ANALISIS PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN OTONOMI KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN KOMITMEN AFEKTIF SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DI PD. PASAR JAYA (KANTOR PUSAT PRAMUKA, JAKARTA) Bella Ardisa Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 [email protected] Laksmi Sito Dwi Irvianti, S.E., MM (Dosen Pembimbing) Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of intrinsic motivation and job autonomy on turnover intention with affective commitment as mediating variable either partially or simultaneously at PD Pasar Jaya (Kantor Pusat Pramuka, Jakarta). The method used in this research is explanatory survey and the data was obtained through questionnaires to 120 employees as respondents. The data was analyzed by path analysis and the result shows that intrinsic motivation and job autonomy significantly influence employee turnover intention either partially or simultaneously. Intrinsic motivation, job autonomy and affective commitment significantly influences employee turnover intention either partially or simultaneously. Key words: Intrinsic Motivation, Job Autonomy, Affective Commitment, Turnover Intention ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh motivasi intrinsik dan otonomi kerja terhadap turnover intention karyawan dengan komitmen afektif sebagai variabel mediasi baik pengaruh secara parsial maupun pengaruh secara simultan di PD Pasar Jaya (Kantor Pusat Pramuka, Jakarta). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatory survey yaitu melalui penyebaran kuesioner kepada 120 responden dan dilakukan uji analisis melalui analisis jalur (Path Analysis).Hasil penelitian mengatakan bahwa motivasi intrinsik dan otonomi kerja berpengaruh secara signifikanterhadap turnover intention karyawan baik secara parsial maupun secara simultan.Motivasi intrinsik, otonomi kerja dan komitmen afektif berpengaruh secara signifikanterhadap turnover intention karyawan baik secara parsial maupun secara simultan. Kata Kunci: Motivasi Intrinsik, Otonomi Kerja, Komitmen Afektif, Turnover Intention PENDAHULUAN Sumber daya manusia (karyawan) pada perusahaan merupakan sumber daya yang harus dievaluasi dan diperhatikan pemberdayaannya, karena sumber daya manusia merupakan faktor kunci keberhasilan dan penentu masa depan perusahaan. Melalui pengelolaan sumber daya manusia yang baik diharapkan akan mendukung perkembangan perusahaan menjadi lebih pesat, namun sebaliknya jika sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya akan menghasilkan karyawan yang kurang bermutu sehingga perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik pula. Perilaku setiap individu pada dasarnya berdasarkan orientasi pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, perilaku individu pada umumnya didorong oleh keinginan untuk merealisasikan tujuan atau yang lebih dikenal dengan motivasi. Motivasi merupakan keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak. Orang biasanya bertindak karena satu alasan yaitu untuk mencapai tujuan.(Mathis dan Jackson, 2006). Motivasi karyawan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang rangsangannya berasal dari dalam diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri (Ardana,2008). Motivasi intrinsik menyebabkan seseorang sadar akan tanggung jawab dan pekerjaanya yang lebih baik daripada motivasi ektrinsik. Hal itu disebabkan karena motivasi intrinsik murni berasal dari dalam diri seseorang.Sehingga karyawan yang memiliki motivasi intrinsik tinggi pada pekerjaannya memiliki kualitas kerja yang lebih baik dari motivasi ekstrinsik. Selain itu, otonomi kerja (job autonomy) telah dikaitkan dengan motivasi dan job performance yang baik dari seorang pegawai. Xie dan Johns (1995) telah membuktikan jika otonomi sudah dimiliki maka kebutuhan akan tugas dan job performance akan semakin tinggi juga. Menurut Au dan Cheung (2004), (dikutip oleh Pearson, et al., 2009) otonomi juga dapat mengurangi tekanan saat bekerja dan meningkatkan inisiatif dan kepercayaan diri saat bekerja. Morgeson et al., (2005) membuktikan adanya hubungan yang kompleks antara otonomi dan job performance. Otonomi mencerminkan tingkat kebijaksanaan, kebebasan, dan independensi seseorang merencanakan pekerjaan dan membuat keputusan dalam pelaksanaan tugas. Salah satu perspektif pendekatan pada komitmen organisasional adalah berdasarkan pada ikatan afektif karyawan terhadap organisasinya dimana sudut pandang komitmen organisasional ini terkarakteristikan pada sebuah kepercayaan yang kuat dan penerimaan atas tujuan dan nilai yang dimiliki organisasi oleh karyawan; keinginan untuk menggunakan usaha yang lebih dengan mengatasnamakan organisasi; dan keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi. Salah satu upaya untuk mencapai target yang diinginkan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas adalah dengan menimalisasi tingkat perputaran karyawan (employee’s turnover) dengan memperhatikan segala factor yang menyebabkan keinginan karyawan untuk berpindah (turnover intention). Keinginan karyawan untuk berpindah harus disikapi sebagai sebuah keadaan dimana karyawan mulai mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang diharapkan serta sebagai suatu perilaku manusia yang penting dalam kehidupan berorganisasi dari sudut pandang individu maupun sosial, mengingat bahwa tingkat keinginan seorang karyawan untuk berpindah akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perusahaan serta individu yang bersangkutan. Dengan tingginya tingkat turnover pada perusahaan maka akan semakin banyak menimbulkan potensi biaya, baik itu biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan kepada karyawan, tingkat kinerja yang harus dikorbankan serta biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Berdasarkan hasil survei kepuasan karyawan dengan menggunakan 96 orang sebagai sampel dapat diketahui tingkat ketidakpuasan karyawan sebesar44% dan tingkat turnover intention sebesar 39%.Hal ini merupakan masalah serius bagi perusahaan dimana hampir setengah dari karyawan perusahaan merasa tidak puas dan hal tersebut dapat berdampak kepada psikologis yang dialami karyawan yaitu adanya keinginan untuk pindah dari perusahaan atau turnover intention. Semakin besar tingkat ketidakpuasan karyawan maka akan semakin besar pula tingkat turnover intention karyawan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah : 1. Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik dan otonomi kerja terhadap komitmen afektif karyawan pada PD. Pasar Jaya secara parsial maupun simultan? 2. Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik dan otonomi kerja terhadap komitmen afektif karyawan serta dampaknya padaturnoverintention karyawan pada PD. Pasar Jaya secara parsial maupun simultan? Landasan Teori Motivasi intrinsik adalah sumber energi yang merupakan inti dari sifat aktif seorang individu.Motivasi intrinsik mengacu pada keterlibatan seseorang dalam kegiatan yang sepenuhnya dilakukan untuk kesenangan dan kepuasan dari partisipasi belaka.Kepuasan dan kesenangan itu berasal dari suatu kegiatan yang dilakukannya bukan dari sumber alasan eksternal.Seseorang termotivasi secara intrinsik ketika dia melakukan kegiatan atau pekerjaan secara sukarela, tanpa harapan tidak ada imbalan materi atau alasan eksternal (Deci & Ryan dalam Badhuri & Kumar 2010). Breaugh 1985 (dalam Weston 2012) mendefinisikan otonomi kerja sebagai sejauh mana para pekerja dapat melakukan kontrol dan pengaruh atas aktivitas pekerjaan mereka dan organisasi kerja.Hal ini mengacu pada lingkup kebebasan untuk mengambil keputusan tentang isi, metode, penjadwalan dan kinerja tugas pekerjaan.Menurut SDT (dalam Galleta 2011), sejauh mana lingkungan kerja mendukung danmempromosikan otonomi kerja karyawan, memungkinkan mereka untuk mengaktifkan perilaku kerja yang positif dan otonom. Kondisi ini dianggap sebagai faktor fundamental yang mampu mempromosikan motivasi kerja karyawan, kesejahteraan dan kepuasan (Camerino & Mansano Sarquis, 2010; Camerino, Conway, & Lusignani, 2005). Sejalan dengan temuan tersebut, meta-analisis yang dilakukan oleh Humphrey, Nahrgang, dan Morgeson (2007) menunjukkan bahwa persepsi otonomi kerja berhubungan positif dengan hasil pekerjaan, seperti kinerja,kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi intrinsik Menurut Allen & Meyer (dalam Tjun Han et al 2012) Affective