TRIWULAN I-2016 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih. Ternate, 17 Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iii iv v INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA vii RINGKASAN UMUM ix BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1 Kondisi Umum 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 1 2 2 9 Boks PEMBANGUNAN EKONOMI MALUKU UTARA YANG MERATA DAN INKLUSIF A Latar Belakang B Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Maluku Utara C KEK Morotai sebagai Motor Akselerasi Pertumbuhan Maluku Utara D Kesimpulan dan Rekomendasi 15 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Struktur APBD 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 2.3 Realisasi Belanja APBD 2.4 Rekening Pemerintah 25 26 27 29 31 BAB III INFLASI DAERAH 3.1 Kondisi Umum 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 33 34 35 39 43 BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 4.1 Kinerja Perbankan 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 45 46 53 56 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 63 64 65 67 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 6.2 Outlook Inflasi Daerah 69 70 73 15 16 20 23 DAFTAR TABEL 1 Tabel Boks Tabel Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 3 1 2 3 Penjelasan Pengelompokkan Kawasan Strategis Maluku Utara Tahapan Pembangunan Infrastruktur dalam Kawasan Tahapan Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Penunjang Luar Kawasan Sembilan Langkah Pengembangan Destinasi Pariwisata Morotai 18 21 22 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I2016 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I-2016 28 Tabel 2 Tabel 4 Tabel 2.2 3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 2.1 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (yoy) Kota Ternate Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate Program Pengendalian Inflasi akhir tahun TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate 23 31 36 36 37 37 39 43 4 Tabel Tabel Tabel 4.1 4.2 4.3 Kegiatan Sosialisasi CCKUR & 3D dan Kas Keliling Triwulan I-2016 Perkembangan Cek/BG Kosong Perkembangan RTGS Maluku Utara 58 60 61 5 Tabel Tabel 5.1 5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Februari (ribu jiwa) Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 64 66 iv DAFTAR GRAFIK 1 Grafik Grafik 1.1 1.2 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 Grafik 1.20 Grafik Grafik Grafik Grafik 1.21 1.22 1.23 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar 1.24 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Boks Gambar 1 Gambar 2 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan I-2016 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek Perkembangan Konsumsi Semen Perkembangan PMA di Maluku Utara Perkembangan PMDN di Maluku Utara Perkembangan DPK Pemerintah Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan I-2016 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Struktur PDRB Sisi Penawaran Jumlah Tangkapan Ikan Perkembangan Harga Komoditas Kopra Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Prov. Malut Perkembangan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Maluku Utara 4 5 5 5 5 6 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 11 11 12 12 13 13 14 14 16 17 Gambar 4 Pemetaan Sektor Utama PDRB Kabupaten/Kota di Maluku Utara Pemetaan Kawasan Strategis dalam RTRW Provinsi Maluku Utara 2013-2033 Peta Jalan Raya dan Infrastruktur Perhubungan Provinsi Maluku Utara Rencana Pengembangan KEK Morotai Tahap I 2 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2015 dan 2016 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2015 dan 2016 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD 2015 dan 2016 Perbandingan Sisi Realisasi APBD 2015 dan 2016 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara 26 27 29 30 32 3 Grafik Grafik Grafik 3.1 3.2 3.3 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional Disagregasi Inflasi Maluku Utara Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 34 35 35 Gambar 3 19 21 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate & Nasional Pergerakan Harga Emas Internasional Nilai Ikan Tangkap Volume Ikan Tangkap Pergerakan harga Premium dan Solar 38 40 41 41 42 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) Perkembangan DPK (miliar rupiah) Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara Perkembangan Bank Syariah Perkembangan BPR/BPRS Perkembangan NPL Perbankan Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 46 47 49 50 52 53 54 56 Grafik Grafik 5.1 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara NTP Tiap Subsektor di Maluku Utara 65 66 6 Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya 70 Grafik Grafik 57 59 5 vi INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA A. Inflasi dan PDRB 112.16 114.28 8.80 9.75 117.01 5.40 122.30 9.34 121.04 123.67 124.73 128.50 127.64 7.92 8.22 6.60 5.70 4.14 4,684.0 4,743.5 4,858.7 4,919.2 4,921.5 5,051.5 5187.67 5216.852 5,171.80 1,151.2 1,171.6 1,175.3 1,155.8 1177.54 1198.36 1201.63 506.6 458.3 477.1 487.7 510.94 536.95 514.94 493.01 488.1 260.0 257.0 264.5 272.9 274.68 275.61 271.62 273.75 303.9 3.2 3.5 4.1 4.6 4.06 4.36 4.22 5.13 4.4 4.2 4.3 4.4 4.5 4.45 4.57 4.69 4.86 4.8 290.0 302.1 299.4 315.1 308.73 321.96 342.67 356.52 348 805.0 828.9 865.5 878.1 888.47 908.70 935.35 926.65 944.3 257.0 262.3 273.9 274.9 275.68 286.53 292.17 293.00 297 1161.34 1,188.90 21.0 21.0 21.3 21.6 21.08 21.71 21.84 23.33 24.6 193.4 200.1 210.1 209.5 216.08 219.13 224.31 227.84 236.1 130.2 136.0 131.1 151.7 146.29 139.94 150.30 158.11 161.1 5.4 5.5 5.7 5.7 5.78 5.84 6.03 6.29 6.3 16.0 16.1 16.6 16.4 16.63 16.82 17.29 17.86 18 745.2 773.9 795.2 818.0 760.43 792.17 862.16 923.87 811.9 159.6 163.3 169.6 166.8 165.55 170.95 183.05 187.16 179.4 99.2 101.9 105.7 106.8 105.07 107.04 112.88 114.79 110.6 36.8 37.7 39.2 39.1 40.02 40.84 42.52 43.37 44.6 21.84 3.26 1.30 3.10 1.28 2.86 4.10 2.93 6.90 647.55 5.25 2.51 6.52 2.62 5.82 8.23 5.58 11.25 1.18 2.58 4.55 6.40 20.81 10.05 3.04 27.80 70.23 0.31 2.68 3.84 5.67 14.19 2.28 16.65 43.16 111.90 B.Perbankan 6,461.5 5,080.1 2,942.7 1,183.2 954.2 4,712.9 1,279.7 2,950.5 482.7 92.77 1,351.2 272.0 740.4 338.8 3.08 viii 6,650.5 5,355.7 2,821.0 1,509.2 1,025.5 4,819.2 1,263.1 3,069.6 486.5 89.98 1,405.9 336.7 726.5 342.7 2.95 6,783.5 5,571.7 2,956.6 1,528.5 1,086.6 4,937.6 1,311.3 3,150.4 475.9 88.62 1,390.2 300.5 744.4 345.3 2.93 7,147.6 5,216.8 3,270.2 839.1 1,107.5 5,066.9 1,328.6 3,273.1 465.2 97.13 1,398.9 345.0 729.3 324.6 2.29 7,105.4 5,743.1 3,001.2 1,485.5 1,256.4 5,202.9 1,370.4 3,369.7 462.8 90.59 1,427.7 355.4 728.3 344.0 2.53 7,439.8 6,236.4 3,073.0 1,836.7 1,326.7 5,428.0 1,457.2 3,501.8 469.0 87.04 1,519.7 370.7 762.3 386.8 2.33 7,728.8 6,522.3 3,371.8 1,710.1 1,440.4 5,524.2 1,453.2 3,605.1 465.9 84.70 1,563.9 372.0 798.1 393.8 2.07 8,120.1 6,229.5 3,742.3 1,222.8 1,264.4 5,685.8 1,473.2 3,738.0 474.6 91.27 1,614.5 417.7 793.8 403.0 1.83 8,078.5 6,501.5 1,671.9 3,425.4 1,404.1 5,833.1 1,493.4 3,867.2 472.5 89.72 1,599.6 463.1 788.7 347.8 1.91 Ringkasan Umum Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I tumbuh sebesar 5,09% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05% (yoy). Meski melambat, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,92% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan I-2016 utamanya didorong oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor administrasi pemerintahan, dan sektor konstruksi yang masing-masing memiliki andil sebesar 1,13%, 1,05%, dan 0,80%. Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari penurunan konsumsi Pemerintah yang sesuai dengan pola musimannya. Selain itu, pembentukan modal tetap bruto juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terjadi pada sebagian besar sektor perekonomian. Meski pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, hampir semua sektor masih menunjukkan pertumbuhan tahunan yang positif, kecuali sektor Pertambangan & Penggalian. Keuangan Pemerintah Pada triwulan I-2016, realisasi pendapatan pemerintah mencapai 24,22% dari total anggaran dan secara nominal meningkat 31,98% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hingga triwulan I-2016 realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru sebesar 14,81%. Namun demikian, secara nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan I-2015 lalu, yakni meningkat sebesar 80,90% (yoy). Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan transfer sebesar 20,80% (yoy). Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 49,96% (yoy). ix Inflasi Daerah Seiring meningkatnya inflasi administered prices dan inflasi inti, laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 5,45% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,52% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi di Kota Ternate juga lebih tinggi dibandingkan Nasional. Inflasi pada triwulan I-2016 relatif lebih baik dibandingkan dengan inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,92% (yoy). Dibandingkan dengan inflasi tahun kalender sebelumnya yang tercatat sebesar -1,03% (ytd) per triwulan I-2015, inflasi tahun kalender pada triwulan I-2016 tercatat lebih tinggi dengan pencapaian sebesar -0,15% (ytd). Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem Pembayaran Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan I-2016 masih tumbuh positif, meski menunjukkan adanya perlambatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga melambat pada triwulan I-2016. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan penghimpunan dana tercatat masih berada pada level yang tinggi. Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp8,09 triliun. Secara tahunan, aset perbankan Malut tumbuh sebesar 13,70% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,61% (yoy). Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku Utara pada posisi akhir triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp 6,50 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 6,23 triliun. Namun demikian, secara tahunan, pertumbuhan DPK melambat dari 19,41% (yoy) pada triwulan IV-2015, menjadi sebesar 13,82% (yoy) pada triwulan I-2016. Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,83 triliun atau sebesar 12,11% (yoy), melambat tipis dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,22% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh menurunnya kredit modal kerja. Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 89,72%, sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 91,27%. x Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang berada pada level yang rendah. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 1,91%, sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83%. Pada sisi intermediasi perbankan, kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp1,60 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 12,03% (yoy) pada triwulan I-2016, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,41% (yoy). Perlambatan salah satunya didorong oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2016. Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net inflow sebesar Rp190,85 miliar. Sementara itu, ditengah laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan, transaksi kliring justru mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,35% (yoy), namun demikian, transaksi RTGS terkontraksi 10,73% (yoy). Penerapan batas nilai nominal transaksi RTGS yang diwajibkan diatas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) per transaksi terhitung mulai tanggal 16 November 2015 sampai dengan 30 Juni 2016 sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.17/753/DPSP, secara signifikan memberikan tekanan pada pertumbuhan jumlah transaksi RTGS. Meskipun transaksi baik tunai maupun nontunai terindikasi melambat, kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada triwulan laporan. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat masih terjaga di tengah perlambatan ekonomi. Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2016 tercatat sebesar 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang atau 2,25% (yoy). Sementara, dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 104,94 atau tumbuh 2,29% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya tingkat pengangguran dan masih optimisnya persepsi masyarakat mengenai kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2016, terdapat kemungkinan adanya penurunan jumlah penduduk miskin di Maluku Utara. Meski pada triwulan laporan belum tersedia rilis data perkembangan kemiskinan di Maluku Utara. xi Prospek Perekonomian Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2016 diperkirakan tumbuh meningkat dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,4% - 6,1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Dari sisi permintaan, permintaan domestik masih menjadi penggerak utama ekonomi Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi mengalami peningkatan sebagai efek lanjutan dari mulai beroperasinya smelter di Pulau Gebe dan adanya kenaikan produksi kopra. Dari sisi penawaran, sektor pertambangan akan mengalami perbaikan, seiring mulai meningkatnya kapasitas produksi dari PT Antam dan rencana produksi di smelter Gebe. Sektor pertanian diprediksi akan mengalami peningkatan, seiring masuknya masa panen tanaman bahan pangan dan bumbu-bumbuan. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran ditengarai akan memberikan andil yang cukup signifikan, seiring masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di triwulan II-2016 ini. Sementara, laju inflasi kota Ternate selama triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada trend peningkatan di kisaran 5,82%±1 (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Inflasi tersebut diperkirakan lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional. Peningkatan inflasi di triwulan mendatang, diprediksi karena efek psikologis menjelang masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, masih tertahannya nilai tukar Rupiah di level tinggi juga akan memberikan dampak pada harga berbagai produk manufaktur seperti sandang, elektronik, dan makanan olahan diperkirakan meningkat karena bahan bakunya berasal dari impor. Selanjutnya, peningkatan konsumsi masyarakat menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi lokal provinsi, ditengarai akan turut mengerek harga. xii Pertumbuhan Yoy Tw I “Perekonomian Maluku Utara Tumbuh diatas Pertumbuhan Ekonomi Nasional” Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I tumbuh sebesar 5,09% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05% (yoy). Meski melambat, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,92% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh terus menurunnya harga komoditas nikel yang mempengaruhi kinerja sektor pertambangan serta aktivitas investasi baru sektor swasta. Di samping itu, realisasi belanja pemerintah khususnya belanja modal pada awal tahun 2016 relatif rendah. 1 PERTUMBUHAN EKONOMI “Masjid Al Munawwar, Ternate” Courtesy :Tim Liputan PSBI Maluku Utara 5,09% Pertumbuhan QtQ Tw I -0,86% PERTUMBUHAN EKONOMI 1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan I-2016 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2015. Ekonomi Maluku Utara tumbuh melambat dari 6,05% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,09% (yoy) pada triwulan laporan. Secara triwulanan, ekonomi Maluku Utara mengalami kontraksi sebesar 0,86% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama pada tahun 2015 yang tercatat sebesar 0,05% (qtq). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari belum optimalnya realisasi belanja modal pemerintah. Di samping itu, pertumbuhan investasi swasta baru juga melambat akibat turunnya harga komoditas unggulan dan tingginya ketidakpastian ekonomi pada periode mendatang. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terjadi pada sebagian besar sektor perekonomian. Sektor Pertambangan & Penggalian mengalami kontraksi dengan pertumbuhan tahunan tercatat sebesar -4,46% (yoy). Sementara itu, seiring masih rendahnya realisasi anggaran belanja pemerintah, sektor konstruksi dan sektor administrasi pemerintah tercatat mengalami perlambatan. 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Dari sisi permintaan (penggunaan), melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi Pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto yang melambat. Melambatnya komponen investasi (PMTB) juga berpengaruh pada komponen perubahan inventori yang pertumbuhannya Selain itu, meningkatnya impor luar negeri pada triwulan laporan juga memberikan andil pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan. Konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga tumbuh sebesar 7,75% (yoy) pada triwulan I-2016, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,33% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pada komponen dimaksud ditengarai terjadi seiring dengan berakhirnya Pilkada yang dilaksanakan pada triwulan IV-2015. Selain itu, sudah merupakan pola musiman bahwa komponen LNPRT melambat di awal tahun. 2 PERTUMBUHAN EKONOMI Pembentukan Modal Tetap Bruto yang menunjukkan tingkat investasi di daerah tumbuh melambat dari 12,22% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 10,66% (yoy) pada triwulan laporan. Adapun tingginya tingkat impor barang dari luar negeri juga memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat di triwulan I-2016. Pada triwulan laporan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor luar negeri yakni sebesar 501,00% (yoy). Komponen ini juga memberikan andil pertumbuhan cukup signifikan yakni sebesar 1,79% (yoy). Komponen lainnya yang memiliki andil cukup besar pada pertumbuhan triwulan laporan adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,90% (yoy) dengan andil 3,51%. Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan I-2016 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 59,96%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,47%. Sementara, pangsa investasi (PMTB) juga mengalami peningkatan dari 29,24% menjadi 29,60%. Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya impor netto antar daerah sehingga menjadi pangsa negatif sebesar 11,26% bagi struktur perekonomian Maluku Utara. Pertumbuhan (%) Andil (%) Tw IV 2015 Tw I 2016 Tw IV 2015 Tw I 2016 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.34 5.90 2.58 3.51 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8.33 7.75 0.1 0.09 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.96 12.14 7.95 3.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.22 10.66 3.38 3 Perubahan Inventori -78.08 325.00 9.74 0.87 Ekspor Luar Negeri 63.13 501.00 0.35 1.79 Impor Luar Negeri 306.24 153.62 -5.16 -7.45 Net Ekspor Antar Daerah 164.43 0.25 -12.89 -0.03 6.05 5.09 P D R B Komponen Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 3 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan I-2016 1.2.1 Konsumsi Masyarakat dan LNPRT Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat terakselerasi, dari 4,34% (yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 5,90% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara, kondisi pada konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang pada triwulan ini tumbuh 7,75% (yoy), mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,33% (yoy). Dengan demikian, konsumsi masyarakat kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 3,51%. Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan dapat dilihat dari optimisnya masyarakat dengan keadaan ekonomi saat ini yang terpotret dari Indeks Tendensi Konsumen dengan nilai sebesar 100,45 serta Indeks Ekonomi Saat Ini yang menunjukkan peningkatan dari 104,00 di triwulan sebelumnya menjadi 108,00 pada triwulan laporan. Selain itu, meningkatnya konsumsi rumah tangga di awal tahun juga merupakan pola musiman dimana banyak masyarakat yang membelanjakan uangnya untuk keperluan perumahan. Hal ini tercermin dari meningkatnya indeks ketepatan waktu pembelian barang kebutuhan tahan lama dari 95,00 di triwulan IV-2015 menjadi 110,00 di triwulan I-2016. Perkembangan optimisme masyarakat yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan adanya penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2015, Indeks Keyakinan Konsumen tercatat sebesar 114,5, sementara pada triwulan laporan menurun menjadi 113,3. 4 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : Survei Konsumen BI dan BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Sumber : Survei Konsumen BI, diolah Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Pembelian Barang Tahan Lama Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : LBU, diolah Grafik 1.4 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek Ditinjau dari sisi sistem pembayaran, konsumsi rumah tangga yang tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi kliring dari 5.132 kali di triwulan sebelumnya menjadi 5.190 kali di triwulan laporan. Selain itu, kredit konsumsi di Maluku Utara pada triwulan laporan tumbuh sebesar 12,84% (yoy), angka pertumbuhan yang sama dengan triwulan sebelumnya. 5 PERTUMBUHAN EKONOMI 1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 10,66% (yoy). PMTB tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,22% (yoy). Harga komoditas unggulan Maluku Utara (kecuali kopra) yang terus mengalami penurunan menyebabkan para pelaku usaha cenderung menunda kegiatan investasi barunya. Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen Melambatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume pengadaan semen di Maluku Utara yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 8,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,01% (yoy). Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.7 Perkembangan PMA di Maluku Utara Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.8 Perkembangan PMDN di Maluku Utara Pada triwulan laporan, perkembangan investasi di Maluku Utara banyak berasal dari luar negeri khususnya terkait dengan proyek pengembangan smelter. Berdasarkan data BKPM, nilai penanaman modal asing di Maluku Utara pada triwulan laporan tumbuh 56,12% (yoy) jauh 6 PERTUMBUHAN EKONOMI lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 397,29% (yoy). Sampai akhir triwulan laporan, terdapat 77 proyek yang dikerjakan di Maluku Utara dimana hanya 2 proyek yang berasal dari penanam modal dalam negeri. 1.2.3 Pengeluaran Pemerintah Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan I 2016 tumbuh 12,14% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 23,96% (yoy). Menurunnya konsumsi pemerintah di triwulan laporan merupakan pola musiman serta masih terbatasnya pembelian pemerintah di awal tahun. Belum maksimalnya konsumsi pemerintah di awal tahun dapat dilihat dari jumlah DPK Pemerintah Daerah di perbankan. Kembali tingginya jumlah DPK Pemerintah Daerah di awal tahun menunjukkan bahwa dana pemerintah masih belum sepenuhnya digunakan. Secara nominal, DPK Pemerintah Daerah pada tahun 2016 menunjukkan angka tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah. Sumber : LBU, diolah Grafik 1.9 Perkembangan DPK Pemerintah 1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri) pada triwulan laporan menunjukkan impor netto sebesar Rp1,08 triliun, menurun 17,58% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, impor netto mengalami perbaikan dari sebelumnya sebesar 197,36% (yoy) menjadi 34,91 % (yoy). Penurunan ini menjadi salah satu penahan perlambatan ekonomi pada triwulan laporan. 7 PERTUMBUHAN EKONOMI Penurunan impor netto terutama dipengaruhi oleh adanya ekspor nikel yang mulai dilakukan pada triwulan laporan. Kembali normalnya tingkat produksi lokal khususnya untuk komoditas hortikultura setelah sebelumnya sempat menurun di akhir tahun menjadi faktor pendorong perlambatan impor netto daerah yang tercatat sebesar 0,25% (yoy). Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Pada triwulan I-2016, volume ekspor luar negeri dalam data PDRB tercatat naik sebesar 137,17% (qtq). Secara tahunan ekspor luar negeri tumbuh 501,00% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 63,13% (yoy). Tingginya ekspor pada triwulan laporan dikarenakan adanya smelter milik perusahaan tambang yang sudah beroperasi pada awal tahun sehingga dapat mengekspor nikel yang sudah diolah pada triwulan laporan. Volume ekspor pada triwulan laporan adalah sebesar 11,25 ribu ton atau tumbuh sebesar 329,01% (yoy). Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Seiring dengan melambatnya kegiatan investasi baru pada awal tahun 2016, nilai impor luar negeri tumbuh melambat dari 334,65% (yoy) menjadi 237,45% (yoy). Akibat efek pelemahan rupiah pada tahun 2015 serta turunnya harga nikel, para pelaku usaha belum 8 PERTUMBUHAN EKONOMI memutuskan aktivitas investasi baru. Barang impor yang tiba pada triwulan laporan umumnya adalah hasil kontrak pada tahun 2015. Sama halnya dengan triwulan-triwulan sebelumnya, berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara, komoditas impor luar negeri didominasi barang dari besi atau baja, dan mesin. Impor luar negeri tersebut terutama akan digunakan untuk pembangunan smelter dan pembangkit listrik. Walaupun secara nominal mengalami penurunan, volume impor luar negeri tercatat sebesar 111 ribu ton atau tumbuh 688,36% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 661,36% (yoy). 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran Pada triwulan laporan, pertumbuhan perekonomian Maluku Utara, dari sisi penawaran, terutama didukung oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yang memberikan andil terbesar yakni 1,13% atau lebih dari 22% pemicu pertumbuhan pada triwulan tersebut. Sektor lainnya yang memberikan andil besar pada pertumbuhan triwulan laporan yakni sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (1,05%) dan sektor konstruksi (0,80%). Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.14 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan I-2016 9 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.15 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Adapun perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan terutama bersumber dari kontraksi sektor pertambangan serta melambatnya pertumbuhan sektor administrasi pemerintah dan sektor konstruksi. Turunnya harga nikel dan belum optimalnya realisasi belanja modal pemerintah menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Meskipun fluktuasi pertumbuhan sektoral terus terjadi, namun secara umum, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I-2016 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 22,99% dari total PDRB. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran yang memiliki andil paling besar dalam pertumbuhan pada triwulan laporan memiliki pangsa sebesar 18,26%. Sektor administrasi pemerintahan yang juga merupakan sektor utama memiliki pangsa sebesar 15,70%, sedikit menurun akibat pola musiman di awal tahun. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 50%. Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 1.16 Struktur PDRB Sisi Penawaran 10 PERTUMBUHAN EKONOMI 1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pada triwulan I-2016, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 0,96% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,48% (yoy). Adanya panen komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang merah serta komoditas rempah-rempah seperti cengkih dan pala di triwulan laporan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan pada sektor ini. Harga kopra yang meningkat hingga 37,31% (yoy) pada bulan Maret 2016 juga memicu aktivitas panen komoditas kelapa. Namun demikian, kendala produksi yang terjadi pada subsektor perikanan menghambat pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan. El Nino yang terjadi pada tahun 2015 dirasakan dampaknya hingga triwulan I-2016. Jumlah tangkapan ikan di perairan Maluku Utara menurun karena tidak banyak ikan yang berenang di dekat permukaan laut akibat suhu air laut yang masih relatif tinggi. Hal ini tercermin dari laporan hasil tangkapan ikan PPN. Pertumbuhan jumlah tangkapan ikan pada triwulan laporan tercatat sebesar 15,33% (yoy), turun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 42,73% (yoy). Sumber : PPN Kota Ternate, diolah Grafik 1.17 Jumlah Tangkapan Ikan Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Harga Komoditas Kopra 1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh sebesar 6,28% (yoy) pada triwulan I-2016, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 5,53% (yoy). Akselerasi ini seiring dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang juga mengalami peningkatan. Di samping itu, adanya peningkatan produksi 11 PERTUMBUHAN EKONOMI komoditas ekspor dari sektor perkebunan telah memacu aktivitas perdagangan untuk keperluan ekspor sehingga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate Tumbuhnya sektor perdagangan besar dan eceran terkonfirmasi dari kegiatan bongkar muat di pelabuhan Ahmad Yani. Total volume bongkar selama triwulan laporan tercatat mencapai 145,09 ribu ton atau tumbuh 26,19% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 142,99 ribu ton. Sementara itu, total volume muat mencapai 5,72 ribu ton tumbuh 23,58% (yoy) setelah mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,64% (yoy). 1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 10,64% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,30% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya performa industri pengolahan makanan dan minuman seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga. Kinerja industri pengolahan yang meningkat, juga dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Pada triwulan I-2016, secara umum kegiatan usaha menunjukkan peningkatan dengan pencapaian Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 3,67% setelah sebelumnya sempat menurun pada triwulan IV. Dimana, salah satu penyumbang terbesar peningkatan kegiatan usaha tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan (naik dengan pencapaian SBT 3,52% pada triwulan I-2016). Selain itu, Pertumbuhan Industri manufaktur mikro dan kecil di Maluku Utara juga menunjukkan 12 PERTUMBUHAN EKONOMI pertumbuhan tahunan sebesar 23,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,24% (yoy). Sumber : BPS Maluku Utara, diolah Grafik 1.21 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Grafik 1.22 Perkembangan Industri Manufaktur Mikro Prov. Malut dan Kecil Maluku Utara 1.3.5 Sektor Pertambangan dan Sektor Lainnya Sektor pertambangan pada triwulan laporan menunjukan terjadinya kontraksi sebesar 4,47% (yoy) setelah tumbuh pada sebesar 1,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Kontraksi terutama dipicu oleh turunnya produksi nikel salah satu perusahaan tambang terbesar di Maluku Utara dari 100.000 ton/bulan menjadi 83.000 ton per bulan karena rendahnya harga nikel. Sementara itu, perusahaan tambang emas terbesar di Maluku Utara juga sempat menghentikan produksinya pada triwulan laporan. Kondisi ini disebabkan oleh insiden runtuhnya salah satu terowongan tambang bawah tanah milik perusahaan tersebut. Dengan demikian, aktivitas difokuskan pada perbaikan dan penyelamatan pegawai yang terjebak pada terowongan tersebut. Sementara itu, sektor lainnya yang menjadi sumber pertumbuhan adalah sektor konstruksi dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor konstruksi tercatat tumbuh 12,72% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 13,13% (yoy) seiring rendahnya realisasi belanja modal pemerintah di awal tahun sehingga masih sedikit proyek infrastruktur yang dikerjakan. Sementara itu, adanya peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) di bulan Maret 2016 berkontribusi pada sektor akomodasi dan makan minum sehingga tumbuh sebesar 16,71% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,77% (yoy). 13 PERTUMBUHAN EKONOMI Grafik 1.23 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Grafik 1.24 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara 14 PEMBANGUNAN EKONOMI MALUKU UTARA YANG MERATA DAN INKLUSIF A. Latar Belakang Provinsi Maluku Utara terdiri dari dua kota dan delapan kabupaten, yang memiliki karakteristik kepulauan. Berdasarkan andil perekonomian pada tahun 2014, Kota Ternate masih mendominasi dengan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp24,05 miliar atau pangsa sebesar 25,93% terhadap Provinsi Maluku Utara. Diikuti oleh Kabupaten Halmahera Utara dengan pangsa 15,47% dan Kabupaten Halmahera Selatan dengan pangsa 15,25% di peringkat kedua dan ketiga. Sementara, Kabupaten Pulau Taliabu sebagai kabupaten paling muda di Provinsi Maluku Utara, memiliki pangsa paling kecil, yakni sebesar 3,59%. Secara struktur ekonomi, selama kurun waktu setidaknya 7 tahun terakhir, Provinsi Maluku Utara masih didominasi oleh Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan (25,10%); Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (17,79%); serta Sektor Administrasi Pemerintah (16,12%). Hingga rilis terakhir BPS pada tahun 2014, PDRB Kota Ternate masih mendominasi pangsa PDRB Provinsi Maluku Utara. Keberadaan suatu kota, berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi (Glasson, 2010). Namun demikian, sebagai satu provinsi yang baru, Maluku Utara perlu untuk mengembangkan pusat-pusat ekonomi baru guna melaksanakan pemerataan pembangunan ekonomi. Pada awal pembentukannya, Provinsi Maluku Utara terdiri dari Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, dan Kota Ternate. Seiring perkembangan kemampuan ekonomi, sosial dan budaya, serta pertimbangan lainnya pada tahun 2003 terjadi pemekaran, dimana Kabupaten Maluku Utara berkembang menjadi Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Sula. Kemudian Kabupaten Halmahera Tengah, pecah menjadi Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan. Selanjutnya, pada tahun 2008, Kabupaten Halmahera Utara pecah menjadi Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Pulau Morotai. Terakhir, pada tahun 2012, Kabupaten Pulau Taliabu mekar dari bagian Kabupaten Kepulauan Sula. Dinamika perkembangan wilayah yang relatif cepat, karakteristik wilayah yang berupa kepulauan, dan masih minimnya infrastruktur yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah yang lain, menempatkan Maluku Utara sebagai provinsi dengan PDRB yang paling kecil di Indonesia. Interkonektivitas menjadi hambatan utama dalam mengeksplorasi dan mengoptimalisasi kekayaan Maluku Utara. Namun demikian, pada perencanaan 15 pengembangan wilayah, Pemerintah Provinsi Maluku Utara telah melakukan pemetaan dan pengelompokan kawasan guna mengembangan pusat-pusat ekonomi baru di Maluku Utara. B. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Maluku Utara Berdasarkan struktur ekonomi masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Maluku Utara, tergambar potensi-potensi ke-ekonomi-an utama dari masing masing wilayah tersebut. Tiga besar sektor penyumbang PDRB pada masing-masing kabupaten kota tercermin dalam gambar berikut: Keterangan: Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Sektor Administrasi Pemerintahan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Transportasi dan Pergudangan Sumber: BPS Maluku Utara, diolah Gambar 1. Pemetaan Sektor Utama PDRB Kabupaten/Kota di Maluku Utara Dalam pemetaan sektor utama penyumbang PDRB kabupaten/kota di Maluku Utara, tergambar bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta Sektor Administrasi Pemerintahan, masih mendominasi struktur perekonomian di masing-masing wilayah tersebut. Lebih jauh lagi, dalam struktur APBD Provinsi Maluku Utara dan kabupaten/kota sumber pendapatan utama berasal dari transfer pemerintah pusat, oleh karenanya di 16 seluruh wilayah di Maluku Utara, Sektor Administrasi Pemerintah masih mendominasi. Kabupaten/kota di Maluku Utara bukan tidak punya potensi PAD yang mampu memberikan andil pada pendapatan daerah, namun apabila dikupas lebih jauh mengenai potensi-potensi utama kabupaten/kota di Maluku Utara maka akan diperoleh gambaran mengenai aneka keunggulan wilayah yang sangat potensial untuk dikembangkan, sehingga dapat menjadikannya sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Dalam RPJPD 2005-2025, dijabarkan bahwa Maluku Utara memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat yang damai, mandiri, adil, dan sejahtera yang berorientasi pada sumberdaya laut dan kepulauan. Provinsi Maluku Utara, melalui RTRW 2013-2033, juga telah mencanangnya adanya sepuluh kawasan strategis di Maluku Utara yang diharapkan menjadi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara. Pencanangan kawasan strategis tersebut diharapkan sebagai bentuk pemerataan pembangunan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pengembangan kawasan tersebut, secara umum terbagi menjadi kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, fungsi sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan untuk fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. f h a g e d i c j b Sumber: BAPPEDA Provinsi Maluku Utara, 2016 Gambar 2. Pemetaan Kawasan Strategis dalam RTRW Provinsi Maluku Utara 2013-2033 17 No. Pengelompokkan Kawasan a Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli dan Sofifi b Kawasan Kepulauan Sula, yang meliputi Pulau Sulabesi, Pulau Mangoli dan Pulau Taliabu c Kawasan Pulau Bacan Fokus Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan perekonomian; dengan pengembangan pada pemerintahan, sektor pendidikan dan industri sektor perkebunan dan kehutanan sektor industri perikanan dan industri pengolahan kayu serta kehutanan d Kawasan Halmahera bagian Selatan meliputi sektor perkebunan Kecamatan Gane Barat dan Kecamatan Gane Timur e Kawasan Strategis Weda meliputi Weda dan sekitarnya f Kawasan Strategis Morotai Kawasan Perbatasan dan Pulau Kecil yaitu Haltim, Halteng dan Pulau Jiew h Kawasan Strategis Halut, Halbar dan Haltim i Kawasan Pulau Gebe j Kawasan Pulau Obi g pengembangan kegiatan (eksploitasi) pertambangan nikel sektor Pertahanan Keamanan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Pariwisata pengembangan Pariwisata dan Hankam sektor pertanian tanaman pangan perbaikan kualitas lingkungan sektor pertambangan Sumber: BAPPEDA Provinsi Maluku Utara, 2016 Tabel 1. Penjelasan Pengelompokkan Kawasan Strategis Maluku Utara Dalam upaya percepatan pengembangan kawasan strategis tersebut, Pemerintah Provinsi Maluku Utara berfokus untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah melalui pembangunan jalan penghubung antar kabupaten di Pulau Halmahera, dan jalan lingkar di pulau-pulau utama, antara lain Pulau Morotai, Pulau Obi, Pulau Sulabesi, Pulau Taliabu, dan Pulau Mangoli. Jalan penghubung tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dalam rangka pemerataan pembangunan. Selain pembangunan infrastruktur jalan raya, Pemerintah Provinsi Maluku Utara juga mengusulkan pembukaan rute baru penyeberangan ferry, baik yang menghubungkan antar wilayah dalam Provinsi Maluku Utara maupun dengan wilayah lain di provinsi tetangga. Dalam perencanaannya, pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan selain untuk meningkatkan konektivitas antar pulau dan antar gugus pulau, tetapi juga untuk mengintegrasikan jaringan jalan dan penyeberangan, peningkatan pelayanan bandara dan pelabuhan laut, melayani kawasan strategis dan rawan bencana, membuka akses wilayah terisolir/terpencil/tertinggal, dan meningkatkan pelayanan perbatasan negara. Upaya-upaya tersebut, perlu dilaksanakan secara selaras, terintegrasi, dan menyeluruh, sehingga akan terjadi multiplier effect yang saling menguatkan antara perencanaan kawasan dengan proses pembangunan yang sedang berlangsung. 18 Sumber: Dinas PU Provinsi Maluku Utara, 2016 Gambar 3. Peta Jalan Raya dan Infrastruktur Perhubungan Provinsi Maluku Utara Peningkatan infrastruktur dan pengembangan kawasan strategis, dimaksudkan untuk melakukan pemerataan pembangunan dan pengembangan pusat-pusat ekonomi baru di Maluku Utara. Kota Ternate, yang saat ini menjadi wilayah yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya serta memiliki pangsa yang paling besar pada PDRB Provinsi Maluku Utara, harus terus dijaga pertumbuhannya agar stabil dan inklusif. Namun demikian, pengembangan pusat ekonomi baru, sesuai dengan perspektif kawasan strategis juga perlu dilakukan percepatan, sehingga pembangunan ekonomi Maluku Utara akan berlangsung lebih ekspansif. Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan, yang juga memiliki pangsa besar pada PDRB Malut dan dibarengi dengan pertumbuhan yang tinggi, diharapkan akan semakin maju dengan adanya perbaikan infrastruktur dan perencanaan 19 kawasan yang sesuai dengan potensi utamanya tersebut. Selain itu, penetapan Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, serta adanya perbaikan-perbaikan infrastruktur yang tengah berlangsung, juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai yang lebih cepat lagi. Sehingga, Maluku Utara akan memiliki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, tanpa harus terlalu banyak menggantungkan pertumbuhan pada sektor ekstraktif (pertambangan dan penggalian) yang saat ini tengah terpuruk. C. KEK Morotai sebagai Motor Akselerasi Pertumbuhan Maluku Utara Kabupaten Pulau Morotai merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008. Secara geografis, kabupaten ini memiliki wilayah seluas 2314,9 km 2 dimana, 90% wilayahnya merupakan desa pesisir. Pada tahun 2014, PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Morotai tercatat sebesar Rp968,14 miliar atau memiliki pangsa sebesar 4,03% terhadap PDRB Provinsi Maluku Utara. Dengan struktur ekonomi didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (49,17%) dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (18,26%). Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu kawasan perbatasan di Indonesia yang memiliki nilai historis sebagai pangkalan udara sekutu pada masa perang dunia II dahulu. Selain itu, kabupaten ini memiliki potensi kelautan yang besar dan berpotensi menjadi pintu gerbang Indonesia menuju Asia Pasifik. Oleh karenanya, melalui PP No. 50 tahun 2014, Pulau Morotai ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, yang terdiri atas zona pengolahan ekspor, zona logistik, zona industri, dan zona pariwisata. Berdasarkan data dari Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, untuk mengembangkan KEK Morotai, setidaknya diperlukan investasi senilai Rp6,8 triliun. Namun demikian, potensi nilai investasi yang dapat diperoleh dari KEK Morotai apabila telah beroperasi tidak kurang dari Rp67,87 triliun hingga tahun 2025. Tentu dengan adanya potensi ekonomi yang demikian besar, Morotai berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Provinsi Maluku Utara, dan mampu menjadi pendorong peningkatan PDRB Provinsi Maluku Utara yang saat ini memiliki PDRB terkecil di Indonesia. Dalam perkembangan pembangunan KEK Morotai, tidak sedikit tantangan yang dihadapi. Dari target luas kawasan 1.101,6 hektar, hingga tahun 2016 baru sekitar 300 hektar lahan yang dibebaskan. Dinamika politik lokal dan keseriusan dari pemerintah pusat menjadi tantangan. Hal tersebut mengingat, pemberian sertifikat hak guna bangunan yang lebih luas dari 15 hektar menjadi kewenangan menteri. KEK Morotai sendiri, ditargetkan dibangun secara bertahap dalam kurun waktu kurang lebih 30 tahun. 20 Sumber: BKPM Kabupaten Pulau Morotai, 2016 Gambar 4. Rencana Pengembangan KEK Morotai Tahap I Selama kurun waktu pasca penetapan, yakni tahun 2014 hingga saat ini, awal tahun 2016, telah terealisasi beberapa milestone pengembangan KEK, antara lain pembangunan infrastruktur dalam kawasan dan infrastruktur dan fasilitas penunjang luar kawasan. Gambaran pembangunan yang telah dan sedang berlangsung, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan batas KEK tahap I; Pembangunan pintu gerbang kawasan; Pembangunan gedung dan penyediaan peralatan kantor pengelola dan administrator Pembangunan infrastruktur kawasan tahap I (200 ha): Jalan Drainase Jaringan Listrik Jaringan Telekomunikasi Jaringan Distribusi Air Bersih Instalasi Pengolahan Air Limbah Pembangunan Pembangkit Listrik Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih Pembangunan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Penyusunan Estate Regulation Desember 2015 Desember 2015 Desember 2015 Juni 2016 Juni 2016 Juni 2016 Juni 2017 Desember 2015 Juni 2016 Januari 2016 Sumber: BKPM Kabupaten Pulau Morotai, 2016 Tabel 2. Tahapan Pembangunan Infrastruktur dalam Kawasan 21 Waktu Penanggungjawab Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Daruba-Wayabula: Perpanjangan dermaga multi purpose Daruba sepanjang 100 Peningkatan peralatan bongkar muat peti kemas di Daruba Pembangunan lapangan penumpukan peti kemas di Daruba Revitalisasi fasilitas pergudangan di Daruba Penambahan fasilitas bea cukai di Daruba Penambahan fasilitas karantina di Daruba Revitalisasi bangunan administrasi kepelabuhanan dan fasilitas ruang tunggu penumpang di Daruba Penambahan fasilitas perparkiran di Daruba Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Daruba-Wayabula Pembangunan pelabuhan Wayabula Peningkatan Jalan Daruba-Wayabula-Sopi-Bere Bere Pengembangan Bandar Udara Kesepakatan penggunaan Bandar Udara TNI AU untuk penerbangan sipil 2016 2016 2016 2016 2016 2016 Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan 2016 Kem. Perhubungan 2016 2016 2018 2016 Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan Kem. Perhubungan Kem. PUPR MoU antara KASAU TNI AU, Dirjen Perhubungan Udara, dan Gubernur Maluku Utara pada tanggal 2 Februari 2012 Nomor Perjama/12/II/2012, Nomor HK.201/I/8/DRJU-2012, Nomor 2/PKS-MU/2012 Telah dibentuk Unit Pelayanan Bandar Udara (UPBU) Morotai pada September 2014 on progress Revitalisasi sistem keselamatan penerbangan sipil Dimonim Air per Februari 2016 Penyelenggaraan penerbangan perintis Ternate - Morotai PP Wings Air per April 2016 Pembentukan Unit Pelayanan Teknis Bandar Udara Leo Wattimena Sumber: BKPM Kabupaten Pulau Morotai, 2016 Tabel 3. Tahapan Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Penunjang Luar Kawasan Guna mendorong percepatan pembangunan dan memperbesar dampak mulplier effect diperlukan upaya serius dari Dewan Kawasan KEK di daerah bersama dengan Badan Pengelola, yang dalam hal ini adalah PT Jababeka Morotai. Dewan Kawasan KEK yang diketuai oleh Gubernur Maluku Utara, perlu mendorong percepatan proses pembebasan lahan dan pengurusan hak guna bangunan, sehingga tahapan pembangunan tidak terhambat. Selain itu, upaya promosi investasi juga perlu gencar dilaksanakan, disamping penyiapan infrastruktur yang harus segera disiapkan. Hingga awal 2016, setidaknya telah terdapat tujuh perusahaan yang siap berinvestasi di KEK Morotai dengan nilai investasi diperkirakan sebesar Rp5,7 triliun. Namun demikian, para investor tersebut masih menunggu kepastian mengenai pembebasan lahan dan kesiapan infrastruktur dasar. Disamping fokus pembangunan kawasan ekonomi khusus, Pulau Morotai juga ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas nasional. Branding Morotai saat ini tengah diperkuat dengan dilakukannya berbagai upaya promosi baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, juga dilakukan upaya-upaya penyiapan infrastruktur pendukung seperti akses transportasi, telekomunikasi, dan kelistrikan. Upaya menggenjot pariwisata di Morotai, tengah dilaksanakan oleh lintas instansi. Upaya tersebut, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pengembangan Pulau Morotai sebagai suatu Kawasan Ekonomi Khusus. 22 No Perihal ATRAKSI 1 Festival Budaya 2 Festival Desa Pesisir 3 Wonderful Morotai AKSES Penanggung Jawab Progres/Target PT Jababeka Morotai Mar-16 PT Jababeka Morotai Mei-16 PT Jababeka Morotai September – Oktober 2016 1 Bandara Leo Wattimena Kemenhub 2 Pelabuhan Laut Daruba Kemenhub & Wayabula 3 Peningkatan jalan lingkar luar Morotai Kemen PU-PR Penerbangan ke Morotai dari 1x menjadi 2x per minggu, triwulan II-2016. Penyebrangan feri TobeloMorotai pp dari 4x (Senin, Rabu, Jumat, Sabtu) menjadi 5x per minggu, triwulan III-2016 Ruas BereBere - Sofi 6 km, Desember 2016 Ruas Sofi - Wayabula 20 km, Desember 2016 AMENITAS 1 Listrik 2 Air 3 Telekomunikasi dan Hotel Pembangunan pembangkit listrik 50MW, triwulan IV-2016 Jaringan distribusi sekunder, Kemen PU-PR triwulan IV-2016 Pembangunan 20 kamar, PT Jababeka Morotai triwulan IV-2016 PT Jababeka Morotai Sumber: BKPM Kabupaten Pulau Morotai, 2016 Tabel 4. Sembilan Langkah Pengembangan Destinasi Pariwisata Morotai D. Kesimpulan dan Rekomendasi Provinsi Maluku Utara memiliki potensi ekonomi yang besar, namun belum dioptimalkan. Pangsa PDRB Provinsi Maluku Utara, masih didominasi oleh Kota Ternate yang menjadi lokasi pusat pembangunan, pusat ekonomi, dan pusat perdagangan dan jasa. Pemerataan pembangunan dan pembentukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru perlu dipercepat, tanpa meninggalkan pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan, dengan potensi perikanan, pertanian, dan pertambangan yang dimilikinya, memiliki potensi untuk berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Provinsi Maluku Utara. Namun demikian, wilayah-wilayah lain juga memiliki potensi yang tidak kalah besarnya. Pengembangan sepuluh kawasan strategis yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara, diharapkan menjadi pedoman umum pengembangan kewilayahan berbasis keunggulan setempat. Kawasan yang terintegrasi dan saling mendukung guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Maluku Utara. Pembangunan infrastruktur konektivitas antar wilayah menjadi langkah besar strategis yang diharapkan akan mampu mengakselerasi perkembangan kawasan strategis dan pemerataan pembangunan ekonomi. Ketergantungan terhadap sektor ekstraktif pertambangan dan penggalian, diharapkan dapat diminimalkan seiring peningkatan pangsa sektor-sektor lain yang terakselerasi sebagai dampak dari perbaikan konektivitas antar wilayah dan optimalisasi kawasan strategis. 23 Selain itu, pengembangan Pulau Morotai sebagai kawasan ekonomi khusus, diharapkan menjadi motor penggerak utama akselerasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara. Potensi nilai ekonomi yang sebesar Rp67,87 triliun perlu dijadikan pelecut motivasi bagi para pemangku kepentingan di Maluku Utara. Calon-calon investor yang sudah berkomitmen untuk berinvestasi di KEK Morotai harus dijaga ekspekstasinya, baik oleh Dewan Kawasan di daerah maupun pusat melalui minimasi hambatan-hambatan birokratif yang dilaksanakan seiring dengan percepatan upaya peningkatan kualitas infrastruktur. KEK Morotai sesuai dengan tagline-nya diharapkan menjadi “The Window of East Indonesia” dan menjadi “Singapura baru” di timur Indonesia. 24 Realisasi Pendapatan Tw I-2016 24,22% “Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja pemerintah mengalami peningkatan” Pada triwulan I-2016, realisasi pendapatan Realisasi Belanja Tw I-2016 pemerintah mencapai 24,22% dari total anggaran dan secara nominal 14,81% meningkat 31,98% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hingga triwulan I-2016 realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru sebesar 14,81%. Namun demikian, secara nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan I-2015 lalu, yakni meningkat sebesar 80,90% (yoy). 2 KEUANGAN PEMERINTAH “Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id 25 KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 Struktur APBD Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2016 adalah sebesar Rp2,24 triliun atau meningkat 22,61% dari anggaran pendapatan pada APBD 2015. Sementara itu, anggaran belanja pada APBD 2016 tercatat sebesar Rp2,34 triliun atau meningkat 28,34% dari anggaran belanja tahun sebelumnya. Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan transfer sebesar 20,80% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar 81,35% pada APBD 2016, dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum dapat menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak, masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Namun demikian, rencana perolehan PAD Maluku Utara meningkat 13,81% (yoy) dibandingkan pada anggaran tahun sebelumnya. Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2015 dan 2016 26 KEUANGAN PEMERINTAH Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 49,96% (yoy). Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan sarana publik/infrastruktur pada tahun berjalan. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja tidak mengalami banyak perubahan. belanja operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 63,72%. Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2015 dan 2016 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga akhir triwulan I-2016 sebesar Rp542,85 miliar atau 24,22% dari total target anggaran pendapatan 2016 yang sebesar Rp2.241,17 miliar. Secara persentase realisasi, besaran pada triwulan I-2016 ini lebih besar dari triwulan I-2015 lalu, yakni tumbuh sebesar 31,98% (yoy). Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen Transfer Pemerintah Pusat-Dana Alokasi Umum sebesar 50,54%, diikuti Dana Penyesuaian yang menyumbang sebesar 12,36% dari total pendapatan. Masih terbatasnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Maluku Utara, menyebabkan struktur APBD Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Maluku 27 KEUANGAN PEMERINTAH Utara, khusunya di sisi pendapatan, masih didominasi oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat. Meski secara umum realisasi komponen pendapatan pada triwulan I-2016 lebih tinggi dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015. Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Tahun 2016 – data per 31 Maret 2016 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara Realisasi PAD hingga akhir triwulan I-2016 baru mencapai 5,71%, pencapaian tersebut lebih rendah dari realisasi periode yang sama di tahun 2015 yang sebesar 17,08%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas, seiring pembangunan smelter yang terus berlangsung. Lesunya aktivitas perusahaan tambang ini diikuti dengan berhentinya perusahaan-perusahaan pendukung sektor pertambangan seperti jasa sewa alat berat, jasa angkut, jasa pengiriman, jasa restoran dan akomodasi, serta perusahaan pendukung lainnya. Pelemahan pada sektor-sektor dimaksud, menyebabkan lesunya pemasukan daerah utamanya dari pajak, yang hingga triwulan I-2016 ini masih belum terdapat realisasi. Pendapatan retribusi daerah, meski sudah terdapat realisasi namun pencapaiannya masih lebih rendah daripada tahun sebelumnya. 28 KEUANGAN PEMERINTAH Sementara itu, berkat komitmen yang tinggi dari pemerintah pusat, realisasi komponen pendapatan transfer menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Komponen pendapatan yang menguasai 81,35% dari keseluruhan anggaran pendapatan ini, mencatatkan realisasi sebesar 28,72%, lebih tinggi dari pencapaian pada periode yang sama di tahun 2015 sebesar 23,81%. Secara nominal realisasi pendapatan transfer meningkat 45,69% (yoy). Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016 2.3 Realisasi Belanja APBD Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan I-2016 mencapai Rp346,81 miliar atau 14,81% dari total anggaran belanja yang sebesar Rp2.341,52 miliar. Jumlah realisasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja pada triwulan I-2015 lalu yang hanya sebesar 3,12%. Secara nominal, realisasi belanja pada triwulan I-2016 ini juga meningkat 80,90% (yoy), peningkatan ini utamanya disumbang oleh Belanja Operasi yang terealisasi sebesar 10,98% dari total anggaran belanja. Pada komponen Belanja Operasi, sumbangan realisasi khususnya bersumber dari Belanja Pegawai yang sudah terealisasi sebesar Rp90,83 miliar atau 3,88% dari total anggaran belanja, dan Belanja Hibah yang terealisasi sebesar Rp100,48 miliar atau 4,29% dari total 29 KEUANGAN PEMERINTAH anggaran belanja. Belanja hibah tersebut, secara spesifik merupakan realisasi alokasi Dana BOS ke seluruh sekolah di Maluku Utara. Realisasi Belanja Operasi yang meningkat sebesar 51,95 (yoy) mendorong tingginya realisasi di triwulan laporan. Selain itu, realisasi Belanja Modal yang juga sangat ekspansif di triwulan I-2016 ini, yakni meningkat dari hanya Rp93,4 juta di triwulan I-2015 menjadi Rp89,61 miliar di triwulan laporan. Realisasi Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan memberikan sumbangan realisasi Belanja Modal sebesar 7,07%, disusul Belanja Bangunan dan Gedung (3,01%) dan Belanja Peralatan dan Mesin (1,40%). Secara pola musiman realisasi belanja pemerintah di awal tahun akan berada pada level rendah, kemudian akan mulai digenjot di triwulan II dan III. Namun demikian, realisasi pada triwulan I-2016 yang sudah cukup ekspansif, diharapkan memberikan multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi daerah secara lebih awal, yang saat ini pengaruh proyek-proyek pemerintah masih cukup besar pada struktur ekonomi Maluku Utara Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016 30 KEUANGAN PEMERINTAH Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I-2016 – data per 31 Maret 2016 2.4 Rekening Pemerintah Dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp1.099,64 miliar. Sesuai dengan siklusnya jumlah tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp167,58 miliar. Peningkatan terjadi seiring meningkatnya realisasi pendapatan pemerintah daerah yang bersumber dari transfer pemerintah pusat. Secara tahunan, dana milik pemerintah daerah tersebut tumbuh 25,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 25,07% (yoy). Peningkatan yang cukup signifikan ini disebabkan karena lebih awalnya realisasi transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dana pemerintah daerah yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat tumbuh 47,56% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun sebesar 24,93% (yoy). Sementara itu, simpanan likuid lainnya yakni tabungan tercatat terkontraksi sebesar 8,49% (yoy) dan simpanan dalam bentuk deposito terkontraksi sebesar 28,36% (yoy). 31 KEUANGAN PEMERINTAH Sumber : Data Perbankan Grafik 2.5 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam miliar rupiah) 32 Inflasi yoy Tw I 5,45% “Tekanan Inflasi pada triwulan I-2016 meningkat” Inflasi qtq Tw IV Seiring meningkatnya inflasi administered prices dan inflasi inti, laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 5,45% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,52% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi di Kota Ternate juga lebih tinggi dibandingkan Nasional. 3 INFLASI -0,15% INFLASI 3.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Ternate sebagai kota inflasi Maluku Utara meningkat pada triwulan I-2016. Inflasi pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 5,45% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,52% (yoy). Pencapaian inflasi ini juga lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tumbuh sebesar 4,45% (yoy). Inflasi pada triwulan I-2016 relatif lebih baik dibandingkan dengan inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,92% (yoy). Dibandingkan dengan inflasi tahun kalender sebelumnya yang tercatat sebesar -1,03% (ytd) per triwulan I-2015, inflasi tahun kalender pada triwulan I-2016 tercatat lebih tinggi dengan pencapaian sebesar -0,15% (ytd). 12 Malut Nasional 10 Malut 8 5.45 6 Nasional 4 4.45 2 0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya terutama dipengaruhi oleh turunnya tekanan inflasi IHK yang volatile food. Kembali normalnya harga makanan seperti ikan segar dan buah-buahan setelah meningkat tajam pada triwulan sebelumnya karena pola musiman. Di sisi lain, kelompok administered prices dan inflasi inti pada triwulan laporan tetap menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan berikutnya. Kelompok inflasi inti tumbuh sebesar 5,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,00% (yoy), karena tekanan dari komoditas subkelompok kesehatan. Sementara itu, kelompok 34 INFLASI administered prices tumbuh sebesar 6,08% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,02% (yoy). Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,45% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka 4,52% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh menguatnya inflasi administered prices yang terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan serta inflasi inti yang didorong oleh kelompok kesehatan. Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 3.3 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 35 INFLASI Pemicu meningkatnya tekanan inflasi tahunan adalah meningkatnya tingkat harga yang terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar. Meningkatnya biaya kebutuhan pembangunan rumah seperti besi beton dan pasir yang masing-masing tercatat sebesar 30,34% (yoy) dan 14,06% (yoy) ditambah adanya kenaikan biaya tukang yang terjadi musiman sebesar 10,72% (yoy) menjadi salah satu pendorong meningkatnya inflasi pada triwulan laporan. Selain itu, adanya penyesuaian harga kontrak rumah di awal tahun yang meningkat sebesar 13,64% (yoy) ikut meningkatkan tekanan inflasi pada kelompok tersebut. Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Kelompok Barang dan Jasa I II 2013 III IV I II 2014 III IV I 2015 II III IV 2016 I Andil Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah Peningkatan tekanan inflasi lainnya yang cukup signifikan terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, & jasa keuangan yakni dari -2,90% (yoy) menjadi 5,59% (yoy). Kondisi ini dipicu oleh kebijakan kenaikan tarif parkir di tempat-tempat umum di Kota Ternate oleh Pemerintah. Adanya kenaikan harga angkutan kota di masyarakat yang terjadi di awal tahun juga berpengaruh pada peningkatan tekanan inflasi. Tabel 3.2 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Barang & Jasa Tw IV 2015 Inflasi Tw I 2016 Andil Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah 36 Inflasi Barang & Jasa Tw IV 2015 Inflasi Tw I 2016 Andil INFLASI Tabel 3.3 Komoditas Pendorong dan Penahan Inflasi (yoy) Kota Ternate Komoditas Pendorong Inflasi Komoditas Penahan Inflasi 87.50% 50.00% 25.00% -12.61% -6.30% -2.28% 86.32% 85.01% 84.62% -27.18% -22.82% -20.26% 53.10% 52.50% 50.54% -33.70% -32.79% -25.28% 3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi triwulan laporan menunjukkan deflasi sebesar 0,15% (qtq) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2015 yang mengalami inflasi sebesar 2,49% (qtq). Siklus inflasi triwulanan pada periode ini mengalami siklus yang normal seperti pada tahun-tahun sebelumnya dimana terjadi deflasi di awal tahun akibat telah terjadinya lonjakan inflasi yang terjadi cukup tinggi di akhir tahun. Adapun angka deflasi triwulanan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhir yang sebesar 0,80% (qtq). Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Kelompok Barang dan Jasa 2013 I II 2014 III IV I II 2015 III IV I 2016 II III IV I Andil Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh kembali normalnya tingkat harga setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi di penghujung tahun 2015. Turunnya tingkat harga kelompok volatile food sebesar 7,76% (qtq) merupakan dampak dari turunnya harga bahan pangan seperti ikan dan sayuran yang sempat tinggi karena adanya gangguan pasokan yang merupakan dampak dari El Nino. 37 INFLASI 3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm) Selama triwulan laporan, kota Ternate selalu mengalami inflasi dengan tren yang fluktuatif. Pada bulan Januari 2016, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm) dan kemudian pada bulan Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,95% (mtm). Pada Maret 2016 , kota Ternate kembali mengalami inflasi yang mencapai 0,05% (mtm). Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate & Nasional Bahan makanan terutama ikan dan sayuran masih mendominasi karakteristik inflasi ketiga bulan tersebut. Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan cakalang dan tomat beberapa kali ditemukan sebagai faktor penyebab inflasi pada triwulan ini dan seringkali menjadi penyumbang inflasi yang utama. Kenaikan bahan makanan yang tergolong volatile food beberapa bulan inilah yang berkontribusi pada fluktuasi inflasi triwulanan. Tingginya inflasi pada bulan Januari 2016 disebabkan oleh adanya penyesuaian harga pasca inflasi akhir tahun di Kota Ternate. Kondisi ini menyebabkan lonjakan inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal dan jasa kesehatan. Subkelompok biaya tempat tinggal tercatat mengalami inflasi sebesar 4,55% (mtm) jauh lebih tinggi dari bulan Desember 2015 yang mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm). Sementara itu, subkelompok jasa kesehatan tercatat mengalami inflasi sebesar 5,11% (mtm) lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,00% (mtm). Selama triwulan I-2016, inflasi lebih terkendali pada bulan Februari 2016 yang mencatat deflasi pada triwulan ini yakni sebesar 0,95% (mtm). Normalnya kembali harga bahan pangan setelah sebelumnya sempat meningkat akibat El Nino tercermin dari penurunan harga pada 38 INFLASI subkelompok ikan segar, ikan diawetkan, dan sayur-sayuran. Subkelompok ikan segar mengalami deflasi sebesar 12,26% (mtm) dan diikuti oleh subkelompok ikan diawetkan sebesar 14,02% (mtm). Komoditas yang harganya turun signifikan pada bulan Februari 2016 adalah ikan cakalang dan malalugis. Adapun sayur-sayuran yang turun sebesar 11,66% (mtm) didorong oleh penurunan harga tomat sayur yang deflasi sebesar 41,09% (mtm). Pada bulan Maret 2016, komoditas hasil laut mengalami kenaikan harga dengan kenaikan rata-rata hingga 4 persen namun dibarengi dengan penurunan harga di bidang perumahan dan transportasi berujung pada inflasi bulan Maret sebesar 0,28% (mtm). Masih rendahnya tingkat tangkapan ikan dari beberapa bulan ke belakang menyebabkan harga komoditas hasil laut tetap tinggi. Data PPN menunjukan hasil tangkapan ikan bulan Maret 2016 hanya mencapai 364 ton atau turun 28,70% dari bulan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut inflasi subkelompok ikan segar mencapai 4,82% (mtm), paling tinggi diantara subkelompok lainnya. Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate FEBRUARI JANUARI No. 1 2 3 4 5 Komoditas Andil mtm KONTRAK RUMAH 1.03% TUKANG BUKAN MANDOR 0.38% BAWANG MERAH 0.10% TARIP LISTRIK 0.08% ROKOK KRETEK FILTER 0.07% No. 1 2 3 4 5 Komoditas BAWANG MERAH CABAI MERAH BAWANG PUTIH KANGKUNG ROKOK PUTIH MARET Andil mtm 0.09% 0.05% 0.05% 0.04% 0.04% No. 1 2 3 4 5 Komoditas CAKALANG/SISIK MALALUGIS/SOHIRI CABAI RAWIT BAWANG PUTIH PISANG Andil mtm 0.10% 0.05% 0.04% 0.03% 0.02% Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan melemah baik pada kelompok administered prices dan volatile food, serta core inflation. 3.3.1 Faktor Fundamental Core inflation Tekanan inflasi yang dialami kelompok core inflation pada triwulan laporan kembali meningkat menjadi 5,93% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami penurunan dari 4,00% (yoy) pada penyesuaian harga pada produk manufaktur yang terpengaruh oleh nilai tukar yang sempat melemah di semester 2 tahun 2015. Kebijakan ini menyebabkan harga produk manufaktur baik sandang, olahan pangan, ataupun bahan 39 INFLASI bangunan ataupun harga produk jasa baik kesehatan relatif meningkat di triwulan pertama 2016. Kondisi ini serupa dengan kondisi di triwulan yang sama tahun 2015. Meningkatnya konsumsi masyarakat dibarengi dengan peningkatan harga yang dilakukan oleh pelaku usaha. Komoditas di bidang perumahan mengalami kenaikan yang signifikan dikarenakan adanya penyesuaian harga oleh pelaku usaha di bidang tersebut serta banyaknya masyarakat yang melakukan pembelian perabot di awal tahun. Sementara itu, harga emas mampu menahan peningkatan tekanan inflasi secara tahunan di kelompok ini meski harganya meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sumber : World Bank Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 3.3.2 Non Fundamental Volatile food Tekanan inflasi kelompok volatile food tahunan pada triwulan I 2016 menurun tajam dari 10,83% (yoy) menjadi 3,42% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi hampir pada seluruh subkelompok kecuali bumbu-bumbuan dan daging & hasil-hasilnya.. Tekanan inflasi berkurang paling besar pada subkelompok sayur-sayuran dari 38,83% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 6,55% (yoy) di triwulan laporan. Penurunan tekanan inflasi terjadi hampir di semua komoditas pada subkelompok dimaksud, di antaranya adalah tomat sayur yang termasuk sering muncul sebagai komoditas penyumbang inflasi. 40 INFLASI Penurunan harga pada subkelompok sayur-sayuran merupakan dampak dari kembali normalnya harga sayur-sayuran setelah pada triwulan sebelumnya meningkat cukup tajam akibat El Nino. Tingginya suhu membuat komoditas sayur-sayuran gagal panen sehingga pasokan terbatas, baik dari dalam dan luar Provinsi Maluku Utara. Namun demikian, terdapat beberapa komoditas yang dapat bertahan dari kenaikan suhu tersebut sehingga persediaan dan harga jualnya dapat terjaga. Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap Selain sayuran, subkelompok ikan segar juga menjadi salah satu penyumbang pada menurunnya tekanan inflasi volatile food year on year pada triwulan laporan dengan pencapaian inflasi tahunan sebesar 0,47% (yoy), turun dari 18,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Setelah mengalami kekurangan pasokan pada triwulan sebelumnya karena El Nino dan kondisi perairan yang kurang kondusif untuk melaut, Berdasarkan data PIPP yang mewakili hasil tangkapan nelayan, hasil tangkapan ikan pada triwulan I 2016 dilaporkan mencapai 1.48 ton, menurun dibandingkan tangkapan triwulan sebelumnya sebesar 1.95 ton. Namun demikian, kondisi ini lebih baik dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang jumlah produksinya hanya sebesar 1,29 ton. Administered prices Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan I 2016 tercatat meningkat dari deflasi 0,02% (yoy) menjadi inflasi 6,08% (yoy). Tercatat inflasi triwulanan pada periode laporan sebesar 0,05% (qtq), menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,16% (qtq). Peningkatan tekanan terutama terjada pada komoditas administered prices yang berada pada subkelompok transpor. 41 INFLASI Sumber: Pertamina, diolah Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar Kenaikan inflasi administered prices terutama dipengaruhi oleh meningkatnya tarif angkot yang tercatat sebesar 25,00% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami deflasi sebesar 16,67% (yoy). Penurunan harga BBM yang terjadi di awal tahun tidak berpengaruh pada tarif angkot karena Pemerintah Daerah tidak segera menerbitkan SK penyesuaian tarif angkot. Adanya penyesuaian tarif parkir oleh Pemerintah Kota Ternate juga turut memberikan sumbangsih pada kenaikan tekanan inflasi pada subkelompok transportasi. Harga tiket pesawat di Ternate juga meningkat akibat libur panjang di akhir tahun 2015 dan berlangsung hingga awal tahun 2016 sehingga meningkatkan tekanan inflasi pada komoditas angkutan udara. Komoditas rokok putih, rokok kretek, dan rokok kretek filter juga ikut memperkuat tekanan inflasi pada kelompok administered prices. Subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami peningkatan tekanan inflasi dari 4,72% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,27% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan tekanan inflasi pada subkelompok ini ditengarai merupakan dampak dari dinaikkannya cukai rokok sebesar 11,19% oleh Pemerintah di awal tahun 2016. Meski secara triwulanan kenaikan harga kelompok administered prices tidak setinggi triwulan sebelumnya, namun perlu diperhatikan bahwa tekanan inflasi pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan meski harga BBM telah diturunkan oleh Pemerintah. 42 INFLASI 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara Selama triwulan I 2016, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate telah melaksanakan sosialisasi pembentukan TPID di Kabupaten/Kota. Hal ini dilakukan mengingat belum semua Kabupaten/Kota di Maluku Utara membentuk TPID. Dengan melakukan sosialisasi tersebut, diharapkan seluruh Kabupaten/Kota dapat berkoordinasi dalam menjaga tingkat kenaikan harga di Maluku Utara, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Selain itu, pada triwulan laporan juga telah melakukan perancangan roadmap pengendalian inflasi untuk tahun 2016. Penyusunan roadmap tersebut dilakukan untuk menentukan apa saja tantangan yang dihadapi dalam satu tahun ke depan serta langkahlangkah yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut dalam rangka menjaga tingkat harga selama satu tahun ke depan agar tetap sesuai dengan target. No Koordinator Kegiatan 1 TPID Provinsi Maluku Utara Sosialisasi pembentukan TPID Kabupaten/Kota 2 TPID Provinsi Maluku Utara Penyusunan roadmap pengendalian inflasi Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi akhir tahun TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate 43 “Kinerja perbankan Maluku Utara melambat” Pertumbuhan DPKyoy Tw I-2016 Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan I-2016 masih tumbuh positif, meski menunjukkan adanya perlambatan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga melambat pada triwulan I-2016. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan 13,82% % Penyaluran kredit yoy Tw I-2016 penghimpunan dana tercatat masih berada pada level yang tinggi. 12,11% Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang berada pada level yang rendah dan cenderung mengalami penurunan. 4 KINERJA PERBANKAN & PEKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN “Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com 45 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 4.1 Kinerja Perbankan 4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp8,09 triliun. Secara tahunan, aset perbankan Malut tumbuh sebesar 13,70% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,61% (yoy). AKTIVA PERBANKAN Sumber : LBU, diolah Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) Secara umum, perlambatan tipis pertumbuhan aktiva perbankan di Malut utamanya disumbang oleh pertumbuhan aktiva bank persero dan bank swasta nasional yang melambat selama triwulan I-2016, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup kontraktif. Hal tersebut tercermin dari melambatnya pertumbuhan DPK dari 19,41% (yoy) pada triwulan IV2015 menjadi 13,20% (yoy) pada triwulan I-2016. Namun demikian, ditengah berbagai perlambatan tersebut stabilitas sistem keuangan (SSK) tetap terjaga. Menilik dari segi kepemilikan, pada triwulan I-2016 ini kinerja perbankan, baik bank milik pemerintah (BUMN) maupun bank swasta nasional menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Perbankan BUMN di Maluku Utara tumbuh melambat sebesar 15,00% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 16,37% (yoy). Sementara perbankan swasta nasional tumbuh melambat sebesar 7,35% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 46 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 10,12% (yoy). Perlambatan perekonomian global, yang berdampak pada perekonomian nasional dan daerah menjadi pemicu melambatnya aksi ekspansif perbankan. Sementara, berdasarkan jenis operasinya, pertumbuhan perbankan konvensional masih menunjukkan kinerja yang lebih ekspansif daripada perbankan syariah, serta menunjukkan pertumbuhan yang positif. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh sebesar 13,97% (yoy) meningkat triwulan lalu yang sebesar 13,82% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh melambat dari 9,84% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,61% (yoy) pada triwulan laporan. 4.1.2 Intermediasi Perbankan Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku Utara pada posisi akhir triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp 6,50 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 6,23 triliun. Namun demikian, secara tahunan, pertumbuhan DPK melambat dari 19,41% (yoy) pada triwulan IV-2015, menjadi sebesar 13,82% (yoy) pada triwulan I-2016. DPK PERBANKAN Sumber : LBU, diolah Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) Jumlah simpanan tabungan pada akhir triwulan I-2016 mencapai Rp3,42 triliun, atau meningkat 36,73% (qtq). Secara tahunan, tabungan tumbuh melambat sebesar 14,13% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,44% (yoy). Melambatnya pertumbuhan tabungan salah satunya dipengaruhi oleh efek meningkatnya inflasi 47 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN pada awal tahun 2016 sehingga porsi penghasilan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi meningkat yang berdampak pada porsi untuk simpanan menjadi menurun Sementara itu, simpanan giro pada akhir triwulan laporan mencapai Rp1,67 triliun, tumbuh melambat sebesar 12,55% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 45,72% (yoy). Perlambatan simpanan giro ini dipengaruhi oleh menurunnya giro sektor swasta. Melambatnya perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2016 ini menyebabkan menurunnya pendapatan pelaku usaha, sehingga simpanan giro di sektor ini berkurang. Di samping itu, turunnya BI rate secara bertahap yang berlangsung pada awal hingga akhir triwulan I-2016, mendorong sektor swasta untuk melikuidasi simpanannya, sehingga pertumbuhan DPK secara umum melambat. Simpanan deposito juga tercatat mengalami perlambatan, meski masih tumbuh positif. Pada akhir triwulan laporan, jumlah simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp1,40 triliun atau tumbuh 11,76% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 14,17% (yoy). Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,83 triliun atau meningkat 2,59% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,11% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,22% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh menurunnya kredit modal kerja. Kredit modal kerja tercatat tumbuh 8,97% (yoy), terkontraksi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,88% (yoy). Masih terbatasnya pertumbuhan perekonomian Malut pada triwulan I-2016, sebagaimana pola musiman yang rutin terjadi, memberikan tekanan pada pertumbuhan kredit modal kerja. Namun demikian, kredit investasi dan kredit konsumsi masih tercatat tumbuh positif. Kredit investasi tercatat tumbuh 2,09% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,02% (yoy). Kredit investasi yang tercatat tumbuh positif selama dua triwulan terakhir, merupakan suatu pencapaian yang baik bagi perbankan Malut, pasalnya pada September 2014 hingga September 2015 kredit investasi tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pertumbuhan kredit investasi didorong oleh hampir seluruh sektor, utamanya sektor pertanian, sektor perikanan, dan sektor listrik, gas, dan air yang masing-masing tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,18% (yoy), 55,09% (yoy), dan 2700,93% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit investasi seiring dengan membaiknya ekspektasi pelaku usaha terhadap perekonomian ke depan terkait dengan beberapa kebijakan 48 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN pemerintah seperti pembangunan tol laut, paket insentif KEK (termasuk KEK Morotai), mulai beroperasinya sebagian smelter, dan berbagai rencana pembangunan infrastruktur. Sumber : LBU, diolah Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) Kredit konsumsi yang menguasai 66,30% dari total keseluruhan kredit, tercatat tumbuh 14,77%, meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,43% (yoy). Nilai tukar rupiah yang berangsung-angsur menguat terhadap dollar AS, mendorong adanya peningkatan konsumsi masyarakat untuk pembelian properti, kendaraan roda dua, dan beberapa jenis perlengkapan rumah tangga, sehingga hal tersebut mendorong terjadinya peningkatan penyaluran kredit konsumsi. Meningkatnya kredit konsumsi tergambar dari peningkatan pinjaman untuk kepemilikan furnitur dan peralatan rumah tangga yang tumbuh 498,62% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 32,33% (yoy), pinjaman untuk kepemilikan flat atau apartemen s.d tipe 21 yang tumbuh 109,65% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya 99,84% (yoy), serta pinjaman untuk pemilikan ruko atau rukan yang tercatat tumbuh sebesar 51,02% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 14,77% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 89,72%, meski sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 91,27%. 49 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sumber : LBU, diolah Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 4.1.3 Perkembangan Bank Syariah Perbankan syariah secara umum memiliki pangsa aset sebesar 4,88% dari total seluruh perbankan di Maluku Utara. Pangsa tersebut meskipun masih kecil, namun memiliki kecenderungan secara perlahan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Lambatnya perkembangan perbankan syariah di Maluku Utara ditengarai karena masih minimnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank tersebut. Lebih jauh lagi, hal tersebut disebabkan masih terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM, sehingga belum banyak bisa diakses oleh masyarakat. Aset perbankan syariah Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp393,98 miliar. Secara tahunan, volume usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 8,61% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,84% (yoy). Perlambatan secara umum terjadi di seluruh perbankan, baik konvensional maupun syariah. Namun demikian, kinerja penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini kinerja penyaluran pembiayaan perbankan syariah Maluku Utara belum menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan, justru mengalami sedikit perlambatan. Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat 50 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN sebesar Rp188,82 miliar, turun tipis 0,29% (qtq). Secara tahunan pembiayaan syariah masih mengalami kontraksi sebesar 4,15% (yoy), kontraksi tersebut sedikit mengalami perbaikan dibandingkan triwulan lalu yang menunjukkan kontraksi 6,04% (yoy). Penyusutan tersebut hampir terjadi pada setiap jenis pembiayaan syariah, kecuali di pembiayaan modal kerja. Pembiayaan investasi mengalami kontraksi sebesar 17,86% (yoy), lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,35% (yoy). Masih terbatasnya kegiatan investasi di awal tahun, menekan pertumbuhan pembiayaan investasi syariah. Hal tersebut terjadi di seluruh sektor, dimana pertumbuhan pembiayaannya terkoreksi cukup dalam. Pembiayaan syariah produktif lainnya yakni pembiayaan modal kerja masih tumbuh positif sebesar 6,26% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,22% (yoy). Secara tahunan, pertumbuhan utamanya didorong oleh sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor real estate, berbagai sektor jasa. Sementara itu, pembiayaan konsumtif kembali mengalami perlambatan sebesar 3,29% (yoy). Penyusutan ini membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,97% (yoy). Namun demikian, secara umum perlambatan masih disebabkan oleh minimnya pembiayaan untuk kepemilikan rumah. Di lain sisi, DPK tercatat sebesar Rp355,48 miliar melambat 4,39% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 16,27% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 16,05% (yoy). Secara tahunan, peningkatan DPK didorong oleh meningkatnya kinerja simpanan tabungan syariah, yang tumbuh sebesar 19,09% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 15,56% (yoy). Penyerapan deposito syariah juga masih tumbuh positif, meski mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, deposito syariah tercatat tumbuh 15,27% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 16,29% (yoy). Sementara, giro syariah tercatat terkoreksi dalam sebesar 14,72% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,74% (yoy). Mulai turunnya suku bunga, berpengaruh pada bagi hasil syariah menyebabkan adanya pengalihan jenis simpanan dari yang kurang likuid menjadi lebih likuid. Melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana dan pembiayaan, tidak serta merta menurunkan peran intermediasi bank syariah di Maluku Utara. Hal tersebut, tergambar pada angka FDR (financing to deposit ratio) yang masih tumbuh positif. Pada triwulan laporan, FDR perbankan syariah Maluku Utara tercatat sebesar 53,12% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 50,93%. 