinjaman akan menginginkan adanya
pemeriksaan keuangan yang lebih mendalam sebelum memberikan
kredit jangka panjang, dan perjanjian pinjaman akan harus diuraikan
dengan cukup terperinci karena banyak hal yang dapat terjadi di
sepanjang masa pinjaman yang berusia 10 hingga 20 tahun. Oleh
karena itu jika perusahaan membutuhkan dana dalam waktu cepat,
perusahaan sebaiknya mencari di pasar jangka pendek.
2. Fleksibilitas
Jika kebutuhan dana perusahaan bersifat musiman atau berdasarkan
siklus, perusahaan mungkin tidak akan ingin memberikan komitmen
pada utang jangka panjang karena tiga alasan: (1) Biaya emisi pada
utang jangka panjang lebih tinggi daripada kredit jangka pendek. (2)
Meskipun utang jangka panjang dapat dilunasi lebih awal, tentu
asalkan perjanjian pinjaman mencantumkan ketentuan mengenai
adanya pembayaran awal ini, penalti akibat pembayaran awal dapat
cukup tinggi jumlahnya. Oleh sebab itu, jika perusahaan merasa
kebutuhan dananya akan menurun di masa yang akan yang datang,
sebaiknya perusahaan tersebut memilih utang jangka pendek. (3)
Perjanjian pinjaman jangka panjang selalu memuat ketentuan atau
perjanjian yang membatasi tindakan perusahaan di masa depan.
Perjanjian kredit jangka pendek dalam hal ini umumnya lebih longgar.
3. Biaya Utang Jangka Panjang versus Jangka Pendek
Dalam kondisi normal, biaya bunga pada saat dana diperoleh akan
lebih rendah jika perusahaan meminjam dalam kurun waktu janka
pendek daripada dalam kurun waktu jangka penajang.
4. Risiko Utang Jangka Panjang versus Jangka Pendek
Meskipun tingkat suku bunga jangka pendek seringkali lebih rendah
daripada tingkat suku bunga jangka panjang, kredit jangka pendek
lebih berisiko karena dua sebab: (1) Jika sebuah perusahaan meminjam
dalam waktu jangka panjang, biaya bunganya akan relatif stabil dari
waktu ke waktu, tetapi jika perusahaan mempergunakan kredit jangka
pendek, beban bunganya akan sangat berfluktuatif, yang pada waktuwaktu tertentu dapat naik cukup tinggi. Kebanyakan perusahaan yang
mamiliki banyak pinjaman jangka pendek tidak dapat memnuhi biaya
bunga yang meningkat, dan sebagai akibatnya angka kebangkrutan
mencapai titik tertinggi dalam sejarah selama masa tersebut. (2) Jika
perusahaan banyak memiliki pinjaman jangka pendek dalam jumlah
besar, adanya masa resesi sementara akan membuat perusahaan tidak
mampu melunasi utang-utang tersebut. Jika debitor berada dalam
posisi keuangan yang lemah, pihak kreditor mungkin tidak akan
memperpanjang
pinjaman,
yang
dapat
memaksa
perusahaan
dinyatakan bangkrut.
3. Teori Jatuh Tempo Utang
Pada masa lampau, banyak peneliti yang meneliti mengenai struktur modal
perusahaan. Namun kini, pnelitian-penelitian yang ada lebih menspesifikkan
penelitian mengenai struktur utang perusahaan. Salah satu karakteristik
tentang struktur utang perusahaan adalah jatuh tempo utang. Dalam
menentukan jatuh tempo utang yang digunakan perusahaan terdapat beberapa
hipotesis yang telah terbentuk, antara lain terkait biaya agensi, sinyaling,
risiko likuiditas, kecocokan jatuh tempo dan hipotesis pajak.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Antoniou, Guney dan
Paudyal (2006) dan Barclay dan Smith (1995), teori jatuh tempo utang
dipaparkan dalam tiga teori utama yaitu:
Tax hypotheses:
·
Tax Rates, Interes Rate Volatility and term Structure
Brick dan Ravid (1985) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006)
menyatakan bahwa ketika slope struktur tingkat bunga keatas (kemiringan
positif), jatuh tempo utang jangka panjang adalah jatuh tempo yang optimal.
Brick dan Ravid (1985) dalam Barclay dan Smith (1995) menyatakan bahwa
menggunakan utang jangka panjang dapat mengurangi ekspektasi utang pajak
perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan. Sebaliknya, jika
struktur tingkat bunga menunjukkan kemiringan negatif (slope menurun)
penggunaan utang jangka pendek dapat meningkatkan nilai perusahaan. Lewis
(1990) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) menyatakan bahwa pajak
tidak mempunyai pengaruh atas keputusan jatuh tempo utang jika leverage
yang optimal dan jatuh tempo utang secara simultan telah ditentukan. Kane et
al. (1998) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) menyatakan jatuh
tempo utang yang opimal berhubungan negatif dengan keuntungan pajak
terhadap utang dan volatilitas nilai perusahaan, dan berkorelasi secara positif
dengan peningkatan biaya.
Liquidty Risk and Signaling hypotheses:
·
Leverage
Leland dan Toft (1996) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) secara
teoritis menunjukkan bahwa jika perusahaan memilih leverage yang lebih
tinggi, mereka juga akan memilih jatuh tempo yang lebih panjang. Sedangkan
Moris (1992) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) menyarankan
bahwa perusahaan dengan rasio utang yang lebih tinggi cenderung untuk
menurangi utang jangka panjang dengan tujuan untuk menghambat risiko
kebangkrutan.
Sebaliknya,
pada
argumen
pajak
dan
kebangkrutan,
menerapkan kebijakan utang yang optimal, memprediksikan efek negatif
leverage atas jatuh tempo utang.
·
Liquidity
Moris (1992) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) menyatakan bahwa
perusahaan dengan keseimbangan likuiditas yang lebih tinggi akan mampu
untuk memperpanjang jatuh tempo utang mereka. Pada model persinyalan,
Diamond (1991 dan 1993) mengasumsikan bahwa perusahaan dengan
informasi privat yang menguntungkan mengenai profitabilitas di masa depan
akan lebih menyukai menggunakan jatuh tempo utang yang pendek. Dalam
analisis Diamond, perusahaan dengan peringkat kredit yang lebih tinggi
cenderung mengguanakan utang jangka pendek karena pembiayaan ulang atas
risiko yang rendah. Perusahaan dengan peringkat kredit yang lebih rendah
akan menggunakan utang jangka panjang untuk mengurangi pembiayaan
risikonya. Perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat buruk, tidak
mampu meminjam utang jangka panjang karena tingginya adverse-selection
cost. Jadi, Diamond menyatakan, ada dua tipe peminjam utang jangka pendek,
yaitu perusahaan dengan kualitas kredit yang sangat baik dan sangat buruk.
Sedangkan perusahaan dengan peringkat kredit diantaranya cenderung
menggunakan utnag jangka panjang.
·
Firm Quality
Hipotesisi persinyalan mengimplikasikan bahwa perusahaan dengan masalah
informasi asimetris yang tinggi dan kualitas proyek yang tinggi memilih
menggunakan utang jangka pendek (Mitchell, 1991 dalam Antoniou, Guney
dan Paudyal 2006). Flannery (1986) dan Kale dan Noe (1990) menguji
inplikasi
persinyalan
atas
pilihan
jatuh
tempo
utang
perusahaan
menyimpulkan, perusahaan dengan kualitas yang tinggi (overvalued) akan
cenderung menggunakan utang jangka pendek sedangkan perusahaan dengan
kualitas yang rendah (undervalued) cenderung menggunakan utang jangka
panjang.
Contracting-Cost hypotheses:
·
Growth Opportunities
Myers (1977) menyatakan bahwa masalah keagenan yang dihubungkan
dengan leverage dapat dihilangkan jika perusahaan menggunakan utang
jangka pendek. Yaitu, underinvestment problem akan berkurang jika
perusahaan menggunakan utang jangka pendek yang berakhir sebelum
keputusan investasi dilkakukan, sehingga debitur dan kreditur dapat
melakukan negosiasi. Demikian juga biaya agensi berupa biaya pengawasan
dapat dihilangkan (dikurangi) jika perusahaan mengevaluasi secara periodik
melalui penggunaan utang jangka pendek. Stulz dan Johnson (1985) dalam
Barclay
dan
Smith
(1995)
menyatakan
bahwa
perusahaan
dapat
mengendalikan unerinvestment problem dengan mempertahankan kemampuan
perusahaan dalam menggunakan utang jangka pendek. Kesimpulan umum
atas beberapa literatur mengenai peluang tumbuh menyatakan bahwa peluang
tumbuh (market-to-book ratio) berhubungan negatif dengan jatuh tempo utang
perusahaan.
·
Size of the Firm
Perusahaan besar mempunyai masalah informasi asimetris dan masalah
keagenan yang lebih rendah, tangible assets yang lebih tinggi untuk peluang
investasi di masa depan, sehingga mempunyai akses yang lebih mudah untuk
mendapatkan utang jangka panjang. Masalah keagenan antara pemegang
saham dan kreditur bisa menjadi lebih parah bagi perusahaan kecil. Maka
kreditur mengambil langkah untuk mengendalikan risiko pinjaman pada
perusahaan kecil dengan cara membatasi masa jatuh tempo utang. Lebih
lanjut, perusahaan besar diekspektasikan mempunyai utang jangka panjang
yang lebih banyak dan perusahaan kecil diekspektasikan mempunyai lebih
banyak penggunaan utang jangka pendek. Kesimpulannya, beberapa argumen
tersebut mengimplikasikan hubungan positif antara ukuran perusahaan dan
jatuh tempo utang. Dalam penelitian Barclay dan Smith (1995) terdapat
argumen bahwa perusahaan multinasional lebih menyukai menggunakan
utang jangka pendek karena terkait eksposure mata uang asing. Maka, jika
perusahaan besar memperluas kegiatan operasionalnya menuju perusahaan
multinasional,
disimpulkan
adanya
hubungan
negatif
antara
ukuran
perusahaan dan jatuh tempo utang.
·
Assset Maturity Structure
Prinsip penyesuaian jatuh tempo utang terhadap jatuh tempo aset diterima
secara luas sebagai langkah pengendalian risiko dan biaya atas kebangkrutan
finansial. Myers (1977) menyatakan bahwa underinvestment problem dapat
dihilangkan (dikurangi) dengan menyesuaikan jatuh tempo utang dan aset
perusahaan. Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) mengekspektasikan
hubungan yang positif antara jatuh tempo utang dan jatuh tempo aset.
4. Kepemilikan Manajerial
Menurut Hartoro dan Atahau (2007), managerial ownership (kepemilikan
manajerial) adalah:
Kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen perusahaan baik
dengan membeli atau diberi sebagian saham perusahaan atau manajer
sekaligus pemilik perusahaan seratus persen menjual sebagian porsi
kepemilikannya kepada publik.
Sedangkan Wahidahwati (2002) mengidentifikasi managerial ownership
sebagai berikut:
Pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris).
Kepemilikan manajerial merupakan sebuah pemonitoran internal
yang penting dan diargumenkan sebagai sebuah fungsi dari risiko serta
sebagai determinan risiko (Marcus, Myers, Brealey, 2007:352). Program
kepemilikan manajerial termasuk dalam program kebijakan remunerasi yang
dapat dimiliki perusahaan untuk mengurangi konflik keagenan antara
pemegang saham dengan manajer perusahaan. Melalui posisinya di
perusahaan, manajer memiliki pengendalian terhadap kondisi perusahaan
apakah akan menggunakan utang atau menggunakan ekuitas dalam
menjalankan operasionalnya maupun merealisasi investasi yang dihadapi.
Sebagian manajer yang bersifat konservatif atau agresif akan cenderung
mengarahkan pada peningkatan penggunaan utang untuk mengejar laba
perusahaan yang lebih tinggi. Selain itu, penggunaan utang tersebut
dimaksudkan untuk mengurangi tarif pajak perusahaan yang terlalu tinggi
melalui pembayaran bunga atas utang tersebut (Brigham dan Houston,
2001:13).
Selain itu, penggunaan utang oleh perusahaan tersebut akan mampu
memberikan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan yang
cenderung bersikap opportunis (Ross, Westerfield, dan Jeff, 2006:13)
Kepemilikan saham oleh manajerial yang semakin meningkat akan
menjadikan manajemen perusahaan semakin terikat dengan keberlangsungan
dan pertumbuhan perusahaan sehingga secara otomatis akan mendorong
mereka untuk berusaha lebih giat dan disiplin dalam menjalankan fungsinya
dalam perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan yang direfleksikan
melalui peningkatan harga saham perusahaan. Dengan demikian, pada
akhirnya perusahaan akan mampu memberikan kemakmuran kepada
pemegang sahamnya yang notabene termasuk diri mereka sendiri.
5. Risiko Likuiditas
Menurut Diamond (1991), risiko likuiditas adalah:
Risiko dimana peminjam akan kehilangan nonassignable rents karena insentif
likuidasi yang terlalu besar dari pihak pemberi pinjaman
Beberapa pengertian mengenai risiko likuiditas antara lain:
a. Risko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat
membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak
tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya,
tetapi ketika aset tersebut tidak dapat dikonversikan segera menjadi uang
tunai, maka pihak tersebut dikatakan tidak likuid. Hal ini bisa terjadi jika
pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak
lain di pasar yang berminat membelinya. Hal ini berbeda dengan
penurunan drastis harga aktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar
berpendapat bahwa aktiva tersebut tak bernilai. Tidak adanya pihak yang
berminat menukar (membeli) aktiva kemungkinan hanya disebabkan
karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, risiko
likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru
tumbuh atau bervolume kecil. Risiko likuiditas merupakan suatu risiko
keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas. Suatu lembaga dapat
berkurang likuiditasnya, jika peringkat kreditnya turun, mengalami
pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lain yang menyebabkan
pihak lain menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke lembaga
tersebut. Suatu perusahaan juga dapat terpapar terhadap risiko likuiditas
jika pasar yang diikutinya mengalami penurunan likuiditas.
b. Risiko likuiditas adalah risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder
dimana saham diperdagangkan. Semakin mudah atau cepat saham
diperjualbelikan, semakin kecil risiko likuiditasnya.
c. Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan
tidak dapat memenuhi pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak
terduga.
