BLOK ELEKTIF CASE REPORT HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KONDISI PASIEN KANKER SERVIKS DALAM PALLIATIVE CARE Penyusun : Citra Nurul Aviandari NPM : 1102011067 Kepeminatan : Palliative Care Tutor : Dr. Rika Ferlianti M. Biomed FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI TAHUN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KONDISI PASIEN KANKER SERVIKS DALAM PALLIATIVE CARE Abstrak Latar belakang : Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Bagi pasien yang didiagnosis kanker serviks, hal ini dapat menganggu baik fisik maupun psikisnya. Pasien kanker serviks cenderung mengalami depresi dan ingin mengakhiri hidupnya. Saat-saat yang seperti ini dibutuhkannya dukungan keluarga untuk pasien bisa lebih menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. Deskripsi kasus : Ny. S, 42 tahun, didiagnosis dengan kanker serviks stadium 4. Mengalami depresi dan ingin mengakhiri hidup. Dikarenakan masa lalu pasien yang kurang baik dengan keluarganya, hubungan keluarga-pasien terbilang renggang. Diskusi : Kanker serviks selain potensial memberikan penderitaan bersifat fisik juga memberikan penderitaan bersifat psikis. Gangguan psikis bisa dimanifestasikan dalam bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan perasaan tidak berguna. Mengingat dampak kanker serviks diatas maka penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya yang sakit. Perhatian dari keluarga sangat membantu pemilihan kesehatan keluarganya. Terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Kesimpulan : Dukungan keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup pasien kanker serviks. Dengan adanya keluarga yang merawat dan menerima pasien, beban psikis pasien dapat berkurang sehingga pasien akan lebih menerima kondisinya dan menjalankan kehidupan dengan baik dan bahagia. Keyword : Cancer, Family Support, Palliative Care Latar Belakang Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim. Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan sedang (Gastout et al, 1996). Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram.Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap member pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Dukungan keluarga yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga.Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material.Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya. Dengan adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan– persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi. Jenis dukungan keluarga memiliki beberapa fungsi yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumen dan dukungan emosional. (Misgiyanto, 2014) Palliative Care atau Perawatan Paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri, dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (WHO,2002). Adapun tujuan dari laporan kasus ini untuk melihat bagaimana reaksi keluarga pasien terhadap anggota keluarga yang didiagnosis dengan kanker serviks dan juga untuk menilai pengaruh dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pasien kanker serviks. Presentasi Kasus Ny. S, umur 42 tahun, suku Betawi, menderita penyakit kanker serviks yang terdiagnosis sekitar setahun yang lalu. Ny. S memiliki seorang anak laki-laki. Suami Ny. S sudah lama meninggal. Ny. S tinggal berdekatan dengan saudara lainnya. Ny. S didiagnosis dengan kanker serviks stadium 4, semenjak 6 bulan yang lalu Ny. S dirujuk ke bagian Palliative Care RS. DHARMAIS. Pada awal perawatan tim Palliative Care, Ny. S cenderung bersikap untuk mengakhiri hidupnya dan sempat mengalami depresi. Ny. S sendiri dirawat di rumahnya dan dikunjungi oleh tim Palliative Care seminggu sekali atau pada saat kondisi emergensi. Saat ini kankernya sudah bermetastasis ke tulang belakang yang membuat Ny. S harus berada di tempat tidur terus. Biaya perobatan Ny. S ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional. Setiap kunjungan oleh tim Palliative Care membutuhkan biaya sekitara Rp. 210.00, dimana dananya didapat dari donasi atau subsidi silang. Pasien dirawat di rumahnya oleh kekasih anaknya yang sekarang sudah menjadi menantunya. Pada awal Ny. S didiagnosis kanker serviks bisa dikatakan reaksi dari keluarga terdekatnya tidaklah baik, banyak dari mereka yang memutuskan untuk tidak peduli dengan Ny. S. Kemudian tim Palliative Care mencari tahu apa penyebab sikap keluarga Ny. S yang tidak peduli terhadapnya, ternyata diketahui bahwa Ny. S memiliki masa lalu yang kurang baik dengan keluarganya. Akhirnya tim Palliative Care melakukan pendekatan terhadap keluarga Ny. S dan memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita Ny. S serta menyelesaikan masalah antar Ny. S dan keluarganya. Beberapa bulan terakhir diketahui bahwa keluarga Ny. S sudah mulai peduli dan ikut merawat Ny. S dirumahnya, dan bisa terihat perubahan dari Ny. S sendiri dimana pada saat kunjungan terakhir Ny. S terlihat lebih bahagia, senang, sudah bisa menerima kondisinya, dan mulai berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan bantuan dari keluarga terdekatnya, Nn. T menantunya Ny. S juga merasa terbantu dan bersemangat dalam merawat Ny. S. Diskusi Kanker serviks selain potensial memberikan penderitaan bersifat fisik juga memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika gangguan fisik dimanifestasikan dalam bentuk keluhan nyeri, mual, keputihan hingga perdarahan sampai komplikasi organ maka gangguan psikis bisa