BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Harga (Price) Menurut Simamora

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Harga (Price)
Menurut Simamora (2003, p.195) harga adalah nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan, atau
kepemilikan barang atau jasa.
Menurut Tjiptono (2009, p.138) harga adalah sejumlah uang (satuan
moneter) dan/atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung utilitas/kegunaan
tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu jasa.
Menurut Lovelock (2007, p.20) harga adalah pengeluaran uang, waktu, dan
usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.
Sedangkan menurut Kotler (2005, p.340) harga adalah jumlah uang yang
ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Jadi secara keseluruhan, harga adalah nilai atau sejumlah uang yang
dipertukarkan oleh konsumen untuk suatu produk atau jasa yang memiliki
manfaat tertentu.
Menurut Tjiptono (2009, p.144) harga mempengaruhi citra dan strategi
positioning. Dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan citra kualitas
dan eksklusivitas, harga menjadi unsur terpenting. Konsumen cenderung
mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas jasa. Harga yang mahal
dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi, dan sebaliknya.
6 7 Menurut Tjiptono (2009, p.146) harga berperan penting secara makro (bagi
perekonomian secara umum) dan secara mikro (bagi konsumen dan perusahaan).
Bagi perekonomian, harga merupakan regulator dasar dalam sistem
perekonomian, karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi,
seperti tenaga kerja, tanah, modal, waktu, dan kewirausahaan.
Bagi perusahaan, harga mempengaruhi posisi bersaing dan pangsa pasar
perusahaan. Dampaknya, harga berpengaruh pada pendapatan dan laba bersih
perusahaan. Jadi, harga mempengaruhi keuntungan perusahaan. Harga tidak
boleh lebih rendah dari biaya rata-rata per produk jika perusahaan ingin
memperoleh keuntungan.
Bagi pembeli, harga memberikan dampak ekonomis dan psikologis. Dampak
ekonomisnya berkaitan dengan daya beli, sebab harga merupakan biaya (cost)
bagi pembeli. Semakin tinggi harga, semakin sedikit produk yang bisa mereka
beli. Sebaliknya, semakin rendah harga, semakin banyak produk yang dapat
mereka beli. Namun tidak otomatis semakin banyak produk yang dibeli.
Terkadang harga memiliki efek psikologis, di mana harga tinggi mencerminkan
kualitas tinggi dan harga rendah mencerminkan kualitas rendah. Bagi konsumen
yang sangat sensitif terhadap harga akan menjadikan harga sebagai satu-satunya
pertimbangan untuk membeli produk. Tetapi bagi konsumen yang tidak atau
sedikit sensitif, selain harga konsumen juga mempertimbangkan faktor lain,
seperti citra merek, layanan, dan kuallitas.
Pada dasarnya sebagian besar konsumen sensitif terhadap harga. Jika
konsumen sensitif maka harga harus ditekan serendah mungkin. Jika tidak,
konsumen dengan mudah akan berpindah pada merek lain.
8 Menurut Kotler (2005, p.358) persepsi konsumen akan harga dan nilai
menentukan apakah perusahaan telah menetapkan harga dengan tepat. Bila
harga tinggi dibanding jumlah anggapan nilai, konsumen tidak akan membeli
produk.
Masih menurut Kotler (2005, p.358) konsumen juga membandingkan harga
produk dengan harga produk pesaing, dan memilih produk yang menawarkan
nilai paling tinggi. Pemasar harus cermat memantau penetapan harga dan
kualitas / mutu dari produk semua pesaing, serta menggunakan informasi
tersebut sebagai titik awal untuk menetapkan harganya sendiri.
Untuk mendapatkan persepsi yang baik mengenai harga oleh pembeli,
beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut.
1. Cara Pembayaran
Berdasarkan pendapat sutojo (2001, p64-69) cara pembayaran mempunyai
peranan penting terhadap kesediaan konsumen untuk membeli suatu produk,
dimana harga tersebut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar bedanya
dengan harga produk saingan yang setaraf. Apabila perbandingan harga tersebut
terlalu besar maka kelancaran penjualan produk yang bersangkutan dapat
terhambat. Hal itu dapat menimbulkan keseganan konsumen mengkonsumsi
produk yang bersangkutan, apabila cara pembayaran yang tersedia hanyalah
tunai, tidak dapat menggunakan kartu kredit, debet card maupun cara
pembayaran lainnya.
