BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Sektor Publik Indra Bastian (2009:6) menjelaskan tentang pengertian Akuntansi Sektor Publik adalah sebagai berikut: Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta. Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas, organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 7 8 Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti politik, sosial, budaya, dan historis, yang menimbulkan perbedaan dalam pengertian, cara pandang, dan definisi. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai entitas yang aktivitasnya menghasilkan barang dan layanan publik dalam memenuhi kebutuhan dan hak publik. Tujuan akuntansi pada sektor publik oleh American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) dalam buku Akuntansi Sektor Publik yang dialihbahasakan oleh Mardiasmo (2002 : 14) menyatakan: 1. Pengendalian Manajemen (Management Control) Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi. 2. Akuntanbilitas (Accountabillity) Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manager untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab mengelola secara tepat dan efektif. Program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada public atas hasil oeprasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Dengan demikian, akuntansi sektor publik terkait dengan penyediaan informasi untuk pengendalian manajemen dan akuntabilitas. Kerangka transparansi dan akuntabilitas publik dibangun paling tidak atas lima komponen, yaitu sistem perencanaan strategik, sistem pengukuran kinerja, sistem pelaporan keuangan, saluran akuntabilitas publik (channel of public accountability), dan auditing sektor publik yang dapat diintegrasikan ke dalam 9 tiga bagian akuntansi sektor publik, yaitu : Akuntansi Manajemen Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Sektor Publik, dan Auditing Sektor Publik. B. Audit Sektor Publik Indra Bastian (2007:42) menjelaskan tentang pengertian Audit Sektor Publik adalah sebagai berikut: Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai. Hal ini memberikan keuntungan yang lebih besar karena janji yang dibuat oleh para politisi dapat diperiksa secara profesional oleh pihak independen. Audit sektor publik berbeda dengan audit sektor bisnis atau swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor Pemerintahan Daerah (Pemda), BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aktiva/kekayaan negara. Audit sektor publik terdiri atas audit keuangan (financial audit), audit kinerja (performance audit), dan audit investigasi (special audit). 1. Audit Keuangan (financial audit) AICPA, Codfication of Auditing Standards and Procedures (New York: AICPA, 1988) secara spesifik mendefinisikan audit atas laporan keuangan sebagai berikut: Tujuan pengujian atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk mengekspresikan suatu opini yang jujur mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor merupakan media 10 yang mengekspresikan opini auditor, atau dalam kondisi tertentu, menyangkal suatu opini. Audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan. Audit atas laporan keuangan betujuan memberikan keyakinan apakah laporan keuangan dari entitas yang diaudit telah menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Audit Kinerja (performance audit) Audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab akan meningkat, sehingga mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi. Audit kinerja mencakup audit tentang ekonomi, efisiensi, dan program. Audit kinerja pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Tahap-tahap audit kinerja dan elemen-elemen masing-masing tahapan audit adalah sebagai berikut: 11 Tabel 2.1 Tahap dan Elemen Audit Kinerja TAHAP Tahap Pengenalan dan Perencanaan Tahap Audit Tahap Pelaporan Tahap Follow-up ELEMEN - Survei Pendahuluan - Review Sistem Pengendalian Manajemen - Review Hasil-hasil Program - Review Ekonomi - Review Kepatuhan - Persiapan Laporan - Review dan Revisi - Pengiriman dan Penyajian Laporan - Desain Follow-up - Investigasi - Pelaporan Sumber : (I Gusti Agung Rai, 2008 : 25) 3. Audit Investigasi (special audit) Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, yang tidak dibatasi periodenya, dan lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang ditemukan. Tujuan audit investigasi adalah mencari temuan lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat. Tanggung 12 jawab pelaksanaan audit investigasi ada pada lembaga audit atau satuan pengawas. C. Kualitas Audit Sektor Publik Secara teknik audit sektor publik adalah sama saja dengan audit pada sektor swasta. Mungkin yang membedakan adalah pada pengaruh politik negara yang bersangkutan dan kebijaksanaan pemerintahan. Tuntutan dilaksanakannya audit pada sektor publik ini, adalah dalam rangka pemberian pelayanan publik secara ekonomis, efisien dan efektif. Dan sebagai konsekuensi logis dari adanya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam menggunakan dana, baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah itu sendiri. Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik, maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit) oleh auditor yang independen. Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk menjamin dilakukannya pertanggung jawaban publik oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pengertian audit menurut Malan (1984) adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan standar 13 yang telah ditetapkan dan kemudian mengkomunikasikannya kepada pihak pemakai. GAO (Government Accountability Office) standard (Malan, 1984) menyatakan bahwa Governmental audit dibagi dalam 3 elemen dasar yaitu: 1. Financial and compliance yang bertujuan untuk menentukan apakah operasi keuangan dijalankan dengan baik, apakah pelaporan keuangan dari suatu audit entity disajikan secara wajar dan apakah entity tersebut telah mentaati hukum dan peraturan yang ada. 2. Economy dan efficiency, untuk menentukan apakah entity tersebut telah mengelola sumber-sumber (personel, property, space and so forth) secara ekonomis, efisien dan efektif termasuk sistem informasi manajemen, prosedur administrasi atau struktur organisasi yang cukup. 3. Program results, menentukan apakah hasil yang diinginkan atau keuntungan telah dicapai pada cost yang rendah. Ketiga hal tersebut dijalankan auditor dalam melakukan pemeriksaan untuk mencapai kualitas audit yang baik. Dan berdasarkan beberapa pendapat dapat dianggap bahwa kualitas audit yang baik itu adalah pelaksanaan audit yang mendasarkan pada pelaksanaan Value For Money (VFM) audit yang dilakukan secara independen, keahlian yang memadai, judgment dan pengalaman. VFM audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan ekspresi pelaksanaan lembaga sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen dasar yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. 