BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA KONSEPTUAL A. KAJIAN PUSTAKA 1. Tinjauan Teori Pada bagian ini diuraikan beberapa landasan teori mengenai pembentukan portofolio optimal sebagai berikut: a. Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang tetap dimiliki. (Halim,2007:2) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi saham adalah penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan mengharapkan keuntungan dimasa mendatang dengan cara menempatkan uang atau dana dalam pembelian efek berupa saham dengan harapan mendapatkan tambahan atau keuntungan tertentu atas dana yang diinvestasikan dalam perdagangan saham tersebut di bursa efek. Dalam menentukan dana yang akan diinvestasikan para investor perlu proses keputusan investasi. Proses keputusan investasi merupakan keputusan yang berkesinambungan (on going process) sampai tercapai keputusan investasi yang 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 terbaik. Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahapan sebagai berikut: (Tandelilin,2012:8). 1) Penentuan Tujuan Berinvestasi Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai. 2) Penentuan Kebijakan Investasi Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing-masing apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal. 3) Pemilihan strategi portofolio dan asset Setelah mengetahui hal-hal pada point 1 dan 2 di atas maka kita dapat membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal. 4) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk sesuai dengan tujuan. Setelah mengetahui proses keputusan investasi, maka selanjutnya ialah mengetahui secara umum motif investasi didasari untuk memperoleh keuntungan dari dana yang diinvestasikan karena adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan, tingkat keuntungan dalam investasi biasanya dipengaruhi oleh sikap investor dalam mengambil atau menanggapi risiko. b. Dasar Keputusan Investasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan pengembalian, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Pengembalian merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara pengembalian aktual yang diterima dengan pengembalian yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Darmaji (2012:9) mengemukakan pengembalian dan risiko investasi dalam saham antara lain: 1) Risiko investasi saham: a) Tidak mendapatkan dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. b) Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss. c) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 saham di Bursa Efek Indonesia, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan atau didelisting. d) Saham dikeluarkan dari bursa (delisting) Risiko lain yang dihadapi oleh investor adalah jika saham perusahaam dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek atau di-delist. Suatu saham perusahaan dikeluarkan dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagi dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di Bursa. e) Saham dihentikan sementara (suspensi) Risiko lain yang juga mengganggu para investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di-suspensi atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspense dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, tetapi dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. 2) Pengembalian investasi saham: a) Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Umumnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. b) Capital gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya, seorang investor membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. c. Risiko dan Pengembalian Hal yang paling mendasar yang harus diketahui oleh seorang investor adalah adanya risiko yang selalu mengikuti return (trade off return and risk). Adapun pengertian masing-masing yaitu 1) Risk atau tingkat risiko Risiko adalah peluang dari tidak tercapainya salah satu tujuan investasi karena adanya ketidakpastian dari waktu ke waktu. Risiko ini ada dua yaitu risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko yang timbul dari kebijakan perusahaan). Risiko adalah perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya.(Zubir,2011;19) 2) Return atau tingkat pengembalian Menurut Husnan (2010) tingkat pengembalian disebut juga imbal hasil yaitu hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return ini dapat berupa return realisasi/ imbal hasil yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang terjadi di masa mendatang. Return ini biasanya berupa bunga, capital gain dan dividen. Dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 kata lain, return dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh dari tingkat keuntungan yang diharapkan. 