BURSA f2 Bisnis Indonesia, Senin, 14 Februari 2011 ULASAN PASAR Indeks pekan lalu penuh koreksi OLEH : INDRA Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit JAKARTA: Selama pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih terkoreksi. Kenaikan BI Rate masih menekan perjalanan indeks. Pasalnya ada kemungkinan kenaikan tersebut akan berlangsung sepanjang tahun ini. Pelaku pasar pun mulai berhati-hati masuk ke dalam bursa. Sektor perbankan dan sektor properti tak urung tertekan. Bagi sektor perbankan, kenaikan BI Rate kemungkinan akan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit dan membuat mereka kian kesulitan menyalurkan kreditnya. Sektor properti pun tak jauh berbeda. Kenaikan suku bunga kredit praktis akan menambah biaya pinjaman perusahaan. Di sisi lain daya beli masyarakat masih belum pulih seperti sebelum krisis. Sementara sentimen dari luar negeri berasal dari China yang secara tak terduga kembali menaikkan suku bunga acuannya setelah libur panjang Imlek. Kembali bursa dunia tertekan dan berimbas kepada IHSG. China yang diharapkan dapat memotori pertumbuhan dunia masih belum mampu mengatasi tingkat inflasi yang kian tinggi di negaranya. Walau tingkat inflasi Desember 2010 China hanya 4,6%, turun 11,7% dibandingkan dengan November 2010 mencapai 5,10%, adanya tekanan dari krisis pangan dunia memberikan hambatan baru bagi China keluar dari tekanan inflasi, khususnya pada kuartal I/2010 ini. Sebagai tindakan antisipatif, China akhirnya menaikkan suku bunga acuannya 0,25% menjadi 6,06% pada 8 Februari lalu dari sebelumnya 5,81% pada Januari. Kenaikan tersebut merupakan kali ketiga dari pemerintah China dalam 4 bulan terakhir. Kontraksi ekonomi tampaknya masih akan berlanjut. Perekonomian Amerika Serikat (AS) tak kunjung membaik. Tingkat pengangguran AS yang turun pada Januari menjadi 9% dibandingkan dengan Desember 9,4% belum menunjukkan sinyal positif negara tersebut akan kembali bertumbuh seperti diterpa krisis. Efek penurunan data pengangguran baru akan terasa dalam jangka panjang untuk mengeluarkan negara tersebut dari krisis. Pergolakan di Mesir pun kian tak menentu. Namun, Mubarak masih bergeming, justru sebaliknya mengalihkan posisinya ke wakil presiden Omar Suleiman. Imbasnya bursa Eropa tertekan. Selama sepekan lalu IHSG telah terkoreksi 2,99% ke level 3.391,77 dari level penutupan pekan lalu 3.496,17. Sementara indeks BISNIS-27 hanya jatuh 1,76% ke level penutupan 294,82 pada penutupan akhir pekan lalu. LABA BERSIH NAIK: Seorang karyawan melayani nasabah di kantor cabang pembantu PT Bank Mega Tbk di Teluk Gong selepas peresmiannya di Jakarta, pekan lalu. PT Bank Mega Tbk sampai dengan triwulan III/2010 mencatat kenaikan laba bersih naik sebesar 91,8% atau menjadi Rp631 miliar, dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya Rp329 miliar. BISNIS/ENDANG MUCHTAR Multipolar bidik Rp12 triliun Hypermart harus dongkrak penjualan Rp2 triliun OLEH ARIF GUNAWAN S. Bisnis Indonesia JAKARTA: PT Multipolar Tbk, induk usaha Grup Matahari, memproyeksikan pendapatan senilai Rp12 triliun pada tahun ini, atau naik 7,2% dibandingkan dengan capaian tahun lalu senilai Rp11,2 triliun. Pendapatan tetap (recurring income) ditargetkan naik 23,9% menjadi Rp12 triliun, dari posisi tahun lalu senilai Rp9,7 triliun akibat pendapatan tiba-tiba (nonrecurring income) dari penjualan saham PT Matahari Department Store Tbk senilai Rp1,5 triliun. Managing Director Multipolar Harijono Suwarno mengatakan pihaknya akan menggenjot investasi hipermarket Hypermat sebanyak dua kali lipat pada tahun ini, melalui PT Matahari Putra Prima Tbk dan investasi di 13 Des. 2010 Prognosa kinerja Multipolar Capaian 2010 2011 Pendapatan Pendapatan recurring EBITDA 11.200 9.700 467 12.000 12.000 651 365 250 200 30 Agst. 2010 95 16 Sept. 295 Pergerakan saham PT Multipolar Tbk 15 Okt. 15 Nov. 15 Des. 100 14 Feb. BISNIS/HUSIN PARAPAT Sumber: Perseroan (2011), Bloomberg luar negeri. “Kami terus membangun momentum dinamika bisnis ritel yang kuat saat ini, dan kemajuan untuk meningkatkan investasi secara keseluruhan dalam bisnis hipermarket,” tuturnya dalam keterangan resmi akhir pekan lalu. Perseroan, lanjutnya, menargetkan pembangunan 17 gerai Hypermart baru atau naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan lima gerai baru pada 2010. Semua divisi usaha lain juga digenjot melakukan strategi