6. Profitabilitas
Definisi profitabilitas menurut Sartono (2001: 122) adalah:
Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Berdasarkan pecking order theory disebutkan bahwa utang secara
khusus akan naik pada saat kesempatan investasi melebihi laba ditahan dan
turun pada saat kesempatan investasi kurang dari laba ditahan (Marcus,
Myers, Brealey, 2007:414). Jika profitabilitas dan pengeluaran investasi tetap
maka perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan menggunakan utang
yang relatif rendah, sedangkan pada investasi yang memberikan keuntungan
maka penggunaan utang oleh perusahaan akan cenderung meningkat
(Brigham dan Houston, 2001:40). Dengan kata lain, perusahaan dengan
kondisi keuangan yang baik akan cenderung menggunakan utang relatif lebih
rendah meskipun mempunyai kesempatan untuk meminjam yang lebih
banyak. Hal ini memberikan dukungan terhadap pecking order theory bahwa
penggunaan sumber dana perusahaan didasarkan pada preferensi logis dari
investor yang cenderung menggunakan sumber dana internal terlebih dahulu
dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal karena sumber dana internal
memiliki tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan sumber dana eksternal.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pilihan struktur jatuh tempo utang perusahaan
menghasilkan temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Antara
lain penelitian yang dilakukan Stulz (2000) dalam Datta, Iskandar-datta, dan
Raman (2005) menyatakan bahwa utang jangka pendek dapat digunakan sebagai
alat yang sangat kuat untuk untuk memonitor manajemen. Sebagai tambahan,
Rajan dan Winton (1995) menunjukkan bahwa utang jangka pendek memberikan
para kreditor fleksibilitas untuk memonitor para manajer secara lebih efektif
dengan usaha yang minimum. Manajer yang tidak memiliki kepentingan yang
sama dengan pemegang saham, mereka akan lebih memilih untuk memilih utang
jangka panjang guna mengurangi potensi pengawasan oleh pihak eksternal.
Menurut pendapat tersebut, Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) berpendapat
bahwa ketika adanya penjajaran kepentingan antara manajerial dan pemegang
saham menjadi lemah, manajer akan lebih memilih struktur jatuh tempo utang
yang kurang optimal, dalam hal ini lebih memilih utang jangka panjang walaupun
biaya keagenan menjadi lebih besar.
Analisis yang dilakukan oleh Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005)
menunjukkan bahwa manajer dengan tingkat kepemilikan saham yang tinggi dan
penjajaran insentif yang lebih baik dengan pemegang saham memilih proporsi
yang lebih besar untuk utang dengan jatuh tempo yang pendek. Sementara
(Brigham, 2006:39) menyebutkan perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang
menguntungkan (tingkat pertumbuhan yang tinggi) akan lebih banyak memilih
menggunakan utang atau mengandalkan modal eksternal daripada perusahaan
yang tingkat pertumbuhannya lambat.
Myers (1977) mengatakan bahwa cara mengontrol underinvestment
problem selain dengan menggunakan utang dalam jumlah yang kecil, juga
dilakukan dengan memperpendek maturitas utang. Sunarsih (2004) menyatakan,
sejalan dengan Myers (1977), Bodie dan Taggart (1978, dalam Barnea,
et.al.,1980) menyatakan bahwa dengan memperpendek maturitas utang dapat
mengatasi problem yang berhubungan dengan investment opportunity dimasa
depan. Hal senada juga disampaikan oleh Barnea, Haugen dan Senbet (1980)
yang menyatakan bahwa konflik yang terjadi antara shareholder dengan
bondholder (underinvestment problem) pada perusahaan dengan investment
opportunities yang tinggi, dapat dikontrol dengan memperpendek debt maturity.
Dengan memperpendek maturitas utang maka diharapkan kecenderungan
shareholder untuk tidak melaksanakan investasi pada proyekproyek dengan NPV
positif dapat dihapuskan.
Berbagai tingkat debt maturity sebagai akibat adanya underinvestment
problem dan overinvestment problem digambarkan oleh Barclay, et.al., (2001)
pada tabel berikut:
TABEL II.1
Tingkat Debt Maturity Berdasarkan Konsep IOS
Investment Opportunity Set
Growth Opportunities
Asset in Place
Cost of Long Term Debt
(Underinvestment)
Benefit of Long Term Debt
(Limiting Managerial Discretionari)
Optimal Debt Maturity
High
Low
Low
High
Short
Long
Sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian Sunarsih (2004) terkait
maturitas utang (jatuh tempo utang) adalah variabel yang terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan maturitas utang adalah firm size,
efek signaling dan asset maturity. Yang berarti hasil penelitian ini mendukung
signaling hypothesis dan matching hypothesis. Sedangkan variabel investment
opportunity menunjukkan pengaruh yang konsisten dengan hipotesis tetapi tidak
signifikan.
Brick dan Ravic (1985), Groove (1974), dan Morris (1976a dan 1976b)
dalam Goswani (2000) menguji bagaimana ketidaksempurnaan pasar seperti
biaya transaksi, pajak dan tingkat bunga mempengaruhi keputusan jatuh tempo
utang perusahaan. Diamond (1991) menguraikan hubungan negatif antara
peringkat kredit dengan jatuh tempo utang. Yaitu, peminjam dengan peringkat
kredit yang tinggi lebih memilih pendanaan dengan utang jangka pendek,
sedangkan peminjam dengan peringkat kredit yang rendah cenderung memilih
utang jangka panjang. Sebagai tambahan, Diamond (1991) mengungkapkan
bahwa pihak peminjam dengan peringkat kredit yang rendah tidak mempunyai
pilihan selain utang jangka pendek walaupun kontrol atas utang tersebut diberikan
kepada pihak pemberi pinjaman.
Lebih lanjut, Diamond mengidentifikasi dua tipe peminjam utang jangka
pendek : (1) peminjam dengan peringkat kredit yang sangat rendah yang tidak
mempunyai pilihan selain utang jangka pendek karena penjatahan dari kreditur
yang berakibat, perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat rendah biasanya
“dipaksa” untuk menggunakan utang jangka pendek, dan tipe kedua adalah
peminjam (perusahaan) dengan peringkat kredit yang sangat tinggi karena risiko
likuiditas yang terkandung dalan utang jangka pendek dianggap kurang relevan
bagi mereka dibanding dnegan biaya moral hazard. Sedangkan peminjam dengan
peringkat kredit yang berada di antaranya (menengah) cenderung menggunakan
utang jangka panjang untuk mencegah risiko likuiditas.
Sebaliknya, Mitchell (1993) dalam Goswami (2000), menemukan hasil
penelitian yang tidak konsisten dengan model informasi asimetris bahwa semakin
tinggi peringkat kredit perusahaan maka semakin panjang jatuh tempo utang yang
digunakan.
Ozkan (2000) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2002) melaporkan
adanya hubungan negatif antar jatuh tempo utang dengan ukuran perusahaan dan
market-to-book ratio. Hasil penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2006)
adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara risiko likuiditas dan jatuh
tempo utang pada perusahaan-perusahaan di Perancis dan Inggris, sementara
terdapat hubungan yang signifikan positif antara risiko likuiditas dan jatuh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di Jerman. Terkait contracting-cost hypotheses
Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) dalam penelitiannya menemukan hasil
bahwa terdapat hubungan positif antara market-to-book ratio dan jatuh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di Inggris. Namun variabel ini tidak memiliki
peran yang signifikan terhadap jatuh tempo utang perusahaan di negara Perancis
dan Jerman.
Kesimpulan dari hasil penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2006)
mengenai faktor penentu struktur jatuh tempo utang di tiga negara yaitu Perancis,
Jerman dan Inggris menemukan bukti bahwa, tingkat pajak, peluang
pertumbuhan, likuiditas, kualitas perusahaan, volatilitas pendapatan, jatuh tempo
aset, dan ukuran perusahaan mempunyai hubungan dan derajat yang berbeda
dalam mempengaruhi jatuh tempo utang diantara tiga negara. Selain itu, mereka
juga menemukan pengaruh yang kuat dari faktor pasar (tingkat suku bunga,
kinerja harga saham, volatilitas suku bunga) pada jatuh tempo utang, tergantung
dari tiap kondisi pasar suatu negara. Jadi disimpulkan, bahwa struktur jatuh tempo
utang perusahaan ditentukan oleh dua hal yaitu faktor spesifik perusahaan dan
faktor spesifik negara
Barclay dan Smith (1995) menguji tentang determinan atas jatuh tempo
utang perusahaan, mendukung hipotesis bahwa perusahaan dengan peluang
tumbuh yang lebih banyak pada set peluang investasinya, cenderung
menggunakan utang jangka pendek. Hasil ini konsisten dengan prediksi Myers
(1977) bahwa pengurangan jatuh tempo utang dapat membantu mengendalikan
underinvestment problem. Barclay dan Smith (1995) juga menemukan bukti
berupa hubungan yang kuat antara ukuran perusahaan dan jatuh tempo utang
perusahaan, yaitu perusahaan yang besar secara signifikan meningkatkan proporsi
atas utang jangka panjangnya. Hal ini konsisten dengan observasi bahwa
perusahaan kecil lebih bergantung pada utang bank yang identik dengan jatuh
tempo yang pendek dibanding utang publik. Hasil lain dalam penelitian Barclay
dan Smith (1995) adalah perusahaan dengan informasi asimetris yang luas
(sebagai perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi) lebih menggunakan utang
jangka pendek. Kosisten dengan hipotesis Diamond (1991), Barclay dan Smith
(1995) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat
tinggi dan sangat rendah menggunakan utang jangka pendek sedangkan
perusahaan dengan peringkat kredit yang menengah menggunakan utang jangka
panjang. Untuk tax hypothesis, Barclay dan Smith (1995) tidak menemukan hasil
yang signifikan untuk menjelaskan tentang pilihan jatuh tempo utang.
Guedes dan Opler (1996) menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan
dan peringkat kredit merupakan determinan yang penting atas kecenderungan
perusahaan untuk meminjam utang jangka panjang. Hasil ini mendukung kuat
model Diamond (1991) atas pilihan jatuh tempo utang dan konsisten dengan teori
bahwa perusahaan dengan risiko likuiditas yang tinggi menggunakan utang
jangka panjang untuk menghindari risiko ketidakefisiensian likuiditas. Penelitian
Guedes dan Opler (1996) mengenai jatuh tempo utang yang dikaitkan dengan
peluang tumbuh, menemukan hasil yang senada dengan Barclay dan smith (1995)
bahwa perusahaan dengan peluang tumbuh yang lebih cenderung menggunakan
utang jangka pendek.
Senada Barclay dan Smith (1995) dan Guedes dan Opler (1996), Stohs
dan Mauer (1996) menemukan bukti bahwa hubungan antara pilihan pertumbuhan
dan jatuh tempo. Mereka menyimpulkan bahwa perusahaan dengan peluang
tumbuh yang besar akan cenderung untuk mengurangi jatuh tempo utang (jatuh
tempo utang yang pendek) untuk meminimisasi konflik keagenan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robhicheaux (2000) sendiri terkait
pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap jatuh tempo utang dengan proxy marketto-book ratio adalah signifikan negatif. Hal ini konsisten dengan hipotesis
sinyaling dan underinvestment problem dimana perusahaan dengan peluang
tumbuh yang lebih baik cenderung menggunakan utang jangka pendek.
Aivazian, Ge, dan Qiu (2005) meneliti bagaimana pengaruh jatuh tempo
utang mempengaruhi keputusan investasi perusahaan, menemukan hasil yang
mendukung prediksi Myers (1977), mereka menyatakan bahwa pengaruh negatif
atas jatuh tempo utang menjadi lebih kuat pada perusahaan dengan peluang
tumbuh yang tinggi. Aivazian, Ge dan Qiu (2005) menyatakan selain Barclay dan
Smith (1995), Guedes dan Opler (1996), penelitian lain yang juga menemukan
bukti kuat bahwa jatuh tempo utang perusahaan berhubungan negatif dengan
peluang tumbuh adalah penelitian yang dilakukan oleh Barclay, Marx dan Smith
(2003) dan Scherr dan Hulburt (2001).
Deesomsak,
Paudyal
dan
Pescetto
(2009)
dalam penelitiannya
mengharapkan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara peluang tumbuh
dan jatuh tempo tempo utang sesuai dengan prediksi Myers (1997) dan
memprediksikan hubungan positif antara risiko likuiditas dengan jatuh tempo
utang. Hubungan positif yang diharapkan antara risiko likuiditas dan jatuh tempo
utang didasarkan pada penelitian Kane et al. (1985) dan Sarkar (1999) pada
Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) juga berpendapat bahwa terdapat
hubungan positif antara jatuh tempo utang dengan risiko likuiditas. Terkait
dengan variabel profitabilitas, Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009)
mengharapkan hubungan yang positif antara jatuh tempo utang dengan
profitabilitas, karena perusahaan yang profitable mempunyai penghasilan kena
pajak yang lebih tinggi, dengan demikian menerima manfaat pajak yang lebih
besar dari penggunaan utang jangka panjang.
Daniels, Ejara dan Vijayakumar (2009) juga menyusun hipotesis bahwa
perusahaan dengan kualitas kredit yang lebih tinggi (risiko likuiditas rendah)
cenderung memilih penggunaan utang jangka panjang menemukan bukti yang
mendukung hipotesis tersebut.