2. Potongan Harga
Menurut Tjiptono(2004, p.166), terdapat penyesuaian khusus terhadap harga,
yaitu salah satunya adalah diskon.
9 •
Diskon. Diskon ini merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli. Terdapat beberapa jenis diskon, antara lain:
-
Diskon Kualitas. Potongan harga yang diberikan guna mendorong
konsumen agar membeli dalam jumlah banyak, sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan secara keseluruhan.
-
Diskon Musiman. Potongan harga yang diberikan hanya pada masamasa tertentu saja.
-
Diskon Kas. Potongan yang diberikan apabila pembeli membayar
tunai barang-barang yang dibelinya, atau membayarnya dalam
jangkawaktu
tertentu
sesuai
dengan
apa
yang
dijanjikan
sebelumnya.
-
Trade (Functional Discount). Diskon ini diberikan oleh produsen
kepada para penyalur yang terlibat dalam pendistribusian barang
dan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu.
3. Harga yang bersaing
Menurut Irawan (2002, p37-40), faktor – faktor pendorong kepuasan konsumen
terbagi atas 5 bagian, salah satunya adalah harga. Untuk konsumen yang sensitif
terhadap harga, biasanya harga yang murah adalah sumber kepuasan yang penting
karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang tinggi, komponen harga ini relatif
tidak penting bagi mereka yang tidak sensitif terhadap harga. Bagi mereka yang
tidak peduli terhadap harga, mereka lebih menyukasi harga yang sedikit mahal
namun kualitasnya baik daripada harga yang murah tetapi kualitasnya tidak sesuai
dengan keinginannya. Persaingan dalam harga akan mendapatkan perhatian
konsumen sepanjang kualitas barang adalah sama. Kualitas produk dan harga
10 seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan
konsumen. Kedua aspek ini relatif gampang ditiru dengan menggunakan teknologi
yang hampir standar, setiap perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk
menciptakan kualitas produk yang hampir sama dengan para pesaing. Oleh karena
itu, banyak perusahaan yang lebih mengandalkan aspek yang ketiga yaitu kualitas
pelayanan.
4. Kesesuaian harga
Menurut Peter dan Oslon (2003, p.220), yang dimaksud dengan harga
adalah elemen yang paling tidak umum dari bauran pemasaran. Harga adalah
satu-satunya elemen yang berkaitan dengan pendapatan. Dilihat dari sudut
pandang konsumen, harga didefinisikan sebagai apa yang harus diserahkan
konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa. Dalam penelitian ini, harga
yang dimaksud yaitu persepsi harga yang tercipta di benak pembeli, kesesuaian
antara harapan dan hasil yang diterima pembeli.
2.2
KEPUTUSAN PEMBELIAN
2.2.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Definisi perilaku konsumen menurut The American Marketing Association
dalam Setiadi (2003, p.3) “perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia
melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka”. Dari devinisi tersebut di
atas terdapat tiga ide yaitu : (1) Perilaku konsumen adalah diamis; (2) hal
tersenut melibatkan interaksi antasa afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian
disekitar; serta (3) hal tersebut melibatkan pertukaran.
11 Menurut Mowen dan Minor (2002, p.5), perilaku konsumen adalah study
tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2002, p.6), studi perilaku konsumen
terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber
daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang
yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli,
mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli,
seberapa sering mereka membeli dan seberapa sering mereka menggunakan.
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi prodak,
jasa, maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, atau pun masyarakat luas selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku
konsumen, semikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal
studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi
perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, prodak dan
individu atau grup tertentu.
Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku
konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu
strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama disepanjang
waktu, pasar, dan industri.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran. Itu merupakan hal terakhir
yang ditekankan dalam devinisi perilaku konsumen yaitu pertukaran diantara
individu. Hal ini membuat devinisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan
12 devinisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. Kenyataannya,
peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen
melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.
2.2.2
Keputusan Pembelian Konsumen
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang
pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap
periode tertentu. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003, p.289)
mendevinisikan suatu kepususan adalah sebagai pemilihan suatu tindakan dari
dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan
pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Jika konsumen tidak memiliki
pilihan alternatif, maka hal tersebut bukanlah situasi konsumen melakukan
keputusan. Suatu keputusan tanpa pilihan tersebut makan disebut sebagai
sebuah Hobson’s choice.