Commitmen(AC) ikatan secara emosional yang melekat pada seorang karyawan untuk mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya dengan organisasi. Komitmen afektif ini juga dapat dikatakan sebagai penentu yang penting atas dedikasi dan loyalitas seorang karyawan.Menurut Meyer et al (dalam Tjun Han 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen afektif seseorang antara lain yaitu: 1. Karakteristik individu: dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja. 2. Karaketristik organisasi: kondisi kerja internal dalam suatu organisasi yang akan mempengaruhi motivasi kerja dari individu yang bekerja di dalam lingkungan kerjanya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan karakterisstik organisasi antara lain: (a) peraturan personalia (b) pengaturan imbalan dan budaya organisasi (c) kebijakan upah (d) kebijakan tunjangan karyawan. 3. Karakteristik pekerjaan: upaya mengidentifikasikan karakteristik tugas dari pekerjaan, bagaimana karakteristik itu digabung untuk membentuk pekerjaan yang berbeda dan hubungannya dengan motivasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Menurut Hackman dan Oldham dalam Luthans (2005), Ada lima dimensi karakteristik pekerjaan yaitu indentitas tigas, signifikansi tugas, variansi keterampilan, otonomi dan umpan balik 4. Pengalaman kerja: suatu ukuran tentang lama waktu atau masa kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas–tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik. Turnover intention pada dasarnya adalah keinginan karyawan untuk pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya.Hal tersebut menunjukkan bahwa turnover intention adalah keinginan untuk berpindah, belum sampai pada tahap realisasi yaitu melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat kerja lainya.Intensi keluar merupakan ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dapat memicu keinginan seseorang untuk keluar mencari pekerjaan yang baru (Widjaja dkk 2008). Menurut Staffelbach (2008) faktor-faktor penyebab turnover intention terdiri dari 1. 2. 3. Faktor psikologi:penentu psikologis merujuk pada proses mental dan perilaku karyawan, sepertiharapan, orientasi, kepuasan kerja, komitmen organisasi, keterlibatan kerja atauefektifitas. Faktor ekonomi: ketika rewardsama dengan di tempat kerja lain,karyawanakan memutuskan untuk tidak meninggalkan organisasi. Pandanganekonomi menganalisis prosesturnoverlebih menekankan pada interaksi antara penentuan variabel eksternal seperti gaji atau peluang. Faktor demografis: Faktor demografis yang sering disebut juga sebagai karakteristik personal, yang terdiri dari usia dan masa jabatan. Kerangka Pemikiran Hipotesis Adapun hipotesis yang peneliti rancang adalah hipotesis yang verifikatifyangmenjelaskan bagaimanahubungan danpengaruh antarvariabelnya.Berikuthipotesisyangpenelitirancangdalampenelitian ini: bersifat asosiatif atau ataukontribusi 1. Untuk T-1 Ho= Motivasi Intrinsik (X1) dan Otonomi Kerja (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial maupun simultan terhadap Komitmen Afektif (Y) Karyawan pada PD. Pasar Jaya Ha= Motivasi Intrinsik (X1) dan Otonomi Kerja (X2) memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial maupun simultan terhadap Komitmen Afektif (Y) Karyawan pada PD. Pasar Jaya. 2. Untuk T-2 Ho= Motivasi Intrinsik (X1), Otonomi Kerja (X2) dan Komitemen Afektif (Y) tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial maupun simultan terhadap Turnover Intention (Z) Karyawan Pada PD. Pasar Jaya. Ha= Motivasi Intrinsik (X1), Otonomi Kerja (X2) dan Komitemen Afektif (Y) memiliki kontribusi yang signifikan secara parsial maupun simultan terhadap Turnover Intention (Z) Karyawan Pada PD. Pasar Jaya. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalampenelitianiniadalahpenelitianasosiatif. Menurut Sanusi (2011), penelitian asosiatif (kausalitas) merupakan penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antar variabel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah eksplanatory survey dengan unit analisis individu-karyawan PD Pasar Jaya.Time horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dimana studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan dalam satu periode waktu tertentu, harian, mingguan, bulanan, dan tahunan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Jenis dan Sumber Data Sumber data penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung melalui kuesioner yang akan dibagikan pada karyawan. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari jurnal, skripsi, buku-buku referensi. Sumber – sumber pustaka perusahaan, misalnya mengenai sejarah perusahaan dan struktur organisasi. Teknik Pengambilan Sampel Objek yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah PD Pasar Jaya.Dalam penelitian ini responden yang digunakan adalah populasi atau seluruh jumlah karyawan dimana jumlah populasi karyawan yang dimiliki oleh PD Pasar Jaya adalah sebanyak 120 orang. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) yang sebelumnya juga dilakukan beberapa uji lain seperti uji validitas, uji reliabelitas, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji heterokedatisitas, dan uji multikorelasi) dan uji korelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 Korelasi Pearson X1,X2,Y dan Z Correlations x1 x2 y x1 Pearson Correlation 1 .289 Sig. (1-tailed) .001 N 120 120 x2 Pearson Correlation .289 1 Sig. (1-tailed) .001 N 120 120 y Pearson Correlation .715 .428 Sig. (1-tailed) .000 .000 N 120 120 z Pearson Correlation -.513* -.363 Sig. (1-tailed) .000 .000 N 120 120 *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). z .715 .000 120 .428 .000 120 1 120 -.536 .000 120 -.513* .000 120 -.363 .000 120 -.536 .000 120 1 120 a. Korelasi Variabel Motivasi Intrinsik (X1) dan Otonomi Kerja (X2) (rX1X2) = 0.289 yang artinya hubungan kedua variabel tersebut bersifat lemah dan searah. b. Korelasi Variabel Motivasi Intrinsik (X1) dan Turnover Intention (Z) (rX1Y) = - 0.513 yang artinya hubungan kedua variabel tersebut bersifat cukup kuat dan berlawanan arah. c. Korelasi Variabel Otonomi Kerja (X2) dan Turnover Intention (Z) (rX2Y) = - 0.363 yang artinya hubungan kedua variabel tersebut bersifat lemah dan berlawanan arah. d. Korelasi Variabel Motivasi Intrinsik (X1) dan Komitmen Afektif (Y) = 0.715 sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat kuat dan searah. e. Korelasi Variabel Otonomi Kerja (X2) dan Komitmen Afektif (Y) = 0.428 yang artinya hubungan kedua variabel tersebut bersifat cukup kuat dan searah. Hasil analisis jalur (path analysis) dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur sub-struktur 1 Pengaruh antar Variabel Koefisien Jalur (beta) Nilai Sig Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Koefisien Variabel lain (ρyε1) 0.565 0,435 X1 terhadap 0,645 0,000 Signifikan Y X2 terhadap 0,241 0.000 Signifikan Y Sumber: Hasil Analisis Data, 2014 Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 1, namun disajikan dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui analisis data sehingga model sub-struktur 1 menjadi: Dari persamaan struktural sub-struktur 1 dapat diartikan bahwa: Pengaruh motivasi intrinsik (X1) otonomi kerja (X2) dan komitmen afektif (Y) secara simultan sebesar 56,5% dan sisanya sebesar 43,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. b) Semakin baik otonomi kerja yang diberikan perusahaan kepada karyawannya dalam melakukan pekerjaan maka motivasi intrinsik karyawan akan ikut meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan komitmen afektif karyawan terhadap perusahaan. Begitu juga sebaliknya, jika perusahaan tidak memberikan otonomi kerja kepada karyawannya dalam melakukan pekerjaan, maka akan menurunkan motivasi karyawan yang secara otomatis akan menurunkan komimen afektif karyawan terhadap perusahaan. a) Tabel 3 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur sub-struktur 2 Pengaruh antar Variabel Koefisien Jalur (beta) Nilai Sig Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Koefisien Variabel lain (ρyε1) X1 terhadap Z X2 terhadap Z Y terhadap Z -0,270 -0,169 -0,271 0,013 0,045 0,019 Signifikan Signifikan Signifikan 0,345 0,655 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014 Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 2, namun disajikan dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui analisis data sehingga model sub-struktur 2 