Berger, Espinosa-Vega, Frame dan Miller (2005) menemukan bukti yang
mendukung prediksi model Flannery dan Diamond pada perusahaan berisiko
rendah (kualitas perusahaan yang tinggi) dimana perusahaan ini cenderung
menggunakan utang dengan jatuh tempo yang lebih pendek (terdapat hubungan
negatif antara kualitas perusahaan dengan jatuh tempo utang) dan jatuh tempo
tersebut secara signifikan cenderung meningkat ketika informasi asimetris
berkurang.
Julio, Kim dan Weisbach (2008) meneliti faktor-faktor dalam
menentukan struktur utang perusahaan, menemukan hasil yang terkait dengan
jatuh tempo jutang sebagai berikut,
pertumbuhan
dengan
pengeluaran
perusahaan yang berorientasi pada
biaya
R&D
yang
besar
cenderung
menggunakan utang jangka pendek.
C. Rerangka Pemikiran
Rerangka pemikiran adalah tahapan-tahapan pokok berisi informasi
tentang obyek yang diteliti untuk menganalisis data secara akurat dan kemudian
diinterpretasikan untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
agar keputusan yang diambil dapat lebih efektif (Algifari, 2003:8). Rerangka
pemikiran ini akan membantu dalam menjelaskan hubungan antara variabelvariabel independen terhadap variabel dependen.
Berdasar perumusan masalah dapat dijelaskan model penelitian ini.
Model penelitian ini pada dasarnya bersumber pada susunan hipotesis dalam
penelitian Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) yang berusaha untuk menguji
pengaruh kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan dan tingkat risiko
likuiditas terhadap struktur jatuh tempo utang perusahaan manufaktur yang listing
di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004-2008.
Bila diilustrasikan, berikut adalah skema dari penelitian ini :
Kepemilikan
Manjareial
Tingkat Pertumbuhan
Tingkat Risiko
Likuiditas
H1
H2
Struktur Jatuh Tempo
Utang
H3
GAMBAR II.1
Model Penelitian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Jatuh
Tempo Utang Perusahaan Manufaktur yang listing di BEI Periode 2004-2008
Mengacu pada kerangka pemikiran tersebut, dapat dilihat bahwa
penelitian ini menggunakan variabel independen (X) yang diwakili oleh
kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan, dan tingkat risiko. Sedangkan
variabel dependen (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur jatuh
tempo utang perusahaan.
Kepemilikan saham oleh manajerial pada suatu perusahaan dapat
mewakili pemegang saham dalam memberikan kontrol atas kinerja manajemen
yang cenderung bersikap opportunis. Pengawasan lain yang dapat digunakan
adalah penggunaan utang jangka pendek yang mempunyai manfaat adanya
pengawasan berupa pengauditan periodik. Pengawasan dengan pola tersebut akan
mendorong manajemen perusahaan untuk berusaha lebih giat dan disiplin dalam
menyeleraskan kepentingan mereka dengan kepentingan pemegang saham yang
juga termasuk diri mereka sendiri. Selain itu, kepemilikan manajerial oleh
manajer yang bersikap konservatif atau agresif akan cenderung meningkatkan
penggunaan utang oleh perusahaan untuk menghindari pembayaran pajak
perusahaan yang terlalu tinggi. Hal tersebut memberikan dukungan terhadap
adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan.
Dalam lifecycle perusahaan terdapat masa dimana perusahaan berorientasi
pada pertumbuhan untuk terus berkembang. Pada umumya perusahaan yang
berorientasi pada pertumbuhan adalah perusahaaan kecil yang sedang berada
dalam tahap tersebut. Pertumbuhan dapat dicapai dalam kegiatan investasi
perusahaan. Myers (1977) berargumen bahwa kesempatan investasi yang dimiliki
oleh perusahaan dimasa depan adalah seperti sebuah opsi. Nilai opsi ini sangat
tergantung pada kemungkinan perusahaan untuk melakukan investasi tersebut
secara maksimal. Menurut Jensen (1986), perusahaan dengan investment
opportunity yang tinggi, biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi
(high growth), aktif melakukan investasi, memiliki free cash flow yang rendah
dan assets in place yang kecil. Pada perusahaan yang memiliki investment
opportunity yang tinggi dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, masih
aktif melakukan kegiatan investasi, maka cash flow yang diperoleh masih akan
tetap memberikan keuntungan bila diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.
Pada keadaan demikian perusahaan akan berusaha melaksanakan kesempatan
yang ada untuk bertumbuh. Dalam memanfaatkan peluang investasi untuk
pertumbuhan, perusahaan (khususnya perusahaan kecil) membutuhkan dana yang
cukup besar yang bisa dipenuhi melalui kebijakan pendaan perusahaan yang
salah satunya diperoleh melalui penggunaan utang. Dan salah satu pertimbangan
penting adalah menentukan jatuh tempo utang yang optimal dalam berbagai
kondisi kesempatan pertumbuhan. Kondisi ini menjelaskan adanya pengaruh
tingkat pertumbuhan terhadap struktur jatuh tempo utang perusahaan.
Tiap perusahaan mempunyai karakteristik yang berbeda dalam kondisi
likuiditasnya.
Dalam memberikan pinjaman
modalnya,
kreditur
sangat
memperhatikan mengenai kualitas perusahaan dalam hal kemampuan pemenuhan
kewajibannya. Kemampuan yang berbeda dari masing-masing perusahaan ini
menyebabkan adanya peringkat kredit yang berbeda pula. Peringkat kualitas
kredit dapat memberikan gambaran risiko likuiditas yang dimiliki perusahaan.
Risiko likuiditas inilah yang menjadi pertimbangan bagi debitur dalam
menentukan keputusan penggunaan utang agar memberikan manfaat bagi nilai
perusahaan dan menjadi pertimbang bagi kreditur dalam memberikan pinjaman
modal agar dapat mennetukan besarnya pinjaman dan lama waktu pinjaman yang
sesuai dengan kualitas peusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
risiko likuiditas mempunyai pengaruh terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan.
Profitabilitas perusahaan merupakan hasil akhir yang memberikan
jawaban atas efektivitas dan efisiensi kerja manajerial terhadap perusahaan.
Berdasarkan pecking order theory disebutkan bahwa perusahaan yang lebih
profitable akan memilih sumber pendanaan melalui sumber internal terlebih
dahulu dibandingkan sumber pendanaan yang lain. Perusahaan dengan
profitabilitas tinggi akan memiliki sumber dana internal yang juga relatif tinggi
atas ketersediaan laba ditahannya sehingga proporsi penggunaan utang mereka
akan relatif lebih kecil dibandingkan perusahaan yang kurang profitable. Kondisi
ini menjelaskan adanya pengaruh dari profitabilitas terhadap struktur jatuh tempo
utang perusahaan.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Djarwanto PS (2000: 183) adalah pernyataan
mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Pernyataan ini diformulasikan
dalam bentuk variabel agar bisa diuji secara empiris.
Hipotesis merupakan asumsi terhadap nilai parameter populasi yang akan
diuji untuk proses pengambilan keputusan dalam kasus yang diteliti (Algifari,
2003:61).
Untuk memberikan arah bahasan, maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut :
1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan
Jensen dan Meckling, 1976; Grossman dan Hart, 1982;
Jensen,
1986; dan Stulz, 1990 dalam Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005)
menguji mengenai struktur modal yang menitik beratkan pada peran utang
dalam mengurangi agensi problem antara manajer dan pemegang saham .
Barclay dan Smith (1995), Guedes dan Opler (1996), dan Stohs dan Mauer
(1996) menguji secara empiris faktor penentu struktur jatuh tempo utang
perusahaan. Dalam penelitian Myers (1977) dijelaskan faktor-faktor utang
perusahaan yang merekomendasikan jatuh tempo utang yang pendek untuk
mengurangi the underinvestment problem juga mengasumsikan penyelarasan
yang sempurna mengenai kepentingan manajer dan pemegang saham.
Dihadapkan pada informasi internal, manajer diharapkan untuk menghindari
pendanaan dengan utang jangka panjang,
jika manajer mempunyai hak
insentif mereka diharapkan untuk memilih utang jangka pendek yang
berhubungan dengan biaya keagenan yang rendah. Stulz (2000) dalam Datta,
Iskandar-datta, dan Raman (2005) menyatakan bahwa utang jangka pendek
dapat digunakan sebagai alat yang sangat kuat untuk untuk memonitor
manajemen. Rajan dan Winton (1995) menunjukkan bahwa utang jangka
pendek memberikan para kreditor fleksibilitas untuk memonitor para manajer
secara lebih efektif dengan usaha yang minimum. Berger, ofek dan Yermak
(1997) dalam Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) menemukan bahwa
perusahaan dengan insentif manajerial yang lemah menghindari tingkat utang
yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk variabel kepemilikan
manajerial dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H1 :
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap Struktur
Jatuh Tempo Utang Perusahaan.
2. Pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur jatuh tempo utang
perusahaan
Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) menyatakan bahwa pada
perusahaan dengan
peluang tumbuh
yang rendah
cenderung
lebih
membutuhkan pengawasan yang lebih sering dari pihak eksternal. Jung, Kim
dan Stulz (1996) menunjukkan bahwa biaya agensi meningkat seiring dengan
meningkatnya peluang investasi. Sebaliknya, pada perusahaan dengan peluang
tumbuh yang tinggi, biaya agensi rendah karena terdapat pensejajaran
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Berdasar apa yang
disebutkan dalam penelitian Jung, Kim, dan Stulz (1996) dan Datta, Iskandardatta, dan Raman (2005) menyimpulkan bahwa pada perusahaan dengan
peluang tumbuh yang rendah, kepemilikan manajerial memainkan peran yang
penting dalam pemilihan jatuh tempo utang. Sedangkan pada perusahaan
dengan peluang tumbuh yang tinggi, pengaruh kepemilikan manajerial dalam
menentukan jatuh tempo utang menjadi tidak jelas.
Ozkan (2000) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2006)
melaporkan adanya hubungan negatif antar jatuh tempo utang dengan ukuran
perusahaan dan market-to-book ratio. Terkait contracting-cost hypotheses
Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) dalam penelitiannya menemukan hasil
bahwa terdapat hubungan positif antara market-to-book ratio dan jatuh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di Inggris. Namun variabel ini tidak
memiliki peran yang signifikan terhadap jatuh tempo utang perusahaan di
negara Perancis dan Jerman.
Julio, Kim dan Weisbach (2008) yang meneliti faktor-faktor dalam
menentukan struktur utang perusahaan, menemukan hasil yang terkait dengan
jatuh tempo utang sebagai berikut,
perusahaan yang berorientasi pada
pertumbuhan dengan pengeluaran biaya R&D yang besar cenderung
menggunakan utang jangka pendek. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Robhicheaux (2000) terkait pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap jatuh
tempo utang dengan proxy market-to-book ratio adalah signifikan negatif.
Aivazian, Ge, dan Qiu (2005) yang meneliti bagaimana pengaruh
jatuh
tempo
utang
mempengaruhi
keputusan
investasi
perusahaan,
menemukan hasil yang mendukung prediksi Myers (1977), mereka
menyatakan bahwa pengaruh negatif atas jatuh tempo utang menjadi lebih
kuat pada perusahaan dengan peluang tumbuh yang tinggi.
Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) dalam penelitiannya
mengharapkan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara peluang
tumbuh dan jatuh tempo tempo utang sesuai dengan prediksi Myers (1977)
Barnea, Haugen dan Senbet (1980) dalam Robicheaux (2000)
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan yang
lebih banyak, mempunyai masalah yang lebih banyak pula pada asset
substitution dan akan lebih memilih menggunakan utang jangka pendek.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk variabel tingkat pertumbuhan
dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H2 :
Tingkat Pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap Struktur
Jatuh Tempo Utang Perusahaan
3. Pengaruh risiko likuisitas terhadap struktur jatuh tempo utang perusahaan
Diamond menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko likuiditas
yang rendah (kualitas pinjaman yang tinggi) diharapkan mempunyai jatuh
tempo utang yang lebih pendek dibanding perusahaan dengan risiko likuiditas
yang tinggi (kualitas pinjaman yang rendah) karena perusahaan dengan risiko
likuiditas yang rendah menghadapi risiko yang lebih rendah dari likuiditas
yang tidak efisien. Diamond mengidentifikasi dua tipe peminjam utang jangka
pendek : (1) peminjam dengan peringkat kredit yang sangat rendah yang tidak
mempunyai pilihan selain utang jangka pendek karena penjatahan dari
kreditur yang berakibat, perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat
rendah biasanya “dipaksa” untuk menggunakan utang jangka pendek, dan tipe
kedua adalah peminjam (perusahaan) dengan peringkat kredit yang sangat
tinggi karena risiko likuiditas yang terkandung dalan utang jangka pendek
dianggap kurang relevan bagi mereka dibanding dengan biaya moral hazard.
Sedangkan peminjam dengan peringkat kredit yang berada di antaranya
(menengah) cenderung menggunakan utang jangka panjang untuk mencegah
risiko likuiditas.
Berger, Espinosa-Vega, Frame dan Miller (2005) menemukan bukti
yang mendukung prediksi model Flannery dan Diamond pada perusahaan
berisiko rendah (kualitas perusahaan yang tinggi) dimana perusahaan ini
cenderung menggunakan utang dengan jatuh tempo yang lebih pendek
(terdapat hubungan negatif antara kualitas perusahaan dengan jatuh tempo
utang).
Hasil penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) adalah tidak
terdapat hubungan yang siginfikan antara risiko likuiditas dan jatuh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di Perancis dan Inggris, sementara terdapat
hubungan yang signifikan positif antara risiko likuiditas dan jatuh tempo
utang pada perusahaan-perusahaan di Jerman.