Semua aspek dari afeksi dan kognisi terlibat dalam pembuatan keputusan
konsumen, termasuk pengetahuan, makna dan kepercayaan yang digerakkan
dari memori dan atensi serta proses komprehensi yang terlibat di dalam
interpretasi informasi baru di lingkungan. Proses kunci di dalam pembuatan
keputusan konsumen ialah, proses intergrasi dengan mana pengetahuan
dikombinasikan untuk mengevaluasi dua atau lebih alternatif perilaku kemudian
pilih satu. Hasil dari proses integrasi adalah suatu pilihan, secara kognitif
terwakili sebagai intensi perilaku. Intensi perilaku disebut rencana keputusan
(Supranto dan Limakrisna 2007, p.211).
13 Gambar 2.1 Model proses kognitif dalam pembuatan keputusan konsumen
Sumber: Peter dan Olson dalam Supranto dan Limakrisna (2007, p.212)
Berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, menurut Hawkins et al. dalam
Simamora (2003, p.8), pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
14 1. Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (attribute-based choice)
Pada pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang apa
atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya,
keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut-atribut yang
dipertimbangkan.
2. Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice)
Pengambilan keputusan ini, diambil berdasarkan kesan umum, intuisi
maupun perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini bisa terjadi pada
produk yang belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen.
2.2.3
Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen
Tidak semua situasi pengambilan keputusan konsumen menerima atau
membutuhkan tingkat pencarian informasi yang sama. Schiffman dan Kanuk
(2007, p.487) membedakan tiga tingkat pengambilan keputusan konsumen yang
spesifik yaitu :
1. Pemecahan masalah yang luas
Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk
menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merek-merek tertentu dan
banyak informasi yang sesuai mengenai setiap yang akan dipertimbangkan.
Pemecahan masalah yang luas biasanya dilakukan pada pembelian barang
tahan lama dan barang-barang mewah seperti mobil, rumah, peralatan
elektronik.
2. Pemecahan masalah yang terbatas
Pada tingkat ini, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai
kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut. Namun,
konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tersebut. Mereka
15 membutuhkan informasi tambahan untuk melihat perbedaan diantara
berbagai merek.
3. Perilaku sebagai respon yang rutin
Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman
mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan
baik untuk menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan.
Konsumen mungkin mencari informasi tambahan, tetapi hanya untuk
meninjau kembali apa yang sudah mereka ketahui.
2.2.4
Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen
Schiffman
dan
Kanuk
(2007,
p.491-507)
menggambarkan
model
sederhana dalam pengambilan keputusan konsumen menjadi tiga komponen
utama, yaitu :
1. Input
Komponen input terdiri dari berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai
sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai,
sikap dan perilaku yang berkaitan dengan produk. Yang paling utama dalam
komponen input ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran dan
pengaruh sosio budaya.
•
Input Pemasaran
Kegiatan pemasaran perusahaan yang merupakan usaha langsung
untuk mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen
untuk membeli dan menggunakan produknya. Usaha-usaha tersebut
meliputi berbagai strategi bauran pemasaran, yaitu produk, promosi,
harga, dan saluran distribusi.
•
Input Sosial Budaya
16 Input sosio budaya ini terdiri dari berbagai macam pengaruh non
komersial seperti pengaruh dari keluarga, sumber informasi non
komersial, kelas social, budaya dan sub-budaya.
2. Proses
Komponen
proses
berhubungan
dengan
cara
konsumen
mengambil
keputusan. Untuk memahami proses ini, maka harus dipertimbangkan
pengaruh berbagai konsep psikologis yang merupakan pengaruh dari dalam
diri. Pengaruh-pengaruh tersebut adalah motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepribadian, dan sikap. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari
tiga tahap, yaitu :
•
Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan
suatu masalah. Di kalangan konsumen tampaknya ada dua gaya
pengenalan kebutuhan atau masalah yang berbeda. Pertama,
meruapakan tipe keadaan yang sebenarnya, yang merasa bahwa
mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dapat
berfungsi secara memuaskan. Kedua, tipe keadaan yang diinginkan,
dimana bagi konsumen keinginan terhadap suatu yang baru dapat
menggerakan proses keputusan.
•
Penelitian sebelum pembelian
Penelitian ini dimulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan
yang dapat dipenuhi dengan mambeli dan mengkonsumsi suatu
produk. Ingatan pada pengalaman yang lalu dapat memberikan
17 informasi yang memadai kepada konsumen untuk melakukan pilihan
sekarang ini. Jika tidak mempunyai pengalaman sebelumnya,
mungkin konsumen harus melakukan penelitian lebih mengenai
keadaan di luar dirinya untuk memperoleh informasi yang berguna
sebagai
dasar
pemilihan.
Banyak
keputusan
konsumen
yang
didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu (sumber internal)
dan informasi pemasaran dan non komersial (sumber eksternal).
Tingkat rasio yang dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses
pengambilan keputusan.
•
Penilaian alternatif
Ketika menilai berbagai alternatif potensial, konsumen cenderung
menggunakan dua tipe informasi, yaitu daftar merek yang akan
konsumen rencanakan untuk dipilih dan kriteria yang akan mereka
gunakan untuk menilai setiap merek.
3. Output
Komponen output menyangkut kegiatan pasca pembelian yang berhubungan
erat, yaitu perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian. Tujuan dari
kedua kegiatan itu adalah untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap
pembeliannya.
•
Perilaku pembelian
Konsumen melakukan dua tipe pembelian, yang pertama adalah
pembelian percobaan, yang bersifat sebagai penjajakan konsumen
untuk menilai suatu produk melalui pemakaian langsung. Yang kedua
adalah pembelian ulang, biasanya menandakan bahwa produk
18 memenuhi
persetujuan
konsumen
dan
konsumen
bersedia
memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar.
•
Penilaian pasca pembelian
Unsur terpenting dari evaluasi pasca pembelian adalah pengurangan
ketidakpastian atau keragu-raguan yang dirasakan oleh konsumen
terhadap pilihannya. Tingkat analisis pasca-pembelian yang dilakukan
para konsumen tergantung pada pentingnya keputusan produk dan
pengalaman yang diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika
kinerja produk sesuai harapan, maka mungkin konsumen akan
membelinya lagi. Sebaliknya, jika tidak sesuai harapan maka
konsumen akan mencari berbagai alternatif yang lebih sesuai.
2.2.5
Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis
keputusan pembelian. Assael dalam Kotler (2003, p.201-202) membedakan empat
perilaku konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat
perbedaan diantara merek, yaitu:
1. Perilaku membeli yang komplek (complex buying behavior)
Mengembangkan
kepercayaan
tentang
produknya.
Kedua
pembeli
mengembangkan sikap terhadap produk. Kemudian yang ketiga, pembeli
membuat pilihan pembelian yang telah dipikirkan secara matang sebelumnya.
Konsumen berprilaku membeli seperti ini ketika mereka benar-benar terlibat
dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi ketika produknya
mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat menonjolkan ekspresi diri.
19 2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing
buying behavior)
Perilaku membeli semacam ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan
pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit
perbedaan diantara merek-merek yang ada.
Setelah pembelian, mungkin konsumen akan mengalami ketidak cocokan, dan
menemukan kelemahan-kelemahan tertentu atau mengetahui merek lain
yang lebih baik. Pada situasi seperti ini, komunikasi pemasaran sebaiknya
memberikan bukti-bukti dan dukungan yang sangat membantu konsumen
menyenangi pilihan merek mereka.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behavior)
Perilaku membeli seperti ini berada dalam keterlibatan yang rendah dan
sedikitnya perbedaan merek. Seperti misalnya konsumen membeli garam,
konsumen akan membeli merek apa saja. Jika ternyata mereka tetap membeli
merek yang sama, ini hanya karena kebiasaan, bukan loyalitas terhadap
merek. Biasanya hal ini terjadi pada prodak-prodak yang murah dan sering
dibeli. Jika perilaku membeli seperti ini tidak mencari informasi secara
ekstensif mengenai suatu merek, mengevaluasi sifat-sifat merek tersebut, dan
mengambil keputusan yang berarti merek apa yang akan mereka beli.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi (variety seeking buying behavior)
Situasi membeli seperti ini memiliki keterlibatan yag rendah, namun adanya
perbdaan merek yang cukup berarti. Dalam kasus semacam ini, konsumen
sering kali mengganti merek. Contohnya ketika membeli biscuit, tidak perlu
banyak evaluasi dan mengevaluasi merek tersebut selama dikonsumsi.
