analisis pengaruh foreign direct investment (fdi)

advertisement
ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
NEGARA ASEAN TAHUN 1980-2009
OLEH
AISYAH FITRI YUNIASIH
H14114002
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
AISYAH FITRI YUNIASIH. Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment
(FDI) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Tahun 1980-2009
(dibimbing oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI).
Era globalisasi telah mendorong semua negara untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya, tak terkecuali negara ASEAN. Negara ASEAN harus
memahami bahwa situasi ekonomi dunia akan terus menantang sehingga harus
mempersiapkan strategi khusus untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global
yang bisa berlanjut untuk tahun-tahun mendatang. Defisit arus modal keluar neto
yang terjadi dapat diartikan bahwa terjadi kelangkaan modal pembangunan. Salah
satu strategi negara ASEAN untuk menghadapi situasi perekonomian dunia yang
tidak pasti dan semakin menantang adalah dengan menerapkan liberalisasi
ekonomi melalui Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct
Investment (FDI) dalam rangka mengisi kelangkaan sumber daya modal
pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN.
Melihat dampak positif dan dampak negatif dari FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi, dapat kita simpulkan bahwa pengaruh FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi berbeda antar negara. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh FDI tehadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN. Hal ini tentunya tergantung pada kondisi
perekonomian, teknologi, dan institusional dari negara ASEAN tersebut.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data panel dari sepuluh negara ASEAN selama kurun waktu 1980-2009 yang
meliputi data pertumbuhan ekonomi, FDI Inflow, PMTB, angkatan kerja, ekspor
neto dan dummy krisis. Sumber data yang digunakan berasal dari United Nation
Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan World Bank. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear
berganda data panel dengan Fixed Effect Model GLS Weights Cross-section SUR.
Hasil analisis menyatakan bahwa FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN. Faktor-faktor lain yang juga memengaruhi pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN antara lain PMTB, angkatan kerja, ekspor neto, dan
krisis ekonomi.
Pemerintah masing-masing negara ASEAN perlu meningkatkan FDI Inflow,
PMTB, kualitas angkatan kerja, dan pertumbuhan ekspor agar lebih tinggi dari
pertumbuhan impor dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN. Pemerintah masing-masing negara ASEAN juga perlu
diperhatikan dampak ketergantungan yang dapat muncul dari meningkatnya aliran
FDI ke suatu negara. Untuk menghindari dampak negatif dari FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN pemerintah masing-masing negara
ASEAN dapat mencanangkan undang-undang yang mengatur mengenai besarnya
persentase maksimum kepemilikan saham oleh investor asing, besarnya
persentase maksimum bahan baku produksi yang boleh diimpor, besarnya
persentase maksimum penggunaan tenaga kerja domestik.
ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
NEGARA ASEAN TAHUN 1980-2009
Oleh
AISYAH FITRI YUNIASIH
H14114002
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT
(FDI) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
NEGARA ASEAN TAHUN 1980-2009
Nama
: Aisyah Fitri Yuniasih
NRP
: H14114002
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Lukytawati Anggraeni, Ph.D
NIP. 19771213 200501 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dedi Budiman Hakim, Ph.D
NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, November 2011
Aisyah Fitri Yuniasih
H14114002
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Aisyah Fitri Yuniasih lahir di Jakarta pada tanggal 1 Juni
1985. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan
Suharto Martono dan Sukarmini. Penulis menikah dengan Kemas Muhammad
Irsan Riza dan dikaruniai seorang putri yang bernama Quinsha Masyitha Riza.
Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan. Penulis menamatkan
sekolah dasar pada SDN Harapan Jaya VI Bekasi pada tahun 1996, kemudian
melanjutkan ke SLTP Negeri 5 Bekasi dan lulus tahun 1999. Pada tahun yang
sama, penulis diterima di SMUN 1 Bekasi dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan
tinggi penulis ditempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta dan lulus pada
tahun 2006. Pada tahun 2011 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui Program S2 Penyelenggaraan Khusus Badan Pusat Statistik (BPS) dengan
IPB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Sebelum
menempuh pendidikan pascasarjana penulis menjalani program alih jenis di
Sekolah Pascasarjana Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB.
Penulis diangkat sebagai CPNS pada BPS terhitung mulai tanggal 1 Januari
2007 dan ditempatkan sebagai staf di seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi
Statistik BPS Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung hingga saat ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Negara ASEAN Tahun 1980-2009” tepat pada waktunya. Meskipun demikian,
penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dikarenakan berbagai keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi tugas akhir dan sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan moral,
spiritual, dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya
kepada:
1.
Lukytawati Anggraeni, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan baik secara teknis maupun teoritis selama
proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2.
Tanti Novianti, M.Si dan Ranti Wiliasih, M.Si selaku penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan kritik yang berharga untuk penyempurnaan skripsi ini.
3.
Seluruh dosen, staf pengajar, dan karyawan/wati di Departemen Ilmu
Ekonomi, FEM, IPB.
4.
Rekan-rekan BPS Kota Bandar Lampung dan BPS Provinsi Lampung yang
telah memberi izin dan mendukung penulis untuk menimba ilmu di
Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB.
5.
Suami terhebat, belahan jiwaku Kemas Muhammad Irsan Riza, S. ST, serta
putri tercinta penyejuk hati, Quinsha Masyitha Riza, atas kasih sayang,
pengertian, doa, dan dukungannya selama ini.
6.
Orangtua, mertua, adik dan kakak penulis atas doa dan dukungan yang tak
pernah putus untuk penulis.
7.
Rekan-rekan kelas BPS-IE FEM IPB Batch 4 khususnya Siswi, Nila, Sulthoni,
Dedy, Hery, Dwi, Saidah, Yuni, dan Siswiny atas kebersamaan dan kerjasama
selama mengikuti program alih jenis di Sekolah Pascasarjana Departemen Ilmu
Ekonomi FEM IPB.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, November 2011
Aisyah Fitri Yuniasih
H14114002
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ....................... 9
2.1. Tinjauan Teori-teori ........................................................................... 9
2.1.1.
Teori Pertumbuhan Ekonomi................................................ 9
2.1.2.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik ............................... 9
2.1.3.
Penanaman Modal Asing (PMA) ........................................ 11
2.1.4.
Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct
Investment (FDI) ................................................................ 12
2.1.5.
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi .................. 15
2.1.6.
Variabel-variabel lain yang memengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi ............................................................................ 17
2.1.6.1. Gross Fixed Capital Formation (GFCF) atau
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ........... 17
2.1.6.2. Angkatan Kerja .................................................... 18
2.1.6.3. Ekspor Neto ......................................................... 19
2.1.6.4. Krisis Ekonomi..................................................... 20
2.1.6.4.1. Krisis Moneter Asia 1997-1998 .......... 20
2.1.6.4.2. Krisis Minyak Dunia 2005 ................. 20
2.1.6.4.3. Krisis Keuangan Global 2008-2009 .... 21
2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ....................................................... 21
2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 24
ix
2.4. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 26
III.
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 27
3.1. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 27
3.2. Metode Pengolahan Data ................................................................. 28
3.3. Metode Analisis Data....................................................................... 28
3.4. Metode Evaluasi Model ................................................................... 37
3.5. Spesifikasi model ............................................................................. 44
3.6. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 45
IV.
GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN ............................................... 48
4.1. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN .............. 48
4.2. Gambaran Umum FDI Negara ASEAN ........................................... 50
4.3. Gambaran Umum Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Negara ASEAN ............................................................................... 61
4.4. Gambaran Umum Angkatan Kerja Negara ASEAN ......................... 62
4.5. Gambaran Umum Ekspor Neto Negara ASEAN .............................. 64
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 68
5.1. Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik ................................ 68
5.2. Tahapan Evaluasi Model.................................................................. 70
5.2.1.
Tahapan
Evaluasi
Model
berdasarkan
Kriteria
Ekonometrik ...................................................................... 70
5.2.1.1. Uji Multikolinearitas ............................................ 70
5.2.1.2. Uji Heteroskedatisitas ........................................... 71
5.2.1.3. Uji Autokolerasi ................................................... 71
5.2.2.
Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Statistik ...... 73
5.2.3.
Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Ekonomi .... 74
5.2.3.1. Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Negara ASEAN .................................................... 74
5.2.3.2. Pengaruh PMTB terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Negara ASEAN .................................................... 75
5.2.3.3. Pengaruh Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Negara ASEAN ..................................... 76
5.2.3.4. Pengaruh Ekspor Neto terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Negara ASEAN ..................................... 77
x
5.2.3.5. Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Negara ASEAN ..................................... 77
VI
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 79
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 79
6.2. Saran ............................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 82
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Jumlah FDI Net Inflow Total Negara ASEAN dan Dunia Tahun 19952010 (US $) ................................................................................................ 5
2.1. Daftar Penelitian-penelitian Terdahulu yang Membahas Mengenai
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 22
3.1. Variabel, Data yang Digunakan, dan Sumber Data .................................... 27
4.1. Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen) .......................................................... 49
4.2. Nilai Corruption Index dan Manufacture Index Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen) .......................................................... 54
4.3. Perkembangan Rata-rata Tingkat Pertumbuhan FDI Inflow Masingmasing Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen) .................................. 55
4.4. Peringkat FDI Performance Index dan FDI Potential Index Beberapa
Negara ASEAN Tahun 2009 ..................................................................... 57
4.5. Nilai IPM Masing-masing Negara ASEAN Tahun 2009 ........................... 64
5.1. Nilai Statistik Model Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN................... 73
5.2. Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN ................. 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Tahun 19952010 (Persen) .............................................................................................. 2
1.2. Selisih Persentase Investasi terhadap GDP dengan Persentase Tabungan
Nasional terhadap GDP (Persen) ................................................................. 3
2.1. Hubungan antara Modal dan Output .......................................................... 10
2.2. Kerangka Pemikiran Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........ 25
4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ke Negara ASEAN Tahun 19802009 (Persen) ............................................................................................ 48
4.2. Perkembangan FDI Inflow ke Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Juta
US$) ......................................................................................................... 52
4.3. Perkembangan Rata-rata FDI Inflow Masing-masing Negara ASEAN
Tahun 1980-2009 (Juta US$) .................................................................... 53
4.4. Persentase FDI Inflow Negara ASEAN berdasarkan Negara Asal FDI
Tahun 2009 (Persen) ................................................................................. 58
4.5. Persentase FDI Inflow Negara ASEAN berdasarkan Sektor Tahun 20002009 (Persen) ............................................................................................ 59
4.6. Perkembangan Rata-rata Persentase PMTB terhadap GDP Masingmasing Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen) .................................. 61
4.7. Perkembangan Rata-rata Jumlah Angkatan Kerja Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 (Ribu Jiwa) ..................................................... 63
4.8. Perkembangan Rata-rata Nilai Ekspor Neto Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 (Juta US$) ...................................................... 65
4.9. Nilai Ekspor Negara ASEAN Tahun 2009 Berdasarkan Negara Tujuan
(Persen) .................................................................................................... 66
4.10. Nilai Impor Negara ASEAN Tahun 2009 Berdasarkan Negara Asal
(Persen) .................................................................................................... 67
5.1. Selang Pengambilan Keputusan Durbin Watson ........................................ 72
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Hasil Output EViews 6.0 untuk Matriks Koefisien Korelasi antar Variabel
Independen ............................................................................................... 85
2
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Pooled Least Square Model ...... 86
3
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Fixed Effect Model ................... 87
4
Hasil Output EViews 6.0 Chow Test .......................................................... 87
5
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Random Effect Model ............... 88
6
Hasil Output EViews 6.0 Hausman Test .................................................... 88
7
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Fixed Effect Model GLS
Weights Cross-section weight ................................................................... 89
8
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Fixed Effect Model GLS
Weights Cross-section SUR....................................................................... 90
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup
berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
dan institusi-institusi nasional, selain tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.
Pembangunan secara umum difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui
usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
berkaitan erat dengan
peningkatan pendapatan nasional baik secara keseluruhan maupun per kapita
sehingga masalah-masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan
distribusi pendapatan diharapkan dapat terpecahkan melalui trickle down effect
(Todaro dan Smith, 2006).
Era globalisasi telah mendorong semua negara untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonominya, tak terkecuali negara-negara di kawasan regional Asia
Tenggara yang tergabung dalam Association of South East Asian Nations
(ASEAN). Pertumbuhan ekonomi yang positif atau progresif akan menjadi
pertimbangan penting tersendiri dan juga memberikan keuntungan bagi negara
ASEAN dalam persaingan di kancah internasional.
Pasca krisis ekonomi, baik krisis moneter Asia tahun 1997-1998, krisis
minyak dunia tahun 2005, dan krisis keuangan global yang disebabkan oleh krisis
mortgage di Amerika Serikat tahun 2008-2009, negara ASEAN tetap dituntut
untuk dapat mempertahankan dan atau meningkatkan performa pertumbuhan
2
ekonominya agar terhindar dari multiplier effect dari krisis-krisis ekonomi
tersebut. Negara ASEAN memahami bahwa situasi ekonomi dunia akan terus
menantang dan menyiapkan strategi khusus untuk menghadapi ketidakpastian
ekonomi global yang bisa berlanjut untuk tahun-tahun mendatang. Hal ini terlihat
dari pertumbuhan ekonomi seluruh negara ASEAN yang secara umum mengalami
peningkatan signifikan pasca krisis ekonomi, baik krisis moneter Asia tahun
1997-1998, krisis minyak dunia tahun 2005, dan krisis keuangan global tahun
2008-2009, seperti terlihat pada Gambar 1.1.
20
Pertumbuhan Ekonomi (%)
15
10
5
0
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
2009
-5
-10
-15
Brunei Darussalam
Laos
Filipina
Vietnam
Tahun
Kamboja
Malaysia
Singapura
Indonesia
Myanmar
Thailand
Sumber: UNCTAD (1995-2010), Data Diolah.
Gambar 1.1
Perkembangan Pertumbuhan
Tahun 1995-2010 (Persen)
Ekonomi
Negara
ASEAN
Lalu lintas perekonomian internasional memiliki peranan penting bagi
pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN yang menganut sistem perekonomian
terbuka. Oleh karena itu, negara ASEAN dituntut untuk merealisasikan
3
keterbukaan ekonomi yang salah satunya adalah keterbukaan di sektor keuangan.
Keterbukaan ekonomi di sektor keuangan mengindikasikan semakin hilangnya
hambatan dan semakin lancarnya mobilitas modal antar negara yang menjadi
sumber pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara
sehingga diperlukan sejumlah investasi yang dibiayai oleh tabungan nasional.
Selisih Rata-rata % Investasi terhadap
GDP dengan Rata-rata % Tabungan
Nasional terhadap GDP (%)
2
0
1980
1984
1988
1992
1996
2000
2004
2008
-2
-4
-6
-8
-10
-12
-14
Tahun
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 1.2
Selisih Persentase Investasi terhadap GDP dengan Persentase
Tabungan Nasional terhadap GDP (Persen)
Negara ASEAN tidak mempunyai dana yang cukup untuk membiayai
pembangunan ekonomi karena terbatasnya akumulasi berupa kapital tabungan
nasional serta rendahnya produktivitas dan tingginya konsumsi, sehingga
diperlukan sumber dana lain yaitu Penanaman Modal Asing Langsung atau
Foreign Direct Investment (FDI). Gambar 1.2 menunjukkan bahwa selama
periode 1980-2009 kondisi dimana rata-rata tabungan nasional negara ASEAN
lebih besar dari rata-rata investasinya hanya terjadi pada tahun 1993, 1995, dan
1996 dimana selisihnya hanya sekitar satu persen.