Kosisten dengan hipotesis Diamond (1991), Barclay dan Smith
(1995) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan peringkat kredit yang
sangat tinggi dan sangat rendah menggunakan utang jangka pendek sedangkan
perusahaan dengan peringkat kredit yang menengah menggunakan utang
jangka panjang. Sebaliknya, Mitchell (1993) dalam Goswami (2000),
menemukan hasil penelitian yang tidak konsisten dengan model informasi
asimetris bahwa semakin tinggi peringkat kredit perusahaan maka semakin
panjang jatuh tempo utang yang digunakan.
Kane et al. (1985) dan Sarkar (1999) pada Deesomsak, Paudyal dan
Pescetto (2006) yang berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara
jatuh tempo utang dengan risiko likuiditas.
Daniels, Ejara dan Vijayakumar (2009) yang juga menyusun
hipotesis bahwa perusahaan dengan kualitas kredit yang lebih tinggi (risiko
likuiditas rendah) cenderung memilih penggunaan utang jangka panjang
menemukan bukti yang mendukung hipotesis tersebut.
Guedes dan Opler (1996) menemukan hasil bahwa ukuran
perusahaan dan peringkat kredit merupakan determinan yang penting atas
kecenderungan perusahaan untuk meminjam utang jangka panjang. Hasil ini
mendukung kuat model Diamond (1991) atas pilihan jatuh tempo utang dan
konsisten dengan teori bahwa perusahaan dengan risiko likuiditas yang tinggi
menggunakan
utang
jangka
panjang
untuk
menghindari
risiko
ketidakefisiensian likuiditas.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk variabel tingkat risiko
likuiditas dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H3 :
Tingkat Risiko Likuiditas berpengaruh positif terhadap Struktur
Jatuh Tempo Utang Perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan explanatory research yang menguji hipotesis
dengan aplikasi teori dalam memecahkan masalah yang diteliti dan mengadakan
interpretasi tentang hubungan tertentu, pengaruh, atau perbedaan antar kelompok
atau independensi dari dua atau lebih faktor dalam suatu objek yang diteliti
(Sularso, 2003:30). Penelitian ini bersifat survey data sekunder perusahaan dan
berupa kejadian sesungguhnya yang terjadi sesuai fakta. Data perusahaan yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dimuat dalam laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mengetahui apakah
variabel independen berupa kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan, dan
tingkat risiko likuiditas memiliki pengaruh terhadap variabel dependen berupa
pilihan struktur jatuh tempo utang perusahaan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah
jumlah
dari
keseluruhan
obyek
(satuan-
satuan/indvidu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto,
2000:107).
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah perusahaan
manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2004 sampai dengan tahun 2008. Alasan pemilihan perusahaan manufaktur
sebagai populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
(Indrawati dan Suhendro, 2006):
a. Sektor industri manufaktur merupakan sektor industri yang memiliki padat
modal dan jenis industri dengan utang yang tinggi sehingga memiliki
kemungkinan besar pada munculnya risiko. Kondisi ini membuat industri
manufaktur perlu berhati-hati dalam menentukan strategi struktur modal.
b. Sektor industri manufaktur merupakan industri yang paling banyak
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga diharapkan dapat diperoleh
jumlah sampel yang cukup representatif untuk kebutuhan penelitian.
c. Pemilihan satu jenis industri (industri manufaktur) adalah sebagai upaya
untuk menghindari kemungkinan adanya efek industri pada hasil penelitian
dari seluruh industri yang ada di Indonesia.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih
sedikit daripada jumlah populasinya) (Djarwanto, 2000:108).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan nonrandom sampling khususnya dengan purposive sampling,
yaitu salah satu teknik nonrandom sampling dengan mengambil sampel yang
ditentukan berdasarkan kriteria dan sistematika tertentu. Kriteria sampel
dalam penelitian ini adalah:
a.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1
Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2008.
b.
Perusahaan tersebut memiliki data lengkap yang diperlukan dalam
penelitian, khususnya data mengenai penggunaan utang jangka
panjang dan jangka pendek sebagai struktur permanen, dan proprosi
Kepemilikan manajerial dalam pendanaan selama periode tahun 2004
sampai dengan tahun 2008.
c.
Perusahaan tersebut telah mengeluarkan laporan keuangannya per 31
Desember selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data-data sekunder yang dilakukan dengan
studi panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat historis karena
merupakan kejadian atau kenyataan yang diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan yang diamati dan diperoleh dari buku “Indonesian Capital Market
Directory” yang tersedia di Pojok Bursa Efek Indonesia FE UNS dan
www.idx.co.id untuk periode tahun penelitian yakni dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008. Data sekunder tersebut merupakan data yang dikeluarkan
perusahaan yang bersangkutan selama periode penelitian yang berupa:
1.) Data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1
Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2008.
2.) Data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar dan diperlukan
dalam penelitian berupa neraca keuangan perusahaan dan laporan Laba Rugi
perusahaan yang diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) 2007 dan 2009.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pengukuran terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian berupa:
1. Variabel Independen
a. Kepemilikan Manajerial
Menurut Hartoro dan Atahau (2007), managerial ownership
(kepemilikan manajerial) adalah:
Kepemilikan
saham
perusahaan
perusahaan baik dengan membeli atau diberi
oleh
pihak
sebagian
manajemen
saham
perusahaan atau manajer sekaligus pemilik perusahaan seratus persen
menjual sebagian porsi kepemilikannya kepada publik.
Sedangkan Wahidahwati (2002) mengidentifikasi managerial
ownership sebagai berikut:
Pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris).
Pengukuran untuk variabel ini adalah:
Mgtowner =
JumlahSahamYangDimilikiOlehTop5 Executive
´ 100%
SahamBeredarPadaAkhirTahunKeuangan
Kepemilikan manajerial merupakan sebuah pemonitoran internal
yang penting dan diargumenkan sebagai sebuah fungsi dari risiko serta
sebagai determinan risiko (Chen dan Steiner, 1999).
b. Growth Opportunity
Dalam penelitiannya, Myers (1977) menyatakan:
Peluang Tumbuh merupakan kombinasi antara aktiva riil dan
opsi investasi di masa yang akan datang.
Growth opportunities mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh dana sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Krishnaswami, et al. (1999) dalam Robicheaux (2000) dan Antoniou et al.
(2006), growth opportunities diukur dengan menggunakan rumus marketto-book ratio.
GROWTH =
MarketValueofAssets
BookValueofAssets
Pengukuran untuk Market value of Asset adalah:
MarketValueOfAssets =
BookValueO fAssets - BookValueO fEquity + MarketValu eOfEquity
c. Liquidity Risk
Menurut Diamond (1991), risiko likuiditas adalah:
Risiko dimana peminjam akan kehilangan nonassignable rents karena
insentif likuidasi yang terlalu besar dari pihak pemberi pinjaman
Mengacu pada penelitian Datta, Iskandar-datta, dan Raman
(2005), Risiko likuiditas dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai
perusahaan menggunakan formula sebagai berikut:
NilaiPerusahaan =
( H arg aSaham ´ JumlahSahamBeredar ) + NBTotalAssets - NBEkuitas
2. Variabel Kontrol
Profitabilitas
Definisi profitabilitas menurut Sartono (2001: 122) adalah:
Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Mengacu pada penelitian Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005),
Chari, Chen, dan Dominguez (2008) serta Bulan, Hull dan Yun (2009),
pengukuran untuk variabel ini adalah:
Pr ofitabilitas =
OperatingIncomeBeforeDepreciation
TotalAssets
3. Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) berupa Struktur
Jatuh Tempo Utang dengan definisi sebagai berikut (http://kumpulan-artikelekonomi.blogspot.com/2009/08/struktur-hutang.html) :
Suatu komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan, baik jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang, dan
dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang tersebut
Berdasar penelitian Barclay dan Smith (1995), Barclay, Marx dan
Smith (2003) serta Sunarsih (2004), proksi untuk Debt Maturity adalah rasio
dari long-term debt to total debt:
DebtMaturity =
U tan gJangkaPanjang
´ 100%
TotalU tan g
E. Alat Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data melalui karakteristik distribusinya
(Jogiyanto, 2005:163). Statistik deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian,
modus, sum, range, minimum, dan maksimum.
2. Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas dibutuhkan untuk menguji apakah data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2008:28). Data yang baik
adalah data yang terdistribusi normal sehingga dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya bias. Informasi terhadap variasi variabel dependen
yang tidak dapat diterangkan pada regresi akan termuat dalam residual. Oleh
karena itu, untuk melakukan pemeriksaan terhadap persamaan regresi apakah
melanggar asumsi atau tidak maka digunakan analisis residual (Nachrowi dan
Usman , 2006:21).
Setelah mendapatkan nilai residual tersebut maka selanjutnya
dilakukan analisis uji normalitas melalui uji Kolmogorov_Smirnov dengan
menggunakan level of significant sebesar 0,05 atau sebesar 5%. Pengujian
normalitas dilakukan dengan membandingkan p-value yang diperoleh dengan
tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Bila p-value ³ 0,05 maka
data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang terdistribusi
normal (Priyatno, 2008:28). Selain itu juga digunakan Histogram Display
Normal Curve, dan Kurva Normal P-P PLOT. Untuk pengujian dengan
Histogram Display Normal Curve, data dikatakan terdistribusi normal jika
bentuk kurva memiliki kemiringan yang seimbang pada sisi kiri dan kanan,
atau tidak condong, melainkan ketengah dengan bentuk seperti lonceng,
dengan nilai skewness mendekati 0 (Nugroho, 2005:20). Sedangkan pengujian
dengan kurva normal P-P PLOT, data dikatakan terdistribusi normal jika
penyebaran titik-titik data terletak di sekitar garis diagonal dan searah
mengikuti garis diagonal (Nugroho, 2005:24).
3. Pengujian Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di antara variabel-variabel
independen yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1999:157). Bila
terjadi hubungan linear yang “sempurna” pada beberapa atau semua
variabel independen maka terdapat korelasi yang sangat kuat di antara
variabel independen. Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat dari
beberapa hal antara lain (Nugroho, 2005:58) :
1). Jika nilai dari Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan nilai
dari Tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa model yang
digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas.
2). Jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel independen tidak
lebih dari 0,70 maka model penelitian terbebas dari multikolinieritas,
dan sebaliknya.
3). Jika nilai koefisien determinan maupun R-Square di atas 0,60 tetapi
tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependen maka dapat dikatakan bahwa model terkena multikolinieritas.
b. Autokorelasi
Autokorelasi
didefinisikan
sebagai
korelasi
antar
anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Pengujian
ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar unsur
gangguan pada observasi dengan unsur gangguan pada observasi lain
(Gujarati, 1999:201). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan
metode pengumpulan time series. Metode yang paling terkenal untuk
mendeteksi ada tidaknya korelasi adalah menggunakan pengujian DurbinWatson. Penentuan nilai Durbin-Watson dibantu dengan tabel dl dan du.
Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan nilai DurbinWatson hitung yang berkisar antara 0 dan 4 (Uyanto, 2009:248). Bila nilai
uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih besar dari tiga
maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat independen atau
terjadi autokorelasi.
c. Heteroskesdastisitas
Heteroskesdastisitas diartikan sebagai penyebaran titik data regresi
yang tidak sama (hetero). Heteroskedastisitas muncul apabila residual dari
model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi
ke observasi lain (Kuncoro, 2001:112). Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Metode yang digunakan dalam mendeteksi
heteroskedastisitas ini adalah metode glesjer. Dengan metode ini gejala
heteroskedastisitas akan terjadi apabila nilai t atau signifikansi p-value <
0,05 sedangkan jika nilai t atau signifikansi p-value > 0,05 maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan (Uji F) ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X1, X2, X3,...) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y) (Priyatno,
2008:81). Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA.
Hasil F-test menunjukkan pengaruh variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen jika p-value yang terletak pada kolom
Sig. < dari level of significant yang ditentukan, atau bila F-hitung pada
kolom F menunjukkan nilai yang lebih besar dari F-tabel. Nilai F-hitung
dapat dihitung dengan cara df1= k-1, dan df2= n-k, dimana k merupakan
jumlah variabel dependen dan independen.
b. Pengujian Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda merupakan analisis untuk menguji
hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,
X3,...) terhadap variabel dependen (Y) (Priyatno, 2008:73). Model
persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1OWN + b2 GROWTH + b3 LnLIQRISK + C + e
Keterangan:
Y
a
b1, b2, b3
OWN
GROWTH
LnLIQRISK
C
e
=
=
=
=
=
=
=
=
Pilihan Struktur Jatuh Tempo Utang
Konstanta
Koefisien regresi
Kepemilikan manajerial
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Tingkat Risiko Likuiditas
Varibel Kontrol
Standar Error
c. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar
sumbangan variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.
Dalam model regresi linier berganda digunakan R-Square karena
disesuaikan dengan banyaknya variabel independen yang digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui pengaruhnya di antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R-Square dikatakan baik bila
nilainya di atas 0,5 karena nilai dari R-Square berkisar antara 0 sampai 1
(Nugroho, 2005:51). Bila nilai R-Square mendekati 1 maka sebagian besar
variabel independen menjelaskan variabel dependen sedangkan jika
koefisien determinasi adalah 0 berarti variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
d. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Pengujian koefisien regresi secara parsial (Uji t) dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X1, X2, X3,...)
secara parsial terhadap variabel dependen (Priyatno, 2008:83). Hasil
pengujian ini dapat dilihat pada output SPSS melalui tabel Coeffisienta
dengan melihat nilai p-value (pada kolom Sig.) dari masing-masing
variabel independen. Jika nilai p-value lebih kecil dari level of significant
sebesar 5% atau nilai t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel yang
didapat dari perhitungan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 maka
menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti variabel independen secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap variabel dependen dan Ho
diterima bila –t hitung > t- tabel atau t-hitung < t-tabel. Kondisi ini berarti
bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
terhadap variabel dependen.
