BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi berasal dari kata move yang artinya bergerak yaitu sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mekakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Irianto, 2005). Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Perilaku merupakan hasil dari berbagai aspek internal maupun eksternal, psikologi maupun fisik (Anggriana, 2005). Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi berbeda yang dimiliki oleh individu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan secara sadar ataupun tidak disadari. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang sendiri (motivasi intrinstik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinstik) (Sunaryo, 2004). Ortodonsia adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan, koreksi dan perawatan dentofasial secara keseluruhan, dengan menitikberatkan kelainan pertumbuhan sehingga memerlukan pergerakan gigi. Ruang lingkup ortodontik meliputi diagnosis, pencegahan, interseptif dan perawatan semua bentuk maloklusi gigi dan perubahan struktur pendukungnya, desain, pemakaian dan kontrol alat fungsional dan alat korektif, menuntun perkembangan gigi geligi untuk mencapai hubungan okusal yang maksimal secara fisiologik dan secara estetik harmonis dengan struktur wajah dan kepala (Singh, 2007). Faktor 1 2 faktor yang melandasi kebutuhan perawatan ortodontik dalam masyarakat adalah multifaktoral yang dipengaruhi oleh kualitas pelayanan gigi, ketersediaan pelayanan, perkembangan teknik perawatan dan gaya hidup. Motivasi perawatan ortodontik pada pasien berusia muda dapat berasal dari anjuran dokter gigi keluarga atau dokter gigi anak. Perhatian anak dapat meningkat terhadap perawatan ortodontik apabila teman-temannya mendapatkan perawatan ortodontik. Perhatian terhadap perawatan ortodontik pada pasien dewasa dapat berasal dari artikel dalam majalah, melihat di TV dan mendengarkan radio, atau membaca surat kabar (Dewanto, 1993). Alat ortodontik yang dapat digunakan untuk merawat gigi yang tidak teratur dibagi menjadi alat ortodontik lepasan, ortodontik cekat, ortodontik remofix (kombinasi antara alat cekat dan lepasan) dan retainer. Alat ortodontik cekat termasuk alat ortodontik yang memiliki perlekatan tetap pada permukaan gigi. Penggunaan alat ortodontik cekat tidak dapat di aktifkan atau di lepas secara mandiri oleh pasien (Singh, 2007). Teknik perawatan ortodontik cekat yang digunakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada terbagi menjadi teknik Begg, teknik Edgewise, dan teknik Straightwire. Kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh perilaku individu, pemakaian gigi tiruan, pemakaian alat ortodontik baik lepasan maupun cekat, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi. Program kebersihan mulut yang efektif diperlukan untuk membantu mencegah karies dan penyakit periodontal pada pasien ortodontik (Wang, 2007). Alat ortodontik cekat memiliki desain yang lebih sulit untuk dibersihkan. Sisa-sisa makanan cenderung menumpuk di sekitar perlekatan 3 bracket dan proses pembersihannya menjadi lebih sulit (Singh, 2007). Berbagai komponen ortodontik meningkatkan akumulasi plak gigi dan proliferasi mikroorganisme kariogenik dan periodonopatik sehingga meningkatkan resiko karies dan radang jaringan periodontal (Wang, 2007). Evaluasi status kebersihan mulut pada pasien ortodontik dengan perawatan aktif akan mengungkapkan status kesehatan mulut pasien saat ini dan dapat memfasilitasi perencanaan perawatan kesehatan gigi dan mulut yang tepat (Ajayi, 2014). Kebersihan mulut berkaitan dengan akumulasi plak dapat menyebabkan pembentukan kalkulus di sekitar gigi geligi. Akumulasi kalkulus pada perawatan ortodontik cekat dapat menghambat pergerakan gigi dan menyebabkan peradangan pada jaringan pendukung gigi yang mengakibatkan terjadinya gigi goyah. Kontrol kebersihan mulut pada pasien ortodontik cekat membutuhkan teknik, frekuensi dan durasi yang berbeda dengan pasien yang tidak menggunakan alat ortodontik cekat. Perlekatan bracket pada permukaan gigi akan mempersulit pasien dalam menjangkau seluruh permukaan gigi sehingga diperlukan perilaku kontrol kebersihan mulut dengan cara yang benar. Motivasi dibutuhkan dalam melakukan perilaku kontrol kebersihan mulut yang dilakukan secara rutin dengan tata cara dan durasi tertentu. Motivasi akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku kontrol plak secara benar yang dapat ditinjau dari penilaian status kebersihan mulut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan apakah terdapat pengaruh motivasi penggunaan alat ortodontik cekat terhadap 4 status kebersihan mulut pasien di rumah sakit gigi dan mulu. Prof. Soedomo? C. Keaslian Penelitian Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian dengan fokus dan metode yang serupa. Literatur yang tersedia hanya mengenai beberapa penelitian mengenai pengaruh motivasi perawatan ortodontik terhadap status kebersihan mulut yang pernah dilaporkan: Tabel 1. Daftar penelitian tentang motivasi perawatan ortodontik dengan status kebersihan mulut pasien ortodontik cekat. No. Peneliti Tahun Judul Subjek 1. Rahma Tika Dewi 2014 Keberhasilan perawatan ortodontik lepasan bedasarkan motivasi pasien di klinik ortodonsia 30 pasien Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati 2. Stefanni 2013 Karakteristik dan motivasi pemakaian piranti ortodonti cekat pada siswa SMP & SMA Bodhicitta dan Husni Thamrin Medan The influence of patient’s motivation on reported pain during orthodontic treatment 3. Marcio 2013 José da Silva Campos et.al. 4. Mantiri dkk. 2013 Hasil Penelitian Pasien dengan motivasi interinsik dan mendapatkan reward memiliki keberhasilan yang lebih tinggi dibandingan dengan pasien motivasi eksterinsik ditinjau dari plak indeks dan gingiva indeks. 1325 siswa SMP Pasien dengan modan SMA Bodh- tivasi interinsik icitta dan Husni lebih banyak dibanThamrin Medan dingkan motivasi eksterinsik dalam melakukan perawatan ortodonti cekat Dua puluh lakilaki dengan rentang usia antara 11-37 tahun Motivasi tidak dapat digunakan untuk memperkirakan ketidaknyamanan perawatan ortodontik Status Kebersih- Mahasiswa pe- 89,47% mahasiswa an Mulut dan ngguna alat or- memiliki kebersihStatus Karies todontik cekat di an mulut yang baik 5 5. Andria Fadli Erpita 2004 Gigi Mahasiswa Program Studi Pengguna Alat Kedokteran Gigi Ortodontik Cekat Fakultas, Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Pengaruh presep- 200 orang siswa si terhadap moti- Sekolah Menenvasi perawatan gah Atas (SMA) ortodontik remaja 2 Negeri Padang suku Minangkab- dengan rentang au di Kotamadya usia 15-18 tahun Padang dengan rata-rata jumlah DMF-T 0,631 yang termasuk pada kategori sangat rendah. Presepsi perawatan ortodontik berpengaruh positif terhadap motivasi perawatan ortodontik remaja suku Minangkabau di Kotamadya Padang (p < 0,05). Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa penelitian pengaruh motivasi penggunaan alat ortodontik cekat terhadap status kebersihan mulut pasien di rumah sakit gigi dan mulut Prof. Soedomo belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi penggunaan alat ortodontik cekat terhadap status kebersihan mulut. E. Manfaat a. Menambah ilmu pengetahuan kedokteran gigi khususnya bidang ortodontik. b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam program perencanaan perawatan ortodontik.