menjadi: Dari persamaan struktural sub-struktur 2 dapat diartikan bahwa: Motivasi Intrinsik (X1) Otonomi Kerja (X2), Komitmen Afektif (Y), serta Turnover Intention (Y) memiliki pengaruh simultan sebesar 34,5% dan sisanya sebesar 65,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. b) Semakin baik motivasi intrinsik, otonomi kerja dan komitmen afektif karyawan maka tingkat turnover intention karyawan akan menurun. Begitu juga sebaliknya, semakin buruk motivasi intrinsik, otonomi kerja dan komitmen afektif karyawan, maka tingkat turnover intention karyawan akan semakin meningkat Jadi keseluruhan pengaruh parsial dan simultan kausal variabel Motivasi Intrinsik (X1), Otonomi Kerja (X2) terhadap Komitmen Afektif (Y) dan dampaknya terhadap Turnover Intention (Z) dapat digambarkan dalam model struktur lengkap sebagai berikut: a) Berdasarkan gambar tersebut, diketahui besar pengaruh antar variabel baik secara langsung,tidak langsung maupun secara total. Hal tersebut dirangkum dalam tabel dibawah ini: Tabel 4 Rangkuman Koefisien Jalur Koefisien Jalur Pengaruh Langsung Tidak Langsung (Melalui Variabel Y) X1 terhadap Y 0,645 0,645 X1 terhadap Z -0,270 -0,270 0,645 x (-0,271) = 0,174 X2 terhadap Y 0,241 0,241 X2 terhadap Z -0,169 -0,169 0,241 x (-0,271) = 0,065 Y terhadap Z -0,271 -0,271 ε1 0,435 ε2 0,655 Sumber : Pengolahan Data, 2014 Variabel Total 0,645 -0,174 0,241 -0,065 -0,271 - Berdasarkan tabel 3 diatas maka dapat disimpulkan hasil analisis jalur secara keseluruhan sebagai berikut: a) Pengaruh langsung antara variabel motivasi intrinsik terhadap turnover intention adalah sebesar 0,270 atau 27% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. b) Pengaruh langsung antara variabel motivasi intrinsik (X1) terhadap turnover intention (Z) memiliki pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh variabel motivasi intrinsik (X1) terhadap turnover intention (Z) dengan komitmen afektif (Y) sebagai mediasi. Pengaruh langsung motivasi intrinsik terhadap turnover intention adalah sebesar 27%, sedangkan jika komitmen afektif dimasukkan sebagai mediasi diantara motivasi intrinsik dan turnover intention maka besar pengaruhnya menjadi 17,4%. Dengan demikian komitmen afektif tidak dapat berfungsi secara efektif sebagai mediasi yang akan memperkuat pengaruh motivasi intrinsik terhadap turnover intention. c) Pengaruh langsung antara variabel otonomi kerja (X2) terhadap turnover intention adalah sebesar 0,169 atau 16,9% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. d) Pengaruh langsung antara variabel otonomi kerja (X2) terhadap turnover intention (Z) memiliki pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh variabel motivasi intrinsik (X1) terhadap turnover intention (Z) dengan komitmen afektif (Y) sebagai mediasi. Pengaruh langsung otonomi kerja terhadap turnover intention adalah sebesar 16,9%, sedangkan jika komitmen afektif dimasukkan sebgai mediasi diantara otonomi kerja dan turnover intention maka besar pengaruhnya menjadi 6,5%. Dengan demikian komitmen afektif juga tidak dapat berfungsi secara efektif sebagai mediasi yang akan memperkuat pengaruh otonomi kerja terhadap turnover intention. e) Pengaruh langsung variabel komitmen afektif (Y) terhadap turnover intention (Z) adalah sebesar 0,271 atau 27,1% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Pembahasan 1. Motivasi Intrinsik (X1) Pada PD Pasar Jaya, karyawan memiliki motivasi intrinsik yang cukup baik dalam bekerja dengan nilai mean 3,48. Didalam melaksanakan pekerjaannya karyawan merasakan adanya kesenangan dalam bekerja, merasa selalu bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan percaya diri dalam melakukan pekerjaan dengan baik.Hal ini terlihat dari hasil kuisioner dimana nilai butir 1, butir 2 dan butir 3 dari indikator ini berada dalam tingkatan rata-rata cukup baik.Indikator ini menggambarkan bahwa pada dasarnya karyawan sudah memiliki motivasi intrinsik yang cukup baik dalam bekerja.Akan tetapi berdasarkan data dari kuisioner yang telah disebar, fokus permasalahan ada pada butir ke 3. Butir ini memiliki rata-rata penilaian yang lebih kecil dibanding dengan butir yang lain dengan pernyataan “Saya diberikan kebebasan dalam melakukan