14 a. Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang termurah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value b. Efisiensi : tercapainya output yang maksimum dengan input tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan c. Efektivitas : menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output (target/result). D. Akuntabilitas Publik dan Transparansi 1. Akuntabilitas Publik Mardiasmo (2009:20) menjelaskan mengenai pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai berikut: Kewajiban pihak adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau 15 kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003). Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihakpihak yang berkepentingan (Schiavo-Campo and Tomasi, 1999). Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya. Glynn (1993) dalam buku Akuntansi Sektor Publik yang dialihbahasakan oleh Mardiasmo (2002:15) mengklasifikasikan akuntabilitas publik menjadi kelompok dan subkelompok sebagai berikut : 1) Political accountability (akuntabilitas politis) a) Constitutional accountability : pertanggungjawaban yang disampaikan oleh pemerintah kepada parlemen. b) Decentralized accountability : tanggung jawab atas perwujudan akuntabilitas disebar kepada tingkatan yang lebih rendah, misalnya kepada pemerintah daerah. c) Consultative accountability : akuntabilitas yang melibatkan pihakpihak ketiga yang berkepentingan, misalnya Indonesia terhadap IMF. 2) Managerial accountability (akuntabilitas manajerial) a) Commercial accountability : akuntabilitas dari organisasi/perusahaan yang dimiliki publik dan atau didanai dari tagihan pemakai. b) Resource accountability : yang diwujudkan melalui penetapan kerangka pengawasan dengan mengunakan anggaran (budget) sebagai alat utama. c) Profesional accountability : pengaturan sendiri dari kelompokkelompok professional yang bekerja disektor publik. 16 3) Legal accountability (akuntabilitas legal) a) Judicial accountability : review terhadap tindakan-tindakan eksekutif atas dorongan individu yang dirugikan yang dilakukan atas dasar bahwa keputusan-keputusan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. b) Quasi - Judicial accountability : pengawasan atas kebijaksanaan administratif, misalnya review pengadilan (tribunal review). c) Procedural accountanbility : review terhadap keputusan-keputusan oleh badan eksternal, biasanya oleh badan yang ahli (ombudsman). Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu: 1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality); 2. Akuntabilitas proses (process accountability); 3. Akuntabilitas program (program accountability); 4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). Tidak dipenuhinya prinsip pertanggungjawaban dapat menimbulkan implikasi yang luas. Jika masyarakat menilai pemerintah daerah tidak accountable, masyarakat dapat menuntut pergantian pemerintahan, penggantian pejabat, dan sebagainya. Rendahnya tingkat akuntabilitas juga meningkatkan risiko berinvestasi dan mengurangi kemampuan untuk berkompetisi serta melakukan efisiensi. Manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena dana yang digunakan dalam penyediaan layanan berasal dari masyarakat baik secara langsung (diperoleh dengan mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri), maupun tidak langsung (melalui mekanisme perimbangan keuangan). 17 Pola pertanggungjawaban pemerintah daerah sekarang ini lebih bersifat horisontal di mana pemerintah daerah bertanggung jawab baik terhadap DPRD maupun pada masyarakat luas (dual horizontal accountability). Namun demikian, pada kenyataannya sebagian besar pemerintah daerah lebih menitikberatkan pertanggungjawabannya kepada DPRD daripada masyarakat luas (Mardiasmo, 2003a). Governmental Accounting Standards Board (GASB, 1999) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas memungkinkan masyarakat untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan. Concepts Statement No. 1 menekankan pula bahwa laporan keuangan pemerintah harus dapat membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik dengan membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi, membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta membantu dalam mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas. 18 2. Transparansi Dalam (KK, SAP,2005) mendefinisikan transparansi sebagai berikut: Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan. Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan (opennes) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami (SchiavoCampo and Tomasi, 1999). Transparansi dapat dilakukan apabila ada kejelasan tugas dan kewenangan, ketersediaan informasi kepada publik, proses penganggaran yang terbuka, dan jaminan integritas dari pihak independen mengenai prakiraan fiskal, informasi, dan penjabarannya (IMF, 1998 dalam Schiavo-Campo and Tomasi, 1999). Pada saat ini, Pemerintah sudah mempunyai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan (PP No. 24 Tahun 2005). 19 E. Peran Inspektorat Daerah (BAWASDA) sebagai Audit Internal Pemda Tuntutan reformasi manajemen keuangan daerah tidak hanya menghasilkan perubahan ditingkat internal pengelola keuangan pemerintah daerah, melainkan juga dikalangan aparat pengawas daerah. Dengan adanya sistem akuntansi keuangan daerah dan laporan keuangan daerah, peran inspektortat daerah (BAWASDA) lebih ditekankan untuk memastikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan baik dan laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar, diluar tugas-tugas awal inspektorat daerah sebelumnya sebagai aparat pengawas. Peranan dari inspektorat daerah didorong untuk membantu kepala daerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel dan dapat diterima secara umum. Berikut adalah tugas yang dilakukan oleh pengawas dan auditor eksternal pemerintah : Tabel 2.2 Tugas Pengawas dan Auditor Eksternal Pemerintah Pengawas Melakukan tinjauan terhadap Auditor Eksternal Memberikan opini / pendapat sistem pengendalian internal dan tentang sistem akuntansi pemda (melihat keuangan daerah sebagai dasar kelamahan pengambilan dan menganalisis penyebanya). Memeriksa dan menyempurnakan laporan keuangan daerah yang kewajaran keputusan dalam LPJ kepala daerah. laporan BPK 20 disusun oleh bagian keuangan Pemda. Membantu kepala daerah dalam menentukan kewajaran laporan keuangan yang disususnnya. Sumber : (Indra Bastian, 2007 : 35)