Semua teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical Product and
Service Sollution) version 17.0 for windows.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan (Debt Maturity)
sebagai
variabel
dependen.
Variabel-variabel
independen
tersebut
berupa
kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan, tingkat risiko likuiditas dan variabel
kontrol berupa profitabilitas. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini masih
bersifat sementara dan membutuhkan pembuktian secara empiris untuk mendapatkan
jawaban yang pasti. Oleh karena itu, pada bab IV ini akan dilakukan analisis data dan
pembahasan hasil pengolahan data untuk membuktikan hipotesis yang telah
ditentukan sebelumnya. Seluruh data yang telah diperoleh akan diolah menggunakan
SPSS (Statistical Product and Service Sollution) version 17.0 for windows. Hasil
pengolahan tersebut selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui pengaruh antara
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen
berupa Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan.
A. Deskripsi Data
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian pada seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasinya. Periode
pengamatan yang dilakukan menggunakan tahun penelitian dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2008. Perolehan data penelitian yang merupakan data
sekunder diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007
dan 2009 yang terdapat di Pojok BEJ Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret dan jumlah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 adalah 135 perusahaan.
Pemilihan data pada penelitian dilakukan melalui metode purposive
sampling dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu. Proses pemilihan sampel
dilakukan dengan metode Time Series dimulai dengan mencari perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI dan mempunyai kriteria-kriteria penting yang
digunakan yaitu memiliki data utang jangka panjang dan kepemilikan manajerial
secara berturut-turut selama 5 tahun pengamatan yaitu tahun 2004-2008. Dari
hasil tersebut diperoleh 27 data perusahaan di setiap tahun pengamatan.
Sehingga total sampel menjadi 135 data laporan keuangan perusahaan.
Dari hasil tersebut kemudian dihitung Zscore untuk dilakukan
pengurangan data outlier sebanyak 17 data laporan keuangan perusahaan.
Sehingga data yang digunakan setelah pengurangan outlier awal sebelum
transformasi profitabilitas adalah sebanyak 118 data laporan keuangan
perusahaan. Selanjutnya pada pengujian regresi tahap akhir, yaitu setelah
transformasi Profitabilitas, terdapat 7 data outlier sehingga hasil akhir yang
digunakan dalam penelitian adalah 111 data laporan keuangan perusahaan.
Proses pemilihan data secara ringkas dapat dilihat melalui tabel IV.1
seperti berikut:
TABEL IV.1
SAMPEL PENELITIAN
Keterangan
Jumlah
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
142
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 135 data dari
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yang 27 perusahaan
memenuhi kriteria pengambilan sampel melalui metode
setiap tahun
Time Series (Sebelum Pengurangan outlier data)
pengamatan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yang
111
memenuhi kriteria pengambilan sampel melalui metode
Time Series (Setelah pengurangan Outlier Data)
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
111
Sumber: Indonesian Capital Directory Market, Lampiran 1 dan 2
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena
atau karakteristik dari data melalui karakteristik distribusinya. Statistik deskriptif
yang dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran suatu data mengenai nilai
mean, standard deviation, minimum, dan maximum dalam variabel kepemilikan
manajerial, tingkat pertumbuhan, tingkat risiko likuiditas, profitabilitas, dan
struktur jatuh tempo utang perusahaan. Hasil analisis statistik deskriptif setiap
variabel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel IV.2 seperti berikut:
TABEL IV.2
HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
.746761443 2.64248747627E-1
DEBTMATURITY
118
.004825511
OWN
118
.0001
GROWTH
118
LnLIQRISK
118 23.73151939 30.44828841
LnPROF
111
Valid N (listwise)
111
Std. Deviation
.199257706158
.055743
.0593943
.181235804 1.838277678 8.33191004636E-1
.279452461178
-5.45
.2352
Mean
-.73
2.6496449085E1 1.43091640596E0
-2.1852
.96191
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 3
Berdasarkan tabel IV.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai Debt Maturity
perusahaan manufaktur yang digunakan dalam sampel mempunyai nilai rata-rata
sebesar 0,264249 (26,42%) dengan standar deviasi sebesar 0,199258. Nilai Debt
Maturity terendah adalah 0,004826 (0,48%), sedangkan nilai Debt Maturity
tertinggi adalah 0,746761 (74,68%).
Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini
memiliki nilai Kepemilikan Manajerial (OWN) rata-rata sebesar 0,055743
(5,57%) dengan standar deviasi sebesar 0,059394. Nilai Kepemilikan Manajerial
terendah adalah 0,0001 (0,01%), sedangkan nilai Kepemilikan Manajerial
tertinggi adalah 0,2352 (23,52%).
Nilai rata-rata Tingkat Pertumbuhan (GROWTH) perusahaan manufaktur
yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki nilai sebesar
0,833191 (83,32%) dengan standar deviasi sebesar 0,279452. Nilai Tingkat
Pertumbuhan terendah adalah 0,181236 (18,12%), sedangkan nilai Tingkat
Pertumbuhan tertinggi adalah 1,838278 (183,83%).
Nilai rata-rata Tingkat Risiko Likuiditas (LnLIQRISK) pada perusahaan
manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar 26,4965 (26,5%)
dengan standar deviasi sebesar 1,43092 . Nilai Tingkat Risiko Likuiditas
terendah adalah 23,73152 (23,73%), sedangkan nilai Tingkat Risiko Likuiditas
tertinggi adalah 30,44883 (30,44%).
Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini
memiliki nilai Profitabilitas (LnPROF) rata-rata sebesar -2,1852% dengan
standar deviasi sebesar 0,96191. Nilai Profitabilitas terendah adalah -5,45%,
sedangkan nilai Profitabilitas tertinggi adalah -0,73%.
C. Pengujian Normalitas Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian normalitas data untuk menguji apakah data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Analisis normalitas menggunakan uji
Kolmogorov_Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%, Histogram
Display Normal Curve, dan Kurva Normal P-P PLOT. Pengujian normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov_Smirnov terhadap nilai residual
seluruh variabel untuk meghindari adanya variasi variabel dependen yang tidak
nampak pada regresi tetapi akan termuat pada nilai residualnya. Dengan kriteria,
apabila nilai p value hasil pengujian lebih besar dari 0,05 maka data dikatakan
terdistribusi normal. Untuk pengujian dengan Histogram Display Normal Curve,
data dikatakan terdistribusi normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang
seimbang pada sisi kiri dan kanan, atau tidak condong, melainkan ketengah
dengan bentuk seperti lonceng, dengan nilai skewness mendekati 0 (Nugroho,
2005:20). Sedangkan pengujian dengan kurva normal P-P PLOT, data dikatakan
terdistribusi normal jika penyebaran titik-titik data terletak di sekitar garis
diagonal dan searah mengikuti garis diagonal (Nugroho, 2005:24).
Hasil pengujian normalitas data disajikan dalam tabel IV.3 dan grafik
IV.1 sebagai berikut:
TABEL IV.3
HASIL UJI NORMALITAS DATA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
111
a,,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.18095048
Absolute
.094
Positive
.094
Negative
-.063
Kolmogorov-Smirnov Z
.992
Asymp. Sig. (2-tailed)
.279
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Lampiran 5
GRAFIK IV. 1
HASIL UJI NORMALITAS
Sumber: Hasil Pengolahan Data Lampiran 6
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov_Smirnov pada tabel IV.3, di atas
menunjukkan bahwa nilai residual memiliki p-value > 0,05 yaitu sebesar 0,279
yang mempunyai arti bahwa data variabel yang digunakan dalam penelitian ini
telah terdistribusi normal. Demikian halnya dengan hasil perhitungan SPSS
untuk uji normalitas data menggunakan Histogram Display Normal Curve pada
grafik IV.1 variabel Debt Maturity Regresi Residual menunjukkan bahwa bentuk
histogram mengikuti bentuk distribusi normal. Untuk grafik P-P Plot terlihat
bahwa nilai plot P-P terletak di sekitar garis diagonal. Plot tidak menyimpang
jauh dari garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis
diagonal, yang menunjukkan bahwa regresion residual model ini berdistribusi
normal. Dari hasil uji normalitas dalam seluruh tahap, menyimpulkan arti bahwa
semua Variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal.
D. Pengujian Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di antara variabelvariabel independen yang menjelaskan dari model regresi. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance atau nilai Varian Inflation Factor
(VIF). Model dapat dikatakan terhindar dari asumsi klasik multikoliearitas
jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10.
Hasil Pengujian multikolinearitas, nilai Tolerance dan nilai VIF untuk
masing-masing variabel dapat dilihat melalui tabel IV.4 seperti berikut:
TABEL IV.4
HASIL PENGUJIAN MULTIKOLINEARITAS
Variabel
Tolerance
VIF
OWN
0,877
1,140
GROWTH
0,853
1,172
LnLIQRISK
0,781
1,280
LnPROF
0,943
1,060
Variabel dependen: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 8
Interpretasi Hasil
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Tidak terjadi multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas yang ditunjukkan pada
tabel IV.4 di atas maka dapat terlihat bahwa seluruh variabel independen yang
digunakan dalam tiga model regresi memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,1
dan nilai VIF kurang dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini terhindar dari multikolinearitas.
2. Autokorelasi
Pengujian autokorelasi perlu dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur
gangguan dengan observasi lain. Cara yang paling sering dilakukan untuk
mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan metode Durbin Watson
test. Metode ini menyatakan bahwa data yang digunakan dalam model tidak
terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson berkisar antara 0 sampai dengan
4 yaitu terletak diantara du dan (4-du) (Priyanto, 2008:48). Bila nilai uji
statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih besar dari tiga yaitu dw
lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl) maka residual dari model regresi
berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi.
Hasil pengujian Autokorelasi dapat dilihat pada tabel IV.5 seperti
berikut:
TABEL IV.5
HASIL PENGUJIAN AUTOKORELASI
n
k
dl
du
dhitung
111
4
1,592
1,758
1,943
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 10
Interpretasi Hasil
Tidak terjadi autokorelasi
Berdasarkan tabel hasil pengujian asumsi klasik autokorelasi pada
tabel IV.5 di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson terletak diantara
du dan (4-du) yang memenuhi syarat Durbin Watson yaitu berada di sekitar
angka 2 sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini terhindar dari autokorelasi (Nugroho, 2005:60).
3. Heteroskesdastisitas
Uji ini dimaksudkan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Metode yang digunakan dalam
mendeteksi heteroskedastisitas ini adalah metode glesjer. Dengan metode ini
gejala heteroskedastisitas akan terjadi apabila nilai t atau signifikansi p-value <
0,05 sedangkan jika nilai t atau signifikansi p-value > 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil pengujian Heteroskesdastisitas dapat dilihat pada tabel IV.6
seperti berikut:
TABEL IV.6
HASIL UJI HETEROSKESDASITAS
Variabel
α
Sig. p-value
Interpretasi Hasil
OWN
0,05
0,102
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
GROWTH 0,05
0,173
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
LnLIQRISK 0,05
0,056
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
LnPROF
0,05
0,740
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 12
Dari tabel IV.6 diatas memperlihatkan bahwa semua variabel
independen dan variabel kontrol yang telah ditransformasi yang digunakan
dalam model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini dapat
ditunjukkan dari nilai p-value semua variabel baik independen maupun
variabel kontrol adalah > 0,05.
E. Pengujian Hipotesis
Pengujian normalitas telah membuktikan bahwa seluruh variabel dalam
penelitian ini telah terdistribusi normal maka dapat dilakukan pengujian
selanjutnya yakni pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk
menguji apakah hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya dapat
dibuktikan. Uji Hipotesis ini dilakukan melalui tiga tahap regresi. Hasil
pengujian ketiga tahap regresi dipaparkan masing-masing sebagai berikut:
1.
Pengujian Regresi Tahap 1 Tanpa Variabel Kontrol (Profitabilitas)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan
tanpa variabel kontrol telah cukup baik dalam menjelaskan permasalahan
dalam penelitian ini. Pada tahap ini semua uji asumsi klasik dan uji
normalitas telah terpenuhi.
a.
Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Pengujian koefisien regresi secara simultan (Uji F) ini digunakan
untuk mengetahui apakah variabel independen (OWN, GROWTH dan
LIQRISK) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen (DEBTMATURITY). Hasil uji F menunjukkan pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
jika F-hitung pada kolom F lebih besar dari F-tabel.
TABEL IV. 7
HASIL UJI F (KOEFISIEN REGRESI SIMULTAN)
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
.205
3
.068
Residual
4.440
114
.039
Total
4.645
117
F
1.753
Sig.
.160
a
a. Predictors: (Constant), LIQRISK, GROWTH, OWN
b. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 13
Tabel IV.7 di atas memperlihatkan nilai signifikan diatas 0,05
yaitu sebesar 0,160 yang menyimpulkan bahwa model regresi tanpa
variabel kontrol tidak signifikan.
2.