3) Antara Return dan Risk Terdapat hubungan yang searah atau linier, artinya semakin besar risiko yang ditanggung semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Berdasarkan sikapnya dalam menghadapi risiko, investor dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. (Warsono,2011:76) a) Pengambil risiko (Risk seeker) Investor yang apabila dihadapkan pada dua alternatf investasi dengan pengembalian yang diharapkan sama, investor ini cenderung investasi yang berisiko. b) Penghindar risiko (Risk Averter) Investor yang apabila dihadapkan pada dua alternatf investasi dengan pengembalian yang diharapkan sama, investor ini cenderung investasi yang kurang berisiko c). Acuh terhadap risiko (Risk Indiference) Investor yang tidak perduli akan jenis investasi mana yang akan diambil. Ketidakpastian dari return yang akan diperoleh itulah yang dinamakan dengan risiko, di mana tingkat keuntungan dan risiko adalah dua hal yang tidak terpisah. Keuntungan merupakan hasil yang diperoleh dari investasi sesuai dengan tujuan investasi yang dilakukan investor tidak lain bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan (return). (Tandelilin,2012:6) mengatakan “Return adalah tingkat keuntungan investasi” Tingkat pengembalian (return) biasanya di bedakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 menjadi dua yaitu, Return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi adalah pengembalian yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. d. Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan assets, baik berupa real assets atau financial assets yang dimiliki oleh investor (Halim,2005:63). Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi. Tujuan akhir dalam teori portofolio adalah memaksimalkan keuntungan dengan tingkat risiko seminimal mungkin. Investor harus melakukan penyebaran risiko dengan memperbanyak saham agar risiko dapat dikendalikan. Sehingga apabila dalam mengeluarkan saham terjadi kebangkrutan maka juga berdampak pada kebangkrutan investor. Investor yang memiliki beberapa saham, apabila salah satu saham mengalami kerugian, saham lain akan memperoleh keuntungan. Tingkat keuntungan yang diharapkan atas suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang tingkat keuntungan dari berbagai aset keuangan dalam portofolio tersebut. Risiko portofolio ditunjukkan oleh besar kecilnya penyimpangan tingkat keuntungan yang diharapkan, semakin besar penyimpanan tingkat keuntungan yang diharapkan berarti semakin besar pula tingkat risikonya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 e. Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Portofolio-portofolio efisien berada di efficient set. Portofolio–portofolio efisien merupakan portofolio-portofolio yang baik, tetapi bukan yang terbaik. Portofolio efisien hanya mempunyai satu faktor yang baik, yaitu faktor pengembalian ekspektasian atau faktor risikonya, belum terbaik keduanya. Hanya terdapat satu portofolio yang terbaik, yaitu portofolio optimal. Portofolio optimal merupakan bagian dari portofolio-portofolio efisien. Suatu portofolio optimal juga sekaligus merupakan suatu portofolio efisien, tetapi suatu portofolio efisien belum tentu portofolio optimal. (Jogiyanto,2008:297) Portofolio efisien (efficient set) dapat didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sama atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sama (Jogiyanto,2008:299). f. Risiko Dan Tingkat Pengembalian Portofolio Tingkat pengembalian realisasi portofolio (portofolio realized return) merupakan rata–rata tertimbang dari return–return realisasi masing–masing sekuritas tunggal dalam portofolio tersebut. Tingkat pengembalian ekspetasi portofolio (portofolio expected return) merupakan rata–rata tertimbang dari return–return ekspetasi masing–masing sekuritas tunggal didalam portofolio (Jogiyanto,2008;243) Return–return dari sekuritas mungkin berkolerasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap nilai–nilai pasar. Dasar ini, tingkat pengembalian dari suatu sekuritas dan tingkat pengembalian dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan: Ri = αi + βi x RM http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Keterangan: Ri = return sekuritas ke i, αi = suatu variabel acak yang menunjukan komponen dari retur sekuritas ke i yang indepen terhadap kinerja pasar, βi = koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat perubahan RM, RM = tingkat pengembalian dari indeks pasar, yang juga merupakan suatu variabel acak. Variabel merupakan komponen tingkat pengembalian yang tidak tergantung dari tingkat pengembalian pasar. Variabel αi dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi (expected value) αi dan kesalahan residu (residual error) ei sebagai berikut: Ai = αi + ei Persaman diatas tersebut disubstitusikan ke persamaan Ri maka akan mendapatkan persamaan model indeks tunggal sebagai berikut: Ri = αi + ei + βi x RM Pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar yang dapat dipilih untuk pasar modal Indonesia misalnya adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) atau indeks lainnya, misalnya LQ 45. Jika digunakan LQ 45, maka return pasar untuk waktu ke-t dapat dihitung sebesar (Jogiyanto,2008:204): Model indeks tunggal membagi tingkat pengembalian dari suatu sekuritas kedalam dua komponen yaitu sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 1). Komponen tingkat pengembalian yang unik diwakili oleh αi (hanya berhubungan dengan peristiwa mikro) terhadap tingkat pengembalian pasar. 