4
Keterbukaan ekonomi di sektor keuangan yang salah satunya melalui FDI
dapat mengisi kelangkaan sumber daya modal pembangunan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. FDI memberikan eksternalitas positif
melalui peningkatan transfer teknologi, kemampuan teknis, kemampuan
manajerial, dan kemampuan intelektual tenaga ahli bagi negara penerima modal.
FDI diarahkan untuk menggantikan peranan utang luar negeri karena dinilai lebih
stabil dan kurang sensitif terhadap suku bunga internasional dan nilai tukar mata
uang. Dampak tidak langsung dari FDI antara lain dapat meningkatkan
produktivitas, kinerja, efisiensi, dan daya saing dari perusahaan domestik dalam
sektor yang sama, bahkan sering kali juga dapat meningkatkan nilai ekspor. Lebih
jauh lagi, FDI dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan
masyarakat di suatu negara, sehingga berpotensi mengurangi tingkat kemiskinan
di negara tersebut (Soekro, 2008).
Jumlah aliran dana FDI yang masuk ke negara ASEAN tahun 1999 jika
dibandingkan dengan saat krisis moneter Asia tahun 1997-1998, secara nominal
mengalami peningkatan sebesar 29,06 persen namun secara proporsional terhadap
total aliran dana FDI di seluruh dunia mengalami penurunan sebesar 0,73 persen.
Untuk kasus krisis minyak dunia tahun 2005, jumlah aliran dana FDI yang masuk
ke negara ASEAN tahun 2006 secara nominal mengalami peningkatan sebesar
39,17 persen begitu pula secara proporsional terhadap total aliran dana FDI di
seluruh dunia mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen. Bahkan, jumlah aliran
dana FDI yang masuk ke negara ASEAN tahun 2010 pasca krisis keuangan global
2008-2009 meningkat cukup tajam sebesar 108,61 persen secara nominal dan 3,07
5
persen secara proporsional terhadap total aliran dana FDI di seluruh dunia (Tabel
1.1).
Tabel 1.1 Jumlah FDI Net Inflow Total Negara ASEAN dan Dunia
Tahun 1995-2010 (US $)
Tahun
(1)
Jumlah FDI Net Inflow
ASEAN
DUNIA
(2)
(3)
1995
28.224.868.916,17
341.280.531.032,52
1996
30.572.936.676,97
391.789.216.029,64
1997
34.357.908.691,62
485.251.556.303,45
1998
22.309.843.011,16
724.673.476.373,33
1999
28.792.553.767,54
1.224.342.509.701,29
2000
23.655.793.496,42
1.623.243.305.783,75
2001
20.174.888.581,58
888.861.531.664,14
2002
17.312.202.958,37
746.334.698.235,28
2003
24.840.417.288,47
650.655.744.030,21
2004
36.436.657.053,08
783.530.509.181,31
2005
40.735.667.556,75
1.211.357.564.324,90
2006
56.692.058.760,72
1.594.554.016.227,71
2007
75.731.498.831,00
2.352.054.660.128,76
2008
46.906.977.888,27
1.905.578.076.952,90
2009
37.930.806.633,84
1.345.874.105.284,38
2010
79.128.651.936,21
1.343.624.607.409,78
Sumber: UNCTAD (1995-2010), Data Diolah.
Almasaied (2004) menyatakan bahwa peningkatan jumlah aliran dana FDI
di negara ASEAN diharapkan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang
mengingat besarnya potensi ekonomi yang baik untuk investasi di negara kawasan
Asia Tenggara ini. Investor asing tertarik untuk menanamkan modal di negara
6
ASEAN karena reputasi negara ASEAN yang fundamental secara makroekonomi.
Perekonomian negara ASEAN dinamis karena memiliki sedikit defisit fiskal, nilai
tukar mata uang yang stabil, tingkat tabungan domestik yang tinggi, dan tingkat
partisipasi angkatan kerja yang tinggi. Kondisi pasar, kebijakan kebebasan
perdagangan internasional, termasuk kebijakan liberalisasi FDI merupakan daya
tarik lain bagi investor asing untuk menanamkan modalnya dalam bentuk FDI di
negara ASEAN. Peningkatan aliran dana FDI ke negara ASEAN diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN.
1.2
Perumusan Masalah
Hady (2001) menyatakan bahwa FDI memberikan dampak positif dan
negatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dampak positif FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dan
pembentukan modal serta sebagai sarana transfer teknologi dan pengetahuan di
bidang manajemen dan pemasaran. FDI tidak akan memberatkan neraca
pembayaran karena tidak ada kewajiban pembayaran utang dan bunga, sedangkan
transfer keuntungan didasarkan kepada keberhasilan FDI yang dilakukan oleh
perusahaan asing tersebut. FDI diupayakan untuk meningkatkan pembangunan
regional dan sektoral dengan meningkatkan persaingan dalam negeri dan
kewirausahaan yang sehat, serta meningkatkan lapangan kerja.
Pengaruh negatif FDI terhadap pertumbuhan ekonomi antara lain
mendorong munculnya dominasi industrial, meningkatkan ketergantungan
teknologi, memengaruhi perubahan budaya. Dominansi FDI dapat menimbulkan
7
gangguan pada perencanaan ekonomi karena terjadi intervensi oleh home
government dari negara penanam modal. Secara sektoral mungkin aliran modal
internasional ini akan ditentang oleh kelompok pemilik faktor produksi tertentu
karena terjadinya redistribusi pendapatan dari pemilik faktor produksi lainnya
(tenaga kerja, tanah/bangunan) ke pemilik modal.
Uraian diatas menyatakan bahwa pengaruh FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi berbeda antar negara. Contoh kasus dimana FDI memberikan pengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi di Srilanka (Balamurali dan
Bogahawatte, 2004), China (Xiaohong, 2009), Nigeria (Adegbite dan Ayadi,
2010), Asia (Tiwari dan Mutascu, 2011), dan Bangladesh (Adhikary, 2011). FDI
bisa juga memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor
primer seperti di Negara OEDC (Alfaro, 2003). Bahkan, FDI bisa tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi seperti di Pakistan (Falki, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh FDI tehadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN. Hal ini
tergantung pada kondisi perekonomian, teknologi, dan institusional dari negara
tempat penanaman modal FDI tersebut.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi
negara ASEAN.
8
1.4
Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat dari penelitian mengenai analisis pengaruh FDI
terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN antara lain:
1.
Bagi pemerintah negara ASEAN selaku pengambil kebijakan, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan dasar pengambilan kebijakan
ekonomi dalam menyusun rencana-rencana atau strategi pembangunan yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat melalui FDI.
2.
Bagi akademisi dan peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan
dan sumber referensi untuk penelitian lebih mendalam
mengenai pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi.
3.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala berfikir
pembaca serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.
Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana
penerapan dan peningkatan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan
wawasan di bidang ekonomi yang selama ini dimiliki penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Tinjauan Teori-teori
2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara didefinisikan sebagai kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang dan jasa ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
kapasitas tersebut ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional
(kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada (Jhingan, 2004).
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen utama
yang mempunyai arti penting bagi masyarakat dalam pertumbuhan ekonomi,
yaitu:
1.
Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam tanah, peralatan
fisik, dan sumber daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan,
pendidikan, dan keterampilan kerja.
2.
Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya
akan
menyebabkan
pertumbuhan angkatan kerja.
3.
Kemajuan teknologi yang akan meningkatkan produktivitas.
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik menyatakan bahwa liberalisasi atau
kebebasan pasar-pasar nasional dan internasional akan merangsang investasi, baik
investasi domestik maupun investasi asing. Hal ini dapat memacu tingkat
10
akumulasi modal negara tersebut. Di sisi lain, penambahan tingkat tabungan
domestik akan meningkat rasio modal-tenaga kerja dan pendapatan per kapita
masyarakat. Model pertumbuhan ekonomi Neoklasik Solow (Solow Neoclassical
Growth Model) yang menunjukkan bahwa output selalu berada pada tingkat full
employment, diformulasikan dalam fungsi produksi agregat standar Cobb Douglas
sebagai berikut:
Y = K (AL)1- …………………………………………………………(β.1)
dimana Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah stok modal fisik dan
modal manusia, L adalah tenaga kerja, serta A adalah produktivitas tenaga kerja
yang pertumbuhannya di tentukan secara eksogen.
melambangkan elastisitas
output terhadap model, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari satu
persen penambahan modal fisik dan modal manusia.
Output, Y
Modal, K
Sumber: Mankiw, 2007
Gambar 2.1
Hubungan antara Modal dan Output
11
Teori pertumbuhan Neoklasik Tradisional menyatakan bahwa pertumbuhan
output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan
kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi)
dan penyempurnaan teknologi (Todaro dan Smith, 2006).
2.1.3 Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan penanaman modal yang
dilakukan oleh pemerintah atau warga negara asing di dalam negeri negara
pengimpor modal. PMA dapat dimasukan dalam bentuk modal swasta atau modal
negara (Jhingan, 2004).
Anoraga (1994) menyatakan bahwa penanaman modal asing dapat
dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu:
1.
Investasi Portofolio
Investasi Portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat
berharga seperti saham dan obligasi. Dalam investasi portofolio, dana yang masuk
ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka
lapangan kerja baru. Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar
modal untuk memperluas usahanya atau membuka usaha baru, hal ini berarti pula
membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya
untuk memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar hutang
bank dimana dalam proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan
manajemen.
12
2.
Investasi Langsung
Investasi langsung atau disebut juga dengan penanaman modal asing
langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) merupakan bentuk investasi
dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.
2.1.4 Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct Investment
(FDI)
Krugman & Obstfeld (1999) menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing
Langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) adalah suatu arus pemberian
pinjaman atau pembelian kepemilikan perusahaan luar negeri yang sebagian besar
modalnya dimiliki oleh penduduk dari negara yang melakukan investasi (investing
country). FDI merupakan salah satu faktor utama pendorong perekonomian
negara. FDI, selain sifatnya yang permanen dalam jangka panjang, juga memberi
andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan
kerja baru.
FDI adalah investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan
pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan oleh investor
asing dimana investor tersebut terlibat langsung dalam manajemen perusahaan
dan mengontrol penanaman modal tersebut. FDI ini biasanya dimulai dengan
pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan
dimana dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh
perusahaan multinasional dengan operasi dibidang
manufaktur,
industri
pengolahan, ekstraksi pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan
sebagainya (Hady, 2001).
13
Perusahaan dari negara penanam modal secara langsung melakukan
pengawasan atas aset FDI yang ditanam di negara pengimpor modal. FDI dapat
mengambil beberapa bentuk, yaitu pembentukan suatu cabang perusahaan di
negara pengimpor modal, pembentukan suatu perusahaan dimana perusahaan di
negara pengimpor yang semata-mata dibiayai oleh perusahaan yang terletak di
negara penanam modal untuk secara khusus beroperasi di negara lain, atau
menaruh aset (aktiva tetap) di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara
penanam modal (Jhingan, 2004).
Secara konseptual, pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya
dalam bentuk FDI, dibanding bentuk modal lainnya di suatu negara, dipengaruhi
oleh kondisi dari negara penerima FDI (pull factors) maupun kondisi dan strategi
dari penanam modal asing (push factors). Pull factors dari masuknya FDI antara
lain terdiri dari kondisi pasar, ketersediaan sumber daya, daya saing, kebijakan
yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan liberalisasi FDI (di
dalam bentuk insentif investasi), sedangkan yang termasuk push factors antara
lain strategi investasi maupun strategi produksi dari penanam modal, serta
persepsi resiko terhadap negara penerima (Kurniati, et al, 2007).
Hady (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang menyebabkan
terjadinya aliran modal, keterampilan dan teknologi dari negara pembawa modal
dengan negara penerima modal antara lain meliputi:
1.
Adanya iklim penanaman modal di negara-negara penerima modal itu
sendiri yang mendukung keamanan berusaha (risk country), yang
14
ditunjukkan oleh stabilitas politik serta tingkat perkembangan ekonomi
dinegara penerima modal.
2.
Prospek perkembangan usaha di negara penerima modal.
3.
Tersedianya prasarana dan sarana yang diperlukan.
4.
Tersedianya bahan baku, tenaga kerja yang relatif murah serta potensi pasar
dalam negara penerima modal.
5.
Aliran modal pada umumnya cenderung mengalir kepada negara-negara
yang tingkat pendapatan nasionalnya per kapita relatif tinggi
Motif utama dari FDI menurut Winantyo (2008) antara lain:
1.
Resource Seeking
FDI dengan motif Resource Seeking dilakukan untuk memperoleh faktor
produksi yang lebih efisien baik dalam bentuk sumberdaya alam maupun
tenaga kerja.
2.
Market Seeking
FDI dengan motif Market Seeking dilakukan dalam rangka membuka pasar
baru atau menjaga pasar yang sudah ada. Investasi jenis ini dipandang
sebagai defensive strategy karena lebih didorong oleh ketakutan kehilangan
pasar daripada upaya mencari pasar baru.
3.
Efficiency Seeking
FDI dengan motif Efficiency Seeking dilakukan karena dorongan untuk
meningkatkan keuntungan melalui peningkatan skala ekonomis.
15
4.
Strategic Asset Seeking
FDI dengan motif Strategic Asset Seeking merupakan investasi taktis untuk
mencegah penguasaan atas sumber daya oleh perusahaan pesaing.
Kurniati, et al, (2007) menyatakan bahwa beberapa jenis FDI adalah sebagai
berikut:
1.
FDI Vertikal
FDI yang dilakukan secara vertikal menyangkut desentralisasi secara
geografis dari aliran produksi perusahaan. Perusahaan akan melakukan
kegiatan produksi di negara-negara yang memiliki biaya tenaga kerja yang
rendah, kemudian hasil produksi di negara tersebut akan disalurkan kembali
ke negara induk. Suatu produk yang proses produksinya capital-intensive
akan memindahkan proses produksinya ke negara-negara yang kaya akan
modal.
2.
FDI Horizontal
FDI yang dilakukan secara horizontal akan memproduksi barang yang
sama di beberapa negara. FDI jenis ini memiliki motivasi untuk mencari
pasar yang baru. Keuntungan dari FDI dengan jenis ini adalah efisiensi di
dalam biaya transportasi, karena tempat produksi yang ada menjadi lebih
dekat dengan konsumen.
2.1.5 Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Negara-negara yang menganut sistem perekonomian terbuka pada umumnya
memerlukan investasi asing. Di negara maju investasi asing tetap diperlukan
16
untuk memacu pertumbuhan ekonomi domestik, menghindari kelesuan pasar, dan
penciptaan kesempatan kerja. Di negara berkembang yang sangat memerlukan
modal untuk pembangunannya, terutama jika modal dalam negeri tidak
mencukupi, FDI dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong
pertumbuhan perekonomian suatu negara dimana modal asing dapat memberikan
kontribusi yang lebih baik ke dalam proses pembangunan. Oleh karena itu,
beberapa negara penerima modal berusaha memberikan insentif untuk mendorong
masuknya modal asing dalam bentuk FDI berupa insentif pajak, jaminan dan
asuransi atas investasinya. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat
terus-menerus
meningkatkan
kegiatan
ekonomi
dan
kesempatan
kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat.