51 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi risiko pembiayaan, non performing financing (NPF) sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 3,43% menjadi 3,86% pada triwulan laporan. Namun demikian, angka tersebut masih berada dalam koridor aman. Sumber : LBU, diolah Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku Utara pada triwulan I-2016 mengalami peningkatan, meski secara jumlah aset pertumbuhannya sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset BPR/S meningkat secara nominal, namun tumbuh sedikit melambat dari 33,99 (yoy) pada triwulan lalu, menjadi 33,14% (yoy) pada triwulan laporan. DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp39,94 miliar atau tumbuh signifikan 58,45% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 44,91% (yoy). Seiring upaya ekspansif dari BPR/BPRS pada triwulan I-2016, terjadi peningkatan DPK yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut konsisten terjadi sejak triwulan sebelumnya. Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil mencatatkan kredit/pembiayaan sebesar Rp49,12 miliar atau tumbuh 24,51% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,16% (yoy). Secara triwulanan, penyaluran kredt/pembiayaan BPR/BPRS meningkat 11,74% (qtq). Sedikit bertolak belakang dengan kinerja perbankan umum, kinerja BPR/BPRS pada triwulan I-2016 ini justru mengalami 52 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN peningkatan kinerja secara umum, yang tergambar dari pertumbuhan penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan yang relatif meningkat. Sumber : LBU, diolah Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRS (juta rupiah) 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas aman, meski mengalami sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi, seiring dengan terjadinya perlambatan pada perekonomian Maluku Utara. Namun demikian, rasio NPL pada triwulan laporan masih jauh dibawah ambang batas yang sebesar 5%. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 1,91%, sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83%. Seiring terjadinya pelemahan ekonomi pada triwulan I-2016, risiko kredit sedikit mengalami peningkatan. Peningkatan, berasal baik dari sektor rumah tangga maupun sektor produktif. NPL untuk kredit ke sektor rumah tangga meski masih terjaga di level yang rendah yakni sebesar 0,58%, namun mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya 0,48%. Sedangkan untuk NPL pada sektor produktif meningkat dari 4,42% menjadi 4,52%. 53 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi pada jenis kredit kepemilikan rumah tinggal tipe di atas 70 dan keperluan kepemilikan peralatan lainnya. NPL kredit kepemilikan rumah tinggal tipe di atas 70, rasio NPLnya naik dari 5,51% pada triwulan sebelumnya menjadi 7,75% pada triwulan laporan. Sementara, NPL kredit untuk keperluan kepemilikan peralatan lainnya naik dari 0,12% menjadi 5,38%. Pada sektor produktif/korporasi, peningkatan NPL terjadi pada kredit modal kerja maupun investasi. NPL kredit modal kerja tercatat meningkat dari 4,49% menjadi 4,54% sementara NPL kredit investasi meningkat dari 4,22% menjadi 4,46%. Sumber : LBU, diolah Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp1,60 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 12,03% (yoy) pada triwulan I-2016, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,41% (yoy). Perlambatan salah satunya didorong oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2016. Perlambatan pertumbuhan ekonomi secara nasional, yang juga terasa dampaknya pada perekonomian Maluku Utara. Namun demikian, jumlah debitur UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 23,48 ribu orang, tumbuh 6,78% (qtq) atau 15,35% (yoy). Jumlah debitur tersebut lebih tinggi 54 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN dibanding jumlah debitu pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,99 ribu orang, dengan pertumbuhan 8,93% (yoy). Penyaluran kredit UMKM melambat pertumbuhannya, sejalan dengan melambatnya kinerja ekonomi Malut, perlambatan penyaluran kredit UMKM terjadi baik pada kredit modal kerja maupun kredit investasi. Kredit modal kerja yang disalurkan kepada debitur UMKM pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 15,74% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,37% (yoy). Sementara itu, kredit investasi UMKM tumbuh melambat sebesar 2,64% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 3,03% (yoy). Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 73,83% pada triwulan laporan. Secara tahunan, sektor tersebut tumbuh sebesar 12,78% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,74% (yoy). Namun demikian, sektor Konstruksi, sektor Jasa Kemasyarakatan, dan sektor Penyediaan Jasa Akomodasi yang termasuk lima besar sektor yang memiliki pangsa terbesar, mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor Konstruksi yang menguasai pangsa sebesar 5,34%, hanya mampu tumbuh 12,78% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 57,61% (yoy), atau secara triwulanan menurun 28,21% (qtq). Sementara sektor Jasa Kemasyarakatan dan Sektor Penyediaan Jasa Akomodasi masing-masing tumbuh melambat, 5,24% (yoy) dan 3,36% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,35% (yoy) dan 12,05% (yoy). Perlambatan ditengarai adanya pengaruh dari meningkatnya harga bahan-bahan bangunan, upah tukang dan mandor, yang pada triwulan laporan menjadi penyumbang utama inflasi, sehingga UMKM pada sektor ini membatasi kinerjanya. Dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,91%, mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,78%. Sama halnya dengan kredit secara umum, penurunan NPL utamanya bersumber dari sektor konstruksi yakni meningkat dari 13,76% menjadi 19,72%. Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa masih diperlukan adanya program-program pendampingan UMKM, utamanya yang mengolah komoditas unggulan daerah. Selain mengoptimalisasi penyaluran KUR yang notabene mensyaratkan bunga kecil, sehingga akan lebih meringankan UMKM. Upaya-upaya pelatihan pencatatan keuangan dan penguatan kelembagaan, diharapkan akan dapat membantu UMKM mengelola usahanya. Khusus untuk pencatatan 55 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN keuangan, pada triwulan I-2016 ini Bank Indonesia telah menyediakan aplikasi pencatatan transaksi keuangan bagi gawai berbasis android. Aplikasi yang sederhana namun cukup komprehensif tersebut, diharapkan akan membantu UMKM agar dapat lebih baik dalam mengelola keuangannya. 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net inflow. Sementara itu, seiring meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan. Meskipun transaksi baik tunai maupun nontunai terindikasi meningkat, kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada triwulan laporan. 4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Aliran uang kartal pada triwulan I-2016 di Maluku Utara menunjukkan net inflow (uang yang masuk lebih besar daripada jumlah uang yang keluar dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp351,77 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp160,92 miliar sehingga menghasilkan net inflow sebesar Rp190,85 miliar. PERKEMBANGAN TRANSAKSI TUNAI Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut 56 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sesuai dengan pola tahunannya dan pasca tingginya belanja masyarakat sehubungan dengan libur panjang Natal dan Tahun Baru, serta hari raya Idul Adha, volume transaksi tunai di Maluku Utara pada triwulan I-2016 melambat. Pada triwulan I-2016 jumlah uang masuk (inflow) meningkat 5,96% (yoy), setelah sebelumnya terkontraksi sebesar 31,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah uang keluar (outflow) terkontraksi sebesar 23,30% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 23,49% (yoy). Adapun net inflow pada triwulan I2016 tercatat mengalami peningkatan sebesar 56,20% (yoy). PERKEMBANGAN UTLE Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat. Atas upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan berbagai sosialisasi agar masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi, sehingga usia edar uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan. Sehubungan dengan 57 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN hal tersebut, tercatat selama triwulan laporan terdapat 4,68 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, berkurang 18,43% (qtq) dan berkurang 11,43% (yoy), secara tahunan. Untuk menyediakan uang Rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku Utara. Selama triwulan I-2016 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah melaksanakan 5 kali kas keliling ke luar Kota Ternate dan 17 kali kas keliling dalam kota. Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara Tabel 4.1 Kegiatan Sosialisasi CCKUR & 3D dan Kas Keliling Triwulan I-2016 Pada triwulan I-2016, tidak ditemukan adanya uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, jumlah ini jauh berkurang dari temuan triwulan sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 22 lembar. Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau 58 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik. 4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, menjadi pemicu terkontraksinya pertumbuhan transaksi non tunai besar melalui RTGS. Namun demikian, transaksi yang bernilai kurang dari Rp500 juta, yang difasilitasi melalui layanan kliring tercatat masih mengalami peningkatan. Konsumsi masyarakat terbatas, namun masih terjaga menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan transaksi kliring. Secara tahunan, transaksi kliring mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,35% (yoy), sementara transaksi RTGS terkontraksi 10,73% (yoy). 4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp260,46 miliar, meningkat 13,35% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya menurun sebesar 0,16% (yoy). Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro (BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan 59 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN bilyet giro kosong tercatat sebesar 23 lembar atau turun 25,81% (qtq). Adapun rasio nilai cek BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan I-2016 adalah sebesar 0,45%, turun signifikan dari rasio triwulan IV-2015 yang sebesar 2,47%. Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong 4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Transfer dalam wilayah di Maluku Utara pada triwulan I-2016 mencapai Rp224,67 miliar, terkontraksi 10,73% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya meningkat sebesar 28,93% (yoy). Penerapan batas nilai nominal transaksi RTGS yang diwajibkan diatas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) per transaksi terhitung mulai tanggal 16 November 2015 sampai dengan 30 Juni 2016 sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.17/753/DPSP, secara signifikan mendorong penurunan jumlah transaksi RTGS. Selain itu, pola musiman transaksi masyarakat dan transaksi pemerintah pada awal tahun ditengarai menjadi pemicu turunnya transaksi RTGS pada triwulan laporan. 60 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Sumber: Website Bank Indonesia, diolah Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar) 61 PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN 62 Peningkatan angkatan kerja yang bekerja (yoy) 4,55% “Kesejahteraan masyarakat masih terjaga di tengah perlambatan ekonomi” Ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ketenagakerjaan NTP 104,94 % meningkat. Angka kemiskinan tercatat menurun meski tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan meningkat. Kesejahteraan petani terindikasi mengalami kenaikan seiring harga komoditas hortikultura, tabama, dan perkebunan rakyat. 5 KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN “Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com 63 KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2016 tercatat sebesar 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang atau 2,25% (yoy). Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara yang bekerja pada akhir Februari 2016 tercatat mencapai 512,5 ribu orang. Kendati kinerja beberapa sektor utama yang terganggu di triwulan laporan, namun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) masih tumbuh meski mengalami perlambatan. TPAK Maluku Utara pada Februari 2016 mencapai 67,83%, sedikit lebih rendah dibanding keadaan Februari 2015 yang sebesar 67,99%. Namun demikian, TPAK Februari 2016 tersebut masih lebih tinggi dari bulan Agustus 2015 yang tercatat sebesar 66,43%. Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Februari (ribu jiwa) Perlambatan ekonomi yang terjadi pada triwulan I-2016 tidak banyak berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di Maluku Utara. Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara, jumlah tenaga kerja di masing-masing sektor pada Februari 2016 meningkat dibandingkan dengan kondisi pada Agustus 2015, kecuali di sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Penambahan jumlah tenaga kerja tersebut, mendorong adanya penurunan angka pengangguran sebesar 36,81% (yoy) atau sebanyak 18,2 ribu orang. Pada sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, dampak lanjutan dari El Nino masih sangat terasa di triwulan I-2016, sehingga pertumbuhannya melambat, yang kemudian berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 7,09% (qtq) atau sekitar 17,18 ribu orang. Ditengah perlambatan yang terjadi pada perekonomian triwulan I-2016, ekspektasi masyarakat terjaga positif. Hal tersebut tergambar dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Persepsi optimis masyarakat terhadap ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan yang tercermin dari SBT SK pada 64 KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN indeks ketersediaan lapangan kerja yang menunjukkan nilai yang positif sebesar 106, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 102. 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Pada akhir triwulan I-2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 104,94, tumbuh 2,29% (yoy) dan meningkat 1,43% (qtq). Secara tahunan, kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar petani sehingga terjadi peningkatan NTP pada akhir triwulan laporan. Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 5.1 Perkembangan NTP Maluku Utara Pada triwulan ini, NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP Nasional. NTP tersebut berada pada peringkat ketiga di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Pada Triwulan I-2016, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, lima provinsi mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai dengan NTP di atas 100. Sedangkan tiga provinsi lain yaitu Papua Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggaran, Papua dan Sulawesi Utara terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih kecil dari 100. 65 KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Meningkatnya NTP Maluku Utara didorong oleh hortikultura dan peternakan. Meski sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan, namun demikian petani masih dapat menjual hasil panennya dengan harga yang cukup baik. Meningkatnya NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas pertanian khususnya tanaman hortikultura, tabama, dan perkebunan rakyat. Masih tingginya permintaan masyarakat menyebabkan peningkatan harga yang diterima petani untuk ketiga komoditas tersebut. Grafik 5.2 NTP per Subsektor di Maluku Utara 66 KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN 5.3 Tingkat Kesejahteraan Sejalan dengan menurunnya tingkat pengangguran dan masih optimisnya persepsi masyarakat mengenai kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2016, terdapat kemungkinan adanya penurunan jumlah penduduk miskin di Maluku Utara. Meski pada triwulan laporan belum tersedia rilis data perkembangan kemiskinan di Maluku Utara. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Provinsi Maluku Utara pada September 2015 lalu, persentase penduduk miskin berada pada level 6,22%, turun dibandingkan dengan September 2014 yang berada pada level 7,41%. Secara umum, tercatat persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama tujuh tahun terakhir (2009-2015) secara umum terus mengalami penurunan. Penurunan kemiskinan di Maluku Utara pada triwulan laporan, terjadi baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 2,61%, menurun dari 3,85% pada Maret 2015. Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 7,95% menjadi 7,57% pada September 2015. Nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Maluku Utara pada Triwulan I-2016 mengonfirmasi adanya persepsi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Nilai ITK pada triwulan laporan meningkat menjadi 100,45 dari nilai 99,14 pada triwulan sebelumnya. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan indeks Pendapatan Kini (101,27). Namun demikian, kualitas kehidupan masyarakat pada golongan miskin terindikasi mengalami penurunan seiring turunnya indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan tercatat meningkat dari 0,70 menjadi 1,15. Indeks ini mengindikasikan besarnya ketimpangan antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Menilik nilai indeks kedalaman kemiskinan yang meningkat, dindikasikan bahwa meskipun jumlah penduduk miskin berkurang namun rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan. Sementara itu, indeks keparahan naik dari 0,126 pada periode sebelumnya menjadi 0,272. Kondisi ini mengindikasikan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin di Maluku Utara semakin melebar. 67 KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN 68 Proyeksi Ekonomi Tw II-2016 5,4% 6,1% “Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan terakselerasi dengan tekanan inflasi yang relatif menguat” Perekonomian Malut pada triwulan II-2016 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,4% Proyeksi Inflasi Tw II-2016 5,6% 6,0% - 6,1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi pada triwulan II-2016 diproyeksikan pada kisaran 5,6%-6,0% (yoy) lebih tinggi dari triwulan laporan yang sebesar 4,45% (yoy). 6 PROSPEK PEREKONOMIAN 69 PROSPEK PEREKONOMIAN >> 6.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2016 diperkirakan tumbuh meningkat dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,4% - 6,1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Dari sisi permintaan, permintaan domestik masih menjadi penggerak utama ekonomi Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi mengalami peningkatan sebagai efek lanjutan dari mulai beroperasinya smelter di Pulau Gebe dan adanya kenaikan produksi kopra. Dari sisi penawaran, sektor pertambangan akan mengalami perbaikan, seiring mulai meningkatnya kapasitas produksi dari PT Antam dan rencana produksi di smelter Gebe. Sektor pertanian diprediksi akan mengalami peningkatan, seiring masuknya masa panen tanaman bahan pangan dan bumbu-bumbuan. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran ditengarai akan memberikan andil yang cukup signifikan, seiring masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di triwulan II-2016 ini. Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya Ditengah optimisme pertumbuhan, sampai dengan akhir 2016, Maluku Utara masih akan menghadapi beberapa risiko yang dapat menghambat pertumbuhan ekonominya. Ancaman La Nina yang diprediksi akan dimulai pada awal Agustus mendatang, ditengarai akan memberikan gangguan pada produksi tanaman pangan dan perkebunan yang tidak tahan terhadap 70 PROSPEK PEREKONOMIAN >> intensitas hujan yang tinggi. Tertahannya harga komoditas unggulan Maluku Utara pada level rendah dapat berdampak multisektoral pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Namun demikian, gencarnya program pemerintah di bidang ketahanan pangan dan pembangunan infrastruktur diperkirakan mampu menjadi akselerator pertumbuhan tahun ini. Dengan memperhatikan perkembangan terkini dan risiko tersebut, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diperkirakan pada kisaran 5,7%-6,2% (yoy). 6.1.1 Sisi Permintaan Pada triwulan II-2016, komponen sisi permintaan diproyeksikan meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2015. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Hal ini juga didukung oleh rilis Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS Provinsi Maluku Utara yang pada triwulan mendatang diperkirakan sebesar 105,27, meningkat dari ITK triwulan I-2016 yang hanya sebesar 100,45. Selain itu, konsumen juga meyakini akan adanya peningkatan pendapatan pada triwulan mendatang, yang ditunjukkan dengan nilai pendapatan mendatang yang lebih besar daripada pendapatan kini, yakni meningkat dari 101,27 menjadi 103,08. Pencairan Gaji ke-14 dan Gaji ke-13 bagi PNS yang akan berdekatan waktunya, serta pencairan THR bagi karyawan swasta, mengonfirmasi hasil survei BPS tersebut. Lebih jauh lagi, terkendalinya tingkat inflasi hingga triwulan I-2016 ini, serta menurunnya angka pengangguran per Februari 2016 juga dapat dijadikan indikator adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di triwulan mendatang. Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara diperkirakan mengecil dan menjadi faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan mendatang. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor antar daerah seiring meningkatnya produksi lokal subsektor perkebunan dan perikanan. Sementara itu, impor antar daerah masih akan terjadi karena belum tercukupinya kebutuhan masyarakat terutama pada komoditas-komoditas ketahanan pangan, namun hal tersebut akan cukup terimbangi dengan peningkatan ekspor antar daerah. Sementara itu, ekspor luar negeri diperkirakan tumbuh tinggi namun dalam kecenderungan yang melambat seiring masih terbatasnya hasil produksi smelter di Gebe dan keberadaan harga kopra di pasar internasional pada level yang rendah. Faktor penghambat pertumbuhan, utamanya disumbang oleh konsumsi pemerintah. Setelah mengalami penyerapan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh realisasi dana hibah dan belanja modal yang cukup ekspansif pada awal tahun 2016, 71 PROSPEK PEREKONOMIAN >> konsumsi pemerintah di triwulan II-2016 ini diperkirakan akan sedikit mengalami perlambatan. Diperkirakan pada triwulan III dan IV pemerintah baru akan menggenjot penyerapan anggaran, sebagaimana pola musiman pada konsumsi pemerintah. 6.1.2 Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, serta jasa kesehatan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang. Sementara itu, sektor administrasi pemerintah dan konstruksi ditengarai akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan pada triwulan II-2016 mendatang. Pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertumbuhannya diproyeksikan akan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan pada sektor ini di triwulan mendatang, antara lain pada subsektor perkebunan dan hortikultura yang diprediksi akan mengalami peningkatan pertumbuhan dengan melihat tengah berlangsungnya panen komoditas kelapa, serta akan masuknya masa panen untuk tanaman cabai dan bawang merah. Selain itu, pada subsektor perikanan, program bantuan peralatan penangkapan dan budidaya perikanan yang ekspansif serta program intensifikasi perikanan dari pemerintah diprediksi mampu mendorong pertumbuhan pada subsektor ini. Sementara di sektor pertambangan, peningkatan produksi PT Antam menjadi salah satu yang diproyeksikan mampu mendorong pertumbuhan sektor ini secara signifikan, selain adanya baseline effect. Rencana dimulainya produksi dari beberapa perusahaan tambang nikel untuk mendukung operasional perangkat smelternya pada awal tahun 2016 juga memberikan pengaruh pada pertumbuhan di sektor pertambangan ini. Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi kendaraan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan I-2016 sebagai dampak dari peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Ditambah lagi, pembukaan jalur transportasi laut, operasionalisasi tol laut dan pembukaan jalur transportasi udara pada beberapa daerah baru diprediksi akan mampu mendorong aktivitas ekonomi, terutama perdagangan. Telah usainya beberapa proyek infrastruktur pemerintah pada tahun 2015 lalu.Perlambatan juga diperkirakan terjadi pada sektor konstruksi seiring masih lambatnya proyek investasi baru pada triwulan II-2016 mendatang. Fokus pemerintah daerah yang 72 PROSPEK PEREKONOMIAN >> berencana melakukan evaluasi kinerja SKPD dan isu penggantian beberapa kepala SKPD diperkirakan sedikit menahan laju investasi baru selama triwulan mendatang. 6.2 Outlook Inflasi Daerah Laju inflasi kota Ternate selama triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada trend peningkatan di kisaran 5,82%±1 (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Inflasi tersebut diperkirakan lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional. Di sisi lain, proyeksi inflasi triwulan mendatang lebih rendah dari inflasi riil yang terjadi pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar 8,22% (yoy). Peningkatan inflasi di triwulan mendatang, diprediksi karena efek psikologis menjelang masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, masih tertahannya nilai tukar Rupiah di level tinggi juga akan memberikan dampak pada harga berbagai produk manufaktur seperti sandang, elektronik, dan makanan olahan diperkirakan meningkat karena bahan bakunya berasal dari impor. Selanjutnya, peningkatan konsumsi masyarakat menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi lokal provinsi, ditengarai akan turut mengerek harga. Sebab ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi yang masih tinggi akan membawa dampak imported inflation dari provinsi lain ke Maluku Utara. Dari kelompok administered price, adanya rencana kenaikan TDL dan Gas pada akhir triwulan II-2016 berpotensi memberikan efek cukup signifikan pada peningkatan harga barangbarang industri. Kenaikan TDL yang sedianya dilaksanakan pada akhir tahun 2015 lalu, namun kemudian ditunda hingga akhir triwulan II-2016 mendatang. Hingga akhir 2016, risiko inflasi masih akan muncul baik dari komponen inti, administered price, maupun volatile food. Beberapa barang sarana pertanian seperti pakan ternak, pestisida, dan pupuk yang bahan bakunya masih mengandung unsur impor diprediksi masih terkena dampak dari pelemahan nilai tukar. Imbas dari kenaikan beberapa barang tersebut kemudian berimbas pada harga produk-produk pertanian khususnya komoditas daging ayam, sayur mayur, dan buah-buahan. Dari sisi administered price, kebijakan tarif listrik yang dapat naik turun sesuai dengan pergerakan beberapa faktor seperti inflasi, nilai tukar, dan Indonesia Crude Price, bisa menjadi faktor penahan maupun pemicu inflasi di masa mendatang. Dengan memperhatikan risiko-risiko tersebut, inflasi tahun 2016 diperkirakan mencapai 5,1% - 5,5% (yoy). 73