Pengujian Regresi Tahap 2 Dengan Variabel Kontrol (Profitabilitas)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah Profitabilitas yang
dianggap sebagai
variabel kontrol dapat digunakan untuk memperbaiki
model sehingga model dapat lebih menjelaskan variabel dependen
(DEBTMATURITY). Pada tahap ini variabel independen LIQRISK
dilakukan smoothing data dengan transformasi Logaritma Natural menjadi
LnLIQRISK. Pada tahap ini pula, uji normalitas terpenuhi, karena p-value
diatas nilai α , seperti dijelaskan pada tabel berikut:
TABEL IV.8
HASIL UJI NORMALITAS DATA
SETELAH TRANSFORMASI LIQRISK
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
118
a,,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.18122299
Absolute
.085
Positive
.085
Negative
-.056
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
.921
.365
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Lampiran 4
Akan tetapi, pada tahap ini, uji asumsi klasik tidak semua terpenuhi
karena adanya heteroskedastisitas pada variabel Profitabilitas (dengan nilai
Sig. sebesar 0,015<0,05) seperti dijelaskan pada tabel IV.9 berikut ini:
TABEL IV.9
HASIL UJI HETEROSKESDASITAS
Variabel
α
Sig. p-value
Interpretasi Hasil
OWN
0,05
0,104
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
GROWTH 0,05
0,077
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
LnLIQRISK 0,05
0,094
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
PROF
0,05
0,015
Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 11
a.
Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Pengujian koefisien regresi secara simultan (Uji F) ini digunakan
untuk mengetahui apakah variabel independen (OWN, GROWTH dan
LnLIQRISK) dan variabel kontrol (PROF) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen (DEBTMATURITY). Hasil uji
F menunjukkan pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen jika F-hitung pada kolom F lebih besar dari
F-tabel.
TABEL IV. 10
HASIL UJI F (KOEFISIEN REGRESI SIMULTAN)
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
.803
4
.201
Residual
3.842
113
.034
Total
4.645
117
F
5.902
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), PROF, LnLIQRISK, OWN, GROWTH
b. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 14
Tabel IV.10 di atas memperlihatkan nilai F-hitung sebesar 5,902
dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang berarti probabilitas < α
0,05%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model 2 ini
signifikan, karena memiliki signifikansi kurang dari alpha 5% serta
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan dari
seluruh variabel independen dan variabel kontrol yang digunakan dalam
penelitian ini pada variabel dependen berupa Struktur Jatuh tempo
Utang Perusahaan.
b.
Pengujian Regresi Berganda
Pengujian regresi berganda bertujuan untuk mengetahui
koefisien setiap variabel independen. Sehingga mengetahui besarnya
pengaruh setiap variabel independen secara simultan. Persamaan regresi
berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1OWN + b2GROWTH + b3 LnLIQRISK + b4 PROF + e
Keterangan:
Y
=
a
=
b1, b2, b3, b4 =
OWN
=
GROWTH =
LnLIQRISK =
PROF
=
e
=
Pilihan Struktur Jatuh Tempo Utang (Debtmaturity)
Konstanta
Koefisien regresi
Kepemilikan Manajerial
Tingkat Pertumbuhan
Tingkat Risiko Likuiditas
Profitabilitas
Standar Error
Hasil perhitungan koefisien Regresi dapat dilihat pada Tabel
IV.11 di bawah ini.
TABEL IV. 11
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Coefficients
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-.816
.344
.681
.305
GROWTH
-.011
LnLIQRISK
OWN
PROF
Beta
a
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-2.371
.019
.203
2.230
.028
.884
1.131
.068
-.015
-.155
.877
.802
1.247
.043
.013
.305
3.160
.002
.784
1.276
-.515
.151
-.301
-3.410
.001
.939
1.065
a. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 15
Berdasarkan tabel hasil pengujian hipotesis dan regresi (tabel
IV.11) di atas maka persamaan regresi berganda menjadi:
Y = -0,816 + 0,681OWN - 0,011GROWTH + 0,043LnLIQRISK - 0,515PROF + e
Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat diinterpretasikan untuk
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen berupa
struktur jatuh tempo utang yang diukur melalui DEBTMATURITY
sebagai berikut:
Nilai konstanta sebesar -0,816 menunjukkan bahwa jika nilai
variabel kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan, tingkat risiko
likuiditas, dan profitabilitas adalah nol maka rata-rata Debt Maturity
bernilai negatif sebesar 0,816.
Variabel Kepemilikan Manajerial memiliki nilai koefisien
regresi bertanda positif sebesar 0,681. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap kenaikan Kepemilikan Manajerial sebesar 1% akan
meningkatkan Debt Maturity sebesar 0,681 satuan atau sebesar 68,1%.
Variabel Tingkat Pertumbuhan memiliki nilai koefisien regresi
bertanda negatif sebesar 0,011. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
setiap kenaikan ratio Tingkat Pertumbuhan 1 satuan akan berpengaruh
menurunkan Debt Maturity sebesar 0,011 satuan atau sebesar 1,1%.
Variabel Tingkat Risiko Likuiditas memiliki nilai koefisien
regresi bertanda positif sebesar 0,043. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap kenaikan rasio Tingkat Risiko Likuiditas sebesar 1 satuan
akan meningkatkan Debt Maturity sebesar 0,043 satuan atau sebesar
4,3%.
Variabel Profitabilitas memiliki nilai koefisien regresi bertanda
negatif sebesar 0,515. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap
kenaikan ratio Profitabilitas 1 satuan akan berpengaruh menurunkan
Debt Maturity sebesar 0,011 satuan atau sebesar 1,1%.
c.
Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)
Nilai
koefisien
determinasi
menjelaskan
seberapa
besar
sumbangan variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.
Hasil perhitungan terhadap koefisien determinasi yang terlihat pada
tabel IV.12 di bawah ini:
TABEL IV. 12
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.416
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.173
.144
.184402582867
Durbin-Watson
1.996
a. Predictors: (Constant), PROF, LnLIQRISK, OWN, GROWTH
b. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 16
Tabel IV.12 menunjukkan nilai adjusted R-Square sebesar
0,144. Nilai tersebut memiliki arti bahwa seluruh variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini (Kepemilikan Manajerial, Tingkat
Pertumbuhan, dan Tingkat Risiko Likuiditas dengan variabel kontrol
berupa Profitabilitas) mampu menjelaskan pengaruh terhadap variabel
dependen sebesar 14,4% sedangkan sisanya sebesar 85,6% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model. Pada tahap ini
dapat disimpulkan bahwa variabel kontrol sangat berpengaruh dengan
meningkatkan adjusted R square, meskipun nilainya masih tergolong
rendah
d.
Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
bebas secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap
variabel bebas lainnya (Djarwanto, 1996).
Hasil pengujian dapat dilihat dengan membandingkan p-value
dengan tingkat signifikansi. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi 5% (0,05). Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah
bahwa jika p-value < 0,05 maka Ha didukung, sedangkan apabila pvalue > 0,05 maka Ha tidak didukung.
Pada penelitian ini diperoleh nilai p-value dari uji t sebagai
berikut:
TABEL IV. 13
HASIL UJI KOEFISIEN PARSIAL (UJI t)
Variabel
t
Signifikansi
OWN
2.230
0,028
GROWTH
-0.155
0,877
LnLIQRISK
3.160
0,002
PROF
-3.410
0,001
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 17
Hasil
Ha diterima
Ha ditolak
Ha diterima
Ha diterima
Tabel IV.13 di atas menunjukkan bahwa p-value untuk variabel
OWN adalah 0,028 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang
ditentukan yaitu 0,05 (5%), sehingga dapat ditentukan bahwa variabel
OWN
secara
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap
DEBTMATURITY.
Nilai p-value untuk variabel GROWTH adalah 0,877 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi yaitu 0,05, sehingga dapat ditentukan
bahwa variabel GROWTH secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap DEBTMATURITY.
Nilai p-value untuk variabel LnLIQRISK adalah 0,002 yang
lebih kecil dari tingkat signifikan yaitu 0,05, sehingga dapat ditentukan
bahwa variabel LnLIQRISK secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap DEBTMATURITY.
Nilai p-value untuk variabel PROF adalah 0,001 yang lebih kecil
dari tingkat signifikan yaitu 0,05, sehingga dapat ditentukan bahwa
variabel PROF secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
DEBTMATURITY.
Pada tahap ini, meskipun pengujian regresi baik secara simultan
maupun parsial menunjukkan hasil yang signifikan serta uji normalitas
terpenuhi, akan tetapi masih terdapat heteroskedastisitas pada variabel
kontrol profitabilitas seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.9
mengenai hasil uji Heteroskedastisitas. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki model, maka dilakukan transformasi variabel kontrol
Profitabilitas dengan LnPROF.
3.
Pengujian Regresi Tahap 3 dengan Variabel Kontrol Setelah
Transformasi (Ln Profitabilitas)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah Profitabilitas yang
dianggap sebagai variabel kontrol setelah transformasi karena terjadi
heteroskedastisitas pada regresi 2 dapat digunakan untuk memperbaiki
model sehingga model dapat lebih menjelaskan variabel dependen
(DEBTMATURITY). Pada tahap ini uji normalitas dan uji asumsi klasik
terpenuhi (dapat dilihat di tabel IV.3, IV.4, IV.5, dan IV.6) karena
heteroskedastisitas yang terjadi pada variabel Profitabilitas pada tahap
regresi 2 (dapat dilihat di tabel IV.9) telah di atasi melalui proses
transformasi profitabilitas.
a.
Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Pengujian koefisien regresi secara simultan (Uji F) ini digunakan
untuk mengetahui apakah variabel independen (OWN, GROWTH dan
LnLIQRISK) dan variabel kontrol setelah transformasi (LnPROF)
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen
(DEBTMATURITY). Hasil uji F menunjukkan pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen jika Fhitung pada kolom F lebih besar dari F-tabel.
TABEL IV. 14
HASIL UJI F (KOEFISIEN REGRESI SIMULTAN)
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
.567
4
.142
Residual
3.602
106
.034
Total
4.169
110
F
4.171
Sig.
.004
a
a. Predictors: (Constant), LnPROF, GROWTH, OWN, LnLIQRISK
b. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 18
Tabel IV.14 di atas memperlihatkan nilai F-hitung sebesar 4,171
dan tingkat Signifikansi sebesar 0,004 yang berarti probabilitas < α
0,05 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model 3 ini cukup
baik untuk menjawab permasalahan, karena memiliki signifikansi
kurang dari alpha 5% serta dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
secara simultan dari seluruh variabel independen dan variabel kontrol
yang digunakan dalam penelitian ini pada variabel dependen berupa
Struktur Jatuh Tempo Utang.
b.
Pengujian Regresi Berganda
Pengujian regresi berganda bertujuan untuk mengetahui
koefisien setiap variabel independen. Sehingga mengetahui besarnya
pengaruh setiap variabel independen secara simultan. Persamaan regresi
berganda yang digunakan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1OWN + b2GROWTH + b3 LnLIQRISK + b4 LnPROF + e
Keterangan:
Y
=
a
=
b1, b2, b3, b4 =
OWN
=
GROWTH =
LnLIQRISK =
LnPROF
=
e
=
Pilihan Struktur Jatuh Tempo Utang (Debtmaturity)
Konstanta
Koefisien regresi
Kepemilikan Manajerial
Tingkat Pertumbuhan
Ln Tingkat Risiko Likuiditas
Ln Profitabilitas
Standar Error
Hasil perhitungan koefisien Regresi dapat dilihat pada Tabel
IV.15 di bawah ini.
TABEL IV. 15
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Coefficients
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-.750
.381
.580
.311
GROWTH
-.007
LnLIQRISK
OWN
LnPROF
a
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.968
.052
.179
1.862
.065
.877
1.140
.070
-.010
-.102
.919
.853
1.172
.033
.015
.224
2.189
.031
.781
1.280
-.054
.019
-.268
-2.882
.005
.943
1.060
a. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 19
Berdasarkan tabel hasil pengujian hipotesis dan regresi (tabel
IV.15) di atas maka persamaan regresi berganda menjadi:
Y = -0,750 + 0,580OWN - 0,007GROWTH + 0,033LnLIQRISK - 0,054 LnPROF + e
Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat diinterpretasikan untuk
masing-masing variabel independen pada variabel dependen berupa
struktur jatuh tempo utang yang diukur melalui DEBTMATURITY
sebagai berikut:
Nilai konstanta sebesar -0,750 mengartikan bahwa jika nilai
variabel kepemilikan manajerial, tingkat pertumbuhan, tingkat risiko
likuiditas, dan profitabilitas adalah nol maka rata-rata Debt Maturity
bernilai negatif sebesar 0,750.
Variabel Kepemilikan Manajerial memiliki nilai koefisien
regresi bertanda positif sebesar 0,580. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap kenaikan Kepemilikan Manajerial sebesar 1% akan
meningkatkan Debt Maturity sebesar sebesar 0,580 satuan atau sebesar
58%.
Variabel Tingkat Pertumbuhan memiliki nilai koefisien regresi
bertanda negatif sebesar 0,007. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
setiap kenaikan rasio Tingkat Pertumbuhan 1 satuan akan berpengaruh
menurunkan Debt Maturity sebesar 0,007 satuan atau sebesar 0,7%.
Variabel Tingkat Risiko Likuiditas memiliki nilai koefisien
regresi bertanda positif sebesar 0,033. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa setiap kenaikan rasio Tingkat Risiko Likuiditas sebesar 1 satuan
akan meningkatkan Debt Maturity sebesar 0,033 satuan atau sebesar
3,3%.
Variabel Profitabilitas memiliki nilai koefisien regresi bertanda
negatif sebesar 0,054. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap
kenaikan rasio Profitabilitas 1 satuan akan berpengaruh menurunkan
Debt Maturity sebesar 0,054 satuan atau sebesar 5,4%.
c.
Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)
Nilai
koefisien
determinasi
menjelaskan
seberapa
besar
sumbangan variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.