Hady (2001) menyatakan bahwa FDI memberikan dampak positif dan
negatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dampak positif FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dan
pembentukan modal serta sebagai sarana transfer teknologi dan pengetahuan di
bidang manajemen dan pemasaran. FDI tidak akan memberatkan neraca
pembayaran karena tidak ada kewajiban pembayaran utang dan bunga, sedangkan
transfer keuntungan didasarkan kepada keberhasilan FDI yang dilakukan oleh
perusahaan asing tersebut. FDI diupayakan untuk meningkatkan pembangunan
regional dan sektoral, meningkatkan persaingan dalam negeri dan kewirausahaan
yang sehat, serta meningkatkan lapangan kerja.
17
Pengaruh negatif FDI terhadap pertumbuhan ekonomi antara lain
mendorong munculnya dominasi industrial, meningkatkan ketergantungan
teknologi, memengaruhi perubahan budaya. Dominansi FDI dapat menimbulkan
gangguan pada perencanaan ekonomi karena terjadi intervensi oleh home
government dari negara penanam modal. Secara sektoral mungkin aliran modal
internasional ini akan ditentang oleh kelompok pemilik faktor produksi tertentu
karena terjadinya redistribusi pendapatan dari pemilik faktor produksi lainnya
(tenaga kerja, tanah/bangunan) ke pemilik modal.
2.1.6 Variabel-variabel lain yang memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
2.1.6.1 Gross Fixed Capital Formation (GFCF) atau Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB)
Gross Fixed Capital Formation (GFCF) atau Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan dan pembelian
barang-barang modal baru yang berasal dari dalam negeri (domestik) dan barang
modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal adalah peralatan yang
digunakan untuk berproduksi dan biasanya mempunyai umur pakai satu tahun
atau lebih. PMTB dapat dibedakan atas pembentukan modal dalam bentuk
bangunan/konstruksi, pembentukan modal dalam bentuk mesin-mesin dan alatalat perlengkapan, pembentukan modal dalam bentuk alat angkutan, dan
pembentukan modal untuk barang modal lainnya. Teori Harrod-Domar
memperhatikan kedua fungsi dari pembentukan modal dalam kegiatan ekonomi.
Dalam teori Harrod-Domar pembentukan modal dipandang sebagai
pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk
18
menghasilkan barang, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Apabila pada suatu masa tertentu
dilakukan sejumlah pembentukan modal,
maka pada
masa
berikutnya
perekonomian tersebut mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk
menghasilkan barang-barang (Arsyad, 1999).
2.1.6.2 Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah bekerja, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak
bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Angkatan kerja
dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:
1.
Mereka
yang
bekerja
penuh
adalah
angkatan
kerja
yang
aktif
menyumbangkan tenaganya dalam kegiatan produksi.
2.
Pengangguran terbuka atau open unemployment adalah mereka yang sama
sekali tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan (sewaktu-waktu siap
bekerja).
3.
Setengah menganggur atau under unemployment adalah mereka yang
bekerja
tidak
sesuai
dengan
pendidikan/keahliannya
atau
tidak
menggunakan sepenuh tenaganya karena kekurangan lapangan perkerjaan.
Contoh: Seorang sarjana bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya.
4.
Pengangguran tersembunyi/tersamar atau disebut disguise employment,
artinya suatu pekerjaan dikerjakan oleh pekerja yang berlebihan sehingga
mereka tidak bekerja maksimal.
19
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan angkatan kerja
secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah tingkat produksi. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau
negatif dari pertumbuhan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi pada
kemampuan sistem perekonomian negara tersebut dalam menyerap dan secara
produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan
faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
2.1.6.3 Ekspor Neto
Nilai ekspor dihitung berdasarkan nilai FOB (Freight on Board) meliputi
nilai barang dan jasa, biaya angkutan barang ke wilayah pabean, biaya muat
barang ke kapal, pajak ekspor, asuransi, royalti, lisensi, dan biaya lainnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di bidang ekspor.
Impor dihitung berdasarkan nilai CIF (Cost Insurance and Freight) meliputi nilai
barang dan jasa, biaya angkut, asuransi, royalti, lisensi, dan biaya lainnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di bidang impor.
Nilai ekspor neto merupakan pengurangan nilai ekspor dan nilai impor suatu
negara. Salvatore (1996) menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat
digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as
engine of growth). Aktifitas perdagangan internasional akan mendorong
percepatan pembangunan ekonomi di negara tersebut namun teori dependensi
20
menyatakan bahwa ketergantungan terhadap luar negeri memberikan dampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1999).
2.1.6.4 Krisis Ekonomi
2.1.6.4.1
Krisis Moneter Asia 1997-1998
Krisis moneter Asia diawali dari krisis nilai mata uang dan keuangan
Thailand pada Juli 1997 kemudian merembet ke negara ASEAN lainnya. Dampak
krisis moneter Asia, selain terjadi runtuhnya nilai tukar mata uang dan
meningkatnya tingkat suku bunga, kebangkrutan perusahaan dan bank juga
menyebabkan krisis keuangan. Pesimisme konsumen dan investor juga
menyebabkan kontraksi investasi yang diikuti dengan krisis ekonomi dan
pengangguran. Pihak-pihak yang paling terkena dampak krisis moneter Asia
tersebut antara lain perusahaan besar yang bermain valas, saham, obligasi, dan offshore loans di pasar global, perbankan, pasar modal, properti, sektor publik yang
banyak memiliki utang luar negeri, serta importir atau pelaku bisnis yang
kandungan impor bahan baku usahanya tinggi (Kuncoro, 2010).
2.1.6.4.2
Krisis Minyak Dunia 2005
Krisis minyak dunia 2005 disebabkan oleh pasokan minyak dunia terganggu
karena badai Katrina yang juga menyebabkan beberapa kilang produksi di
Amerika rusak dan disusul dengan kerusuhan di negara produsen minyak Nigeria.
Gelombang krisis energi yang disebabkan oleh minyak, menyatakan bahwa
minyak merupakan komoditas yang sangat rentan terhadap terjadinya krisis
21
ekonomi global. Diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan energi
terhadap supply minyak bumi menjadi tren baru di banyak negara di samping
efisiensi energi (penghematan energi) yang dilakukan secara terstruktur. Hal ini
menyebabkan melonjaknya harga minyak dunia secara besar-besaran. Naiknya
harga minyak dunia menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang terhadap US
Dollar. Hal ini menimbulkan inflasi yang cukup tinggi dan mengancam stabilitas
makroekonomi yang telah dicapai negara ASEAN 1.
2.1.6.4.3
Krisis Keuangan Global 2008-2009
Krisis keuangan global diawali kredit macet perumahan beresiko tinggi
(subprime mortage) pada semester akhir 2007 di Amerika Serikat. Dampak krisis
keuangan global 2008-2009 menjalar ke Eropa dan Asia Pasifik termasuk negara
ASEAN
dalam
multinasional
bentuk
Amerika
bangkrutnya
Serikat,
bank/institusi
meningkatnya
keuangan/korporasi
inflasi,
meningkatnya
pengangguran, runtuhnya indeks bursa saham karena nilai tukar mata uang anjlok,
sampai akhirnya menurunkan pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2010).
2.2
Penelitian-Penelitian Terdahulu
Pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi berbeda antar negara atau
kawasan, bisa positif, negatif, bahkan bisa juga tidak signifikan memengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau kawasan. Hal ini tergantung pada kondisi
perekonomian, teknologikal, dan institusional dari negara tuan rumah FDI.
1
Yuliarto, B. β008. „Gagalnya Kebijakan Energi”. Harian Pikiran Rakyat 14 Mei
2008.
22
Tabel 2.1 Daftar Penelitian-penelitian Terdahulu yang Membahas Mengenai
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
No
(1)
1
Peneliti
(2)
Balamurali
dan
Bogahawatte,
2004
Judul
(3)
2
Xiaohong,
2009
3
Adegbite dan The Role of
Ayadi, 2010
FDI
in
Economic
Development:
A Study of
Nigeria
4
Tiwari
dan Economic
Mustascu,
Growth
and
2011
FDI in Asia: A
Panel
Data
Approach
FDI
and
Economic
Growth
in
Srilanka
An Empirical
Analysis on the
impact of FDI
on
China’s
Economic
Growth
Data/Metode
(4)
Data time series
periode 1977-2003
di Sri Lanka, dengan
metode Johansen’s
Full
Information
Maximum Likelihood
Methoddan VAR
LnYt = 0 + 1
LnFDIt + 2 LDINt +
3 LNOPENt + t
Data time series
periode 1985-2008
di China, dengan
metode
Ordinary
Least Square
GDP = 0FDI +
1CO + 2S + 3FI
Data time series
periode 1992-2007
di Nigeria, dengan
metode
Ordinary
Least Square
GDPGR
=
1+
LPGROW
+
2
3GRCS
+ 4TRADO
+
5FDIGR + 6TFPG
+
Data panel periode
1986-2008 dari 23
negara
sedang
berkembang di Asia,
dengan
metode
Random
Effect
model
Yit = ß0+ ß1(Kit) +
ß2(Lit) + ß3(FDIit) +
ß4(Xit) + it
Hasil Penelitian
(5)
FDI merupakan
determinan utama
pertumbuhan
ekonomi Srilanka
selama tahun1977
– 2003
FDI memberikan
pengaruh positif
yang signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Pertumbuhan
produktivitas
tenga kerja dan
tingkat
pertumbuhan FDI
secara signifikan
memengaruhi
pertumbuhan
ekonomi
FDI, Ekspor, dan
tenaga
kerja
memberikan
pengaruh positif
yang signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
23
No
(1)
5
Peneliti
(2)
Ramadhan,
2010
Judul
(3)
Effect Foreign
Debt, Foreign
Investment,
and Inflation
on Economic
Growth
of
Indonesia
6
Adhikary,
2011
FDI,
Trade
Openness,
Capital
Formation,
and Economic
Growth
in
Bangladesh: A
Linkage
Analysis
7
Alfaro, 2003
FDI
and
Growth: Does
the
Sector
Matter?
8
Falki, 2009
Impact of FDI
on Economic
Growth
in
Pakistan
Penelitian-penelitian
terdahulu
Data/Metode
(4)
Data time series
periode Triwulan I
1995-triwulan
IV
2009 di Indonesia,
dengan
metode
Ordinary
Least
Square
LnPE
=
ß0+ß1
LnULN +ß2LnPMA
+ ß3LnInflasi
Data time series
periode 1986-2008
di
Bangladesh,
dengan
metode
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
ln Yt =
+
lnFDIGt + lnGFCFt
+ lnTGDPt + t
Data panel periode
1981-1999 dari 47
Negara
OECD,
dengan
metode
Ordinary
Least
Square
GROWTHi = ß0+ß1
INITIAL
GDPi
+ß2CONTROLSi +
ß3FDIi + Vi
Data time series
periode 1980-2006
di Pakistan, dengan
metode
Ordinary
Least Square
LnYt = b0 + b1LnK +
b2LnL + b3LnFDI +
b4δnTrd + t
mengenai
pengaruh
Hasil Penelitian
(5)
FDI memberikan
pengaruh positif
yang signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
FDI memberikan
pengaruh positif
yang signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
FDI berpengaruh
negatif terhadap
pertumbuhan
ekonomi sektor
primer,
berpengaruh
positif terhadap
sektor sekunder,
dan berpengaruh
ambigu terhadap
sektor tersier
FDI
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
FDI
terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan berbagai hasil disajikan dalam Tabel 2.1.
24
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa
penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi
di sepuluh negara ASEAN selama kurun waktu 1980-2009. Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini persentase FDI Inflow terhadap GDP,
persentase PMTB terhadap GDP, jumlah angkatan kerja, persentase nilai ekspor
terhadap GDP ditambah persentase nilai impor terhadap GDP, dan variabel
dummy krisis ekonomi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda data panel.
2.3
Kerangka Pemikiran
FDI dilatarbelakangi oleh fenomena pertumbuhan ekonomi negara ASEAN
yang fluktuatif dipengaruhi oleh gejolak perekonomian dunia dan terjadinya
defisit arus modal keluar neto. FDI masuk ke suatu negara bersama aliran modal
yang dapat mengisi kelangkaan sumber daya modal pembangunan di negara
tersebut. FDI ,melalui perusahaan multinasional, meningkatkan transfer teknologi,
kemampuan teknis, kemampuan manajerial, dan kemampuan intelektual tenaga
ahli ke negara dimana perusahaan itu beroperasi. Hal ini memacu peningkatan
kinerja dan efisiensi proses produksi sehingga meningkatkan produktivitas
perusahaan. Pembukaan pabrik-pabrik baru meningkatkan penyerapan tenaga
kerja.
Perusahaan multinasional cenderung mengimpor bahan baku produksi
perusahaan dari negara asalnya. Padahal, akan jauh lebih menguntungkan bagi
negara tuan rumah apabila supply bahan baku produksi dipenuhi dari domestik.
25
Perusahaan multinasional biasanya bersifat monopolistik atau oligopolistik. Hal
ini memacu peningkatan daya saing dari perusahaan domestik dalam sektor yang
sama. Akan tetapi, karena kinerja dan produktivitas perusahaan multinasional
sangat tinggi, perusahaan domestik akan mengalami kesulitan untuk bertahan di
tengah persaingan.
Dengan memperhatikan dampak positif dan negatif dari FDI, ditambah
pengaruh beberapa variabel lain seperti Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB),
angkatan kerja, ekspor neto, dan krisis ekonomi ingin diketahui bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN pada periode
penelitian. Apabila di negara ASEAN FDI berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi maka disarankan beberapa rekomendasi kebijakan untuk
meningkatkan FDI Inflow ke negara ASEAN agar dapat lebih meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN tersebut.
- Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN yang fluktuatif dipengaruhi
gejolak perekonomian dunia
- Defisit Arus Modal Keluar Neto di Negara ASEAN
Variabel Lain:
PMTB;
Angkatan Kerja;
Ekspor Neto;
Dummy Krisis
Pertumbuhan Ekonomi
Negara ASEAN
FDI
Aliran Modal
Transfer Teknologi
Transfer Kemampuan Teknis, Manajerial, dan Intelektual Tenaga Ahli
Dampak Positif
Gambar 2.2
Dampak Negatif
Kerangka Pemikiran Pengaruh FDI
Ekonomi
Rekomendasi Kebijakan
terhadap Pertumbuhan
26
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu di Srilanka (Balamurali
dan Bogahawatte, 2004), China (Xiaohong, 2009), Nigeria (Adegbite dan Ayadi,
2010), Asia (Tiwari dan Mutascu, 2011), dan Bangladesh (Adhikary, 2011) yang
menyatakan bahwa FDI memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah bahwa
terdapat FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN
pada periode penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)
dan data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1980-2009. Data panel
digunakan untuk mengatasi masalah keterbatasan data cross section dan time
series dengan menghasilkan estimasi yang lebih efisien melalui peningkatan
jumlah observasi yang berimplikasi meningkatkan derajat kebebasan (degree of
freedom). Jenis data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah balanced
panel dimana setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time series yang
sama. Sumber data yang digunakan berasal dari United Nation Conference on
Trade and Development (UNCTAD) dan World Bank.
Tabel 3.1 Variabel, Data yang Digunakan, dan Sumber Data
Variabel
Data Yang Digunakan
(1)
(2)
GROWTH Tingkat Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
(data dalam persen)
FDI
Persentase Nilai FDI Inflow terhadap GDP Tahunan
(data dalam persen)
GFCF
Persentase Nilai Gross Fixed Capital Formation
(GFCF) atau Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTDB) terhadap GDP Tahunan (data dalam
persen)
NX
Persentase Nilai Ekspor Neto terhadap GDP
Tahunan (data dalam persen)
LF
Jumlah Labour Force atau Angkatan Kerja
Tahunan (data dalam Ribu Jiwa)
DKRISIS Variabel Dummy Krisis
Sumber Data
(3)
UNCTAD,
World Bank
UNCTAD
UNCTAD
UNCTAD
UNCTAD
28
3.2
Metode Pengolahan Data
Pengolahan atas data sekunder untuk variabel GROWTH, FDI, GFCF, LF,
NX, dan DKRISIS untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN menggunakan beberapa paket program statistik seperti
Microsoft Office Excel 2010, dan EViews 6.0. Kegiatan pengolahan data dengan
Microsoft Office Excel 2010 meliputi pembuatan tabel dan grafik untuk analisis
deskriptif. Pengujian signifikansi analisis regresi linier berganda data panel
menggunakan EViews 6.0 sebagai program pengolahan datanya.
3.3
Metode Analisis Data
Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan dianalisis dalam penelitian
ini adalah pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN. Metode
analisis data yang digunakan antara lain metode analisis deskriptif dan metode
analisis inferensia. Metode analisis deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran umum mengenai kondisi perekonomian di negara ASEAN meliputi
perkembangan pertumbuhan ekonomi, FDI, dan beberapa variabel lain seperti
PMTB, angkatan kerja, ekspor neto, dan krisis ekonomi di negara ASEAN.
Metode analisis inferensia yang dilakukan untuk mengestimasi model ini
adalah pendekatan ekonometrika dengan metode analisis regresi linier berganda
data panel. Baltagi (2005) menyatakan bahwa keunggulan penggunaan metode
analisis data panel antara lain sebagai berikut:
1.
Analisis data panel memiliki kontrol terhadap heterogenitas data individual
dalam suatu periode waktu.
29
2.
Analisis data panel menyajikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi,
memiliki kolinearitas antar variabel yang kecil, memiliki derajat kebebasan
yang lebih besar, dan lebih efisien.
3.
Analisis data panel lebih tepat dalam mempelajari dinamika penyesuaian
(dynamics of change).
4.
Analisis data panel dapat lebih baik mengidentifikasi dan mengukur
pengaruh-pengaruh yang secara sederhana tidak dapat terdeteksi dalam data
cross section atau time series saja.
5.
Model analisis data panel dapat digunakan untuk membuat dan menguji
model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan analisis data cross
section murni atau time series murni.
6.
Analisis data panel pada
level mikro
dapat
meminimisasi atau
menghilangkan bias yang terjadi akibat agregasi data ke level makro.
7.
Analisis data panel pada level makro memiliki time series yang lebih
panjang tidak seperti masalah jenis distribusi yang tidak standar dari unit
root tests dalam analisis data time series.
Estimasi pada data panel bergantung kepada asumsi yang diberikan pada
intercept, koefisien slope, dan error term. Kemungkinan dari asumsi tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Diasumsikan bahwa intercept dan koefisien slope konstan antar waktu dan
cross section serta error term melingkupi perbedaan baik dalam waktu
maupun cross section. Pendekatan yang paling sederhana adalah asumsi ini
karena dengan diberikan asumsi bahwa intercept dan koefisien slope
30
konstan antar waktu dan cross section serta error term maka dimensi ruang
dan waktu diabaikan dan bentuk estimasinya seperti metode Ordinary Least
Square (OLS).
2.
Diasumsikan bahwa koefisien slope konstan tetapi intercept berbeda untuk
setiap cross section.
3.
Diasumsikan bahwa koefisien slope konstan tetapi intercept berbeda untuk
setiap cross section antar waktu.
4.
Diasumsikan bahwa semua koefisien baik intercept dan koefisien slope
berbeda untuk setiap cross section.
5.
Diasumsikan bahwa semua koefisien baik intercept dan koefisien slope
berbeda untuk setiap cross section antar waktu.
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
1.
Metode Pooled Least Square Model
Pooled Least Square Model merupakan metode estimasi model regresi data
panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien slope yang
konstan antar waktu dan cross section (Common Effect). Pada dasarnya, Pooled
Least Square Model merupakan metode yang meminimumkan jumlah error
kuadrat sama seperti OLS, tetapi data yang digunakan bukan data time series saja
atau cross section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk
pooled. Persamaan pada estimasi menggunakan Pooled Least Square Model dapat
dituliskan dalam bentuk sebagai berikut:
Yit =
+ xjit j+
it
untuk i = 1, 2, ..., N dan t = 1, 2, ..., T……………….(3.1)
31
dimana:
Yit
= nilai variabel terikat (dependent variable) untuk setiap unit cross section
ke-i pada periode waktu t dimana i = 1,…,N dan t = 1,…,T
Xjit
= nilai variabel penjelas (explanatory variable) ke-j untuk setiap unit cross
section ke-i pada periode waktu t dimana K variabel penjelas diberi
indeks dengan j = 1,…,K.
= intercept yang konstan antar waktu dan cross section
j
= koefisien slope atau parameter untuk variabel ke-j yang konstan antar
waktu dan cross section
it
= komponen error untuk setiap unit cross section ke-i pada periode waktu t
N adalah jumlah unit cross section, T adalah jumlah periode waktunya, dan K
adalah jumlah variabel penjelas.
Dengan mengasumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil
biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap cross
section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan regresi cross section Yi1 =
+ xjit
j
+
i1
untuk i = 1, β, … N sebanyak T persamaan yang sama dan
sebaliknya akan diperoleh persamaan deret waktu (time series) sebanyak N
persamaan untuk setiap T observasi. Namun, untuk mendapatkan parameter
dan
yang konstan dan efisien, akan dapat diperoleh dalam bentuk regresi yang lebih
besar dengan melibatkan sebanyak NT observasi. Kelemahan Pooled Least
Square Model ini adalah dugaan parameter
akan bias karena tidak dapat
membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama serta tidak dapat
membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda. Setiap observasi
32
diperlakukan seperti observasi yang berdiri sendiri dengan mengasumsikan bahwa
data gabungan yang ada menunjukkan kondisi yang sesungguhnya dan hasil
analisis regresi berlaku untuk semua unit cross section dan pada semua waktu.
2.
Metode Fixed Effect Model
Fixed Effect Model merupakan metode estimasi model regresi data panel
dengan asumsi koefisien slope kontan dan intercept berbeda antar unit cross
section tetapi intercept konstan antar waktu (Fixed Effect). Fixed Effect Model
mengatasi permasalahan asumsi Pooled Least Square Model yang sulit dipenuhi.
Generalisasi secara umum sering dilakukan adalah dengan memasukan variabel
dummy untuk menghasilkan nilai koefisien slope atau parameter yang berbedabeda antar unit cross section (Baltagi, 2005).
Pendekatan dengan memasukkan variabel dummy ini dikenal dengan
sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variable (LSDV) atau
disebut juga Covariance Model. Persamaan pada estimasi menggunakan Fixed
Effect Model dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut:
Yit = i+
j
xjit +
Di+ eit …………………………………………(3.2)
dimana:
Yit
= nilai variabel terikat (dependent variable) untuk setiap unit cross section
ke-i pada periode waktu t dimana i = 1,…,N dan t = 1,…,T
Xjit
= nilai variabel penjelas (explanatory variable) ke-j untuk setiap unit cross
section ke-i pada periode waktu t dimana K variabel penjelas diberi
indeks dengan j = 1,…,K.
i
= intercept yang berubah-ubah antar unit cross section
33
j
= koefisien slope atau parameter untuk variabel ke-j yang berbeda antar
unit cross section
eit
= komponen error untuk setiap unit cross section ke-i pada periode waktu t
N adalah jumlah unit cross section, T adalah jumlah periode waktunya, dan K
adalah jumlah variabel penjelas.
Dengan menggunakan pendekatan ini akan terjadi pengurangan degree of
freedom sebesar NT-N-K. Keputusan memasukan variabel dummy ini harus
didasarkan pada pertimbangan statistik. Penambahan variabel dummy ini akan
dapat mengurangi banyaknya degree of freedom yang akhirnya akan
memengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi. Kelebihan pendekatan
LSDV ini adalah dapat menghasilkan dugaan parameter
yang tidak bias dan
efisien. Tetapi kelemahannya jika jumlah unit observasinya besar maka akan
terlihat rumit.
3.
Metode Random Effect Model
Random Effect Model merupakan metode estimasi model regresi data panel
dengan asumsi koefisien slope kontan dan intercept berbeda antar individu dan
antar waktu (Random Effect). Keputusan untuk memasukan variabel dummy
dalam Fixed Effect Model memiliki konsekuensi berkurangnya degree of freedom
yang akhirnya dapat mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Oleh
karena itu, dalam model data panel dikenal pendekatan yang ketiga yaitu Random
Effect Model (Baltagi, 2005). Random Effect Model disebut juga model komponen
error (error component model) karena di dalam model ini parameter yang berbeda
antar unit cross section maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error.
34
Persamaan pada estimasi menggunakan Random Effect Model dapat dituliskan
dalam bentuk sebagai berikut:
Yit =
1
+ jxjit +
it dengan
it =
ui + vt + wit …………………………………..(3.3)
dimana
ui ~ N ( 0, u2) = komponen cross section error
vt ~ N ( 0, v2 ) = komponen time series error
wit ~ N ( 0, w2 ) = komponen error kombinasi
asumsinya adalah bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi begitu
juga dengan error kombinasinya.
Dengan menggunakan Random Effect Model, maka dapat menghemat
pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang
dilakukan oleh Fixed Effect Model. Hal ini berimplikasi parameter yang
merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien dan model yang
dihasilkan semakin baik.
Dasar pemilihan antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model
menurut Gujarati (2004) adalah sebagai berikut:
1.
Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah data dari cross section)
kecil, maka akan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai parameter
yang diestimasi oleh Fixed Effect Model dan Random Effect Model.
Pemilihan model terbaik dilakukan berdasarkan kemudahan penghitungan
sehingga Fixed Effect Model lebih baik.
2.
Ketika N besar dan T kecil, estimasi yang diperoleh dari kedua metode akan
memiliki perbedaan yang signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit
35
cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara acak maka
Random Effect Model harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini
bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil
secara acak maka kita harus menggunakan Fixed Effect Model.
3.
Jika komponen error individual berkorelasi dengan variabel independen X
maka parameter yang diperoleh dengan Random Effect Model akan bias
sementara parameter yang diperoleh dengan Fixed Effect Model tidak bias.
4.
Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random
effect dapat terpenuhi, maka Random Effect Model akan lebih efisien dari
Fixed Effect Model.
Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk pengolahan
data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:
1.
Chow Test adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan
Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model. Dalam pengujian ini
dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Pooled Least Square Model
H1: Fixed Effect Model
Dasar
penolakan
terhadap
hipotesis
nol
tersebut
adalah
dengan
menggunakan F Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow:
Chow =
~F
(N – 1, NT – N – K)………………………...(3.4)
Dimana:
RRSS = Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS)
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Fixed)
36
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel independen
Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F yaitu F
(N – 1, NT – N – K).
Jika
nilai CHOW Statistics (F Statistic) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,
maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap H0
sehingga model yang kita gunakan adalah Fixed Effect Model, begitu juga
sebaliknya.
2.
Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita
dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random
Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Random Effects Model
H1: Fixed Effects Model
Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan
dengan:
H=(
REM
–
fEM
)‟ (MFEM –MREM)-1 (
REM
–
fEM
) ~
dimana M adalah matriks kovarians untuk parameter
2
(k)……………(3.5)
dan k adalah derajat
bebas yang merupakan jumlah variabel independen.
Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari
2
(k), maka cukup bukti untuk
melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah
Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya.
37
3.
Untuk memilih antara Random Effect Model dan Pooled Least Square
Model digunakan The Breusch-Pagan LM Test dengan menggunakan
hipotesis sebagai berikut:
H0: Pooled Least Square Model
H1: Random Effect Model
Nilai Breusch-Pagan LM statistik dapat dihitung berdasarkan formula
sebagai berikut:
  ( w
ˆ )2 
NT  i t it
 1 ~  2
LM 
2

ˆ
2(T  1)  w
 i t it

2
(3.6)
Dimana N adalah jumlah individu, T adalah jumlah periode waktu, dan Wit
adalah residual Pooled Least Square Model. The Breusch-Pagan LM Test
ini didasarkan pada distribusi Chi square dengan derajat bebas sebesar satu.
Jika hasil Breusch-Pagan LM statistik lebih besar dari nilai
2
(1), maka Ho
ditolak yang berarti Random Effect Model lebih baik daripada Pooled Least
Square Model.
3.4
Metode Evaluasi Model
Setelah hasil pengolahan data dengan metode analisis data panel selesai
dilakukan, harus dilakukan evaluasi terhadap model estimasi yang dihasilkan.
Model estimasi yang dihasilkan melalui metode analisis data panel tersebut harus
dievaluasi berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut:
38
1.
Kriteria Ekonometrika
Widarjono (2009) menyatakan bahwa model estimasi regresi linear yang
ideal dan optimal harus menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria Best
Linear Unbiased Estimator (BLUE) yang antara lain sebagai berikut:
a.
Estimator linear artinya adalah estimator merupakan sebuah fungsi linear
atas sebuah variabel dependen yang stokastik.
b.
Estimator tidak bias artinya adalah nilai ekspektasi sesuai dengan nilai
sebenarnya.
c.
Estimator harus mempunyai varians yang minimum. Estimator yang tidak
bias dan memiliki varians minimum disebut estimator yang efisien.
Asumsi yang harus dipenuhi untuk memperoleh estimator yang memenuhi
kriteria BLUE antara lain sebagai berikut:
a.
Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen harus
bersifat linear dalam parameter.
b.
Variabel independen merupakan variabel yang bersifat nonstokastik,yaitu
memiliki nilai tetap dan dapat dikendalikan untuk berbagai observasi atau
sampel yang berulang-ulang. Apabila variabel independennya lebih dari satu
maka diasumsikan tidak ada hubungan linear antara satu variabel
independen yang satu dengan variabel independen yang lain.
c.
Nilai harapan (expected value) atau rata-rata dari variabel error
i
adalah nol
atau dapat dinyatakan dengan E( i/Xi) = 0.
d.
Varian dari variabel error ei adalah sama (homoskedastisitas) atau dapat
dinyatakan dengan Var ( i/Xi) =
2
.
39
e.
Variabel error independen secara statistik dan tidak terdapat serial korelasi
antar error dengan variabel independen atau dapat dinyatakan dengan
Cov( i, j) = 0 dan Cov( i, Xt) = 0.
f.
Error berdistribusi normal atau dapat dinyatakan dengan ~N (0,
2
).
Nachrowi dan Usman (2005) menyatakan bahwa beberapa permasalahan
yang bisa menyebabkan sebuah estimator tidak dapat memenuhi asumsi kriteria
BLUE antara lain sebagai berikut:
a.
Normalitas
Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term
mengikuti distribusi normal atau tidak. Jika asumsi normalitas ini tidak dipenuhi
maka prosedur pengujian dengan menggunakan uji t-statistic menjadi tidak sah.
Pengujian asumsi normalitas dapat dilakukan dengan Jarque Bera Test atau
dengan melihat plot dari sisaan. Hipotesi dalam pengujian normalitas adalah:
H0: Residual berdistribusi Normal
H1: Residual tidak berdistribusi Normal
Dasar penolakan H0 diilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera dengan
taraf nyata
sebesar 0,05 dimana jika lebih besar maka artinya H0 tidak ditolak
dan residual berdistribusi Normal.
b.
Multikolinearitas
Istilah multikolinearitas berarti terdapat hubungan linier antara variabel
independennya.
Winarno
(2007)
menyatakan bahwa
multikolinearitas dapat terlihat melalui:
indikasi terjadinya
40
1.