2). Komponen tingkat pengembalian berhubungan dengan tingkat pengembalian pasar yang diwakili oleh βi x RM Bagian tingkat pengembalian berhubungan dengan tingkat pengembalian pasar ditunjukan oleh βi yang merupakan sensitivitas tingkat pengembalian suatu sekuritas terhadap tingkat pengembalian pasar. Model indeks tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk tingkat pengembalian ekspektasi (expected retrun). Tingkat pengebalian ekspektasi dari model ini dapat diderivasi dari model indeks tunggal sebagai berikut: E(Ri) = E(αi + βi x RM ) Jika untuk E.ei bernilai nol maka: E(Ri) = αi + βi x ERM Tidak seperti halnya tingkat pengembalian portofolio yang merupakan ratarata tertimbang dari seluuh tingkat pengembalian sekuritas tunggal, risiko portofolio (portofolio risk) tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata–rata tertimbang masing–masing. Risiko portofolio menunjukan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal kedalam bentuk portofolio. Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko didalam portofolio ialah tingkat pengembalian untuk masing-masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna. Risiko dan tingkat pengembalian mempunyai hubungan yang positif semakin besar risiko yang ditanggung maka semakin besar tingat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 pengembalian yang harus dikompensasikan. Risiko dari investasi juga perlu dipertimbangkan oleh karenanya risiko dan tingkat pengembalian merupakan dua hal yang tidak terpisahkan karena pertimbangan suatu investasi merupakan tradeoff dari kedua fakta ini. g. Model Pembentukan Portofolio Optimal Single Index Model adalah sebuah teknik untuk mengukur pengembalian dan risiko sebuah saham atau portofolio. Model tersebut mengasumsikan bahwa pergerakan pengembalian saham hanya berhubungan dengan pergerakan pasar. Apabila pasar bergerak naik, dalam arti permintaan terhadap saham meningkat, maka harga saham di pasar akan naik pula. Sebaliknya, jika pasar bergerak turun, maka harga saham di pasar akan turun pula. Jadi, pengembalian saham berkorelasi dengan pengembalian pasar. Setiap perusahaan tidak sama dalam merespon perubahan pasar, ada pula yang kurang sensitif (Zubir,2011:97). Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menyarankan bahwa pengembalian- pengembalian dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahanperubahan nilai pasar. Pengembalian dari suatu sekuritas dan pengembalian dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan (Jogianto,2010:340) portofolio optimal berisi aktiva–aktiva yang mempunyai ERB yang tinggi. Aktiva–aktiva dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 ERB yang rendah tidak dapat di masukan ke dalam portofolio optimal dan diperlukan cut-of-point yang menentukan batas nilai ERB yang dikatakan tinggi. Portofolio dengan metode indeks tunggal dapat dilakukan dengan membandingkan antara excess return to beta (ERB) yang merupakan kelebihan pengembalian tingkat bebas risiko pada asset lain dengan cut-of-rate yang merupakan perbandingan antara varian pengembalian pasar dengan sensitivitas saham individu terhadap varian kesalahan saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar dari cut-off-rate dijadikan portofolio, sebaliknya jika ERB lebih kecil dari cut-off-rate tidak diikutkan dalam portofolio. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode indeks tunggal untuk menentukan set portofolio yang efisien. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan perkembangan harga saham Perusahaan LQ 45, IHSG, dan SBI. 2) Menghitung parameter pasar, yaitu return dan risiko dari pasar bursa, dalam hal ini Bursa Efek Indonesia. Return Pasar Varian Pasar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 3) Menghitung parameter saham, yaitu return dan risiko saham. Return Pasar Varian Pasar 4) Menghitung kovarians antara saham dengan pasar yang mencerminkan hubungan antara return saham dengan return pasar. 5) Menghitung risiko sistematik saham 6) Menghitung risiko tidak sistematik saham 7) Menghitung Alpha ( saham 8) Menetukan Excess Return to Beta ( 9) Menyusun peringkat saham berdasarkan ERB positif tertinggi sampai terendah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 10) Menentukan nilai Ci saham-saham yang memiliki ERB positif di mana 11) Memilih Portofolio optimal, yaitu : ERB , maka masuk portofolio optimal ERB , maka tidak masuk portofolio optimal 12) Menentukan proporsi dana untuk portofolio optimal ( di mana 13) Menentukn return portofolio 14) Menentukan varian portofolio http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Catatan: arti dari simbol/lambang yang digunakan dalam rumus-rumus: = Return Ekspektasi Pasar = Return Pasar = Varian Pasar Portofolio n = Periode = Return Saham = Return Ekspektasi Saham = Varian Saham = Kovarian Return Saham dengan Return Pasar = Risiko Sistematik = Risiko tidak Sistematik = Return Independen ERB = Excess Return to Beta = Return bebas risiko = Cut Off Point = Skala timbangan saham http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 = Proporsi dana = Return Ekspektasi Portofolio = Varian Portofolio 1. Tinjauan Peneliti Terdahulu a. Mokhamad Sukarno (2007) meneliti tentang Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham Menggunakan Metode Single Index di Bursa Efek Jakarta. Populasinya yaitu seluruh saham LQ-45, sedangkan sampelnya yaitu Saham LQ-45 yang melakukan stock split. Dengan hasil penelitiannya yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara return 14 saham kandidat dengan return 19 saham non kandidat portofolio. Rata-rata return saham kandidat lebih tinggi dibandingkan rata-rata return saham non kandidat. Jadi portofolio optimal dalam penelitian ini dibentuk oleh saham yang mempunyai retun tertinggi pada tingkat risiko yang relatif sama. b. Umanto Eko (2008) dengan penelitian yang berjudul Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Saham-Saham LQ-45. Penelitian ini mendesain suatu simulasi portofolio optimal terhadap saham-saham likuid LQ-45 di BEI tahun 2002-2007 dengan menggunakan data harga saham harian. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat pengembalian antara dua saham atau lebih akan berkorelasi atau bergerak bersama dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau single index yang dimasukkan kedalam model analisis saham LQ-45 c. Sari Yuniarti (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Pembentukan Portofolio Optimal Saham-saham Perbankan yang Menggunakan Model Indeks Tunggal. Data yang digunakan adalah data harga saham perbankan yang terdaftar di LQ-45 selama tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kombinasi portofolio yang optimal dapat dibentuk dari tujuh saham yang masuk dalam LQ-45 tahun 2009 dengan menggunakan single index model. Dengan populasi yaitu seluruh saham perbankan dan sampel saham perbankan yang terdaftar dalam sahan LQ-45. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan kombinasi portofolio yang paling optimal adalah terletak pada kombinasi saham-saham BBRI, BBNI, dan BBCA. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa dari tujuh saham dijadikan sampel terdapat tiga saham yang masuk dalam kandidat portofolio yaitu BBRI, BBNI, dan BBCA. d. Aty Herawati (2010) dengan judul penelitian Analisa Penentuan Portofolio Optimal Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penentuan portofolio optimal dari saham yang dianalisa dengan menggunakan model indeks tuggal pada periode Januari–Desember 2009 dan untuk mengetahui return dan risiko dari portofolio optimal sham yang terbentuk dengan model indeks tunggal. Dari 18 Perusahaan sebagai sampel, diperoleh hasil ada 10 saham yang termasuk dalam portofolio optimal, yaitu Aqua Golden Mississipi (AQUA), Astra http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Agro Lestari (AALI), Bimantara Citra (BMTR), Jaya Real Property (JRPT), PP London Sumatera (LSIP), International Nickel Indonesia (INCO), Japfa (JPFA), Merck (MERK), Aneka Tambang (ANTM), dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Sedangkan saham Asuransi Ramayana (ASRM), Astra International (ASII), Holcim Indonesia (SMCB), Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan Bank Danamon (BDMN), tidak termasuk dalam portofolio optimal. e. Ni Wayan Putri Yanawati dan Nyoman Abundanti (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Kinerja Portofolio Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama periode 2011. Dengan populasi seluruh Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 dan sampel 75 perusahaan. Berdasarkan pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan portofolio optimal berdasarkan model Indeks Tunggal dengan menggunakan 75 sampel saham perusahaan sektor manufaktur periode Januari 2011 sampai Desember 2011 yang terpilih hanya 2 (dua) saham yaitu saham Champion Pasific Indonesia Tbk (IGAR), dan Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA). f. Apriyani Widya Turangga, dkk (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham pada Perusahaan Manufaktur Indonesia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan populasi seluruh Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dan sampel enam perusahaan. Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 pembentukan portofolio optimal selama periode tahun 2008-2012 terhadap Perusahaan Manufaktur terdapat 6 anggota sampel dari hasil perhitungan dengan menggunakan model indeks tunggal terdapat 3 saham yang mempunyai excess return to beta lebih besar dari Cut-of point. Saham yang dapat membentuk portofolio optimal, yaitu ASII (Astra International Tbk), DVLA (Darya-Varia Laboratoria Tbk), dan SMSM (Selamat Sempurna Tbk). g. Eugina Natalia, Darminto, dan M.G Wi Endang NP (2014) dengan judul peneliannya Penentuan Portofolio Saham yang Optimal dengan model Markowitz Sebagai Dasar Penetapan Investasi Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Dengan populasi seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel sembilan saham perusahaan Food And Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan model Markowitz ternyata sembilan saham tersebut tergolong dalam portofolio optimal. Hasil dari penelitian ini adalah diperolehnya risiko yang minimal daripada sebelum diadakan perhitungan portofolio optimal. Investor dapat memilih sesuai dengan preferensinya saham mana diantara kesembilan saham tersebut yang akan dijadikan pilihan untuk berinvestasi. h. Nanda Rafika Permatasari (2015), dengan judul penelitian Penentuan Portofolio Saham Optimal Dengan Metode Single Index Sebagai Dasar Penetapan Investasi Saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi penelitian adalah 128 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Pemilihan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria saham yang aktif berdasarkan frekuensi transaksi perdagangan dan pembagian dividen secara berturut-turut yang dilakukan perusahaan selama tahun 2010-2013, sehingga diperoleh sampel sebanyak dua puluh saham. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model single index. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tujuh belas saham yang menjadi kandidat portofolio dari dua puluh saham yang diteliti yaitu UNVR mempunyai nilai ERB terbesar 6,5514 dengan proporsi dana 13,31%, SMSM mempunyai nilai ERB sebesar 3,5752 dengan proporsi dana 8,24%, TSPC mempunyai nilai ERB sebesar 3,1395 dengan proporsi dana 7,59%, GGRM mempunyai nilai ERB sebesar 3,0697 dengan proporsi dana 6,84%, ARNA mempunyai nilai ERB 2,9673 dengan proporsi dana 6,84%, AMFG mempunyai nilai ERB 1,5022 dengan proporsi dana 5,05%, GJTL mempunyai nilai ERB sebesar 1,4741 dengan proporsi dana 5,10%, KLBF mempunyai nilai ERB sebesar 1,4003 dengan proporsi dana 3,36%, KAEF mempunyai nilai ERB sebesar 1,2599 dengan proporsi dana 4,89%, CPIN mempunyai nilai ERB sebesar 1,0622 dengan proporsi dana 3,33%, INTP mempunyai nilai ERB sebesar 0,9336 dengan proporsi dana 7,15%, AUTO mempunyai nilai ERB sebesar 0,8503 dengan proporsi dana 1,24%, INDF mempunyai nilai ERB sebesar 0,8270 dengan proporsi dana 9,60%, DVLA mempunyai nilai ERB sebesar 0,7751 dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 proporsi dana 2,38%, JPFA mempunyai nilai ERB sebesar 0,7691 dengan proporsi dana 2,14%, SMGR mempunyai nilai ERB sebesar 0,7663 dengan proporsi dana 8,10%, dan SMCB mempunyai nilai ERB sebesar 0,6878 dengan proporsi dana 5,35%. Tujuh belas saham tersebut menghasilkan expected return sebesar 0,028 dan kemungkinan risiko yang terjadi sebesar 0,015. B. Rerangka Konseptual Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada landasan teori maka dapat disusun Rerangka pikir yang menggambarkan tentang pembentukan portofolio optimal sebagai berikut; Rerangka Konseptual Gambar 2.1. Rerangka Konseptual http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Gambar diatas menjelaskan alur berfikir dalam berinvestasi di pasar modal yang dimulai dari seorang investor menanamkan investasi ataupun membeli saham yang cenderung stabil dan aktif serta likuid, sehingga lebih mudah diperjual belikan baik dalam kondisi pasar lemah maupun kuat serta memiliki kapitalisasi pasar besar adalah Indeks LQ 45. Pembentukan portofolio optimal dapat menggunakan model indeks tunggal yang mengasumsikan bahwa pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkolerasi yaitu akan bergerak bersama–sama terhadap satu faktor. Untuk memperbandingkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko dianalisis dengan menggunakan model indeks tunggal guna mengetahui saham-saham apa saja yang dapat membentuk portofolio optimal, sehingga di dapat indeks saham LQ 45 yang paling efisien dan optimal. Setelah itu dapat dilanjutkan perhitungan untuk mengetahui proporsi dananya, dan mengetahui pula tingkat pengembalian dan risiko portofolio. http://digilib.mercubuana.ac.id/