Hasil perhitungan terhadap koefisien determinasi yang terlihat pada
tabel IV.16 di bawah ini:
TABEL IV. 16
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)
b
Model Summary
Model
1
R
.369
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.136
.103
.184333024859
Durbin-Watson
1.943
a. Predictors: (Constant), LnPROF, GROWTH, OWN, LnLIQRISK
b. Dependent Variable: DEBTMATURITY
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 20
Tabel IV.16 menunjukkan nilai adjusted R-Square sebesar
0,103. Nilai tersebut memiliki arti bahwa seluruh variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini (Kepemilikan Manajerial, Tingkat
Pertumbuhan, dan Tingkat Risiko Likuiditas dengan melibatkan
variabel kontrol berupa Profitabilitas) mampu menjelaskan pengaruh
terhadap variabel dependen sebesar 10,3% sedangkan sisanya sebesar
89,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model.
Pada tahap ini dapat disimpulkan bahwa variabel kontrol sangat
berpengaruh dengan meningkatkan adjusted R square, meskipun
nilainya masih tergolong rendah
d.
Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
bebas secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap
variabel bebas lainnya (Djarwanto, 1996).
Hasil pengujian dapat dilihat dengan membandingkan p-value
dengan tingkat signifikansi. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi 5% (0,05). Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah
bahwa jika p-value < 0,05 maka Ha didukung, sedangkan apabila pvalue > 0,05 maka Ha tidak didukung. Selain itu, jika nilai t-hitung
(pada kolom t) lebih besar dari t-tabel maka disimpulkan bahwa
variabel independen yang diuji memiliki pengaruh secara parsial pada
variabel dependen. Pada penelitian ini diperoleh nilai p-value dari uji t
sebagai berikut:
TABEL IV. 17
HASIL UJI KOEFISIEN PARSIAL (UJI t)
Variabel
t
Signifikansi
OWN
1.862
0,065**
GROWTH
-0.102
0,919
LnLIQRISK
2.189
0,031*
LnPROF
-2.882
0,005*
Sumber: Hasil Pengolahan Data, Lampiran 21
*
= Signifikan pada derajat toleransi 5%
** = Signifikan pada derajat toleransi 10%
Hasil
Ha ditolak
Ha ditolak
Ha diterima
Ha diterima
Tabel IV.17 di atas menunjukkan bahwa p-value untuk variabel
OWN adalah 0,065 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang
ditentukan yaitu 0,05 (5%), sehingga dapat ditentukan bahwa variabel
OWN
secara
parsial
DEBTMATURITY
pada
tidak
berpengaruh
tingkat
signifikansi
signifikan
5%,
terhadap
akan
tetapi
berpengaruh signifikan secara parsial pada tingkat signifikansi 10%.
Nilai p-value untuk variabel GROWTH adalah 0,919 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi yaitu 0,05, sehingga dapat ditentukan
bahwa secara parsial variabel GROWTH tidak berpengaruh signifikan
terhadap DEBTMATURITY.
Nilai p-value untuk variabel LnLIQRISK adalah 0,031 yang
lebih kecil dari tingkat signifikan yaitu 0,05, sehingga dapat ditentukan
bahwa secara parsial variabel LnLIQRISK berpengaruh signifikan
terhadap DEBTMATURITY.
Nilai p-value untuk variabel LnPROF adalah 0,005 yang lebih
kecil dari tingkat signifikan yaitu 0,05, sehingga dapat ditentukan
bahwa variabel LnPROF secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
DEBTMATURITY.
Penjelasan pengaruh parsial dari masing-masing variabel
independen pada variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan
seperti berikut:
a)
Variabel Kepemilikan Manajerial
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Kepemilikan Manajerial (X1) mempunyai pengaruh negatif
terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang (Y) perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Nilai konstanta Kepemilikan Manajerial adalah sebesar 0,580
dengan nilai p-value sebesar 0,065 dan nilai t sebesar 1,862. Secara
parsial, Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan pada level of
significant 5% karena p-value yang lebih besar dari 0,05 yaitu
0,065. Akan tetapi, Kepemilikan Manajerial secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan pada level of significant 10% karena p-value
yang lebih kecil dari 0,1 yaitu 0,065. Nilai konstanta Kepemilikan
Manajerial yang bertanda positif menunjukkan adanya pengaruh
positf dari Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan. Dengan demikian H1 ditolak karena meskipun
Kepemilikan Manajerial secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan pada
level of significant 10%, akan tetapi Kepemilikan Manajerial tidak
memliki koefisien bertanda negatif seperti yang diharapkan dalam
hipotesis yang diajukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kepemilikan Manajerial secara parsial memiliki pengaruh positif
terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan.
b) Variabel Tingkat Pertumbuhan
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Tingkat Pertumbuhan (X2) mempunyai pengaruh negatif
terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang (Y) perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Variabel Tingkat Pertumbuhan memiliki nilai konstanta sebesar 0,007 dengan nilai p-value sebesar 0,919 dan nilai t sebesar -0,102.
P-value Tingkat Pertumbuhan yang lebih besar dari level of
significant 5% yaitu sebesar 0,919 menunjukkan bahwa secara
parsial, Tingkat Pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Struktur Jatuh tempo Utang Perusahaan. Dengan
demikian, H2 yang menyatakan bahwa Tingkat Pertumbuhan
mempunyai pengaruh negatif terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang
ditolak karena Tingkat Pertumbuhan terbukti tidak berpengaruh
terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan.
c)
Variabel Tingkat Risiko Likuiditas
Hipotesis alternatif ketiga yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H3 : Tingkat Risiko Likuiditas (X3) mempunyai pengaruh positif
terhadap Pilihan Struktur Jatuh Tempo Utang (Y) perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Nilai konstanta variabel Tingkat Risiko Likuiditas adalah sebesar
0,033 dengan nilai p-value sebesar 0,031 dan nilai t sebesar 2,189.
Nilai p-value tersebut lebih kecil dari tingkat signifikan 5%, maka
dapat disimpulkan bahwa Tingkat Risiko Likuiditas secara parsial
memiliki pengaruh signifikan terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan. Koefisien Tingkat Risiko Likuiditas yang
bertanda positif menunjukkan adanya pengaruh positif dari variabel
Tingkat Risiko Likuiditas terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang
Perusahaan, sehingga H3 dapat diterima.
F. Pembahasan
1. Kepemilikan Manajerial dan Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan
bahwa Kepemilikan Manajerial secar parsial berpengaruh terhadap Struktur
Jatuh Tempo Utang Perusahaan (yang diukur melalui debt maturity) pada
tingkat sinifikansi 10% dengan koefisien regresi bertanda positif. Hal ini tidak
konsisten dengan beberapa penelitian antara lain analisis yang dilakukan oleh
Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) menunjukkan bahwa manajer dengan
tingkat kepemilikan saham yang tinggi dan penjajaran insentif yang lebih baik
dengan pemegang saham memilih proporsi yang lebih besar untuk utang
dengan jatuh tempo yang pendek. Hal ini juga tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan Stulz (2000) dalam Datta, Iskandar-datta, dan
Raman (2005) menyatakan bahwa utang jangka pendek dapat digunakan
sebagai alat yang sangat kuat untuk untuk memonitor manajemen. Sebagai
tambahan, Rajan dan Winton (1995) menunjukkan bahwa utang jangka
pendek memberikan para kreditor fleksibilitas untuk memonitor para manajer
secara lebih efektif dengan usaha yang minimum. Manajer yang tidak
memiliki kepentingan yang sama dengan pemegang saham, mereka akan lebih
memilih untuk memilih utang jangka panjang guna mengurangi potensi
pengawasan oleh pihak eksternal. Berger, ofek dan Yermak (1997) dalam
Datta, Iskandar-datta, dan Raman (2005) menemukan bahwa perusahaan
dengan insentif manajerial yang lemah menghindari tingkat utang yang tinggi.
2. Tingkat Pertumbuhan dan Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan
Hasil analisis data yang telah dilakukan membuktikan bahwa Tingkat
Pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan yang diukur melalui debt maturity. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian-penelitian terdahulu, antara lain, penelitian
yang dilakukan oleh Ozkan (2000) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal
(2006) yang melaporkan adanya hubungan negatif antar jatuh tempo utang
dengan ukuran perusahaan dan market-to-book ratio. Hal ini juga berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robhicheaux (2000) terkait
pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap jatuh tempo utang dengan proxy
market-to-book ratio adalah signifikan negatif. Demikan pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) yang
dalam penelitiannya mengharapkan adanya hubungan yang berbanding
terbalik antara peluang tumbuh dan jatuh tempo tempo utang sesuai dengan
prediksi Myers (1977). Barnea, Haugen dan Senbet (1980) dalam Robicheaux
(2000) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan
yang lebih banyak, mempunyai masalah yang lebih banyak pula pada asset
substitution dan akan lebih memilih menggunakan utang jangka pendek.
Akan tetapi, hasil penelitian ini mendukung penelitian Antoniou, Guney dan
Paudyal (2006) terkait contracting-cost hypotheses yang dalam penelitiannya
menemukan hasil bahwa variabel merket-to-book tidak memiliki peran yang
signifikan terhadap jatuh tempo utang perusahaan di negara Perancis dan
Jerman.
3. Tingkat Risiko Likuiditas dan Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan
bahwa Tingkat Risiko Likuiditas mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan yang dihitung melalui debt
maturity. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Diamond yang menyatakan
bahwa perusahaan dengan risiko likuiditas yang rendah (kualitas pinjaman
yang tinggi) diharapkan mempunyai jatuh tempo utang yang lebih pendek.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Berger, Espinosa-Vega,
Frame dan Miller (2005) yang menemukan bukti yang mendukung prediksi
model Flannery dan Diamond pada perusahaan berisiko rendah (kualitas
perusahaan yang tinggi) dimana perusahaan ini cenderung menggunakan
utang dengan jatuh tempo yang lebih pendek.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hipotesis hasil penelitian Kane et al.
(1985) dan Sarkar (1999) pada Deesomsak, Paudyal dan Pescetto (2009) yang
berpendapat bahwa terdapat hubungan terbalik antara jatuh tempo utang
dengan volatilitas pendapatan. Perusahaan dengan volatilitas pendapatan yang
rendah cenderung menggunakan utang dengan jatuh tempo yang lebih panjang
untuk menghindari penyeimbangan kembali yang terlalu sering atas struktur
modal mereka. Oleh karena itu diharapkan adanaya hubungan negatif antara
jatuh tempo utang dan likuiditas (hubungan positif dengan risiko likuiditas).
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Antoniou, Guney dan
Paudyal (2006) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara risiko likuiditas dan jatuh tempo utang pada perusahaan-perusahaan di
Perancis dan Inggris, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan positif
antara risiko likuiditas dan jatuh tempo utang pada perusahaan-perusahaan di
Jerman.
4. Profitabilitas dan Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan
Hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan adanya
pengaruh negatif signifikan atas variabel Profitabilitas terhadap Struktur Jatuh
Tempo Utang Perusahaan yang diukur melalui debt maturity. Hasil tersebut
tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deesomsak,
Paudyal dan Pescetto (2009) yang mengharapkan hubungan yang positif
antara jatuh tempo utang dengan profitabilitas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang telah dilakukan
pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pengujian model 1 yang menguji 3 variabel independen yaitu
Kepemilikan Manajerial, Tingkat Pertumbuhan, dan Tingkat risiko Likuiditas,
tanpa variabel kontrol berupa Profitabilitas, menunjukkan nilai F-hitung
sebesar 1,753 dengan nilai signifikan diatas 0,05 yaitu sebesar 0,160 (Sig. > α
5%) yang menyimpulkan bahwa model regresi tahap 1 tanpa variabel kontrol
tidak signifikan.
2. Hasil pengujian model 2 yang menguji 3 variabel independen yaitu
Kepemilikan Manajerial, Tingkat Pertumbuhan, dan Tingkat risiko Likuiditas
yang telah ditransformasi, dengan variabel kontrol berupa Profitabilitas,
menunjukkan nilai F-hitung sebesar 5,902 dengan nilai signifikan dibawah
0,05 yaitu sebesar 0,000 (Sig. < α 5%) yang menyimpulkan bahwa pada
model regresi tahap 2 dengan 3 variabel independen dan variabel kontrol,
secara simultan, memiliki pengaruh yang signifikan pada variabel dependen.
Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai adjusted R-Square sebesar
0,144. Nilai tersebut memiliki arti bahwa seluruh variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa Kepemilikan Manajerial, Tingkat
Pertumbuhan, dan Tingkat Risiko Likuiditas dengan variabel kontrol berupa
Profitabilitas mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen
sebesar 14,4% sedangkan sisanya sebesar 85,6% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak digunakan dalam penelitian.
Pada pengujian model 2, hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa variabel
Kepemilikan Manajerial, Tingkat Risiko Likuiditas dan Profitabilitas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang.
Sementara variabel Tingkat Pertumbuhan secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan.
Pada tahap ini dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas yang dianggap
sebagai variabel kontrol dalam penelitian sangat berpengaruh dengan
meningkatkan adjusted R square, meskipun nilainya masih tergolong rendah.
3. Hasil pengujian model 3 yang menguji 3 variabel independen yaitu
Kepemilikan Manajerial, Tingkat Pertumbuhan, dan Tingkat risiko Likuiditas
yang telah ditransformasi, dengan variabel kontrol berupa Profitabilitas yang
juga telah ditransformasi, menunjukkan nilai F-hitung sebesar 4,171 dengan
nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,004 (Sig. < α 5%) yang
menyimpulkan bahwa pada model regresi tahap 3 dengan 3 variabel
independen dan variabel kontrol yang telah ditransformasi, secara simultan,
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai adjusted R-Square sebesar
0,103. Nilai tersebut memiliki arti bahwa seluruh variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa Kepemilikan Manajerial, Tingkat
Pertumbuhan, dan Tingkat Risiko Likuiditas dengan variabel kontrol berupa
Profitabilitas mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen
sebesar 10,3% sedangkan sisanya sebesar 89,7% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak digunakan dalam penelitian.