Nilai R-squared yang tinggi tetapi variabel independennya banyak yang
tidak signifikan.
2.
Nilai perhitungan koefisien korelasi antar variabel independennya. Apabila
nilai koefisien korelasinya lebih rendah dari 0,80, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
3.
Melakukan regresi auxiliary dengan memberlakukan variabel independen
sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap
diberlakukan sebagai variabel independen.
Untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara lain biasanya dilakukan
dengan menambah jumlah data atau mengurangi jumlah data observasi,
menambah atau mengurangi jumlah variabel independennya yang memiliki
hubungan linear dengan variabel lainnya, mengkombinasikan data cross section
dan time series, mengganti data, dan mentransformasi variabel.
c.
Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dasar dari metode regresi linear adalah varians tiap unsur
error adalah suatu angka konstan yang sama dengan
2.
Heteroskedastisitas terjadi
ketika varians tiap unsur error tidak konstan. Winarno (2007) menyatakan bahwa
heteroskedastisitas dapat menyebabkan:
1.
Estimator tidak lagi mempunyai varians yang minimum (tidak lagi Best),
sehingga hanya memenuhi karakteristik LUE (Linear Unbiased Estimator)
2.
Perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena
varians tidak minimum sehingga dapat menghasilkan estimasi regresi yang
tidak efisien.
41
3.
Uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-Statistic dan t-statistic tidak dapat
dipercaya.
Uji heteroskedastisitas dapat menggunakan metode GLS Weights Crosssection weight yang tersedia dalam program EViews 6.0 di mana jika
terdapat masalah heteroskedastisitas, nilai Sum squared resid Weighted
Statistic akan lebih kecil dibandingkan nilai Sum squared resid Unweighted
Statistic. Jika model mengalami masalah ini, dengan menggunakan metode
GLS Weights Cross-section weight tersebut masalah sudah teratasi.
d.
Autokorelasi
Winarno (2007) menyatakan bahwa autokorelasi adalah hubungan antara
residual atau observasi dengan residual observasi lainnya, sedangkan Gujarati
(2004) mendefinisikan autokorelasi sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series atau
diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section.
Suatu model dikatakan memiliki autokorelasi jika error dari periode waktu
(time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini akan
menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan
konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien
regresi yang diperoleh akan underestimate, sehingga R2 akan besar tetapi uji tStatistic dan uji F-Statistic menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat juga dapat
menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Bila
OLS digunakan, maka akan terlihat koefisien signifikan dan R2 yang besar atau
juga disebut sebagai regresi lancung atau palsu.
42
Untuk masalah autokorelasi pengujiannya dilakukan dengan melihat
Durbin-Watson stat yang nilainya telah disediakan dalam program EViews 6.0
dibandingkan dengan DW-tabel. Sebuah model dapat dikatakan terbebas dari
autokorelasi jika nilai Durbin-Watson stat-nya terletak di area nonautokorelasi.
Penentuan area tersebut dibantu dengan nilai tabel DL dan DU, jumlah observasi
(N) dan jumlah variabel independen (K). Dengan menggunakan hipotesis
pengujian sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
maka aturan pengujiannya adalah sebagai berikut:
0 < d <DL
: tolak H0, ada autokorelasi positif
DL  d  DU
: daerah
DU < d < 4 – Du
: terima H0, tidak ada autokorelasi
4 – DU  d  4 – DL
: daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan
4 – DL < d < 4
: tolak H0, ada autokorelasi negatif
2.
ragu-ragu, tidak ada keputusan
Kriteria Statistik
Evaluasi model estimasi berdasarkan kriteria statistik dilakukan dengan
melakukan beberapa pengujian yang antara lain sebagai berikut:
a.
Koefisien Determinasi (R2)
Widarjono (2009) menyatakan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
mengukur tingkat seberapa besar variabel-variabel independen yang digunakan
dalam
penelitian dapat
menjelaskan variabel dependen.
Nilai tersebut
menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data yang
43
sesungguhnya. Nilai R2 terletak antara nol hingga satu dimana semakin mendekati
satu maka model semakin baik.
b.
Uji F-Statistic
Uji F-Statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen yang digunakan didalam penelitian secara bersama-sama signifikan
memengaruhi variabel dependen. Nilai F-Statistic yang besar lebih baik
dibandingkan dengan nilai F-Statistic yang rendah. Nilai Prob(F-Statistic)
merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-Statistic. Dengan menggunakan
hipotesis pengujian sebagai berikut:
H0:
1
=
2
=… =
k
=0
H1: minimal ada salah satu
Tolak H0 jika F-Statistic > F
j
yang tidak sama dengan nol
(k – 1, NT – N – K)
atau Prob(F-Statistic ) < . Jika Ho
ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan1-
kita dapat menyimpulkan
bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model secara bersama-sama
signifikan memengaruhi variabel dependen.
c.
Uji t-Statistic
Uji t-Statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:
H0:
j
=0
H1:
j
≠0
44
Tolak H0 jika t-Statistic > t
/β ( NT – K – 1)
artinya dengan tingkat keyakinan 1 –
atau t-Statistic < . Jika Ho ditolak, maka
kita dapat menyimpulkan bahwa variabel
independen ke-i secara parsial signifikan memengaruhi variabel dependen.
3.
Kriteria Ekonomi
Evaluasi model estimasi berdasarkan kriteria ekonomi dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian tanda dan nilai estimator dengan teori dan logika.
3.5
Spesifikasi model
Rancangan model yang akan diajukan adalah model regresi linear dengan
lima variabel independen, dengan variabel dependennya GROWTH dan variabel
independennya adalah FDI, GFCF, LF, NX, dan DKRISIS. Data yang diperoleh
pada variabel-variabel tersebut ternyata berbeda satuan. Variabel GROWTH, FDI,
GFCF, dan NX disajikan dalam satuan persentase, sedangkan variabel LF
disajikan dalam satuan ribu jiwa. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
mengolah data dan interpretasi hasil akhirnya, variabel independen LF yang
berbeda satuan akan ditransformasi sehingga menjadi bentuk satuan yang sama,
yaitu dalam bentuk log natural, sedangkan untuk variabel DKRISIS yang tidak
memiliki satuan, tidak ditransformasi karena tidak akan diinterpretasi hasilnya.
Dengan model tersebut, diharapkan bahwa hasil regresi yang diperoleh akan lebih
efisien dan mudah untuk diinterprestasikan.
Sesuai dengan keterangan di atas, maka spesifikasi model tersebut secara
ekonometrika akan menjadi model sebagai berikut:
GROWTHt =
+
1FDIt
+
2GFCFt
+
3 ln(LFt)
+
4NXt
+
5DKRISIS
+ t..(3.7)
45
dimana :
GROWTHt = Tingkat Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (data dalam
persen)
FDIt
= Persentase Nilai FDI Inflow terhadap GDP Tahunan (data dalam
persen)
GFCFt
= Persentase Nilai Gross Fixed Capital Formation (GFCF) atau
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap GDP Tahunan
(data dalam persen)
NXt
= Persentase Nilai ekspor neto terhadap GDP Tahunan (data dalam
persen)
LFt
= Jumlah Labour Force atau Angkatan Kerja Tahunan (data dalam
Ribu Jiwa)
DKRISIS = Variabel Dummy yang mengindikasikan terjadinya krisis ekonomi
dimana nilainya sama dengan satu pada saat krisis ekonomi dan
nilainya sama dengan nol pada saat bukan krisis ekonomi
3.6
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam model penelitian ini
antara lain:
1)
GROWTH
Variabel
GROWTH
merupakan
variabel
yang
merepresentasikan
pertumbuhan ekonomi. Nilai variabel GROWTH ini merupakan nilai tingkat
rata-Rata pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Riil atau
46
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Tahunan di dalam persentase.
2)
FDI
Variabel FDI merupakan variabel yang merepresentasikan Penanaman
Modal Asing Langsung. Nilai variabel FDI ini merupakan Nilai FDI Inflow
suatu negara selama satu tahun dibagi nilai GDP.
3)
GFCF
Variabel GFCF merupakan variabel yang merepresentasikan Nilai PMTB
yang merupakan pendekatan terhadap nilai investasi domestik di suatu
negara. Nilai variabel GFCF ini merupakan nilai PMTB suatu negara selama
satu tahun dibagi nilai GDP.
4)
LF
Variabel LF merupakan variabel yang merepresentasikan jumlah modal
manusia disuatu negara. Nilai variabel LF ini merupakan jumlah angkatan
kerja yaitu jumlah penduduk usia produktif 15-24 tahun yang sudah bekerja,
yang sudah memiliki perkerjaan tetapi sementara tidak bekerja maupun
yang sedang aktif mencari pekerjaan selama satu tahun di suatu negara.
5)
NX
Variabel NX merupakan variabel yang merepresentasikan keterbukaan
perdagangan internasional antar negara. Nilai variabel NX ini merupakan
nilai ekspor neto antar negara yaitu pengurangan nilai ekspor suatu negara
selama satu tahun dibagi nilai GDP dengan nilai impor suatu negara selama
satu tahun dibagi nilai GDP.
47
6)
DKRISIS
Variabel DKRISIS merupakan variabel dummy digunakan dalam persamaan
regresi karena variabel tersebut sifatnya kualitatif. Suatu cara untuk
membuat data kuantitatif dari data kualitatif ialah dengan cara memberikan
nilai satu atau nol. Dalam penelitian ini digunakan variabel DKRISIS untuk
melihat pengaruh dari krisis ekonomi. Atribut satu digunakan untuk
menerangkan pertumbuhan ekonomi pada saat krisis, baik krisis moneter
Asia tahun 1997-1997, krisis minyak dunia tahun 2005, maupun krisis
keuangan
tahun 2008-2009,
sedangkan
nilai
pertumbuhan ekonomi pada saat tidak terjadi krisis.
nol diberikan pada
BAB IV
GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN
4.1
Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN
Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung
fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh ketidakpastian
perekonomian dunia terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN dimana
setiap gejolak yang terjadi dalam perkonomian dunia akan berdampak terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang sebagian besar hanya merupakan
negara dengan perkonomian terbuka kecil (small open economy).
Pertumbuhan Ekonomi (%)
25
15
5
-5 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
-15
-25
Tahun
Brunei Darussalam
Kamboja
Indonesia
Laos
Malaysia
Myanmar
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 4.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 1980-2009 (Persen)
ke
Negara
ASEAN
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi
pada periode 1980-2009 dicapai oleh Kamboja pada tahun 1987 yaitu sebesar
49
16,19 persen dimana hal ini merupakan wujud nyata keberhasilan dari prioritas
pada sektor Pertanian (Ear, 1995). Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi terendah dicapai oleh Brunei Darussalam pada tahun 1981
yaitu sebesar -19,83 persen salah satunya dipicu oleh menurunnya penerimaan
dari sektor migas (Departement of Economic Planning, and Development
Government of Brunei Darussalam, 2010).
Tabel 4.1 Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Masing-masing
Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen)
Negara
(1)
Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi (%)
(2)
Brunei Darussalam
0,12
Kamboja
6,36
Indonesia
5,44
Laos
6,90
Malaysia
5,93
Myanmar
6,61
Filipina
3,12
Singapura
6,65
Thailand
5,53
Vietnam
6,47
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Pada periode 1980-2009, jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang sebesar 5,31 persen, Laos menjadi
negara ASEAN dengan rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan yang
tertinggi yaitu sebesar 6,90 persen diatas Singapura yang rata-rata tingkat
pertumbuhan ekonomi tahunan yang hanya sebesar 6,65 persen (Tabel 4.1).
Pertumbuhan
ekonomi
Laos
yang
tinggi
didorong
oleh
kebijakan
50
pemerintahannya yang mengembangkan sistem perekonomian berorientasi pasar
(market-oriented
economy)
serta
melakukan
perbaikan
infrastruktur,
meningkatkan ekspor, dan mendorong indutri substitusi impor. Sektor-sektor yang
memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi
negara Laos antara lain sektor pertambangan dan tenaga air, industri manufaktur
(pakaian, makanan dan minuman, semen, dan baja), konstruksi, pertanian,
stimulus penyediaan kredit dan pertumbuhan pengeluaran publik, serta
peningkatan permintaan regional (World Bank, 2010).
Brunei Darussalam merupakan negara dengan rata-rata tingkat pertumbuhan
ekonomi tahunan yang terendah selama 1980-2009 yaitu sebesar 0,12 persen
(Tabel 4.1). Permasalahan utama yang dihadapi Brunei Darussalam dalam
pertumbuhan ekonominya antara lain kurangnya keragaman dalam perekonomian,
ketergantungan yang kuat pada sektor minyak dan gas yang fluktuatif, besarnya
subsidi pemerintah, masalah tenaga kerja dimana sektor layanan sipil yang
mempekerjakan lebih dari setengah angkatan kerja Brunei Darussalam, kontrol
perekonomian oleh pemerintah yang berlebihan, sistem negara yang berbasis
pajak rendah dimana tidak ada pajak pendapatan perorangan, serta kelambanan
dalam hal privatisasi (Mehta, 2006).
4.2
Gambaran Umum FDI Negara ASEAN
Kerjasama negara ASEAN di sektor investasi diawali dengan adanya skema
ASEAN Investment Guarantee Agreement (ASEAN IGA) pada tahun 1987.
Selanjutnya, pada 7 Oktober 1998 perjanjian tersebut diganti dengan Framework
51
Agreement on ASEAN Investment Area (FA-AIA) yang ditandatangani di Makati
City, Filipina, pada tahun 1998. Perkembangan yang paling akhir disepakati
adalah ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) di Thailand dalam
KTT ASEAN ke-14 yaitu pada 26 Februari 2009. ACIA mencakup empat pilar
utama yang meliputi: liberalisation, protection, facilitation, dan promotion. ACIA
mengikat negara-negara anggota untuk menghapus hambatan-hambatan investasi,
meliberalisasi
peraturan-peraturan
dan
kebijaksanaan
investasi,
memberi
persamaan perlakuan nasional dan membuka investasi di industrinya terutama
sektor manufaktur, sehingga dapat meningkatkan arus investasi ke kawasan
ASEAN (Halwani, 2005).
ACIA lebih bersifat komprehensif karena telah mengadopsi international
best practices dalam bidang investasi dengan mengacu kepada kesepakatankesepakatan investasi internasional. ACIA diharapkan dapat meningkatkan iklim
investasi yang baik di kawasan ASEAN melalui peningkatan daya saing serta
daya tarik investasi dengan menciptakan suatu kawasan investasi ASEAN yang
liberal dan transparan. ASEAN diharapkan dapat menjadi wilayah yang sangat
kompetitif sebagai tujuan FDI serta mendukung realisasi ASEAN Economic
Community. Wujud realisasi liberalisasi investasi di kawasan ASEAN terlihat dari
perkembangan FDI Inflow negara ASEAN yang secara umum mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu terutama pada dekade terakhir. Penurunan FDI
Inflow negara ASEAN yang disebabkan kemerosotan daya saing terjadi
dipengaruhi krisis ekonomi yang dialami negara ASEAN tersebut (Halwani,
2005).
52
Jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN pada periode 1980-2009 mencapai
puncaknya pada tahun 2007 yaitu sebesar US$ 75.731.498.831,00 (Gambar 4.2).