Penggantian merek ini terjadi karena ingin variasi bukan ketidakpuasan.
20 Keterlibatan tinggi
Keterlibatan rendah
Perbedaan mendasar
yang ada diantara
merek
Perilaku membeli yang
komplek.
Perilaku membeli yang
mencari variasi.
Sedikit perbedaan
diantara merek yang
ada
Perilaku membeli yang
mengurangi
ketidakcocokkan.
Perilaku membeli karena
kebiasaan.
Gambar 2.2 Perilaku Pembelian
Sumber : Assael dalam Kotler (2003, p.201)
2.2.6
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemecahan Masalah
Dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu
pemecahan masalah kita mengasumsikan bahwa konsumen memiliki sasaran
(konsekuensi yang diinginkan atau nilai dalam rantai arti atau akhir) yang ingin
dicapai atau dipuaskan. Seorang konsumen menganggap sesuatu adalah
“masalah” karena konsekuensi yang diinginkannya belum dapat dicapai.
21 Konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk dapat
mencapai sasaran mereka dan dengan demikian “memecahkan masalahnya”.
Dalam pengertian ini, pengambilan keputusan konsumen adalah proses
pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Pemecahan masalah
konsumen sebenarnya adalah suatu aliran timbal balik yang berkesinambungan
diantara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif, serta tindakan perilaku.
Aliran ini dibagi dalam beberapa tahap dan subproses yang berbeda untuk
menyederhanakan masalah (problem solving) generic yang menjelaskan lima
tahapan atau proses dasar.
Menurut Kotller (2003, p.204-208), konsumen melewati lima tahap dalam
keputusan pembelian. Sebenarnya, proses pembelian telah dimulai jauh sebelum
pembelian actual terjadi dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian terjadi.
Masing-masing tahap proses keputusan pembelian tersebut, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian dimulai saat konsumen mengenali sebuah kebutuhan atau
masalah. Konsumen merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan
keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal
ketika salah satu kebutuhan normal seseorang, seperti rasa lapar dan haus
muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Suatu
kebutuhan juga dapat dipucu oleh rangsangan eksternal.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua tingat.
Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamankan perhatian menguat,
pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi
22 tentang produk. Pada tingkat selanjutnya, orang itu mungkin memasuki masa
pencarian aktif informasi. Melalui pengumpulan informasi, konsumen akan
mengetahui tentang merek-merek yang bersaing dan keistimewaan merek
tersebut. Ada empat kelompok yang menjadi sumber informasi konsumen,
yaitu:
•
Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga maupun kenalan
lainnya
•
Sumber Komersial : iklan, wiraniaga, penjual, kemasan dan
pajangan
•
Sumber Publik : media massa, organisasi penilai konsumen
•
Sumber Pengalaman : menangani, memeriksa dan menggunakan
produk
3. Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar akan membantu kita untuk memahami proses
evaluasi konsumen. Pertama, konsumen akan berusaha untuk memenuhi
suatu kebutuhan. Kedua, konsumen akan mencari manfaat tertentu dari
solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai
sekumpulan atribut dengan kemampuan berbeda-beda dalam memberikan
manfaat
yang
digunakan
untuk
memuaskan
kebutuhan.
Konsumen
membangun keyakinan terhadap merek mengenai posisi setiap merek pada
setiap atribut.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek
dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk
membeli produk yang disukai. Namun ada dua faktor berikut dapat berada
diantara niat pembelian dan keputusan pembelian :
23 •
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada
dua hal, yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif
yang disukai konsumen, dan motivasi konsumen untuk menuruti
keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan
semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar
konsumen akan mengubah niat pembeliannya. Demikian juga
sebaliknya.
•
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat
muncul dan dapat mengubah niat pembelian. Konsumen mungkin
membentuk
niat
membeli
berdasarkan
faktor-faktor
seperti
pendapatan yang diperkirakan, harga yang diharapkan, dan manfaat
produk yang diharapkan. Namun kejadian-kejadian yang tidak
terantisipasi mungkin mengubah niat membeli tersebut.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan
tertentu.
Pemasar
harus
memantau
kepuasan
pasca
pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca
pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan
pembeli atau suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas
produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari yang diharapkan,
pelanggan akan kecewa. Jika ternyata sesuai harapan, pembeli akan sangat
puas. Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan
membeli
kembali
produk
tersebut
dan
membicarakan
hal-hal
yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut dengan
orang lain. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk
24 akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk
tersebut. Para konsumen yang tidak puas akan bertindak sebaliknya.