Pada pengujian model 3, hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa variabel
Kepemilikan Manajerial secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Struktur jatuh tempo utang perusahaan pada level of significant 5%, akan
tetapi secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur jatuh
tempo utang perusahaan pada level of significant 10%. Tingkat Pertumbuhan
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Jtauh Tempo
Utang Perusahaan. Sementara Tingkat Risiko Likuiditas dan Profitabilitas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pada Struktur Jatuh Tempo
Utang Perusahaan pada level of significant 5%.
4. Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial
tidak terbukti berpengaruh terhadap struktur jatuh tempo Utang Perusahaan
pada level of significant 5% akan tetapi berpengaruh terhadap struktur jatuh
tempo utang perusahaan pada level of significant 10% dan memiliki koefisien
regresi bertanda positif. Dengan hasil ini maka hipotesis pertama ditolak.
Kepemilikan manajerial lebih mengarah untuk mendorong manajer tersebut
bekerja lebih baik dan disiplin yang dimaksudkan guna meminimumkan
agency cost melalui upaya dalam menyelaraskan kepentingannya dengan
kepentingan pemegang saham yang termasuk diri mereka sendiri (Ross,
Westerfield, dan Jeff, 2006:13). Sedangkan pemilihan struktur jatuh tempo
utang yang digunakan didasarkan atas pertimbangan lain berupa risiko yang
terkandung dalam masing-masing jenis jatuh tempo utang. Perusahaan dengan
kepemilikan manajerial yang rendah cenderung menggunakan utang jangka
pendek yang lebih berisiko, dimana risiko yang mungkin akan dihadapi
perusahaan tidak berdampak buruk bagi manajer. Dan akan cenderung
menggunakan utang jangka panjang dengan risiko rendah apabila perusahaan
tersebut memiliki kepemilikan manerial yang tinggi mengingat manajer akan
turut serta merasakan risiko yang akan dihadapi perusahaan karena manajer
juga bertindak sebagai pemegang saham.
5. Hasil Pengujian Hipotesis 2 menunjukkan bahwa Tingkat Pertumbuhan tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur Jatuh Tempo Utang Perusahaan
dengan p-value lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,919. Dengan hasil ini
maka hipotesis kedua ditolak. Terkait contracting-cost hypotheses dalam
penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2006), terdapat hasil bahwa variabel
merket-to-book tidak memiliki peran signifikan terhadap jatuh tempo utang
perusahaan di negara Perancis dan Jerman. Kesimpulan dari hasil penelitian
Antoniou, Guney dan Paudyal (2006) yang meneliti mengenai faktor penentu
struktur jatuh tempo utang di tiga negara yaitu Perancis, Jerman dan Inggris
menemukan bukti bahwa, tingkat pajak, peluang pertumbuhan, likuiditas,
kualitas perusahaan, volatilitas pendapatan, jatuh tempo aset, dan ukuran
perusahaan mempunyai hubungan dan derajat yang berbeda dalam
mempengaruhi jatuh tempo utang diantara tiga negara. Selain itu, mereka juga
menemukan pengaruh yang kuat dari faktor pasar (tingkat suku bunga, kinerja
harga saham, volatilitas suku bunga) pada jatuh tempo utang, tergantung dari
tiap kondisi pasar suatu negara. Jadi disimpulkan, bahwa struktur jatuh tempo
utang perusahaan ditentukan oleh dua hal yaitu faktor spesifik perusahaan dan
faktor spesifik negara. Hal yang serupa dimungkinkan terjadi pada perusahaan
manufaktur di Indonesia, dimana jatuh tempo utang perusahaan di pengaruhi
oleh hal-hal lain diluar karakteristik perusahaan yaitu tergantung dari kondisi
pasar negara seperti tingkat suku bunga, kinerja harga saham, volatilitas suku
bunga, biaya transaksi, dan pajak.
6. Hasil Pengujian Hipotesis 3 menunjukkan bahwa Tingkat Risiko Likuiditas
memiliki pengaruh signifikan terhadap level of significant 5% dengan
koefisien bertanda positif. Dengan demikian maka hipotesis ketiga dapat
diterima. Perusahaan dengan risiko likuiditas yang rendah menghadapi risiko
yang lebih rendah dari likuiditas yang tidak efisien. Dan perusahaan dengan
risiko likuiditas yang tinggi cenderung menggunakan utang jangka panjang
untuk menghindari risiko ketidakefisiensian likuiditas.
7. Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap variabel dependen berupa
Struktur Jatuh Tempo Utang yang diukur melalui debt meturity. Semakin
tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan cenderung memilih utang jangka
pendek karena perusahaan yang profitable lebih memperhatikan keuntungan
penggunaan utang jangka pendek dalam hal kecepatan pemenuhan akan
kebutuhan pinjaman. Sedangkan perusahaan yang kurang profitable
cenderung menggunakan utang jangka panjang untuk menghindari risiko yang
terlalu besar pada penggunaan utang jangka pendek akibat fluktuasi tingkat
bunga dan kewajiban likuiditas dalam waktu singkat.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diharapkan dapat
disempurnakan pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu jenis industri yakni perusahaan
manufaktur dan hanya menggunakan lima tahun penelitian dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2008 sehingga hasil dari penelitian ini belum dapat
digeneralisasi untuk semua jenis industri yang ada.
2. Data penelitian ini hanya menggunakan data yang bersifat kuantitatif sehingga
hasil dari penelitian ini juga hanya mencerminkan kondisi berdasarkan
perhitungan atas ketiga variabel independen dan satu variabel kontrol yang
digunakan. Selain itu, data penelitian ini sangat bergantung pada keakuratan
dan ketepatan data yang tercantum pada Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) yang digunakan sebagai sumber pengumpulan data.
3. Kemampuan variasi variabel independen dan variabel kontrol dalam
menjelaskan variabel dependen sangat rendah yakni hanya sebesar 10,3%
sehingga belum mampu menjelaskan struktur jatuh tempo utang perusahaan
secara sempurna.
C. Saran
Berdasarkan segala keterbatasan di atas maka terdapat beberapa saran
yang diharapkan mampu menjadi penunjang dan media penambah informasi bagi
beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
a. Dapat menggunakan seluruh variabel dalam penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan perusahaan untuk menetapkan struktur jatuh tempo utang
perusahaan yang optimal dengan memperhatikan proporsi variabel
independen sehingga dapat menentukan struktur jatuh tempo utang yang
optimal.
b. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan proporsi kepemilikan
manajerial dan tingkat pertumbuhan sebagai salah satu factor penentu
untuk menentukan struktur jatuh tempo utang yang optimal untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan industri yang berbeda dan
memperpanjang tahun penelitian dari penelitian ini agar penelitian
selanjutnya dapat memberikan penjelasan yang lebih sempurna mengenai
pilihan struktur jatuh tempo utang perusahaan.
b. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel independent lain yang
belum digunakan dalam penelitian ini sehingga mampu menjelaskan
pilihan struktur jatuh tempo utang yang optimal secara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Aivazian, V.A., Ge, Y., dan Jiaping Qiu. 2005. “Debt Maturity Structure and Firm
Investment”. Financial Management. Vol. 34. No. 4. pg. 107
Algifari, Drs. M.Si. 2003. Statistika Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi II.
Yogyakarta: STIE YKPN
Antoniou, A., Guney, Y. dan Paudyal, K. 2006. “The Determinants of Corporate Debt
Maturity Structure: Evidence from France, Germany and UK”. European
Financial Management. Vol. 12, 161-194
Barclay, M. dan Smith Jr., C. 1995. “The Maturity Structure of Corporate Debt”.
Journal of Finance. Vol. 50, 609-631
Barclay, M., Marx, L. dan Smith Jr., C.W. 2003. “The Joint Determination of
Leverage and Maturity”. Journal of Corporate Finance. Vol. 9, 149-167
Barnea, A., Hougen, R.A., dan Senbet, L.M. 1980. “A rationale for debt maturity
structure and call provisions in the agency theoretic framework”. The Journal
of Finance. Vol. XXXV, No. 5, December: 1223-1234
Berger, A.N., M.A. Espinosa-Vega, S.W. Frame, dan N.H. Miller. 2005. “Debt
maturity, risk, and asymmetric information”. Journal of Finance. 60(6), 28952923
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesepuluh. Buku Kedua. Jakarta:
Salemba Empat
Bulan, T.L., Hull, T., dan Yun, H. 2009. The impact of technical defaults on dividend
policy. [Online]. (http://people.brandeis.edu/~lbulan/Covenant.pdf, diakses 11
Maret 2010)
Chari, A., Chen, W., dan Dominguez, K. 2008. Is Emerging Market Money Smart?.
[Online]. (http://www.nipfp.org.in/nipfp-dea-program/PDF/sl_0216_chari.pdf,
diakses 11 Maret 2010)
Daniels, K., Ejara, D.D., dan Jayaraman Vijayakumar. 2009. “Debt Maturity, Credit
Risk, and Information Asymmetri:The Case of Municipal Bonds”. The
Financial Review, Forthcoming.
Darsono, dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Andi
Deesomsak, R., Paudyal, K. dan Pescetto, G. 2009. “Debt Maturity Structure and the
1997 Asian Financial Crisis”. Journal of Multinational Financial Management.
Vol 19. No. 1. pp.26-42
Diamond, Douglas W. 1991. Debt maturity structure and liquidity risk, Quarterly
Journal of Economics 106, 709-738
Djarwanto. 2000. Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE
Donsantosa. (2009). Struktur Hutang. [Online]. (http://kumpulan-artikelekonomi.blogspot.com/2009/08/struktur-hutang.html, diakses 11 Maret 2010)
Easterbrook, F.H. 1984. Two Agency-Cost Explanations of Dividens. The American
Economic Review. Vol. 74, No. 4, 650-659
Fitrijanti, Tettet dan Hartono, Jogiyanto. 2002. Set Kesempatan Investasi: Konstruksi
dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5, No. 1:35-63
Flannery, Mark J. 1986. Asymmetric information and risky debt maturity choice,
Journal of Finance 41, 19-37
Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:
BPFE
Goswami, Gautam. 2000. Asset maturity, Debt Covenants, and Debt Maturity
Choice. The Financial Review. Vol. 35. No. 4. pg. 51
Guedes, J. dan Opler, T. 1996. The Determinants of the Maturity of Corporate Debt
Issues. Journal of Finance. 51, 1809-1833
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar, diterjemahkan oleh Sumarno Zain.
Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Hanafi, Mamduh. 2003. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE
Hartoro, dan Atahau. 2007. ”Analisis Interdependensi Insider Ownership, Tingkat
Hutang, dan Dividen Perusahaan secara Simultan di Indonesia Periode 19901992 dan 2000-2003”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. XIII, No.1, Maret: 1-19
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Kelima. Yogyakarta: YKPN
Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. ”Determinasi Capital Structure Pada
Perusahaan Manufatur di bursa Efek Jakarta Periode: 2000-2004”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 3, No.1, pp. 77-105
Jensen, M.C. 1986. “Agency cost of free cash flow, corporate finance, and
takeovers”. American Economic Review. Vol. 76 (2): 323-329
Jensen, M.C., dan W.H. Meckling. 1976. “The Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Finance
Economics. Vol 3, 305-360
Jogiyanto. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis-Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE
Julio, B., Kim, W., dan Michael S. Weisbach. 2008. “What Determines the Structure
of Corporate Debt Issues?”. SSRN working paper
Jung, Kooyul, Yong-Cheol Kim, dan René Stulz. 1996. “Timing, investment
opportunities, managerial discretion, and the security issue decision”. Journal
of Financial Economics. Vol. 42, 159-185
Kale, Jayant., dan Tom Noe. 1990. “Risky debt maturity choice in a sequential
equilibrium”. Journal of Financial Research. Vol. 13, 155-165
Kieso, dan Weygand. 1995. Akuntansi Intermediate. United States of America: John
Wiley and Sons Inc
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Kuswadi. 2005. Cara Mudah Memahami Angka-Angka dan Manajemen Keuangan
Bagi Orang Awam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Marcus, Myers, dan Brealey. 2007. Fundamentals of Corporate Finance. Fifth
Edition. New York: Mc Graw Hill
Munawir, Slamet. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty
Myers, Stewart C. 1977. “Determinants of corporate borrowing”. Journal of
Financial Economics. Vol. 5. pg. 147-176
Nachrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis: Ekonometrika-Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
universitas Indonesia
Nugroho, Bhuono Agung, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Yogyakarta: Andi
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution)
untuk Ananlisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom
Rajan, Raghuram, dan Andrew Winton. 1995. “Debt covenants, collateral, and
delegated monitoring”. Journal of Finance. Vol. 50, 1113-1146
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat.
Yogyakarta: BPFE
Robhiceaux, Sara Helms. 2000. An Empirical Investigation of the Effects IncentiveBased Compensation and Monitoring on a Firm’s Debt Structure. Alabama.
The University of Alabama. Dissertation.
Ross, Westerfield, and Jordan. 2006. Corporate Finance Fundamentals. Seventh
Edition. New York: McGraw-Hill Education
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Empat.
Yogyakarta: BPFE
Scherr, F.C., dan Heather M Hulburt. 2001. “The Debt Maturity Structure of Small
Firms”. Financial Management. Vol. 30, 85-111
Stohs, Mark Hoven dan David C. Mauer. 1996. “The determinants of corporate debt
maturity structure”. Journal of Business. Vol. 69, pg. 279-312
Sularso, Sri. 2003. Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi.
Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit BPFE
Sundjaja, S. Ridwan dan Berlian, Inge. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Edisi
Kelima. Jakarta : Literata Lintas Media.
Uyanto, Stanislaus. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Wahidahwati. 2002. ”Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts: Analisis
Persamaan Simultan Non Linear dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan
Risiko (Risk Taking), Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen”. Simposium
Nasional Akuntansi. Vol. V: 601-625
Download