Angka ini meningkat 33,58 persen dibandingkan jumlah FDI Inflow ke negara
ASEAN tahun 2006. Hampir semua negara ASEAN mengalami peningkatan
jumlah FDI Inflow yang signifikan pada tahun 2007 kecuali Brunei Darussalam
yang mengalami penurunan jumlah FDI Inflow sebesar 39,98 persen dan Filipina
yang mengalami penurunan jumlah FDI Inflow sebesar 0,17 persen. Peningkatan
jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN yang cukup tajam di tahun 2007 disebabkan
oleh pertumbuhan ekonomi regional yang baik, perkembangan iklim investasi
negara ASEAN, peningkatan investasi antar negara ASEAN, dan pemberlakuan
integrasi regional.
80,000
Jumlah FDI Inflow (Juta US$)
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
0
Tahun
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 4.2
Perkembangan FDI Inflow ke Negara ASEAN Tahun 1980-2009
(Juta US$)
53
Penurunan jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN terjadi pada periode
2000-2002 (Gambar 4.3). Pada periode ini, di antara negara-negara ASEAN,
Indonesia bahkan mengalami FDI Inflow yang negatif yaitu jumlah investasi yang
keluar lebih besar daripada yang masuk (capital flight). Indonesia bukan saja
belum mampu menarik FDI yang sebanding dengan skala perekonomiannya,
menyebabkan keluarnya investor yang sudah masuk. Penurunan jumlah FDI
Inflow ke negara ASEAN pada periode ini dipengaruhi juga oleh gejolak ekonomi
Rata-rata Jumlah FDI Inflow (jUta US$)
akibat Tragedi 11 September 2001.
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
9,349.353
3,325.670
1,791.677
356.369
166.299
57.866
1,049.000
257.411
3,408.640
1,616.619
Negara
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 4.3
Perkembangan Rata-rata FDI Inflow Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 (Juta US$)
Selama tahun 1980-2009, Laos merupakan negara dengan rata-rata jumlah
FDI Inflow yang masuk ke negaranya yang paling sedikit. Secara rata-rata, jumlah
FDI Inflow yang masuk ke negara Laos sebesar US$ 57.865.538,53 per tahun atau
54
hanya 0,27 persen dari rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN yang
mencapai US$ 21.378.904.232,23 per tahun (Gambar 4.4). Hal ini dipengaruhi
oleh kondisi infrastruktur negara yang sebagian besar terdiri dari pegunungan dan
tidak memiliki akses ke laut yang masih memprihatinkan ditambah status sebagai
Least Developed Country (LDC) sehingga kurang menarik investor FDI (World
Bank, 2010).
Tabel 4.2 Nilai Corruption Index dan Manufacture Index Masing-masing
Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen)
Negara
(1)
Brunei Darussalam
Kamboja
Indonesia
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
Corruption Index
(2)
Manufacture Index
(3)
2,3
21,5
16,0
8,0
22,7
0,1
11,4
4,8
5.3
2,7
3,6
5,0
2,9
6,2
4,8
3,6
Sumber: Global Competitiveness Report 2010-2011 (2009), Data Diolah.
Singapura menjadi negara ASEAN dengan FDI Inflow terbesar yaitu
rata-rata mencapai US$ 9.349.353.117,92 per tahun atau 43,73 persen dari jumlah
FDI Inflow ke negara ASEAN (Gambar 4.4). Singapura merupakan negara
ASEAN yang menjadi 3 besar peringkat tertinggi dalam urutan pemeringkatan
negara yang paling menarik bagi investor asing dari seluruh dunia untuk
menanamkan FDI selama tahun 2005-2010 (World Investment Report 2011). Hal
ini dikarenakan Singapura memiliki sarana infrastruktur yang baik dan birokrasi
yang efisien sehingga menjadi lokasi investasi yang menarik meskipun tingkat
55
biaya di Singapura lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN dan
cenderung meningkat (Tabel 4.2).
Pertumbuhan FDI Inflow yang sangat dasyat terjadi di negara Vietnam pada
tahun 1987, yaitu sebesar 25.809,26 persen dari US$ 40.000 pada tahun 1986
menjadi US$ 10.363.703,70 pada tahun 1987. Hal ini dilatarbelakangi oleh
diberlakukannya Peraturan Hukum mengenai FDI di Vietnam untuk pertama
kalinya pada tahun 1987 sehingga Vietnam dapat menarik sejumlah besar FDI
Inflow (Nguyen, Ngoc Anh dan Nguyen, Thang, 2007). Hal ini menjadikan
Vietnam negara dengan rata-rata tingkat pertumbuhan FDI Inflow yang tertinggi
di negara ASEAN selama 1980-2009 yaitu sebesar 959,41 persen (Tabel 4.2).
Negara ASEAN dengan rata-rata tingkat pertumbuhan FDI Inflow yang terendah
adalah Kamboja, Laos, dan Myanmar yaitu sama-sama sebesar 14,50 persen
(Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Perkembangan Rata-rata Tingkat Pertumbuhan FDI Inflow Masingmasing Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen)
Negara
(1)
Brunei Darussalam
Kamboja
Indonesia
Laos
Malaysia
Myanmar
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
Rata-Rata Pertumbuhan FDI Inflow
(%)
(2)
178,05
14,50
21,50
14,50
26,68
14,50
95,52
24,33
30,58
959,41
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
56
Rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Indonesia selama 1980-2009 berada
diurutan keempat yaitu mencapai US$ 1.791.677.039,28 per tahun atau 8,38
persen dari jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan FDI Inflow ke Indonesia sebesar 21,50 persen. Akan tetapi, jika
dibandingkan dengan rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Malaysia di urutan
ketiga, rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Indonesia hanya mencapai 53,87
persennya. Rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Indonesia hanya lebih tinggi
0,83 persen jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara
Vietnam diurutan kelima. Kondisi FDI di Indonesia yang tidak begitu baik ini
disebabkan oleh kondisi infrastruktur di Indonesia yang kurang memadai,
birokrasi perizinan usaha investasi yang rumit serta kualitas sumber daya manusia
yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
UNCTAD mendefinisikan FDI Performance Index sebagai rasio dari
perbandingan FDI Inflow yang masuk ke suatu negara terhadap total FDI Inflow
ke seluruh dunia dibagi perbandingan GDP negara tersebut terhadap GDP dunia.
FDI Potential Index, menurut UNCTAD, diukur berdasarkan 12 variabel antara
lain GDP per kapita, pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap GDP,
rata-rata jumlah pengguna saluran telepon kabel dan telepon seluler per 1000
penduduk, penggunaan energi komersial per kapita, persentase pengeluaran untuk
R&D (Resource and Development) terhadap GDP, persentase mahasiswa terhadap
total populasi, country risk, pangsa pasar dunia terhadap ekspor sumber daya
alam, pangsa pasar dunia terhadap impor suku cadang dan komponen untuk
57
mobil dan produk elektronik, pangsa pasar dunia terhadap ekspor jasa, dan pangsa
pasar dunia terhadap stok FDI.
Tabel 4.4 Peringkat FDI Performance Index dan FDI Potential Index
Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009
Negara
(1)
Brunei Darussalam
Indonesia
Malaysia
Myanmar
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
Peringkat FDI
Performance Index
Peringkat FDI Potential
Index
(2)
(3)
57
117
123
62
108
20
84
22
45
84
35
118
82
3
56
73
Sumber: World Investment Report 2011 (2009), Data Diolah.
Berdasarkan World Investment Report 2011, UNCTAD menempatkan
Indonesia pada peringkat 117 untuk FDI Performance Index dan peringkat 84
untuk FDI Potential Index. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa untuk negara di
kawasan ASEAN, peringkat tertinggi FDI Performance Index dan FDI Potential
Index diraih Singapura. Singapura dan Thailand termasuk negara ASEAN dalam
kategori front runner (high performance, high potential), Vietnam termasuk
dalam kategori above potential (high performance, low potential), Brunei
Darussalam dan Malaysia termasuk dalam kategori below potential (low
performance, high potential), Indonesia, Filipina dan Myammar termasuk dalam
kategori under performers (low performance, low potential). Data FDI
Performance Index dan FDI Potential Index untuk Kamboja dan Laos tidak
58
tersedia tetapi sudah dipastikan nilai peringkat FDI Performance Index dan FDI
Potential Index untuk Kamboja dan Laos yang terbawah di antara negara ASEAN.
Peringkat FDI Potential Index Indonesia berada di urutan ketujuh di antara
sesama negara ASEAN dan hanya diatas Kamboja, Laos, dan Myanmar. Faktor
yang menyebabkan hal ini adalah hambatan untuk memulai usaha yang tinggi di
Indonesia yang meliputi jumlah prosedur, waktu, dan biaya yang diperlukan untuk
memulai usaha. Data tahun 2007 dari World Bank menyatakan bahwa lamanya
waktu perizinan melakukan usaha di Indonesia mencapai 105 hari yang lebih lama
dari di Singapura (5 hari), Malaysia (24 hari), Thailand (33 hari), Vietnam (50
hari), dan Filipina (58 hari).
Uni Eropa
Jepang
18.4
ASEAN
35.4
USA
13.4
China
Korea
11.2
3.6
3.8
8.5
0.6
0.8
India
Australia
Canada
1.8
2.5
New Zealand
Lainnya
Sumber: ASEAN Investment Database (2009), Data Diolah.
Gambar 4.4 Persentase FDI Inflow Negara ASEAN berdasarkan Negara Asal
FDI Tahun 2009 (Persen)
59
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa di tahun 2009, negara yang paling banyak
menanamkan FDI ke negara ASEAN adalah negara-negara Uni Eropa (18,4
persen), disusul Jepang (13,4 persen), baru kemudian dari intra ASEAN itu sendiri
(11,2 persen). Perkembangan FDI Inflow negara ASEAN dari tahun 2000-2009
menunjukkan bahwa FDI Inflow negara ASEAN dimulai dari tahun 2003 semakin
lama semakin didominasi oleh sektor jasa yang terdiri dari subsektor Perantara
Keuangan dan Jasa Keuangan (termasuk asuransi), perumahan, perdagangan,
konstruksi dan jasa lainnya (Gambar 4.5).
120
3.2
100
24.2
%
80
60
14.7
10
27.5
40.1
46.6 28.3
39.9
16.9 12.2 16.6 11.5 10.6
24.4
26.4 21.5
40.8
28
38.4
40
56.8
20
35.8
49.2 44.7
38.7 44.2
63.4 55.4 62.1 67.9
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Sektor Jasa
Sektor Industri Manufaktur
Sektor Primer & Lainnya
Sumber: ASEAN Investment Database (2009), Data Diolah
Gambar 4.5
Persentase FDI Inflow Negara ASEAN berdasarkan Sektor
Tahun 2000-2009 (Persen)
Winantyo (2008) menyatakan bahwa ASEAN merupakan kawasan yang
pertumbuhan ekonominya yang termasuk cepat di dunia. Data UNCTAD
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara ASEAN di tahun 2009
mencapai 1,5 persen lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
60
dunia yang hanya mencapai -1,98 persen. Oleh karena itu, negara ASEAN mampu
menyerap FDI dengan porsi yang cukup besar. Secara umum, dapat disimpulkan
bahwa iklim investasi di negara ASEAN makin matang dan menguntungkan bagi
para investor. Pembentukan kawasan perdagangan bebas atau Free Trade Area
(FTA) pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura
tahun 1992 bertujuan untuk meningkatkan investasi dan mencegah diversi
investasi ke negara lain. ASEAN FTA (AFTA) merupakan wujud dari
kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional
ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta
menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA diwujudkan
melalui penurunan tarif hingga menjadi 0 sampai dengan 5 persen, penghapusan
pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya serta adanya
kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor.
Terbentuknya AFTA membuka peluang lebih lancarnya mobilitas barang
dan modal disertai penyelarasan langkah atau harmonisasi dalam pemberian
insentif investasi, tukar menukar informasi, penerbitan berbagai informasi,
peluang investasi, dan promosi bersama ASEAN. Negara investor akan memilih
sendiri negara yang paling menarik sebagai tempat investasi untuk masuk seluruh
ASEAN. AFTA sudah diberlakukan secara penuh di sepuluh negara ASEAN
sejak tahun 2010 (Winantyo, 2008).
Struktur FDI negara maju berbeda dengan struktur FDI negara berkembang.
Di negara maju seperti Brunei Darussalam dan Singapura FDI dilakukan dengan
61
tujuan untuk melakukan kegiatan penjualan, sedangkan untuk negara berkembang
seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand FDI lebih dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan kegiatan produksi (Kurniati, et al, 2007).
4.3
Gambaran Umum Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Negara
ASEAN
Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan hasil dari
berbagai kebijakan di berbagai bidang. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain di
bidang pengerahan dana, peningkatan fungsi lembaga-lembaga keuangan baik
perbankan maupun non perbankan, pemberian beberapa perangsang bagi penanaman
modal, penyederhanaan dan peningkatan lembaga pengelola penanaman modal, dan
Rata-rata % GFCF terhadap GDP (%)
penyederhanaan prosedur penanaman modal.
33.63
35
29.95
29.34
30
23.21
25
20
15
20.23
17.92
22.47
17.08
13.14
13.82
10
5
0
Negara
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 4.6
Perkembangan Rata-rata Persentase PMTB terhadap
Masing-masing Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Persen)
GDP
62
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada periode 1980-2009 rata-rata
persentase PMTB terhadap GDP negara ASEAN per tahun adalah sebesar 22,08
persen dengan rata-rata tingkat pertumbuhan persentase PMTB terhadap GDP
tahunan sebesar 0,0004 persen. Negara ASEAN yang memiliki rata-rata
persentase PMTB terhadap GDP per tahun tertinggi selama 1980-2009 adalah
Singapura dengan rata-rata persentase PMTB terhadap GDP per tahun sebesar
33,63 persen, sedangkan negara ASEAN yang memiliki rata-rata persentase
PMTB terhadap GDP per tahun terendah selama 1980-2009 adalah Myanmar
dengan rata-rata persentase PMTB terhadap GDP per tahun sebesar 13,82 persen.
Brunei Darussalam merupakan negara ASEAN dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan persentase PMTB terhadap GDP tahunan tertinggi yaitu sebesar 0,08
persen, sedangkan Filipina merupakan negara ASEAN dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan persentase PMTB terhadap GDP tahunan terendah yaitu sebesar
-0,02 persen (Gambar 4.6).
4.4
Gambaran Umum Angkatan Kerja Negara ASEAN
Jumlah angkatan kerja di negara ASEAN dari tahun 1980-2009
memperlihatkan trend yang selalu meningkat dari tahun ke tahun baik secara total
negara ASEAN maupun jika dilihat dari masing-masing negara ASEAN. Ratarata jumlah angkatan kerja negara ASEAN pada periode 1980-2009 adalah
sebesar 219.269.366 jiwa per tahun dengan rata-rata tingkat pertumbuhan
angkatan kerja negara ASEAN sebesar 2,38 persen.
63
Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa Indonesia merupakan negara ASEAN
dengan rata-rata jumlah angkatan kerja tertinggi selama 1980-2009 yaitu sebesar
84.546.784 jiwa per tahun, sedangkan Brunei Darussalam merupakan negara
ASEAN dengan rata-rata jumlah angkatan kerja terendah yaitu sebesar 130.233
jiwa per tahun. Brunei Darussalam merupakan negara ASEAN dengan rata-rata
tingkat pertumbuhan angkatan kerja tahunan yang tertinggi dengan 3,57 persen,
sedangkan Thailand merupakan negara ASEAN dengan rata-rata tingkat
Rata-rata Jumlah Angkatan Kerja (Ribu Jiwa)
pertumbuhan angkatan kerja tahunan yang terendah sebesar 1,75 persen.
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
84,546.78
34,790.32
27,863.16 32,360.45
22,234.27
5,151.34
130.23
8,220.69
2,201.21
1,770.92
Negara
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 4.7
Perkembangan Rata-rata Jumlah Angkatan Kerja Masing-masing
Negara ASEAN Tahun 1980-2009 (Ribu Jiwa)
Jumlah angkatan kerja yang besar saja tidak cukup untuk memengaruhi
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN. Kualitas angkatan kerja yang baik
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kualitas
64
angkatan kerja di suatu negara dapat tercermin dari nilai (Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) negara tersebut. Negara dengan nilai IPM adalah Singapura
dengan 0,841 sedangkan yang terendah adalah Myanmar dengan 0,444 (Tabel
4.5).
Tabel 4.5 Nilai IPM Masing-masing Negara ASEAN Tahun 2009
Negara
Nilai IPM
(1)
(2)
Brunei Darussalam
0,804
Kamboja
0,489
Indonesia
0,593
Laos
0,490
Malaysia
0,739
Myanmar
0,444
Filipina
0,635
Singapura
0,841
Thailand
0,648
Vietnam
0,566
Sumber: Global Competitiveness Report 2010-2011 (2009), Data Diolah.
4.5
Gambaran Umum Ekspor Neto Negara ASEAN
Perkembangan perdagangan internasional mengarah pada liberalisasi
perdagangan yang disertai dengan berbagai bentuk kerjasama baik kerjasama
bilateral, regional maupun multilateral. Salah satu tujuan utama perjanjian
kerjasama
perdagangan
internasional
adalah
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan hambatan perdagangan yang diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
65
Singapura merupakan negara ASEAN dengan rata-rata nilai ekspor neto
tahunan tertinggi yaitu sebesar US$ 65.651.539.594 (Gambar 4.8). Nilai ini
mencapai 32,53 persen dari rata-rata nilai ekspor neto tahunan yang masuk ke
negara ASEAN yang sebesar US$ 201.832.004.874. Laos merupakan negara
ASEAN dengan rata-rata nilai ekspor neto tahunan terendah yaitu sebesar US$
75.304.777 yang hanya mencapai 0,04 persen dari rata-rata nilai ekspor neto
Rata-rata Nilai Ekspor Neto (Juta US $)
tahunan yang masuk ke negara ASEAN (Gambar 4.8).
65.651,54
70,000
60,000
45.525,19
50,000
40,000
33.670,47
32.590,07
30,000
20,000
10,000
2.902,09
820,82
9.605,19
75,30
9.894,75
1.096,57
0
Negara
Sumber: UNCTAD (1980-2009), Data Diolah.
Gambar 4.8
Perkembangan Rata-rata Nilai Ekspor Neto Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 (Juta US$)
Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa ekspor negara ASEAN didominasi
ekspor intra ASEAN sebesar 24,6 persen, disusul ke Uni Eropa sebesar 11,5
persen kemudian selanjutnya ke USA dan China sebesar 10,1 persen. 10
komoditas ekspor andalan negara ASEAN antara lain produk elektronik (21,7 %),
66
bahan bakar mineral minyak dan gas (13,9 %), reaktor nuklir, ketel uap dan
bagian-bagiannya (13,5 %), lemak dan minyak hewani/nabati (3,2 %), plastik dan
produk turunannya (2,7 %), karet dan barang dari karet (2,6 %), reaktor nuklir,
ketel uap dan bagian-bagiannya (2,5 %), kendaraan selain kereta api, perhiasan
atau permata (2,5 %), kelompok bahan kimia organik (2,4 %), serta alat optik,
fotografi, dan medis (1,9 %).
ASEAN
Uni Eropa
3.3
1.3
USA
14.7
24.6
3.6
China
Jepang
4.2
11.5
7.0
Hong Kong
Korea
9.6
10.1
10.1
Australia
India
Uni Emirat Arab
Lainnya
Sumber: ASEAN Statistic (2009), Data Diolah.
Gambar 4.9
Nilai Ekspor Negara ASEAN Tahun 2009 Berdasarkan Negara
Tujuan (Persen)
Impor negara ASEAN juga didominasi impor intra ASEAN sebesar 24,3
persen, disusul impor dari China sebesar 13,3 persen kemudian selanjutnya impor
dari Jepang sebesar 11,4 persen (Gambar 4.10). 10 komoditas impor terbesar
negara ASEAN antara lain produk elektronik (21,2 %), bahan bakar mineral
minyak dan gas (17,6 %), reaktor nuklir, ketel uap dan bagian-bagiannya (14,6
%), kendaraan selain kereta api (3,0 %), plastik dan produk turunannya (2,7 %),
67
alat optik, fotografi, dan medis (2,3 %), perhiasan atau permata (2,1 %), kelompok
bahan kimia organik (2,1 %), karet dan barang dari karet (0,9 %), serta lemak dan
minyak hewani/nabati (0,4 %).
ASEAN
China
1.7
1.9
17.2
Jepang
24.3
Uni Eropa
2.0
2.5
USA
5.6
13.3
9.3
Korea
Saudi Arabia
10.8
11.4
Australia
Uni Emirat Arab
India
Lainnya
Sumber: ASEAN Statistic (2009), Data Diolah.
Gambar 4.10 Nilai Impor Negara ASEAN Tahun 2009 Berdasarkan Negara Asal
(Persen)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui
pengaruh
FDI
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
negara
ASEAN
yang
menggunakan analisis data panel, dapat dilakukan melalui 3 pendekatan model
estimasi, yakni: Pooled Least Square Model, Fixed Effect Model, dan Random
Effect Model. Masing-masing pendekatan memiliki asumsi terhadap intercept
yang berbeda.
Pooled Least Square Model mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun
waktu, perilaku negara ASEAN terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sama.
Dengan demikian, intercept pada model estimasinya bernilai sama untuk semua
negara. Sebaliknya, Fixed Effect Model mengasumsikan bahwa dalam berbagai
kurun waktu, perilaku negara ASEAN terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
berbeda. Perbedaan tersebut dicerminkan oleh nilai intercept pada model estimasi
yang berbeda untuk setiap negara. Sama halnya dengan Fixed Effect Model,
Random Effect Model mengasumsikan bahwa dalam berbagai kurun waktu,
perilaku negara ASEAN terhadap pertumbuhan ekonomi adalah berbeda. Hanya
saja, intercept pada Fixed Effect Model bersifat tetap, sedangkan pada Random
Effect Model intercept diasumsikan bersifat acak/random (stokastik).
Pertama-tama, estimasi model regresi data panel pengaruh FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN dengan metode Pooled Least Square
Model yang menghasilkan model estimasi dengan nilai R-squared sebesar
69
0,243212. Dengan melihat nilai Prob(F-Statistic) sebesar 0,000000 yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan taraf nyata
sebesar 5 persen, hal ini berarti
Pooled Least Square Model menyatakan bahwa secara keseluruhan minimal ada
satu variabel diantara FDI, PMTB, angkatan kerja, ekspor neto, dan krisis
ekonomi yang secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
ASEAN dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Kemudian, secara parsial dengan
melihat nilai Prob(t-Statistic) yang lebih kecil dari taraf nyata
sebesar 5 persen
maka dapat disimpulkan bahwa FDI, PMTB, dan angkatan kerja berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, sedangkan ekspor neto
dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara
ASEAN dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Kemudian, estimasi model regresi data panel pengaruh FDI terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN dengan metode Fixed Effect Model yang
menghasilkan model estimasi dengan R-squared 0,331974. Secara umum Pooled
Least Square Model dan Fixed Effect Model tidak memberikan perbedaan hasil
yang signifikan. Namun, Chow Test tetap harus dilakukan untuk memilih
pendekatan terbaik antara Pooled Least Square Model dan Fixed Effect Model.
Hasil Chow Test dengan nilai prob sebesar 0,0000 jika dibandingkan dengan taraf
nyata
sebesar 5 persen menyatakan bahwa Fixed Effect Model lebih baik
daripada Pooled Least Square Model dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Langkah berikutnya, estimasi model regresi data panel pengaruh FDI
terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN dengan metode Random Effect
Model menghasilkan model estimasi dengan R-squared 0,178501. Selanjutnya,
70
meskipun Random Effect Model juga tidak memberikan perbedaan hasil yang
signifikan dengan Fixed Effect Model tetapi Hausman Test tetap harus dilakukan
untuk memilih pendekatan terbaik antara Fixed Effect Model dan Random Effect
Model. Hasil Hausman Test dengan nilai prob sebesar 0,0177 jika dibandingkan
dengan taraf nyata
sebesar 5 persen menyatakan bahwa Fixed Effect Model lebih
baik daripada Random Effect Model dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
5.2
Tahapan Evaluasi Model
5.2.1 Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Ekonometrik
Berdasarkan Chow Test dan Hausman Test, tahapan pemilihan pendekatan
model terbaik menghasilkan bahwa Fixed Effect Model merupakan pendekatan
analisis regresi linier berganda data panel yang terbaik. Namun, pengujian asumsi
klasik harus dilakukan terhadap model estimasi data panel Fixed Effect Model
agar dapat menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE.
5.2.1.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai perhitungan koefisien
korelasi antar variabel independennya. Apabila nilai koefisien korelasinya lebih
rendah dari 0,80, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan EViews 6.0
menghasilkan output seperti pada Lampiran 1. Dengan melihat bahwa tidak ada
nilai koefisien korelasinya yang lebih tinggi dari 0,80 maka dapat disimpulkan
71
bahwa tidak terjadi multikolinearitas sehingga kriteria bebas multikolinearitas
terpenuhi dalam model estimasi ini.
5.2.1.2 Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan GLS Weights Crosssection weight. Dengan melihat bahwa, nilai Sum squared resid Weighted Statistic
sebesar 4544,762 yang lebih kecil dibandingkan nilai Sum squared resid
Unweighted Statistic sebesar 4578,128, maka dapat di simpulkan bahwa model
estimasi mengandung masalah heteroskedastisitas dimana varians tiap unsur error
tidak konstan.
Winarno (2007) menyatakan bahwa heteroskedastisitas dapat menyebabkan
estimator tidak lagi BLUE karena tidak lagi mempunyai varians yang minimum,
perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena estimasi
regresi yang dihasilkan tidak efisien serta uji hipotesis yang didasarkan pada uji
F-Statistic dan t-Statistic tidak dapat dipercaya. Jika model mengalami masalah
ini, dengan menggunakan metode GLS Weights Cross-section weight tersebut
masalah sudah teratasi (Ekananda, 2006).
5.2.1.3 Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Dengan mengetahui
bahwa jumlah cross section sebesar 10, jumlah time series sebesar 30, jumlah
observasi sebesar γ00, jumlah variabel independen sebesar 5, dan
sebesar 5
persen maka diperoleh nilai Durbin-Watson Tabel dengan DL sebesar 1,718 dan
72
DU sebesar 1,820, sehingga diperoleh selang pengambilan keputusan seperti pada
Gambar 5.1.
Autokorelasi
Autokorelasi
0
1,718
Autokorelasi
1,820
2
2,180
2,282
4
Gambar 5.1 Selang Pengambilan Keputusan Durbin Watson
Melihat nilai Durbin-Watson Stat sebesar 1,376774 berada dalam selang 0
< d < DL yaitu daerah autokorelasi positif, yang dalam uji autokorelasi berarti
maka dapat disimpulkan bahwa kriteria bebas autokorelasi tidak terpenuhi dalam
GLS Weights Cross-section weight ini dimana terdapat hubungan antara residual
atau observasi dengan residual observasi lainnya. Masalah autokorelasi ini akan
menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan
konsisten serta estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh
akan underestimate, sehingga R-squared akan besar tetapi uji t-Statistic dan uji FStatistic menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat juga dapat menyebabkan dua
variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan atau juga disebut sebagai
regresi lancung atau palsu. Metode GLS Weights Cross-section SUR dapat
73
digunakan untuk mengatasi masalah autokorelasi ini sehingga masalah
autokorelasi bisa diabaikan (Ekananda, 2006).
5.2.2 Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Statistik
Setelah melakukan tahapan pengujian asumsi klasik maka dapat ditentukan
bahwa model estimasi analisis data panel yang terbaik adalah Fixed Effect Model
dengan GLS Weights Cross-section SUR. Nilai R-squared 0,433769 berarti
variabel FDI, PMTB, angkatan kerja, ekspor neto, dan krisis ekonomi mampu
menjelaskan keragaman pertumbuhan ekonomi sebesar 43,38 persen sisanya
sebesar 56,62 persen keragaman pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh variabel
lain di luar model (Tabel 5.1).
Tabel 5.1 Nilai Statistik Model Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN
Kriteria Statistik
(1)
R-squared
Adjusted R-squared
S,E, of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
Mean dependent var
S,D, dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
Nilai
(2)
0,433769
0,405954
1,020431
15,594840
0,000000
1,194943
1,576615
296,7648
1,542133
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
Dengan melihat nilai Prob(F-Statistic) sebesar 0,000000 yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan taraf nyata
sebesar 5 persen, hal ini berarti Pooled
Least Square Model menyatakan bahwa secara keseluruhan minimal ada satu
variabel diantara FDI, PMTB, angkatan kerja, ekspor neto, dan krisis ekonomi
74
yang secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara ASEAN
dengan tingkat kepercayaan 95 persen (Tabel 5.1). Kemudian, secara parsial
dengan melihat nilai Prob(t-Statistic) yang lebih kecil dari taraf nyata
sebesar 5
persen maka dapat disimpulkan bahwa FDI, PMTB, dan angkatan kerja
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, sedangkan
ekspor neto dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN dengan tingkat kepercayaan 95 persen (Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN
Variabel
Koefisien
(1)
C
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
(2)
-37,914430
0,096669
0,072636
4,665119
-0,052996
-2,998208
Standard
Error
(3)
8,994092
0,039192
0,029646
1,038906
0,021043
0,580384
t-Statistic
(4)
-4,215482
2,466551
2,450098
4,490413
-2,518511
-5,165901
Prob
(5)
0,0000
0,0142
0,0149
0,0000
0,0123
0,0000
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
5.2.3 Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Ekonomi
5.2.3.1 Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN
Dari hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel FDI
sebesar 0,096669. Ini berarti bahwa FDI berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, peningkatan persentase FDI Inflow
terhadap GDP sebesar satu persen, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,10 persen dengan asumsi ceteris paribus.
75
Hasil ini sesuai dengan landasan teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik
yang dari awal mendasari penelitian ini. Kasus dimana FDI memberikan pengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang terjadi di Srilanka
(Balamurali dan Bogahawatte, 2004), China (Xiaohong, 2009), Nigeria (Adegbite
dan Ayadi, 2010), Asia (Tiwari dan Mutascu, 2011), dan Bangladesh (Adhikary,
2011).
FDI dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong
pertumbuhan perekonomian suatu negara karena melalui FDI maka modal asing
dapat memberikan kontribusi yang lebih baik ke dalam proses pembangunan.
Oleh karena itu, beberapa negara berusaha memberikan insentif kepada masuknya
modal asing dalam bentuk FDI ini. Di sisi lain, negara pengekspor kapital juga
memberikan insentif kepada sektor swastanya, berupa insentif pajak, jaminan dan
asuransi atas investasi untuk mendorong FDI ke negara berkembang.
5.2.3.2 Pengaruh PMTB terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN
Dari hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel PMTB
sebesar 0,072636. Ini berarti bahwa PMTB berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, peningkatan persentase PMTB terhadap
GDP sebesar satu persen dengan asumsi ceteris paribus, akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,07 persen. Hasil yang menunjukkan bahwa
PMTB memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai
dengan yang terjadi di Bangladesh (Adhikary, 2011) sesuai dengan landasan teori
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Pembentukan modal membawa pada
76
pemanfaatan penuh sumber daya yang ada sehingga dapat menaikan besarnya
output nasional, menekan angka inflasi dan defisit neraca pembayaran, serta
membuat perekonomian bebas dari beban utang luar negeri.
5.2.3.3 Pengaruh Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara
ASEAN
Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel angkatan kerja
sebesar 4,665119. Hal ini berarti bahwa angkatan kerja berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, peningkatan jumlah angkatan
kerja sebesar satu persen, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,66
persen dengan asumsi ceteris paribus. Hasil yang menunjukkan bahwa angkatan
kerja memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan
yang terjadi di Asia (Tiwari dan Mutascu, 2011) dan Pakistan (Falki, 2009).
Pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor
positif yang memacu pertumbuhan ekonomi dimana jumlah tenaga kerja yang
lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi (Todaro dan Smith, 2006).
Pengaruh positif atau negatif dari angkatan kerja tergantung pada
kemampuan sistem perekonomian negara tersebut dalam menyerap dan
memanfaatkan
pertambahan
angkatan
kerja
tersebut
secara
produktif.
Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal,
tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan
administrasi.
77
5.2.3.4 Pengaruh Ekspor Neto terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara
ASEAN
Dari hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel ekspor
neto sebesar -0,052996. Ini berarti bahwa ekspor neto berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, peningkatan persentase nilai
ekspor terhadap GDP dikurangi persentase nilai impor terhadap GDP sebesar satu
persen, akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,05 persen dengan
asumsi ceteris paribus.
Hasil ini dimana ekspor neto memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang terjadi di Bangladesh (Adhikary,
2011). Faktor dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara ASEAN
diantaranya adalah konsumsi dan investasi yang cenderung meningkatkan impor.
Peningkatan impor ini memicu penurunan ekspor neto. Akan tetapi, pengaruh
penurunan ekspor neto terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang
terjadi lebih kecil dibandingkan peningkatan pertumbuhan ekonomi akibat
peningkatan konsumsi dan investasi sehingga menyebabkan hubungan negatif
antara ekspor neto dan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN (Lin dan Li, 2002).
5.2.3.5 Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara
ASEAN
Dari hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel FDI
sebesar -2,998208. Ini berarti bahwa krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi negara ASEAN atau mengurangi pertumbuhan ekonomi
negara ASEAN. Krisis ekonomi memengaruhi pertumbuhan investasi menjadi
78
berkurang baik FDI maupun PMTB. Dampak krisis ekonomi juga memengaruhi
kinerja laju pertumbuhan ekspor neto dimana pertumbuhan impor lebih tinggi
daripada pertumbuhan ekspor.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian mengenai Analisis
pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi negara ASEAN, antara lain
sebagai berikut:
1.
Analisis data panel dari sepuluh negara ASEAN periode 1980-2009 dengan
menggunakan Fixed Effect Model GLS Weights Cross-section SUR
menyatakan bahwa FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
negara ASEAN.
2.
Faktor-faktor lain yang juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
ASEAN antara lain Pendapatan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan angkatan
kerja yang memberikan pengaruh positif serta ekspor neto dan krisis
ekonomi yang memberikan pengaruh negatif.
6.2
Saran
Pemerintah masing-masing negara ASEAN perlu meningkatkan FDI Inflow,
PMTB, kualitas angkatan kerja, dan pertumbuhan ekspor dengan menurunkan
impor dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN.
Untuk meningkatkan jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN guna mengisi
kelangkaan sumber daya modal pembangunan agar pertumbuhan ekonomi negara
ASEAN meningkat maka pemerintah masing-masing negara ASEAN perlu
melakukan upaya-upaya yang antara lain sebagai berikut:
80
a.
Menjaga laju pertumbuhan ekonominya agar tetap tinggi untuk dapat lebih
meningkatkan daya tarik investor asing agar menanamkan FDI jangka
panjang di negara ASEAN sehingga negara ASEAN dapat memperoleh
manfaat dari masuknya FDI yang lebih besar tersebut untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi.
b.
Melakukan peningkatan infrastruktur, terutama sarana transportasi dan
komunikasi, yang dapat mendukung efisiensi di dalam melakukan kegiatan
produksi terutama untuk negara-negara dengan peringkat FDI Potential
Index rendah seperti Vietnam, Filipina, Indonesia, Myanmar, Kamboja, dan
Laos.
c.
Menyederhanakan birokrasi perizinan usaha investasi dan mengarahkan
pada sistem perizinan satu atap untuk masing-masing negara ASEAN
sehingga dapat mengurangi lamanya waktu perizinan usaha terutama untuk
negara-negara dengan lamanya waktu perizinan usaha yang lebih dari 1
bulan seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Indonesia, Myanmar, Kamboja,
dan Laos.
Pemerintah masing-masing negara ASEAN juga perlu memerhatikan
dampak ketergantungan yang dapat muncul dari meningkatnya aliran FDI ke
suatu negara dengan memperhatikan transfer teknologi, kemampuan teknis,
manajerial, dan intelektualitas dari perusahaan multinasional yang menanamkan
modalnya di suatu negara dengan perusahaan domestik.
Untuk menghindari dampak negatif dari FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN pemerintah masing-masing negara ASEAN dapat
81
mencanangkan undang-undang yang mengatur mengenai besarnya persentase
maksimum kepemilikan saham oleh investor asing, besarnya persentase
maksimum bahan baku produksi yang boleh diimpor, besarnya persentase
maksimum penggunaan tenaga kerja domestik.
82
DAFTAR PUSTAKA
Adegbite, E.O dan F.S. Ayadi. β010. “The Role of FDI in Economic
Development: A Study of Nigeria”. World Journal of Entrepreneurship,
Management and Sustainable Development, 6(1/2): 133-147.
Adhikary, B.K. β011. “FDI, Trade Openness, Capital Formation, and Economic
Growth in Bangladesh: A δinkage Analysis”, International Journal of
Business and Management , 6(1): 16-28.
Alfaro, δ. β00γ. “Foreign Direct Investment and Growth: Does the Sector
εatter?” Harvard University, Harvard Business School, Working Paper,
14: 1-31.
Almasaied, S.W. 2004. Foreign Direct Investment, Domestic Investment and
Economic Growth: Evidence from ASEAN-5. [Thesis]. Universiti Putra
Malaysia, Selangor.
Anoraga, P. 1994. Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing, Pustaka
Jaya, Semarang.
Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan STIE YKPN,
Yogyakarta.
Balamurali, N. dan C. Bogahawatte. β004. “Foreign Direct Investment and
Economic Growth in Sri δanka”. Sri Lankan Journal of Agricultural
Economics, 6(1): 37-50.
Baltagi, B.H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data Third Edition. John
Wiley and Sons Ltd, Chichester.
Departement of Economic, Planning, and Development Government of Brunei
Darussalam. 2010. Brunei Darussalam, Millenium Development Goals
Report. Departement of Economic Planning, and Development Government
of Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan.
Ear, S. 1995. “Cambodia Economic Development and History: A Contribution to
the Study of Cambodia‟s Economy”. First Working Draft of Department of
Economics University of California, Berkeley.
Ekananda, Mahyus. 2006. Analisis Data Panel: Estimasi dengan Struktur VarianCovarian Residual. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Falki, N. β009. “Impact of Foreign Direct Investment on Economic Growth in
Pakistan”, International Review of Business Research Papers, 5(5): 110120.
Goldar, B. dan R. Banga. β007.”Impact of Trade Liberalization on Foreign Direct
Investment in Indian Industry”. Asia-Pacific Research and Training
Network on Trade Working Paper Series, 36.
83
Gujarati, D.N. 2004. Basic Econometrics Fourt Edition. The McGraw-Hill
Company, New York.
Hady, H. 2001. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan
Internasional Buku 2. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Halwani, R.H. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia
Indonesia, Bogor.
Hussein, ε.A. β009. “Impacts of Foreign Direct Investment on Economic Growth
in the Gulf Cooperation Council (GCC) Countries”. International Review of
Business Research Papers, 5(3): 362-376.
Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno
[penerjemah]. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kuncoro, M. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.
Erlangga, Jakarta.
Kurniati, Y., A. Prasmuko, dan Yanfitri. 2007. Determinan FDI (Faktor-faktor
yang Menentukan Investasi Asing Langsung). Bank Indonesia, Jakarta.
Krugman, P dan M. Obstfeld. 1999, Ekonomi Internasional: Teori Dan
Kebijakan. Faisal H. Basri [penerjemah]. PT. Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta.
δaboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi FE UI. “εodul Data Panel”.
Lin, J. dan Y. Li. 2002. “Export and Economic Growth in China: A Demandoriented Analysis”, Peking University Paper, C2002008.
Lindert, P.H. dan C.P. Kindleberger. 1993. Ekonomi Internasional Edisi
Kedelapan. Burhanuddin Abdullah [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Mankiw, N.G. 2007. Makroekonomi Edisi Keempat. Fitria Liza dan Imam
Nurmawan [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Mehta, P.S. 2006. Competition Regimes in The World – A Civil Society Report.
CUTS International, New Delhi.
Nachrowi, D.N. dan H. Usman. 2005. Penggunaan teknik Ekonometri (Edisi
Revisi). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nguyen, N.A. dan T. Nguyen. β007. “Foreign direct investment in Vietnam: An
overview and analysis the determinants of spatial distribution across
provinces”. MPRA Paper, 1921.
Ramadhan, F. 2010. Pengaruh Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, dan
Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [Skripsi]. Fakultas
Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta.
Razin, A., E. Sadka, dan C. Yuen. 1999. “Excessive FDI under asymmetric
information”. NBER Working Paper, 7400.
Salvatore, D. 1996. Ekonomi Internasional. Munandar [penerjemah]. Erlangga,
Jakarta.
84
Schwab, K. 2010. The Global Competitiveness Report 2010-2011. World
Economic Forum, Geneva.
Shahbaz, ε. dan N. Aamir. β008. “Direct Foreign Investment and Income
Distribution: A Case Study for Pakistan”. International Research Journal of
Finance and Economics, 21: 7-18.
Soekro, S.R.I. 2008. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu dekade setelah
Krisis. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tambunan, T.T.H. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. PT. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Tiwari, A.K dan ε. εutascu. β011. “Economic growth and FDI in ASIA: A panel
data approach”, Economic Analysis & Policy, 41(2): 173-187.
Todaro, M. P. dan S.C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-9.
Haris Munandar [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
UNCTAD. 2011. World Investment Report 2011 Non-Equity Modes of
International Production and Development. United Nation, Genewa.
Widarjono, A. 2009. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisis FE UII,
Yogyakarta.
Winantyo, R. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), 2015: Memperkuat
Sinergi ASEAN di tengah Kompetisi Global. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Winarno, W.W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP
STIM YKPM, Yogyakarta.
World Bank. 2010. “Lao PDR Development Report 2010”. Natural Resource
Management for Sustainable Development.
Xiaohong, ε. β009. “An Empirical Analysis on the Impact of FDI on China‟s
Economic Growth”. International Journal of Business and Management,
4(6): 76-80.
http://www.aseansec.org/22122.htm [16 Oktober 2011].
http://unctadstat.unctad.org/ReportFolders/reportFolders.aspx?sCS_referer=&sCS
_ChosenLang=en [16 Oktober 2011].
85
LAMPIRAN
Lampiran 1
Correlation
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
Hasil Output EViews 6.0 untuk Matriks Koefisien Korelasi antar
Variabel Independen
FDI
1.000000
0.319894
-0.291361
0.139890
0.111485
GFCF
LNLF
1.000000
0.089419
-0.112576
0.068435
1.000000
-0.486354
0.054488
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
NX
1.000000
0.023947
DKRISIS
1.000000
86
Lampiran 2
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Pooled Least Square
Model
Dependent Variable: GROWTH
Method: Panel Least Squares
Date: 11/27/11 Time: 08:35
Sample: 1980 2009
Periods included: 30
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 300
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
1.121289
0.213903
0.045973
0.338796
-0.096608
-2.736236
1.529762
0.053047
0.027165
0.157495
0.017315
0.657707
0.732982
4.032300
1.692360
2.151146
-5.579531
-4.160265
0.4642
0.0001
0.0916
0.0323
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.243212
0.230341
4.193092
5169.115
-852.6827
18.89678
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
5.313233
4.779531
5.724551
5.798627
5.754196
1.161701
87
Lampiran 3
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Fixed Effect Model
Dependent Variable: GROWTH
Method: Panel Least Squares
Date: 11/27/11 Time: 08:43
Sample: 1980 2009
Periods included: 30
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 300
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
-35.03972
0.115847
0.082736
4.328823
-0.063442
-3.763152
10.55336
0.061970
0.042700
1.203595
0.030802
0.688510
-3.320243
1.869410
1.937635
3.596578
-2.059638
-5.465647
0.0010
0.0626
0.0537
0.0004
0.0403
0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.331974
0.299158
4.001246
4562.842
-833.9693
10.11642
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
5.313233
4.779531
5.659796
5.844985
5.733909
1.316636
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
Lampiran 4
Hasil Output EViews 6.0 Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXED
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Statistic
4.207604
37.426723
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
d.f.
Prob.
(9,285)
9
0.0000
0.0000
88
Lampiran 5
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Random Effect Model
Dependent Variable: GROWTH
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/27/11 Time: 08:45
Sample: 1980 2009
Periods included: 30
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 300
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
-1.324052
0.196358
0.068560
0.557657
-0.069135
-2.836726
2.551153
0.054681
0.033536
0.260917
0.022747
0.634104
-0.519002
3.590997
2.044344
2.137292
-3.039310
-4.473598
0.6042
0.0004
0.0418
0.0334
0.0026
0.0000
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
1.258462
4.001246
Rho
0.0900
0.9100
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.178501
0.164530
4.066641
12.77644
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
2.667429
4.449081
4862.046
1.233368
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.233066
5238.411
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
5.313233
1.144754
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
Lampiran 6 Hasil Output EViews 6.0 Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RANDOM
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
13.688569
5
0.0177
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
89
Lampiran 7
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Fixed Effect Model GLS
Weights Cross-section weight
Dependent Variable: GROWTH
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 11/26/11 Time: 11:07
Sample: 1980 2009
Periods included: 30
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 300
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
-27.97011
0.144701
0.079589
3.538862
-0.076452
-3.694066
9.893163
0.061669
0.035576
1.134332
0.029710
0.618064
-2.827216
2.346425
2.237131
3.119776
-2.573281
-5.976838
0.0050
0.0196
0.0261
0.0020
0.0106
0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.350436
0.318527
3.993311
10.98255
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
5.793732
5.133462
4544.762
1.376774
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.329736
4578.128
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
5.313233
1.311643
90
Lampiran 8
Hasil Output EViews 6.0 estimasi dengan Fixed Effect Model GLS
Weights Cross-section SUR
Dependent Variable: GROWTH
Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 11/26/11 Time: 11:07
Sample: 1980 2009
Periods included: 30
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 300
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
FDI
GFCF
LNLF
NX
DKRISIS
-37.91443
0.096669
0.072636
4.665119
-0.052996
-2.998208
8.994092
0.039192
0.029646
1.038906
0.021043
0.580384
-4.215482
2.466551
2.450098
4.490413
-2.518511
-5.165901
0.0000
0.0142
0.0149
0.0000
0.0123
0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.433769
0.405954
1.020431
15.59484
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
1.194943
1.576615
296.7648
1.542133
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.326293
4601.645
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EViews 6.0.
5.313233
1.294581
Download