untuk tumbuh berkelanjutan. Dari ekspansi tersebut, laba 14 Jan. 150 sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) diharapkan tercapai senilai Rp651 miliar, atau naik 40% dibandingkan dengan posisi 2010 senilai Rp467 miliar. Di perdagangan akhir pekan lalu, harga saham perseroan berkode MLPL tersebut ditutup pada level Rp295 per saham, atau naik 1,72% dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya. Rasio harga terhadap laba saham (price to earning ratio/ PER) tercatat sebesar 0,32 kali, dengan kapitalisasi pasar senilai Rp2,28 triliun. Pada kesempatan yang sama, Harijono mengatakan pihaknya akan mengumumkan dividen final untuk 2010 dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang akan berlangsung hari ini, seiring dengan komitmen memaksimalkan nilai pemegang saham. Multipolar merupakan pengendali Matahari Putra Prima, yang memiliki jaringan toko terluas sebanyak 51 hipermarket, 26 supermarket, 54 outlet apotek, lebih dari 90 pusat hiburan keluarga, 19 toko buku internasioal, dan aliansi strategis pengoperasian 93 department store di lebih dari 50 kota seluruh Indonesia. Tidak mudah Namun, Analis PT Millennium Danatama Sekuritas Abidin meragukan target tersebut mudah dicapai tahun ini tanpa pendapatan tiba-tiba, mengingat unit bisnis intinya kini bertumpu pada Hypermart yang setidaknya harus membukukan tambahan penjualan Rp2 triliun tersebut. “Memang target sebesar itu agak berat dicapai, karena dari sisi margin Hypermart tidak sebagus MDS. Kalau Hypermart bisa tumbuh 10%-15% saja pada tahun ini sudah lumayan bagus,” ujarnya, Tahun lalu, perseroan membukukan pendapatan luar biasa senilai Rp2,83 triliun, atau naik 2.550%, dibandingkan posisi 2009 senilai Rp111 miliar, menyusul pelepasan saham di Matahari Department Store. Sejak 1 April 2010, penjualan MDS tidak lagi dikonsolidasikan. Karena itu, tambahan penjualan Rp2 triliun harus dipenuhi dari pos pendapatan rutin, dalam hal ini terutama dari divisi matahari food business (MFB) yang dikendalikan PT Matahari Putra Prima Tbk. “Multipolar memproyeksikan 2011 sebagai tahun yang solid dengan pendapatan Rp12 triliun, meningkat tajam sebesar 24% pada pendapatan recurring. Pendapatan pada 2010 tercatat Rp11,2 triliun, termasuk kontribusi penjualan MDS senilai Rp1,5 triliun pada kuartal I/2010,” ujar Harijono. ([email protected]) Danareksa incar kelolaan produk baru Rp500 miliar OLEH IRVIN AVRIANO A. Bisnis Indonesia RMI bukan RNI Koreksi: Dalam berita WIKA tarik pinjaman Rp400 miliar edisi 9 Februari di halaman F3 disebutkan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) memiliki porsi 5% saham PLTP Tampomas. Yang benar adalah PT Resources Management Indonesia (PT RMI). Maaf atas kesalahan tersebut. • Redaksi BISNIS/RAHMATULLAH KATALIS POSITIF IHSG: Seorang karyawan memantau pergerakan harga saham melalui layar monitor di salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, belum lama ini. Head of Technical Analist Batavia Prosperindo Securities Billy Budiman menyatakan kenaikan harga komoditas terutama batu bara serta kerusuhan Mesir yang sudah mereda merupakan katalis positif indeks harga saham gabungan (IHSG). Menurut dia, pekan ini IHSG akan support di level 3.3103.340 dan resisten di level 3.430-3.450. Metrodata pertegas transaksi MEC dan MEB OLEH FAHMI ACHMAD Bisnis Indonesia JAKARTA: PT Metrodata Electronics Tbk, perusahaan distribusi, solusi, dan konsultasi menegaskan opsi jual atas saham PT E Metrodata Com (EMC) dan pembentukan usaha patungan PT Metrodata E Bisnis (MEB) merupakan transaksi yang berbeda. Manajemen dalam keterbukaan informasi kepada otoritas bursa pekan lalu menjelaskan transaksi EMC terkait dengan pengambilalihan Sun Microsystems oleh Oracle USA Inc yang dimulai sejak April 2009 dan dituntaskan pada Januari 2010. Manajemen emiten dengan kode saham MTDL berpendapat pengambilalihan itu akan membawa dampak terhadap perseroan dan PT Sun Microsystems Indonesia (SMI). EMC merupakan anak perusahaan Metrodata yang mempunyai kegiatan usaha di bidang jasa TI. EMC bekerja sama dengan BT Frontline dan Sun Microsystems Inc, AS, membentuk usaha patungan di ba- wah bendera SMI. Metrodata akan melaksanakan opsi jual saham EMC kepada BT Frontline dan BT Singapore yang keduanya dikendalikan oleh BT Group Plc, London, Inggris. Opsi jual (put option) atas 51% kepemilikan saham EMC senilai Rp10.200 