pekerjaan saya”. Ini menunjukkan bahwa karyawan PD Pasar Jaya kurang memiliki otonomi dalam bekerja. Karyawan tidak diberikan kebebasan dalam berkreativitas secara penuh untuk menentukan metode apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya dan bagaimana mereka menentukan keberhasilan atau kegagalannya mereka masing-masing dalam bekerja. Dari hasil penelitian, motivasi intrinsik memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap turnover intention namun berlawanan arah. Sedangkan motivasi intrinsik memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap turnover intention sebesar 27% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Dilihat dari hasil tersebut, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap turnover intention karyawan.Sehingga PD Pasar Jaya perlu menjaga motivasi intrinsik karyawan yang sudah ada dan lebih meningkatkan lagi motivasi intrinsik karyawannya. 2. Otonomi Kerja (X2) Pada PD Pasar Jaya, karyawan memiliki otonomi kerja yang cukup baik dengan nilai mean 3,45. Didalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan merasa cukup diberikan kebebasan untuk menentukan cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan, kebebasan atas kontrol waktu dan mengatur rangkaian penyelesaian tugas serta diberikan kewenangan dalam menentukan kriteria dalam penilaian kinerja. Ketiga butir indikator tersebut memiliki hasil rata-rata yang tidak jauh berbeda satu sama lainnya, akan tetapi untuk indikator pertama yakni pernyataan “saya diberikan kebebasan untuk menentukan cara yang akan saya gunakan dalam menyelesaikan pekerjaan saya” memiliki hasil rata-rata yang lebih kecil dibandingkan kedua indikator lainnya. Hal ini dikarenakan karyawan tidak diberikan kebebasan dalam berkreativitas secara penuh untuk menentukan metode apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya dan bagaimana mereka menentukan keberhasilan atau kegagalannya mereka masing-masing dalam bekerja. Mengingat PD Pasar Jaya merupakan badan usaha milik pemerintah yang memiliki prosedur dan birokrasinya sendiri sehingga karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya harus sesuai dengan prosedur dan birokrasi yang ada. Dari hasil penelitian, otonomi kerja memiliki hubungan yang tidak terlalu kuat terhadap turnover intention namun berlawanan arah. Sedangkan otonomi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention sebesar 24,1% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Dilihat dari hasil tersebut, otonomi kerja memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap turnover intention, akan tetapi perusahaan tetap harus mempertimbangkan hal ini guna mengingat bahwa otonomi kerja memiliki hubungan terhadap motiasi intrinsik karyawan agar perusahaan menurunkan turnover intention pada karyawan. 3. Komitmen Afektif (Y) Pada PD Pasar Jaya, karyawan sudah memiliki komitmen afektif yang baik, hal ini terlihat dari hasil kuisioner yang telah disebar dimana rata-rata jawaban karyawan berada pada tingkatan baik dengan nilai mean 4,04. Dalam hal ini karyawan sudah merasa bahwa nilai-nilai dalam perusahaan sudah sesuai dengan nilai pribadi yang dianut, karyawan merasa menjadi bagian keluarga perusahaan, karyawan merasa bangga menceritakan hal-hal baik perusahaan kepada orang lain, karyawan merasa ada keterikatan emosi yang kuat dengan perusahaan, karyawan merasa senang jika menghabiskan karir sampai pensiun diperusahaan dan karyawan merasa senang apabila berdiskusi mengenai perusahaan dengan orang lain diluar perusahaan. Meskipun komitmen afektif karyawan di PD Pasar Jaya sudah dapat dikatakan baik, akan tetapi untuk indikator ketiga memiliki hasil rata-rata yang lebih kecil dibandingkan indikator dengan pernyataan “saya merasa bangga apabila menceritakan hal-hal baik tentang perusahaan ini kepada orang lain”. Hal ini disebabkan karena karyawan merasa kurang ikut berkontribusi dan berpartisipasi dalam aktivitas perusahaan. Misalnya, karyawan tidak didukung untuk menyalurkan saran dan pendapatnya dalam proses pembuatan keputusan oleh manajer. Dari hasil penelitian, komitmen afektif memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap turnover intention namun berlawanan