2.3 LOYALITAS PELANGGAN
2.3.1 Pengertian loyalitas pelanggan
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan suatu produk atau jasa
sebagai akhir dari suatu proses penjualan memberikan dampak tersendiri
terhadap perilaku pelanggan akan produk atau jasa yang diterima. Bagaimana
perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagaimana pelanggan
dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan jasa yang diperolehnya, dan
perilaku lain yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk atau jasa yang
telah dirasakan.
Loyalitas
mempertahankan
pelanggan
mereka
memiliki
berarti
peran
dalam
meningkatkan
sebuah
kinerja
perusahaan,
keuangan
dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama
bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Usaha
untuk memperoleh pelanggan yang loyal tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi
melakukan beberapa tahapan, mulai dari mencari pelanggan potensial sampai
memperoleh partner atau rekan kerja.
25 Menurut Durianto, et, all (2004,p.19) kepuasan adalah pengukuran
secaralangsung bagaimana konsumen tetap loyal atau setia kepada suatu merek.
Loyalitas adalah akumulasi pengalaman penggunaan produk.
Menurut Kotler (2003,p.294), loyalitas adalah sebuah komitmen untuk
membeli kembali produk atau jasa di masa yang akan datang walaupun
dipengaruhi oleh situasi atau keadaan pasar yang dapat menyebabkan perubahan
perilaku.
Sementara Menurut Prof. Dr. H. Buchari Alma (Manajemen Pemasaran
dan Pemasaran Jasa, Cetakan Ketujuh, 2005, p.294), loyalitas pelanggan
mencakup :
•
Pembelian Ulang
•
Penolakan Pesaing
•
Tidak terpengaruh terhadap daya tarik barang lain
•
Frekuensi rekomendasi kepada orang lain
2.3.2 Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal merupakan asset penting bagi perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh
Griffin (2005, p.31), pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian secara teratur atau pembelian ulang. Adalah
pelanggan yang telah melakukan pembelian produk atau jasa sebanyak
dua kali atau lebih.
26 2. Membeli di luar lini produk atau jasa (pembelian antar lini produk). Adalah
membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan.
Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini
sudah kuat dan berlangsung lama serta membuat mereka tidak
terpengaruh oleh produk pesaing.
3. Merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain. Adalah memberi
barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan serta
melakukan pembelian secara teratur. Selain itu, mereka mendorong orang
lain agar membeli barang atau jasa perusahaan tersebut. Secara tidak
langsung, mereka telah melakukan pemasaran untuk perusahaan dan
membawa pelanggan untuk perusahaan.
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk atau jasa sejenis, atau
dengan kata lain, tidak mudah terpengaruh oleh tarikan pesaing.
Salah satu reaksi pelanggan apabila mereka merasa puas adalah dengan
tetap setia kepada produk atau jasa tersebut. Menurut Rambart Lupiyoadi (2006,
p.161), loyalitas pelanggan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Membicarakan hal-hal positif kualitas jasa kepada orang lain.
2. Merekomendasikan kualitas jasa kepada orang lain.
3. Mendorong teman atau relasi bisnis untuk berbisnis dengan perusahaan
tersebut.
4. Mempertimbangkan perusahaan tersebut sebagai pilihan utama dalam
membeli atau menggunakan jasa.
5. Melakukan bisnis lebih banyak di waktu mendatang.
27 2.3.3 Tahapan Loyalitas
Jill Griffin (2005, p.35) membagi tahapan loyalitas pelanggan sebagai
berikut :
1. Suspect
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa
perusahaan tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan produk
(barang atau jasa) yang ditawarkan.
2. Prospects
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa
tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada prospect
ini, meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah
mengetahui keberadaan perusahaan dan produk (barang atau jasa) yang
ditawarkan.
3. Disqualified Prospect
Adalah orang yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa
tertentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa
tersebut, atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau
jasa tersebut.
4. First Time Customer
Adalah pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih
menjadi pelanggan baru.
5. Repeat Customer
Adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk atau
jasa sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan
28 pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua
macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
6. Clients
Adalah membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka
butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis
pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka
tidak terpengaruh oleh produk pesaing.