dimanifestasikan dalam bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan perasaan tidak berguna. Mengingat dampak kanker serviks diatas maka penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya yang sakit. Perhatian dari keluarga sangat membantu pemilihan kesehatan keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga dalam memberikan dukungan pada penderita kanker serviks dalam kategori baik karena masih kentalnya hubungan kekerabatan dalam sebuah keluarga tersebut.Faktor lain adalah keluarga mampu melakukan peran dan fungsinya yang senantiasa mendampingi dan menjadi pendukung utama responden selama perawatan penyakitnya. Menurut Mubarak terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Menurut De Groot, banyak hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh kanker terhadap kondisi psikologis pasien yang mengalami kecemasan, namun pasien-pasien kanker yang senantiasa memperoleh dukungan keluarga ternyata berhubungan positif dengan berkurangnya kecemasan. Dukungan ini ternyata membantu perbaikan kesehatan dan hubungannya dengan kualitas kehidupan penderita kanker serviks. Kecemasan pada penderita kanker serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga semata tetapi banyak faktor yang mempengaruhi. Menurut Kaplan dan Sadock, faktor yang menyebabkan kecemasan dipengaruhi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman penderita menjalani pengobatan, konsep diri dan peran, tingkat social ekonomi, jenis tindakan kemoterapi, dan komunikasi terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor kondisi medis, tingkat pendidikan, akses informasi dan proses adaptasi.Hal tersebut juga dibuktikan dari hasil penelitian ini. Responden menyatakan bahwa mayoritas dukungan keluarga baik tetapi responden juga merasa kecemasan dalam kategori sedang. Hasil ini kemungkinanada faktor lain yang mempengaruhi kecemasan tingkat sedang pada penderita kanker serviks, berhubungan dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan yang rendah atau pekerjaan ibu rumah tangga yang sehari-harinya dihabiskan dengan pekerjaan rumah,mengurus anak dan suaminya. Kecemasan pada penderita kanker serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh kualitas dukungan keluarga dibuktikan dengan penelitian tentang kecemasan pada penderita kanker serviks juga dilakukan oleh Nasution dan Tanjung, tentang Faktor internal dan Eksternal Kecemasan pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H Adam Malik Medan dengan 42 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan pasien kanker serviks yang paling besar berdasarkan faktor internal adalah faktor maturitas, faktor tipe kepribadian dan faktor keadaan fisik. Faktor eksternal menunjukkan bahwa kecemasan pasien kanker serviks yang paling besar adalah faktor dukungan sosial dan dukungan keluarga. Menurut De groot, menyatakan bahwa profil psikologis penderita kanker seperti kanker serviks yang datang dalam pemeriksaan medis menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga merupakan salah satu faktor yang mencemaskan bagi pasien.Pada penderita kanker serviks yang menjalani perawatan di rumah sakit ketika akan dilakukan operasi, kemoterapi, radiotherapy atau tindakan perawatan yang lainnya, juga sering mengalami kecemasan. Selain itu, sikap yang tidak personal dari dokter, perawat atau petugas rumah sakit yang lain penderita merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. Kondisi demikian penderita seringkali merasa kehilangan identitas diri, dan kehilangan kontrol atas tubuhnya sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman menjalani perawatan di rumah sakit. Simpulan Palliative care adalah perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan dilihat dari berbagai macam aspek. Dukungan keluarga merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan semangat pasien dalam melaksanakan perawatan. Sesungguhnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat meringankan beban psikis dari pasien. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana pasien lebih bisa menerima dengan kondisinya dan tidak menyalahkan akan penyakit yang dia derita setelah mendapat bantuan dan dukungan keluarga yang secara sukarela merawat dirinya. Pasien yang disekitarnya dikelilingi oleh keluarganya akan lebih bersemangat dan bahagia dibandingkan yang tidak mendapat dukungan keluarga. Serta kecenderungan pasien untuk depresi dapat berkurang. Oleh karena itu dengan dukungan keluarga, pasien dapat menjalani hari-harinya dengan lebih baik dan bahagia. Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Allah SWT karena-Nya lah tugas laporan kasus blok elektif ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih juga kepada orang tua saya yang senantiasa selalu mendoakan anaknya agar dimudahkan segala urusan dan tugastugasnya. Daftar Pustaka Aziz, M.F. (2006). Masalah pada Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran, vol 133; 5-7. Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. (2006).Family Support as Reflective Practice. London : Jessica Kingsley Publishers. Edianto. (2006). Buku Acuan Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Friedman, M.M. (1998). Family Nursing: Theory and Practice. Keperawatan keluarga Teori dan praktek. Alih bahasa Asy dan Debora. Jakarta:EGC. Gakidau.E.,Nordagen,S.,Obermeyer,Z. (2008). Coverege of Cervical Cancer Screening in 57 Countries : Low average level and large inequalities. Plos Med 5(6) 0863:0868.