arah. Sedangkan komitmen afektif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention sebesar 27,1% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Dilihat dari hasil tersebut, komitmen afektif memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap turnover intention, komitmen afektif karyawan sudah berada pada tingkatan yang baik serta komitmen afektif tidak berfungsi secara efektif sebagai mediasi antara motivasi intrinsik dan otonomi kerja terhadap turnover intention akan tetapi perusahaan tetap harus mempertimbangkan hal ini guna mengingat bahwa komitmen afektif memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap turnover intention karyawan. 4. Turnover Intention (Z) Pada PD Pasar Jaya, turnover intention karyawan dapat dikatakan cukup tinggi dengan nilai mean 3,9. Sesuai dengan kuisioner yang telah disebar kepada karyawan PD Pasar Jaya, terdapat hasil bahwa ratarata jawaban tertinggi karyawan terdapat pada butir ke 18 dengan pernyataan “saya telah mengevaluasi keuntungan dan kerugian yang diakibatkan jika keluar dari pekerjaan” Hal ini sangat menunjukkan bahwa adanya keinginan karyawan untuk berpindah kerja ke tempat lain karena karyawan sudah mulai berpikir untung ruginya untuk beberapa saat kedepan. Keinginan ini muncul disebabkan selain oleh dua faktor yang dijadikan prediktor dalam penelitian ini yakni penurunan motivasi intrinsik yang disebabkan oleh kurangnya otonomi kerja tetapi juga disebabkan oleh faktor lain seperti lingkungan dan situasi kerja yang kurang nyaman dalam bekerja. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2. Motivasi intrinsik dan otonomi kerja memiliki pengaruh yang signifikanterhadap turnover intention karyawan pada PD Pasar Jaya baik secara parsial maupun secara simultan. Motivasi intrinsik, otonomi kerja dan komitmen afektif memiliki pengaruh yang signifikanterhadap turnover intention karyawan pada PD Pasar Jaya baik secara parsial maupun secara simultan. Saran 1. 2. Perusahaan diharapkan dapat memberikan otonomi kerja yang lebih kepada karyawan dalam hal kebebasan, kemandirian dan kretivitas untuk dapat bertanggung jawab secara penuh dalam membuat keputusan dan menentukan keberhasilan atau kegagalannya sendiri terhadap pekerjaannya dengan cara mengurangi tingkat birokrasi dan prosedur perusahaan menjadi lebih rendah akan tetapi karyawan tidak keluar dari SOP dan prosedur yang ada. Dengan mengurangi tingkat birokrasi dan prosedur diharapkan otonomi kerja karyawan akan bertambah sehingga motivasi intrinsik karyawan pun akan ikut meningkat. Perusahaan sebaiknya meningkatkan keterlibatan karyawan. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan karyawan adalah dengan memancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada karyawan bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama.Disamping itu, dengan melakukan hal tersebut maka karyawan merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan sehingga karyawan merasa bangga apabila menceritakan hal-hal baik mengenai perusahaan kepada orang lain. REFERENSI Kuncoro, Engkos Ahmad, dan Riduwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2008. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu. Badhuri, Saradhindu and Khumar Hemant. 2011. Extrinsic and intrinsic motivations to innovate: tracing the motivation of ‘grassroot’ innovators in India. Mind Soc (2011) 10:27–55 Baric, R and Bucik, V. 2009.Motivational Differences in Athletes. Kinesiology 41 (2): 181-184 Daft, Richard L. 2007. Manajemen.Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Dessler, Gary. 2011. Human Resource Management: Global Edition. Pearson Higher Education. Elaine B. Johnshon. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC Galletta, Maura., Portoghese, Igor., Battistelli, Adalgisa. 2011. Intrinsic Motivation, Job Autonomy, and Turnover Intention in the Italian Healthcare: The Mediating Role of Affective Commitment. Journal of Management Research. Vol. 3, No.2: E3 Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hidayat, Muchtar. 2010. Analisis Komitmen (Affective, Continuance dan Normative) Terhadap Kualitas Pelayanan Pengesahan STNK Kendaraan Bermotor (Studi Empiris pada Kantor Bersama Samsat di Propinsi Kalimantan Timur).Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.12, No.1, Maret 2010: 11-23. Humphrey, S. E., Nahrgang, J. D., and Morgeson, F. P. 2007. Integrating Motivational, Social, And Contextual Work Design Features: A Meta-Analytic Summary And Theoretical Extension Of The Work Design Literature. Journal of Applied Psychology, 92: 1332-1356. Ivancevich, John M. 2007. Human Resource Management. New York: Mc Graw-Hill, Tenth Edition. Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. Jehanzeb, Khawaja., Rasheed, Anwar.,Rasheed, Mazen F. 2013. Organizational Commitmen and Turnover Intentions: Impact of Employee’s Training in Private Sector of Saudi Arabia.International Journal of Business and Management.Vol.8, No.8. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk). Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: ANDI. M, Malarkodi., K, Uma., K, Mahendran. 2012. Work Autonomy and Job Outcomes: a Comparative Study Among The Public and Private University Teachers. International Journal of Management Research and Review.Vol.2, Issue 8, No.8.1382-1391. Mathis, R dan Jackson, W.2006.Human Resources Development (Track MBA series/terjemahan). Jakarta: Prestasi Pustaka. Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Newstorm, John W., Davis, Keith. 2007. Perilaku Dalam Organisasi. Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga. Poddar, Amit and Madupalli, Ramana. 2012. Problematic customers and turnover intentions of customer service employees.Journal of Services Marketing. Vol. 26, No. 7: 551-559 Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. 2009. Dilema etik & pengambilan keputusan etis. Jakarta. EGC. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Cetakan kedua. Bandung: Alfabeta. Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Indeks. Robbins, Stephen P, & Coulter, Marry. 2009. Manajemen. Edisi 8. Jakarta: Indeks. Robbins, S.P., and T.A., Judge. 2009. Organizational Behavior. Pearson Prentice Hall.United State Of America. New York. Riduwan, A. Rusyana, Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma & Bougie, Roger. 2010. Research methods for business : a skill building approach. Wiley Sondang, P. Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga. Subyantoro, Arif. 2009. Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengurus yang Dimediasi oleh Motivasi Kerja (Studi pada Pengurus KUD di Kabupaten Sleman).Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11, No.1, Maret 2009: 11-19 Sucaromana, Usaporn. 2013. The Effects of Blended Learning on the Intrinsic Motivation of Thai EFL Students.English Language Teaching. Vol. 6, No. 5; 2013 Sugiyono. 2006. Metode PenelitianBisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung: Alfabeta. Tjun Han et all. 2012. Komitmen Afektif Dalam Organisasi yang Dipengaruhi Perceived Organizational Support dan Kepuasan Kerja.Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 14, No. 2: 109-117 Weston, Maria J. Validity of Instruments for Measuring Autonomy and Control Over Nursing Practice. Journal of Nursing Scholarship; First Quarter 2009; 41, 1; ProQuest Research Library. Widjaja, Deborah Christine., Fulbertus, Margarita., kusuma D.W, Fenny. Analisis Persepsi Employee Empowerment Terhadap Employee Turnover Intention di Hotel X, Kupang, Nusa Tenggara.Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 4, No. 2, September 2008:72-84 Yücel, İlhami. 2012. Examining the Relationships among Job Satisfaction, Organizational Commitment, and Turnover Intention: An Empirical Study.International Journal of Business and Management; Vol. 7, No. 20; 2012. Yuliasia dkk.2012. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Keinginan Berpindah (Turnover Intention) dengan Structural Equation Modelling (SEM) (Studi Kasus PT. Wonokoyo Jaya, Corporindo, Pasuruan. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No.1 (April 2012) : 61-66 Zurnali, Cut .2010, Knowledge Worker:Kerangka Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Masa Depan. Bandung: Penerbit Unpad Press. Riwayat Penulis Bella Ardisa lahir di kota Jakarta pada 14 Januari 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang manajemen pada tahun 2014.