29 7. Advocates
Seperti hal nya clients, advocates membeli barang atau jasa yang
ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian
secara teratur. Selain itu, mereka mendorong relasi mereka agar membeli
barang atau jasa perusahaan atau merekomendasikan perusahaan
tersebut kepada orang lain, dengan begitu secara tidak langsung mereka
telah melakukan pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen
untuk perusahaan. Tahapan kesetiaan pelanggan yang diungkap Griffin
tersebut dikenal dengan istilah Profile Genereator System.
2.4 Hubungan Antar Variabel Harga, Keputusan Pembelian dan Loyalitas
Pelanggan
Selain teori yang tertera di atas, ada beberapa penelitian yang memperkuat teori
tersebut. Yang pertama, penelitian yang telah dilakukan oleh Anna Silaban dan
Deddy Eko H yang meneliti mengenai pengaruh faktor-faktor kepuasan konsumen
(harga produk, kualitas pelayanan, dan kualitas produk) terhadap loyalitas
pelanggan. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor-faktor kepuasan
konsumen yang terdiri dari harga, kualitas pelayanan dan kualitas produk secara
serentak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada PT. Berdikari Niaga Utama
Surabaya. (Majalah Ekonomi : Telaah manajemen, akuntansi dan bisnis volume 4
nomor 1).
Sedangkan di dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Handri Dian Wahyudi yang
diperkuat oleh teori menurut Kotler dan Armstrong (2001, p452), konsumen akan
memutuskan apakah harga suatu produk sudah tepat. Keputusan penetapan harga,
seperti halnya keputusan bauran pemasaran lainnya, haruslah berorientasi pada
30 pembeli. Ketika .konsumen membeli suatu produk, mereka menukar suatu nilai
(harga) untuk mendapatkan suatu nilai lainnya (manfaat karena memiliki atau
menggunakan suatu produk). Dan hasil dari penelitian tersebut adalah variabel yang
dominan pengaruhnya terhadap keputusan konsumen Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang dalam membeli detergen adalah harga detergen. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien beta untuk harga sebesar 0,538, hal
tersebut menunjukkan bahwa harga secara partial berpengaruh terhadap keputusan
konsumen mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. (Jurnal Eksekutif
2005, p167-169)
2.5 Kerangka Berpikir
Harga : (X1)
• Cara pembayaran
• Struktur potongan harga
• Harga yang bersaing
• Kesesuaian harga
Keputusan Pembelian : (Y)
•
•
Keputusan pembelian
sparepart
Perilaku pasca
pembelian
Loyalitas pelanggan (Z)
•
•
•
•
Pembelian Ulang
Pembelian antar lini produk
Merekomendasikan produk ke orang lain
Menunjukan kekebalan dari daya produk
sejenis dari pesaing
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Sumber : Penulis
31 2.6 Hipotesis
Secara garis besar hipotesis dari penelitian ini adalah :
Variabel :
•
X = Harga
•
Y = Keputusan Pembelian
•
Z = Loyalitas pelanggan
1. Hipotesis 1 Î pengaruh harga terhadap keputusan pembelian di PT. Sloka
Kencana Abadi.
•
Ho = Tidak ada pengaruh harga terhadap keputusan pembelian di
PT. Sloka Kencana Abadi.
•
Ha = ada pengaruh harga terhadap keputusan pembelian di PT.
Sloka Kencana Abadi.
2. Hipotesis 2 Î pengaruh keputusan pembelian terhadap loyalitas pelanggan
di PT. Sloka Kencana Abadi.
•
Ho = tidak ada pengaruh keputusan pembelian terhadap loyalitas
pelanggan di PT. Sloka Kencana Abadi.
•
Ha = ada pengaruh keputusan pembelian terhadap loyalitas
pelanggan di PT. Sloka Kencana Abadi.
3. Hipotesis 3 Î pengaruh harga dan keputusan pembelian terhadap loyalitas
pelanggan secara simultan di PT. Sloka Kencana Abadi.
•
Ho = tidak ada pengaruh harga dan keputusan pembelian terhadap
loyalitas pelanggan secara simultan di PT. Sloka Kencana Abadi.
•
Ha = Ada pengaruh harga dan keputusan pembelian terhadap
loyalitas pelanggan secara simultan di PT. Sloka Kencana Abadi.
Download