per saham atau US$8,80 juta. "Dana hasil penjualan saham EMC akan digunakan Metrodata untuk modal kerja dan memperkuat struktur keuangan," ungkap manajemen Metrodata dalam keterbukaan informasi itu. Untuk transaksi MEB, perseroan menjelaskan, kerja sama dilakukan dengan Synnex Tecnology International Corporation, distributor peralatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) asal Taiwan. Setelah transaksi ini berlangsung, Synnex Tecnology melalui anak usahanya King's Eye Investment Limited akan menguasai 50% kepemilikan di Metordata E Bisnis, dengan suntikan modal senilai Rp150 miliar. Setelah transaksi itu Synnex Tec- nology melalui anak usahanya King's Eye Investment Limited akan menguasai 50% kepemilikan di Metordata E Bisnis. Metrodata berharap ada penguatan bisnis distribusi bidang teknologi informasi di mana kerja sama dengan Synnex, diharapkan memperkuat modal, mengembangkan proses distribusi yang lebih efisien serta memiliki pemasaran atas diversifikasi produk yang lebih banyak serta pangsa pasar yang lebih luas. “Dengan demikian dapat diketahui bahwa antara transaksi EMC dengan transaksi MEB tidaklah saling terkait satu sama lain dan karenanya masing-masing merupakan transaksi yang berdiri sendiri serta kedua transaksi tersebut bukan merupakan suatu rangkaian transaksi untuk suatu tujuan tertentu,” papar manajemen. Metrodata juga mendirikan anak perusahaan baru, PT My Icon Technology dengan modal dasar Rp20 miliar dan modal ditempatkan disetor penuh Rp5 miliar. JAKARTA: PT Danareksa Investment Management menargetkan dana kelolaan dua reksa dana sektoral baru yang akan diluncurkan senilai total Rp500 miliar hingga akhir tahun. Nama reksa dana itu bernama Danareksa Mawar Komoditas 10 dan Danareksa Mawar Konsumer 10. Direktur Utama Danareksa Investment John D. Item mengatakan perseroan baru mendapatkan pernyataan efektif untuk kedua produk baru tersebut dari Bapepam-LK pada pekan lalu dan mulai dipasarkan pada pekan ini. Reksa dana itu memiliki kekhususan hanya pada 10 saham di sektor komoditas dan konsumer yang berpotensi tumbuh lebih besar dibandingkan dengan sektor lain,” jelas John kepada Bisnis akhir pekan lalu. Dia berharap kedua reksa dana itu sudah mengumpulkan dana kelolaan minimal sebesar Rp150 miliar pada awal penerbitan. Produk itu, tuturnya, baru dipasarkan melalui manajemen perusahaan dan akan ditawarkan kepada bank sebagai agen penjual. Menurut prediksi John, reksa dana Mawar Konsumer 10 dapat memberikan imbal hasil sebesar 23%35% dan Mawar Komoditas 10 sebesar 35%-45% per tahun, meskipun masih tergantung dari pergerakan pasar modal dan horizon investasi jangka panjang. Dia mengatakan perseroan tidak khawatir terhadap minimal pembelian itu karena optimistis investor akan loyal dan dana kelolaan perseroan terus naik. John menuturukan kedua produk itu mengikuti jejak produk reksa dana Danareksa Mawar Fokus 10 yang baru terbit pada tahun lalu dan memiliki kinerja yang memuaskan. Dia mengatakan kemiripan ketiganya adalah metode pengelolaan yang jauh dari subjektivitas manajer investasi karena hanya berinvestasi pada 10 saham yang memiliki kinerja tertinggi pada sektornya. Keluarkan saham Head of Marketing Danareksa Investment Diah Sofiyanti mengatakan saham yang pergerakan kinerjanya tidak memuaskan akan dikeluarkan dari portofolio saham itu tanpa mempedulikan nilai subjektivitas individu manajer investasi. Dia juga menegaskan tidak tertutup kemungkinan perusahaan akan menerbitkan reksa dana sektoral lagi. Menurut Sofiyanti, tambahan dana dari kedua produk itu dan produk lain perseroan, baik yang lama ataupun yang akan diterbitkan, diharapkan dapat menyumbang peningkatan dana kelolaan reksa dana perseroan yang ditargetkan mencapai Rp8 triliun pada akhir tahun ini. Target itu membutuhkan peningkatan dari posisi akhir tahun lalu yang dibukukan sebesar Rp6,15 triliun. Untuk produk lainnya, perseroan berencana menerbitkan sebuah reksa dana pendapatan tetap denominasi rupiah yang diharapkan dapat terbit pada kuartal II/2011. Adapun, lanjutnya, target total dana kelolaan perseroan meningkat dari Rp10,6 triliun pada akhir 2010 menjadi Rp15 triliun pada akhir tahun ini. Total dana kelolaan itu terdiri dari reksa dana konvensional, reksa dana penyertaan terbatas (RDPT), kontrak pengelolaan dana nasabah dan kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA).