Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional

advertisement
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
JURNAL REVIEW: POTENSI CINCAU HITAM (Mesona palustris Bl.), DAUN PANDAN
(Pandanus amaryllifolius) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) SEBAGAI
BAHAN BAKU MINUMAN HERBAL FUNGSIONAL
Black Cincau (Mesona palustris Bl.), Pandanus Leaves (Pandanus amaryllifolius) and
Cinnamon (Cinnamomum burmannii) Potential as Basic Ingredients of Functional
Herbal Drink : A Review
Winda Rein Nimas Tasia1*, Tri Dewanti Widyaningsih1
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: [email protected]
ABSTRAK
Akhir-akhir ini minuman herbal yang diseduh dari beberapa campuran daun, bunga,
biji, akar dan kulit kayu semakin berkembang dan terkenal. Di negara Indonesia sendiri,
tanaman herbal juga telah lama digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati
berbagai masalah kesahatan. Beberapa tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku
minuman herbal diantaranya adalah cincau hitam (Mesona palustris Bl.), daun pandan
(Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii), karena berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa ketiga bahan tersebut memiliki kandungan senyawa
bioaktif yang mampu membantu dan dapat memperbaiki sistem metabolisme tubuh,
diantaranya adalah antioksidan, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan lain-lain. Kandungan
senyawa bioaktif dari bahan-bahan tersebut menjadikan minuman herbal sebagai produk
fungsional yang mampu berperan sebagai imunomodulator, hepatoprotektor, antikanker,
antihipertensi, antimutagenik, antidiabetes, antiradang, dan lain-lain.
Kata kunci: Cincau Hitam, Daun Pandan, Kayu Manis, Minuman Herbal, Produk Fungsional
ABSTRACT
Freshly prepared infusion of dried leaves, flowers, seeds, roots and barks of plants or
called herbal drink has been gaining popularity in recent years. In Indonesia, herbal plants
have been used for years to cure many diseases. Some plants that have potential as basic
ingredients of herbal drink are black cincau (Mesona palustris Bl.), pandanus leaves
(Pandanus amaryllifolius) and cinnamon (Cinnamomum burmannii), because many
researches have proved those three herbs have bioactive compounds which can help and
repair human body metabolism system, such as antioxidant, flavonoid, alkaloid, tannin,
saponin, etc. Bioactive compounds from those herbs bring the herbal drink into being a
functional product which play role as an immune modulator, pancreatic protector, anticancer, anti-hypertension, anti-mutagenic, anti-diabetic, anti-inflammatory, etc.
Keywords: Black Cincau, Cinnamon, Functional Product, Herbal Drink, Pandanus Leaves
PENDAHULUAN
Aktivitas dan tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat membuat masyarakat
Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan sulit menjalani hidup sehat, ditambah dengan
meningkatnya konsumsi makanan cepat saji, waktu olahraga yang terbatas, dan stres akibat
pekerjaan tidak dapat dihindari [1]. Selain itu, ancaman penyakit degeneratif seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kadar trigliserida tinggi
(hipertrigliseridemia), kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) dan kanker membuat
128
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
masyarakat sangat membutuhkan tanaman obat yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh (imunitas), meningkatkan vitalitas tubuh, pengobatan penyakit infeksi, maupun
pengobatan penyakit degeneratif [2].
Salah satu bentuk produk yang diyakini manfaat kesehatannya bagi tubuh selain dari
karakteristiknya yang menarik adalah minuman herbal [3]. Minuman herbal terdiri dari
tanaman herbal yang sering dikonsumsi dalam bentuk minuman “teh”, contohnya rebusan
dari bagian-bagian tanamannya (daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu) yang diseduh
dengan air mendidih. Minuman herbal menjadi terkenal karena aromanya, kandungan
antioksidannya dan aplikasinya dalam bidang kesehatan [4].
Tren pemanfaatan keanekaragaman tanaman hayati untuk pengobatan herbal
secara alami berdasarkan praktek empiris di Indonesia semakin meningkat [5]. Beberapa
jenis tanaman herbal yang berpotensi sebagai bahan baku minuman herbal diantaranya
adalah cincau hitam (Mesona palustris Bl), daun pandan (Pandanus amaryllifolius) dan kayu
manis (Cinnamomum burmannii), karena selain ketersediaannya di Indonesia yang tinggi,
ketiga jenis bahan ini juga telah diteliti memiliki beberapa senyawa bioaktif yang bermanfaat
bagi tubuh diantaranya adalah senyawa polifenol, alkaloid, sinamaldehid, dan lain-lain. Oleh
karena itu kombinasi dari ketiga bahan tersebut menjadi bahan baku minuman herbal dapat
menjadi alternatif minuman fungsional yang diharapkan dapat membantu mengatasi
penyakit degeneratif.
1. Cincau Hitam
Cincau hitam (Mesona palustris Bl.) yang sering dikenal sebagai janggelan
merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam suku Labiate. Tanaman ini berbentuk
perdu tingginya antara 30 – 60 cm dan tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian
75 – 2300 m di atas permukaan laut, serta dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun
penghujan. Tanaman cincau hitam banyak terdapat di Indonesia, diantaranya Sumatera
Utara, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Sulawesi [6].
Ciri-ciri tanaman ini adalah berbatang kecil dan ramping, pada ujung batang tumbuh
batang-batang kecil, ada yang tumbuh menjalar ke tanah dan ada pula yang tegak.
Tanaman ini memiliki bentuk daun yang lonjong dan berujung runcing. Bentuk bunganya
mirip dengan kembang kemangi berwarna merah muda atau putih keunguan. Berasal dari
daun dan batang inilah yang kemudian menghasilkan gelatin hijau kehitaman [7].
Bagian tanaman cincau hitam yang mempunyai kegunaan adalah bagian daun dan
bagian batangnya yang dapat menghasilkan ekstrak gel cincau yang lebih banyak [6].
Pembudidayaan tanaman ini sangat mudah karena tidak memerlukan pemeliharaan secara
khusus, karena setelah berumur 3 – 4 bulan tanaman bisa dilakukan pemanenan pertama
dengan cara memotong sebagian tanaman menggunakan sabit sehingga bagian yang
tertinggal dapat tumbuh kembali. Tanaman cincau hitam yang telah dipanen selanjutnya
dikeringkan dengan cara menghamparkannya di atas permukaan tanah, sehingga warnanya
berubah menjadi coklat tua. Tanaman yang telah kering ini merupakan bahan baku utama
pembuatan cincau hitam atau dapat disebut dengan simplisia cincau hitam [8].
Secara umum, kandungan zat gizi daun cincau hitam setiap 100 g bahan dapat
dilihat pada Tabel 1:
129
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Cincau Hitam per 100 g Bahan
Komposisi Gizi Daun Cincau Hitam
Jumlah
Energi (kkal)
122
Protein (g)
6
Lemak (g)
1
Karbohidrat (g)
26
Kalsium (mg)
100
Fosfor (mg)
100
Besi (mg)
3.30
Vitamin A (SI)
10750
Vitamin B1 (mg)
80
Vitamin C (mg)
17
Air (g)
66
Bahan yang dapat dicerna (%)
40
Sumber: [6]
Herbal cincau hitam pada penelitian sebelumnya ditemukan dapat mengobati
tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit gangguan hati. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan bahwa kandungan senyawa fenol yang ada pada cincau hitam berkontribusi
pada aktivitas antioksidan den efekscavenging pada radikal bebas. Penelitian aktivitas
antioksidan dari senyawa fenol yang diisolasi dari cincau hitam jenis Mesona procumbens
Hemsl. ditemukan beberapa senyawa fenol antara lain protocatechuic acid, phidroxybenzoic acid, vanillic acid, caffeic acid (CA) dan syringic acid. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa senyawa fenol berperan penting terhadap aktivitas antioksidan pada
ekstrak cincau hitam dan senyawa CA dari ekstrak tersebut menunjukkan yield dan aktivitas
antioksidan paling tinggi [9]. Adanya senyawa aktif polifenol mampu melindungi kerusakan
DNA pada limfosit manusia yang terkena hidrogen peroksida dan iradiasi sinar UV [10].
Cincau hitam dilaporkan dapat digunakan sebagai penurun panas dalam, demam,
sakit perut (perut mual), diare, batuk, sariawan, pencegah gangguan pencernaan dan
penurunan tekanan darah tinggi [11]. Sehingga, cincau hitam merupakan alternatif bahan
fungsional yang dapat dikembangkan menjadi produk-produk fungsional lainnya.
2. Pandan Wangi
Tanaman pandan wangi atau pandan saja (Pandanus amaryllifolius) termasuk famili
Pandanaceae, genus Pandanus. Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan merupakan
tanaman perdu tahunan dengan tinggi 1 – 2 m. Khasiat tanaman ini adalah sebagai rempahrempah, bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan dan bahan
baku pembuatan minyak wangi. Selain itu pandan juga digunakan sebagai obat tradisional
untuk mencegah rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, mengobati
lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah. Daun pandan
mempunyai kandungan kimia antara lain alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan
zat warna. Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk
menghasilkan minyak atsiri [12].
Pandan wangi banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dan zat pewarna pada
makanan dan minuman tradisional. Komponen penyusun aroma pandan wangi berwarna
kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid [13]. Masyarakat India menggunakan
ekstrak daunnya sebagai perasa makanan sementara ekstrak akarnya digunakan untuk
menyembuhkan masalah tiroid. Sehingga, orang Taiwan selalu menggunakan tanaman ini
untuk menghilangkan demam. Terlebih itu, Geneva-based International Standards
Organization (ISO) telah memasukkan spesies P. amaryllifolius dalam daftar spesies 109
tanaman herbal dan bumbu yang berguna sebagai bahan makanan [14]. Komposisi kimia
daun pandan dapat dilihat pada Tabel 2.
130
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
Tabel 2. Komposisi Kimia Daun Pandan dalam 100 g Bahan
Komposisi Kimia
Jumlah dalam %
Air
77.41
Abu
1.63
Karbohidrat
14.29
Protein
3.67
Lemak
0.52
Sumber: [15]
Pandan merupakan salah satu tumbuhan dari famili Pandanaceae yang
beranggotakan tanaman-tanaman yang umum dikenal sebagai pandan/ „screw pines‟.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa 2-acetyl-1-pyrroline (2-AP) adalah
komponen terbesar yang terdapat pada daun pandan, sementara kandungan lain yang
dimilikinya adalah komponen minyak volatil, alkohol, senyawa aldehid aromatik, keton dan
ester juga ditemukan [16,17]. Penelitian yang dilakukan oleh [18] menunjukkan bahwa
ekstrak daun pandan dapat berperan sebagai antioksidan alami. Penelitian tersebut
mengindikasikan bahwa ekstrak daun pandan memiliki kandungan polifenol dan mampu
berperan sebagai antioksidan yang heat-stable (tahan panas) sehingga berpotensi sebagai
alternatif antioksidan alami untuk mengganti antioksidan sintetis di industri pangan.
Daun pandan di Asia Tenggara telah digunakan secara luas untuk memberi rasa
pada makanan contohnya nasi dan kue-kue. Ekstraknya digunakan sebagai essence pada
industri kue dan seluruh bagian daunnya digunakan untuk membuat nasi lemak di Malaysia
dan nasi kuning di Indonesia. Masyarakat di negara India dan Filipina menggunakan daun
pandan secara tradisional untuk memasak nasi non-aromatik untuk menguatkan aromanya.
Terlebih lagi spesies ini juga digunakan sebagai obat tradisional untuk meredakan sakit gigi,
rematik, diuretik, anti-inflammatory dan menurunkan kadar gula dalam tubuh atau efek
hipoglikemik [14].
3. Kayu Manis
Kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan
Cina, Indonesia termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili Lauraceae yang
memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama
untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil
samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah, hasil
olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri
farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain-lain [19]. Kayu manis mengandung
minyak atsiri, eugenol, safrole, sinamaldehid, tanin, kalsium oksalat, damar dan zat
penyamak, dimana sinamaldehid merupakan komponen yang terbesar yaitu sekitar 70 %
[20]. Komposisi kimia kayu manis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)
Parameter
Komposisi (%)
Kadar air
7.90
Minyak atsiri
2.40
Alkohol ekstrak
10 – 12
Abu
3.55
Serat kasar
20.30
Karbohidrat
59.55
Lemak
2.20
Sumber: [20]
Ekstrak kulit batang kayu manis dengan kandungan kadar trans-sinamaldehid yang
cukup tinggi (68.65 %) menjadi sumber senyawa antioksidan dengan kemampuannya
131
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
menangkap radikal bebas atau radical scavenger. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
minyak atsiri dan oleoresin kayu manis jenis C. burmannii mempunyai aktivitas antioksidan
[21]. Kayu manis mengandung protein, karbohidrat, vitamin (A, C, K, B3), mineral seperti
kalsium, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, sodium, zinc dan kolin. Dengan
mengkonsumsi kayu manis dapat memberi jumlah kolin yang cukup besar. Zat gizi ini dapat
membantu otak mensintesa asetilkolin, senyawa yang digunakan untuk komunikasi sel
syaraf. Kolin juga dapat membantu tubuh memetabolisme lemak, menjaga kondisi membran
sel yang baik dan untuk berlangsungnya beberapa reaksi kimia di dalam sel. Mengkonsumsi
1 sdm kayu manis dapat memenuhi kebutuhan kolin sebanyak 0.90 mg [22].
Minyak atsiri kayu manis sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri antara lain B. cereus, S. aureus, E. coli, P. aeruginosa dan Klebsiella sp.
Penghambatan bakteri dengan minyak atsiri kayu manis ini disebabkan oleh senyawa aktif
seperti sinamaldehid dan asam sinnamat. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa
minyak atsiri dan oleoresin kayu manis mempunyai efek antibakteri pula [23].
4. Pangan Fungsional
Istilah pangan fungsional menjadi sangat populer setelah hasil-hasil penelitian
menunjukkan adanya peranan dari senyawa-senyawa kelompok non-gizi dalam bahan
pangan yang mempunyai fungsi tertentu bagi kesehatan, seperti senyawa fenol dan turunan
isopren yang mempunyai aktivitas antioksidan, dapat membunuh sel kanker, menurunkan
kadar kolesterol, dan sebagainya [24]. Pangan fungsional merupakan pangan yang karena
kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat
yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Para ilmuwan Jepang
menekankan pada tiga fungsi dasar pangan fungsional yaitu sensori (warna dan penampilan
menarik serta citarasa yang enak), nutrisional (bergizi tinggi) dan fisiologikal (memberi
pengaruh fungsi fisiologis bagi tubuh). Beberapa fungsi fisiologis yang diharapkan antara
lain pencegah dari timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, regulasi kondisi
ritme fisik tubuh, memperlambat proses penuaan dan penyehatan kembali (recovery) [25].
Pangan fungsional adalah segolongan makanan atau minuman yang mengandung
bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah
penyakit tertentu. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu produk agar dapat
dikatakan sebagai pangan fungsional adalah [26]:
 harus merupakan produk pangan (bukan bentuk kapsul, tablet atau puyer) yang berasal
dari bahan alami,
 dapat dan layak dikonsumsi sebagai diet atau menu sehari-hari,
 mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta dapat memberikan peran dalam
proses tubuh tertentu, seperti: memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, mencegah
penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit tertentu,
menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan,
 jelas fisik dan kimianya serta mutu dan jumlahnya dan aman untuk dikonsumsi, dan
 kandungannya tidak boleh menurunkan nilai gizinya.
5. Minuman Herbal
Tanaman herbal telah digunakan untuk mengobati infeksi dan berbagai penyakit.
Tanaman-tanaman tersebut sering dikonsumsi dalam bentuk minuman “teh”, contohnya
rebusan dari bagian-bagian tanamannya (daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu) yang
diseduh dengan air mendidih. Minuman herbal semakin terkenal dalam beberapa tahun ini
dan banyak jenisnya telah dijual di beberapa toko pangan dan kesehatan. Minuman herbal
menjadi terkenal karena aroma, kandungan antioksidan dan aplikasinya dalam bidang
kesehatan [4].
Minuman herbal memiliki banyak manfaat dan kegunaan diantaranya alami dan
mengandung sejumlah senyawa organik. Beberapa dapat bersifat sebagai stimulan, dan
dapat digunakan sebagai pengganti kopi, lainnya dapat merilekskan dan menenangkan
pikiran sehingga dapat membantu mengatasi masalah kesulitan tidur. Herbal jenis lainnya
132
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
ada yang mengandung vitamin C sehingga dapat meningkatkan sistem imun, meredakan
gejala demam dan flu, dan beberapa ada yang digunakan untuk meredakan sakit
tenggorokan [27]. Minuman herbal dapat dikonsumsi panas maupun dingin dan biasanya
digunakan sebagai minuman “pendingin” untuk menurunkan panas dalam dan mengobati
beberapa jenis penyakit tertentu seperti flu, masuk angin, tekanan darah tinggi dan lain-lain.
Rasa dan warna minuman tergantung dari komposisi bahan-bahan herbal yang digunakan
[28].
Efek kesehatan dari minuman herbal tergantung dari komposisi bahan-bahan herbal
yang digunakan. Namun pada umumnya, efek kesehatan yang diberikan sebagian besar
berasal dari kandungan senyawa fenol yang bersifat antioksidan. Beberapa penelitian
menunjukkan kandungan senyawa fenol yang diekstrak dari tanaman herbal merupakan
antioksidan yang baik dalam melawan peroksidasi lipid pada lapisan fosfolipid [29,30,31],
sistem biologis [32] serta dalam melawan tumorigenesis dan kerusakan DNA [33]. Selain itu,
minuman herbal juga dilaporkan mampu menurunkan tingkat kolesterol dan menghambat
hipertensi serta mutagenesis [34].
Proses pembuatan minuman herbal sangat sederhana. Pada umumnya minuman
herbal dibuat dari bahan-bahan herbal yang diinginkan yang dicampur dengan air mendidih
(diseduh). Bahan-bahan herbal (kering ataupun segar) disiapkan sebanyak ± 3 g dan
diseduh dengan air panas (100 oC) dan didiamkan selama 5 – 10 menit [35,36] setelah itu
dikonsumsi. Cara yang lainnya yaitu bahan-bahan herbal direbus dalam sejumlah air
dengan lama waktu yang spesifik kemudian airnya disaring [28] dan dikonsumsi. Air/ ekstrak
itulah yang dinamakan minuman herbal, namun pada umumnya orang-orang menyebutnya
“teh” herbal. Cara yang lain namun masih jarang adalah dengan maserasi. Sejumlah bahanbahan herbal setara dengan berat ±6 buah tea bag disiapkan dan dilakukan maserasi
dengan ± 200 g air dingin selama 12 jam di suhu ruang, kemudian dipanaskan selama 1
menit [36]. Minuman herbal bisa disajikan dengan tetap membiarkan rasa pahit aslinya atau
bisa ditambahkan pemanis agar lebih enak [28].
6. Potensi Cincau Hitam, Daun Pandan dan Kayu Manis sebagai Bahan Baku
Minuman Herbal
Konsumen di negara-negara berkembang seperti Cina, India, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Thailand dan Vietnam mulai mencari minuman fungsional, baik untuk kesehatan
maupun kecantikan. Apalagi dengan adanya urbanisasi yang juga menjadi faktor pendorong
meningkatnya permintaan terhadap pangan fungsional [37], yang salah satunya adalah
minuman herbal yang terbuat dari berbagai jenis tanaman herbal ataupun rempah-rempah.
Cincau hitam, daun pandan dan kayu manis disamping kandungan bioaktif dan khasiatnya,
ketiga bahan tersebut merupakan tanaman herbal yang mudah didapat, karena tersebar
hampir di seluruh bagian Indonesia [6,38,39]. Selain itu, karena proses pembuatan minuman
herbal yang sederhana [35,36], maka dapat memudahkan masyarakat Indonesia untuk
membuat atau memproduksi minuman herbal sendiri.
Pengolahan cincau hitam, daun pandan dan kayu manis menjadi minuman herbal
pun juga termasuk dalam langkah diversifikasi dan inovasi produk dari bahan-bahan
tersebut, mengingat cincau hitam selama ini hanya dikenal sebagai suatu minuman
tradisional yang memang telah lama dihasilkan oleh para pengrajin atau industri kecil dalam
bentuk gel [40], sementara daun pandan digunakan sebagai sumber warna hijau bagi
makanan, sebagai komponen hiasan penyajian makanan, dan sebagai bahan baku
pembuatan minyak wangi [38], sedangkan kayu manis sudah lama dimanfaatkan sebagai
bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan, minuman, dan bahan aditif pada
pembuatan parfum serta obat-obatan [41]. Oleh karena itu, cincau hitam, daun pandan dan
kayu manis berpotensi untuk diolah menjadi minuman herbal yang alami serta bermanfaat
dan berefek kesehatan bagi tubuh, dimana sifat tersebut merupakan sifat dari pangan
fungsional.
133
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
KESIMPULAN
Tanaman cincau hitam, daun pandan dan kayu manis telah terbukti memiliki
beberapa senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya adalah senyawa
polifenol, alkaloid, sinamaldehid, dan lain-lain, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh. Ada cara yang lebih mudah untuk menikmati kelebihan tanaman-tanaman herbal
tersebut, yakni dengan mengkonsumsi dalam bentuk minuman herbal. Minuman herbal
adalah minuman yang dibuat dari bahan-bahan herbal yang diinginkan dalam bentuk daun,
bunga, biji, akar dan kulit kayu, yang dicampur dengan air mendidih (diseduh). Kelebihan
dari mengkonsumsi minuman ini adalah efek kesehatan yang lebih banyak terkandung
dikarenakan banyaknya jumlah herbal yang digunakan, antara lain mampu menurunkan
tingkat kolesterol, menghambat hipertensi serta mutagenesis, melawan tumorigenesis dan
kerusakan DNA, mencegah kanker, dan membantu mengatasi berbagai macam penyakit
degeneratif lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1) Virdhani M.H. 2012. Penyakit Degeneratif Rentan Dialami Masyarakat Kota.
http://health.okezone.com/read/2012/09/14/482/689776/penyakit-degeneratif-rentandialami-masyarakat-kota. Tanggal akses: 02/08/2013
2) Wibowo. 2013. Tanaman Herbal Indonesia. http://penebar-swadaya.com/691/. Tanggal
akses: 02/08/2013
3) Siah W.M., Azman M.A., Jeeven K., Noor H.M.D., and Mohd T.S. 2011. Effect of Infusion
Conditions on Total Phenolic Content and Antioxidant Activity in Centella asiaticaTea. J.
Trop. Agric. and Fd. Sc. 39(2)(2011):149–156
4) Chiang C.E.W., Ying E.S., Tan Y.P., Wong Z.C., Lye P.Y., and Tan L.N. 2012.
Antioxidant and Sensory Properties of Thai Herbal Teas with Emphasis on Thunbergia
laurifolia Lindl. Chiang Mai J. Sci.: 39(4): 599-609
5) Susanto A. 2013. Meningkat, Tren Pengobatan Herbal di Indonesia.
http://health.liputan6.com/read/627062/meningkat-tren-pengobatan-herbal-di-indonesia.
Tanggal akses: 02/08/2013
6) Widyaningsih T.D. 2007. Olahan Cincau Hitam. Trubus Agrisarana. Surabaya
7) Supriharso H. 1991. Identifikasi Mineral Abu Qi yang Berperan dalam Pembentukan Gel
Cincau Hitam dari Tanaman Cincau Hitam (Mesona palustris Bl.). Dalam Setyorini A.
2012. Efek Antihipertensi Tablet Effervescent Herbal Cincau Hitam (Mesona palustris
Bl.) Secara In Vivo pada Tikus Putih (Rattus norwegicus). Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang
8) Setyorini A. 2012. Efek Antihipertensi Tablet Effervescent Herbal Cincau Hitam (Mesona
palustris Bl.) Secara In Vivo pada Tikus Putih (Rattus norwegicus). Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang
9) Hung C.Y. and Yen G.C. 2002. Antioxidant Activity of Phenolic Compounds Isolated from
Mesona procumbens Hemsl. J. Agric. Food Chem. 50:2993-2997
10) Lai L.S., Chou S.T., and Chao W.W., 2001. Studies on the Antioxidative Activities of
Hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl) Leaf Gum. Journal Agriculture Food Chemistry.
Vol 49 (2): 963-968
11) Ruhnayat A. 2002. Cincau Hitam Tanaman Obat Penyembuh. Dalam T. Dewanti W.,
Sukardiman A., Djoko P., dan Darmanto W. 2012. Efek Immunomodulator Ekstrak Air
Cincau Hitam (Mesona palustris BL) Terhadap Karsinogenesis Mencit. J. Teknol. dan
Industri Pangan 23(1)(2012):29–35
12) Rohmawati E. 1995. Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan serta Isolasi dan
Identifikasi Alkaloidnya. Dalam Rina M. dan Endang P.A. 2012. Potensi Daun Pandan
(Pandanus amaryllifolius) dan Mangkokan (Notophanax scutellarium) Sebagai Repelen
Nyamuk Aedes Albopictus. ASPIRATOR 4(2), 2012:85-91
134
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
13) Buttery. 1983. Chemistry and Industri. Dalam Lubis I. H. 2008. Pengaruh Lama dan
Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan
14) Asmain A.B. 2010. Extracts of The Subterranean Root From Pandanus amaryllifolius.
Dissertasion. UiTM. Malaysia
15) Lubis I. H. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung
Pandan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
16) Laksanamai V. and Ilangantileke S. 1993. Comparison of Aroma Compound (2-Acetyl-1Pyrroline) in Leaves from Pandan (Pandanus amaryllifolius) and Thai Fragrant Rice (Kao
Dawk Mali-105). Cereal Chem 70:381–384
17) Buttery R.G., Ling L.C., and Juliano B.O. 1982. 2-Acetyl-1-Pyrroline; An Important Aroma
Component of Cooked Rice. Chem Ind (London) 23:958
18) Fatihanim M.N., Suhaila M., Nor A.I., and Razali I. 2008. Antioxidative Properties of
Pandanus amaryllifolius Leaf Extracts in Accelerated Oxidation and Deep Frying Studies.
Food Chemistry. Vol 110 Issue 2
19) Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II Edisi 2. Yayasan Sarana Wana Jaya.
Jakarta. Hal. 795-800.
20) Thomas J. and Duethi P.P. 2001. Cinnamon Handbook of Herbs and Spices. CRC
Press. New York. pp.143-153
21) Ekaprasada M. T. 2009. Isolasi Senyawa Antioksidan Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii Nees ex Blume). Dalam Prasetyaningrum, Utami R., dan
Anandita R.B.K. 2012. Aktivitas Antioksidan, Total Fenol, dan Antibakteri Minyak Atsiri
dan Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). Jurnal Teknosains Pangan Vol 1
No 1: 24-31
22) Meena V., Sree S.N., Surya P.D.V., and Sumanjali A. 2012. A Review on Pharmalogical
Activities and Clinical Effects of Cinnamon Species. RJPBS 3(1): 657-658
23) Gupta, Charu, Garg A.P, Uniyal R.C., and Kumari A. 2008. Antimicrobial Activity of
Some Herbal Oil Againts Commond Foodborne Pathogens. African Journal of
Microbiology Research Vol.(2) pp. 258-261,. ISSN 1996-0808.
24) Ferdiana A. 2004. Evaluasi Mutu Minuman Teh-Kayu Manis Selama Penyimpanan.
Skripsi. IPB. Bogor
25) Muchtadi D. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Dalam Ferdiana
A. 2004. Evaluasi Mutu Minuman Teh-Kayu Manis Selama Penyimpanan. Skripsi. IPB.
Bogor
26) Widyaningsih T.D. 2006. Pangan Fungsional: Makanan Untuk Kesehatan. Universitas
Brawijaya. Malang
27) Vox
D.
2011.
Drinking
Herb
Teas:
The
Various
Health
Benefits.
http://ezinearticles.com/?Drinking-Herb-Teas:-The-Various-Health-Benefits&id=
6681488. Tanggal akses: 03/01/2013
28) Panse S. 2012. What is Chinese Herb Tea. http://www.wisegeek.com/what-is-chineseherb-tea.htm. Tanggal akses: 26/01/2013
29) Terao J., Piskula M., and Yao Q. 1994. Protective Effect of Epicatechin, Epicatechin
Gallate And Quercetin on Lipid Peroxidation in Phospholipid Bilayers. Archives of
Biochemistry and Biophysics 308: 278–284
30) Naithani V., Nair S., and Kakkar P. 2006. Decline in Antioxidant Capacity of Indian
Herbal Teas During Storage and Its Relation To Phenolic Content. Food Research
International 39:176–181
31) Aoshima H., Hirata S., and Ayabe S. 2007. Antioxidative and Anti-Hydrogen Peroxide
Activities of Various Herbal Teas. Food Chemistry 103: 617–622
32) Guo Q., Zhao B., Li M., Shen S., and Xin W. 1996. Studies on Protective Mechanisms of
Four Components of Green Tea Polyphenols Againts Lipid Peroxidation in
Synaptosomes. Biochemica et Biophysica Acta 1304: 210–222
33) Anderson R.F., Fisher L.J., Hara Y., Harris T., Mak W.B., and Melton L.D. 2001. Green
Tea Catechin Partially Protect DNA From OH Radical-Induced Strand Break And Base
135
Potensi Cincau Hitam Sebagai Minuman Herbal Fungsional - Tasia, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.128-136, Oktober 2014
Damage Through Fast Chemical Repair of DNA Radicals. Carcinogenesis 22: 1189–
1193
34) Yokozawa T., Nakagawa T., and Kitani K. 2002. Antioxidative Activity of Green Tea
Polyphenol in Cholesterol-Fed Rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry 50:
3549–3552
35) Moraes-de-Souza R.A., Oldoni T.L.C, Regitano-d‟Arce M.A.B., and Alencar S.M. 2008.
Antioxidant Activity and Phenolic Composition of Herbal Infusions Consumed in Brazil.
Cienc. Tecnol. Aliment 6(1) 41-47 (2008)
36) Jäger S., Beffert M., Hoppe K., Nadberezny D., Frank B., and Scheffler A. 2010.
Preparation of Herbal Tea as Infusion or by Maceration at Room Temperature Using
Mistletoe Tea as An Example. Scientia Pharmaceutica 2011; 79: 145–155
37) Poeradisastra F. 2011. Food Review Indonesia: Prospek dan Perkembangan Industri
Minuman Ringan di Indonesia. http://www.foodreview.biz/preview.php?view2&id=56483
#.Ufyya9JHLVE. Tanggal akses: 02/08/2013
38) Ery W.A.D. 2009. Pengaruh Ekstrak Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 6
mg/g BB Terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu Tidur Mencit Balb/C yang
Diinduksi Thiopental 0.546 mg/20mg BB. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponogoro.
Semarang
39) Rismunandar dan Paimin F.B. 2001. Kayu Manis: Budi Daya dan Pengolahan. Dalam
Ferdiana A. 2004. Evaluasi Mutu Minuman Teh-Kayu Manis Selama Penyimpanan.
Skripsi. IPB. Bogor
40) Rahmawansah Y. 2006. Pengembangan Produk Minuman Cincau Hitam (Mesona
palustris) dalam Kemasan Cup Propilen di PT Fits Mandiri Bogor. Skripsi. IPB. Bogor
41) Rahmani. 2013. Pengaruh Penambahan Pandan Wangi dan Kayu Manis sebagai
Flavouring Agent pada Formula Teh Instan Berbasis Cincau Hitam Terhadap Aktivitas
Sistem Imun pada Mencit Balb/C yang Diinfeksi Salmonella typhimurium. Tesis.
Universitas Brawijaya. Malang
136
Download